Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

Instalasi pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS) adalah suatu unit fungsional untuk
melaksanakan kegiatan, agar fasilitas yang menunjang pelayanan kesehatan di rumah sakit
yaitu sarana, prasarana dan peralatan selalu berada dalam keadaan laik pakai.

A. Tujuan
Umum

Untuk mencapai kondisi pelayanan rumah sakit secara optimal terintegrasi dalam sistem
pelayanan rumah sakit.

Khusus

a. Terciptanya kegiatan instalasi pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan rumah


sakit.
b. Terciptanya pembinaan teknis bagi teknisi rumah sakit melalui bimbingan bengkel
rujukan maupun dari pihak ketiga.
B. Mekanisme
Dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan sarana, prasarana dan peralatan
rumah sakit memerlukan suatu sistem yang melibatkan bagian-bagian yang saling
berhubungan satu sama lain yaitu:

1. Sistem pengadaan
a. Merancang rencana kebutuhan sarana, prasarana dan peralatan yang digunakan
dalam program pelayanan kesehatan serta kebutuhan suku cadang yang
dipergunakan untuk pemeliharaan dan perbaikan.
b. Mengadakan prasarana dan peralatan perbengkelan yang memadai untuk digunakan
oleh teknisi rumah sakit dalam pemeliharaan dan perbaikan serta tenaga-tenaga
yang terampil dan berkualitas.

2. Pola Pemeliharaan

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 1
a. Pemeliharaan pencegahan (preventive) ialah pemeliharaan yang dilakukan pada
selang waktu tertentu, dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan kerusakan
atau bagian-bagiannya tidak memenuhi kondisi yang dapat diterima. (contoh :
pemeliharaan harian, mingguan, bulanan, tahunan)
b. Pemeliharaan korektif adalah pemeliharaan yang dilakukan untuk memperbaiki
suatu bagian atau seluruhnya, termasuk penyetelan, penggantian bagian yang rusak
untuk memenuhi kondisi yang dapat diterima (contoh : perbaikan ringan, overhoul)
3. Pelaksanaan pemeliharaan
a. Pemeliharaan dilakukan oleh UPSRS, sepanjang memiliki fasilitas kerja, tenaga
yang mampu, dan pelatihan kerja tersedia dengan cukup serta sesuai dengan norma
keselamatan kerja yang berlaku, yang termasuk kategori pemeliharaan ini adalah:
Tingkat nol

Upaya pemeliharaan yang bersifat pencegahan dilakukan oleh operator/user.

Tingkat 1

Pemeliharaan dan perbaikan secara rutin/berkala dilakukan oleh teknisi rumah


sakit.

Tingkat 2

Pemeliharaan dan perbaikan dilakukan oleh teknisi rumah sakit yang dianggap
cakap dan mampu (spesialisasi)

b. Pemeliharaan dilakukan oleh pihak ke- III yaitu perbaikan baik yang bersifat
insidentil (tanpa terikat waktu) maupun terikat melalui suatu kontrak service dengan
jangka waktu tertentu, misalnya 3 bulanan, 6 bulanan atau tahunan. Yang termasuk
kategori pemeliharaan ini adalah:
Tingkat 3

Perbaikan di bengkel rujukan atau pihak ketiga yang sesuai persyaratan yang
berlaku.

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 2
C. Sistem Pembinaan
a. Menjaga kebersihan terhadap sarana, prasarana dan peralatan rumah sakit yang
dilakukan secara rutin/setiap hari dan berkesinambungan.
b. Meningkatkan sistem pemeliharaan dan perbaikan sarana, prasarana dan peralatan
rumah sakit melalui pendidikan, penataran dan latihan untuk menunjang dan
mengembangkan diri dalam rangka pelaksanaan program pelayanan kesehatan.
c. Berpartisipasi dalam tim penyuluhan, pembinaan terhadap pasien, pengunjung dan
petugas/karyawan rumah sakit secara langsung maupun melalui stiker dan pamflet.

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Logistik merupakan seni dan ilmu mengatur dan mengontrol arus barang, energi, informasi,
dan sumber daya lainnya, seperti produk, jasa, dan manusia, dari sumber produksi ke pasar
dengan tujuan mengoptimalkan penggunaan modal . Manufaktur dan marketing akan sulit
dilakukan tanpa dukungan logistik. Logistik juga mencakup integrasi informasi, transportasi,
inventori, pergudangan, reverse logistics dan pemaketan.

Berdasarkan pengertian di atas, maka misi logistik adalah mendapatkan barang yang tepat,
pada waktu yang tepat, dengan jumlah yang tepat, kondisi yang tepat, dengan biaya yang
terjangkau, dengan tetap memberikan kontribusi profit bagi penyedia jasa logistic.

Karenanya, logistik selalu berkutat dalam menemukan keseimbangan untuk 2 hal yang
amatlah sulit untuk disinergikan, yaitu menekan biaya serendah-rendahnya tetapi tetap menjaga
tingkat kualitas jasa dan kepuasan konsumen. Dalam dunia bisnis yang selalu berubah,
manajemen logistik yang baik merupakan sebuah keharusan.

B. Fungsi Manajemen Logistik

Fungsi manajemen logistic sebenarnya sama dengan fungsi manajemen pada umumnya hanya
karena untuk kepentingan tujuan manajemen logistic maka fungsi manajemen logistic adalah
sebagai berikut :

1. Perencanaan
2. Penganggaran
3. Pengadaan
4. Penyimpanan
5. Penyaluran
6. Penghapusan
7. Pengendalian

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 4
Siklus logistic adalah proses sebelum terjadinya kegiatan logistic sampai kegiatan itu dapat
dievaluasi. Diawali dengan perencanaan sampai proses pengawasan dan pengendalian yang
melibatkan semua unsure organisasi mulai dari puncak pimpinan sampai dengan pemakai.

Yang terkait dalam siklus logistic adalah tergantung struktur organisasi di RS yang
bersangkutan, dimana letak organisasi pengelola logistic RS tersebut dan bagaimana
koordinasi diantara unit-unit yang terkait, sehingga sangat menentukan siklus tersebut dapat
berjalan.

C. PERENCANAAN

Perencanaan adalah proses untuk merumuskan sasaran dan menentukan langkah-langkah


yang harus dilaksanakan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kegiatan tidak akan
terselenggara dengan baik dalam arti efektif, efisien dan produktif, tanpa dukunagn berbagai
kegiatan penunjang.Penyususnan suatu rencana tidak boleh dipandang sebagai tujuan
melainkan sebagai cara yang sifatnya sistematik untuk pencapaian tujuan.

Proses perencanaan dilaksanakan oleh semua tingkat dalam organisasi sedangkan fungsi
perencanaan dalam manajemen logistic merupakan salah satu dari sub system aktifitas
perencanaan keseluruhan. Perencanaan didalam manajemen logistic adalah merencanakan
pemenuhan kebutuhan logistic yang pelaksanaannya dilakukan oleh semua calon pemakai,
kemudian diajukan sesuai alur yang berlaku dimasing-masing organisasi.

D. PENGANGGARAN

Penganggaran salah satu mata rantai siklus manajemen logistic yang dalam pelaksanaannya
erat hubungannya dengan perencanaan yang dibuat. Penganggaran sebagai realisasi pendanaan
suatu kegiatan operasional yang telah disesuaikan dengan feedback dari perencanaan dengan
mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas.

Fungsi penganggaran adalah semua kegiatan dan usaha untuk merumuskan perincian
kebutuhan dalam suatu skala standar tertentu yaitu skala mata uang dan jumlah biaya. Dengan
kata lain fungsi penganggaran mempunyai hubungan timbale balik yang erat sekali dengan
fungsi perencanaan oleh karena itu perencanaan harus disusun secara realistis sesuai dengan

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 5
pikiran dukungan sumber dana yang ada dan bila perencanaan sudah disepakati harus ada
kepastian bahwa anggaran untu mendukunganya terjamin

E. PENGADAAN

Fungsi pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah


ditetapkan/disetujui dalam fungsi sebelumnya. Dalam fungsi pengadaan ini dilakukan proses
pelaksanaan rencana pengadaan dan fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan, serta
rencana pembiayaan dan fungsi penganggaran. Bahan-bahaninformasi dai fungsi
penyimpanan, pemeliharaan, penghapusan maupun pengendalian merupakan sarana penunjang
yang vital bagi pelaksanaan pengadaan. Pengadaan sebagai salah satu fungsi manajemen
logistic yang kompleks karena fungsi pengadaan tersebut sangat tekhnis menyangkut pihak
luar dan dalam penyelenggaraannya terkait berbagai kebijaksanaan pemerintah yang
dituangkan dalam berbagai produk hokum. Pengadaan dapat dilakukan dengan berbagai cara :

1. Purchasing (membeli)
2. Leasing (menyewa)
3. Meminjam
4. Hibah/pemberian
5. Menukarkan
6. Reduce (membuat)
7. Repair (memperbaiki)

Pengadaan merupakan suatu siklus yang memerlukan langkah –langkah yang beruntun,
langkah-langkah dalam siklus tersebut adalah :

1. Memilih metoda pengadaan


2. Memilih pemasok dan menyiapkan dokumen kontrak, pemilihan pemasok secara hati-
hati adalah paling penting karena dapat mempengaruhi baik kualitas maupun biaya
yang dibutuhkan
3. Pemantauan status pemesanan. Pemantauan status pemesanan bertujuan untuk
mempercepat pengiriman sehingga efisiensi suplai dapat ditingkatkan
4. Penerimaan dan pemeriksaan bertujuan agar barang yang diterima baik jenis dan
jumlahnya dengan dokumen yang menyertainya.
PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA
- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 6
F. PENYIMPANAN

Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan pengelolaan barang
persediaan ditempat penyimpanan. Pengelolaan tersebut harus dilakuka sedemikian rupa
sehingga :

1. Kualitas barang dapat dipertahankan


2. Barang terhindar dari kerusakan fisik
3. Pencarian baranng mudah dan cepat
4. Barang aman dari pencurian

Untuk keperluan itu dilakukan kegiatan seperti :

1. Perencanaan ruang penyimpanan/gudang


2. Perencanaan dan pengoperasian alat pengukur barang
3. Penyelenggaraan prosedur penyimpanan
4. Pengamanan

Dilihat dari bentuknya gudang dibagi atas :

1. Gudang terbuka
2. Gudang semi terbuka
3. Gudang tertutup

Dilihat dari jenisnya gudang dapat dibagi atas :

1. Gudang transit
2. Gudang serba guna
3. Gudang pendingin
4. Gudang tahan api

G. PENYALURAN

Pendistribusian barang harus sesuai dengan permintaan, tepat waktu, tepat jumlah serta
sesuai dengan spesifikasinya. Pengeluaran barang dalam bentuk pendidtribusian harus dengan

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 7
persetujuan pihak yang berwenang sesuai dengan perencanaan yang diminta oleh pemakai.
Mekanisme pengeluaran barang adalah sesuai dengan prinsip FIFO.

H. PENGHAPUSAN

Penghapusan adalah kegiatan untuk menghilangkan dari barang inventaris bahan atau
barang oleh karena barang sudah rusak, kadaluwarsa sehingga tidak layak dipergunakan lagi,
hilang, susut atau berlaku di RS baik milik pemerintah maupun swasta.

I. PENGENDALIAN

Pengendalian adalah system pengawasan dari hasil pelaporan, penilaian, pemantauan dan
pemeriksaan terhadap langkah-langkah manajemen logistic yang sedang dan telah
berlangsung. Hal tersebut bertujuan agar manajemen logistic yang sedang berlangsung dapat
terarah dan terkendali sesuai dengan perencanaan denga mengingat efisen si dan efektifitas

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 8
BAB III
IMPLEMENTASI IPSRS DI RS “ RS. HORAS INSANI “

a. STUKTUR ORGANISASI
IPSRS melaksanakan tugas dibidang pemeliharaan dan perbaikan sarana, prasarana dan
peralatan rumah sakit, sebagai pelaksanaan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
134/Menkes/IV/78, tanggal 28 April 1978 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit
Umum.
Organisasi IPSRS

(RS. HORAS INSANI PEMATANGSIANTAR)

Manager Rumah Tangga

Kaur. UPSRS Ka. Inst/Kaur ӿ

Administrasi

PJ Teknik Teknisi Alkes Teknisi Lantai

Pengganti + Umum 1,2,3,4,5,6, luar gedung

Ket :

ӿ : Unit terkait yaitu keperawatan, Penunjang Medis, dll

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 9
b. Peran dan Wewenang
1. IPSRS adalah suatu instalasi kerja, merupakan unsur pelaksana dalam organisasi rumah
sakit yang bertugas melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan sarana, prasarana dan
peralatan rumah sakit.
2. Kepala IPSRS adalah pimpinan yang mengkoordinir UPSRS dan bertanggung jawab
kepada Kepala Bagian Rumah Tangga.
3. Sekertaris adalah yang mengkoordinir kegiatan administrasi teknik, umum, logistik dan
perlengkapan, bertanggung jawab kepada kepala IPSRS.
4. Teknisi adalah petugas yang melaksanakan kegiatan teknis pmeliharaan dan perbaikan
sarana, prasarana, peralatan medik atau non medik di rumah sakit dan bertanggung
jawab langsung kepada kepala IPSRS.

c. Uraian Tugas
1. Kepala Urusan IPSRS

Pengertian

Seseorang yang mempunyai tanggung-jawab dan wewenang dalam mengelola Instalasi


Sarana Prasarana Rumah Sakit (IPSRS)

Kedudukan dalam organisasi

a. Kepala IPSRS adalah seorang yang melaksanakan tugasnya dibawah koordinasi Kepala
Bagian Rumah Tangga.
b. Bertugas melakukan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan sarana, prasarana dan
peralatan rumah sakit.
c. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala IPSRS bertanggung-jawab kepada Kepala
Bagian Rumah Tangga.
d. Kepala IPSRS dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh:
- Urusan Administrasi Teknik
- PJ teknik
- Pelaksana teknisi

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 10
Tanggung-jawab

Sebagai Kepala IPSRS bertanggung-jawab menyelenggarakan kegiatan pemeliharaan dan


perbaikan sarana. Prasarana dan peralatan rumah sakit serta memberikan masukan kepada
Kepala Bagian Rumah Tangga tentang kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan tugas
pokoknya.

Uraian tugas

1. Merencanakan kegiatan penyediaan, pemeliharaan dan perbaikan sarana, prasarana dan


peralatan di rumah sakit.
2. Mengawasi kegiatan pelaksanaan pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan dan
perbaikan sarana, prasarana dan peralatan di rumah sakit.
3. Menyiapkan petunjuk teknis dalam kegiatan pemeliharaan dan perbaikan sarana,
prasarana dan peralatan di rmah sakit.
4. Mengawasi kegiatan pelaksanaan pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan dan
perbaikan sarana, prasarana dan peralatan di rumah sakit yang dilaksanakan oleh pihak
ke-III.
5. Menyiapkan dan mengolah data inventarisasi sarana dan peralatan di rumah sakit.
6. Melaksanakan pengawasan dan pengoperasian peralatan rumah sakit.
7. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan kalibrasi peralatan di rumah sakit.
8. Menyiapkan dan melaksanakan sistem pelaporan sarana, prasarana dan peralatan di
rumah sakit.
9. Berkoordinasi dan bekerjasama dengan unit terkait.
10. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan dan pelatihan.
11. Menjadi role model bagi bawahannya.
12. Menciptakan suasana kerja yang harmonis.
13. Membuat program peningkatan mutu.

2. PJ, Pengganti dan Umum

Pengertian

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 11
Seseorang yang mempunyai tanggung-jawab dalam pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan sarana dan peralatan baik alat umum maupun alat kesehatan di RS RS. Horas
Insani.

Kedudukan dalam organisasi

a. PJ, Penggan
b. ti dan Umum adalah seorang yang melaksanakan tugasnya dibawah koordinasi Kepala
IPSRS.
c. Bertugas melakukan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan sarana, prasarana dan
peralatan rumah sakit.
d. Dalam melaksanakan tugasnya PJ, Pengganti dan Umum bertanggung-jawab kepada
Kepala IPSRS.
e. Kepala UPSRS dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh:
- Urusan Administrasi Teknik
- Pelaksana Teknik

Tanggung-jawab

PJ, Pengganti dan Umum membantu Kepala IPSRS dalam menyelenggarakan kegiatan
pemeliharaan dan perbaikan sarana, prasarana dan peralatan rumah sakit serta memberikan
masukan kepada Kepala IPSRS kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan tugas
pokoknya.

Uraian tugas

1. Melakukan kegiatan teknis dalam pemeliharaan dan perbaikan sarana, prasarana dan
peralatan di rumah sakit.
2. Melaksanakan kegiatan pengawasan dalam pelaksanaan pemasangan dan pemeliharaan
dan perbaikan sarana, prasarana dan peralatan di rumah sakit.
3. Menyiapkan dan melaksanakan penelaahan teknis dalam kegiatan pemeliharaan dan
perbaikan sarana, prasarana dan peralatan di rumah sakit yang dilaksanakan oleh pihak
ke-III.
4. Melaksanakan pengawasan dan pengoperasian peralatan rumah sakit.

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 12
5. Berkoordinasi dan bekerjasama dengan unit terkait.
6. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan dan pelatihan.
7. Menciptakan suasana kerja yang harmonis.
8. Membantu Kepala Urusan IPSRS dalam melakukan pengawasan terhadap kegiatan
pemeliharaan sarana dan peralatan di rumah sakit.
9. Membantu teknisi lantai maupun teknisi alkes dalam kegiatan pemeliharaan.
10. Menggantikan teknisi lantai/alkes yang dinas sore, cuti, libur, ijin, dll dengan uraian
tugas sesuai uraian tugas teknisi lantai/alkes.
11. Membuat laporan harian.
12. Menjaga kelancaran penggunaan alat-alat kesehatan di RS RS. Horas Insani .
13. Berkoordinasi dan bekerjasama dengan unit terkait.
14. Menciptakan suasana kerja yang harmonis.

3. Teknisi Alat Kesehatan

Pengertian

Seseorang yang mempunyai tanggung-jawab dalam pelaksanaan pemeliharaan alat-alat


kesehatan RS RS. Horas Insani

Tanggung-jawab

Teknisi alat kesehatan membantu Kepala IPSRS dalam melaksanakan kegiatan


pemeliharaan dan perbaikan peralatan kesehatan rumah sakit serta memberikan masukan
kepada Kepala IPSRS kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan tugas pokoknya.

Kedudukan Dalam Organisasi

a. Teknisi alat kesehatan adalah seorang yang melaksanakan tugasnya dibawah


koordinasi Kepala IPSRS.
b. Bertugas melakukan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan peralatan kesehatan di
rumah sakit.
c. Dalam melaksanakan tugasnya teknisi alat kesehatan secara administratif dan
fungsional bertanggung-jawab kepada Kepara Urusan IPSRS dan secara teknis
operasional bertanggung-jawab seluruh Ka. Inst.
PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA
- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 13
d. Teknisi alat kesehatan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh:
- Urusan Administrasi Teknik
- PJ, Pengganti, Umum

Uraian tugas

a. Melakukan kegiatan teknis dalam pemeliharaan dan perbaikan di rumah sakit.


b. Melaksanakan kegiatan pengawasan dalam pelaksanaan pemasangan dan pemeliharaan
dan perbaikan peralatan kesehatan.
c. Melaksanakan pengawasan dalam kegiatan perbaikan peralatan kesehatan di rumah
sakit yang dilaksanakan oleh pihak ke-III.
d. Melaksanakan pengawasan dan pengoperasian peralatan kesehatan rumah sakit.
e. Melaksanakan kegiatan kalibrasi peralatan di rumah sakit.
f. Melakukan pemeliharaan rutin pada alat-alat kesehatan sesuai jadwal yang telah
ditetapkan.
g. Membuat laporan harian.
h. Membuat permintaan dan analisa terhadap kerusakan yang memerlukan penggantian
spare part/unit.
i. Menjaga kelancaran penggunaan alat-alat kesehatan di RS RS. Horas Insani .
j. Berkoordinasi dan bekerjasama dengan unit terkait.
k. Menciptakan suasana kerja yang harmonis.

4. Teknisi Umum

Pengertian

Seseorang yang mempunyai tanggung-jawab dalam pelaksanaan pemeliharaan sarana dan


peralatan uum di lantai tertentu di RS RS. Horas Insani .

Kedudukan Dalam Organisasi

a. Teknisi lantai adalah seorang yang melaksanakan tugasnya dibawah koordinasi Kepala
IPSRS.

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 14
b. Bertugas melakukan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan peralatan umum di rumah
sakit.
c. Dalam melaksanakan tugasnya teknisi umum secara administratif dan fungsional
bertanggung-jawab kepada Ka. IPSRS dan secara teknis operasional bertanggung-
jawab kepada Kaur atau Ka. Inst. Dimana petugas tersebut didelegasikan.
d. Teknisi alat kesehatan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh:
- Urusan Administrasi Teknik
- PJ, Pengganti, Umum
Uraian tugas

a. Melakukan kegiatan teknis dalam pemeliharaan dan perbaikan alat umum di rumah
sakit.
b. Melaksanakan kegiatan pengawasan dalam pelaksanaan pemasangan dan pemeliharaan
dan perbaikan peralatan kesehatan.
c. Melaksanakan pengawasan dalam kegiatan perbaikan peralatan umum di rumah sakit
yang dilaksanakan oleh pihak ke-IIII.
d. Melaksanakan pengawasan dan pengoperasian alat-alat umum di rumah sakit.
e. Melaksanakan kegiatan pengujian pada peralatan umum di rumah sakit.
f. Melakukan pemeliharaan rutin pada alat-alat umum sesuai jadwal yang telah
ditetapkan.
g. Membuat laporan harian.
h. Membuat permintaan dan analisa terhadap kerusakan yang memerlukan penggantian
spare part/unit.
i. Menjaga kelancaran penggunaan alat-alat umum di RS RS. Horas Insani .
j. Berkoordinasi dan kerjasama dengan unit terkait.
k. Menciptakan suasana kerja yang harmonis.

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 15
d. Ketenagaan
Ketenagaan IPSRS

NO Jabatan Jumlah Pendidikan Keterangan

1. Ka. Sub. Bid. Umum 1 S1


Kualifikasi tenaga
2. Kepala Rumah Tangga 1 S1 disesuaikan dengan

Teknisi bidang tugasnya


3. 6 STM / D3

Kriteria tenaga yang diharapkan sebagai berikut:

1. Kepala IPSRS
Tingkat pendidikan D3 / S1

Bidang elektromedik, instrumentasi, mesin, listrik atau elektronika.

2. Tenaga Administrasi
Tingkat pendidikan SLTA / D3

Bidang administrasi umum atau administrasi rumah sakit.

3. Teknisi
Tingkat pendidikan D3 Elektromedik untuk teknisi alat kesehatan.

Tingkat pendidikan STM untuk teknisi umum.

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 16
BAB IV

LINGKUP PEKERJAAN

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 134/Menkes/SK/IV/1978 April 1978


tentang susunan dan tatacara kerja rumah sakit umumtelah ditetapkan tugas dan fungsi UPSRS
sebagai berikut:

A. Fungsi Kerja IPSRS


1. Penyediaan
a. Penyediaan air bersih yang memnuhi standar atau kriteria untuk dapat dijadikan air
minum.
b. Penyediaan air panas untuk kegiatan mandi dan sterilisasi.
c. Penyediaan gas teknik dan gas medis.
d. Penyediaan tenaga listrik.
e. Penyediaan udara segar.
f. Penyediaan komunikasi.
g. Penyediaan jasa teknis.
2. Pengelolaan
a. Pengelolaan instalasi air bersih.
b. Pengelolaan gas medis.
c. Pengelolaan sistem alarm.
d. Pengelolaan peralatan pembasmi hama, instrumen dan bahan lain.
3. Pemeliharaan dan perbaikan
a. Bangunan, yaitu gedung perawatan, kantor, poliklinik, instalasi lain-lain.
b. Instalasi air bersih, air panas.
c. Instalasi listrik.
d. Instalasi gas teknik, gas medis.
e. Peralatan komunikasi.
f. Peralatan elektronika dan elektromedik.
g. Peralatan radiasi dan laboratorium.
4. Pelatihan
a. Operator peralatan listrik dan elektromedik.

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 17
b. Paramedis guna menjaga keselamatan kerja peralatan bagi petugas/operator,
penderita dan pekerja lainnya.
c. Pemeliharaan berkala bagi operator dalam menjaga peralatan laik pakai.
d. Teknisi selaku pemeliharaan dan perbaikan sarana, prasarana dan peralatan.
e. Pengukuran dan kalibrasi peralatan.
B. Kegiatan IPSRS
1. Perencanaan
a. Menyusun rencana kerja dan kegiatan UPSRS tehunan, bulanan, mingguan dan
harian.
b. Menyusun petunjuk teknis dan petunjuk operasional dari pemakaian sarana dan
peralatan.
c. Menyusun peraturan kelaikan operasional sarana, prasarana dan peralatan yang
menunjang pelayanan kesehatan.
2. Pelaksanaan
a. Melakukan penilaian uji fungsi dan uji coba sarana, prasarana dan peralatan baik
yang baru maupun yang selesai diperbaiki.
b. Melakukan pemeliharaan.
c. Melakukan kegiatan teknis dalam kegiatan medis, yaitu:
- Mempersiapkan pelayanan teknis dalam tim medis.
- Melakukan pelayanan medis teknisi dalam tim medis.
- Melakukan tindakan dalam keadaan darurat terhadap peralatan medis dan
penunjangnya.
d. Melakukan penilaian terhadap sarana, prasarana dan peralatan, yaitu:
- Dalam rangka pengadaan.
- Dalam rangka pemeliharaan dan perbaikan.
- Dalam rangka pengukuran dalam kalibrasi.
- Dalam rangka pendayagunaan dan penghapusan.
e. Menyusun laporan, yaitu:
- Menyusun data keadaan atau inventarisasi.
- Menyusun laporan kegiatan.
f. Melakukan pengelolaan teknis, yaitu:
- Melaksanakan pengelolaan teknis pengelolaan lingkungan.

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 18
- Mengelola kegiatan teknis dalam jam kerja 24 jam.
- Bertugas dalam tim penerimaan barang dan pengujian teknis.

g. Melakukan rapat.
- Rapat internal IPSRS.
- Rapat koordinasi dengan Ka. Inst. Dan Ka. Intalasi unit terkait
3. Pengawasan

Melaksanakan pengawasan dalam kegiatan pembangunan, pemasangan, pemeliharaan


dan perbaikan sarana, prasarana maupun peralatan yang dilaksanakan oleh pihak ke-
III.

4. Pelatihan
Dilaksanakan secara terjadwal berlaku bagi operator maupun petugas teknik sehingga
program pelayanan pemeliharaan dan perbaikan berjalan lancar. Dalam waktu tertentu
mendatangkan tenaga ahli untuk menjabarkan perkembangan dan sistem peralatan yang
lama dan akan datang.

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 19
BAB V

MEKANISME KERJA

Proses penyediaan, pemeliharaan dan perbaikan sarana, prasarana di rumah sakit diperlukan
pola yang sistematis.

a. Mekanisme permintaan perbaikan, barang dan jasa teknis


Alat Rusak Formulir permintaan perbaikan dari Selesai

Instalasi diterima oleh UPSRS

Rencana pengadaan Dilakukan pemeriksaan


spare part/barang

Dilakukan
perbaikan
Permintaan teknisi yang
ditandatangani oleh Ka. Inst.

Persetujuan Kaur UPSRS Pengadaan untuk harga


barang ≤ 200 ribu

Persetujuan Manager Persetujuan Kabid Pengadaan untuk harga


Rumga (Alum) Jangmed (Alkes) barang ≤ 500 ribu

Persetujuan Persetujuan Wadir Pengadaan untuk harga


Medis barang ≤ 1 juta
Wadirum & Keu

Direktur Pengadaan untuk harga


barang > 1 juta

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 20
b. Mekanisme pengadaan sarana dlatan
Selesai
Rencana Pengadaan

Barang diserahkan pada instalasi


peminta
Formulir permintaan dari instalasi
dilampirkan analisa kebutuhan
dari user/teknisi
Barang diterima oleh tim
penerimaan barang

Pemeriksaan Pemeriksaan
kelengkapan data kelengkapan data pengadaan
oleh sekretariat oleh sekretariat
Rumga (Alum) Jangmed (Alkes)

Persetujuan Persetujuan Kabid Pengadaan untuk harga


Manager Rumga Jangmed (Alkes) barang ≤ 500 ribu
(Alum)

Persetujuan Persetujuan Wadir


Pengadaan untuk harga
Medis
Wadirum & Keu barang ≤ 1 juta

Dep. Logistik RS
Direktur Pengadaan untuk harga
“X”
barang > 1 juta

Persetujuan
Barang diterima oleh tim penerimaan barang Pengadaan Direksi Grup

Barang diserahkan pada instalasi peminta

Pengadaan

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 21
c. Tertib Administrasi
Guna tercapainya tertib administrasi di lingkungan kerja unit IPSRS maka hal-hal yang
perlu diperhatikan adalah:

1. Pencatatan untuk setiap kegiatan yang dilakukan oleh pelaksana teknis yaitu:
a. Mengisi cek list yang terdapat pada setiap alat.
b. Mengisi buku kerja harian yang berfungsi sebagai laporan harian.
2. Pencatatan dan rekapitulasi oleh sekretariat UPSRS terdiri dari:
a. Laporan-laporan
b. Pengarsipan
c. Dll.
d. Fasilitas Kerja
a. Tempat kerja
1. Ruang Kepala IPSRS.
2. Ruang perlengkapan
3. Ruang Bengkel (workshop).
b. Alat kerja
1. Peralatan administrasi:
a. Komputer.
b. Printer.
c. Filling kabinet.
d. Lemari arsip.
e. Rak data.
f. Meja kursi kerja.
g. Papan tulis.
e. Peralatan kerja teknik.
a. Peralatan kerja workshop.
b. Peralatan kerja teknisi alkes.
c. Peralatan kerja teknisi umum.

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 22
f. Gudang
Gudang IPSRS digunakan sebagai tempat penyimpanan suku cadang prasarana dan
peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan pemeliharaan dan perbaikan.

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 23
BAB VI

PELAYANAN IPRS

Secara garis besar untuk pelayanan yang diberikan oleh BM dalam management
pengelolaan alat medik secara garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut:

A. KEGIATAN RUTIN
1. Penerimaan permintaan pengadaan alat medik (unit baru dan atau asesoris tambahan)
yang dibuat dalam form Permintaan Pembelian Alat/Barang/Jasa (PPAT).
2. Penerimaan dan penyiapan alat medik baru sebelum digunakan (Commissioning).
3. Pemeliharaan alat medik, kegiatan yang bertujuan untuk membuat alat medik dapat
digunakan lebih lama. (Preventive Maintenance)
4. Perbaikan alat medik, kegiatan yang dilakukan untuk perbaikan atas kerusakan alat
medik.
5. Kalibrasi alat medik.
6. Pelatihan para user alat medik oleh petugas Medical Maintenance.
B. WAKTU PELAYANAN
Waktu pelayanan untuk pengelolaan alat medik dideskripsikan sebagai berikut:

1. Office hours
 Senin – Jumat 07.00 – 20.30 WIB
 Sabtu 08.00 – 13.00 WIB
2. On Call
Diluar jam kerja normal tetap beroperasi termasuk untuk kondisi hari libur
nasional dan hari raya kagamaan, teknisi medik tetap menerima keluhan dilihat
dari urgensi tetapi bila penanganan harus segera dilakukan dengan mekanisme
on call dengan pola ketenagaan yang telah diatur oleh supervisor .

C. PENGELOLAAN PERALATAN MEDIS

Pengelolaan peralatan medik yang dimaksud adalah suatu kegiatan yang terpola dan
menyeluruh untuk bagaimana mengelola aset alat medik yang dimiliki oleh rumah sakit.
Peralatan medik yang ada berjumlah ratusan item dimana diperlukan suatu pengelolaan secara
baik. Unit yang ditunjuk sebagai pengelola peralatan medik adalahIPRS dimana unit ini

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 24
ditunjuk secara resmi. Bentuk pengelolaan yang dilakukan seperti : inventarisasi aset alat
medik, pembuatan standar operasional, pemeliharaan, kalibrasi, perbaikan dan equipment
dispossition.

D. PENGADAAN ALAT MEDIK

Pengadaan alat medik mempunyai alur dimana IPSRS dapat membuka permintaan barang
dalam bentuk PPATK yang dibuat berdasarkan 2 alur besar; pengadaan untuk sparepart dari
alat medik yang digunakan untuk perbaikan dari kerusakan dan pengadaan alat medik yang
bersifat penambahan aset alat medik atau pengadaan baru yang diajukan oleh unit atau
departemen dengan dilengkapi kajian kebutuhan penambahan alat baru. BM dapat memberikan
inputan mengenai pengadaan berdasarkan inventarisasi alat medik dan spek teknik. Pengadaan
yang dibuat harus memiliki beberapa isian yang harus dilengkapi sebagai dasar pengajuan
permintaan diantaranya:

1. No. PPATK
2. Tanggal pengajuan
3. Nama barang yang diajukan
4. Jumlah barang yang diminta
5. Minimal stock
6. Sisa Stock
7. Keterangan bisa berupa alasan permintaan
PPATK yang diajukan akan di evaluasi dan disetujui oleh level of GA, CEO, CFO,
Direktur, Wadir Medik dan Wadir Keuangan, internal control dan diterima oleh petugas
pengadaan untuk proses pembeliannya.

E. UJI KELAYAKAN ALAT MEDIK BARU


Setelah proses pembelian selesai dan barang yang dimaksud telah datang ke rumah sakit
yang diterima oleh Departemen Logistik, maka tahap selanjutnya alat medik baru tersebut
dilakukan uji kelayakan (commissioning) yang dilakukan seperti:

1. Periksa bahwa seluruh komponen, asesoris, dan kelengkapan pilihan (options) yang tercatat
dalam surat pesanan telah diterima dengan baik.

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 25
2. Arsipkan hasil pengetesan unjuk kerja dan keamanan pada saat awal, sehingga dapat
digunakan sebagai pembanding pada saat dilakukan inspeksi dimasa yang akan datang
seandainya terjadi keraguan terhadap unjuk kerja alat medik.
3. Kelengkapan berkas administrasi seperti: ijin edar dagang dari DEPKES, kartu garansi,
manual book, sertifikat uji dari pabrikan dan petunjuk singkat penggunaan dalam bahasa
indonesia.
4. Pelaksanaan pengetesan fungsi dari alat dengan berdasarkan dari prosedur pabrik (check list
standar tahapan pengujian pabrik).
5. Berita acara kesiapan alat untuk digunakan ke pelayanan (ditandatangani oleh: teknisi
vendor, teknisi OIH dan user ruangan yang memiliki alat tersebut.

F. INVENTARISASI PERALATAN MEDIK


Pendataan seluruh alat medik merupakan kunci penting dari management pengelolaan
dimana proses pencatatan aset dilakukan oleh beberapa unit seperti logistik, akunting, internal
kontrol dan oleh IPSRS sebagai pengelola langsung dari alat medik.

Inventarisasi peralatan ini berisi data yang berkaitan dengan aspek teknis setiap alat seperti:
nama alat, merk, tipe, lokasi atau ruangan pemilik, data vendor, jumlah alat. Total peralatan
yang tertuang dalam lembar inventarisasi ini akan menjadi beban kerja pemeliharaan. Dari data
ini akan dapat diprediksi kebutuhan aspek pemeliharaan secara keseluruhan sehingga
pemeliharaan peralatan dapat dilaksanakan dengan baik. Inventarisasi peralatan dapat
digunakan untuk kepentingan pemeliharaan alat dilakukan oleh pengelola pemeliharaan dan
ditinjau secara periodik paling tidak setahun sekali dan setiap ada perubahan atau penambahan
alat baru.

G. SOFWARE APLIKASI INVENTARISASI ASET – OIH ASSET MANAGEMENT


(OAM)
Sofware ini didevelop untuk mengalihkan proses pencatatan pelaporan yang biasanya dalam
format hardcopy kedalam bentuk softcopy. OAM ini adalah suatu alat untuk memudahkan
dalam menginput data alat medik baru (inventarisasi aset), rekap pelaksanaan
pemeliharaannya, perbaikan atas kerusakan sampai data kondisi terakhir dari alat medik yang

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 26
ada (hilang, sudah diganti baru, tidak bisa diperbaiki, dijual, dll) sekaligus dapat juga di
gunakan oleh management untuk membuat suatu keputusan dalam pengelolaan alat medik.
OAM dalam hal input data hasil pengelolaan alat medik mempunyai kebijakan diantaranya:

 Data OAM dapat dilihat dimanapun selama komputer terkoneksi dengan jaringan
internal.
 Validasi dari setiap aset yang ada di OAM telah diverifikasi oleh bagian akunting.
 OAM dapat dilihat oleh siapapun yang memerlukan.
 Input data hasil pengelolaan alat medik dilakukan oleh staf IPSRS
 Data yang sudah diinput tidak dapat dihapus atau dihilangkan kecuali dengan alur
khusus persetujuan sampai ke level direktur.
Hal tersebut perlu dilakukan untuk menjaga keabsahan dari data atau laporan yang ditampilkan.

H. PENYUSUNAN PROTAP PENGGUNAAN ALAT MEDIK


IPSRS sebagai pengelola alat medik selain melakukan pemeliharaan dan perbaikan, juga
membuat SOP yang disusun secara umum untuk setiap jenis alat medik agar memudahkan user
alat medik mengetahui bagaimana pemakaian alat medik yang baik dan benar. SOP yang dibuat
berdasarkan dari manual book yang bersangkutan yang selanjutnya akan diajukan untuk
disyahkan oleh Direktur dan dokumen akan dikelola oleh unit Departemen resiko, mutu dan
safety. Secara umum tahapan operasional alat medik dapat digambarkan seperti berikut:

1. Tahapan operasional alat medik sistem elektronik


Tahapan yang dimaksud disini adalah tahapan operasional untuk peralatan elektronik
seperti: USG, MRI, CT-Scan, Ventilator, dll. Adapun tahapan operasional alat medik sistem
elektronik secara umum sebagai berikut:

a. Persiapan
Persiapan yaitu langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum alat dioperasikan dengan
mempersiapkan aksesoris maupun operasional agar alat siap dioperasikan. Persiapan
dilakukan sebelum alat dihubungkan dengan satu daya.

b. Pemanasan

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 27
Pemanasan yaitu langkah-langkah yang harus dilakukan terhadap suatu alat, sebelum
digunakan untuk tindakan pelayanan. Kegiatan-kegiatan ini meliputi:

 Menghubungkan alat dengan catu daya.


 Memberikan waktu alat medik melakukan selftest secara sistem (otomatis)
 Melakukan pengecekan fungsi tombol, selector, indikator, alarm, sistem pergerakan.
c. Pembersihan, pengemasan dan penyimpanan
Pembersihan, pengemasan dan penyimpanan yaitu langkah-langkah yang harus
dilakukan terhadap suatu alat beserta aksesoris setelah selesai melakukan pelayanan
kesehatan agar alat selalu siap untuk digunakan. Alat dan aksesorisnya disimpan dalam
keadaan bersih. Penggunaan alat/operator diwajibkan untuk mencatat beban kerja alat
setip hari pemakaian.

2. Tahapan operasional alat medik sistem elektronik


Tahapan operasional dengan sistem non elektronik digunakan bertujuan untuk
mengidentifikasikan sistem alat medik yang dipakai, dimana alat medik non elektronik
adalah alat medik yang tidak memerlukan sumber listrik dengan segala atribut elektronik.
Contoh untuk alat medik non elektronik seperti: tensimeter, timbangan badan manual,
stetoskop, bed pasien manual, stecher dll. Adapun tahapan operasional secara umum untuk
alat medik non elektronik sebagai berikut:

a. Persiapan
Persiapan yaitu langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum alat dioperasikan dengan
mempersiapkan aksesoris maupun operasional agar alat siap dioperasikan. Persiapan
dilakukan sebelum alat dihubungkan dengan satu daya.

b. Pelaksanaan
Pelaksanaan yaitu langkah-langkah yang harus dilakukan terhadap suatu alat selama
melakukan pelayanan kesehatan, agar dicapai hasil yang optimal.

c. Tata cara pengoperasian dan penggunaan alat harus memperlihatkan “prosedur Tetap
Pengoperasian” yang harus tersedia pada setiap unit pelayanan dan dipahami dengan baik
oleh pengguna alat.
d. Pembersihan, pengemasan dan penyimpanan

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 28
Pembersihan, pengemasan dan penyimpanan yaitu langkah-langkah yang harus
dilakukan terhadap suatu alat beserta aksesoris setelah selesai melakukan pelayanan
kesehatan agar alat selalu siap untuk digunakan. Alat dan aksesorisnya disimpan dalam
keadaan bersih. Penggunaan alat/operator diwajibkan untuk mencatat beban kerja alat
setiap hari pemakaian.

I. PENYUSUNAN SOP PEMELIHARAAN ALAT MEDIK


SOP pemeliharaan dibuat bertujuan sebagai pemandu pelaksanaan pemeliharaan alat medik.
SOP pemeliharaan adalah persyaratan dan urutan kerja yang harus dipenuhi dan dilakukan agar
pemeliharaan suatu alat dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sehingga alat tersebut
dalam keadaan siap dan laik pakai serta dapat mencapai usia teknis. Urutan kerja yang
dimaksud meliputi persiapan, pelaksanaan, pencatatan, pengemasan dan pelaporan. SOP
pemeliharaan alat disusun dengan memperhatikan dan mengacu pada service manual untuk
setiap jenis, merk dan tipe alat medik. Adapun secara umum SOP pemeliharaan alat medik
terdiri dari:

a. Persiapan
Persiapan yaitu langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum melakukan pemeliharaan,
agar pemeliharaan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, meliputi persiapan perintah
kerja, formulir pelaporan kerja, dokumen teknis perlatan kerja, bahan pemeliharaan, bahan
operasional, material bantu. Beritahukan kepada user, rencana pelaksanaan dan jadwal
pemeliharaan.

b. Pelaksanaan
Pelaksanaan yaitu langkah-langkah teknis yang sesuai dengan SOP pemeliharaan dan
dilakukan oleh IPSRS

c. Pelaporan dokumen pemeliharaan


Setiap kegiatan pemeliharaan harus dicatat dalam dokumen pemeliharaan dan dokumen
tersebut dilaporkan ke kepala ruangan bersangkutan dan ke leader sebagai laporan unjuk
kerja alat medik. Setiap laporan dokumen pemeliharaan setelah leader mengetahui maka
dokumen tersebut di input ke dalam OAM.

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 29
d. Pengemasan
Pengemasan alat kerja adalah kegiatan perapihan dan penyimpanan kembali peralatan kerja
yang telah digunakan selama pemeliharaan alat medik.

J. ANGGARAN OPERASIONAL MTC/BM


Untuk kegiatan operasional pemeliharaan alat medik sangat diperlukan. Anggaran ini memiliki
pos penyaluran kegunaan seperti:

1. Sparepart management
Manajemen yang efektif pada suku cadang (perbaikan) adalah hal yang mendasar dalam
opersional harian IPSRS. Upaya manajemen diperlukan untuk mencegah kelebihan stok dan
menjamin ketersediaan sparepart kapan pun sehingga bila mana terjadi kerusakan maka bisa
disiapkan untuk penggantian sparepartnya. Hanya suku cadang yang diperlukan secara
kontinyu yang disimpan dalam gudang milik IPSRS. Jika pemeliharaan terjadwal
diselenggarakan dengan benar, banyak suku cadang perbaikan yang diperlukan, terutama
suku cadang yang mahal dapat diantisipasi secara lebih dini. Pengecualian tertentu dapat
dibenarkan, untuk mendukung pemeliharaan terhadap perbaikan yang harus dilakukan
dengan segera, yaitu untuk peralatan pendukung kehidupan (life support), resusitasi darurat
atau alat yang beroperasi secara terus menerus.

Suku cadang perbaikan yang disimpan di unit IPSRS harus diklasifikasikan dalam daftar
penyimpanan stok, Harus memperhitungkan faktor-faktor berikut, penentuan jenis dan
jumlah suku cadang yang akan ditempatkan di gudang penyimpanan harus berlandaskan
seperti:

a. Cost of downtime. Jika alat tidak bisa dipakai, akankah mengakibatkan pelayanan pasien
terhenti atau pendapatan rumah sakit terpengaruh secara berarti? Pendapatan yang hilang
mungkin lebih banyak dan biaya penyimpanan suku cadang di gudang.
b. Number of unit on hand. Makin banyak alat yang dimiliki, makin banyak kemungkinan
jumlah suku cadang yang dibutuhkan, dengan begitu makin banyak suku cadang yang
harus tersedia di gudang.
c. Consumtion rate. Jika sebuah suku cadang sering kali digunakan dalam perbaikan, harus
diperhatikan untuk dimasukan ke dalam kebutuhan stok gudang.

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 30
d. Lead time (buffer stock). Jika waktu dan saat suku cadang dipesan sampai suku cadang
tersebut diterima terlalu lama, maka harus ada dalam penyimpanan stok di gudang.
e. Cost of the repair parts. Ada tiga faktor yang menentukan harga suku cadang; biaya
murni suku cadang, biaya administrasi untuk mengurus pemesanan dan batas order
minimum dari penjual. Jika pemesanan barang dalam jumlah banyak biasanya lebih
rendah, cukup beralasan untuk memesan sekaligus seluruh kebutuhan untuk satu tahun.
Ini biasanya berbiaya lebih rendah dibandingkan dengan memesan barang beberapa kali
dalam setahun.
f. Age of equipment. Jika alat telah tua, kerusakan umumnya bertambah, begitu pula
kebutuhan suku cadang akan meningkat. Penambahan stok suku cadang untuk memenuhi
kebutuhan ini, dapat mengakibatkan kerugian uang seandainya alat baru diadakan.
Karena penggunaan suku cadang umumnya tidak tentu, investasi dana yang berlebihan dalam
pengadaan suku cadang harus dihindari. Lokasi rumah sakit dan sumber (penjual) suku cadang,
kepentingan peralatan dan potensi kehilangan pendapatan akan menjadi faktor-faktor yang
harus diperhatikan dalam menentukan kebutuhan stok suku cadang.

2. Biaya pemeliharaan
BM selaku pengelola alat medik, mempunyai hak untuk menentukan kebijakan yang dibuat
untuk dapat menjamin alat medik dapat dipakai dengan baik dengan faktor keselamatan
terjamin. Untuk membuat hal demikian pastinya akan memerlukan biaya. Jumlah biayanya
dengan sekian banyak item pastilah tidak sedikit. BM membuat estimasi anggaran dengan
mengevaluasi kegiatan pemeliharaan dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan di 1
tahun sebelumnya. Anggaran yang diusulkan mempertimbangkan hal-hal yang penting,
diantaranya:

1. Alat medik tidak bisa dikelola secara in house, perlu vendor terkait untuk menanganinya.
2. Melihat spare part yang sering di adakan.
3. Besarnya biaya perbaikan kerusakan yang terjadi.
Biaya pemeliharaan alat medik merupakan biaya yang wajib dikeluarkan dan pasti adanya.
Faktor ini didesak karena setiap alat medik yang dipakai atau digunakan pastilah ada komponen
yang aus, perlu diseting ulang untuk dinormalkan kembali dan harus terjamin operasional alat
medik yang baik sehingga pelayanan medis dapat maksimal.

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 31
3. Kontrak service (KS)
Merupakan suatu jalan upaya untuk dapat memaksimalkan program pemeliharaan alat
medik yang melibatkan vendor alat medik yang bersangkutan. Alasan mengapa perlu KS
untuk pemeliharaan alat medik, dengan tingkat kecanggihan dan diperlukannya keahlian
khusus penanganan pemeliharaan alat medik maka KS dapat menekan biaya perbaikan
karena alat medik menjadi terpelihara dengan baik. Tetapi KS tidak menjamin tidak adanya
biaya perbaikan, MM akan memilah dan memilih alat medik mana yang akan diikutkan
dalam KS.

Kriteria alat medik ikut dalam program KS seperti:

a. Tingkat kecanggihan alat medik cukup tinggi.


b. Pemeliharaan alat medik memerlukan keahlian khusus.
c. Memerlukan alat khusus untuk pemeliharaannya.

4. Biaya Perbaikan
Biaya perbaikan adalah biaya yang dianggarkan/dikeluarkan sebagai proses perbaikan.

5. Biaya kalibrasi dan rekalibrasi


Selain biaya pemeliharaan dan perbaikan pengelolaan alat medik, biaya kalibrasi dan
rekalibrasi ini diperlukan untuk memastikan alat medik punya suatu pembuktian bahwa alat
medik dinyatakan laik pakai dan disyahkan dengan bukti tertulis dari DEPKES RI. Biaya
pengajuan kalibrasi dan rekalibrasi alat medik diatur dan dianggarkan dalam budget tahunan
IPSRS (biaya operasional rutin).

K. PEMELIHARAAN ALAT MEDIK


Pemeliharaan peralatan medik adalah suatu upaya atau kegiatan terencana secara periodik
untuk menjaga agar perlatan medik selalu dalam kondisi laik pakai, dapat difungsikan dengan
baik dan menjamin usia pakai yang lama. Agar pemeliharaan peralatan kesehatan dapat
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya maka unit kerja BM perlu dilengkapi dengan aspek-aspek
pemeliharaan yang berkaitan dan memadai meliputi sumber daya manusia, fasilitas teknis,
peralatan kerja, dokumen pemeliharaan, suku cadang dan bahan pemeliharaan. Semua spek
pemeliharaan pastinya memerlukan biaya.

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 32
1. Elemen-elemen pemeliharaan alat medik
Elemen-elemen pemeliharaan alat medik adalah elemen yang harus dilakukan pada
kegiatan pemeliharaan dan dilakukan secara rutin. Elemen-elemen yang dimaksud
adalah:

a. Inspeksi
Kegiatan yang dilakukan secara periodik terhadap material atau jenis alat medik pada
komponen penting seperti: elektrikal, mekanik dan fisik alat apakah masih sesuai
dengan standar operasional alat medik tersebut.

b. Pemeliharaan fisik
Kegiatan yang dilakukan secara periodik meliputi: pembersihan alat. Pelumasan,
pengecasan, dll.

c. Uji fungsi
Kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk memastikan fungsi dari alat medik.

d. Kalibrasi
Suatu kegiatan periodik untuk menentukan kebenaran konvensional penunjukan
instrumen ukur dan bahan ukur, dengan cara membandingkan terhadap standar
ukurnya yang terselusur (trackable) ke standar nasional dan atau internasional.

e. Adjusment
Kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk menstandarkan ulang output seting
agar dapat mengembalikan unjuk kerja dari alat medik baru.

f. Over Houl
Kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengganti beberapa komponen
penting pada alat medik yang telah terukur usia pakainya (usia pakai spare telah
habis)

g. Pelaku pemeliharaan alat medik


Berdasarkan berbagai aspek yang meliputi volume pekerjaan, kemampuan teknisi,
tingkat teknologi peralatan, fasilitas kerja dan prosedur pembiayaan yang ada di
internal , maka pelaksanaan pemeliharaan peralatan kesehatan dapat dilakukan oleh:

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 33
h. Dilaksanakan oleh teknisi rumah sakit

IPSRS melakukan kegiatan pemeliharaan alat medik dengan keahlian yang didapat
dari basic pendidikan elektomedik dan pelatihan-pelatihan yang diberikan . Manfaat
yang utama dari pelayanan swakelola (in house service) adalah teknisi medik dapat
dipanggil secara cepat oleh user untuk melacak kerusakan dan memperbaiki peralatan,
memberi bantuan dalam aspek pengoperasian alat, menyiapkan persediaan suku
cadang yang tepat dan dukungan yang terus menerus terhadap user. Rumah sakit harus
membuat komitmen yang berkesinambungan untuk mendukung unit IPSRS.

Komitmen tersebut meliputi pelatihan staf, alat kerja, ruangan, peralatan,manajemen


dan inventarisasi suku cadang. Pengeluaran alat atas perbaikan dapat dianggap sebagai
kerugian untuk rumah sakit, oleh karena itu setiap pemakaian alat medik yang terpakai
oleh pasien haruslah dipikirkan dan diterapkan untuk memasukan komponen biaya
service sehingga bila terjadi kerusakan pada alat medik tersebut, biaya service sudah
tersedia baik hanya sebagian atau sampai total biaya yang dibutuhkan dari perbaikan.

i. Dilaksanakan oleh teknisi vendor


Apabila IPSRS tidak mampu melaksanakan pemeliharaan suatu alat disebabkan oleh
beberapa hal, misal tingkat kecanggihan alat medik atau peralatan kerja tidak lengkap,
maka pemeliharaan dapat dilaksanakan oleh teknisi vendor alat medik bersangkutan.
Pabrik biasanya menyediakan pelayanan dengan jenis full servic contact yang secara
umum meliputi seluruh biaya terkait, dan biaya mencakup suku cadang, dan on call
service sesuai kebutuhan dimana rumah sakit hanya membayar pada saat terjadi
kerusakan sesuai dengan panggilan. Barang dengan teknologi tinggi seperti MRI, CT-
Scan dan peralatan pencitraan digital memerlukan keahlian khusus dan investasi suku
cadang yang mahal sehingga menjadi tidak praktis untuk menyediakan pelayanan
swakelola.

Terdapat banyak pertanyaan, berdasarkan kepada lokasi rumah sakit dan kebutuhan
yang diperlukan, kesemuanya harus dipertimbangkan dengan baik. Kontak servic
adalah upaya untuk memenuhi standar tinggi yang ditetapkan oleh rumah sakit, tetapi
kebutuhan yang makin tinggi, makin tinggi pula biaya kontrak yang diperlukan.

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 34
Padahal dengan pelayanan swakelola, waktu lembur dan biaya panggilan dapat
dihitung

secara cepat. Rumah sakit harus menetapkan secara tepat kebutuhan yang diperlukan
untuk setiap alat ingat, kebutuhan berbanding lurus dengan biaya.

j. Jadwal pelaksanaan pemeliharaan alat medik


Dari sekian banyak item alat medik yang ada di OIH, maka agar dalam pengelolaan
alat medik menjadi terarah dan terkoordinasi dengan baik maka pemeliharaan alat
medik harus dibuat jadwal pelaksanaannya. Untuk dapat menentukan seberapa sering
alat medik dilakukan pemeliharaan, IPSRS membuat pemilahan data yang berasal dari
informasi pada manual book dan beberapa faktor seperti:

a. Frekuensi pemakaian alat medik


b. Resiko resiko fisik
c. Faktor keselamatan pasien.
L. KERUSAKAN
Penyebab kerusakan pada alat medik dikarenakan oleh 2 faktor, faktor pertama adalah
kerusakan yang ditimbulkan dari segi internal alat medik itu sendiri seperti: ketahanan
komponen yang kurang baik dan faktor kedua karena adanya faktor luar yang secara langsung
dan tidak langsung dapat menyebabkan kerusakan, contohnya: human error dan frekuensi
pemakaian yang tinggi. Kerusakan alat medik BM menggolongkannya menjadi 3 golongan
seperti:

1. Golongan 1
Kondisi kerusakan pada golongan ini adalah jenis kerusakan yang ditimbulkan masih
dalam taraf ringan dan masih dapat diperbaiki tanpa perlu penggantian komponen alat.

2. Golongan 2
Kondisi kerusakan pada golongan ini adalah jenis kerusakan yang ditimbulkan masuk
dalam kondisi menengah dimana diperlukan adanya penggantian komponen alat dimana
komponen pengganti ada dalam stok gudang spare part teknik dan atau kerusakannya
masih dapat diperbaikik oleh petugas medical teknik. Setelah perbaikan kondisi alat tidak
berubah fungsi, bentuk dan tidak mempengaruhi operasional alat seperti sedia kala.

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 35
3. Golongan 3
Kondisi kerusakan pada golongan ini adalah jenis kerusakan yang ditimbulkan masuk
dalam kondisi berat dimana diperlukan adanya penggantian komponen alat secara
sebagian dan atau menyeluruh tetapi untuk penggantian komponen memerlukan usaha
dan biaya perbaikan yang besar.

M. PERBAIKAN
Pelayanan perbaikan selalu tetap menjadi kegiatan sehari-hari BM. Perbaikan dapat
didefinisikan adalah kegiatan yang bersifat darurat berupa perbaikan terhadap kerusakan alat
medik yang mendadak atau tidak terduga dan harus segera dilaksanakan mengingat alat sangat
dibutuhkan dalam pelayanan dengan didukung adanya tenaga yang selalu siap dan fasilitas
pendukung yang juga siap mensuport permasalahan. Frekuensi perbaikan tidak terencana dapat
ditekan serendah mungkin dengan cara meningkatkan kegiatan pemeliharaan rutin. Kegiatan
perbaikan dapat dilakukan oleh teknisi medik dan vendor alat medik. Untuk dapat
memperbaiki alat medik yang mengalami kerusakan dan memerlukan sejumlah biaya tertentu
maka IPSRS sebagai unit pengelola alat medik dapat mengajukan permintaan perbaikan
dengan alur seperti berikut:

a. Alat medik yang rusak harus ada Form Request Service (FRS) dimana FRS tersebut
menjelaskan kapan terjadinya, unit asal pemakainya dan yang paling penting penyebab
kerusakannya.
b. Respon untuk perbaikan pada alat medik hanya untuk penggantian spare part bukan untuk
penggantian unit.
c. Membuat pengajuan perbaikan dalam form PPATK yang diketahui jajaran management
(Head of GA, Direktur, GM Purchasing dan bila CITO dapat langsung mendapat
persetujuan dari Direktur).
d. Setelah perbaikan selesai dilakukan maka IPSRS akan membuat laporan kepada manager
maintenance.
e. Biaya yang dikeluarkan dicatat dan akan dievaluasi dikemudian hari sebagai bahan acuan
penentuan kebijakan selanjutnya.

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 36
IPSRS juga setiap tahunnya membuat anggaran biaya pemeliharaan yang juga didalamnya
termasuk anggaran perbaikan.

Pelaku perbaikan
1. Teknisi Medik OIH
Untuk penanganan kerusakan atas alat medik, BM juga dapat menanganinya secara
internal. Yang dilakukan dari proses perbaikan adalah:

1. Setiap keluhan yang masuk ke IPSRS akan dilaporkan dalam format FRS, form ini
dibuat oleh user yang mengalami kendala dengan alat mediknya.
2. Setelah BM menerima laporan maka BM akan merespons FRS dengan tenggat
waktu kurang lebih 15 menit.
3. IPSRS akan menganalisa permasalahan yang ada, setelah itu maka IPSRS bila
menyelesaikan masalah yang ada berarti form selesai perbaikan akan diisikan oleh
user terkait.

2. Perbaikan oleh vendor


1. Bila permasalahan tidak dapat ditangani maka IPSRS akan menindaklanjutinya
dengan berkoordinasi dengan vendor alat medik bersangkutan.
2. Vendor alat medik bersngkutan juga akan mengeluarkan service report bila
perbaikan selesai tetapi jika permasalahan belum juga dapat ditangani maka vendor
akan membuat penawaran penggantian spare part.
3. Pengajuan perbaikan dengan penggantian spare part akan diajukan IPSRS ke
management, pengajuan dibuat dalam format PPAT.
4. Jika PPAT disetujui maka proses perbaikan akan berlanjut sampai permasalahan
selesai.
5. Jika kerusakan alat medik yang mengalami kerusakan yang disebabkan oleh
kesalahan pemakai maka selain FRS untuk proses perbaikan, user juga harus
membuat Berita Acara Kerusakan (BAK) yang menjelaskan kronologi penyebab
kerusakan.
Waktu perbaikan
Untuk melakukan perbaikan atas kerusakan alat medik, BM mempunyai kebijakan diantaranya:

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 37
1. Perbaikan didalam jam kerja (08.00 – 20.30)
2. Perbaikan diluar jam kerja (on call service)

N. KALIBRASI
Dewan Standar Nasional menyatakan suatu filosofi yaitu: “setiap instrumen harus dianggap
tidak cukup baik untuk dipergunakan, sampai terbukti pengujian dan kalibrasi bahwa
instrumen tersebut memang baik”. Dengan mengacu kepada filosofi tersebut, maka terhadap
instrumen yang masih baru harus dilakukan pengujian atau kalibrasi sebelum dipergunakan.

Kalibrasi dapat didefinisikan sebagai: suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran


konvensional penunjukan instrumen ukur dan bahan ukur, dengan cara membandingkan
terhadap standar ukurnya yang terselusur (tracable) ke standar nasional dan atau internasional.
Tingkat teknologi, beban kerja dan umur sangat mempengaruhi kinerja alat kesehatan, baik
untuk akurasi, ketelitian maupun keamanannya. Oleh kerena itu selang waktu pengujian atau
kalibrasi ulang peralatan kesehatan, dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.

1. Alat medik wajib kalibrasi


Berkaitan dengan kegiatan pengujian atau kalibrasi, secara teknis peralatan kesehatan
dapat dibedakan ke dalam alat kesehatan yang memiliki acuan besaran dan alat kesehatan
yang tidak memiliki acuan besaran. Acuan besaran dapat dipergunakan sebagai
pembanding terhadap nilai terukur. Terhadap alat kesehatan yang meiliki acuan besaran
dilakukan kalibrasi, contoh L ECG, Cardiotocograph, X-Ray, ESU, dll. Permenkes No.
363/Per/IV/1998 telah menetapkan sebanyak 125 alat kesehatan wajib diuji atau
dikalibrasi, seperti yang terdapat pada daftar alat kesehatan wajib uji atau kalibrasi pada
lampiran.

2. Tanda laik atau tidak laik pakai


Setelah alat medik selesai dikalibrasi, akan diberikan evaluasinya dalam bentik perincian
hasil pengukuran dan disertai dengan stiker ditempel langsung di alat bersangkutan yang
juga menjelaskan secara langsung kondisi alat yang bersangkutan laik pakai atau tidak
laik pakai, bila hasil pengukuran atas semua parameter masuk dalam standar maka stiker
tersebut bertuliskan “DINYATAKAN AMAN UNTUK PELAYANAN” tetapi bila

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 38
dinyatakan tidak laik pakai maka stikernya akan berwarna merah dan bertuliskan
“DINYATAKAN TIDAK AMAN UNTUK PELAYANAN”.

Alat kesehatan dinyatakan lulus pengujian atau kalibrasi apabila:

1. Penyimpangan hasil pengukuran dibandingkan dengan nilai yang diabadikan pada


alat kesehatan tersebut, tidak melebihi penyimpangan yang diijinkan.
2. Nilai hasil pengukuran keselamatan kerja, berada dalam nilai ambang batas yang
diijinkan.
Tabel penyimpangan yang diijinkan dan nilai ambang batas keselamatan kerja untuk 20
alat kesehatan, terdapat pada lampiran. Pengujian dan kalibrasi alat kesehatan hanya
dapat dilaksanakan oleh tenaga profesional, menggunakan alat ukur dan besaran standar
yang berkalibrasi.

1. Petugas kalibrasi
Yang dapat melakukan pengujian kalibrasi adalah institusi penguji yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta harus memenuhi persyaratan antara
lain:

1. Berbadan hukum.
2. Memiliki sumber daya manusia yang ahli dalam pengujian dan kalibrasi alat
medik.
3. Memiliki fasilitas kerja meliputi laboratorium serta peralatan uji dan kalibrasi
untuk alat medik.
4. Memperoleh ijin dari DEPKES RI.

2. Waktu kalibrasi
Sebagaimana ditetapkan pada permenkes No.36/MENKES/Per/IV/1998 alat kesehatan
yang dipergunakan disarana pelayanan kesehatan wajib diuji atau dikalibrasi secara
berkala, sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap tahun. Pengujian atau kalibrasi wajib
dilakukan terhadap alat kesehatan dengan kriteria:

1. Belum memiliki sertifikat dan tanda lulus pengujian atau kalibrasi.


2. Masa berlaku sertifikat dan tanda lulus pengujian atau kalibrasi.

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 39
3. Diketahui penunjukannya atau keluarannya atau kinerjanya (performance) atau
keamanannya (safety) tidak sesuai lagi, walaupun sertifikat dan tanda masih
berlaku.
4. Telah mengalami perbaikan, walaupun sertifikat dan tanda masih berlaku telah
dipindahkan bagi yang memerlukan instalasi, walaupun sertifikat dan tanda masih
berlaku.

O. OVERHOUL
Overhoul adalah bagian dari pemeliharaan korektif yaitu kegiatan perbaikan terhadap peralatan
dengan mengganti bagian-bagian utama alat, bertujuan untuk mengembalikan fungsi dan
kemampuan alat yang sudah menurun karena usia dan penggunaannya. Untuk penentuan dari
waktu pelaksanaan over houl dapat ditinjau dari segi:

1. Usia pakai yang telah tercapai.


2. Karena sebab lain (kerusakan yang mengakibatkan terjadinya kondisi spare part/bagian
lain dari alat medik terkena imbasnya)
Jika suatu alat medik akan diajukan untuk dilakukan over houl maka BM atau vendor alat
medik terkait harus menyiapkan semua bahan dan alat kerja agar saat pelaksanaannya dapat
berjalan dengan baik.

P. EQUIPMENT DISPOSITION ATAU EQUIPMENT RECALL


Peralatan dipakai dan disingkirkan dari rumah sakit sesering pasien yang datang dan pergi.
Supervisor teknisi medik dan management rumah sakit harus bisa mengikuti perubahan
teknologi peralatan kedokteran yang ada sehingga mengakibatkan peralatan harus diganti. Ada
beberapa alasan untuk alat medik sehingga perlu adanya penggantian:

1. Perubahan dalam standar perawatan. Prosedur klinis yang baru dapat menyebabkan
peralatan menjadi kuno. Kemajuan teknologi dengan kriteria unjuk kerja atau akurasi
yang lebih baik, membuat rumah sakit membeli peralatan dengan teknologi yang lebih
memenuhi kebutuhan.
2. Faktor keamanan alat, yang dapat menambah resiko kecelakaan pasien, staf atau
pengunjung.

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 40
3. Masalah-maslah pemeliharaan, seperti perbaikan yang sering atau mahal dan waktu
nganggur yang berlebihan.
4. Usia pakai dari alat medik telah mencapai 5 sampai 10 tahun (sesuai dengan batas
maksimal usia pakai peralatan medik).
5. Riwayat penggantian spare part tinggi (history kerusakan tinggi).
6. Tidak tersedianya lagi spare part baik di pasar umum maupun sampai di pabrik asal alat
medik itu dibuat.
7. Biaya operasional tinggi.

Dalam menidentifikasi sebuah piranti untuk diganti, unit IPSRS harus melakukan tindakan
tertentu, pertama, tanggung jawab untuk pemesanan suku cadang habis pakai dan khusus harus
diperhatikan sehingga tidak menambah biaya pengeluaran. Peralatan yang lama dapat
ditempatkan ditempat penyimpanan dan dipakai sebagai unit cadangan. Ini pilihan yang harus
sedikit dipilih, karena tetap membutuhkan dukungan suku cadang kemungkinan lain dapat
dipilih pembelian sistem tukar-tambah, mengkanibalkan suku cadang untuk menunjang
peralatan yang sejenis, memindahkan peralatan ke laboratorium penelitian, atau
menyumbangkannya kepada organisasi lain. Pilihan terakhir adalah membiarkan barang tidak
bisa dipakai dan menjualnya sebagai besi tua.

Q. PENDOKUMENTASIAN HASIL KEGIATAN PEMELIHARAAN DAN


PERBAIKAN ALAT MEDIK
Dari semua kegiatan yang dilakukan baik itu pemeliharaan dan perbaikan yang dilakukan oleh
IPSRS harus didokumentasikan ke dalam bentuk format tertentu seperti:

1. Form Request Service (FRS).


2. Form yang digunakan untuk mencatat keluhan medik pada masing-masing ruangan per
alat medik sekaligus bentuk tindak lanjut BM dari keluhan yang disampaikan.
3. Form pemeliharaan alat medik.
4. Setiap kegiatan pemeliharaan pada alat medik yang dilakukan oleh teknisi medik hasil
pekerjaannya harus dicatatkan dalam form pemeliharaan alat medik.
5. Buku besar pemeliharaan.

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 41
6. Buku yang digunakan untuk mencatat semua aktifitas pemeliharaan dan perbaikan atas
masing-masing alat medik peruangan. Buku besar ini hanya berisi tentang data base alat
medik di ruangan bersangkutan, rekap pelaksanaan kalibrasi dan history pemeliharaan
dan perbaikan masing-masing alat medik.

PEDOMAN UNIT SARANA DAN PRASARANA


- Ka.Sub.Bid Umum
- IRT
- Teknisi Page 42

Anda mungkin juga menyukai