LYMPHOMA
Disusun Oleh:
Preceptor:
2017
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................ 2
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 2
1.1 Kasus.............................................................................................................. 2
1.2 Basic Science ................................................................................................. 8
1.2.1 Sistem Limfoid ....................................................................................... 8
1.2.2 Lymph Nodes ....................................................................................... 10
BAB II ........................................................................................................................ 13
PEMBAHASAN ........................................................................................................ 13
2.1 Limfoma Non Hodgkin .............................................................................. 18
2.1.1 Definisi ....................................................................................................... 18
2.1.2 Epidemiologi .............................................................................................. 18
2.1.3 Etiologi dan Faktor Risiko ....................................................................... 18
2.1.4 Klasifikasi .................................................................................................. 19
2.1.5 Manifestasi klinis ...................................................................................... 23
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang ........................................................................... 23
2.1.7 Stadium Penyakit ...................................................................................... 24
2.1.8 Management .............................................................................................. 25
2.1.9 Diagnosis Banding .................................................................................... 27
2.1.10 Komplikasi............................................................................................... 27
2.1.11 Prognosis .................................................................................................. 27
2.2 Limfoma Hodgkin ........................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 34
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Kasus
Benjolan di leher kanan dialami sejak kurang lebih 15 bulan sebelum masuk RS,
awalnya benjolan hanya 1 buah di leher, kecil lalu membesar namun tidak diketahui
waktunya, kemudian bertambah menjadi dua dan juga timbul benjolan di perut.
Benjolan terasa nyeri, ada perubahan suara sejak kurang lebih 7 bulan yang lalu. Pasien
juga mengeluhkan nyeri dan sulit untuk menelan. Pasien juga mengatakan mulai
muncul benjolan kecil pada paha sebelah kanan. Mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-
). Demam (-) riwayat demam (). Batuk (+) kadang-kadang, lendir (+) warna putih,
darah (-), nyeri dada (), sesak (-). Nafsu makan menurun, riwayat penurunan berat
badan (+) tidak diketahui berapa kg. tidak ada keluhan BAK dan BAB.
Riwayat penyakit sebelumnya
Riwayat hipertensi tidak ada. ▫
Riwayat DM tidak ada.
Riwayat merokok (+) sejak remaja
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga (-)
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : CM
Berat Badan: 43kg
Tinggi Badan : 165 cm
Tekanan Darah :130/70 mmHg
Nadi : 84x/menit,irama regular
Pernafasan : 20x/menit
Suhu: 36.8°C (axilla)
Kepala
Konjungtiva : anemis (-)
Sklera: ikterus(-)
Bibir : sianosis (-)
Gusi : pendarahan (-)
2
Leher :
Kel.Getah bening : terdapat pembesaran
JVP: 5-2cm H20
Status lokalis: (+), regio colli dextra, ukuran kurang lebih 3x3 cm, Nyeri Tekan
(-), konsistensi keras permukaan rata batas tegas immobile. Massa Tumor (+),
region colli dextra, ukuran kurang lebih 1x1 cm, Konsistensi keras permukaan
rata batas tegas immobile
Thoraks :
Inspeksi : Simetris kiri kanan.
Palpasi : tidak ada massa tumor,tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : Sonor,batas paru hepar ICS VI kanan depan
Auskultasi : BP: Vesikuler, BT: rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung :
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi Iktus cordis teraba, batas jantung kesan normal
Auskultasi : Bj I/II murni regular, bising (-)
Abdomen:
Inspeksi : datar, ikut gerak napas
Auskultasi : peristaltik (+) kesan normal H/L tidak teraba
Palpasi : MT (+), regio lumbalis sinistra, ukuran 1,5x1,5 cm, eritema (+), NT
(+)
Perkusi : Tymphani
Ekstremitas :
Edema : pretibial (-)/(-), dorsum pedis (-)/(-)
Hasil PA :
Klinik : Benjolan dileher/ Lymfoma Maligna.
Mikroskopik : Sediaan hapusan terdiri dari hiperseluler sel-sel inti bulat, besar-
besar, sitoplasma sedikit, inti sel bulat besar, pleomorfik, kromatin kasar, ada
inkluasi dalam inti, sel tersebar diffuse dan padat dengan latar belakang bersih,
tidak ada massa nekrotik, tidak ada bentukan papiler.
Diagnosis : Limfoma Maligna Non Hodgkin.
3
DAFTAR NILAI MODIFIKASI SOCA
(Mohon agar data kandidat, tanggal ujian, dan penguji dilengkapi)
Penguji 1 Penguji 2
Nama : Nama :
Tanda tangan : Tanda tangan :
Pemeriksaan fisik
Leher :
Kel.Getah bening : terdapat pembesaran
JVP: 5-2cm H20
Status lokalis: (+), regio colli dextra,
ukuran kurang lebih 3x3 cm, Nyeri Tekan
(-), konsistensi keras permukaan rata batas
4
tegas immobile. Massa Tumor (+), region
colli dextra, ukuran kurang lebih 1x1 cm,
Konsistensi keras permukaan rata batas
tegas immobile
Abdomen:
Inspeksi : datar, ikut gerak napas
Auskultasi : peristaltik (+) kesan normal
H/L tidak teraba
Palpasi : MT (+), regio lumbalis sinistra,
ukuran 1,5x1,5 cm, eritema (+), NT (+)
Perkusi : Tymphanii.
2. Pemeriksaan penunjang 5
Hasil PA :
Klinik : Benjolan dileher/ Lymfoma
Maligna.
Mikroskopik : Sediaan hapusan terdiri dari
hiperseluler sel-sel inti bulat, besar-besar,
sitoplasma sedikit, inti sel bulat besar,
pleomorfik, kromatin kasar, ada inkluasi
dalam inti, sel tersebar diffuse dan padat
dengan latar belakang bersih, tidak ada
massa nekrotik, tidak ada bentukan
papiler.
3. Diagnosis/diagnosis banding 10
1. Limfoma Non Hodgkin
2. Limfoma Hodgkin
3. Metastasis kanker
4. Menjelaskan Lymphoma 15
5
Hematologi :
Darah Perifer Lengkap
Urinalisis:
Urin lengkap
Kimia Klinik:
- SGOT, SGPT, LDH,
protein total, albumin,
asam urat
- Alkali Fosfat
- Gula darah puasa dan 2
jam PP
- Elektrolit: Na, K, Cl,
Ca, P
b. Biopsi
:
- Histopatologi: REAL-WHO
dan Working Formulation
- Imunoglobulin permukaan
c. Radiologi
- Foto thorax PA dan lateral
- CT scan seluruh abdomen
- USG Abdomen
7. Pengobatan Lymphoma 10
Edukasi dan konseling
Radioterapi
Kemoterapi
6
3
TOTAL 100
7
1.2 Basic Science
1.2.1 Sistem Limfoid
a. Definisi
Sistem limfoid atau limfatik terdiri dari organ yang jaringan dan selnya berperan
dalam imunitas pada organisme,
b. Komponen system limfoid:
1. Organ limfoid: Thymus, Spleen, Lymph Nodes, dan Tonsils
2. Reticular connective tissue stroma
3. Lymphocytes: T & B Plasma Cell
4. Mesenchymal Reticular Cell
5. Epithelial Reticular Cell
6. Macrophages
7. Antigen Presenting Cells
8
Gambar 1.1 Organ Limfoid
d. Lymphoiesis
9
e. Maturasi Limfosit
10
b. Struktur Lymph Nodes
1. Cortex
Struktur cortex dapat dilihat dengan pewarnaan dark-staining untuk melihat
kumpulan limfosit. Bagian cortex sebagian besar terdiri atas limfosit B
dengan germinal center.
2. Medulla:
Bagian medulla tersusun atas medullary cords yang memisahkan dengan
medullary sinus.
11
3. Paracortical Zone:
Paracortical zone berada diantara cortical lymphoid ndules dan medulla,
dan disebut juga dengan T-Dependent region. Daerah ini dikarakteristikan
dengan banyaknya endotheliat post capillary venules.
4. Lymphatic Vessels:
Terdiri atas afferent lymphatic vessels dan efferent lymphatic vessels.
5. Sinus:
Afferent vessel akan menuju ke subscapular sinus lalu ke peritrabecular
sinus lalu menuju ke medullary sinus lalu ke efferent vessels dan keluar
melalui hilum.
c. Fungsi:
- Filtrasi lymph
- Produksi limfosit (lymphoiesis)
- Produksi immunoglobulin
12
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Limfadenopati
2.1.1 Definisi
Pembesaran lymph node >1cm yang dapat terpalpasi pada satu tempat atau
lebih.
2.1.2 Epidemiologi
- 84% dari seluruh kasus lymphadenopathy didiagnosis benign
lymphadenopathy, 16% mengalami keganasan (lymphoma atau metastatic
adenocarcinoma)
- Anak dan dewasa muda umumnya diakibatkan karena infeksi saluran napas
atas, infeksi mononucleosis, toxoplasmsis, atau tuberculosis.
- Usia diatas 50 tahun umunya didiagnosis mengalami keganasan.
- 75% mengalami lymphadenopati terlokalilasi, dengan 55% terletak dari
kepala danleher, 1% supraclavicular, 5% aksila, 14% ingunal dan 25%
generalisata.
13
2.1.3 Etiologi
1. Penyakit infeksi
Virus, misalnya infeksi di saluran napas atas, infeksi mononucleosis
(EBV, CMV) hepatitis A, B, dan C, Herpes Simplex, herpes virus 6,
herpes virus 8, rubella, varicella-zoster, dan campak, adenovirus,
HIV, epidemic keratoconjuntivitis, vaccinia,
Bakteri, misalnya pada streptococcus, staphylococcus, cat-scratch
disease, brucellosis tularemia, plague, chancroid, melioidosis,
demam tifoid, tuberkulosis, sifilis, diptheri, leprosy, bartonella.
Fungi, misal histoplasmosis, coccidioidomycosis,
paracoccidiomycosis.
Chlamydial, lymphogranuloma venerum, trachoma
Parasitik, misal toxoplasmosis, leishmaniasis, trypanosomiasis,
filariasis.
Rickettsial, missal scrub typhus, rickettsialpox, Q fever
2. Kelainan immunologi
a. Rheumatoid arthritis
b. Juvenile rheumatoid arthritis
c. Mixed connective tissue disease
d. Systemic lupus erythematous
e. Dermatomyositis
f. Sjorgen’s syndrome
g. Serum sickness
h. Hipersensitivitas obat
i. Angioimmunoblastic lymphadenopathy
j. Primary biliary disease
k. Silicone-associated
l. Autoimmune lymphoproliferative syndrome
m. IgG4-related disease
n. Immune reconstitution inflammatory syndrome (IRIS)
3. Malignancy
a. Hematologic, hodgkins disease, non-Hodgkins lymphoma, akut atau
kronic lymphocytic leukemia, hairy cell leukemia, malignan
histiocytosis, amyloidosis.
b. Metastasis
4. Lipid storage disease- Gaucher’s Niemann-Pick, Fabry, Tangie.
5. Penyakit endokrin, hipertiroidism
6. Kelainan lain, Castleman’s disease (giant lymph node hyperplasia),
Sarcoidosis, Dermatopathic lymphadenitis, Lymphomatoid
granulomatosis, Histiocytic necrotizing lymphadenitis (Kikuchi’s disease),
Sinus histiocytosis with massive lymphadenopathy (Rosai-Dorfman
14
disease), Mucocutaneous lymph node syndrome (Kawasaki’s disease),
Histiocytosis X, Familial Mediterranean fever, Severe
hypertriglyceridemia, Vascular transformation of sinuses, Inflammatory
pseudotumor of lymph node, Congestive heart failure
2.1.4 Patofisiologi
proliferasi selular
Lymphadenopathy
y
Gambar 2.2 patofisiologi
2.1.5 Diagnosis
1. Terdapat gejela sistemik yang menyertai atau tidak
2. Usia pasien
3. Riwayat infeksi, trauma, pengobatan, bepergian, keganasan sebelumnya,
dll.
4. Lokasi lymphadenopati : cervical, supraclavicular, epitrochlear, axillary,
intrathoracic (hilar versus mediastinal), intra-abdominal (retroperitoneal
versus mesentericversus other), iliac, inguinal, femoral
5. Terlokalisasi atau generalisata yang melibatkan 3 atau lebih area lymph
node yang berbeda.
6. Karakteristik lymph node :
Ukuran, < 1 cm umumnya benign dan dilakukan observasi, hasil
biopsy untuk lymphadenopati > 2 cm pada 9-25 tahun diketahui
15
keganasan atau penyakit granuloma. Ukuran nose 2,25cm
(1,5x1,5cm) diketahui keganasan atau penyakit granuloma.
Tekstur nodus, lembut, keras, kenyal, discrete, matted, dapat
digerakan atau terfiksasi.
- Lymphoma umumnya besar, discrete, simetris, kenyal, firm,
mobile, dan tidak nyeri tekan.
- Metastasis keganasan, keras, tidak nyeri tekan, terfiksasi.
Konsistensi, metastasis karsinoma umumnya keras seperti batu,
lymphoma firm dan kenyal, sedangkan pembesaran akibat infeksi
biasnaya lembut.
Nyeri tekan cenderung diakibatkan oleh proses infeksi, sedangkan
untuk lymphadenopati yang tidak nyeri cenderung akibat
keganasan
Tanda-tanda inflammation,
Splenomegaly, menggambarkan gejala sistemik seperti infeksi
mononucleosis, lymphoma, acute atau chronic leukemia, SLE,
sarcoidosis, toxoplasmosis, cat-scratch disease, kelainan
hematologi lain.
-
Tabel 2.1 Lokasi Lymphadenopati Beserta Penyebab
16
Preauricular Eyelids and conjunctivae, External auditory canal
temporal region, pinna
Right Mediastinum, lungs, Lung, retroperitoneal or
supraclavicular esophagus gastrointestinal cancer
node
Left Thorax, abdomen via Lymphoma, thoracic or
supraclavicular thoracic duct retroperitoneal cancer,
node bacterial or fungal infection
Axillary Arm, thoracic wall, breast Infections, cat-scratch
disease, lymphoma, breast
cancer, silicone implants,
brucellosis, melanoma
Epitrochlear Ulnar aspect of forearm Infections, lymphoma,
and hand sarcoidosis, tularemia,
secondary syphilis
Inguinal Penis, scrotum, vulva, Infections of the leg or foot,
vagina, perineum, gluteal STDs (e.g., herpes simplex
region, lower abdominal virus, gonococcal infection,
wall, lower anal canal syphilis, chancroid,
granuloma inguinale,
lymphogranuloma
venereum), lymphoma,
pelvic malignancy, bubonic
plague
17
2.1.7 Treatment
Pengobatan diberikan sesuai dengan penyebab terjadinya
lymhadenopati dan dilakukan observasi dengan interval 2 hingga 4 minggu.
2.2.1 Definisi
Limfoma non Hodgkin (LNH) adalah kelompok keganasan primer limfosit
yang dapat berasal dari limfosit B, limfosit T dan jarang sel Natural Killer yang berada
dalam system limfe. Pada LNH sebuah sel limfosit berproliferasi secara tidak terkendli
yang mengakibatkan terbentuknya tumor.
2.2.2 Epidemiologi
Pada tahun 2000 di Amerika Serikat terdapat 54.900 kasus baru dan 26.100
orang meninggal karena LNH.
LNH lebih cenderung terjadi pada pria disbanding wanita.
Insidensi LNH meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan mencapai
puncak pada kelompok usia 80-84 tahun.
a) Imunodefisiensi:
25% kelainan herediter langka yang berhubungan dengan terjadinya LNH
yaitu: Severe Combined Immunodeficiency, Hypogamma Globulinemia,
dan Common Variable Immunodeficiency.
b) Agen Infeksius:
EBV DNA ditemukan pada 95% limfoma Burkit endemic, namun
hubungan dan mekanisme EBV terhadap terjadinya limfoma Burkit belum
diketahui.
18
c) Paparan Lingkungan dan Pekerjaan:
Salah satu pekerjaan dengan risiko tingi adalah peternak serta pekerja hutan
dan pertanian. Hal ini disebabkan karena paparan herbisida dan pelarut
organik.
2.2.4 Klasifikasi
Klasifikasi Limfoma non Hodgkin menurut REAL/ WHO
B-Cell Neoplasms
I. Precursor B-cell neoplasm:
Precursor B-lymphoblastic leukemia/lymphoma
19
d. Adult T cell lymphoma/leukemia (HTLV1+)
e. Extranodal NK/T-cell lymphoma, nasal type
f. Enteropathy-type T-cell lymphoma
g. Hepatosplenic gamma-delta T-cell lymphoma
h. Subcutaneous panniculitis-like T-cell lymphoma
i. Mycosis fungoides/Sézary's syndrome
j. Anaplastic large cell lymphoma, T/null cell, primary cutaneous type
k. Peripheral T cell lymphoma, not otherwise characterized
l. Angioimmunoblastic T cell lymphoma
m. Anaplastic large cell lymphoma, T/null cell, primary systemic type
20
Gambar 2.3 Frekuensi Relatif dari Keganasan Limfosit
21
2.2.5 Patogenesis
Peptisida, herbicides,
solvents, organic chemical,
Jxtaposition dari BCL- Induksi stimulasi kronik
wood preservatives, dusts,
2 apoptotic inhibito antigen & disregulasi
hair dye, kemoterapi,
oncogene pada sitokin
paparan radiasi
kroosom 18q21
22
2.2.6 Patofisiologi
Limfoma Non Hodgkin
Hematologi :
Darah Perifer Lengkap
Urinalisis:
Urin lengkap
Kimia Klinik:
- SGOT, SGPT, LDH, protein total, albumin, asam urat
- Alkali Fosfat
- Gula darah puasa dan 2 jam PP
- Elektrolit: Na, K, Cl, Ca, P
e. Biopsi
Biopsi KGB dilakukan hanya 1 kelenjar yang paling representative,
superficial dan perifer.. Spesimen kelenjar diperiksa:
23
- Histopatologi: REAL-WHO dan Working Formulation
- Imunoglobulin permukaan
Diagnosis ditegakkan berdasarkan histopatologi dan sitologi.
f. Radiologi
- Foto thorax PA dan lateral
- CT scan seluruh abdomen
- USG Abdomen
24
Gambar 2.2 Staging Ann Arbour System
2.2.10 Management
A. LNH Indolen
1) Indolen stadium I & II
- Radioterapi
- Kemoterapi dengan radioterapi
- Radioterapi Extended (regional) untuk mencapai nodal yang
bersebelahan
- Radioterapi limfosit subtotal/total (jarang)
25
- Purine Nucleuoside Analogs (Fludarabin/Kladibrin)
- Alkylating Agent Oral (Siklofosfamid/Klorambusid)
- Kemoterapi kombinasi:
CVP: Siklofosfamid + Vinkristin + Prednison
C(CM)OPP: Siklofosfaid + Vinkristin + Prokarbazin
CHOP: Siklofosfamid + Doksorubisin + Vinkristin +
Prednison
FND: Fludabarin + Mitoksantron + Deksametason
- IFN Alfa namun masih belum diketahui efek yang jelas.
- Radioterapi paliatif: untuk tumor yang besar atau untuk
mengurangi obstruksi dan nyeri.
3) Konversi Histologis
LNH indolen yang bertransformasi menjadi agresif memiliki prognosis
buruk dan dapat melibatkan system saraf pusat terutama meningen.
Pengobatan dengan kemoterapi dois tinggi dan transplantasi sel induk.
4) Indolen rekuren
- Terapi radiasi paliatif
- Kemoterapi
- Rituximab (anti CD 20-monoclonal antibodies)
- Transplantasi sumsum tulang
B. LNH Agresif
1) LNH Intermediete/High Grade Terlokalisir
Non bulky stadium IA dan IIA dengan keterlibatan ekstranodal (E)
dapat diterapi dengan regimen yang mengandung doksorubisin minimal
3 siklus lalu dilanjutkan dengan involved field radiotherapy (IFRT).
Kombinasi kemoterapi dan radioterapi pada stadium awal memberikan
hasil yang lebih baik.
26
3) LNH intermediate/high grade yang refrakter/relaps
- Kemoterapi salvage yang terdiri dari dosis tinggi sitosi
arabinose, kortikosteroid dan sisplatin dengan atau tanpa
etoposid.
- Keoterapi dois tinggi dengan radioterapi.
2.2.12 Komplikasi
- Secondary Malignancy seperti leukemia dan tumor solid
- Kanker payudara
- Kanker paru
- Kanker organ pencernaan
- Penyakit jantung
2.2.13 Prognosis
LNH dapat dibagi kedalam 2 kelompok prognostik:
a. LNH Indolen memiliki prognosis yang relative baik tetapi biasanya tidak dapat
disembuhkan pada stadium lanjut. Sebagian tipe indolen adalah noduler atau
folikuler.
b. Limfoma agresif: memiliki perjalanan penyakit yang lebih pendek namun dapat
disembuhkan secara signifikan dengan kemoterapi kombinasi intensif.
27
2.3 Limfoma Hodgkin
2.3.1 Definisi
Penyakit Hodgkin termasuk dalam keganasan limforetikular yaitu limfoma
malignum yang terbagi dalam limfoma malignum Hodgkin dan limfoma malignum
non Hodgkin. Kedua penyakit tersebut dibedakan secara histopatologis, dimana pada
limfoma Hodgkin ditemukan sel Reed Sternberg. Sel Reed Sternberg berasal dari
folikel sel B yang mengalami gangguan struktur padaimunoglobuli, sel ini juga
mengandung suatu faktro transkripsi inti sel (NFkB) yang menyebabkan gangguan
apoptosis.
28
2.3.4 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Pemeriksaan darah, anemi,eosinophilia, peningkatan laju endap darah, pada
flow cytometry dapat terdeteksi limfosit abnormal atau limfositosis dalam sirkulasi.
Pada pemeriksaan faal hati terdapat gangguan faal ati yang tidak sejalan dengan
keterlibatan limfoma pada hati. Peningkatanalkali fosfatase dan adanya icterus
kolestatik dapat merupakan gejala paraneoplastik tanpa keterlibatan hati. Dapat
terjadi obstruksi biliaris ekstrahepatik karena pembesaran kelenjar getah bening porta
hepatis.
Pemeriksaan faal ginjal, peningkatan kreatinin dan ureum dapat
diakibatkanobstruksi ureter. Adanaya nefropathy urat dan hiperkalsemi dapat
memperberat fungsi ginjal. sindorma nefrotik sebagai fenomena paraneoplastik dapat
terjadi pada limfoma Hodgkin. Hiperurisemi merupakan manifestasi peningkatan
turn-over akibat limfoma. Hiiperkalsemi dapat disebabkan sekunder karena produksi
limfotoksin (osteoclast activating factor) oleh jaringan limfoma. Kadar LDH darah
yang meningkat dapat menggambarkan massa tumor dan turn-over. Poliklonal
hipergamaglobulinemia sering didapatkan pada limfoma Hodgkin dan non Hodgkin.
2. Biopsi Sumsum Tulang
Dilakukan pada stadium lanjut untuk keperluan staging, keterlibatan sumsung
tulang pada limfoma Hodgkin sulit didiagnosis dengan aspirasi sumsum tulang.
3. Radiologis
Pemeriksaan foto thorax untuk meihat limfadenopai hilar danmediastinal,
efusi pleura atau lesi parenkim paru. Obstruksi aliran limfatik mediastinal dapat
menyebabkanefusi chylous (seperti susu)
USG abdomen kurang sensitive dalam mendiagnosis adanya limfadenopai.
Pemeriksaana CT-Scan thoraks untuk mendeteksi abnormalitas parenkim paru dan
mediastinal sedangkan CT Scan abdomen memperlihatkan limfodenopati retro
peritoneal, mesenteric, portal, hepatosplenomegali atau lesi di ginjal.
2.3.5 Staging
Penentuan staging sangat penting untuk terapi dan menilai prognosis. Staging
dilakukan menurut Cotswolds (1990) yang merupakan modfikasi dari klasifikasi Ann
Arbor (1971).
1. Stadium I, keterlibatan satu regio kelenjar getah bening atau struktur jaringan
limfoid (limpa, timus, cincin waldayer) atau keterlibatan 1 organ
ekstralimfatik.
29
2. Stadium II, keterlibatan ≥2 regio kelenjar getah bening pada sisi diaphragm
yang sama (kelenjar hilus bila terkena pada kedua sisi termasuk stadium II);
keterlibatanlokal 1 organ ektranodal atau 1 tempat dan kelenjar getah bening
pada sisi diafragma yang sama (IIE). Jumlah region anatomic yang terlibat
ditulis dengan angka (contoh: II)
3. Stadium III, keterlibatan region kelenjar getah bening pada kedua sisi
diafragma (III) dapat disertasi lien (IIIs), atau keterlibatan 1 organ ektranodal
(IIIE) atau keduanya (IIISE)
4. Stadium IV, keterlibatan difus/diseminata pada 1 atau lebih organ ektranodal
atau jaringandengan atau tanpa keterlibatan kelenjar getah bening.
Keterangan yang dicantumkan pada setiap stadium :
A A tanpa gejala
B Demam (suhu >38⁰C), keringat malam, penurunan berat badan>10% dalam
waktu 6 bulan sebelumnya)
X Bulky disease (pembesaran mediastinum >1/, adanya massa kelenjar
dengan diameter maksimal 10cm)
E Keterlibatan 1 organ ektranodal yang contiguous atau proksimal terhadap
region kelenjar getah bening
CS Klinikal stage
Ps Pathologic stage (contoh : ditemukan pada laparotomy)
30
Sembuh dengan Ya Tidak Ya
kemoterapi
31
2.3.7 Terapi
Pengobatan limfoma Hodgkin adalah radioterapi ditambah dengan
kemoterapi, tergantung dari staging (clinical stage) dan factor risiko. Radioterapi
meliputi extended field radioterapi (EFRT), involve field radiotherapy (IFRT) dan
radioterapi (RT) pada limfoma residual atau bulky disease.
Factor resiko untuk terapi menurut German Hodgkin’s Lymphoma Study
Group(GHSG), meliputi :
- Massa mediaastinal yang besar
- Ektranodal
- Peningkatan laju endap darah ≥ 50 untuk tanpa gejala atau ≥ 30 untuk dengan
gejala
- Tiga atau lebih region yang terkena
Menurut EORTC/GELA (Europian Organization for Research and Treatment of
Carcinoma/ Groupe d’Etude des Lymphomes de I’Adulte) faktro resiko yaitu :
- Massa mediastinal yang besar
- Usia 50 tahun atau lebih
- Peningkatan laju endap darah
- Keterlibatan 4 regio atau lebih
32
2.3.8 Diagnosis Banding
- Cytomegalovirus
- Epstein-Barr Virus (EBV) Infectious Mononucleosis (Mono)
- Non-Hodgkin Lymphoma
- Physical Medicine and Rehabilitation for Systemic Lupus Erythematosus
- Sarcoidosis
- Serum Sickness
- Small Cell Lung Cancer
- Syphilis
- Toxoplasmosis
- Tuberculosis (TB)
2.3.9 Komplikasi
- AML
- Penyakit Jantung
- Secondary cancer
2.3.10 Prognosis
Berdasarkan National Cancer Institue’s SEER dari 8000 orang yang menderita
Hodgkin lymohoma dari 1988 dan 2001 survivsl rate dalam 5 tahun
- Stage I Hodgkin lymphoma 90%
- Stage II Hodgkin lymphoma 90%
- Stage III Hodgkin lymphoma 80%
- Stage IV Hodgkin lymphoma 65%
33
DAFTAR PUSTAKA
34