MACULAR HOLE
Disusun oleh:
Supervisor:
dr. Vanda Virgayanti,M.Ked(Oph), Sp.M
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Macular
Hole tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dr.Vanda
Virgayanti, M.Ked(Oph), Sp.M(K) selaku pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan masukan dan saran dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
makalah dimasa yang akan datang. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
i
PAPER NAMA :Siti Rahmi Nur Fathanah
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100085
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB 3 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
ii
PAPER NAMA :Siti Rahmi Nur Fathanah
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100085
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iii
PAPER NAMA :Siti Rahmi Nur Fathanah
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100085
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
DAFTAR TABEL
iv
PAPER NAMA :Siti Rahmi Nur Fathanah
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100085
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
BAB 1
LATAR BELAKANG
1
PAPER NAMA :Siti Rahmi Nur Fathanah
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100085
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
2
PAPER NAMA :Siti Rahmi Nur Fathanah
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100085
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
2.1.1 Retina
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung
reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Retina membentuk lapisan internal
bola mata. Warna retina biasanya jingga, kadang pucat pada anemia dan iskemia,
merah pada hiperemia. Ketebalan retina beragam, yakni 0,56 mm dekat diskus
opikus 0,1 mm dekat ora serrata (terminasi anterior pada retina yang bersambung
denngan epitel pada badan siliaris), dan bagian tertipis yakni pada fovea. Struktur
retina terdiri dari dua lapisan utama, yaitu outer retinal pigmented epithelium
(RPE) dan inner neural layer. Lapisan retina dibagi lagi menjadi sepuluh lapis,
yakni Sembilan lapis pada lapisan neural sensory dan selapis pada RPE.4,5,6
Lapisan tersebut adalah (dari luar ke dalam):
1. Lapisan epitel pigmen, satu lapisan sel heksagonal yang mengandung
pigmen melamin dan terletak bagian terluar retina.
2. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina atas sel batang yang
mempunyai bentuk ramping dan sel kerucut.
3. Membran limitan eksterna yang merupakan membran maya.
4. Lapis nukleus luar merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan
batang.
5. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat
sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
6. Lapis nukleus dalam merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel
muller lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.
7. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan tempat
sinaps sel bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion.
8. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.
3
PAPER NAMA :Siti Rahmi Nur Fathanah
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100085
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
9. Lapais serabut saraf, merupakan lapisan aksos sel ganglion menuju ke arah
saraf optic. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebgian besar pembuluh
darah retina
10. Membran limitan interna, merupakan membrane hialin antara retina dan
badan kaca.4,5,6
Lapisan luar retina yakni lapisan epitelium, sel kerucut dan batang
mendapat nutrisi dari koroid memalui choriocappillaries. Pembuluh darah di
dalam retina merupakan cabang arteri oftalmika, arteri retina sentral masuk retina
melalui papil saraf optic yang akan memberikan nutrisi pada retina dalam. Rasio
normal arteri : vena pada retina adalah 2:3. Drainase venous pada lapisan dalam
dialirkan ke vena sentral retina. Sedangkan lapisan luar dialirkan ke vena vortex
pada choriocapillaries. Adapun suplai nutrisi untuk sensori retina didapat dari sel
Muller yang terbentang hamper di seluruh ketebalan retina.4,6
4
PAPER NAMA :Siti Rahmi Nur Fathanah
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100085
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
2.1.2 Makula
Macula lutea (dalam Bahasa Latin berarti kuning) adalah area oval pada
kutub posterior mata. Macula bertanggung jawab untuk pengelihaan sentral.
Secara histologis dibedakan dengan extra areal perifer dengan adanya lapisan sel
ganglion yang lebih dari satu ketebalan sel. Sedangkan pada extra areal perifer
hanya memiliki lapisan sel ganglion dengan satu ketebalan sel, secara langsung
pada pusat macula terdapat lubang pada kontur retina, yang disebut fovea
sentralis. umbo, foveola, fovean and perifovea membentuk macula atau area
sentral. Diameter macula kurang lebih adalah 5,5 mm yang terdiri dari diameter
fovea (1,5mm), dua kali diameter parafovea (2 x 0,5mm = 1 mm), dan dua kali
lebar perifovea (2 x 1,5 mm = 3 mm).5,7
Umbo (Pusat Makula) merupakan bagian paling tengah pada macula yang
merupakan bagia dari retina yang menghasil ketajaman pengelihatan paling tinggi.
Sel kerucut paling banyak dijumpai pada umbo. Pada kondisi patologis
berkurangnya reflex foveal bisa terjadi akibat traksi atau edem pada sel glia, dan
bias juga pada sel kerucut.7
5
PAPER NAMA :Siti Rahmi Nur Fathanah
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100085
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Secara langsung pada pusat macula terdapat lubang pada kontur retina,
yang disebut fovea sentralis. Fovea sentralis berukuran 1,5 mm dengan tebal 0,55
mm dan mengandung area sel kerucut yang paling padat. Fovea sentralis diyakini
paling terpengaruh pada Traumatic Macular Hole (TMH). Secara histologis fovea
dideskripsikan sebagai area tanpa laisan sel ganglion dan lapisan reseptor berisi
secara keseluruhan dengan sel kerucut.5,7
6
PAPER NAMA :Siti Rahmi Nur Fathanah
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100085
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Gambar 2.5 Fundus pada Mata Normal Manusia yang Dilihat melalui
Opthalmoscope
Sumber: Schubert, H.D. Structure of the Neural Retina. Dalam Yannoff, M.,
Duker, Jay. 2014. Ophthamology. Edisi keempat. Elsevier. Hal: 421
2.2.2 Epidemiologi
Insidensi macular hole adalah 1/10.000 tiap tahun. Pada IMH umumnya
terjadi pada individu sehat pada usia decade keenam atau ketuju kehidupan.
Rata-rata usia onset awal adalah 65 tahun. Perempuan lebih sering terkena
daripada laki-laki dengan rasio 2:1. Umumnya macular hole terjadi secara
unilateral. Ezra (1998) melaporkan dari pengamatan selama 5 tahun pasien dengan
full-thickness macular hole (FTMH) pada satu mata, risiko terjadinya FTMH pada
mata jiran adalah sebesar 10% sampai 15% 1,2 Sekitar 10-20% kasus terjadi secara
bilateral, tetapi sangat jarak terjadi secara simultan.1,7,8,9,10
7
PAPER NAMA :Siti Rahmi Nur Fathanah
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100085
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
TMH merupakan macular hole kedua yang paling sering. Meskipun TMH
terjadi pada 1,4% dari keseluruhan trauma tumpul pada mata dan 0,15% pada
trauma terbuka pada mata, TMH terkadang dapat menyebabkan kehilangan
pengelihatan secara signifikan dan permanen. TMH lebih sering terjadi pada usia
muda, dikarenakan pada usia muda sangat erat kaitannya dengan olahraga,
rekreasi, pekerjaan, dan transportasi. Studi retrospektif mengemukakan pasien
TMH berusia lebih muda ( sekitar 27,11 tahun) dan kebanyakan laki-laki (86,3%),
serta dengan daya pengelihatan yang lebih buruk.2,11
2.2.4 Patogenesis
Teori awal pathogenesis macular hole adalah proses degenerative akibat
insufisiensi vascular. Gass memaparkan peran vitreus dan berhipotesis bawa traksi
tangensial, yang kemungkinan menyebabkan sel Muller proliferasi dan kontraksi
pada vitreoretinal adalah faktr utama pathogenesis macular hole. Hasil
histopatologi terkini serta temuan pada OCT, didapatkan pada beberapa macular
holes jaringan foveal dengan jumlah yang signifikan, termasuk kerucut, robek dari
8
PAPER NAMA :Siti Rahmi Nur Fathanah
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100085
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Keterangan Gambar: (A) Diagram fovea normal. Posterior hyaloid yang masih
intak ditandai dengan garis putus-putus. (B) impending macular hole dengan
ruang kistik di dalam foveal umbo. Terdapat perlepasan perifoveal pada hyaloid
posterior. (C) Stadium 2 macular hole, dengan terpisahnya atap kista foveal.
Perlepasan ini meluas keluar yang menimbulka FTMH. (D) Stadum 3 makular
9
PAPER NAMA :Siti Rahmi Nur Fathanah
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100085
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
hole dijumpai hyaloid terlepas dari fovea tapi tidak dari diskus optikus. (E)
Stadium 4 macular hole dengan terlepasnya vitreous posterior secara
keseluruahan.13
Adapun pathogenesis terbentuknya lubang pada TMH masih kontroversi.
Yanagiya, et al mengemukakan teori adanya gaya impakasi yang ditransmisikan
ke macula sehingga mengakibatkan rupture fovea. Yamashita, et al
mengemukakan dua teori TMH. Pertama adalah hilangnya peneglihatan segera
akibat terlepasnya fovea. Kedua adalah hilangnya pengelihatan yang tertunda
akibat terlepasnya fovea namun vitreofoveal masih persisten adhesi. Akan tetapi
progresi penyakit TMH masih sulit diprediksi secara klinis.2
10
PAPER NAMA :Siti Rahmi Nur Fathanah
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100085
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
serta menatap matahari atau gerhana. Riwayat penggunaan obat yang bias
berpengaruh terhadap macular cystoid edema, seperti niasin sistemik, dan
prostaglandin analog topikal.12,14
2. Pemeriksaan Fisik
A. Pemeriksaan Visus
Ketajaman pengelihatan pada pasien macular hole tergantung pada ukuran,
lokasi, dan stadium macular hole. Pasien dengan lubang kecil dan eksentrik dapat
mempertahankan ketajaman pengelihatan pada rentang 20/25 hingga 20/40. Akan
tetapi, kebanyakan kasus ketajaman pegelihatan pasien macular hole beraagam
dari 20/80 hingga 20/400.14
B. Slit-lamp Biomicroscopy
Slit lamp dilakukan pada macula dan vitreoretinal, serta diskus optikus.
Letak yang tidak seharusnya pada celah cahaya oblik dapat menilai perubahan
yang terjadi pada profil permukaan retina seperti pada macular hole atau lepasnya
lapisan epitel pigmen, pada macular hole juga dapt ditemui adanya depresi pada
fundus.14,15
11
PAPER NAMA :Siti Rahmi Nur Fathanah
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100085
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
12
PAPER NAMA :Siti Rahmi Nur Fathanah
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100085
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
3. Ancillary Test
Optical coherence tomography (OCT) merupakan standar baku emas
dalam diagnosis dan klasifikasi macular hole. Beberapa informasi yang lengkap
mengenai anatomi, ukuran macular hole, dan adanya traksi pada prosesus vitreus
atau membrane epiretinal OCT dapat membedakan macular hole dengan keadaan
patologis lain pada macula, seperti OCT dapat membedakan macular hole dengan
lamellar hole dan pseudohole.1,3,17
FTMH digambarkan dengan hilangnya seluruh jaringan retina dan fovea,
sebaliknya pseudoholes dan lamellar holes digambarkan dengan adanya
perubahan kontur fovea dengan lapisan neurosensory retinan yang utuh. OCT
dalam stadium 1 impending macular hole menunjukkan hilangnyacelah fovea
dengan telepasnya foveola. Pada stadium 2, tampak lubang retina full-thickness
yang kecil. Pseudooperculum bias terliht maupun tidak. Pada stadium 3,
menunjukkan lubang retina full-thickness dengan edam macula dan cairan
subretinda di sekelilignya. OCT pad stadium 4, menunjukkan hilangnya jaringan
retina di fovea secara komplit.1,13,17
13
PAPER NAMA :Siti Rahmi Nur Fathanah
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100085
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
opthalmoscop. Pada fovea hanya sedikit penipisan selama keadaan struktur dari
fovea itu masih baik, pada macular hole stadium Ib macular hole akan terlihat
lingkaran kuning yang berada di daerah fovea.7
14
PAPER NAMA :Siti Rahmi Nur Fathanah
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100085
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
b) Stadium 2
Sumber: Yannoff, M., Duker, Jay. 2014. Ophthamology. Edisi keempat. Elsevier.
Hal: 601
15
PAPER NAMA :Siti Rahmi Nur Fathanah
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100085
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
c) Stadium III
Pada bagian stadium III macular hole adalah akhir dari peroses viterofoveal yang
merupakan kelanjutan dari stadium II. Proses dari perkembangan lubang sudah
selesai dimana lubang tersebut berukuran 350-600 m. Saraf retina lebih tipis dan
lebih lembut serta lebih kecil dan berbentuk bulatan yang kecil dibagian cairan
subretina. Cairan tersebut jarang mengalami perubahan yang cepat karena luasnya
kerusakan dari retina. Penumpukan kuning dapat dilihat pada bagian dasar retina
yang rusak dan akan mengalami kista perifoveal. Pada stadium III akan
mengalami visus 20/200-20/800(6/60 6/240) meskipun penglihatan yang baik
adalah 20/40 (6/12) walaupun di stadium III dapat terlihat tetapi ini jarang
terjadi9.
16
PAPER NAMA :Siti Rahmi Nur Fathanah
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100085
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
d) Stadium IV
17
PAPER NAMA :Siti Rahmi Nur Fathanah
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100085
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
18
PAPER NAMA :Siti Rahmi Nur Fathanah
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100085
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Tabel 2.1
Sumber: Garratt. S.,et al. 2017. Idiopathic Macular Hole. American Academy of
Ophthalmology
19
PAPER NAMA :Siti Rahmi Nur Fathanah
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100085
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
2.2.8 Penatalaksnaan
1. Stadium Awal
Beberapa orang dengan stadium 1-A atau 1-B macular hole yang terdiri
dari kista dapat sembuh total tanpa pengobatan. Satu studi menyatakan bahwa
pasien dengan kista foveal dapat memiliki kemampuan pengelihatan yang baik
selama 5 tahun. Kebanyakan pasien dengan kemampuan visus yang baik dapat
dilakukan berobat jalan atau kembali bila gejala memburuk.
2. Stadium Lanjut
Pada pasien dengan stadium 2 ganggguan pengelihatan yang lebih buruk
akan segera terjadi apabila tidak diterapi. Selain itu, apabila lubang macular hole
membesar, membrane epiretinal terbentuk, maka kesuksesan prosedur penutupan
macular hole juga akan berkurang.
Sumber: Garratt. S.,et al. 2017. Idiopathic Macular Hole. American Academy of
Ophthalmology
20
PAPER NAMA :Siti Rahmi Nur Fathanah
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100085
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
2.2.9 Prognosis
Pada stadium 1 psien dapat sembuh dengan spontan pada 50% kasus.
Akan tetapi, pada stadium 2 ke atas apabila tidak dilakukan operasi dapat
mengakibatkan kehilangan pengelihatan yang permanen. Suatu studi menyatakan
risiko untuk terkena FTMH pada mata sebelahnya yakni 10-15%. 1,7,13
Kesuksesan operasi secara anatomis di tentukan 2-4 minggu setelah
operasi menggunakan OCT. studi terkini mengkonfirmasi badhwa kesuksesan
anatomis (85%-100%) dapat diraih dengan vitrektomi pada semua jenis stadium
macular hole. Pada pasien deng visus 20/20 atau visus yang tergolong masih baik,
pasien masih bisa dapat merasakan gejala pengelihatan yang abnormal pada
pengelihatan tengah. Hasil OCT yang menunjukkan adanya gangguan pada
segmen dalam atau luar pada macular hole memberikan prognosis yang lebih
buruk dibandingan segmen yang masih intak. Selain itu lubang yang gagal
menutup pada operasi pertama memberika prognosis yang lebih buruk bahkan
diabandingkan pasien macular hole yang berhasil menutup namun terbuka
kembali di kemudian hari.7,13
2.2.10 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi seteleah vitrektomi untuk memerbaiki
macular hole terdiri dari komplikasi akut dan komplikasi jangka panjang.
Komplikasi akut meliputi robekan pada retina dan endoftalmitis. Sedangkan
komplikasi jangka panjang meliputi katarak dan retinal detachment, ataupun
terbukanya kembali macular hole. Adapun komplikasi yang jarang terjadi adalah
glaucoma dan gangguan lapangan pandang.1
21
PAPER NAMA :Siti Rahmi Nur Fathanah
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100085
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
DAFTAR PUSTAKA
22
PAPER NAMA :Siti Rahmi Nur Fathanah
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100085
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Didapat di https://www.retinalphysician.com/issues/2014/june-
2014/traumatic-macular-holes-in-the-pediatric-and-adole. Diakases pada 30
September 2017.
12. Steel, D.H.W., Lotery, A.J. 2013. Idiopathic Vitreomacular Traction and
Macular Hole: A Comprehensive Review of Pathophysioloy, Diagnosis,and
Treatment. Eye (2013) 27, S1-S21. Macmilam Publisher. Diakses di
https://www.nature.com/eye/journal/v27/n1s/full/eye2013212a.html.
Diakses pada 30 September 2017.
13. Cour, M. Friis, J. 2002. Macularhole: Classification, Epidemiology, Natural
history and Treatment. Eye Departement, Rigshospital, Copenhagem,
Denmark. Vol: 80. Issue: 6. Diakses di
:///Helibrary.wiley.com/doi/10.1034/j.1600-0420.2002.800605.x/pdf/. Pada
27 Sepember 2017.
14. Garratt. S.,et al. 2017. Idiopathic Macular Hole. American Academy of
Ophthalmology. Diakses di https://www.aao.org/guidelines-
browse?filter=preferredpracticepatternsguideline. Diakses pada 29
September 2017.
15. Gellrich, M. 2015. The Fundus Slit Lamp. Vol 4:56. Springer Plus. Diakses
di
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4401483/pdf/40064_2015_
Article_838.pdf. Diakses pada 30 September 2017.
16. Pandey, A.N., et al. 2016. A Study on Amslers Grid in Acquired Macular
Disoreder. Ophthalmology Research: An Internal Journal. Vol 6(3):1-7.
Diakses di
http://www.journalrepository.org/media/journals/OR_23/2016/Dec/Pandey6
32016OR28850.pdf. Diakses pada 1 Oktober 2017.
17. Lowe, R.J. Gentile. R.C. 2013. Application of Optical Coherence
Tomography and Macular Holes in Ophthalmology. Diakses di
http://cdn.intechopen.com/pdfs/43466/InTech-
Application_of_optical_coherence_tomography_and_macular_holes_in_op
hthalmology.pdf. Diakses pada 2 Oktober 2017.
23
PAPER NAMA :Siti Rahmi Nur Fathanah
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100085
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
24