Universitas Simalungun
IMAN DAN KEJUJURAN
Kliping: Kejujuran tukang ojek dan ketidakjujuran siswa saat UN
Mencari Inspirasi Kejujuran dari Tukang Ojek yang Kembalikan Uang Rp 9 Ribu
(Detik.com, Senin 28 Desember 2015, 11:01 WIB)
Jujur sudah menjadi barang langka di negeri ini. Apalagi soal urusan uang, entah,
mungkin hanya segelintir orang saja yang masuk ke dalam golongan orang jujur
ini.
Salah satunya yang memberi inspirasi yakni Nurjo (38), driver Go-Jek yang
mengembalikan uang kembalian Rp 9 ribu karena salah hitung. Nilai uangnya
memang kecil, tapi yang dilakukan Nurjo luar biasa.
Pada Jumat (25/12) pagi, ada pelanggan Go-Jek remaja yang juga putra pengamat
politik CSIS Philips J Vermonte yang membeli makanan lewat Go-Food. Uang
yang dibelanjakan Rp 40.700 plus biaya ojek Rp 10 ribu, total biaya menjadi Rp
50.700.
"Untuk menjadi inspirasi tidak mesti menjadi seleb atau orang penting dulu," jelas
pegiat antikorupsi Emerson Yuntho, Senin (28/12/2015).
Kini cerita kejujuran Nurjo menyebar. Sejak akhir pekan lalu di media sosial
banyak juga yang menyebarkan tulisan tangan Nurjo, tulisan itu dia titipkan ke
satpam perumahan karena si empunya rumah yang memesan saat itu tidak ada di
rumahnya.
"Bila semua jujur dari hal yang kecil, tentu Indonesia akan menjadi negara yang
sejahtera. Para pejabat negara bisa mencontoh soal nilai kejujuran ini," urai
Emerson.
Ketidakjujuran Saat UN Berkaitan dengan Korupsi
(REPUBLIKA.CO.ID, Kamis , 16 April 2015, 13:52 WIB)
Musni Umar menyesalkan banyaknya kasus kecurangan yang terjadi pada saat
pelaksanaan UN, padahal UN tidak lagi menjadi penentu
kelulusan."Ketidakjujuran menunjukkan sudah hilangnya pondasi dasar dalam
kehidupan bermasyarakat."
Dia juga menambahkan laporan mengenai kasus kecurangan yang terjadi saat UN
merupakan fenomena gunung es. "Sebenarnya banyak sekali kasus ketidakjujuran
yang tidak terungkap," kata dia.
Jalan keluar dari permasalahan itu, lanjut Musni, adalah menggaungkan kembali
tentang pentingnya kejujuran dalam kehidupan bermasyarakat.
Soal UN merupakan dokumen negara yang sifatnya rahasia, jadi siapa saja
membocorkan soal UN bisa disanksi pidana.
Hal itu sesuai dengan Permendikbud 5/2015 pasal 23 ayat 5, yang mana disebutkan
siapa yang membocorkan soal UN bisa disanksi pidana.
Analisa:
Kliping diatas memuat dua jenis masalah kejujuran dalam hidup manusia yaitu 1)
Mencari Inspirasi Kejujuran dari Tukang Ojek yang Kembalikan Uang Rp 9 Ribu,
dan 2) Ketidakjujuran Saat UN Berkaitan dengan Korupsi. Masalah kejujuran
seorang tukang ojek dan ketidakjujuran siswa saat UN sebagaimana dikemukakan
diatas dapat dikatakan masalah yang selalu dialami setiap orang baik remaja atau
dewasa. Masalah kejujuran seorang tukang ojek yang mengembalikan uang 9 Ribu
diatas adalah tindakan yang sangat baik walaupun nominal uangnya bisa dibilang
sangat kecil tapi tindakan kejujuran yang dilakukan tukang ojek ini untuk tetap
jujur walaupun hal kecil patut di contoh dan diteladani sebagaimana kita tahu
bahwa kejujuran sudah menjadi barang langka di negeri ini. Apalagi soal urusan
uang, entah, mungkin hanya segelintir orang saja yang masuk ke dalam golongan
orang jujur ini, dan jika kejujuran tidak dimulai dari hal kecil tidak akan
mungkinlah bisa untuk jujur dalam hal besar. Karena setiap hal besar dimulai dari
tindakan kecil.
Berbeda dengan sikap kejujuran yang dilakukan tukang ojek diatas kali ini
ketidakjujuran yang dilakukan siswa saat UN sangatlah miris karna hal ini secara
tidak langsung akan berkaitan dengan tindakan korupsi dimasa yang akan datang.
Perilaku korupsi adalah cermin ketidakjujuran. Kalau ketidakjujuran dipupuk sejak
muda, bukan tidak mungkin di kemudian hari akan melahirkan para koruptor,
kecurangan demi kecurangan yang dilakukan siswa saat UN merupakan tindakan
yang akan mempengaruhi tatanan kehidupan masyarakat mengapa jika terus
dibiarkan ketidakjujuran bisa hilang dari pondasi dasar kehidupan bermasyarakat
dan hal ini akan berdampak pada kehidupan sosial setiap orang. Bayangkan jika
tidak ada lagi kejujuran bisa dipastikan secara tidak langsung akan terjadi
kekacauan dan penderitaan dalam kehidupan.
Apa kata Alkitab tentang KEJUJURAN ? Biasanya, jujur hanya diartikan sebatas
mengatakan yang sebenarnya. Atau dengan kata lain tidak berkata bohong. Padahal
kejujuran mempunyai banyak aspek.
Mari kita lihat apa kata Alkitab mengenai kejujuran....
Jika Ya, hendaklah kamu katakan Ya, Jika tidak, hendaklah kamu katakan tidak.
Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat.
(Matius 5:3-7)
Tuhan Yesus mengajarkan bahwa perkataan, berita atau cerita yang benar (tidak
berbohong) tidak memerlukan penegasan apapun sebab di dalamnya sudah
terkandung kebenaran dan dapat dipercaya. Orang yang jujur hanya mengatakan
apa yang benar tanpa perlu bersumpah demi apapun juga.
Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan
kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena
mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.
(Matius 23:3)
Tuhan Yesus mengajarkan Orang yang jujur adalah orang yang tidak munafik. Apa
yang dikatakan itulah juga yang akan dilakukannya. Juga sebaliknya, apa yang
dilakukannya hanyalah apa yang sudah dikatakannya.
Contoh: jika sebagai orang tua kita mengajarkan kepada anak-anak bahwa mereka
tidak boleh malas (dalam segala hal) maka sebagai orang tua yang jujur (kita harus
jadi pelaku/teladan, tidak boleh munafik) kita tidak boleh bersikap malas. Kita
tidak akan mengatakan kepada mereka untuk tidak boleh malas jika kita sendiri
bersikap malas. Aspek kejujuran yang ini lebih membutuhkan sebuah keberanian
dan kebijaksanaan untuk mewujudkannya. Ahli Taurat dan Orang Farisi adalah
contoh yang tepat untuk menggambarkan orang yang tidak jujur. Mereka
mengajarkan banyak hal baik kepada orang lain tetapi mereka sendiri tidak
melakukan apa yang mereka ajarkan. Itulah sebabnya Yesus menasihati agar
mereka hanya mengikuti apa yang mereka ajarkan tapi jangan mengikuti apa yang
mereka lakukan. Mereka tidak melakukan kejujuran dalam hidupnya.
Aku menjawab : jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau
melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.
(I Kor 10:31)
Tuhan Yesus mengajarkan: Orang yang jujur adalah orang yang melakukan segala
hal dalam hidup ini dengan sebuah motivasi yang benar dan tulus. Bukan untuk
mencari nama, bukan untuk menjilat, bukan untuk dihormati dan bukan pula untuk
kepentingan diri sendiri. Melakukan sesuatu karena memang itu yang benar dan
harus dilakukan. Melakukan sesuatu tanpa mengharapkan imbalan apapun. Seperti
yang dikatakan oleh Paulus: lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.
Berkata jujur, mau mengakui kesalahan merupakan cara kita memuliakan Tuhan
dan hal ini harus dilakukan dengan sebuah motivasi yang benar dan tulus.