PENDAHULUAN
Dari berbagai penyakit yang mengenai wanita, tumor ovarium dan intra-abdominal
adalah yang paling sulit didiagnosis dan diobati. Sejauh ini hanya sedikit kemajuan untuk
melacak prekursor ataupun stadium dini lesi-lesi ini. Kajian-kajian epidemiologik pun belum
mampu menetapkan kelompok risiko tinggi dimana penemuan kasus secara dini dapat segera
dilakukan. Dengan demikian kasus-kasus biasanya ditemukan secara "pasif" di rumah sakit-
rumah sakit, sedangkan penemuan kasus dini di masyarakat masih menemukan kesulitan.
Ovarium merupakan tempat dimana lesi neoplastik dan non-neoplastik yang sering terjadi
dan kelainan yang paling penting adalah tumor. Selain tumor, ovarium tampaknya resisten
terhadap penyakit. Tumor ovarium merupakan salah satu tumor yang sering ditemukan pada
wanita. Lesi tersebut dapat muncul baik pada periode neonatal maupun pada periode post
menopause. Walau banyak dari lesi tersebut yang bisa ditangani dengan tindakan minimal, tetapi
beberapa dapat mengarah ke proses keganasan. Dan bila lesi tersebut membesar dan memberikan
keluhan nyeri diperlukan tindakan operatif untuk penanganannya.
Tumor ovarium merupakan indikasi utama pada bedah ginekologi. Tentunya sebagai
dokter, kita harus bisa mendiagnosa dan menentukan tindakan yang terbaik dalam
menanganinya. Dan tentunya bagaimana cara kita memberikan pengobatan untuk menangani
penyakit tersebut juga ditentukan dari ketepatan kita mendiagnosa penyakit tersebut.
Beberapa lesi non-neoplastik dapat terlihat mirip dengan neoplasma. Karena itu sangat
penting bagi para dokter untuk dapat mendiagnosa dengan tepat. Karena pengobatan dan terapi
yang diberikan tergantung kepada hasil diagnosis.
BAB III
TUMOR OVARIUM
3.1. Definisi
Tumor ovarium adalah suatu massa yang tumbuh pada ovarium. Tumor jinak ovarium,
yang juga dikenal sebagai ‘atypical proliferating tumors’ adalah massa yang terdiri dari
kelompok tumor yang menunjukkan proliferasi epitel yang biasanya jinak dan non-invasive.
Diantara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan ada yang bersifat non-neoplastik
(Monga, 2000).
3.2. Epidemiologi
Tumor jinak ovarium kira-kira 15% dari jumlah seluruh kanker epitel ovarium. Biasanya
terjadi pada usia kurang dari 35 tahun. Penggunaan obat-obat penyubur meningkatkan risiko
terjadinya tumor ovarium (Monga, 2000).
3.3. Etiologi
Ada beberapa teori yang menerangkan terjadinya tumor ovarium, diantaranya adalah
sebagai berikut : (Monga, 2000)
Teori ovulasi
Terjadi invaginasi kapsul epitel pasca ovulasi ke dalam stroma ovarium. Dengan
rangsangan hormon pada stroma, sel-sel epitel berpotensi untuk menjadi kista-kista baru
yang nantinya akan menjadi tumor epitel ovarium (Monga, 2000).
Teori endokrin
Epitel pada kapsul ovarium berasal dari mullerian dan jaringan ini responsif terhadap
hormon dengan cara yang sama seperti epitel mullerian berespon saat muncul dalam
endometrium atau tuba falopii. Menurut teori endokrin, di lingkungan hormonal yang
tidak seimbang ini dapat menyebabkan neoplasia (Monga, 2000).
Teori substansial eksogen
Teori ini menduga bahwa iritan seperti bedak merupakan faktor pemicu tumor neoplastik
jinak dan ataupun ganas (Monga, 2000).
Teori transformasi
Tidak semua tumor jinak dapat menjadi ganas, namun ada kemungkinana terjadi
degenerasi maligna pada tumor tersebut (Monga, 2000).
Solid
Fibroma ovarii
Tumor ini berasal dari elemen-elemen fibroblastic stroma ovarium atau dari
beberapa sel mesenkhim yang multipoten. Potensi untuk menjadi ganas sangat rendah
yaitu kurang 1%. Sering ditemukan pada penderita dalam masa menopause dan
sesudahnya. Tumor ini dapat mencapai diameter 2-30 cm, beratnya dapat mencapai 20 kg
dengan 90% unilateral. Permukaannya tidak rata, konsistensi keras, warnanya merah
jambu keabu-abuan. Konsistensinya ada yang benar-benar keras yang disebut fibroma
durum, dan ada yang cukup lunak disebut fibroma molle. Bila tumor dibelah,
permukaannya biasanya homogen, akan tetapi pada tumor yang agak besar, mungkin
terdapat bagian-bagian yang menjadi cair karena nekrosis. Fibroma ovarii yang besar
biasanya mempunyai tangkai, dan dapat terjadi torsi dengan gejala-gejala mendadak.
Yang penting ialah bahwa pada tumor ini sering ditemukan sindroma meigs (Monga,
2000).
Tumor Brenner
Tumor ini sangat jarang ditemukan, yaitu 0,5% dari semua tumor ovarium.
Biasanya pada wanita yang dekat atau sesudah menopause (Monga, 2000). Menurut
Meyer, tumor ini berasal dari sisa-sisa sel-sel Walthard yang belum mengadakan
diferensisasi, tetapi penelitian terakhir memberi petunjuk bahwa sarang-sarang tumor
Brenner berasal dari epitel selomik duktus Mulleri (Moon W. J., Koh B. H., Kim S. K., et
al., 2000).
Besarnya tumor beraneka ragam. Lazimnya tumor unilateral, yang pada
pembelahan berwarna kuning muda menyerupai fibroma, dengan kista-kista kecil
(multikistik). Mikroskopiknya terdiri dari dua elemen, yaitu sarang-sarang yang terdiri
atas sel-sel epitel yang dikelilingi jaringan ikat yang luas dan padat. Sarang-sarang
tersebut dapat mengalami degenerasi sehingga terbentuk ruangan yang terisi sitoplasma.
Tumor Brenner ini menghasilkan estrogen, sehingga terapinya terdiri dari pengangkatan
ovarium (Moon W. J., Koh B. H., Kim S. K., et al., 2000).
Tumor sisa adrenal (maskulinovo-blastoma)
Tumor ini sangat jarang, biasanya unilateral dan besarnya bervariasi antara 0,5-16
cm diameternya. Tentang asalnya, ada 2 teori, yang satu menyatakan bahwa tumor
berasal dari sel-sel mesenkim folikel primordial, dan yang lain mengatakan dari sel
adrenal ektopik dalam ovarium (Monga, 2000).
Pada pembelahan warna permukaan tumor kuning, dan pada pemeriksaan
histologik sel-sel disusun dalam stroma seperti zona glomerulosa dan zona fasikulata
pada glandula suprarenalis. Tumor ini menyebabkan gejala maskulinisasi seperti
hirsutisme, pembesaran klitoris, atrofi mammae, dan perubahan suara (Monga, 2000).
Tumor sel germinal (Germ cell tumours)
Tumor ini berasal dari sel germinal dan derivatnya. Jarang dijumpai, hanya
15-20% dari seluruh tumor ovarium (Monga, 2000).
1) Disgerminoma
Paling umum dari kelompok tumor sel germinal. Merupakan homolog dari
seminoma testis. Mengenai wanita pada usia reproduksi dan sangat radiosensitive
dan dapat muncul selama masa kehamilan. Permukaan tumor rata, konsistensi
kenyal kecuali di bagian yang mengalami degenerasi. Berwarna sawo matang
sampai keabu-abuan. Tidak menunjukkan gejala klinis yang berarti. Bila letaknya
unilateral dan kapsul masih baik, dapat ditangani hanya dengan USO (Unilateral
Salpingo Ovorectomy) (Monga, 2000).
2) Tumor sinus endodermal
Berasal dari yolk sac atau saccus vitellinus. Umumnya ditemukan pada
wanita muda dan sangat ganas. Prognosa kurang baik karena jarang yang dapat
bertahan hidup lebih dari 6-18 bulan sejak diagnosis ditegakkan dan ditangani.
Gambaran mikroskopiknya terdapat reticulum dengan ruangan berbentuk kistik
(sinus endodermal) di tengahnya. Sinus tersebut terdiri atas pembuluh darah di
tengahnya dikelilingi oleh sel-sel kuboid (Monga, 2000).
3) Teratoma ovarii
Diduga berkembang dari jaringan embrional yang pluripoten. Bentuk yang
benign merupakan tumor yang relatif banyak ditemukan pada wanita yang lebih
tua. Sedangkan teratoma yang maligna jarang ditemukan. Teratoma ovarii bisa
ditemukan dalam bentuk kistik maupun solid (Monga, 2000).
Bentuk kistik ini disebut kista dermoid yang bersifat jinak. Pada kista
dermoid struktur ektodermal seperti epitel kulit, rambut, gigi dan produk glandula
sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak Tampak lebih menonjol
daripada elemen endoderm dan mesoderm. Tidak ada ciri yang khas pada kista
dermoid. Dinding kista terlihat putih keabu-abuan dan agak tipis. Konsistensi
kenyal namun di bagian lain terasa padat. Terapi dengan pengangkatan, biasanya
dengan seluruh ovarium (Monga, 2000).
Teratoma yang ganas biasanya ditemukan pada anak-anak dan penderita pada
masa pubertas. Tumor ini tumbuh cepat dan prognosisnya buruk. Pada
pemeriksaan klinik ditemukan tumor disamping uterus, kadang disertai
perdarahan dari uterus dan ascites. Tumor sering bilateral, menyebar ke daerah di
sekitarnya hingga ke tempat di luar rongga panggul. Terapi dilakukan
pembedahan dengan kemoterapi sebelum dan sesudahnya (R. James, S. Ronald,
Y. Beth., 2000).
Karsinoma ovarium metastatic
Ovarium merupakan alat reproduksi tubuh yang paling sering terkena
metastasis dibanding dengan alat kelamin yang lain. Tumor primernya biasanya
berasal dari karsinoma alat tubuh pelvis lain melalui saluran limfe atau per
continuitatum, atau dari karsinoma dari saluran pencernaan bagian atas, yaitu
lambung, saluran empedu dan pancreas. Tumor ini disebut tumor Krukenberg, yang
mempunyai gambaran mikroskopik khas berupa sel-sel yang menyerupai cincin
signet di tengah-tengah stroma (R. James, S. Ronald, Y. Beth., 2000).
Karsinoma ini biasanya bilateral dan solid karena sifat keganasannya. Karena
itu ada baiknya untuk menyelidiki juga adanya kemungkinan tumor ganas primer di
tempat lain (R. James, S. Ronald, Y. Beth., 2000).
3.6. Pemeriksaan
Selama usia reproduktif, kebanyakan massa di ovarium adalah jinak. Pasien dengan
gejala yang akut biasanya memerlukan operasi. Sebaliknya pasien dengan gejala yang kronik
sebaiknya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut (Monga, 2000).
o Riwayat Ginekologik
Meliputi tanggal haid terakhir, siklus haid, kehamilan, kontrasepsi, riwayat obat-obatan dan
riwayat keluarga (Monga, 2000).
o Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus ditujukan pada regio abdomen dan pelvis. Pemeriksaan fisik ini juga
diikuti dengan pemeriksaan PAP smear (Monga, 2000). Pemeriksaan rektovaginal sangat
diperlukan untuk menentukan karakteristik fisik dari massa tersebut. Penentuan akan ukuran
tumor ovarium ini sangat penting dalam memutuskan apakah massa ini memerlukan tindakan
eksplorasi pembedahan atau tindakan observasi dan tindakan yang bersifat non-invasive (R.
James, S. Ronald, Y. Beth., 2000).
Bila pasien dalam keadaan gawat, perhatikan apakah ada hipovolemik. Dapat juga
menyebabkan perbesaran KGB dan efusi pleura, tetapi jarang dijumpai pada tumor jinak
ovarium (Monga, 2000).
o Pemeriksaan Abdomen
Pada abdomen dapat ditemukan adanya cairan, caput medusa pada dinding abdomen, pada
palpasi dapat ditemukan adanya massa pada abdomen bawah. Untuk mengetahui adanya akut
abdomen, dapat dengan cara mendengarkan bising usus, apabila negative kemungkinan
terjadi peritonitis. Pasien juga merasa perutnya tegang, tidak nyaman, adanya tekanan pada
perut bawah, gejala urinary dan gastrointestinal (Monga, 2000).
o Pemeriksaan Bimanual
Ini merupakan pemeriksaan yang penting. Dengan cara palpasi massa antara vagina dan
abdomen, dinilai apakah massa mobile dan konsistensinya (Monga, 2000).
o USG
USG dapat memperlihatkan adanya massa ovarium, walaupun tidak dapat membedakan
antara yang jinak dan ganas. Massa yang padat cenderung ganas, dibanding dengan massa
yang kistik. Selain itu dapat juga digunakan Transvaginal USG, MRI ataupun CT Scan juga
dapat membantu (Monga, 2000).
o Aspirasi Kista Ovarium dengan Bantuan USG
Tidak direkomendasikan sebagai alat bantu diagnostik karena untuk tumor yang ganas, dapat
menyebar di sepanjang jalur jarum yang digunakan untuk aspirasi (A. John, W. Howard,
1999).
o Pemeriksaan Darah dan Serum Marker
Adanya massa di daerah pelvis disertai dengan peningkatan sel darah putih dapat disebabkan
oleh infeksi. Serum marker merupakan pemeriksaan yang rutin dikerjakan untuk tumor
ovarium. Wanita dengan endometriosis juga menyebabkan peningkatan level CA 125, tetapi
tidak setinggi adanya keganasan. Konsentrasi -hCG yang meningkat dapat disebabkan
adanya kehamilan ektopik, selain itu juga dapat disebabkan oleh tumor trophoblastik dan
germ cell tumor. Level estradiol juga dapat meningkat pada pasien dengan kista folikular dan
sex cord stromal tumor. Peningkatan androgen dapat terjadi pada Sertolli-Leydig tumor
(Monga, 2000).
Perbedaan massa jinak dan ganas : (Monga, 2000)
Jinak Ganas
Unilateral Bilateral
Kistik Solid
Mobile Terfiksasi/immobile
Halus Irregular
Ascites (-) Ascites (+)
Pertumbuhan lambat Pertumbuhan cepat
Sering pada usia muda Sering pada usia tua
3.8. Penatalaksanaan
Tergantung pada berat ringannya penyakit, usia pasien, dan keinginan pasien untuk
memiliki anak (A. John, W. Howard, 1999).
Asimptomatik pasien
Bila pada pemeriksaan didapatkan tumor berdiameter 6 cm, CA 125 < 35 mU/ml,
vaskularisasi normal pada sekitarnya, dapat dilakukan tindakan konservatif. Pada kasus ini,
bila tumor tidak membesar dalam 3 bulan, dan tetap tidak membesar setelah 6 bulan, disertai
dengan kadar CA 125 < 35 mU/ml biasanya akan mengalami resolusi dalam 3-7 tahun (A.
John, W. Howard, 1999).
Tumor jinak dengan diameter < 10 cm dapat dilakukan laparoskopik. Kriteria observasi
tumor ovarium yang asimptomatik : (A. John, W. Howard, 1999)
Unilateral tumor atau kista tanpa adanya massa padat
Wanita premenopause dengan tumor berdiameter 3-10 cm
Wanita postmenopause dengan tumor berdiameter 2-6 cm
CA 125 dalam batas normal
Tidak ada ascites atau perlengketan dalam omentum
Simptomatik pasien
Wanita hamil
Bila pasien menunjukkan penyakit yang berat, perdarahan atau akut abdomen diperlukan
operasi segera. Pada pasien dengan kista ovarium dan hamil, sering terjadi torsio atau
perdarahan. Kista dermoid dapat rupture dan mengakibatkan peritonitis. Kista ovarium
dapat didiagnosis sebelum kehamilan, sehingga dapat direncanakan persalinan secara
Sectio Caesar (A. John, W. Howard, 1999).
Wanita pubertas
Jarang ditemukan kista ovarium dan biasanya jinak. Yang paling sering adalah teratoma
dan kista folikular. Gejalanya meliputi nyeri abdomen, distensi abdomen, pubertas
prekoks. Penatalaksanaan tergantung pada beratnya penyakit (A. John, W. Howard,
1999).
Terapi
Aspirasi kista dengan bantuan USG
Keuntungan dari teknik ini adalah tidak perlu dilakukan operasi, dengan syarat kista yang
diaspirasi tidak membentuk cairan kembali. Setelah cairan diaspirasi perlu pemeriksaan
sitologi. Tidak dianjurkan untuk tumor ganas. Calon terbaik untuk aspirasi adalah wanita
muda dengan kista unilateral, unilokular, diameter < 10 cm. Dapat diterapkan pada pasien
yang memiliki risiko yang besar jika dilakukan operasi (A. John, W. Howard, 1999).
Laparoskopi
Indikasi laparoskopi : (www.ajronline.com)
o Massa abdomen yang meragukan
o Usia < 35 tahun
o USG menunjukkan tidak ada massa padat
Simple ovarian cyst
Keuntungan laparoskopi yaitu nyeri post operatif sedikit, mempersingkat lamanya
perawatan, dapat cepat kembali beraktivitas, memperkecil kemungkinan terjadinya
perlengketan dibanding dengan laparotomi. Kerugiannya antara lain, eksisi yang tidak
lengkap dari dinding kista, dan kemungkinan adanya keganasan yang tidak diprediksi
dapat terjadi (A. John, W. Howard, 1999).
Laparotomi
Kista dermoid sebaiknya dilakukan laparotomi, karena kemungkinan cairannya bocor dan
mengakibatkan komplikasi yang serius (www.ajronline.com). Pada wanita < 35 tahun,
tumor ovarium jarang menyerupai keganasan. Laparotomi penting untuk mengeksplorasi
seluruh abdomen dan melihat keadaan kedua ovarium. Pada wanita < 35 tahun, tumor
ovarium sering kelihatan tidak ganas, bahkan mungkin massa tersebut adalah tumor
ganas, yang tampak seperti germ tumor yang responsive terhadap kemoterapi. Maka
kistektomi atau oophorectomy merupakan terapi yang cocok dan aman untuk massa
ovarium pada kelompok usia ini (A. John, W. Howard, 1999).
BAB IV
ASPEK RADIOLOGIS
Dalam banyak kasus, kondisi tumor yang sebenarnya jarang dapat ditegakkan hanya
dengan pemeriksaan klinik. Karena itu diperlukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan
laboratorium untuk memeriksa tumor marker atau pemeriksaan radiologis seperti USG (Ultra
Sonography) atau CT-scan. Pemakaian USG dan CT-scan dapat memberi informasi yang
berharga mengenai ukuran tumor dan perluasannya sebelum dilakukan pembedahan. Walau
laparotomi eksploratif disertai biopsi potong beku (frozen section) masih tetap merupakan
prosedur diagnostik yang paling berguna untuk mendapat gambaran yang sebenarnya mengenai
tumor ovarium dan perluasannya serta untuk menentukan strategi penanganan selanjutnya
(www.rsna.org).
Tumor Brenner
Tumor Brenner terdiri dari sel-sel transisi dengan stroma padat. Tumor Brenner mewakili
sekitar 2% - 3% dari tumor ovarium dan jarang ganas. Tumor Brenner biasanya kecil (< 2 cm)
dan ditemukan secara kebetulan, tapi pasien yang terkena mungkin merasa terdapat massa atau
sakit. Tumor Brenner berhubungan dengan tumor ovarium lain dalam 30% kasus (Moon W. J.,
Koh B. H., Kim S. K., et al., 2000).
Tumor Brenner merupakan massa kistik multilocular dengan komponen padat atau massa
yang sebagian besar padat. Pada CT, terdapat komponen padat dari massa yang agak atau sedang
tinggi. Pada pencitraan MRI, stroma fibrosa padat menunjukkan intensitas sinyal bawah sama
dengan yang fibroma. Kalsifikasi ekstensif amorf sering terdapat dalam komponen padat
(Outwater E.K., Siegelman E.S., Kim B., Chiowanich P., Blasbalg R., Kilger A., 1998).
Teratoma mature
Teratoma mature merupakan tumor ovarium jinak yang paling umum pada wanita kurang
dari 45 tahun. Teratoma ini terdiri dari jaringan mature dari dua atau lebih lapisan sel germinal
embrio. Pada pemeriksaan patologis makroskopis, teratoma kistik dewasa adalah unilocular, dan
dalam 88% kasus, penuh dengan bahan sebaceous dan dibatasi oleh epitel skuamosa. Folikel
rambut, kelenjar kulit, otot, dan jaringan lain terletak dalam dinding. Biasanya ada tonjolan yang
mengangkat proyeksi ke rongga kista dikenal sebagai bintil Rokitansky. Sebagian besar rambut
biasanya muncul dari tonjolan ini. Ketika terdapat tulang atau gigi, mereka cenderung berada di
dalam bintil ini (www.rsna.org).
Pada setiap pencitraan, teratoma mature menunjukkan temuan spektrum yang luas, yang
dimulai dari kistik murni, massa dicampur dengan semua komponen dari tiga lapisan germinal
sel, massa noncystic yang terdiri dari dominasi lemak (www.rsna.org).
Temuan AS di teratoma kistik mature bervariasi, dari lesi kistik dengan tuberkulum padat
Echogenic (Rokitansky bintil) yang memproyeksikan ke dalam lumen kista, massa Echogenic
difus atau sebagian dengan bidang Echogenic biasanya menunjukkan redaman suara karena
bahan sebaceous dan rambut dalam kista rongga, band Echogenic disebabkan oleh rambut di
rongga kista. Steker dermoid ini Echogenic, dengan membayangi karena jaringan adiposa atau
kalsifikasi dalam steker, atau rambut yang timbul. Pada CT, redaman lemak dalam kista, dengan
atau tanpa kalsifikasi di dinding, adalah diagnostik untuk teratoma kistik mature. Pada pencitraan
MR, komponen sebaceous kista dermoid intensitas sinyal sangat tinggi mirip dengan lemak
retroperitoneal (www.rsna.org).
Mature cystic teratoma mungkin terkait dengan komplikasi dari torsi, pecah, atau
degenerasi ganas. Tumor bisa pecah, menyebabkan kebocoran isi sebaceous cair ke peritoneum
dan menyebabkan peritonitis granulomatosa (www.rsna.org).
Gambar 4.5. Massa kistik dengan echogenic mural nodule (dermoid plug) pada teratoma
ovarium kiri (Salem, 1198)
Teratoma immature
Teratoma immature mewakili kurang dari 1% dari semua teratoma dan berisi jaringan
immature dari ketiga lapisan sel germinal. Tumor terdapat selama 2 dekade pertama kehidupan.
Teratoma jinak mature harus dibedakan dari ganas, teratoma immature, yang memiliki komponen
padat menonjol dan mungkin menunjukkan nekrosis internal atau perdarahan. Pemeriksaan
radiologi menunjukkan massa, besar kompleks dengan komponen kistik dan padat serta
kalsifikasi tersebar, sebaliknya, pengapuran di teratoma mature terlokalisir untuk nodul mural.
Fokus lemak kecil juga terlihat pada teratoma immature. Tumor ini tumbuh dengan cepat dan
sering menunjukkan perforasi kapsul. Kapsul tumor tidak selalu didefinisikan dengan baik
(www.rsna.org).
Dysgerminoma
Dysgerminoma dalam bentuknya yang murni tidak terkait dengan sekresi hormon
endokrin. Namun, sel-sel raksasa sinsitiotrofoblas, yang menghasilkan HCG, yang ada dalam 5%
dari dysgerminoma dan dapat menyebabkan peningkatan kadar HCG serum. Kalsifikasi mungkin
ada dalam pola berbintik-bintik. Temuan karakteristik pencitraan yaitu multilobulated massa
padat dengan septa fibrovascular yang menonjol. Intensitas sinyal rendah, anechoic atau daerah
rendah atenuasi tumor merupakan nekrosis dan perdarahan (www.rsna.org).
Tumor ovarium adalah suatu massa yang tumbuh pada ovarium. Tumor ovarium ada yang
bersifat neoplastik dan ada yang bersifat non-neoplastik. Lesi tersebut dapat muncul baik pada
periode neonatal maupun pada periode post menopause. Tumor jinak ovarium kira-kira 15% dari
jumlah seluruh kanker epitel ovarium. Biasanya terjadi pada usia kurang dari 35 tahun. Ada
beberapa teori yang menerangkan terjadinya tumor ovarium yaitu teori ovulasi, teori endokrin,
teori substansial eksogen, dan teori transformasi. Banyak tumor ovarium yang tidak
menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan
tanda adalah akibat dari pertumbuhan, akibat aktivitas hormonal, dan akibat komplikasi yang
ditimbulkan.
Selama usia reproduktif, kebanyakan massa di ovarium adalah jinak. Pasien dengan
gejala yang akut biasanya memerlukan operasi. Sebaliknya pasien dengan gejala yang kronik
sebaiknya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut yaitu bagaimana riwayat ginekologik, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan abdomen, pemeriksaan bimanual, USG, pemeriksaan darah dan serum marker.
Dalam banyak kasus, kondisi tumor yang sebenarnya jarang dapat ditegakkan hanya
dengan pemeriksaan klinik. Karena itu diperlukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan
laboratorium untuk memeriksa tumor marker atau pemeriksaan radiologis seperti USG (Ultra
Sonography) atau CT-Scan. Pemakaian USG dan CT-Scan dapat memberikan informasi yang
berharga mengenai ukuran tumor dan perluasannya sebelum dilakukan pembedahan.
Penatalaksanaan tumor ovarium tergantung pada berat ringannya penyakit, usia pasien, dan
keinginan pasien untuk memiliki anak. Bisa dengan berbagai cara yaitu aspirasi kista dengan
bantuan USG, laparoskopi, dan laparotomi.
DAFTAR PUSTAKA