Anda di halaman 1dari 2

Cerpen Anak Durhaka

BOY

Ada seorang pelajar bernama Nono. Ia adalah anak kedua dari empat bersaudara. Orangtuanya
berkecukupan, tidak kurang suatu apapun. Kehidupannya normal seperti kehidupan pada
umumnya. Nono adalah pelajar Sekolah Mengengah Umum kelas 3. Ia juga tidak pintar, biasa
saja. Setiap hari ia berangkat ke sekolah dengan memakai mobil pribadi. Orangtuanya
mengijinkan Nono memakai kendaraan sepuas hati.
Karena paling tampan dikeluarga, ia sangat dimanja oleh orangtuanya dan digandrungi banyak
perempuan disekolah. Tak sedikit perempuan yang mengejar-ngejar Nono, tapi Nono belum
mengerti arti pubertas. Yang ia tahu hanya balapan mobil. Ya! Nono sering mengikuti balapan
liar. Ia sangat mahir dan terampil dalam mengemudikan mobil. Orangtua Nono sering
memberinya nasehat agar tidak usah mengikuti balapan liar, kebu-kebutan dijalan. Nono tak
pernah mendengarkan.
Bak mobil hasil jerih payah sendiri, Nono tak pernah lepas dari mobil kesayangannya.
Semakin hari tingkah Nono semakin tak terkontrol. Kedua orangtuanya semakin jengkel
melihat Nono yang selalu saja balapan. Sampai-sampai nilai ujian kelulusan SMU nya diberi
nilai cukup. Orangtuanya sangat kecewa karena mereka berharap Nono bisa melanjutkan
kuliah ke perguruan tinggi, Nono menolaknya. Ia tidak mau meneruskan sekolahnya. Ia sudah
nyaman dengan kehidupannya yang seperti itu. Dimulai dari pagi hari, setelah mandi,
berpakaian, ia pergi keluar rumah dengan mobil kesayangannya. Pulang kerumah sudah larut
malam, semua orang sudah tidur. Begitu seterusnya kegiatan Nono sehari-hari. Ia jarang sekali
makan dirumah.
Kekesalan orangtua Nono memuncak. Suatu hari orangtua Nono menyembunyikan semua
kunci mobil. Mereka ingin Nono tidak sering keluar rumah karena susah sekali untuk
bercengkrama dengan Nono yang tiap hari selalu saja keluar rumah.
Tiba-tiba Nono menghampiri orangtuanya dan meminta kunci mobil karena Nono sudah
janjian dengan teman-teman angkatan SMU nya. Sontak terjadi pertengkaran antara Nono dan
orangtuanya. Nono begitu marahnya sehingga ia lupa bahwa yang ada dihadapannya adalah
orangtua yang selama ini membesarkannya. Nono bersikukuh bahwa ia sudah janji dengan
teman-temannya.
Karena perdebatan itu tak kunjung padam. Akhirnya orangtua Nono mengalah. Ibunya
memberikan kunci mobil yang lain pada Nono. Nono semakin marah, karena ia merasa itu
bukan mobil kesayangannya. Tak lama Nono melemparkan kunci mobil itu ke dada Ibunya.
Dengan sabar ibunya memberikan kunci mobil kesayangan Nono. Tapi karena Nono yang
sudah termakan emosi, ia pun tak jadi memakai mobil kesayangannya itu. Nono kembali
mengambil kunci mobil lain yang sempat ia lemparkan ke dada ibunya. Tak berselang lama
Nono pergi tanpa pamit pada orangtuanya.
Sepanjang jalan dalam perjalanan menuju tempat berkumpulnya teman-teman Nono, ia begitu
kecewa dan emosi atas perlakuan orangtuanya yang menahan kunci mobil kesayangannya.
Tanpa ia sadari, Nono saat itu mengemudikan mobil begitu cepat. Pikirannya sudah dibutakan
oleh emosi. Ia terus menginjakkan kakinya pada gas, tanpa sedikit pun ia menginjakkan kaki
untuk rem.
1 jam perjalanan, Nono terbangun dalam ketidaksadarannya. Ia sudah berada di ujung tebing,
Nono sulit bernafas karena badannya terhimpit bagian atas dan depan mobil. Ia sadar bahwa ia
mengalami kecelakaan. Ia sadar bahwa ketika ia mengemudikan mobil, rem nya tiba-tiba tidak
berfungsi dengan baik. Ia sempat ingin menghentikan lajunya mobil dengan over gigi. Namun
tidak berhasil, mobilnya malah berputar-putar hingga menabrak tembok pembatas tebing dan
menabrak truk didepannya.
Untuk mengevakuasi kecelakaan tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama. Nono
kehabisan darah karena tulang kering dikaki sebelah kanannya patah dan menonjol keluar.
Kalau sudah begitu, orangtua lagi yang direpotkan. Nono semenjak itu menyadari atas
kesalahannya pada orangtua terutama pada ibunya. Ia tak mau lagi menyakiti perasaan
orangtua. Orangtua Nono merawatnya dengan tulus dan penuh kasih sayang. Dimulai dari
mengajari Nono berjalan sampai pulih total. Namun Nono tidak senormal dulu, cara
berjalannya menjadi agak miring karena patah tulang kering dikaki. Bersyukur Nono tidak
harus diamputasi.

Sebenarnya tidak ada orangtua yang mendoakan keburukan untuk anaknya. Tapi Tuhan itu ada,
melihat sikap, ucapan dan perbuatan kita. Berbuat dan berucap baiklah pada orangtua.

Anda mungkin juga menyukai