Golongan Obat Antidepresan
Golongan Obat Antidepresan
DISUSUN OLEH :
PEMBIMBING :
-Atypical antidepressants,
Perbedaan jenis antidepresan membedakan efektivitas, keamanan dan efek samping, oleh
karena itu pemilihan antidepresan berdasarkan beberapa kriteria, antara lain: tolerabilitas,
reaksi obat sebelumnya, kondisi medis yang menyertai, interaksi obat dan faktor harga yang
sesuai dengan kemampuan pasien.
1.ANTIDEPRESI TRISIKLIK/POLISIKLIK
Anti depresan trisiklik merupakan anti depresan generasi pertama untuk mengatasi pasien
depresi. Belakangan ini kedudukan antidepresan trisiklik telah digeser oleh anti depresan baru
karena ditolerir dengan lebih baik dan faktor keamanan. Pemberian antidepresan trisiklik
secara oral diserap dengan baik dan level puncak dalam plasma dicapai setelah 2-6 jam,
namun reaksi klinik optimum setelah 2-4 minggu pemberian. Antidepresan trisiklik dan
polisiklik menghambat ambilan neropinefrin dan serotonin ke neuron. Terapi jangka panjang
menyebabkan perubahan dalam reseptor-reseptor sistem saraf pusat tertentu. Obat penting
dalam grup ini adalah imipramin, amitriptilin, desipramin, suatu derivat demetilasi
imipramin,nortriplin, protriptilin dan doksepin. Amoksapin dan maprotilin disebut “generasi
kedua” untuk membedakannya dengan antidepresan trisilik yang lama. Obat generasi kedua
ini mempunyai kerja yang sama dengan imipramin, meskipun memperlihatkan
farmakokinetik yang sedikit berbeda. Semua antidepresantrisiklik (TCA) memiliki efek terapi
yang sama dan pilihan tergantung pada toleransi efek samping dan lama kerja obat. Pasien
yang tidak responsif dengan salah satu TCA dapat diberikan pilihan obat lain dalam golongan
ini.
A.Cara kerja
TCA menghambat ambilan norepinefrin dan serotonin neuron masuk ke terminal saraf
prasinaptik. Dengan menghambat jalan utama pengeluaran neurotransmiter, TCA akan
meningkatkan konsentrasi monoamin dalam celah sinaptik, menimbulkan efek antidepresan.
Teori ini dibantah karena beberapa pengamatan seperti potensi TCA menghambat ambilan
neurotransmiter sering tidak sesuai dengan efek antidepresi yang dilihat di klinik.
Selanjutnya, penghambatan ambilan neurotransmiter terjadi segera setelah pemberian obat
sedangkan efek antidepresan TCA memerlukan beberapa waktu setelah pengobatan terus
menerus. Hal ini menunjukkan ambilan neurotransmiter yang menurun hanyalah satu
peristiwa awal yang tidak ada hubungan dengan efek antidepresan. Diperkirakan bahwa
densitas reseptor monoamin dalam otak dapat berubah setelah 2-4 minggu penggunaan obat
dan mungkin penting dalam mulainya kerja obat.
2.Penghambatan reseptor:
Antidepresan trisiklik efektif mengobati depresi mayor yang berat.Beberapa gangguan panik
juga responsif dengan TCA, lmipramin telah digunakan untuk mengontrol “ngompol”
(kencing ditempat tidur) anak -anak (lebih tua dari 6 tahun) karena obat menyebabkan
kontraksi sfingter interna kandung kencing.Pada waktu ini digunakan secara hati-hati karena
terjadi aritmia jantung dan masalah kardiovaskular lainnya yang berbahaya.Indikasi TCA
yaitu untuk depresi berat termasuk depresi psikotik kombinasi dengan pemberian
antipsikotik, depresi melankolik dan beberapa jenis ansietas. Klomipramin banyak digunakan
untuk gangguan obsesif kompulsif penggunaan lainnya adalah untuk migren, sakit kepala,
enuresis dan nyeri kronik.
C.Farmakokinetik
TCA mudah diabsorbsi per oral dan karena bersifat lipofilik, tersebar luas dan mudah masuk
SSP. Pelarutan lipid ini jugamenyebabkan obat mempunyai waktu paruh panjang, misalnya
4-17 jam untuk imipramin. Respons pasien digunakan untuk menetapkan dosis. Periode
pengobatan awal biasanya 4 - 8 minggu. Dosis dapat dikurangai perlahan kecuali bila terjadi
relaps.
Obat-obat ini dimetabolisme oleh sistem mikrosomal hati dan dikonjugasi dengan asam
glukuronat. Akhirnya, TCA dikeluarkan sebagai metabolit non-aktif melalui ginjal.
D.Efek samping
1.Efek antimuskarinik:
.2.Kardiovaskular:
3.Hipotensi ortostatik:
TCA menghambat reseptor a-adrenergik sehingga terjadi hipotensi ortostatik dan takikardia .
Pada praktik klinik,masalah ini sangat penting terutama untuk orang tua.
4.Sedasi:
5.Perhatian:
Antidepresan trisiklik harus digunakan berhati-hati pada pasien mania depresi, karena dapat
menutupi tingkah maniak. Pemberian pada pasien usia lanjut dan penderita kondisi medis lain
khususnya penderita jantung juga harus berhati-hati. Usia lanjut sangat sensitif terhadap efek
samping berkaitan dengan interaksi TCA dengan reseptor kolinergik dan alpha
adrenergik.Antidepresan trisiklik mempunyai indeks terapi yang sempit sehingga berbahaya
bila mengalami overdosis misalnya 5-6 kali dosis maksimal harian imipramin dapat letal.
Pasien depresi yang ingin bunuh diri harus diberikan obat secara terbatas dan perlu dimonitor.
E.Cara Pemberian
Pemberian TCA dimulai dengan dosis rendah yang ditingkatkan secara bertahap setelah 7-10
hari tidak ada reaksi. Bila setelah 2 minggu masih tidak ada reaksi, dosis boleh ditingkatkan
lagi. Reaksi klinik mungkin terlambat dan dicapai setelah 4 minggu pemberian. Pada usia
lanjut dan pasien dengan gagal ginjal dan hepar, berikan dalam dosis kecil dan titrasi yang
lebih bertahap untuk meminimalkan toksisitas. Penghentian obat secara mendadak dapat
menyebabkan fenomena rebound pada efek samping kolinergik, oleh karena itu turunkan
secara bertahap sebanyak 25-50 mg setiap 3-7 hari.
Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) merupakan antidepresan baru yang khas, hanya
menghambat ambilan serotonin secaras pesifik. Berbeda dengan antidepresan trisiklik yang
menghambat tanpa seleksi ambilan-ambilan norepinefrin, serotonin, reseptor muskarinik, H,-
histaminik dan a-adrenergik. Dibanding dengan antidepresan trisiklik, SSRI menyebabkan
efek antikolinergik lebih kecil dan kordiotoksisitas lebih rendah. Namun demikian,inhibitor
ambilan kembali serotonin yang baru harus digunakan secara seksama sampai nanti setelah
efek jangka panjang diketahui.
SSRI sangat efektif digunakan untuk mengobati depresi dan beberapa jenis gangguan cemas
(misalnya gangguan obsesif kompulsif, gangguan panik dan sosial fobia). SSRI juga efektif
digunakan pada komorbiditas depresi dengan gangguan fisik, misalnya penyakit jantung.
Kejang dan trauma kepala, stroke,demensia, penyakit parkinson, asma, glaukoma dan kanker.
B.Efek samping
SSRI yang ada di indonesia fluoxelin, paroxetin, fluvoxamin dan sertralin. SSRI diserap baik
dengan pemberian oral, level puncak dalam darah setelah 6 jam. Penyerap di usus tidak di
pengaruhi oleh makanan.SSRI secara selektif menghambat ambilan kembali serotonin dan
dapat menyebabkan efek samping saluran cerna dan penundaan orgasme; obat ini relatif
aman pada overdosis. Golongan antidepresan antagonis 5-HT. SSRI kadang-kadang juga
menyebabkan efek samping cemas dan insomnia (fluoxetin), somnolen atau mengantuk berat
(paroxetin), diare(sertralin). Pada minggu pertama terapi dengan SSRI, sering menimbulkan
gejala cemas, gelisah, insomnia, dan gangguan pada pencernaan. Apabila tidak dijelaskan
kepada pasien bahwa gejala tersebut akan menghilang dengan berlalunya waktu, pasien
sering kali menghentikan obat. Pemberian benzodiazepin sementara (misalnya alprazolam)
dapat mengurangi lama danberatnya gejala.SSRI lebih aman dibandingkan dengan
antidepresan TCA bila terjadi overdosis. Penghentian obat secara mendadak dapat
menimbulkan gejala yangbersifat sementara, misalnya lemas, anggota gerak kesemutan,
dizziness dan lain- ain. Fluoxetin dapat menyebabkan hipoglikemia oleh karena itu pada
pasien yang mendapat terapi insulin harus ada penyesuaian dosis.
C.Cara Pemberian
Pemberian SSRI dimulai dengan dosis kecil yang ditingkatkan secara bertahap 2-3 minggu.
Reaksi optimal didapat setelah 4-6 minggu. Pada pasien usia lanjut, disfungsi ginjal dan
hepar, berikan dosis rendah, dimulai dengan dosis tunggal 10 mg pada pagi hari. Reaksi
klinis setelah beberapa minggu pemberian. Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap setelah 2
minggu pemerian menjadi 20 mg, 40 mg dan dosis maksimal adalah 60 mg. Untuk bulimia
nervosa dosis awal 60mg/hari.
A.Fluoksetin
1.Efek:
Fluoksetin sama manfaatnya dengan antidepresan trisiklik dalam pengobatan depresi major.
Obat ini bebas dari efek samping antidepresan trisiklik, termasuk efek antikolinergik,
hipotensi ortosiatik dan peningkatan berat badan. Dokter umum yang banyak menulis resep
antidepresan lebih menyukai fluoksetin dibanding antidepresan trisiklik.Dengan demikian,
fluoksetinsekarang paling banyak diresepkan di AS sebagai antidepresan.
Fluoksetin yang lebih unggul daripada antidepresan trisiklik, selain digunakan untuk depresi,
digunakan pula untuk mengobati bulimia nervosa dan gangguan obsesi kompulsif. Untuk
berbagai indikasi lain, termasuk anoreksia nervosa, gangguan panik, nyeri neuropati diabetik
dan sindrom Premenstrual.
3.Farmakokinetik:
Fluoksetin dikeluarkan secara lambat dari tubuh dengan waktu paruh 1 sampai 10 hari untuk.
Dosis terapi fluoksetin diberikan oral dankonsentrasi plasma yang mantap tercapai setelah
beberapa minggu pengobatan.
4.Efek samping:
Efek samping fluoksetin hilang libido, ejakulasi terlambat dan anorgasme barangkali sedikit
dilaporkan sebagai efek samping yang sering. Fluoksetin tidak menyebabkan aritmia jantung
tetapi dapat menimbulkan kejang.
Proxetin: dosis awal untuk depresi adalah 20 mg dosis tunggal di pagi hari. Bila reaksi kurang
memadai setelah pemberiann 2-3 minggu dosis dapat dinaikkan 10mg/hari sampai dosis
maksimum 50mg/hari.
Sertralin: dosis awal 50mg/hari diberikan sebagai dosis tunggal di pagi atau sore hari. Bila
reaksi belum efektif setelah pemberian 1 minggu atau lebih,dosis dapat dinaikkan secara
bertahap sampai dosis maksimal 200mg. Pada pasien usia lanjut atau gagal ginjal dan hepar
mulai dengan dosis 25mg di pagi hari.
3.MONOAMIN OKSIDASE INHIBITORS (MAOI)
Monoamin oksidase (MAO) adalah suatu enzim mitokondria yang ditemukan dalam jaringan
saraf dan jaringan lain, seperti usus dan hati. Dalam neuron, MAO berfungsi sebagai "katup
penyelamat", memberikan deaminasi oksidatif dan meng-nonaktifkan setiap molekul
neurotransmiter (norepinefrin,dopamin, dan serotonin) yang berlebihan dan bocor keluar
vesikel sinaptik ketika neuron istirahat. inhibitor MAO dapat meng-nonaktifkan enzim secara
ireversibel atau reversibel, sehingga molekul neurotransmiter tidak mengalami degradasi dan
keduanya menumpuk dalam neuron presinaptik dan masuk ke ruang sinaptik. Hal ini
menyebabkan aktivasi reseptor norepinefrindan serotonin, dan menyebabkan aktivasi
antidepresi obat. Tiga inhibitor MAO yang ada untuk pengobatan depresi sekarang:
isokarboksazid dan tranilsipromin.
A.Cara kerja
Sebagian besar inhibitor MAO, seperti isokarboksazid membentuk senyawa kompleks yang
stabil dengan enzim, menyebabkan inaktivasi yang ireversibel. Ini mengakibatkan
peningkatan depot norepinefrin, serotonin dan dopamin dalam neuron dan difusi selanjutnya
sebagai neurotransmiter yang berlebih ke dalam ruang sinaptik..
MAOI digunakan untuk pasien depresi yang tidak responsif atau alergi dengan antidepresan
trisiklik atau yang menderita ansietas hebat. Pasien dengan aktivitas psikomotor lemah dapat
memperoleh keuntungan dari sifat stimulasi MAOI ini. Obat ini juga digunakan dalam
pengobatan fobia. Demikian pula subkategori depresi yang disebut depresi atipikal. Depresi
atipikal ditandai dengan pikiran yang labil, menolak kebenaran dan gangguan nafsu makan.
C.Farmakokinetik
Obat-obat ini mudah diabsorsi pada pemberian oral tetapi efek antidepresan memerlukan 2-4
minggu pengobatan. Regenerasi enzim jika dinonaktifkan secara ireversibel berbeda tapi
biasanya terjadi beberapa minggu setelah penghentian pengobatan. Dengan demikian jika
merubah obat antidepresan, mesti disediakan waktu minimum 2 minggu setelah penghentian
terapi MAOI. Obat ini dimetabolisme dan diekskresikan dengan cepat dalam urin
D.Efek samping
Efek samping yang hebat dan sering tidak diramalkan membatasi penggunaan MAOI.
Misalnya, tiramin, terdapat dalam makanan tertentu, seperti keju , hati ayam, bir dan anggur
merah biasanya diinaktifkan oleh MAO dalam usus. Orang-orang yang menerima MAOI
tidak dapat menguraikan tiramin yang diperoleh dalam makanan ini. Tiramin menyebabkan
lepasnya katekolamin dalam jumlah besar, yang tersimpan di ujung terminal syaraf, sehingga
terjadi sakit kepala, takikardia, mual, hipertensi, aritmia jantung dan stroke. Karena itu,
pasien harus di beritahu menghindarkan makanan yang mengandung tiramin.Fentolamin atau
prazosin berguna dalam pengobatan hiperensi akibat tiramin.
[catatan:Pengobatan dengan MAOI dapat berbahaya terutama pasien depresi bunuh diri.
Ada kemungkinan pasien tersebut menggunakan makanan yang mengandung tiramin secara
sengaja]. Efek samping lain dalam pengobatanMAOI termasuk mengantuk, hipotensi
ortostatik, penglihatan kabur, mulut kering,disuria dan konstipasi. MAOI dan SSRI jangan
diberikan bersamaan karena bahaya “sindrom serotinin” yang dapat mematikan. Kedua obat
memerlukan periode pencucian 6 minggu sebelum memberikan obat lain.
Salah satu contoh obat golongan SNRI adalah venlafaxine yang menyebabkan penghambatan
sentral selektif terhadap ambilan kembali noradrenalin dan serotonin.
Venlafaxien memiliki efek samping yang sama dengan SSRI, yang tersering adalah mual,
sakit kepala, insomnia, somnolen, mulut kering, pusing, konstipasi, astenia, berkeringat dan
gugup. Kebanyakan efek samping ini terkait dosis dan sebagian besar menurun intensitasnya
dan frekuensiny aseiring waktu. Pada dosis yang lebih tinggi dapat terjadi
hipertensi.Overdosis mengakibatkan perubahan EKG (seperti pemanjangan interval QT,
pemanjangan QRS) takikardi sinus, takikardi ventrikel, bradikardia dan kejang.
5.ATYPICAL ANTIDEPRESSANT
Salah satu contoh atypical antidpressant yaitu bupropion, memiliki struktur kimia mirip
amfetamin, obat ini diduga bekerja pada efek dopaminergik.
Efek samping utama berupa perangsangan sentral agitasi, ansietas dan insomnia pada 2%
pasien. Efek samping lain yang dapat terjadi ialah mulut kering, migrain, mual, muntah,
konstipasi dan tremor. Bupropion tidak memperlihatkan efek antikolinergik dan tidak
menghambat MAO.
Dosis awal dewasa 100mg 2 kali sehari, tergantung respons kliniknya,dapat ditingkatkan
hingga 300mg/hari. Diberikan dalam dosis 100mg/kali. Efek terlihat setelah 4 minggu atau
lebih. Dosis dapat dinaikkan hingga 450mg/hari diberikan dalam dosis terbagi.
● Sediaan obat antidepresi dan dosis anjuran yang beredar di Indonesia
● Pemilihan Obat
Pada dasarnya semua obat anti-depresi mempunyai efek primer (efek klinis) yang sama pada
dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek sekunder(efek samping).
*Keterangan : +++ = berat, ++ = sedang, + = ringan, +/- = tidak ada / minimal sekali
Pemilihan jenis obat anti-depresi tergantung pada banyak faktor,toleransi pasien terhadap
efek samping dan penyesuaian efek samping terhadap kondisi pasien (usia, penyakit fisik
tertentu, jenis depresi), interaksi obat dan faktor harga. Sebaiknya dalam pemilihan sediaan
antidepressan perlu dilakukan evaluasi psikiatrik pasien secara menyeluruh dan pemeriksaan
kondisi medis pasien secara menyeluruh. Mengingat profil efek samping, untuk penggunaan
pada sindrom depresi ringan dan sedang yang datang berobat jalan pada fasilitas pelayanan
umum kesehatan umum, pemilihan obat anti depresi sebaiknya mengikuti urutan (stepcare).
a) Initiating Dosage
(dosis anjuran), untuk mencapai dosis anjuran selama minggu I. Misalnya amytriptylin 25
mg/hari pada hari I dan II, 50 mg/hari pada hari III dan IV, 100 mg/hari pada hari V dan VI.
b)Titrating Dosage
(dosis optimal), dimulai pada dosis anjuran sampai dosis efektif kemudian menjadi dosis
optimal. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari selama 7 sampai 15 hari (miggu II), kemudian
minggu III 200 mg/hari danminggu IV 300 mg/hari.
c)Stabilizing Dosage
(dosis stabil), dosis optimal dipertahankan selama 2-3 bulan. Misalnya amytriptylin 300
mg/hari (dosis optimal) kemudian diturunkansampai dosis pemeliharaan.
d) Maintining Dosage
e)Tappering Dosage
(dosis penurunan), selama 1 bulan. Kebalikan dari initiating dosage. Misalnya amytriptylin
150 mg/hari → 100 mg/hari selama 1 minggu,100 mg/hari → 75 mg/hari selama 1 minggu,
75 mg/hari → 50 mg/hari selama 1minggu, 50 mg/hari → 25 mg/hari selama 1
minggu.Dengan demikian obat anti depresan dapat diberhentikan total. Kalau kemudian
sindrom depresi kambuh lagi, proses dimulai lagi dari awal dan seterusnya.
Pada dosis pemeliharaan dianjurkan dosis tunggal pada malam hari (single dose one hour
before sleep), untuk golongan trisiklik dan tetrasiklik.Untuk golongan SSRI diberikan dosis
tunggal pada pagi hari setelah sarapan.
Pemberian obat anti depresi dapat dilakukan dalam jangka panjang oleh karena“addiction
potential”-nya sangat minimal.
● Kegagalan terapi
Kepatuhan pasien menggunakan obat (compliance), yang dapat hilang oleh karena adanya
efek samping, perlu diberikan edukasi dan informasi
Dalam menilai efek obat terpengaruh oleh presepsi pasien yang tendensi negative, sehingga
penilaian menjadi “bias”.
● Kontraindikasi :
-Wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan menggunakan TCA karena resiko teratogenik
besar (khususnya trimester 1) dan TCA diekskresi melalui ASI.