Laporan Praktikum Kimia Fisik II Volum M
Laporan Praktikum Kimia Fisik II Volum M
Natrium klorida, juga dikenal dengan garam dapur atau halit, adalah senyawa kimia
dengan rumus kimia NaCl. Senyawa ini adalah garam yang paling mempengaruhi salinitas
laut dan cairan ekstraseluler pada banyak organisme multiseluler. Massa molar 58.44
g/mol, tidak berwarna/berbentuk kristal putih, densitas 2.16 g/cm3 ,titik leleh 801C (1074
K), titik didih 1465C (1738 K), kelarutan dalam air 35.9 g/100 mL (25C). Larutan ini
berbahaya pada kontak mata dan kulit. Kontak langsung dengan mata dapat ditangani
dengan membasuh mata dengan air mengalir dan mata tebuka terus menerus dalam waktu
15 menit. Pada kontak kulit dapat segera dibasuh dengan air dingin sekurang-kurangnya 15
menit. Pakaian atau sepatu yang terkena harus dikeluarkan dan dibersihkan sebelum
digunakan kembali. Terkena kulit segera basuh dengan air selama 15 menit (Anonim,
2015).
2.1.3 NH4Cl
Ammonium klorida susunannya terdiri atas butir butir cair / padat di dalam suatu
gas. Ammonium klorida ini dapat digunakan sebagi obat pembunuh serangga dalam
pertanian dan perkebunan. Ammonium klorida dapat menyebabkan iritasi pada saluran
pernafasan, dan iritasi pada saluran pencernaan sehingga menyebabkan diare. Massa
molar dari NH4Cl sebesar 53.49gmol-1. Kelarutannya pada air 29.7g/100g. Larutan ini
memiliki pH 5,5 dan memiliki titik didih 5200C (968F). Ammonium klorida meleleh pada
suhu 3380C (640F). Kontak langsung dengan mata dapat ditangani dengan membasuh mata
dengan air mengalir dan mata tebuka terus menerus dalam waktu 15 menit. Pada kontak
kulit dapat segera dibasuh dengan air dingin sekurang-kurangnya 15 menit. Pakaian atau
sepatu yang terkena harus dikeluarkan dan dibersihkan sebelum digunakan kembali.
Terkena kulit segera basuh dengan air selama 15 menit (Anonim, 2015).
Vj = P, t, n .( 1 )
(Atkins, 1994).
Volum molal parsial dari komponen suatu biner dapat dihitung dari penentuan rapat
massa larutan untuk sederet konsentrasi. Metoda perpotongan grafik adalah cara yang
paling jelas secara grafik untuk menggambarkan kuantitas molal parsial. Untuk cara ini
volum satu mol larutan (yaitu total satu dari dua komponen) didenahkan terhadap fraksi
mol salah satu komponennya (Alberty, 1992).
Titik sifat molal parsial tergantung pada konsentrasi. Oleh karena itu mengetahui
ketergantungan konsentrasi sangat penting untuk memahami solusi(larutan). Semua sifat
termodinamika yang cukup luas, volume adalah yang paling mudah untuk divisualisasikan.
Hal ini juga berlaku untuk volume molal parsial, yang didefinisikan sebagai:
1 = ( ) 2 = ( )
1 2
2 1
Volume molal parsial komponen 1 adalah volume per mol senyawa 1dalam larutan.
Demikian pula, volume molal parsial komponen 2 adalah volume per mol senyawa 2
dalam larutan. Perubahan total volume untuk perubahan dalam konsentrasi larutan adalah:
= ( ) 1 + ( ) 2
1 2
2 1
(Castellan, 1983).
BAB 3. METODE PERCOBAAN
Larutan NaCl
- diencerkan NaCl 3 M dengan pelarut air pada labu ukur 50 mL dengan
variasi konsentrasi 1,5 M; 0,750 M; 0,500 M; 0,375 M
- ditimbang piknometer kosong (we).
- ditimbang piknometer yang diisi penuh dengan aquades (wo), dicatat
massa dan suhunya.
- ditimbang piknometer yang diisi penuh dengan NaCl berbagai
konsentrasi dimulai dari konsentrasi terendah, dicatat massanya
- dicatat temperature didalam piknometer setiap penimbangan.
- dilakukan triplo
Hasil
Larutan NH4Cl
- diencerkan NaCl 3 M dengan pelarut air pada labu ukur 50 mL dengan
variasi konsentrasi 0,5 M; 0,25 M, 0,16 M, 0,125 M.
- ditimbang piknometer kosong (we).
- ditimbang piknometer yang diisi penuh dengan aquades (wo), dicatat
massa dan suhunya.
- ditimbang piknometer yang diisi penuh dengan NaCl berbagai
konsentrasi dimulai dari konsentrasi terendah, dicatat massanya
- dicatat temperature didalam piknometer setiap penimbangan.
- dilakukan triplo
Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 NaCl
Massa V1 V2
Konsentrasi d (g/mL) m (molal)
rata-rata (mL/mol) (mL/mol) (mL/mol)
0,375 M 41,632 g 1,001 0,383 94,14 92,65 82,51
0,500 M 41,792 g 1,008 0,511 91,71 89,42 78,28
0,750 M 41,699 g 1,016 0,772 90,21 85,96 73,72
1,500 M 42,071 g 1,043 1,570 89,45 73,42 62,20
4.1.2 NH4Cl
Massa V1 V2
Konsentrasi d (g/mL) m (molal)
rata-rata (mL/mol) (mL/mol) (mL/mol)
0,125 M 41,514 g 0,990 0,127 69,40 69,23 69,30
0,160 M 41,531 g 0,991 0,162 68,50 68,25 68,40
0,250 M 41,537 g 0,992 0,255 67,90 67,42 67,80
0,500 M 42,575 g 0,995 0,516 66,50 65,12 66,30
4.2 Pembahasan
Percobaan kali ini adalah Volume Molal Parsial. Bahan yang digunakan pada
praktikum ini adalah NaCl dan NH4Cl dengan pelarut akuades. Volume molal parsial
adalah volume perbandingan antara pelarut dengan zat terlarut. Volume molal parsial
ditentukan oleh banyaknya mol zat terlarut yang terkandung dalam 1000 gram pelarut.
Volume molal memiliki 3 sifat termodinamika utama yaitu volume molal parsial dari
komponen-komponen dalam larutan, entalpi molal parsial (juga disebut sebagai panas
diferensial larutan) dan energi bebas molal parsial (disebut potensial kimia).
Sifat-sifat ini dapat ditentukan dengan bantuan melalui metode grafik, dengan
menggunakan hubungan analitik yang menunjukkan J dan ni, serta dengan menggunakan
suatu fungsi yang disebut besaran molal nyata yang ditentukan sebagai: . Sifat
termodinamika molal parsial yang jika salah satu sifat (misalnya volume molal parsial)
komposisinya diubah, maka akan berpengaruh pada harga volume molal itu sendiri.
Misalnya, harga konsentrasi diubah, maka volume molalnya juga akan berubah dari
keadaan awal. Akan tetapi, jika salah satu sifatnya yang diubah, misalnya entalpi molal
parsialnya, maka hal tersebut tidak akan mempengaruhi harga sifat molal parsialnya,
karena yang dihitung perubahannya hanyalah jumlah molnya bukan sifat-sifat
termodinamika molal parsialnya.
Percobaan kali ini menggunakan variasi konsentrasi dari larutan NaCl. NaCl
digunakan sebagai bahan zat terlarut dikarenakan NaCl merupakan eletrolit kuat yang
dapat terurai menjadi ion Na+ dan Cl- di dalam air dan mampu menyerap air tanpa adanya
penambahan volume suatu larutan, sehingga disebut dengan volume molal parsial semu.
Begitu pula pada NH4Cl yang juga merupakan elektrolit kuat. Bahkan pada beberapa
penelitian NH4Cl memiliki daya hantar listrik yang lebih besar dibndingkan NaCl. Hal ini
disebabkan karena NH4+ merupakan senyawa yang memiliki ukuran lebih bear
dibandingkan Na+. Reaksi yang terjadi pada langkah ini adalah:
NaCl(aq) Na+ (aq) + Cl- (aq)
NH4Cl(aq) NH4+ (aq) + Cl- (aq)
Variasi konsentrasi yang digunakan adalah 0,375 M; 0,500 M; 0,750 M dan 1,500
M. Variasi konsentrasi ini dapat diperoleh dengan cara mengencerkan larutan NaCl 3,0 M.
Larutan NH4Cl juga dienceerkan Pengenceran dapat didapatkan dengan persamaan berikut:
M1V1 = M2V2
Penentuan volum molal larutan NaCl dapat diketahui dengan mengukur berat jenis
dari larutan NaCl. Pengukuran masa jenis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
konsentrasi dengan volum molal parsial. Pada percobaan ini, temperatur dari setiap larutan
NaCl diukur. Hal ini dilakukan untuk mengetahui d0 (berat jenis air pada berbagai
temperatur). Pada setiap temperatur yang berbeda maka nilai dari d0 berbeda. Berdasarkan
data yang telah diperoleh diketahui bahwa semakin besar konsentrasi NaCl dalam larutan
maka densitas dari larutan tersebut juga semakin besar. Perolehan data tersebut sesuai
dengan literatur yang menyebutkan bahwa semakin besar konsentrasi maka masa jenisnya
juga akan semakin besar. Hal tersebut dikarenakan masa jenis NaCl lebih besar
dibandingkan air (masa jenis NaCl = 58,5 g/dm3, masa jenis air = 1,00 g/dm3) sehingga
apabila komponen NaCl dalam larutan semakin banyak, masa jenis dari larutan tersebut
juga akan semakin banyak pula.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang piknometer kosong dan
dicatat sebagai We, penimbangan dilakukan dengan 3 kali pengulangan. Selanjutnya
piknometer diisi dengan air sampai penuh dan ditimbang dengan 3 kali pengulangan,
kemudian diambil rata-ratanya dan dicatat sebagai W0. Selama penimbangan piknometer,
suhu juga dicatat untuk mengamati perubahan-perubahan suhu yang terjadi, karena suhu
juga dapat memengaruhi hasil. Semakin tinggi konsentrasi harusnya semakin tinggi suhu
yang terjadi. Pertambahan molekul, menyebabkan pertambahan kemungkinan terjadinya
tumbukan. Ketika tumbukan terjadi, maka hal tersebut menghasilkan energi panas.
Sehingga, suhu larutan dapat meningkat seiring pertambahan konsentrasi.
Selanjutnya dilakukan pengenceran larutan NaCl 3,0 M dan NH4Cl 1,0 M. Larutan
NH4Cl 1,0 M diencerkan , , 1/6 dan 1/8 dengan konsentrasi menjadi 0,125 M; 0,160 M;
0,250 M; dan 0,500 M. Larutan NaCl 3,0 M juga diencerkan dari sampai 1/8 sehingga
konsentrasinya menjadi 0,375 M; 0,500 M; 0,750 M; dan 1,500 M. Masing-masing larutan
yang sudah diencerkan kemudian dimasukkan ke dalam piknometer dan ditimbang secara
triplo. Penimbangan larutan dilakukan dari konsentrasi terendah. Hal ini dilakukan agar
tidak mempengaruhi hasil pada pengukuran selanjutnya dan mempermudah pencucian
piknometer. Massa hasil penimbangan masing-masing konsentrasi seperti dapat dilihat
dalam table hasil menunjukkan peningkatan dengan meningkatnya konsentrasi.
Massa hasil penimbangan piknometer dengan larutan selanjutnya disebut sebagai
W. Langkah berikutnya yang dilakukan dari nilai W tersebut adalah melakukan
pengukuran berat jenis larutan NaCl dan NH4Cl untuk masing-masing variasi konsentrasi.
Pengukuran berat jenis larutan ini menggunakan piknometer. Persamaan yang digunakan
untuk menghitung berat jenis larutan ini adalah:
0 ( )
d=
(0 )
Setelah didapat harga , kemudian dibuat grafik antara dengan akar dari
konsentrasi untuk memperoleh nilai slopenya. Kemudian dari nilai slope tersebut dapat
digunakan untuk menghitung nilai volume molal parsial 1 dan 2. Selanjutnya, satuan
volume molal parsial yang diperoleh dari perhitungan tersebut yakni cm3/mol, artinya
dalam 1 liter larutan jumlah molnya adalah 1. Berikut grafik yang diperoleh untuk volume
molar semu NaCl.
88
Linear ()
86
84
0 0.5 1 1.5
m
Seperti terlihat pada grafik di atas, nilai semakin kecil dengan bertambahnya
konsentrasi. Hasil ini menunjukkan bahwa volume molal semu berbanding terbalik dengan
konsentrasi. Hal ini disebabkan karena zat terlarutnya semakin banyak sehingga volume
yang diperlukan untuk membentuk konsentrasi tertentu semakin kecil sehingga didapatkan
nilai volume molal semu yang kecil.
Grafik m terhadap
70
69.5
69
y = -7.4113x + 71.742
68.5
R = 0.9604
68
67.5
67 Linear ()
66.5
66
0 0.2 0.4 0.6 0.8
m
Grafik di atas merupakan grafik NH4Cl. Grafik ini juga menunjukkan semakin
besar konsentrasi maka volume molar semu akan menurun. Dari grafik diatas juga dapat
dinyatakan bahwa harga volume molal dipengaruhi oleh molalitas dan densitas larutan,
dimana pertambahan molalitas menyebabkan berkurang volume molal nyata larutan gula
(). Jika harga molalitas dinaikkan dalam jumlah tertentu dan densitas larutan juga
dinaikkan dalam jumlah tertentu maka volume molal nyata larutan gula () akan turun.
Volume molal parsial larutan tidak dapat ditentukan secara langsung tetapi hampir
setara dengan volume molar parsial larutan, karena volume molar lebih mudah ditentukan
sehingga yang dihitung adalah volume molar larutannya. Volume molar pelarut ini
dihitung dengan persamaan:
V1= + ( 2
) ( )
3
V2= + ( 2 ) ( )
0.8 m
0.6
Linear (m)
0.4
0.2
0
0 20 40 60 80 100
m
Grafik V2 terhadap m
y = -0.0603x + 5.2836
1.8 R = 0.9834
1.6
1.4
1.2
1
V2
0.8 M
0.6
Linear (M)
0.4
0.2
0
0 20 40 60 80 100
m
Hal yang serupa juga terjadi pada grafik V2 vs m. Grafik volume molal parsial zat
terlarut juga menurun secara linear dengan penambahan konsentrasi. Grafik V1 yang
diukur di atas memiliki slope yang lebih besar dengan nilai R2 yang lebih besar daripada
nilai V2.
Grafik V1 terhadap m
0.6 y = -0.0989x + 6.942
R = 0.9732
0.5
0.4
V1
0.3
M
0.2
Linear (M)
0.1
0
64 65 66 67 68 69 70
m
Grafik diatas merupakan grafik volume molal parsial pelarut pada NH4Cl. Volume
molal parsial pelarut disini akuades yang dijadikan sebgai pelarut sedangkan sebagai zat
terlarut adalah NH4Cl yang mana grafiknya terdapat di bawahnya. Volume molal parsial
pelarut pada NH4Cl ini juga menunjukkan nilai yang semakin kecil dengan bertambahnya
konsentrasi.
Grafik V2 terhadap m
0.6 y = -0.1353x + 9.4575
R = 0.9412
0.5
0.4
V2
0.3
m
0.2
Linear (m)
0.1
0
66 67 68 69 70
m
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Volume molal parsial penambahan volume yang terjadi bila satu mol komponen
ditambahkan pada larutan. Volume molal parsial dapat ditentukan dengan menggunakan
metode penimbangan menggunakan pinkometer untuk menentukan berat jenis yang
kemudian digunakan untuk mendapatkan molal larutan. Dari praktikum ini dapat dilihat
bahwa semakin besar konsentrasi maka volume molal parsial akan semakin kecil. Hal
tersebut terjadi karena Konsentrasi berhubungan dengan n (jumlah mol). Sehingga,
pertambahan konsentrasi akan memperkecil volume molal parsial.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk para praktikan adalah agar hati-hati dalam
melakukan praktikum ini agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan seperti kerusakan alat
dan lain-lainnya. Praktikan juga dianjurkan agar teliti dalam menimbang bahan dan alat
yang ada agar hasil yang diperoleh akan baik dan sesuai yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Rao, RR dan Fasad, KR. 2003. Effects of Volume and Partial Molar Volume Variation.
India : Journal Bearings.
Tim Kimia Fisika. 2014. Penuntun Praktikum Kesetimbangan Kimia. Jember : FMIPA
UNEJ.
LAMPIRAN
1. Pengenceran
a. Konsentrasi 1,5
M1 x V1 = M2 x V2
1,5 M x 50 mL = 3 M x V2
75
V2 = 3
= 25
b. Konsentrasi 0,75
M1 x V1 = M2 x V2
0,75 M x 50 mL = 3 M x V2
37,5
V2 = 3
= 12,5
c. Konsentrasi 0,50
M1 x V1 = M2 x V2
0,50 M x 50 mL = 3 M x V
25
V2 = 3
= 8,3
d. Konsentrasi 0,375
M1 x V1 = M2 x V2
0,375 M x 50 mL = 3 M x V2
18,75
V2 = 3
= 6,25
b. Konsentrasi 0,75
0 ( ) 0,99 ( 41,792 31,0873 )
d= (0 )
= (41,5126 31,0873)
= 1,016
c. Konsentrasi 0,50
0 ( ) 0,99 ( 41,699 31,0873 )
d= (0 )
= (41,5126 31,0873)
= 1,008
d. Konsentrasi 0,375
0 ( ) 0,99 ( 41,632 31,0873)
d= (0 )
= (41,5126 31,0873)
= 1,001
2. Molalitas larutan
a. Konsentrasi 1,5
1 1
m= = 1,043 = 1,570 molal
2
1000
58,5
1,5 1000
b. Konsentrasi 0,75
1 1
m= = 1,016 = 0,772 molal
2
1000
58,5
0,75 1000
c. Konsentrasi 0,50
1 1
m= = 1,008 = 0,511 molal
2
1000
58,5
0,50 1000
d. Konsentrasi 0,375
1 1
m= = 1,001 = 0,383 molal
2
1000
58,5
0,375 1000
b. Konsentrasi 0,75
1000 1000 ( 41,792 41,5126 )
2 (2 )( 0 ) 58,5(58,5 0,772 )( (41,5126 31,0873) )
=
0
= = 90,21
1,016
c. Konsentrasi 0,50
1000 1000 ( 41,699 41,5126 )
2 (2 )( 0 ) 58,5(58,5 0,511 )((41,5126 31,0873))
=
0
= = 91,71
1,008
d. Konsentrasi 0,375
1000 1000 ( 41,632 41,5126 )
2 (2 )( 0 ) 58,5(58,5 0,383 )((41,5126 31,0873))
=
0
= = 94,14
1,001
5. Grafik vs
1,253 85,74
0,878 90,21
0,715 91,71
0,619 94,14
Grafik m terhadap
96
y = -12.525x + 101.3
94 R = 0.9791
92
m
90
88
Linear ()
86
84
0 0.5 1 1.5
6. Mencari nilai V1
V1= + ( 2
) ( )
a. Konsentrasi 1,5
V1= + ( 2
) ( )
1,570
V1 = 85,74 + ( 2
1,253) (-12,52)
V1 = 73,42
b. Konsentrasi 0,75
V1= + ( 2
) ( )
0,772
V1 = 90,21+ ( 2
0,878) (-12,52)
V1 = 85,96
c. Konsentrasi 0,5
V1= + ( 2
) ( )
0,511
V1 = 91,71+ ( 2
0,715) (-12,52)
V1 =89,42
d. Konsentrasi 0,375
V1= + ( 2
) ( )
0,383
V1 = 94,14+ ( 2
0,619) (-12,52)
V1 = 92,65
4. Grafik V1vs m
V1 m
73,42 1,57
85,96 0,772
89,42 0,511
92,65 0,383
grafik V1 terhadap m
1.8 y = -0.0632x + 6.2002
1.6 R = 0.9965
1.4
1.2
1
V1
0.8 m
0.6
Linear (m)
0.4
0.2
0
0 20 40 60 80 100
m
3
5. Mencari nilai V2= + ( 2 ) ( )
a. Konsentrasi 1,5
3
V2= + ( 2 ) ( )
3
V2 = 85,74+ ( 2 1,253 ) (-12,52)
V2 =62,20
b. Konsentrasi 0,75
3
V2= + ( 2 ) ( )
3
V2 = 90,21+ ( 2 0,878) (-12,52)
V2 =73,72
c. Konsentrasi 0,50
3
V2= + ( 2 ) ( )
3
V2 = 91,71+ ( 2 0,715) (-12,52)
V2 =78,28
d. Konsentrasi 0,375
3
V2= + ( 2 ) ( )
3
V2 = 94,14+ ( 2 0,619) (-12,52)
V2 =82,51
6. Grafik V2 vs m
v2 M
62,20 1,570
73,72 0,772
78,28 0,511
82,51 0,383
grafik V2 terhadap m
y = -0.0603x + 5.2836
1.8 R = 0.9834
1.6
1.4
1.2
1
V2
0.8 M
0.6
Linear (M)
0.4
0.2
0
0 20 40 60 80 100
m
1. Pengenceran
a. Konsentrasi 0,5
M1 x V1 = M2 x V2
0,5 M x 50 mL = 1 M x V2
25
V2 = 1
= 25
b. Konsentrasi 0,25
M1 x V1 = M2 x V2
0,25 M x 50 mL = 1 M x V2
12,5
V2 = 1
= 12,5
c. Konsentrasi 0,16
M1 x V1 = M2 x V2
0,16 M x 50 mL = 1 M x V
8
V2 = 1
= 8
d. Konsentrasi 0,125
M1 x V1 = M2 x V2
0,125 M x 50 mL = 1 M x V2
6,25
V2 = 1
= 6,25
2. Berat jenis larutan
a. a Konsentrasi 0,5
0 ( ) 0,99 ( 41,57531,0873 )
d= (0 )
= (41,5126 31,0873 )
= 0,995
b. Konsentrasi 0,25
0 ( ) 0,99 ( 41,537 31,0873 )
d= (0 )
= (41,5126 31,0873)
= 0,992
c. Konsentrasi 0,16
0 ( ) 0,99 ( 41,531 31,0873 )
d= (0 )
= (41,5126 31,0873)
= 0,991
d. Konsentrasi 0,125
0 ( ) 0,99 ( 41,514 31,0873)
d= (0 )
= (41,5126 31,0873)
= 0,990
3. Molalitas larutan
a. Konsentrasi 0,5
1 1
m= = 0,995 = 0,516 molal
2
1000
53,5
0,5 1000
b. Konsentrasi 0,25
1 1
m= = 0,992 = 0,255 molal
2
1000
53,5
0,25 1000
c. Konsentrasi 0,16
1 1
m= = 0,991 = 0,162 molal
2
1000
53,5
0,16 1000
d. Konsentrasi 0,125
1 1
m= = 0,990 = 0,127 molal
2
1000
53,5
0,125 1000
b. Konsentrasi 0,25
1000 1000 ( 41,537 41,5126 )
2 (2 )( 0 ) 58,5(58,5 0,255 )( (41,5126 31,0873) )
=
0
= = 67,9
0,992
c. Konsentrasi 0,16
1000 1000 ( 41,531 41,5126 )
2 (2 )( 0 ) 58,5(58,5 0,162 )((41,5126 31,0873))
=
0
= = 68,5
0,991
d. Konsentrasi 0,125
1000 1000 ( 41,514 41,5126 )
2 (2 )( 0 ) 58,5(58,5 0,127 )((41,5126 31,0873))
=
0
= = 69,4
0,990
5. Grafik vs
0,718 66,5
0,503 67,9
0,402 68,5
0,356 69,4
Grafik m terhadap
70
69.5
69
y = -7.4113x + 71.742
68.5
R = 0.9604
68
67.5
67 Linear ()
66.5
66
0 0.2 0.4 0.6 0.8
6. Mencari nilai V1
V1= + ( 2
) ( )
a. Konsentrasi 0,5
V1= + ( 2
) ( )
0,516
V1 = 66,5+ ( 2
0,718) (-7,411)
V1 =65,12
b. Konsentrasi 0,25
V1= + ( 2
) ( )
0,255
V1 = 67,9+ ( 2
0,503) (-7,411)
V1 =67,42
c. Konsentrasi 0,16
V1= + ( 2
) ( )
0,162
V1 = 68,5+ ( 2
0,402) (-7,411)
V1 =68,25
d. Konsentrasi 0,125
V1= + ( 2
) ( )
0,127
V1 = 69,4+ ( 2
0,356) (-7,411)
V1 =69,23
7. Grafik V1vs m
V1 M
65,12 0,516
67,42 0,255
68,25 0,162
69,23 0,127
Grafik V1 terhadap m
0.6 y = -0.0989x + 6.942
R = 0.9732
0.5
0.4
V1
0.3
M
0.2
Linear (M)
0.1
0
64 65 66 67 68 69 70
m
3
8. Mencari nilai V2= + ( 2 ) ( )
a. Konsentrasi 0,5
3
V2= + ( 2 ) ( )
3
V2 = 66,5+ ( 2 0,718 ) (-0,098)
V2 =66,3
b. Konsentrasi 0,25
3
V2= + ( 2 ) ( )
3
V2 = 67,9+ ( 2 0,504) (-0,098)
V2 =67,8
c. Konsentrasi 0,16
3
V2= + ( 2 ) ( )
3
V2 = 68,5+ ( 2 0,402) (-0,098)
V2 =68,4
d. Konsentrasi 0,125
3
V2= + ( 2 ) ( )
3
V2 = 69,4+ ( 2 0,356) (-0,098)
V2 =69,3
9. Grafik V2 vs m
v2 m
66,3 0,516
67,8 0,255
68,4 0,162
69,3 0,127
Grafik V2 terhadap m
0.6 y = -0.1353x + 9.4575
R = 0.9412
0.5
0.4
V2
0.3
m
0.2
Linear (m)
0.1
0
66 67 68 69 70
m