Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KASUS

INTOKSIKASI ROUNDUP

DisusunOleh :

Vitrosa Yosepta Sera, S.Ked


FAB 116 022

Pembimbing :

dr. Sutopo, Sp.KFR


dr. Tagor Sibarani

Kepaniteraan Klinik
Rehabilitasi Medik dan Emergency Medicine
Fakultas Kedokteran UPR - RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya
2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

Organofosfat adalah nama umum ester dari asam fosfat dimana ini termasuk pestisida
yang digunakan untuk mengatur pertumbuhan atau mengeringkan tanaman. Intoksikasi
organofosfat merupakan suatu keadaan intoksikasi yang disebabkan oleh senyawa organofosfat
seperti Azinophosmethyl, Chloryfos, Demeton Methyl, Dichlorovos, Dimethoat, Disulfoton,
Ethion, Palathion, Malathion, Parathion, Diazinon dan Chlorpyrifos. Intoksikasi ini dapat
terjadi karena penetrasi melalui kulit, inhalasi udara dan masuk ke saluran pencernaan.1
Epidemiologi keracunan organofosfat di seluruh dunia insidensinya sekitar 1-3 juta orang
per tahun. Angka kematian 1% sampai 9% dari seluruh kasus. Berdasarkan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, proporsi keracunan organofosfat berdasarkan kolinesterase darah
dengan tingkat 0,16%, sedang 3,32% dan ringan 38,35%. Di Indonesia dari tujuh rumah sakit di
Jawa melaporkan 126 kasus. 100 kasus terjadi pada pria dan 26 kasus terjadi pada wanita.
Sebanyak 11% kasus terjadi pada orang dewasa 22-55 tahun. Penyebab keracunan antara lain
kesengajaan (43%), pekerjaan (37%) dan kecelakaan (16%).2
Penanganan intoksikasi organofosfat harus secepat mungkin dilakukan untuk
menghindari komplikasi fatal yang dapat ditimbulkan. Penanganan pertama adalah hentikan
paparan dengan memindahkan korban dari sumber paparan, lepaskan pakaian korban. Amankan
jalan napas korban dan segera berikan antidotum sulfas atropine 2 mg IV atau IM. Observasi
ketat korban meliputi keadaan umum dan tanda-tanda vital.3

2
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 PRIMARY SURVEY


Ny. SY, 29 tahun
Vital Sign:
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit, regular, kuat angkat
Respirasi : 24x/menit, regular, pernapasan torakoabdominal
Suhu : 37,1o C
Airway : bebas, tidak ada sumbatan jalan nafas
Breathing : spontan, 24 x/menit, pernapasan torakoabdominal
Circulation : nadi 88 x/menit, regular, kuat angkat. CRT <2 detik
Disability : GCS 15 (E4M6V5)
Exposure : Tampaklemah
Evaluasi masalah : Kasus ini merupakan kasus yang termasuk dalam priority sign
karena pasien berdasarkan trias emergency, pasien tidak masuk dalam trias tersebut.
Pasien kemudian ditempatkan di ruang non bedah dan diberi label warna kuning.
Tatalaksana awal : Tata laksana awal pada pasien ini adalah memposisikan pasien di
tempat aman, diberikan Oksigen 2 lpm dan memasang IV line dengan cairan fisiologis.

2.2 IDENTITAS PASIEN


Nama : Ny. SY
Usia : 29 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Ds. Sei Antai Rungan hulu
MRS : 05 November 2017
Tanggal pemeriksaan : 05 November 2017

3
2.3 ANAMNESIS
Dilakukan Autoanamnesis kepada pasien dan Alloanamnesis kepada suami pasien di
ruang IGD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
Keluhan Utama : Muntah
Riwayat Penyakit Sekarang :
Os merupakan rujukan dari RSU Kuala Kurun. Os datang dengan keluhan muntah lebih
dari 10 kali sehari sejak 3hari sebelum masuk rumah sakit. Muntah berisi air bercampur
makanan, warna kecoklatan, bau asam (-), bau busuk (-), lendir (-) dan darah (-). Saat tiba
di RSDS, Os sudah tidak muntah lagi. Sekitar 2 jam sebelum muntah, Os minum roundup
di rumah. Os tidak tahu berapa banyak roundup yang diminum. Menurut pengakuan Os,
ia minum roundup yang disimpan di gudang belakang rumah dan meminumnya disana
selama 2 hari berturut-turut dan sedikit demi sedikit. Pada hari ke 2 ia minum roundup,
suaminya melihatnya dan langsung menghentikannya. Tidak lama setelah itu, Os muntah-
muntah dan segera dibawa ke RSU Kuala Kurun dan dirawat selama 1 hari.
Sakit kepala (-), pusing (-), mual (+),nyeri ulu hati (+),nyeri dada (-), demam (-), nafsu
makan menurun. BAB dan BAK tidak ada masalah.
Menurut pengakuan suami, Os akhir-akhir ini (1 bulan) os berubah menjadi lebih
pendiam dan jarang mengajak anak-anaknya
bermain.Osterlihatseringmelamundansusahtidur di malamhari. Menurutsuami, Os pernah
bertengkar dengan suami beberapa kali karena berbeda pendapat tetapi tidak lama
kemudian berbaikan kembali.
Riwayat Penyakit Dahulu :
3 bulan yang lalu, Os pernah minum roundup dan mengalami gejala yang sama seperti
sekarang. Saat itu pasien masuk IGD RSU Kuala Kurun tetapi tidak dirawat inap karena
keluarga tidak punya biaya.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai sakit serupa

2.4 PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan Umum

4
a. Kesan sakit : Tampak sakit sedang
b. Kesadaran : GCS 15 (E4M6V5)
B. Vital sign
Tekanan Darah: 110/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit, regular, kuat angkat
Respirasi : 24x/menit, regular, pernapasan torakoabdominal
Suhu : 37,1o C
C. Kepala : Normocephal
D. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), mata cekung (-)
E. Leher : Tonsil dan faring hiperemis (-), Kaku kuduk (-), KGB dan tiroid tidak teraba
membesar.
F. Thorax
a. Cor :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba ICS V linea midclavicula sinistra
Auskultasi: SI-SII tunggal reguler, Murmur (-), Gallop (-).
b. Pulmo :
Inspeksi : Simetris (+/+), Massa (-), Retraksi (-/-)
Palpasi : Massa (-), Krepitasi (-)
Perkusi : Sonor (+/+) dikedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki Basah (-/-), Wheezing (-/-)
G. Abdomen
Inspeksi : datar, Massa (-), Jejas (-),
Auskultasi : Bising Usus (+)
Perkusi : Timpani
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak teraba.
H. Ekstermitas : Akral hangat, CRT <2 detik.

5
2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Parameter Hasil Nilai rujukan Interpretasi
Hemoglobin 14,2 g/dl 11-16 g/dl Normal
Leukosit 5.240 /uL 4000-10.000/uL Normal
Trombosit 235.000/uL 150000-450000/uL Normal
Hematokrit 41,7% 37-54% Normal
GDS 100 mg/dl <200 mg/dl Normal
Creatinin 0,97 0,17 1,5 mg/dl Normal

2.6 DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Vomitus
Diagnosis Etiologi : Intoksikasi organofosfat (Roundup)
Diagnosis Kerja : Vomitus ec Intoksikasi Organofosfat (Roundup) dan Episode
Depresi sedang

2.7 PENATALAKSANAAN DI IGD


1. Posisikan pasien berbaring terlentang
2. Berikan O2
3. Pasang IV line dengan cairan fisiologis yaitu RL 20 tpm
4. Inj. Pantoprazole 1 vial/12 jam/IV
5. Oral Mucosta 3x1 tab
6. Sucralfat syrup 3xI C
7. Observasi keadaan umum, tanda-tanda dehidrasi dan percobaan bunuh diri yang lain
8. Edukasi keluarga untuk menjauhkan benda-benda tajam dan bahan kimia lain agar
tidak terjadi percobaan bunuh diri kembali.
9. Pasien dikonsulkan ke Penyakit dalam dan dirawat bersama dengan Psikiatri.

2.8 PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam

6
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
BAB III
PEMBAHASAN

Pestisida yang termasuk ke dalam golongan organofosfat antara lain Azinophosmethyl,


Chloryfos, Demeton Methyl, Dichlorovos, Dimethoat, Disulfoton, Ethion, Palathion, Malathion,
Parathion, Diazinon dan Chlorpyrifos. Pestisida golongan organofosfat makin banyak digunakan
karena sifat-sifatnya yang menguntungkan bagi para petani. Cara kerja golongan ini selektif,
tidak persisten dalam tanah, dan tidak menyebabkan resisten pada serangga. Bekerja sebagai
racun kontak, racun perut dan juga racun pernapasan. Golongan organofosfat bekerja dengan
cara menghambat aktivitas enzim kolinesterase, sehingga asetilkolin tidak terhidrolisa. Oleh
karena itu, keracunan pestisida golongan organofosfat disebabkan oleh asetilkolin yang
berlebihan, mengakibatkan perangsangan secara terus- menerus pada saraf. Keracunan ini dapat
terjadi melalui mulut, inhalasi dan kulit. 1
MEKANISME KERJA ORGANOFOSFAT DALAM TUBUH
Organofosfat bekerja sebagai kolinesterase inhibitor. Kolinesterase merupakan enzim
yang bertanggung jawab terhadap metabolisme asetilkolin (ACh) pada sinaps setelah ACh
dilepaskan oleh neuron presinaptik. ACh berbeda dengan neurotransmiter lainnya dimana secara
fisiologis aktivitasnya dihentikan melalui melalui proses metabolisme menjadi produk yang
tidak aktif yaitu kolin dan asetat. Adanya inhibisi kolinesterase akan menyebabkan ACh
tertimbun di sinaps sehingga terjadi stimulasi yang terus menerus pada reseptor post sinaptik. 3
ACh dibentuk pada seluruh bagian sistem saraf. ACh juga dapat dijumpai di otak
khususnya sistem saraf otonom. ACh berperan sebagai neurotransmiter pada ganglio simpatis
maupun parasimpatis. Inhibisi kolinesterase pada ganglion simpatis akan meningkatkan
rangsangan simpatis dengan manifestasi klinis midriasis, hipertensi dan takikardia. Inhibisi
kolinesterase pada ganglion parasimpatis akan menghasilkan peningkatan rangsangan saraf
parasimpatis dengan manifestasi klinis miosis, hipersalivasi dan bradikardi. Besarnya rangsangan
pada masing-masing saraf simpatis dan parasimpatis akan berpengaruh pada manifestasi klinis
yang muncul. ACh juga berperan sebagai neurotransmiter neuron parasimpatis yang secara
langsung menyarafi jantung melalui saraf vagus, kelenjar dan otot polos bronkus. Berbeda

7
dengan pada ganglion, reseptor kolinergik pada daerah ini termasuk subtipe muskarinik. Inhibisi
kolinesterase secara langsung pada organ-organ ini menjelaskan manifestasi klinis yang dominan
parasimpatik pada keracunan organofosfat, dimana daerah tersebut merupakan target utama
organofosfat.1
Organofosfat merupakan pestisida yang memiliki efek irreversible dalam menginhibisi
kolinesterase, acethylcholine-esterase dan neuropathy target esterase (NTE) pada binatang dan
manusia. Paparan terhadap organofosfat akan mengakibatkan adanya hiperstimulasi muskarinik
dan stimulasi reseptor nikotinik. Organofosfat akan menginhibisi AChE dengan membentuk
phosphorilated enzyme (enzyme-OP complex). AChE ini sangat penting untuk ujung saraf
muskarinik dan nikotinik dan pada sinaps sistem saraf pusat. Inhibisi AChE akan menyebabkan
prolonged action dan asetilkolin yang berlebihan pada sinaps saraf autonom, neuromuskular dan
SSP.1
TANDA DAN GEJALA
Gambaran klinis keracunan organofosfat dapat berupa keadaan sebagai berikut:
1. Sindroma muskarinik
Sindroma muskarinik menyebabkan beberapa gejala yaitu konstriksi bronkus,
hipersekresi bronkus, edema paru, hipersalivasi, mual, muntah, nyeri abdomen,
hiperhidrosis, bradikardi, polirua, diare, nyeri kepala, miosis, penglihatatan kabur,
hiperemia konjungtiva. Onset terjadi segera setelah paparan akut dan dapat terjadi
sampai beberapa hari tergantung beratnya tingkat keracunan. 1
2. Sindroma Nikotinik
Sindroma nikotinik pada umumnya terjadi setelah sindroma muskarinik yang akan
mencetuskan terjadinya sindroma intermediate berupa delayed neuropathy.
Hiperstimulasi neuromuscular junction akan menyebabkan fasikulasi yang diikuti
dengan neuromuscular paralysis yang dapat berlangsung selama 2-18 hari. Paralisis
biasanya juga mempengaruhi otot mata, bulbar, leher, tungkai dan otot pernafasan
tergantung derajat berat keracunan.1
3. Sindroma Sistem Saraf Pusat
Sindroma sistem saraf pusat terjadi akibat masuknya pestisida ke otak melalui sawar
darah otak. Pada keracunan akut berat akan mengakibatkan terjadinya konvulsi. 1
4. Organofosfat-Induced Delayed Neuropathy

8
Organophosphaet-Induced Delayed Neuropathy terjadi 2 4 minggu setelah
keracunan. Monitoring untuk pemaparan organofosfat dilakukan dengan penilaian
kadar AChE darah. Standar nilai penurunan AChE di Indonesia adalah sebagai
berikut:1
a. Normal bila kadar AChE > 75 %
b. Keracunan ringan bila kadar AChE 75 % - 50 %
c. Keracunan sedang bila kadar AChE 50% 25%
d. Keracunan berat bila kadar AChE < 25%
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien diketahui melakukan percobaan
bunuh diri (Tentamen suicide) dengan minum salah satu bahan kimia golongan organofosfat
yaitu Roundup. Didapatkan pasien mengalami mual dan muntah lebih dari 10 kali sejak minum
roundup. Pasien juga mengeluh sakit kepala, pusing serta nyeri ulu hati. Berdasarkan gambaran
klinis keracunan organofosfat di atas, kemungkinan pasien mengalami sindroma muskarinik.
PENATALAKSANAAN INTOKSIKASI ORGANOFOSFAT
a. Hentikan paparan dengan memindahkan korban dari sumber paparan, lepaskan pakaian
korban dan cuci/mandikan korban.
b. Jika terjadi kesulitan pernafasan maka korban diberi pernafasan buatan. Korban
diinstruksikan agar tetap tenang. Dampak serius tidak terjadi segera, ada waktu untuk
menolong korban.
c. Korban segera dibawa ke rumah sakit atau dokter terdekat. Berikan informasi tentang
pestisida yang memapari korban dengan membawa label kemasan pestisida.
d. Keluarga seharusnya diberi pengetahuan/penyuluhan tentang tentang pestisida sehingga
jika terjadi keracunan maka keluarga dapat memberikan pertolongan pertama.
e. Beri atropine 2mg IV/SC tiap sepuluh menit sampai terlihat atropinisasi yaitu: muka
kemerahan, pupil dilatasi, denyut nadi meningkat sampai 140 x/menit. Ulangi pemberian
atropin bila gejala-gejala keracunan timbul kembali. Awasi penderita selama 48 jam
dimana diharapkan sudah ada recovery yang komplit dan gejala tidak timbul kembali.
Kejang dapat diatasi dengan pemberian diazepam 5 mg IV, jangan diberikan barbiturat
atau sedatif yang lain.3
f. Dalam penanggulangan keracunan organofosfat penting dilakukan untuk kasus
keracunan akut dengan tujuan menyelamatkan penderita dari kematian yang disebabkan

9
oleh keracunan akut. Keracunan organofosfat apabila penderita tak bernafas segara beri
nafas buatan, bila racun tertelan lakukan pencucian lambung dengan air, bila kontaminasi
dari kulit, cuci dengan sabun dan air selama 15 menit. Bila ada berikan antidotum seperti
pralidoxime (Contrathion).3
Pengobatan keracunan organofosfat harus cepat dilakukan. Bila dilakukan terlambat
dalam beberapa menit akan dapat menyebabkan kematian. 3
Pada pasien, pasien merupakan rujukan dari RSU Kuala Kurun sehingga saat pasien tiba
di RSUD Doris Sylvanus, kegawatan pada pasien sudah ditatalaksana di RSU Kurun. Saat pasien
tiba di RSDS, onset dari minum roundup adalah 24-36 jam sehingga tatalaksana yang diberikan
di RSDS adalah mengobservasi gejala intoksikasi yang dapat timbul kembali. Pasien diberikan
injeksi Pantoprazole, obat oral mucosta dan Sucralfat sirup untuk mengatasi stress ulcer yang
terjadi pada pasien akibat minum roundup. Selain itu, pasien juga dikonsulkan dan dirawat
bersama bagian psikiatri untuk tatalaksana terhadap keadaan psikis pasien dimana pasien juga
mengalami episode depresi.
EPISODE DEPRESI
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam
perasaaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu
makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan dan rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan
bunuh diri. Gangguan depresi merupakan gangguan yang sering terjadi, dengan prevalensi
seumur hidup sekitar 15%, kemungkinan sekitar 25% terjadi pada wanita. 4
GEJALA KLINIS DEPRESI
Gejala utama (pada derajat ringan, sedang dan berat):4
a. Afek depresif,
b. Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
c. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah
yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
Gejala lainnya:4
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang
b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

10
e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f. Gangguan tidur
g. Nafsu makan berkurang.
Berdasarkan PPDGJ III, depresi digolongkan ke dalam depresi berat, sedang dan ringan sesuai
dengan banyak dan beratnya gejala serta dampaknya terhadap fungsi kehidupan seseorang
berdasarkan gejala utama dan gejala lain di atas yaitu:4
1. Episode depresi ringan, sekurang-kurangnya harus ada dua dari tiga gejala depresi
ditambah dua dari gejala lainnya. Lama episode depresi sekurang-kurangnya selama dua
minggu.
2. Episode depresi sedang, sekurang-kurangnya harus ada dua dari tiga gejala depresi
ditambah tiga atau empat dari gejala lainnya. Lama episode depresi sekurang-kurangnya
selama dua minggu.
3. Episode depresi berat, harus ada tiga gejala utama ditambah sekurang-kurangnya empat
dari gejala lainnya. Lama episode depresi sekurang-kurangnya dua minggu tetapi apabila
gejala sangat berat dan onset sangat cepat, maka dibenarkan untuk menegakkan diagnosa
dalam kurun waktu kurang dari dua minggu.
Pada pasien, didapatkan berdasarkan anamnesa terhadap suami pasien jika pasien selama 1 bulan
terakhir ini terlihat kehilangan minat dan kegembiraan (anhedonia) dan cepat lelah sehingga
menurunnya aktivitas (anenergi) yang termasuk dalam gejala utama depresi, ditambah gejala lain
yang ada pada pasien yaitu gangguan tidur, nafsu makan berkurang dan gagasan bunuh diri
sehingga pasien memenuhi kriteria dua gejala utama dan tiga gejala lain dimana berdasarkan
gejala depresi PPDGJ III, pasien mengarah ke diagnosis episode depresi sedang.

11
BAB IV
KESIMPULAN

TelahdilaporkanpasienatasnamaNy. SY, 29 tahunmerupakanrujukandaridaerah Kuala


Kurundengankeluhanutamamuntahsetelahminum roundup.Berdasarkan anamnesis,
pemeriksaanfisikdanpemeriksaanpenunjang yang dilakukanterhadappasien, didapatkan diagnosis
pasienmengarahkeintoksikasiorganofosfat (roundup).Selainituberdasarkan PPDGJ III
darigejalautamadangejala lain episode depresi, didapatkanduadaritigagejalautamadantigagejala
lain dimanaberdasarkanhaltersebut, diagnosis pasien di bidangpsikiatriadalah episode
depresisedang. Tatalaksanaawalpadapasienmemposisikanpasien, memberikanoksigenasi 2
lpmdanmemasang IV line.Pasienkemudiandiobservasitanda-tanda vital dangejalaintoksikasi yang
dapatmunculkembali.Pasiendikonsulkandandirawatbersamabagianpenyakitdalamdanpsikiatri.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Rustia HN, Wispriyono B, Susanna D, Luthfiah FN. Lama pajanan organofosfat


terhadap penurunan aktivitas enzim kolinesterase dalam darah petani sayuran. Makara
Kesehatan Vol 14 No 2. Jakarta: 2010.
2. Raini M. Toksikologi pestisida dan penangan akibat keracunan pestisida.Media Litbang
Kesehatan Vol XVII No 3. Jakarta: 2007.
3. Lubis HS. Deteksi dini dan penatalaksanaan keracunan pestisida golongan organofosfat
pada tenaga kerja. Sumatera Utara: 2009.
4. Maslim, Rusdi. Diagnosagangguanjiwa. PPDGJ. DirektoratKesehatan RI. Jakarta. 2013.

13

Anda mungkin juga menyukai