Daya Setimbang Pada Sistem 3 Fasa
Daya Setimbang Pada Sistem 3 Fasa
SISTEM 3 FASA
Oleh:
Fenny Andiny
Hery Susanto
1
DAFTAR ISI
1 Latar Belakang…………………………………………………………….. 3
2 Sistem 3 Fasa………………………………………………………………. 4
7 Lampiran
2
1. Latar belakang
Sistem jaringan listrik yang terpasang di Indonesia merupakan jaringan
listrik 3 fasa yang disalurkan oleh produsen (PLN) ke konsumen yaitu rumah
tangga dan industri. Secara umum system tenaga listrik terbagi ke dalam
beberapa bagian yakni pembangkitan, penyaluran (transmisi) dan beban.
Generator akan membangkitkan daya listrik yang akan disalurkan. Daya
yang dibangkitkan adalah daya listrik 3 fasa. Pada system transmisi dibutuhkan
daya yang besar, untuk mengurangi rugi-rugi daya maka tegangan dinaikkan
dengan menggunakan trafo step up menjadi tegangan tinggi atau extra tinggi.agar
dapat didistribusikan ke konsumen maka tegangan kembali diturunkan menjadi
380/220 V menggunaka trafo step down. Daya yang dierima konsumen adalah
daya listrik arus bolak balik tiga fasa. Untukindustri, daya yang digunakan adalah
daya listrik 3 fasa, sedangkan untuk rumah tangga daya yang digunakan adalah
daya listrik satu fasa.
3
2. System Tiga Fasa
a. Pengertian Sistem 3 Fasa
Sistem3 fasa adalah sistemyang paling banyak dipakai. Pada distribusi
primeruntuk tegangan menengah memakai tiga fase tiga kawat, sedangkan untuk
distribusi sekunder untuk tegangan rendah memakai tiga fasa empat kawat.
Listrik 3-phase adalah listrik AC (alternating current) yang menggunakan 3
penghantar ‘R,S,T’ yang mempunyai tegangan sama tetapi berbeda dalam sudut
phase sebesar 120 degree. Ada 2 macam hubungan dalam koneksi 3 penghantar
tadi : hubungan bintang (“Y” atau star) dan hubungan delta. Sesuai bentuknya,
yang satu seperti huruf “Y” dan satu lagi seperti simbol “delta”
4
3. Daya Setimbang Dan Tidak Setimbang
a. Daya Sistem 3 Fase Pada Beban Yang Seimbang
Jumlah daya yang diberikan oleh suatu generator 3 fase atau daya yang
diserap oleh beban 3 fase, diperoleh dengan menjumlahkan daya dari tiap-tiap
fase. Pada sistem yang seimbang, daya total tersebut sama dengan tiga kali daya
fase, karena daya pada tiap-tiap fasenya sama.
5
arus perfasanya menjadi IL/1,73, maka daya total (Ptotal) pada rangkaian
segitiga adalah:
PT = 3.IL/1,73.VL.cos θ= 1,73.VL.IL.cos θ
Dari persamaan total daya pada kedua jenis hubungan terlihat bahwa besarnya
daya pada kedua jenis hubungan adalah sama, yang membedakan hanya pada
tegangan kerja dan arus yang mengalirinya saja, dan berlaku pada kondisi beban
yang seimbang. Sifat terpenting dari pembebanan yang seimbang adalah jumlah
phasor dari ketiga tegangan adalah sama dengan nol, begitupula dengan jumlah
phasor dari arus pada ketiga fase juga sama dengan nol
b. Daya Sistem 3 Fase Pada Beban Yang Tidak Seimbang
Pada daya system 3 fasa tidak seimbang nilai impedansi beban dari ketiga
fase tidak sama sehingga jumlah phasor dan arus netralnya (In) tidak sama
dengan nol dan beban dikatakan tidak seimbang. Ketidakseimbangan beban ini
dapat saja terjadi karena hubung singkat atau hubung terbuka pada beban.
Dalam sistem 3 fase ada 2 jenis ketidakseimbangan, yaitu:
1. Ketidakseimbangan pada beban.
2. ketidakseimbangan pada sumber listrik (sumber daya).
Pada saat terjadi gangguan, saluran netral pada hubungan bintang akan
teraliri arus listrik. Ketidakseimbangan beban pada sistem 3 fase dapat diketahui
dengan indikasi naiknya arus pada salah satu fase dengan tidak wajar, arus pada
tiap fase mempunyai perbedaan yang cukup signifikan, hal ini dapat
menyebabkan kerusakan pada peralatan
6
4. Transformasi Y Dan Delta (Y-Δ)
7
Kemudian jumlahkan ketiga persamaan tersebut;
Sehingga diperoleh;
8
PTL
PEMBANGKIT
TM
TRAFO STEP UP GI
SALURAN
TT TET TRANSMISI
9
Gambar 7 Generator 3 Fasa
Gambar 8 Rangkaian Pembangkit, Pengukuran Dan Beban Wye Dan Delta Pada
Generator
10
N tegangan diukur dengan tiga buah voltmeter. Tegangan L1-L2 terukur V12,
tegangan L2-L3 terukur V23 dan tegangan L3-L1 terukur V31.
Aliran ke beban ada dua jenis, beban bintang (Y) dan beban segitiga (Δ).
Beban bintang mengunakan empat kawat L1-U, L2-V, L2-W dan N-N. Lilitan
beban mendapatkan arus fasa, juga mendapatkan tegangan fasa-netral. Rumus
tegangan fasa-fasa :
b. Saluran distribusi TM
Tegangan yang dihasilkan oleh pusat tenaga listrik adalah tegangan
menengah antara 6kV hingga 20 kV
- Gardu induk
Pada sistem tenaga listrik yg besar apa bilamana PTL terletak jauh dari
pemakai maka energy listrik itu perlu diangkut melalui saluran transmisi dan
tegangannya harus dinaikkan dari TM menjadi Tegangan tinggi. Pada jarak yg
sangat jauh malah diperlukan tegangan ekstra tinggi TET. Menaikkan tegangan
itu dilakukan di gardu induk GI dengan menggunakan transformator step up.
Tegangan tinggi di Indonesia adalah 70 kv- 275 kv sedangkan tegangan ekstra
tinggi 500 kv.
- Trafo Step Up
1. Transformator (trafo) 3 fasa hubung bintang ke bintang (Y-Y)
11
Gambar 9 Transformator (trafo) 3 fasa hubung bintang ke bintang (Y-Y)
Bila Pada transformator (trafo) 3 fasa hubung bintang – bintang ini beban
pada sisi sekunder dari tranformator tidak simbang,maka tegangan fasa dari sis
beban akan berubah kecuali titik bintang dibumikan
Gambar 10
12
2. Tranformator Hubung Segitiga – Segitiga (Δ-Δ)
a. Dibanding dengan gaya pengasutan lain, para rangkaian ini cendrung memiliki
isolasi yang lebih banyak
b. Ketidak adaan titik bintang merupakan kerugian yang dapat membahayakan.
13
Keuntungannya, distribusi hanya memerlukan 3 buah kabel untuk menyalurkan
listrik ke tempat lain. Berbeda dengan Y yang harus menggunakan 4 kabel,
sehingga listrik biasanya dirubah dahulu menjadi Y-Delta baru kemudian
disalurkan. Jenis koneksi ini jarang digunakan.
14
C, Saluran Distribusi Primer
Mendekati pusat pemakaian tenaga listrik yang dapat merupakan suatuindustri
atau suatu kota tegangan tinggi, diturunkan menjadi tegangan menengah. Hal ini
juga dilakukan pada suatu gardu induk dengan mempergunakan transformator
step down. Di Indonesia tegangan menengah adalah 20 kv. Pada tegangan
menengah inilah nantinya akan disalurkan ke industry
PEMBAHASAN
Spesifikasi Gedung dimaksudkan untuk mengetahui spesifikasi beban yang akan
dilayani dari setiap ruang yang terdapat dalam sebuah gedung, kita dapat mengetahui
pembebanan yang dilayani dari setiap ruangan dalam sebuah gedung, sehingga dapat
diketahui pula jumlah beban (daya) yang dilayani dari sebuah gedung, yang merupakan
penjumlahan dari total beban yang dilayani dari setiap ruang dalam gedung tersebut.
Spesifikasi gedung dapat membantu dalam proses mengevaluasi instalasi listrik dari
gedung tersebut tersebut. Berikut ini merupakan penjelasan denah masing2 ruangan dan
tabel spesifikasi gedung Hotel Maqna Gorontalo.
15
Penyelesaian :
P = V . I . cos Φ
42. 922 W = 380 . I . 0,8
I = 42.922/380 . 0,8
= 142 A
di perencanaan sebesar adalah 125 A Sesuai dengan daftar tabel standar beban
kuat arus ELECTRICHSAN, VOL. 1, NO.1, MEI 2014 maka MCB yang harus digunakan
untuk pembebanan lantai 1 hotel sebesar 142 A, jika masih menggunakan MCB yang di
rencanakan dari awal 125 A maka akan terjadi drop tegangan pada saat beban puncak.
Jadi kesimpulannya untuk perhitungan MCB 3 fasa tidak sesuai dengan dengan
PUIL.karena MCB Seharusnya yang digunakan MCB 3 fasa 142 A,hanya digunakan
MCB 3 fasa 125 A, maka dari itu untuk tegangan lantai 1 hotel sering drop.
2
belum sesuai dengan standar PUIL ( Peraturan Umum Instalasi Listrik ) karena MCB
yang digunankan di instalasi listrik seharusnya 137 A hanya mengunakan MCB 125 A,
maka dari itu pembebanan untuk lantai 2 hotel ini masi sering drop teganagan sama
seperti pembebanan instalasi listrik lantai 1.
3
39,136 W = 380 . I . 0,8
ELECTRICHSAN, VOL. 1, NO.1, MEI 2014
I = 39,136
380 . 0,8
= 128 A
di perencanaan awal sebesar adalah 200 A Sesuai dengan perhitungan diatas dengan
standar beban kuat arus maka MCB yang harus digunakan untuk pembebanan lantai 1
hotel sebesar 128 A, maka untuk posisi perencanaan awal MCB yang di gunakan sebesar
200 A untuk pembebanan lantai 3 ini sudah sesuai dengan standar PUIL.jadi untuk
posisi pembebanan lantai 3 hotel ini sudah aman dan tidak akan drop tegangan jika
terjadi beban puncak. Kesimpulan dari pembebanan instalasi listrik lantai
3 ini berbeda dengan pembebanan instalasi listrik lantai 1 dan lantai 2 hotel. Jika di
lantai 1 dan lantai 2 hotel sering drop tegangan untuk lantai 3 hotel ini tidak terjadi drop
tegangan, karena MCB yang di gunakan untuk lantai 3 ini yaitu 200 A, jadi sudah
sesuai dengan standar PUIL.
4
Perhitungan Pembebanan Lantai 4 Hotel
1. Perhitungan Untuk MCB 3 Fasa
Dalam penyaluran tenaga listrik dari suatu sumber ke beban pada suatu instalasi, akan
terjadi suatu perbedaan tegangan antara tegangan di sisi sumber dan tegangan di sisi
beban. Dimana mtegangan pada sisi sumber lebih besar dari pada tegangan di sisi beban.
hal ini disebabkan oleh adanya drop tegangan di dalam sistem instalasinya. Didalam
perencanan instalasi listrik gedung di Hotel Maqna Gorontalo khusunya pada lantai 4,
MCB yang di gunakan di gedung ini sebesar 200 A dengan beban total 41,662 W =
52,078 VA, untuk mengurangi resiko pada saat beban puncak maka perhitungan
pembebanan sebagai berikut :
Penyelesaian :
P = V . I . cos Φ
41,662 W = 380 . I . 0,8
I = 41,662
380 . 0,8
= 137 A di
perencanaan awal sebesar adalah 200 A Sesuai dengan perhitungan diatas dengan
standar beban kuat arus maka MCB yang harus digunakan untuk pembebanan lantai 1
hotel sebesar 137 A, maka untuk posisi perencanaan awal MCB yang di gunakan untuk
pembebanan lantai 4 ini sudah sesuai dengan standar PUIL.jadi untuk posisi
pembebanan lantai 4 hotel ini sudah aman dan tidak akan drop tegangan jika terjadi
beban puncak.
5
P=V.I
2400 = 220 . I
I = 2400 = 10 A
6
I = 4400 = 20 A
220
Karena di fasa R untuk lantai 5 ini digunakan pada
AC lobby maka untuk MCB yang di gunakan
sebesar 20 A
Perhitungan Fasa S
P=V.I
392 = 220 . I
I = 392 = 2 A
220
Perhitungan Fasa T
P=V.I
1200 = 220 . I
I = 1200/220 = 5 A
Kesimpulan dari pembebanan instalasi listrik lantai 1 dan 2 hotel ini berbeda dengan
pembebanan instalasi listrik lantai 3 sampai lantai 5 hotel, untuk di lantai 1 dan lantai 2
hotel sering drop tegangan karena MCB 3 fasa yang digunakan tidak sesuai standar
PUIL yaitu hanya mengunakan MCB 125 A yang seharusnya mengunakan MCB di atas
125 A , berbeda untuk lantai 3 samapai lantai 5 hotel ini tidak terjadi drop tegangan,
karena MCB yang di gunakan sesuai dengan tegangan yang masuk.
KESIMPULAN PEMBAHASAN
1. Setelah di evaluasi untuk instalasi listrik dan
pembebanan di tiap lantai gedung Hotel Maqna
Gorontalo maka tidak akan mengalami drop
tegangan jika terjadi beban puncak.
2. Dengan adanya evaluasi ini maka instalasi listrik
dan pembebanan tiap lantai gedung di Hotel
Maqna Gorontalo sudah sesuai dengan Standar
PUIL.
7
7 lampiran
3
4
5
6
7