Anda di halaman 1dari 6

KEMENTERIAN SOSIAL RI.

DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN DAN JAMINAN SOSIAL

SAMBUTAN
SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN
DAN JAMINAN SOSIAL
PADA ACARA PEMBUKAAN ToT PETUGAS
PENDAMPING PSIKOSOSIAL
PENANGGULANGAN BENCANA
DI PURI AYUDA RESORT CIPAYUNG BOGOR
TANGGAL, 1 OKTOBER 2011

 YANG TERHORMAT PLT. DIREKTUR PSKBA


 YANG SAYA PARA KASUBDIT DAN KASIE DI
LINGKUNGAN DIREKTORAT PSKBA
 YANG SAYA HORMATI PARA PESERTA ToT PETUGAS
PENDAMPING PSIKOSOSIAL PENANGGULANGAN
BENCANA
 PARA NARASUMBER DAN FASILITATOR YANG SAYA
HORMATI
 SERTA PARA PANITIA YANG SAYA CINTAI

Asalamulaiukm Warrahmatullahibarakatuh,
Mengawali sambutan ini, saya ingin mengajak para hadirin
dan semua pihak yang hadir untuk selalu bersyukur Kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah yang dilimpahkan
kepada kita semua. Kita bersyukur karena masih diberi
1
keselamatan dan kesempatan untuk bertemu dalam keadaan
sehat waalfiat pada acara pembukaan ToT Petugas
Pendamping Psikososial Penanggulangan Bencana ini.
Saya sangat bangga bisa berada di tengah-tengah para
petugas penanggulangan bencana yang membagakan ini. Dan
saya menyambut gembira atas prakarsa dilaksanakan acara
ini. Berbicara psikososial korban bencana bukan hal baru, ini
sudah dibahas dan menjadi wacana sejak lama, namun baru
kali ini mulai dirintis kembali. Gagasan ini bukan merupakan
“rencana bangun tidur”, namun melalui kajian dan ujicoba
sehingga dipastikan menjadi salah satu bagian
penanggulangan bencana bidang perlindungan sosial.
Penanganan korban bencana pada asepk psikososial
sebenarnya merupakan warna dan tugas pokok Kementerian
Sosial yang jarang dilakukan orang atau pihak lain, namun kita
baru merintis kembali. Tidak ada salahnya lebih baik terlambat
untuk pelayanan yang lebih baik.

Hadirin yang kami hormati,


Beberapa alasan kenapa masalahan psikosial penting dan
harus dilakukan bagi korban bencana. Pertama, Ketika
kejadian bencana gempabumi dan tsunami di ACEH, Gempa
Yogyakarta, letusan Gunung Merapi, banjir bandang Wasior,
dan gempa tsunami Mentawai telah membuat luka dan
penderitaan yang cukup mendalam bagi korban bencana.
Bukan saja kehilangan jiwa, dan harta benda namun

2
psikologis para korban yang menderita. Kita semua berhasil
memenuhi kebutuhan dasar para korban bencana antara lain
sandang, pangan serta proses rehabilitasi dan rekonstruksi
namun aspek psikososial banyak belum tejamah. Sampai saat
ini bukti-bukti penderita psikologis masih terlihat sepertri
stress, trauma, dan pobia terhadap suara tertentu bahkan
gangguan keberfungsian sosial korban bencana padahal
kejadiannya sudah lama terjadi. Kondisi keterkaitan psikis dan
sosial inilah yang menjadi salah satu penghambat pemulihan
korban bencana. Ini memperlihatkan betapa pentingnya
pelayanan kebutuhan dasar psikososial. Kedua, menurut
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan bencana pasal 53 bahwa salah satu
pemenuhan kebutuhan dasar bagi korban bencana adalah
pelayanan psikososial, sedangkan menurut Rencana Nasional
Penanggulangan Bencana Tahun 2010 – 2014, Kementerian
Sosial sebagai instansi utama pemenuhan kebutuhan dasar.
Jadi sudah menjadi keharusan bagi kita melaksanakan
amanat peraturan dimaksud. Ketiga, Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial mengamanatkan
perubahan paradigma penanggulangan bencana dari bantuan
kepada perlindungan sosial, maka diperlukan penanganan
korban bencana yang lebih konfrehensif dan sustainable
melalui pendampingan korban bencana. Pendampingnan
sebagai suatu strategi untuk dapat meningkatkan pelayanan

3
korban bencana, dan salah satu pendampingan dimaksud
adalah pendampingan psikososial penanggulangan bencana.

Memperhatikan ketiga pertibangan di atas maka Kementerian


Sosial Cq. Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana
Alam menganggap perlu untuk memulai melalui Traning of
Trainer (ToT) Petugas Pendamping Psikososial
Penanggulangan Bencana. Melalui ToT ini diharapkan dapat
membentuk para trainer/fasilitator psikososial yang siap untuk
menjadi trainer pada kegiatan Pemantapan Petugas
Pendamping Psikososial Penanggulangan Bencana melalui
anggaran dekonsentrasi tahun 2012 di 33 provinsi, dan
menjadi para petugas pendamping psikososial korban
bencana. Kami merencanakan setelah kegiatan ini berhasil
akan menguji coba saudara-saudara untuk terjun langsung di
lokasi bencana menangani permasalahan psikososial akibat
bencana alam Gunung Merapi di Yogyakarta, banjir bandang
Wasior Papua Barat, dan gempabumi tsunami di Mentawai
Sumatera Barat. Memang kami tidak mentargetkan saudara-
saudara untuk menangani kasus perkasus secara klinis
masing-masing korban bencana namun lebih kepada
pelayanan psikosial agar para korban merasa lebih tenang,
terkendali dan diawali penanganan psikosoaial secara
profesional untuk selanjutnya dirujuk kepada tim rehabiliatsi
sosial.

4
Kami sengaja mengundang para Kepala Bidang/Subdin dan
para Kepala Seksi yang menangani bencana di Dinas/Instansi
Sosial Provinsi masing-masing untuk lebih terdahulu tahu dan
pamah mengenai masalah psikososial korban bencana ini
sebelum para petugas lainnya termasuk TAGANA
memahaminya. Karena kebijakan baru ini harus tersosialisasi
di seluruh Dinas/Instansi Sosial se Indonesia. Kamipun
menyediakan para fasilitator ToT ini yang berpengalaman
dalam penanggulangan bencana dan akhli dalam penanganan
psikososial korban bencana.

Hadirin yang kami hormati,


Memperhatikan urgenitas dalam pelayanan logistik
penanggulangan bencana dan kondisi yang akhir-akhir ini
berkembang maka kami instruksikan kepada seluruh peserta
ToT Pendamping Psikososial ini khususnya peserta dari 33
provinsi agar selain akan menjadi pendamping para korban
bencana yang mengalami ganggunan psikologis saja, tetapi
juga dapat mengawal bantuan logistik bagi korban bencana
alam termasuk usulan kendaraan operasional
penanggulangan bencana seperti mobil RTU, truk, tangki air,
DUMLAP, water treatment, sepeda motor serta kapal cepat
evakuasi dan logistik. Kami mendengar informasi adanya
keluhan dari daerah tentang permintaan “sejumlah uang” dari
pusat terkait dengan permohonan kendaraan operasional dari
daerah ke Kementerian Sosial. Kami tegaskan kembali bahwa

5
tidak ada pungutan “sejumlah uang” oleh Kementerian Sosial
berkaitan dengan permohonan dimaksud. Karenanya kami
mohon kiranya saudara-saudara dapat menginformasikan
kepada kabupaten/kota yang mengusulkan permohonan
dimaksud bahwa Kementerian Sosial tidak pernah dan tidak
akan mengeluarkan kebijakan untuk meminta “sejumlah uang”
atau bentuk lainnya berkaitan dengan permohonan kendaraan
dimaksud. Apabila terdapat pihak-pihak tertentu yang
melakukan hal tersebut maka kami akan menindak tegas.

Demikian sambutan kami, dan akhir kata, dengan mengucap


Bismillahirrahmanirrahim, maka ToT Petugas Pendamping
Psikososial saya nyatakan dibuka nyatakan resmi, semoga
niat dan rencana mulia ini mendapat bimbingan dan
perlonongan dari Tuhan Yang Maha Esa, Amin.

Sekian dan Terima Kasih.


As. WB
Jakarta, 1 Oktober 2011
SEKRETARIS DIREKTORAT
JENDERAL PERLINDUNGAN DAN
JAMINAN SOSIAL
KEMENTERIAN SOSIAL RI.,
.

Drs. SUGIYANTO, M.Si.


NIP. 19580731 198003 1 002
6

Anda mungkin juga menyukai