Anda di halaman 1dari 1

Lely Febriyanti 201410410311149/ B

Syafitri A. Abidin 01410410311150/ B

PENANGGULANGAN PENYAKIT DIARE


Di negara berkembang diare berkaitan dengan kurangnya pasokan air bersih, kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang sanitasi dan hygiene (khususnya kebiasaan mencuci tangan
dengan sabun) serta kondisi kesehatan dan status gizi yang kurang baik. Penyakit diare dapat
disebabkan oleh infeksi virus (rotavirus, norovirus, adenovirus, astrovirus, cytomegalovirus),
bakteri (E. coli, Campylobacter jejuni, Vibrio Cholera, Shigella sp, V parahaemolyticusdan lain-
lain), parasit (Cryptosporidium parvum, Giardia intestinalis, Entamoeba histolytica,
Dientamoeba fragilis dan lain-lain), keracunan makanan, malabsorpsi, alergi, imunodefisiensi
dan lain lain.
Diare digolongkan dalam diare akut yang berlangsung 3 kali atau lebih dengan
konsistensi lembek, cair atau air saja, berlangsung kurang dari 14 hari dan diare kronis yang
berlangsung lebih dari 14 hari. Pemerintah telah menetapkan kebijakan dalam menurunkan
angka kesakitan dan kematian bayi akibat diare di antaranya dengan menerbitkan Buku Pedoman
Pengendalian Diare berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1216/Menkes/SK/XI/2001.
Pemerintah telah menetapkan pengendalian diare pada bayi dengan (1) Pemberian oralit
osmoralitas rendah untuk mencegah dehidrasi untuk mengganti cairan yang hilang.(2) Pemberian
suplemen zinc yang terbukti mampu menurunkan kekambuhan diare hingga 3 bulan berikutnya
dan mengurangi kematian hinggga 50%. Pada anak penderita diare persisten perlu diberi
multivitamin dan mineral yang mengandung magnesium setiap 2 minggu. (3) Pemberian
ASI/makanan, untuk meningkatkan gizi agar tetap kuat dan mencegah menurunnya berat badan.
Pencegahan diare dapat dilaksanakan dengan perilaku sehat yakni: (1) Pembirian ASI
karena ASI bersifat steril, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan
menyebabkan diare. (2) Makanan Pendamping ASI pada saat bayi secara bertahap mulai
dibiasakan dengan makanan orang dewasa. (3) Menggunakan Air Bersih Yang Cukup, yaitu
dengan melindungi air tersebut dari kontaminasi. (4) Mencuci Tangan dengan sabun, terutama
sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum
menyuapi makan anak dan sebelum makan.(5) Menggunakan Jamban (6) Membuang Tinja Bayi
Yang Benar(7) Pemberian Imunisasi Campak karena Anak yang sakit campak sering disertai
diare, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu berilah
imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan.

Anda mungkin juga menyukai