Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Dari berbagai penyakit yang mengenai wanita, tumor ovarium dan intra-abdominal
adalah yang paling sulit didiagnosis dan diobati. Sejauh ini hanya sedikit kemajuan untuk
melacak prekursor ataupun stadium dini lesi-lesi ini. Kajian-kajian epidemiologik pun belum
mampu menetapkan kelompok risiko tinggi dimana penemuan kasus secara dini dapat segera
dilakukan. Dengan demikian kasus-kasus biasanya ditemukan secara "pasif" di rumah sakit-
rumah sakit, sedangkan penemuan kasus dini di masyarakat masih menemukan kesulitan.
Ovarium merupakan tempat dimana lesi neoplastik dan non-neoplastik yang sering terjadi
dan kelainan yang paling penting adalah tumor. Selain tumor, ovarium tampaknya resisten
terhadap penyakit. Tumor ovarium merupakan salah satu tumor yang sering ditemukan pada
wanita. Lesi tersebut dapat muncul baik pada periode neonatal maupun pada periode post
menopause. Walau banyak dari lesi tersebut yang bisa ditangani dengan tindakan minimal, tetapi
beberapa dapat mengarah ke proses keganasan. Dan bila lesi tersebut membesar dan memberikan
keluhan nyeri diperlukan tindakan operatif untuk penanganannya.
Tumor ovarium merupakan indikasi utama pada bedah ginekologi. Tentunya sebagai
dokter, kita harus bisa mendiagnosa dan menentukan tindakan yang terbaik dalam
menanganinya. Dan tentunya bagaimana cara kita memberikan pengobatan untuk menangani
penyakit tersebut juga ditentukan dari ketepatan kita mendiagnosa penyakit tersebut.
Beberapa lesi non-neoplastik dapat terlihat mirip dengan neoplasma. Karena itu sangat
penting bagi para dokter untuk dapat mendiagnosa dengan tepat. Karena pengobatan dan terapi
yang diberikan tergantung kepada hasil diagnosis.
BAB III
TUMOR OVARIUM

3.1. Definisi
Tumor ovarium adalah suatu massa yang tumbuh pada ovarium. Tumor jinak ovarium,
yang juga dikenal sebagai ‘atypical proliferating tumors’ adalah massa yang terdiri dari
kelompok tumor yang menunjukkan proliferasi epitel yang biasanya jinak dan non-invasive.
Diantara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan ada yang bersifat non-neoplastik
(Monga, 2000).

3.2. Epidemiologi
Tumor jinak ovarium kira-kira 15% dari jumlah seluruh kanker epitel ovarium. Biasanya
terjadi pada usia kurang dari 35 tahun. Penggunaan obat-obat penyubur meningkatkan risiko
terjadinya tumor ovarium (Monga, 2000).

3.3. Etiologi
Ada beberapa teori yang menerangkan terjadinya tumor ovarium, diantaranya adalah
sebagai berikut : (Monga, 2000)
 Teori ovulasi
Terjadi invaginasi kapsul epitel pasca ovulasi ke dalam stroma ovarium. Dengan
rangsangan hormon pada stroma, sel-sel epitel berpotensi untuk menjadi kista-kista baru
yang nantinya akan menjadi tumor epitel ovarium (Monga, 2000).
 Teori endokrin
Epitel pada kapsul ovarium berasal dari mullerian dan jaringan ini responsif terhadap
hormon dengan cara yang sama seperti epitel mullerian berespon saat muncul dalam
endometrium atau tuba falopii. Menurut teori endokrin, di lingkungan hormonal yang
tidak seimbang ini dapat menyebabkan neoplasia (Monga, 2000).
 Teori substansial eksogen
Teori ini menduga bahwa iritan seperti bedak merupakan faktor pemicu tumor neoplastik
jinak dan ataupun ganas (Monga, 2000).
 Teori transformasi
Tidak semua tumor jinak dapat menjadi ganas, namun ada kemungkinana terjadi
degenerasi maligna pada tumor tersebut (Monga, 2000).

3.4. Klasifikasi Tumor Jinak Ovarium


Tumor Ovarium Non-Neoplastik
Tumor akibat peradangan
Tumor lain :
 Kista folikel
Kista ini merupakan tumor jinak ovarium paling umum dan yang paling sering
ditemukan secara tidak sengaja. Sebuah kista folikuler bisa bertahan sampai beberapa
siklus menstruasi dan diameternya bisa mencapai 10 cm (Monga, 2000).
Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak berovulasi, namun tumbuh terus
menjadi kista folikel atau dari beberapa folikel primer yang tumbuh di bawah pengaruh
hormon estrogen dan tidak mengalami atresia. Kista ini bisa soliter maupun multiple.
Dinding dalam kista terdiri atas beberapa lapisan sel granulosa, karena adanya tekanan
dalam kista terjadilah atrofi pada lapisan ini. Cairan kista jernih dan mengandung
estrogen. Oleh karena itu terkadang dapat menyebabkan gangguan haid. Kista ini lama
kelamaan dapat mengecil dan hilang spontan. Kista ini membutuhkan pengananan jika
menimbulkan gejala atau jika belum hilang dalam waktu 8-16 minggu (Monga, 2000).
 Kista korpus luteum
Pada keadaan tertentu korpus luteum mempertahankan diri (korpus luteum
persisten). Cairan dalam kista berwarna merah coklat karena perdarahan sering terjadi
dalam kista. Dinding kista terdiri atas lapisan sel-sel theca. Kista jenis ini dapat
menimbulkan gangguan haid berupa amenore maupun metroragia. Perdarahan yang
terus-menerus dapat menimbulkan ruptur kista dan menimbulkan nyeri perut yang
mendadak. Pengananan kista ini menunggu sampai kista hilang sendiri (Monga, 2000).
 Kista Theca Lutein
Kista ini biasanya bilateral dan biasanya akibat pengaruh hormon HCG yang
berlebihan. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi sel-sel theca. Kista ini
biasanya dijumpai pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, sehingga kista ini akan
mengecil pula dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma (Monga, 2000).
 Kista inklusi germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel
germinativum pada permukaan ovarium. Kista terletak di bawah permukaan ovarium,
dindingnya terdiri atas 1 lapisan epitel kubus atas thorak rendah dan isinya cairan jernih
dan serous (Monga, 2000).
 Kista Stein-Leventhal
Kelainana ini terkenal dengan nama sindrom Stein-Leventhal yang terdiri dari
infertilitas, amenore dan hirsutisme tanpa maskulinisasi serta kedua ovarium membesar.
Hal ini mungkin disebabkan gangguan keseimbangan hormonal, umumnya terdapat
gangguan ovulasi. Hiperplasia endometrium sering ditemukan pada keadaan ini,
terapinya adalah klomifen yang bertujuan menyebabkan ovulasi. Namun wedge resection
perlu dipertimbangkan apabila terapi dengan klomifen tidak menyebabkan ovulasi
(Monga, 2000).
 Kista endometrium

Tumor Ovarium Neoplastik Jinak


Kistik
 Kistoma ovarii simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali
bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih,
serous dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubus.
Berhubungan dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi dengan gejala-gejala mendadak.
Diduga bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma serosum yang kehilangan epitel
kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan dalam kista (Monga, 2000).
 Kistadenoma ovarii serosum
Tumor ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal epithelium), bentuk
epitel pada papil beraneka ragam tetapi sebagian besar epitelnya terdiri atas epitel bulu
getar, seperti epitel tuba. Ditemukan pada wanita berusia antara 20-50 tahun, dan jarang
sekali pada masa prapubertas (Monga, 2000).
Pada umumnya tumor jenis ini tidak mencapai ukuran yang amat besar
dibandingkan dengan kistadenoma ovarii musinosum. Permukaan kista biasanya licin,
berbentuk multilokuler, warnanya putih keabu-abuan, potensi pertumbuhan papiler ke
dalam rongga kista. Isi kista cair, kuning, dan kadang-kadang coklat karena campuran
darah, tidak jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan
pertumbuhan papiler (Monga, 2000).
Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium dalam stromanya
yang dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya menunjukkan bahwa kista adalah
kistadenoma ovarii serosum papiliferum, tetapi tumor ini ganas. 30-35% kistadenoma
ovarii serosum ini mengalami perubahan menjadi ganas (Monga, 2000).
 Kistadenoma ovarii musinosum
Menurut Meyer, tumor ini berasal dari suatu Teratoma, dimana dalam
pertumbuhannya satu elemen mengalahkan elemen-elemen lainnya. Tumor ini paling
sering terdapat pada wanita berusia antara 20-50 tahun, dan jarang sekali pada masa
prapubertas. Tumor ini lazimnya berbentuk multilokuler. Tumor ini menerima darahnya
melalui suatu tangkai, kadang-kadang dapat terjadi torsi yang mengakibatkan gangguan
sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan perdarahan dalam kista dan perubahan
degenerative yang memudahkan timbulnya perlekatan kista dengan omentum, usus-usus
dan peritoneum parietale. Dinding kista agak tebal dengan berwarna putih keabu-abuan,
khususnya bila terjadi perdarahan atau perubahan degenerative dalam kista. Pada
pembukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan berwarna
kuning sampai coklat tergantung dari pencampurannya dengan darah. Keganasan dapat
terjadi dalam kira-kira 5-10% dari kistadenoma ovarii musinosum (Monga, 2000).
 Kista endometrioid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada dinding dalam terdapat
suatu lapisan sel-sel yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista ini tidak ada
hubungannya dengan endometriosis uteri (Monga, 2000).
 Kista dermoid
Kista dermoid adalah suatu teratoma kistik yang jinak dimana struktur-struktut
ektodermal dengan diferensiasi sama seperti epitel kulit, rambut, gigi, dan produk
glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak, nampak lebih menonjol
daripada elemen entoderm dan mesoderm. Tumor ini berasal dari sel telur melalui proses
parthenogenesis (Monga, 2000).
Tumor ini merupakan 10% dari seluruh neoplasma ovarium yang kistik dan paling
sering ditemukan pada wanita yang masih muda. Tumor ini dapat mencapai ukuran yang
sangat besar, sehingga beratnya mencapai beberapa kilogram. Dinding kista kelihatan
putih, keabu-abuan dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal di bagian
lain padat. Bila dibelah nampak satu kista besar dengan ruangan kecil-kecil dalam
dindingnya. Pada umumnya terdapat satu daerah pada dinding bagian dalam yang
menonjol dan padat. Bahan yang terdapat dalam rongga kista ialah produk dari kelenjar
sebasea berupa massa lembek seperti lemak, bercampur dengan rambut (Monga, 2000).
Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri mendadak di
perut bagian bawah. Perubahan menjadi ganas kira-kira 1,5% dari semua kista dermoid
dan biasanya pada wanita lewat menopause (Monga, 2000).

Solid
 Fibroma ovarii
Tumor ini berasal dari elemen-elemen fibroblastic stroma ovarium atau dari
beberapa sel mesenkhim yang multipoten. Potensi untuk menjadi ganas sangat rendah
yaitu kurang 1%. Sering ditemukan pada penderita dalam masa menopause dan
sesudahnya. Tumor ini dapat mencapai diameter 2-30 cm, beratnya dapat mencapai 20 kg
dengan 90% unilateral. Permukaannya tidak rata, konsistensi keras, warnanya merah
jambu keabu-abuan. Konsistensinya ada yang benar-benar keras yang disebut fibroma
durum, dan ada yang cukup lunak disebut fibroma molle. Bila tumor dibelah,
permukaannya biasanya homogen, akan tetapi pada tumor yang agak besar, mungkin
terdapat bagian-bagian yang menjadi cair karena nekrosis. Fibroma ovarii yang besar
biasanya mempunyai tangkai, dan dapat terjadi torsi dengan gejala-gejala mendadak.
Yang penting ialah bahwa pada tumor ini sering ditemukan sindroma meigs (Monga,
2000).
 Tumor Brenner
Tumor ini sangat jarang ditemukan, yaitu 0,5% dari semua tumor ovarium.
Biasanya pada wanita yang dekat atau sesudah menopause (Monga, 2000). Menurut
Meyer, tumor ini berasal dari sisa-sisa sel-sel Walthard yang belum mengadakan
diferensisasi, tetapi penelitian terakhir memberi petunjuk bahwa sarang-sarang tumor
Brenner berasal dari epitel selomik duktus Mulleri (Moon W. J., Koh B. H., Kim S. K., et
al., 2000).
Besarnya tumor beraneka ragam. Lazimnya tumor unilateral, yang pada
pembelahan berwarna kuning muda menyerupai fibroma, dengan kista-kista kecil
(multikistik). Mikroskopiknya terdiri dari dua elemen, yaitu sarang-sarang yang terdiri
atas sel-sel epitel yang dikelilingi jaringan ikat yang luas dan padat. Sarang-sarang
tersebut dapat mengalami degenerasi sehingga terbentuk ruangan yang terisi sitoplasma.
Tumor Brenner ini menghasilkan estrogen, sehingga terapinya terdiri dari pengangkatan
ovarium (Moon W. J., Koh B. H., Kim S. K., et al., 2000).
 Tumor sisa adrenal (maskulinovo-blastoma)
Tumor ini sangat jarang, biasanya unilateral dan besarnya bervariasi antara 0,5-16
cm diameternya. Tentang asalnya, ada 2 teori, yang satu menyatakan bahwa tumor
berasal dari sel-sel mesenkim folikel primordial, dan yang lain mengatakan dari sel
adrenal ektopik dalam ovarium (Monga, 2000).
Pada pembelahan warna permukaan tumor kuning, dan pada pemeriksaan
histologik sel-sel disusun dalam stroma seperti zona glomerulosa dan zona fasikulata
pada glandula suprarenalis. Tumor ini menyebabkan gejala maskulinisasi seperti
hirsutisme, pembesaran klitoris, atrofi mammae, dan perubahan suara (Monga, 2000).
 Tumor sel germinal (Germ cell tumours)
Tumor ini berasal dari sel germinal dan derivatnya. Jarang dijumpai, hanya
15-20% dari seluruh tumor ovarium (Monga, 2000).
1) Disgerminoma
Paling umum dari kelompok tumor sel germinal. Merupakan homolog dari
seminoma testis. Mengenai wanita pada usia reproduksi dan sangat radiosensitive
dan dapat muncul selama masa kehamilan. Permukaan tumor rata, konsistensi
kenyal kecuali di bagian yang mengalami degenerasi. Berwarna sawo matang
sampai keabu-abuan. Tidak menunjukkan gejala klinis yang berarti. Bila letaknya
unilateral dan kapsul masih baik, dapat ditangani hanya dengan USO (Unilateral
Salpingo Ovorectomy) (Monga, 2000).
2) Tumor sinus endodermal
Berasal dari yolk sac atau saccus vitellinus. Umumnya ditemukan pada
wanita muda dan sangat ganas. Prognosa kurang baik karena jarang yang dapat
bertahan hidup lebih dari 6-18 bulan sejak diagnosis ditegakkan dan ditangani.
Gambaran mikroskopiknya terdapat reticulum dengan ruangan berbentuk kistik
(sinus endodermal) di tengahnya. Sinus tersebut terdiri atas pembuluh darah di
tengahnya dikelilingi oleh sel-sel kuboid (Monga, 2000).
3) Teratoma ovarii
Diduga berkembang dari jaringan embrional yang pluripoten. Bentuk yang
benign merupakan tumor yang relatif banyak ditemukan pada wanita yang lebih
tua. Sedangkan teratoma yang maligna jarang ditemukan. Teratoma ovarii bisa
ditemukan dalam bentuk kistik maupun solid (Monga, 2000).
Bentuk kistik ini disebut kista dermoid yang bersifat jinak. Pada kista
dermoid struktur ektodermal seperti epitel kulit, rambut, gigi dan produk glandula
sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak Tampak lebih menonjol
daripada elemen endoderm dan mesoderm. Tidak ada ciri yang khas pada kista
dermoid. Dinding kista terlihat putih keabu-abuan dan agak tipis. Konsistensi
kenyal namun di bagian lain terasa padat. Terapi dengan pengangkatan, biasanya
dengan seluruh ovarium (Monga, 2000).
Teratoma yang ganas biasanya ditemukan pada anak-anak dan penderita pada
masa pubertas. Tumor ini tumbuh cepat dan prognosisnya buruk. Pada
pemeriksaan klinik ditemukan tumor disamping uterus, kadang disertai
perdarahan dari uterus dan ascites. Tumor sering bilateral, menyebar ke daerah di
sekitarnya hingga ke tempat di luar rongga panggul. Terapi dilakukan
pembedahan dengan kemoterapi sebelum dan sesudahnya (R. James, S. Ronald,
Y. Beth., 2000).
 Karsinoma ovarium metastatic
Ovarium merupakan alat reproduksi tubuh yang paling sering terkena
metastasis dibanding dengan alat kelamin yang lain. Tumor primernya biasanya
berasal dari karsinoma alat tubuh pelvis lain melalui saluran limfe atau per
continuitatum, atau dari karsinoma dari saluran pencernaan bagian atas, yaitu
lambung, saluran empedu dan pancreas. Tumor ini disebut tumor Krukenberg, yang
mempunyai gambaran mikroskopik khas berupa sel-sel yang menyerupai cincin
signet di tengah-tengah stroma (R. James, S. Ronald, Y. Beth., 2000).
Karsinoma ini biasanya bilateral dan solid karena sifat keganasannya. Karena
itu ada baiknya untuk menyelidiki juga adanya kemungkinan tumor ganas primer di
tempat lain (R. James, S. Ronald, Y. Beth., 2000).

3.5. Gejala dan Tanda Tumor Ovarium


Banyak tumor ovarium yang tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor
ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat dari : (Monga, 2000)
 Akibat pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembenjolan perut.
Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya
dalam perut. Misalnya gangguan miksi, obstipasi, edema pada tungkai, tidak nafsu
makan, rasa sesak, dan lain-lainnya (Monga, 2000).
 Akibat aktivitas hormonal
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali tumor itu sendiri
mengeluarkan hormon. Dapat menyebabkan amenore dan hipermenore (Monga, 2000).
 Akibat komplikasi
Perdarahan ke dalam kista biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur
menyebabkan pembesaran kista dan menimbulkan gejala yang minimal. Akan tetapi bila
perdarahan banyak akan terjadi distensi dari kista dan menimbulkan nyeri perut
mendadak (Monga, 2000).
Putaran tangkai dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih,
akan tetapi belum terlalu besar sehingga terbatas gerakannya. Kondisi yang
mempermudah terjadinya torsi adalah kehamilan, karena pada kehamilan, uterus yang
membesar dapat mengubah letak tumor sehingga terjadi perubahan mendadak dalam
rongga perut (Monga, 2000).
Infeksi pada tumor terjadi jika dekat tumor terdapat sumber kuman patogen seperti
appendicitis, divertikulitis atau salpingitis akuta (Monga, 2000).
Robekan dinding kista dapat terjadi pada torsi tangkai dan trauma seperti jatuh, pukulan
pada perut, dan waktu persetubuhan. Bila kista mengandung cairan serous, maka rasa
nyeri akan segera mengurang. Tetapi bila robekan kista disertai perdarahan yang timbul
secara akut, maka dapat terjadi perdarahan bebas yang menimbulkan rasa nyeri terus-
menerus disertai tanda-tanda akut abdomen (Monga, 2000).

3.6. Pemeriksaan
Selama usia reproduktif, kebanyakan massa di ovarium adalah jinak. Pasien dengan
gejala yang akut biasanya memerlukan operasi. Sebaliknya pasien dengan gejala yang kronik
sebaiknya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut (Monga, 2000).
o Riwayat Ginekologik
Meliputi tanggal haid terakhir, siklus haid, kehamilan, kontrasepsi, riwayat obat-obatan dan
riwayat keluarga (Monga, 2000).
o Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus ditujukan pada regio abdomen dan pelvis. Pemeriksaan fisik ini juga
diikuti dengan pemeriksaan PAP smear (Monga, 2000). Pemeriksaan rektovaginal sangat
diperlukan untuk menentukan karakteristik fisik dari massa tersebut. Penentuan akan ukuran
tumor ovarium ini sangat penting dalam memutuskan apakah massa ini memerlukan tindakan
eksplorasi pembedahan atau tindakan observasi dan tindakan yang bersifat non-invasive (R.
James, S. Ronald, Y. Beth., 2000).
Bila pasien dalam keadaan gawat, perhatikan apakah ada hipovolemik. Dapat juga
menyebabkan perbesaran KGB dan efusi pleura, tetapi jarang dijumpai pada tumor jinak
ovarium (Monga, 2000).
o Pemeriksaan Abdomen
Pada abdomen dapat ditemukan adanya cairan, caput medusa pada dinding abdomen, pada
palpasi dapat ditemukan adanya massa pada abdomen bawah. Untuk mengetahui adanya akut
abdomen, dapat dengan cara mendengarkan bising usus, apabila negative kemungkinan
terjadi peritonitis. Pasien juga merasa perutnya tegang, tidak nyaman, adanya tekanan pada
perut bawah, gejala urinary dan gastrointestinal (Monga, 2000).
o Pemeriksaan Bimanual
Ini merupakan pemeriksaan yang penting. Dengan cara palpasi massa antara vagina dan
abdomen, dinilai apakah massa mobile dan konsistensinya (Monga, 2000).
o USG
USG dapat memperlihatkan adanya massa ovarium, walaupun tidak dapat membedakan
antara yang jinak dan ganas. Massa yang padat cenderung ganas, dibanding dengan massa
yang kistik. Selain itu dapat juga digunakan Transvaginal USG, MRI ataupun CT Scan juga
dapat membantu (Monga, 2000).
o Aspirasi Kista Ovarium dengan Bantuan USG
Tidak direkomendasikan sebagai alat bantu diagnostik karena untuk tumor yang ganas, dapat
menyebar di sepanjang jalur jarum yang digunakan untuk aspirasi (A. John, W. Howard,
1999).
o Pemeriksaan Darah dan Serum Marker
Adanya massa di daerah pelvis disertai dengan peningkatan sel darah putih dapat disebabkan
oleh infeksi. Serum marker merupakan pemeriksaan yang rutin dikerjakan untuk tumor
ovarium. Wanita dengan endometriosis juga menyebabkan peningkatan level CA 125, tetapi
tidak setinggi adanya keganasan. Konsentrasi -hCG yang meningkat dapat disebabkan
adanya kehamilan ektopik, selain itu juga dapat disebabkan oleh tumor trophoblastik dan
germ cell tumor. Level estradiol juga dapat meningkat pada pasien dengan kista folikular dan
sex cord stromal tumor. Peningkatan androgen dapat terjadi pada Sertolli-Leydig tumor
(Monga, 2000).
Perbedaan massa jinak dan ganas : (Monga, 2000)
Jinak Ganas
Unilateral Bilateral
Kistik Solid
Mobile Terfiksasi/immobile
Halus Irregular
Ascites (-) Ascites (+)
Pertumbuhan lambat Pertumbuhan cepat
Sering pada usia muda Sering pada usia tua

3.7. Diagnosis Banding


 Nyeri :
o KET
o Spontaneous abortion
o Pelvic inflammatory disease
o Appendicitis
o Meckel’s diverticulum
o Diverticulitis
 Pembesaran abdomen :
o Kehamilan
o Fibroid uterus
o Full Bladder
o Distended bowel
o Ovarian malignancy
o Colorectal carcinoma
 Efek tekanan :
o Urinary tract infection
o Constipation
 Efek hormonal
Semua hal yang menyebabkan gangguan menstruasi, pubertas prekoks, dan perdarahan
post menopausal (Monga, 2000).

3.8. Penatalaksanaan
Tergantung pada berat ringannya penyakit, usia pasien, dan keinginan pasien untuk
memiliki anak (A. John, W. Howard, 1999).
 Asimptomatik pasien
Bila pada pemeriksaan didapatkan tumor berdiameter 6 cm, CA 125 < 35 mU/ml,
vaskularisasi normal pada sekitarnya, dapat dilakukan tindakan konservatif. Pada kasus ini,
bila tumor tidak membesar dalam 3 bulan, dan tetap tidak membesar setelah 6 bulan, disertai
dengan kadar CA 125 < 35 mU/ml biasanya akan mengalami resolusi dalam 3-7 tahun (A.
John, W. Howard, 1999).
Tumor jinak dengan diameter < 10 cm dapat dilakukan laparoskopik. Kriteria observasi
tumor ovarium yang asimptomatik : (A. John, W. Howard, 1999)
 Unilateral tumor atau kista tanpa adanya massa padat
 Wanita premenopause dengan tumor berdiameter 3-10 cm
 Wanita postmenopause dengan tumor berdiameter 2-6 cm
 CA 125 dalam batas normal
 Tidak ada ascites atau perlengketan dalam omentum
 Simptomatik pasien
 Wanita hamil
Bila pasien menunjukkan penyakit yang berat, perdarahan atau akut abdomen diperlukan
operasi segera. Pada pasien dengan kista ovarium dan hamil, sering terjadi torsio atau
perdarahan. Kista dermoid dapat rupture dan mengakibatkan peritonitis. Kista ovarium
dapat didiagnosis sebelum kehamilan, sehingga dapat direncanakan persalinan secara
Sectio Caesar (A. John, W. Howard, 1999).
 Wanita pubertas
Jarang ditemukan kista ovarium dan biasanya jinak. Yang paling sering adalah teratoma
dan kista folikular. Gejalanya meliputi nyeri abdomen, distensi abdomen, pubertas
prekoks. Penatalaksanaan tergantung pada beratnya penyakit (A. John, W. Howard,
1999).
 Terapi
 Aspirasi kista dengan bantuan USG
Keuntungan dari teknik ini adalah tidak perlu dilakukan operasi, dengan syarat kista yang
diaspirasi tidak membentuk cairan kembali. Setelah cairan diaspirasi perlu pemeriksaan
sitologi. Tidak dianjurkan untuk tumor ganas. Calon terbaik untuk aspirasi adalah wanita
muda dengan kista unilateral, unilokular, diameter < 10 cm. Dapat diterapkan pada pasien
yang memiliki risiko yang besar jika dilakukan operasi (A. John, W. Howard, 1999).
 Laparoskopi
Indikasi laparoskopi : (www.ajronline.com)
o Massa abdomen yang meragukan
o Usia < 35 tahun
o USG menunjukkan tidak ada massa padat
 Simple ovarian cyst
Keuntungan laparoskopi yaitu nyeri post operatif sedikit, mempersingkat lamanya
perawatan, dapat cepat kembali beraktivitas, memperkecil kemungkinan terjadinya
perlengketan dibanding dengan laparotomi. Kerugiannya antara lain, eksisi yang tidak
lengkap dari dinding kista, dan kemungkinan adanya keganasan yang tidak diprediksi
dapat terjadi (A. John, W. Howard, 1999).
 Laparotomi
Kista dermoid sebaiknya dilakukan laparotomi, karena kemungkinan cairannya bocor dan
mengakibatkan komplikasi yang serius (www.ajronline.com). Pada wanita < 35 tahun,
tumor ovarium jarang menyerupai keganasan. Laparotomi penting untuk mengeksplorasi
seluruh abdomen dan melihat keadaan kedua ovarium. Pada wanita < 35 tahun, tumor
ovarium sering kelihatan tidak ganas, bahkan mungkin massa tersebut adalah tumor
ganas, yang tampak seperti germ tumor yang responsive terhadap kemoterapi. Maka
kistektomi atau oophorectomy merupakan terapi yang cocok dan aman untuk massa
ovarium pada kelompok usia ini (A. John, W. Howard, 1999).
BAB IV
ASPEK RADIOLOGIS

Dalam banyak kasus, kondisi tumor yang sebenarnya jarang dapat ditegakkan hanya
dengan pemeriksaan klinik. Karena itu diperlukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan
laboratorium untuk memeriksa tumor marker atau pemeriksaan radiologis seperti USG (Ultra
Sonography) atau CT-scan. Pemakaian USG dan CT-scan dapat memberi informasi yang
berharga mengenai ukuran tumor dan perluasannya sebelum dilakukan pembedahan. Walau
laparotomi eksploratif disertai biopsi potong beku (frozen section) masih tetap merupakan
prosedur diagnostik yang paling berguna untuk mendapat gambaran yang sebenarnya mengenai
tumor ovarium dan perluasannya serta untuk menentukan strategi penanganan selanjutnya
(www.rsna.org).

Gambar 4. 1. Ovarium normal pada premenopausal (Salem, 1998)


Tumor epitelial cenderung kistik dan padat di pemeriksaan morfologis secara makros,
dan jenis selnya tidak dapat dibedakan berdasarkan penampilannya di MRI, CT, atau
ultrasonografi (USG) (www.rsna.org).
Cystadenoma serosa jinak, merupakan tumor yang bermanifestasi sebagai massa kistik
unilocular atau multilocular dengan atenuasi CT homogen atau MRI intensitas sinyal locules,
dinding biasanya tipis atau berseptum dan tidak ada vegetasi endocystic atau exocystic. Sebuah
tumor yang bermanifestasi sebagai massa kistik multilocular yang memiliki dinding tipis dan
berseptum atau yang mengandung cairan atenuasi yang berbeda atau intensitas sinyal tetapi tidak
memiliki vegetasi endocystic atau exocystic dianggap sebagai cystadenoma mucinous jinak
(www.rsna.org).
Badan Psammoma (kalsifikasi) terlihat pada analisis histologis pada 30% dari tumor
ganas serosa. Bilateralitas dan carcinomatosis peritoneal terlihat lebih sering pada serosa
daripada di cystadenocarcinoma mucinous. Adenokarsinoma mucinous bisa pecah dan
berhubungan dengan pseudomyxoma peritonei (www.rsna.org).
Struktur papiler merupakan ciri khas dari beberapa neoplasma epitel ovarium. Identifikasi
proyeksi papiler pada studi imaging penting karena merupakan prediktor terbaik dari suatu
neoplasma epitel dan mungkin berkorelasi dengan agresivitas tumor. Proyeksi papiler biasanya
tidak ada pada cystadenoma jinak, jika ada pun, umumnya kecil. Proyeksi papiler yang
berlimpah pada tumor ganas epitel dengan potensi rendah dan sering terdapat pada karsinoma
invasif, tetapi penampilan makros tumor didominasi oleh komponen padat. Pada CT dan studi
MRI ditemukan proyeksi papiler pada 13% neoplasma jinak, 67% neoplasma berpotensi rendah
malignan, dan 38% neoplasma malignan (www.rsna.org).

Tumor Brenner
Tumor Brenner terdiri dari sel-sel transisi dengan stroma padat. Tumor Brenner mewakili
sekitar 2% - 3% dari tumor ovarium dan jarang ganas. Tumor Brenner biasanya kecil (< 2 cm)
dan ditemukan secara kebetulan, tapi pasien yang terkena mungkin merasa terdapat massa atau
sakit. Tumor Brenner berhubungan dengan tumor ovarium lain dalam 30% kasus (Moon W. J.,
Koh B. H., Kim S. K., et al., 2000).
Tumor Brenner merupakan massa kistik multilocular dengan komponen padat atau massa
yang sebagian besar padat. Pada CT, terdapat komponen padat dari massa yang agak atau sedang
tinggi. Pada pencitraan MRI, stroma fibrosa padat menunjukkan intensitas sinyal bawah sama
dengan yang fibroma. Kalsifikasi ekstensif amorf sering terdapat dalam komponen padat
(Outwater E.K., Siegelman E.S., Kim B., Chiowanich P., Blasbalg R., Kilger A., 1998).

Gambar 4.2. Axial T1-weighted menunjukkan Gambar 4.3. Sagital T2-weighted


suatu massa isointense di ovarium kiri menunjukkan massa hipointense
(Outwater E.K., Siegelman E.S., Kim B., Chiowanich P., Blasbalg R., Kilger A., 1998)

Gambar 4.4. Contrast-enhanced CT-Scan menunjukkan massa padat dengan kalsifikasi


diffuse di ovarium kiri (Outwater E.K., Siegelman E.S., Kim B., Chiowanich P., Blasbalg
R., Kilger A., 1998)

Germ Cell Tumor


Germ Cell Tumor merupakan kelompok kedua yang paling umum dari neoplasma
ovarium, yang mewakili 15% - 20% dari semua tumor ovarium. Kelompok ini termasuk tumor
teratoma mature, teratoma immature yaitu dysgerminoma, tumor sinus endodermal, karsinoma
embrional, dan koriokarsinoma. Dari semua sel tumor, hanya teratoma dewasa adalah jinak,
namun sejauh ini merupakan lesi yang paling umum di grup ini. Tumor ganas sel germinal
umumnya besar dan spesifik dengan penampilan pencitraan kompleks namun didominasi padat.
Peningkatan kadar serum-fetoprotein α dan human chorionic gonadotropin (HCG) juga dapat
membantu menentukan diagnosis (www.rsna.org).

Teratoma mature
Teratoma mature merupakan tumor ovarium jinak yang paling umum pada wanita kurang
dari 45 tahun. Teratoma ini terdiri dari jaringan mature dari dua atau lebih lapisan sel germinal
embrio. Pada pemeriksaan patologis makroskopis, teratoma kistik dewasa adalah unilocular, dan
dalam 88% kasus, penuh dengan bahan sebaceous dan dibatasi oleh epitel skuamosa. Folikel
rambut, kelenjar kulit, otot, dan jaringan lain terletak dalam dinding. Biasanya ada tonjolan yang
mengangkat proyeksi ke rongga kista dikenal sebagai bintil Rokitansky. Sebagian besar rambut
biasanya muncul dari tonjolan ini. Ketika terdapat tulang atau gigi, mereka cenderung berada di
dalam bintil ini (www.rsna.org).
Pada setiap pencitraan, teratoma mature menunjukkan temuan spektrum yang luas, yang
dimulai dari kistik murni, massa dicampur dengan semua komponen dari tiga lapisan germinal
sel, massa noncystic yang terdiri dari dominasi lemak (www.rsna.org).
Temuan AS di teratoma kistik mature bervariasi, dari lesi kistik dengan tuberkulum padat
Echogenic (Rokitansky bintil) yang memproyeksikan ke dalam lumen kista, massa Echogenic
difus atau sebagian dengan bidang Echogenic biasanya menunjukkan redaman suara karena
bahan sebaceous dan rambut dalam kista rongga, band Echogenic disebabkan oleh rambut di
rongga kista. Steker dermoid ini Echogenic, dengan membayangi karena jaringan adiposa atau
kalsifikasi dalam steker, atau rambut yang timbul. Pada CT, redaman lemak dalam kista, dengan
atau tanpa kalsifikasi di dinding, adalah diagnostik untuk teratoma kistik mature. Pada pencitraan
MR, komponen sebaceous kista dermoid intensitas sinyal sangat tinggi mirip dengan lemak
retroperitoneal (www.rsna.org).
Mature cystic teratoma mungkin terkait dengan komplikasi dari torsi, pecah, atau
degenerasi ganas. Tumor bisa pecah, menyebabkan kebocoran isi sebaceous cair ke peritoneum
dan menyebabkan peritonitis granulomatosa (www.rsna.org).

Gambar 4.5. Massa kistik dengan echogenic mural nodule (dermoid plug) pada teratoma
ovarium kiri (Salem, 1198)

Teratoma immature
Teratoma immature mewakili kurang dari 1% dari semua teratoma dan berisi jaringan
immature dari ketiga lapisan sel germinal. Tumor terdapat selama 2 dekade pertama kehidupan.
Teratoma jinak mature harus dibedakan dari ganas, teratoma immature, yang memiliki komponen
padat menonjol dan mungkin menunjukkan nekrosis internal atau perdarahan. Pemeriksaan
radiologi menunjukkan massa, besar kompleks dengan komponen kistik dan padat serta
kalsifikasi tersebar, sebaliknya, pengapuran di teratoma mature terlokalisir untuk nodul mural.
Fokus lemak kecil juga terlihat pada teratoma immature. Tumor ini tumbuh dengan cepat dan
sering menunjukkan perforasi kapsul. Kapsul tumor tidak selalu didefinisikan dengan baik
(www.rsna.org).

Dysgerminoma
Dysgerminoma dalam bentuknya yang murni tidak terkait dengan sekresi hormon
endokrin. Namun, sel-sel raksasa sinsitiotrofoblas, yang menghasilkan HCG, yang ada dalam 5%
dari dysgerminoma dan dapat menyebabkan peningkatan kadar HCG serum. Kalsifikasi mungkin
ada dalam pola berbintik-bintik. Temuan karakteristik pencitraan yaitu multilobulated massa
padat dengan septa fibrovascular yang menonjol. Intensitas sinyal rendah, anechoic atau daerah
rendah atenuasi tumor merupakan nekrosis dan perdarahan (www.rsna.org).

Endodermal sinus tumor


Tumor bermanifestasi sebagai massa, besar panggul kompleks yang membentang ke
perut dan berisi komponen padat dan kistik. Daerah kistik terdiri dari garis epitel kista yang
diproduksi oleh tumor atau hidup bersama teratoma mature. Tumor ini tumbuh pesat dan
memiliki prognosis buruk. Pasien yang terkena memiliki kadar α-fetoprotein yang meningkat
(www.rsna.org).

Tumor sel granulosa


Temuan pencitraan dalam tumor sel granulosa ovarium sangat bervariasi dan terdiri dari
massa padat, tumor dengan berbagai tingkat perubahan hemoragik atau fibrosis, lesi kistik
multilocular, tumor kistik sepenuhnya. Intratumoral perdarahan, infark, degenerasi berserat, dan
sel-sel tumor tidak teratur menghasilkan heterogen tumor padat. Berbeda dengan neoplasma
epitel, tumor sel granulosa tidak memiliki proyeksi papiler intracystic, kurang memiliki
kecenderungan untuk pembibitan peritoneal, dan terbatas pada ovarium pada saat diagnosis. Efek
estrogenik pada rahim dapat bermanifestasi sebagai pembesaran rahim atau sebagai penebalan
endometrium atau perdarahan (www.rsna.org).
Fibrothecoma
Fibroma ovarium penting dari sudut pandang pencitraan karena muncul sebagai massa
padat, sehingga meniru neoplasma ganas. Fibroma ovarium berhubungan dengan asites atau
sindrom Meigs. AS menunjukkan massa hypoechoic homogen dengan bayangan akustik
posterior. Namun, spektrum yang luas dari fitur AS terlihat dalam kebanyakan kasus munculnya
tumor spesifik. CT menunjukkan tumor padat homogen dengan peningkatan yang tertunda.
Karena isi fibroma ovarium berlimpah kolagen, tumor ini memiliki intensitas sinyal yang rendah.
Temuan ini relatif diagnostik untuk fibroma. Kalsifikasi padat sering terlihat. Area yang tersebar
tinggi intensitas sinyal di massa menunjukkan edema atau degenerasi kistik (www.rsna.org).
Massa ovarium dengan komponen berserat termasuk fibroma, fibrothecoma,
cystadenofibroma, dan tumor Brenner. Komponen berserat dari massa cenderung memiliki
intensitas sinyal yang sangat rendah. Leiomyoma pedunculated rahim dan leiomyoma luas-
ligamen sering muncul sebagai massa adnexal atau ovarium, biasanya dengan intensitas sinyal
yang sangat rendah pada gambar MRI. Massa ovarium kemungkinan besar disuplai makan
langsung oleh arteri ovarium atau oleh ovarium cabang dari arteri uterus yang terdapat di
sepanjang saluran tuba. Pengamatan kapal antarmuka antara uterus dan massa adnexal
tampaknya berguna dalam membedakan leiomyoma dari fibroma ovarium (www.rsna.org).

Sclerosing stroma tumor


Temuan imaging yaitu sebuah massa besar dengan komponen kistik hyperintense dan
komponen padat heterogen menengah untuk intensitas sinyal tinggi pada gambar MRI. Pada
gambar kontras dinamis yang disempurnakan, tumor menunjukkan peningkatan perangkat awal
dengan perkembangan sentripetal. Peningkatan mencolok awal mencerminkan daerah selular
dengan jaringan menonjol pembuluh darahnya, dan area dari perangkat tambahan
berkepanjangan di bagian dalam dari massa merupakan daerah hypocellular collagenous.
Temuan ini dapat berguna dalam membedakan tumor stroma sclerosing dari fibroma dengan
menunjukkan tidak adanya peningkatan kontras atau perangkat tambahan awal sedikit serta
akumulasi tertunda dari bahan kontras pada gambar kontras dinamis yang disempurnakan
(www.rsna.org).
Tumor ovarium metastatik
Krukenberg tumor adalah tumor yang metastasis ke indung telur yang mengandung
musin yang mensekresi "cincin meterai" sel-sel dan biasanya berasal dari saluran pencernaan.
Diferensiasi antara karsinoma ovarium primer dan metastatik sangat penting sehubungan dengan
perawatan dan prognosis. Ada berbagai karsinoma metastasis ke indung telur yang dapat meniru
tumor ovarium primer. Temuan pencitraan dalam lesi metastasis yang spesifik, yang terdiri dari
komponen dominan padat atau campuran daerah kistik dan padat. Namun, tumor Krukenberg
menunjukkan beberapa temuan khas, termasuk massa kompleks bilateral dengan komponen
padat hypointense (reaksi stroma padat) dan hyperintensity internal (musin) pada gambar MRI
(www.rsna.org).
BAB V
KESIMPULAN

Tumor ovarium adalah suatu massa yang tumbuh pada ovarium. Tumor ovarium ada yang
bersifat neoplastik dan ada yang bersifat non-neoplastik. Lesi tersebut dapat muncul baik pada
periode neonatal maupun pada periode post menopause. Tumor jinak ovarium kira-kira 15% dari
jumlah seluruh kanker epitel ovarium. Biasanya terjadi pada usia kurang dari 35 tahun. Ada
beberapa teori yang menerangkan terjadinya tumor ovarium yaitu teori ovulasi, teori endokrin,
teori substansial eksogen, dan teori transformasi. Banyak tumor ovarium yang tidak
menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan
tanda adalah akibat dari pertumbuhan, akibat aktivitas hormonal, dan akibat komplikasi yang
ditimbulkan.
Selama usia reproduktif, kebanyakan massa di ovarium adalah jinak. Pasien dengan
gejala yang akut biasanya memerlukan operasi. Sebaliknya pasien dengan gejala yang kronik
sebaiknya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut yaitu bagaimana riwayat ginekologik, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan abdomen, pemeriksaan bimanual, USG, pemeriksaan darah dan serum marker.
Dalam banyak kasus, kondisi tumor yang sebenarnya jarang dapat ditegakkan hanya
dengan pemeriksaan klinik. Karena itu diperlukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan
laboratorium untuk memeriksa tumor marker atau pemeriksaan radiologis seperti USG (Ultra
Sonography) atau CT-Scan. Pemakaian USG dan CT-Scan dapat memberikan informasi yang
berharga mengenai ukuran tumor dan perluasannya sebelum dilakukan pembedahan.
Penatalaksanaan tumor ovarium tergantung pada berat ringannya penyakit, usia pasien, dan
keinginan pasien untuk memiliki anak. Bisa dengan berbagai cara yaitu aspirasi kista dengan
bantuan USG, laparoskopi, dan laparotomi.
DAFTAR PUSTAKA

 A. John, W. Howard. Surgery for benign gynecologic conditions. Dalam : Te Linde’s


Operative Gynecology, 10th edition. California : Lippincott Williams & Wilkins
Publishers. 1999.
 Monga, Ash. Benign tumors of the ovary. Dalam : Ginecology By Ten Teachers, ed. 18.
New York : Edward Arnold Publishers. 2000.
 Moon W. J., Koh B. H., Kim S. K., et al. : Brenner tumor of the ovary : CT and MR
findings. J Comput Assist Tomogr, 2000, 24 : 72-76.
 Outwater E.K., Siegelman E.S., Kim B., Chiowanich P., Blasbalg R., Kilger A. : Ovarian
Brenner Tumors : MR imaging characteristics. Magn Reson Imaging, 1998, 16 : 1147 –
1153.
 R. James, S. Ronald, Y. Beth. Neoplasm of the Ovarian and Fallopian Tube. Dalam :
Danforth’s Obstretics and Gynecology, ed. 9. California : Lippincott Williams & Wilkins
Publishers. 2000.
 Salem. The Uterus and Adnexa, in Rumack et al, Diagnostic Ultrasound. 2 nd edition.
Mosby Year Book. 1998.
 http://www.rsna.org/CT and MR Imaging of Ovarian Tumors with Emphasis on
Differential Diagnosis
 http://www.ajronline.com/ Preoperative Diagnosis of Ovarian Tumors with MR Imaging:
Comparison with Transvaginal Sonography, Positron Emission Tomography, and
Histologic Findings

Anda mungkin juga menyukai