Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak jaman dahulu, manusia sangat mengandalkan lingkungan


sekitarnya untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya untuk makan,
tempat berteduh, pakaian, obat, pupuk, parfum, dan bahkan untuk
kecantikan dapat diperoleh dari lingkungan. Sehingga kekayaan alam
di sekitar manusia sebenarnya sedemikian rupa sangat bermanfaat dan
belum sepenuhnya digali, dimanfaatkan, atau bahkan dikembangkan.
Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman
berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi
masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat
berdasar pada pengalaman dan ketrampilan yang secara turun temurun
telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Obat tradisional sudah dikenal masyarakat sejak jaman dahulu.
Pengobatan dengan menggunakan obat-obatan tradisional juga
merupakan salah satu alternatif dalam bidang pengobatan. Memang,
tidak dapat dipungkiri bahwa obat tradisional mempunyai kedudukan
yang khusus dalam masyarakat, karena merupakan warisan budaya
bangsa di bidang kesehatan.Obat tradisional yang lebih dikenal sebagai
jamu, diperlukan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, memelihara keelokan tubuh serta kebugaran dan ada
beberapa yang digunakan untuk mengobati penyakit.
Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia
telah dilakukan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu
terbukti dari adanya naskah lama pada daun lontar Husodo (Jawa),
Usada (Bali), Lontarak pabbura (Sulawesi Selatan), dokumen Serat
Primbon Jampi, Serat Racikan Boreh Wulang Dalem dan relief candi
Borobudur yang menggambarkan orang sedang meracik obat (jamu)
dengan tumbuhan sebagai bahan bakunya. Obat tradisional (herbal)

1
telah diterima secara luas di hampir seluruh Negara di dunia. Menurut
World Health Organization (WHO), negara-negara di Afrika, Asia dan
Amerika Latin menggunakan obat tradisional (herbal) sebagai
pelengkap pengobatan primer yang mereka terima. Bahkan di Afrika,
sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal untuk
pengobatan primer (WHO, 2003). Faktor pendorong terjadinya
peningkatan penggunaan obat tradisional di negara maju adalah usia
harapan hidup yang lebih panjang pada saat prevalensi penyakit kronik
meningkat, adanya kegagalan penggunaan obat modern untuk penyakit
tertentu diantaranya kanker, serta semakin luas akses informasi
mengenai obat tradisional di seluruh dunia.

Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional,


turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat,
kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun
pengetahuan tradisional. Menurut penelitian masa kini, obat-obatan
tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan, dan kini digencarkan
penggunaannya karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga
maupun ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini banyak
digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu
menyebabkan efek samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh.
Dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya keinginan
masyarakat untuk menggunakan obat tradisional, maka obat tradisional
tidak lagi menjadi ramuan yang dibuat untuk mengobati keluarga,
tetapi sudah menjadi komoditi yang diperdagangkan secara luas. Obat
tradisional seperti halnya obat, mempunyai sifat khusus, oleh karena
itu penangannya memerlukan pengamanan yang khusus.
Dari penjelasan diatas, kelompok kami akan membahas tentang
mata Kuliah Farmakologi khususnya Distribusi Obat Tradisional.

2
B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan distribusi?


2. Apakah yang dimaksud dengan obat tradisional?
3. Bagaimanakah distribusi obat tradisional?

C. Tujuan

Tujuan Umum : mengetahui distribusi obat tradisional.


Tujuan Khusus :
1. Dapat menjelaskan pengertian distribusi.
2. Dapat menjelaskan pengertian obat tradisional.
3. Dapat menjelaskan distibusi obat tradisional.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Distribusi

Banyak perusahaan tidak mencapai sasaran penjualan karena tidak


tepatnya saluran distribusi yang di pilihnya. Oleh karena itu dalam
memilih diperlukan dalam pertimbangan yang masak. Saluran yang
digunakan harus merupakan alat yang efisien untuk mencapai sasaran.

Prosuder menentukan saluran distribusi pada umumnya sebagai berikut


:
1. Menganalisa produk yang disalurkan sesuai dengan sifat barang
dan gunanya.
2. Menentukan sifat produk dan luasnya pasar.
3. Mmeninjau saluran yang ada yang mungkin dapat digunakan.
4. Mengevaluasi saluran dari segi kemampuan menjual, biaya dan
laba yang wajar.
5. Melakukan riset pasar untuk mengetahui pendapat pembeli dan
perantara mengenai salauran distribusi yang digunakan perusahaan
lain.
6. Menentukan sifat dan luasnya pasar kerja sama antara perusahaan
dengan para penyalur yang akan di gunakan.
7. Menentukan bantuan apa yang diberikan kepada para penyalur.
8. Menilai secara kesinambungan terhadap saluran distribusi sesuai
dengan perkembangan pasar.

Defenisi saluran distribusi menurut David A. Ravzon: saluran


merupakan suatu jalur yang di lalui arus barang dari produsen ke
perantara akhirnya sampai pada pemakai. Batasan tersebut sangat
sempit karena membatasi lembaga-lembaga yang ada cenderung
menggambarkan pemindahan barang atau kombinasi antara barang dan

4
jasa. Batasan yang di kembangkan oleh the american marketing
association adalah sebagai berikut: saluran merupakan suatu struktur
unit organisasi dalam perusahaan yang terdiri atas agen, pedagang
besar dan pengencer yang dilalui dengan komoditi, produk atau jasa
untuk di pasarkan. Bentuk penyaluran obat tradisional antara lain:
Distribusi obat tradisional agen  pengecer  konsumen
Setelah menentukan saluran distribusi yang di pakai,
selanjutnya menentukan jumbla perantara untuk ditempatkan sebagai
pedagang besar atau pengencer dalam hal ini produsen mempunyai tiga
altrnatif, yaitu:
1. Distribusi intensif
Perusahaan menggunakan penyalur terutama pengecer sebanyak-
banyaknya, untuk mendekati dan mencapai konsumen, untuk
mempercepat pemenuhan kebutuhan konsumen.
2. Distribusi selektif
Perusahaan menggunakan pedagang / pengencer yang terbatas
dalam suatu daerah geografi tujuannya untuk menaidakan
pengecer/ penyalur yang tidak menguntungkan, biasanya distribusi
selektif untuk barang baru dan barang shopping.
3. Distribusi eksklusif
Perusahaan hanya menggunakan satu pengecer dalam daerah pasar
tertentu, dengan tujuan agar produsen lebih mudah dalam
melakukan pengawasan pada tingkat harga eceran dan kerja sama
dengan penyalur terutama di bidang perikanan. Barang-barang
yang didistribusikan eksklusif barang-barang spesial antara lain
instalasi dan konstruksi bangunan.

Macam Saluran Distribusi. Terdapat berbagai macam saluran


distribusi barang konsumsi, diantaranya :

1. Produsen – Konsumen

5
Bentuk saluran distribusi ini merupakan yang paling pendek dan
sederhana karena tanpa menggunakan perantara. Produsen dapat
menjual barang yang dihasilkannya melalui pos atau langsung
mendatangi rumah konsumen (dari rumah ke rumah).Oleh
karena itu saluran ini disebut saluran distribusi langsung.

2. Produsen – Pengecer – Konsumen

Produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar kepada


pedagang besar saja, tidak menjual kepada pengecer. Pembelian
oleh pengecer dilayani oleh pedagang besar, dan pembelian oleh
konsumen dilayani pengecer saja.

3. Produsen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen

Saluran distribusi ini banyak digunakan oleh produsen, dan


dinamakan saluran distribusi tradisional. Di sini, produsen
hanya melayani penjualan dalam jumlah besar kepada pedagang
besar saja, tidak menjual kepada pengecer.Pembelian oleh
pengecer dilayani pedagang besar, dan pembelian oleh
konsumen dilayani pengecer saja.

4. Produsen – Agen – Pengecer – Konsumen

Di sini, produsen memilih agen sebagai penyalurnya. Ia


menjalankan kegiatan perdagangan besar dalam saluran

6
distribusi yang ada. Sasaran penjualannya terutama ditujukan
kepada para pengecer besar.

5. Produsen – Agen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen

Dalam saluran distribusi, produsen sering menggunakan agen


sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya kepada
pedagang besar yang kemudian menjualnya kepada toko-toko
kecil. Agen yang terlihat dalam saluran distribusi ini terutama
agen penjualan.

B. Pengertian Obat Tradisional

Obat tradisional merupakan warisan budaya bangsa perlu terus


dilestarikan dan dikembangkan untuk menunjang pembangunan
kesehatan sekaligus untuk meningkatkan perekonomian rakyat.
Produksi, dan penggunaan obat tradisional di Indonesia
memperlihatkan kecendrungan terus meningkat, baik jenis maupu n
volumenya. Perkembangan ini telah mendorong pertumbuhan usaha di
bidang obat tradisional, mulai dari usaha budidaya tanaman obat, usaha
industry obat tradisional, penjaja dan penyeduh obat tradisional atau
jamu. Bersamaan itu upaya pemanfaatan obat tradisional dalam
pelayanan kesehatan formal juga terus digalakkan melalui berbagai
kegiatan uji klinik kearah pengembangan fito farmaka (Ditjen POM,
1999).Meningkatkan produksi, peredaran dan penggunaan obat
tradisional, di sisi lain dicemari oleh beredarnya obat tradisional yang
tidak terdaftar, obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat
atau mengandung bahan-bahan berbahaya lainnya serta obat tradisional
yang tidak memenuhi persyaratan mutu. Peredaran dan penggunaan
obat tradisional seperti ini selain sangat membahayakan kesehatan/jiwa
konsumen juga merusak citra obat tradisional secara keseluruhan.Guna
melindungi masyarakat dari bahaya penggunaan obat tradisional yang

7
tidak terdaftar atau tidak memenuhi syarat , ditempuh berbagai langkah
strategis, antara lain penyebaran informasi yang cukup kepada
masyarakat dan pengusaha, termasuk informasi mengenai peraturan
perundangan-undangan yang berlaku di bidang obat tradisional (Ditjen
POM, 1999).
Sesuai amanat yang tertulis dalam UU RI No.23 tahun
1992, pengamanan terhadap obat tradisional bertujuan untuk
melindungi masyarakat dari obat tradisional yang tidak memenuhi
syarat, baik persyaratan kesehatan maupun persyaratan standar.Dalam
hal ini pemerintah, mewujudkan tujuan tersebut dengan melakukan
pengawasan terhadap produksi dan peredaran obat-obat tradisional
dengan membuat peraturan yang mengatur tentang Izin Usaha Industri
Obat Tradisional dan Pendaftaran ObatTradisional yaitu Permenkes RI
No.246/Menkes/Per/V/1990. Di dalam Permenkes RI
No.246/Menkes/Per/V/1990 dijelaskan beberapa istilah yang berkaitan
dengan obat tradisional sebagai berikut :
1. Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa
bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik
atau campuran dari bahan - bahan tersebut, yang secara tradisional
telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
2. Industri Obat Tradisional (IOT) adalah industri yang memproduksi
obat tradisional dengan total aset di atas Rp.600.000.000,- ( Enam
ratus juta rupiah), tidak termasuk harga tanah dan bangunan.
3. Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) adalah industri obat
tradisional dengan total aset tidak lebih dari Rp.600.000.000,-
(Enam ratus juta rupiah), tidak termasuk harga tanah dan
bangunan.
4. Usaha Jamu Racikan adalah suatu usaha peracikan, pencampuran
dan atau pengolahan obat tradisional dalam bentuk rajangan,
serbuk, cairan, pilis, tapel atau parem dengan skala kecil, dijual di
satu tempat tanpa penandaan dan atau merk dagang.

8
5. Usaha Jamu Gendong adalah usaha peracikan, pencampuran,
pengolahan dan pengedaran obat tradisional dalam bentuk cairan,
pilis, tapel, tanpa penandaan dan atau merk dagang serta dijajakan
untuk langsung digunakan.
6. Memproduksi adalah membuat, mencampur, mengolah, mengubah
bentuk, mengisi, membungkus dan atau memberi penandaan obat
tradisional untuk diedarkan.
7. Mengedarkan adalah menyajikan, menyerahkan, memiliki atau
menguasai persediaan di tempat penjualan dalam Industri Obat
Tradisional atau di tempat lain, termasuk dikendaraan dengan
tujuan untuk dijual kecuali jika persediaan di tempat tersebut patut
diduga untuk dipergunakan sendiri.
8. Obat Tradisional Lisensi adalah obat tradisional asing yang
diproduksi oleh suatu Industri Obat Tradisional atas persetujuan
dari perusahaan yang bersangkutan dengan memakai merk dan
nama dagang perusahaan tersebut.
9. Penandaan adalah tulisan atau gambar yang dicantumkan pada
pembungkus, wadah atau etiket dan brosur yang disertakan pada
obat radisional yang memberikan informsi tentang obat tradisional
tersebut.
10. Pilis adalah obat tradisional dalam bentuk padat atau pasta yang
digunakan dengan cara mencoletkan pada dahi.
11. Parem adalah obat tradisional dalam bentuk padat, pasta atau
seperti bubur yang digunakan dengan cara melumurkan pada kaki
dan tangan atau pada bagian tubuh lain.
12. Tapel adalah obat tradisional dalam bentuk padat, pasta atau seperti
bubur yang digunakan dengan cara melumurkan pada seluruh
permukaan perut.
13. Sediaan Galenik adalah hasil ekrtaksi bahan atau campuran bahan
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan.
14. Bahan Tambahan adalah zat yang tidak berkhasiat sebagai obat
yang ditambahkan pada obat tradisional untuk meningkatkan mutu,

9
termasuk mengawetkan, memberi warna, menyedapkan rasa dan
bau serta memantapkan warna, rasa, bau ataupun konsistensi.
15. Izin edar adalah bentuk persetujuan registrasi obat tradisional
untukdapat diedarkan di wilayah Indonesia.
16. Registrasi adalah prosedur pendaftaran dan evaluasi obat
tradisional untuk mendapatkan izin edar.
17. Importir adalah badan hukum yang bergerak di bidang
perdagangan obat tradisional yang memiliki izin importir sesuai
peraturan perundang-undangan.

C. Distribusi Obat Tradisional

Untuk mendirikan Usaha Industri Obat Tradisional diperlukan izin


dari Menteri Kesehatan ( sekarang Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia disingkat Badan POM). Sedangkan
untuk mendirikan Usaha Jamu Racikan dan Usaha Jamu Gendong
tidak diperlukan izin. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk
mendapatkan izin Usaha Industri Obat Tradisional dan Usaha Industri
Kecil Obat Tradisional sebagai berikut :

Usaha Industri Usaha Industri Kecil


Jenis Persyaratan Obat Tradisional Obat Tradisional

Didirikan ditem - Didirikan ditempat yang


pat yang bebas bebas pencemaran dan
A.Lokasi pencemaran dan tidak mencemari
tidak mencemari lingkungan
lingkungan

Dilakukan oleh Dilakukan oleh


B.Bentuk badan hukum PT perorangan, badan
Perusahaan atau Koperasi hukum PT atau Koperasi.

10
Harus memiliki Harus memiliki Nomor
Nomor Pokok Pokok Wajib Pajak
Wajib Pajak

Apoteker warga Boleh bukan Apoteker


C.Penanggung negara Indonesia jika hanya memproduksi
Jawab Teknis Obat Tradisional rajang-
an , pilis, tapel dan parem

Usaha Industri Usaha Industri Kecil


Jenis Persyaratan Obat Tradisional Obat Tradisional

Wajib mengikuti Wajib mengikuti CPOTB


CPOTB dan pe- dan pemenuhan persya-
D. Pedoman Cara menuhan persya - ratan telah mengikuti
Produksi Obat ratan telah meng- CPOTB dinyatakan oleh
Tradisional yang ikuti CPOTB petugas yang berwenang
Baik (CPOTB) dinyatakan oleh melalui pemeriksaan se-
petugas yang ber- tempat dan pemberian
wenang melalui Sertifikat CPOTB.
pemeriksaan se-
tempat dan pem-
berian Sertifikat
CPOTB.

11
Dikecualikan dari ketentuan kewajiban memiliki izin edar di
berlakukan terhadap:
a. obat tradisional yang dibuat oleh usaha jamu racikan dan usaha
jamu gendong
b. simplisia dan sediaan galenik untuk keperluan industri dan
keperluan layanan pengobatan tradisional
c. obat tradisional yang digunakan untuk penelitian, sampel untuk
registrasi dan pameran dalam jumlah terbatas dan tidak diperjual
belikan.

Obat tradisional yang dapat diberikan izin edar harus memenuhi


kriteria sebagai berikut:
a. menggunakan bahan yang memenuhi persyaratan keamanan dan
mutu
b. dibuat dengan menerapkan CPOTB
c. memenuhi persyaratan Farmakope Herbal Indonesia atau
persyaratan lain yang diakui
d. berkhasiat yang dibuktikan secara empiris, turun temurun, dan/atau
secara ilmiah, penandaan berisi informasi yang objektif, lengkap,
dan tidak menyesatkan.

 Kewajiban Pemegang Nomor Izin Edar

Pemegang nomor izin edar wajib melakukan pemantauan terhadap


keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu produk yang beredar. Dalam hal
terjadi ketidaksesuaian terhadap keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu
produk, pemegang nomor izin edar wajib melakukan penarikan produk
dari peredaran dan melaporkan kepada Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan.

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:


a. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 181/Menkes/Per/VII/1976
tentang Pembungkusan dan Penandaan Obat Tradisional
12
b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 230/Menkes/IX/1976
tentang Wajib Daftar Simplisia Impor
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 246/Menkes/Per/V/1990
tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran
Obat Tradisional sepanjang yang mengatur pendaftaran obat
tradisional sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri ini
d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 661/Menkes/Per/VII/1994
tentang Persyaratan Obat Tradisional
e. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1297/Menkes/Per/XI/1998 tentang Peredaran Obat Tradisional
Impor.

Untuk mendapatkan izin usaha industri obat tradisional dan


industri kecil OT harus melalui 2 (dua) tahap yaitu :
1. Izin Prinsip, berlaku selama 3 (tiga) tahun
2. Izin Usaha industri OT, berlaku selamanya.

Adapun pengajuan permohonan Persetujuan Prinsip dan Izin Usaha


Industri Obat Tradisional dan Industri Kecil Obat Tradisional sebagai
berikut :

Industri Obat Industri Kecil Obat


Tradisional Tradisional

Persetujuan Diajukan ke Dirjen Diajukan ke Kanwil


Prinsip POM (sekarang Kepala Depkes Wilayah setempat
Badan POM) (sekarang Dinas Kesehat-
an) dengan tembusan
Dirjen POM (sekarang
Badan POM)

Industri Obat Tradisional Industri Kecil Obat

13
Tradisional

Izin Diajukan ke Dirjen POM Diajukan ke Kanwil


Usaha (sekarang Kepala Badan DepKes (sekarang Dinas
POM) dengan tembusan Kesehatan) wilayah
ke Kanwi DepKes (seka- setempat
rang Dinas Kesehatan)
wilayah setempat

Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan Industri Kecil Obat


Tradisional dapat dicabut jika terjadi hal-hal sebagai berikut :
1. Pabrik dipindah tangankan atau lokasi pabrik dipindahkan tanpa
persetujuan pemberi izin.
2. Tidak menyampaikan informasi industri atau dengan sengaja
menyampaikan informasi industri yang tidak benar 3 (tiga) kali
berturut-turut.
3. Tidak mendaftarkan Obat Tradisional yang diproduksi yang
diedarkan di wilayah Indonesia maupun yang diekspor, kecuali
bagi Obat Tradisional yang dibebaskan wajib daftar.
4. Memproduksi Obat Tradisional yang dilarang
5. Melakukan promosi yang dilarang untuk obat tradisional.
6. Melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam memproduksi Obat Tradisional setiap IOT dan IKOT wajib


melaksanakan Cara Produksi Obat Tradisional Yang Baik (CPOTB)
yang dituangkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.659/Menkes/SK/X/1991.

CPOTB meliputi seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat


tradisional yang bertujuan untuk menjamin agar produk yang
dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan yang berlaku. Adapun
aspek-aspek dalam CPOTB antara lain :

14
1. Ketentuan Umum yang terdiri dari Landasan Umum dan definisi
2. Personalia
3. Bangunan
4. Peralatan
5. Sanitasi dan Hygiene
6. Pengolahan dan Pengemasan
7. Pengawasan mutu
8. Inspeksi Diri
9. Dokumentasi
10. Penangan terhadap hasil pengamatan produk di peredaran.

Seperti kita ketahui obat tradisional memiliki berbagai bentuk


sediaan antara lain pil, serbuk, cair, tablet dan kapsul. Khusus untuk
Obat tradisional dari bahan alam yang diproduksi dalam bentuk
sediaan tablet dan kapsul harus mengikuti Tata Cara Memproduksi
sesuai peraturan yang berlaku. Larangan Bagi Industri Obat
Tradisional
1. Industri Obat tradisional atau Industri Kecil Obat Tradisional
dilarang memproduksi:
a. Segala jenis obat tradisional yang mengandung bahan kimia
hasil isolasi atau sintetik yang berkhasiat obat.
b. Obat tradisional dalam bentuk supositoria, intravaginal,
tetes mata atau sediaan parenteral.
c. Obat tradisional dalam bentuk cairan obat dalam yang
mengandung etanol dengan kadar lebih dari 1%.
2. Industri Kecil Obat Tradisional dilarang memproduksi Obat
Tradisional Lisensi.
3. Obat tradisional tidak boleh mengandung bahan lain yang tidak
tercantum pada komposisi sesuai yang dilaporkan pada
permohonan pendaftaran.
4. Dilarang mempromosikan obat tradisional :
a. Dengan cara atau keterangan yang menyesatkan

15
b. Dengan informasi yang menyimpang dari informasi yang
disetujui dalam pendaftaran.
5. Dilarang memproduksi dan mengedarkan obat tradisional yang
digunakan sebagai pelancar haid dan sejenisnya yang mengandung
simplisia Angelicae sinensis Radix dan Lingustici Rhizoma sesuai
SK Menkes RI No.1147/D/SK/IV/1981.

16
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Dari penjelasan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa :


1. Defenisi saluran distribusi menurut David A. Ravzon: saluran
merupakan suatu jalur yang di lalui arus barang dari produsen ke
perantara akhirnya sampai pada pemakai. Distribusi obat

tradisional agen  pengecer  konsumen.


2. Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa
bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik
atau campuran dari bahan - bahan tersebut, yang secara tradisional
telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
3. Untuk mendirikan Usaha Industri Obat Tradisional diperlukan izin
dari Menteri Kesehatan ( sekarang Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia disingkat Badan POM).
Sedangkan untuk mendirikan Usaha Jamu Racikan dan Usaha
Jamu Gendong tidak diperlukan izin. Obat tradisional yang dapat
diberikan izin edar harus memenuhi kriteria. Untuk mendapatkan
izin usaha industri obat tradisional dan industri kecil OT harus
melalui 2 (dua) tahap yaitu izin Prinsip, berlaku selama 3 (tiga)
tahun dan izin Usaha industri OT, berlaku selamanya

B. Saran

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan diharapkan


para pembaca bisa memberikan kritik dan saran untuk dapat
menjadikan kami lebih baik lagi dalam penulisan makalah kami
selanjutnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Adi Darmansyah, S.Pd, R.Y, dkk. 2010. Undang – Undang


Kesehatan. Jakatrta: PPB SMF-SMKF.

Ardi, Anjelica . 2015 . Distribusi Obat Tradisional.


http://angelicaardi97.blogspot.co.id/2014/08/v-
behaviorurldefaultvmlo_29.html

Diakses pada tanggal 19 Maret 2017, pukul 11.00 WITA.

Arief Mochamad. 1996. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gajah


Mada University Press

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Published. 2015. Pedoman Pembinaan Industri Obat
Tradisional.
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Ditjen POM. 1986. Kodifikasi Peraturan Perundang-undangan


Obat Tradisional. Jakarta : Depkes RI.

18

Anda mungkin juga menyukai