Anda di halaman 1dari 9

Skor Alvarado

Skor Alvarado adalah sistem skoring sederhana untuk mendiagnosis apendisitis


akut pada usia dewasa. Sistem skoring ini dibuat oleh Alfredo Alvarado pada tahun
1986 untuk mendiagnosis pasien apendisitis pada penelitian kohort terhadap 305 pasien
suspek apendisitis di Nazareth Hospital, Philadelphia, United States of America.
Sistem skoring ini didasarkan pada 8 faktor yang umumnya didapatkan pada pasien
apendisitis tiga gejala, tiga tanda, dan dua temuan laboratorium sederhana yang sering
didapatkan pada pasien apendisitis akut. (Keyzer, 2011)

Untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas pada apendisitis akut maka
perlu dibuat diagnosis yang tepat. Diagnosis apendisitis ditegakkan sebagian besar
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium sebagai
pemeriksaan penunjang. Salah satu upaya untuk mendiagnosis apendisitis akut secara
mudah, cepat, dan tidak invasif ialah dengan menggunakan skor Alvarado (Tamanna,
2012).

Tabel 1.1. Alvarado score or MANTRELS (Kailash, 2008)

Variable Score
Symptoms Migration of pain from central abdomen to right iliac fossa 1
Anorexia 1
Nausea-vomiting 1
Signs Tenderness in right lower quadrant 2
Rebound pain 1
Elevation of temperature >37.3 ºC 1
Laboratory Leukocytosis 2
Shift to the left >75% 1
Total 10
Sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya, sistem skoring sederhana ini
dapat menentukan tindakan selanjutnya pada pasien apendisitis akut. Jumlah seluruh
skor dihitung untuk setiap pasien dan berdasarkan skor pasien dibagi menjadi tiga
kelompok. Grup A dengan agregat skor 7-10 juga disebut sebagai kelompok darurat.
Pasien-pasien ini disiapkan dan menjalani apendisektomi. Grup B dengan agregat skor
5-6 juga disebut sebagai kelompok.pengamatan Pasien-pasien ini setelah masuk di
observasi selama 24 jam dan di evaluasi ulang penerapan Alvarado Skor. Kondisi dari
beberapa pasien membaik seperti yang ditunjukkan oleh penurunan di skor dan karena
itu mereka dipulangkan dengan petunjuk bahwa mereka harus datang kembali jika
gejala bertahan atau intensitasnya meningkat. Kondisi beberapa memburuk
ditunjukkan oleh peningkatan skor. Setelah skor menjadi lebih dari 7, mereka operasi.
Grup C dengan agregat skor 1-4 juga disebut sebagai kelompok keluar rumah. Pasien-
pasien ini setelah gejala awal perlakuan dibuang dan dikirim pulang dengan instruksi
untuk melaporkan kembali jika gejala menetap atau bertambah berat (Kailash, 2008).

Pada studi, sistem skoring dengan skor Alvarado dalam mendiagnosis


apendisitis akut lebih sensitif pada pasien laki-laki. Menurut buku Ajar Ilmu Bedah,
sering terjadi kesalahan dalam mendiagnosis apendisitis akut pada perempuan, karena
perempuan memiliki lebih banyak diagnosis banding yaitu masalah pada sistem
genitalia interna diantaranya menstruasi, kehamilan ektopik, endometriosis, kista
ovarium terpuntir, dan penyakit ginekologik lain. Hal ini menjadi sebab lebih
rendahnya sensitifitas skor Alvarado pada perempuan daripada laki-laki karena secara
anatomi letak organ reproduksi perempuan dekat dengan jaringan apendiks, jika
terkena infeksi kemungkinan akan menimbulkan gejala-gejala yang hampir sama
dengan gejala apendisitis akut. (Sjamsuhidajat, 2010)
Patofisiologi Gejala

Pada anamnesis penderita akan mengeluhkan nyeri atau sakit perut. Ini terjadi
karena hiperperistaltik untuk mengatasi obstruksi dan terjadi pada seluruh saluran
cerna, sehingga nyeri viseral dirasakan pada seluruh perut. Nyeri awal ini bersifat nyeri
tumpul di dermatom Th 10. Distensi merangsang akhiran serabut saraf aferen nyeri
visceral, mengakibatkan nyeri yang samar-samar, nyeri difus pada perut tengah atau di
bawah epigastrium.

Distensi biasanya menimbulkan refleks mual, muntah, dan nyeri yang lebih
nyata setelah timbul nyeri. Muntah atau rangsangan viseral akibat aktivasi n.vagus.

Ketika eksudat inflamasi yang berasal dari dinding Appendix berhubungan


dengan peritoneum parietale, serabut saraf somatik akan teraktivasi dan nyeri akan
dirasakan lokal pada lokasi Appendix, khususnya di titik Mc Burney’s. Proses
inflamasi segera melibatkan serosa Appendix dan peritoneum parietal pada regio ini,
mengakibatkan perpindahan nyeri yang khas ke RLQ.

Distensi berlanjut tidak hanya dari sekresi mukosa, tetapi juga dari
pertumbuhan bakteri yang cepat di Appendix. Panas akibat infeksi akut jika timbul
komplikasi. Gejala lain adalah demam yang tidak terlalu tinggi, antara 37,5 -38,5 C.
Tetapi jika suhu lebih tinggi, diduga sudah terjadi perforasi.
Daftar Pustaka

Kailash S, Shyam G, Pinki P. Application of Alvarado Scoring System in Diagnosis of


Acute Appendicitis From the Department of Surgery, Government Medical
College, Jammu. JK Science. Vol. 10 No. 2, April-June 2008, h 84-86

Keyzer C, Geve PA. Clinical presentation of acute appendicitis. In: Humes DJ,
Simpson J, editor. Imaging of acute apendicitis in adults and children. New
York: Springer Science & Business Media; 2011. p.17

Sjamsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono TOH, Rudiman R. Apendiks. In:


Riwanto I, editor. Buku ajar ilmu bedah sjamsuhidajat-dejong. Ed 3.
Jakarta: EGC; 2010. h.755-60.

Tamanna Z, Eram U, Hussain AM, Khateeb SU, Buhary BM. Alvarado score in
diagnosis of acute appendicities. Int J Appl Basic Med Res 2012; 2(1): 66-
70.
Sistem Skoring APACHE II (Acute Physiologic and
Chronic Health Evaluation)

Sistem skor APACHE dikembangkan oleh Knauss dkk. sejak tahun 1971 di
Amerika Serikat, Sejak publikasi pertama tahun 1981 sistem skor APACHE terus
dikembangkan melalui revisi yang sistematik multisenter dengan jumlah subjek yang
sangat banyak. Tahun 1985 sistem skor APACHE orisinil mengalami reduksi dari 34
variabel menjadi 12 varibel sehingga APACHE II ini dikenal sebagai simplified
APACHE. Beberapa tahun kemudian Knaus dkk. melakukan revisi APACHE II
menjadi APACHE III yang dipublikasi pada tahun 1991. Pada tahun 2005, Knaus dkk.
mempublikasi APACHE IV yang merupakan revisi APACHE III. Sistem skor
APACHE IV menggunakan variabel yang sama dengan APACHE III dengan
penambahan beberapa variabel (Zimmerman, 2005).

Sistem skor APACHE II merupakan salah satu sistem skor paling banyak
digunakan untuk analisis kualitas instalasi perawatan intensif (IPI), penelitian berbagai
penyakit dan terapi terbaru suatu penyakit pada pasien rawat IPI. Sistem skor APACHE
II lebih diterima karena data yang dibutuhkan untuk menentukan skor lebih sederhana,
definisi tiap variabel jelas dan reproduksibel serta dikumpulkan dari pemeriksaan rutin
pasien di IPI (Chiavone, 2003)

Sistem skoring APACHE II merupakan pengembangan dari skoring APACHE


yang diajukan Knauss WA dkk pada tahun 1985. Sistem ini mengklasifikasikan
beratnya penyakit dengan menggunakan prinsip dasar fisiologi tubuh untuk
menggolongkan prognosa penderita terhadap resiko kematian. Skor APACHE II terdiri
dari 3 kelompok, yaitu skor fisiologi akut (12 variabel, dengan nilai maksimum 60),
skor penyakit kronis (maksimum 5), dan skor umur (maksimum 6), hingga seluruhnya
bernilai 71 (Knauss, 1986).
Skor fisiologi akut terdiri dari :

1. Tingkat kesadaran yang ditentukan dengan menggunakan GCS (Glasgow


Coma Scale) dan skornya dihitung dengan 15 dikurangi GCS
2. Temperatur rektal dengan rentang skor 0-4
3. Tekanan nadi/ Mean Arterial Pressure (MAP) dengan rentang skor 0-4
4. Frekuensi denyut jantung dengan rentang skor 0-4
5. Frekuensi pernafasan dengan rentang kor 0-4
6. Kadar hematokrit dengan rentang skor 0-4
7. Jumlah leukosit dengan rentang skor 0-4
8. Kadar natrium serum dengan retang skor 0-4
9. Kadar kalium serum dengan rentang skor 0-4
10. Kadar kreatinin serum dengan rentang skor 0-8
11. Kadar keasaman atau pH darah atau tekanan parsial (PaCO2) dengan rentang
skor 0-4
12. Tekanan parsial oksigen (PaO2) darah dengan rentang skor 0-4

Penentuan skoring untuk masing masing variabel adalah sebagai berikut : Skor
penyakit kronis atau kondisi premorbid ditentukan berdasarkan riwayat penyakit yang
menyangkut kelainan organ hepar (sirosis, perdarahan traktus gastrointestinal bagian
atas akibat hipertensi portal, ensefalopati sampai koma), kardiovaskular (dekompensas
kordis derajat IV), pulmo (hipertensi pulmonal, hipoksia kronis), ginjal
(hemodialisis/peritoneal dialisis kronis), gangguan imunologi (sedang dalam terapi
imunosupresi, kemoterapi, radiasi, steroid jangka panjang atau dosis tinggi, menderita
penyakit yang menekan pertahanan terhadap infeksi, mislanya leukemia, limfoma, atau
AIDS) dalam waktu 8 bulan sebelum sakit atau dirawat; bila didapatkan salah satu
diantaranya maka diberi nilai 5. Selain itu untuk pasca bedah cito diberi nilai 5;
sedangkan untuk pasca bedah elektif diberi nilai 2.
Skor untuk umur ditentukan berdasarkan sebagai berikut :
a) ≤ 44 tahun : skor 0
b) 45 – 54 tahun : skor 2
c) 55 – 64 tahun : skor 3
d) 65 – 74 tahun : skor 5
e) ≥ 75 tahun : skor 6

Besar skor APACHE II didapatkan dengan menjumlahkan ketiga kelompok penliaian


tersebut.
Tabel : APACHE-II scoring system. (Naved, 2011)
1. Acute Physiology Score (APS)
+4 +3 +2 +1 0 +1 +2 +3 +4
Temperature > 41 39-40.9 - 38,5-38,9 36-38.4 34-35,9 32-33,9 30-31.9 < 29,9
MAP >160 130-159 110-129 - 70-109 - 50-69 - < 49
HR >180 140-179 110-139 - 70-109 - 55-69 40-54 < 39
RR > 50 35-49 - 25-34 12-24 10-11 6-9 - <5
Oxygenation* >500 350-499 200-349 - < 200 Pa02 >70 61-70 - 55-60 < 55
pH > 7,7 7,6-7,69 - 7,5-7,59 7,33-7,49 - 7,25-7,32 7,15-7,24 < 7,15
Na- >180 160-179 155-159 150-154 130-149 - 120-129 111-119 < 110
K- >7 6,6-6,9 - 5,5-5,9 3.5-5.4 3-3,4 2,5-2,9 - < 2,5
Creat >3,5 2-34 1,5-1,9 0,6-1,4 <0,6
Hct > 60 - 50-59,9 46-49,9 30-45,9 - 20-29,9 - < 20
WCC > 40 - 20-39,9 15-19,9 3-14,9 - 1-2,9 - <1
15-GCS - - - - - - - - -
* F1O2 > 0.5 record oA-aO2 F1O2 < 0.5 record Pao2

- Plus points for: 1. age > 44 years, 2. chronic health status

2. Skor penyakit kronis


Penyakit kronis Poin
Tanpa riwayat insufisiensi sistem organ atau immunocompromised 0
Dengan riwayat insufisiensi sistem organ atau immunocompromised
- Pasca pembedahan elektif 2
- Pasca pembedahan emergensi atau nonoperative 5
Definisi : insufisiensi organ dan kondisi immunocompromised telah dibuktikan terjadi
sebelum pasien masuk rumah sakit dan dikonfirmasi dengan kriteria dibawah ini:
1. Hepar : sirosis yang dibuktikan dengan biopsi dan hipertensi portal yang
terdokumentasi; riwayat perdarahan traktus gastrointestinal akibat hipertensi
portal; riwayat gagal hepar/ensefalopati/koma
2. Kardiovaskular : New York Heart Association (NYHA) Class IV
3. Respirasi : Penyakit vaskular, kronik restriktif, dan obstruktif yang
mengakibatkan restriksi latihan yang berat (contoh tidak mampu menaiki
tangga atau melakukan pekerjaan rumah tangga; hipoksia kronis yang
terdokumentasi, hiperkapnea, polisitemia sekunder, hipertensi pulmonal yang
berat (>40 mmHg), tergantung pada ventilator)
4. Renal : menjalani dialisis kronis
5. Immunocompromised : pasien dengan terapi yang mengakibatkan penekanan
resistensi terhadap infeksi (contoh immunosuppresion, kemoterapi, radiasi,
steroid jangka panjang atau pemberian steroid dosis tinggi, atau didiagnosa
dengan penyakit yang mengakibatkan penekanan resistensi terhadap infeksi
seperti leukemia, limfoma dan Acquired Immuno Deficiency Syndrome)
3. Usia
Usia Poin
< 44 0
45-54 2
55-65 3
65-74 5
>75 6

4. Interpretasi skor
Total Skor = Skor APS + Skor Penyakit Kronis + Skor Usia
Skor Angka kematian (%)
0-4 4
5-9 8
10-14 15
15-19 25
20-24 40
25-29 55
30-34 75
>34 80
Daftar pustaka
Chiavone PA, Sens YAS. Evaluation of APACHE II system among intensive care
patients at hospital. Sao Paulo Med J. 2003;121:53-7
Knaus WA, Draper EA, Wagner DP, Zimmerman JE. Anevaluation of outcome from
intensive care in major medical centers. Ann Intern Med 1986; 104:410-8.
Naved, S., Siddiqui, S., Khan, F. APACHE-II Score Correlation With Mortality And
Length Of Stay In An Intensive Care Unit. Journal of the College of
Physicians and Surgeons Pakistan. 2011. 21(1), 4-8.
Zimmerman JE, Kramer AA, Mc Neir DS, Malila FM. Acute physiology and chronic
health evaluation (APACHE) IV ICU length of stay benchmarks for today’s
critically ill patients. Chest. 2005;128:297S.

Anda mungkin juga menyukai