Anda di halaman 1dari 81

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN DERAJAT BERATNYA PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK USIA
0-5 TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PASAR REBO PERIODE JANUARI 2009-DESEMBER 2012

SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran

SHELLY NARITRY 0910.211.063

FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN 2013


PENGESAHAN DEKAN

Skripsi diajukan oleh : Nama NRP Program Studi Judul Skripsi : Shelly Naritry :
0910.211.063 : Sarjana Kedokteran : Hubungan Antara Status Gizi dengan Derajat
Beratnya Pneumonia Pada Pasien Anak Usia 0-5 Tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar
Rebo Periode Januari 2009Desember 2012

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Penguji dan Pembimbing serta telah diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran pada Program Studi Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta. Disetujui,

dr. Ratna Indrawati, M.Kes dr. Yurita Handoyo, SpA dr. Mila Citrawati, M.Biomed
Penguji I Pembimbing I Mengesahkan Pembimbing II

dr. Chairunan Hasbullah, MARS Dekan Fakultas Kedokteran UPN”Veteran” Jakarta

Ditetapkan di : Jakarta Tanggal ujian : 5 September 2013


ii
PENGESAHAN KETUA PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN

Skripsi diajukan oleh : Nama NRP Program Studi Judul Skripsi : Shelly Naritry :
0910.211.063 : Sarjana Kedokteran : Hubungan Antara Status Gizi dengan Derajat
Beratnya Pneumonia Pada Pasien Anak Usia 0-5 Tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar
Rebo Periode Januari 2009Desember 2012

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Penguji dan Pembimbing serta telah diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran pada Program Studi Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta.

Disetujui

Dr. Anisah, Mpd.Ked Ketua Program Studi Sarjana Kedokteran

Ditetapkan di Tanggal ujian

: Jakarta : 5 September 2013

iii
PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber yang dikutip maupun
dirujuk telah saya nyatakan benar.

Nama NRP Tanggal Tanda Tangan

: Shelly Naritry : 0910.211.063 : :

iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akadenik Universitas Pembangunanan Nasional “Veteran” Jakarta, saya


yang bertanda tangan di bawah ini : Nama NRP Fakultas Program Studi Jenis Karya : :
: : : Shelly Naritry 0910.211.063 Kedokteran Sarjana Kedokteran Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas


Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-
exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: “HUBUNGAN
ANTARA STATUS GIZI DENGAN DERAJAT BERATNYA PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK USIA 0-5
TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PASAR REBO PERIODE JANUARI 2009-DESEMBER 2012”
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti ini
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan Skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat
dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta Pada tanggal : Yang menyatakan,

(Shelly Naritry)
v
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya skripsi dengan judul “HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN
DERAJAT BERATNYA PNEUMONIA PADA

PASIEN ANAK USIA 0-5 TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PASAR REBO PERIODE JANUARI
2009-DESEMBER 2012” dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis secara khusus
ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
dr.Yurita Handoyo,SpA dan dr.Mila Citrawati, M.Biomed selaku pembimbing yang dengan
penuh kesabaran dan keikhlasan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk
memberikan petunjuk, pengarahan dan nasehat yang sangat berharga di dalam
penyusunan sampai dengan selesainya skripsi ini. Tidak lupa penulis menyampaikan
rasa terima kasih kepada semua pihak yang sangat berjasa dalam memberikan bantuan
baik moril dan materil, teristimewa kepada: 1. Ayahanda, Priyambodo, ibunda Sunarti
dan kedua kakakku Mardiati, SE dan Hadyaminingsih, SE yang telah banyak memberikan
semangat selama pembuatan skripsi dan membantu baik berupa moril dan materil. 2.
Nenekku, Sutiyem yang telah memberikan dukungan dalam hal doa dan semangat. 3. dr.
Chairunan Hasbullah, MARS selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jakarta. 4. dr. Lucy Widasari, M.Si selaku ketua Medical
Education Unit atas dukungannya dalam penulisan skripsi. 5. dr. Marlina, M.Kes
selaku koordinator skripsi dan seluruh tim Community Research Programme atas
dukungannta dalam penulisan skripsi 6. Bapak Achmad Hisyam dan Bapak Sobri selaku
pembimbing metodologi penelitian yang telah memberikan tata cara metodologi
penelitian.

vi
7. Kepada Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo beserta staf atas pemberian
izin lokasi penelitian dan informasi data pendukung. 8. Sahabat-sahabatku, Rissa
Andini Puspita, Achamd Alfi Bashori, Kriski Regina Gaezani, Irene Diah Julianti,
Reica Apriliana, Fitria Ayu, Evita Adiningtyas, Debby Serestia Silaban, Adi
Rahmawan, yang telah memberikan pembelajaran memahami penelitian ini serta ide-ide
yang tidak terpikir sebelumnya. 9. Teman-temanku, Lita Resmi Anggraeni, Sylvia
Wahyu Rachmawati, Fatin Adila Lubis, Lailatul Faradila, Fauziah, Sofie Arifa
Berkatie dan Anisa Rizki Pratiwi yang telah memberikan nasehat, saran dan motivasi
dalam penelitian ini. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah memberikan segala bantuannya. Penulis menyadari bahwa hasil
penelitian yang dituangkan di dalam skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu,kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dalam
rangka penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi orang lain. Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa memberikan Taufik dan
HidayahNya kepada kita.

Jakarta,

Shelly Naritry

vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI Nama Alamat : Shelly Naritry : Jalan agung raya 1
no 101 RT 13 RW 03 Kelurahan Lenteng Agung Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan,
Kode pos 12610 Telepon HP Email Agama Tempat/Tgl. Lahir : 021 7862984 :
085710178899 : shellynaritry@ymail.com : Islam : Jakarta/21 Maret 1991

KELUARGA Orang tua Ayah Ibu Saudara Kakak pertama Kakak kedua : Mardiati, SE :
Hadyaminingsih, SE : Priyambodo : Sunarti

PENDIDIKAN FORMAL 2007 - 2009 Sekolah Menengah Atas Negeri 109 Jakarta 2006 - 2007
2003 - 2006 1997 - 2003 1995 - 1997 Sekolah Menengah Atas Perguruan Cikini Sekolah
Menengah Pertama Negeri 98 Jakarta Sekolah Dasar Hang Tuah III Taman Kanak - Kanak
Hang Tuah IV

viii
PENDIDIKAN NON FORMAL 2007 – 2008 2006 – 2007 2006 – 2007 2005 – 2006 2002 – 2006
1999 – 2003 1998 – 2002 Lembaga Bahasa dan Pendidikan Profesional LIA, English for
Adults : Intermediate Levels Lembaga Bahasa dan Pendidikan Proeesional LIA, English
For Adults : Elementary Levels English Language Training International ,
Conversation Lembaga Bahasa dan Pendidikan Profsional LIA , Communicating in
English A General English Course for SLTP Students Sekolah Tari Bali Saraswati
Jakarta Sanggar Tari Betawi Anjungan Taman Mini Indonesia Indah Sanggar Tari Bali
Putra Budaya

ix
DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN PENGESAHAN


DEKAN .............................................................. HALAMAN
PENGESAHAN K.A PSSK ..........................................................
PERNYATAAN
ORISINALITAS .....................................................................
HALAMAN HAK
CIPTA .............................................................................
.....
PRAKATA ...........................................................................
............................... DAFTAR RIWAYAT
HIDUP ............................................................................
DAFTAR
ISI ...............................................................................
........................ DAFTAR
TABEL .............................................................................
.................. DAFTAR
BAGAN .............................................................................
................ DAFTAR
LAMPIRAN ..........................................................................
............. ii iii iv v vi viii x xiv xv xvi

ABSTRAK ...........................................................................
............................... xvii
ABSTRACT ..........................................................................
.............................. xviii
RINGKASAN .........................................................................
............................ xix

BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar


Belakang ..........................................................................
.................... I.2. Perumusan
Masalah ...........................................................................
........... I.3. Tujuan
Penelitian ........................................................................
.................. I.3.1. Tujuan
Umum ..............................................................................
........ I.3.2. Tujuan
Khusus ............................................................................
......... 1.4. Manfaat
Penelitian ........................................................................
............... 1.5. Ruang Lingkup
Penelitian ........................................................................
.... 1 4 4 4 4 4 5

x
BAB II LANDASAN TEORI II.1. Tinjauan
Pustaka ...........................................................................
............. II.1.1. Status
Gizi ..............................................................................
........... II.1.1.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status
Gizi ....................... II.1.1.2. Penilaian Status
Gizi................................................................. II.1.1.3.
Pengukuran Antropometri ........................................................
II.1.1.4. Indeks
Antropometri.................................................................
II.1.2. Pneumonia II.1.2.1.
Definisi ..........................................................................
........... II.1.2.2.
Etiologi ..........................................................................
........... II.1.2.3. Faktor yang Mempengaruhi
Pneumonia .................................. II.1.2.4.
Epidemiologi ......................................................................
...... II.1.2.5.
Klasifikasi .......................................................................
.......... II.1.2.6.
Patogenesis .......................................................................
........ II.1.2.7. Gejala
Klinis ............................................................................
. II.1.2.8. Pemeriksaan
Penunjang ............................................................ II.1.2.9.
Komplikasi ........................................................................
....... II.1.2.10.
Tatalaksana .......................................................................
...... II.1.2.11.
Pencegahan ........................................................................
..... II.2. Penelitian Terkait yang Pernah
Dilakukan ................................................. II.3. Kerangka
Teori .............................................................................
.............. II.4. Kerangka
Konsep ............................................................................
........... II.5.
Hipotesis .........................................................................
............................ 12 12 15 17 17 19 20 21 21 22 22 24 25 26 26 6 6 6 7 8
10

xi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Jenis
Penelitian ........................................................................
.................. III.2. Lokasi dan Waktu
Penelitian ....................................................................
III.3. Subjek
Penelitian ........................................................................
............... III.4. Teknik
Penelitian ........................................................................
.............. III.5. Kriterian Inklusi dan
Eksklusi ................................................................... III.6.
Rancangan
Peenelitian .......................................................................
....... III.7. Identifikasi Variabel
Penelitian ................................................................. III.8.
Definisi Operasional
Variabel ................................................................... III.9.
Jenis dan Cara Pengumpulan
Data ............................................................ III.10. Protokol
penelitian ........................................................................
.......... III.11. Pengolahan dan Analisis
Data ................................................................. 27 27 27 28
28 28 28 29 30 31 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Gambaran Umum RSUD Pasar


Rebo ....................................................... IV.1.1.Geografi Lokasi
Penelitian ....................................................................
IV.1.2. Visi RSUD Pasar
Rebo ..........................................................................
IV.1.3. Misi RSUD Pasar
Rebo .........................................................................
IV.1.4. Struktur Organisasi RSUD Pasar
Rebo.................................................. IV.2.
Pendahuluan .......................................................................
...................... IV.3. Analisis Hasil
Penelitian ........................................................................
... IV.3.1.Analisis
Univariat .........................................................................
.......... IV.3.1.1. Distribusi Menurut Jenis
Kelamin ..................................................... IV.3.1.2. Distribusi
Menurut Z Score ...............................................................
IV.3.1.3. Distribusi Menurut Derajat Beratnya
Pneumonia ............................... IV.3.1.4. Distribusi Menurut Status
Gizi ........................................................... 34 34 34 34 35 35
35 35 36 36 36 37

xii
IV.3.2. Analisis
Bivariat...........................................................................
.......... IV.3.2.1. Hubungan Status Gizi dengan Derajat Beratnya Pneumonia Pada
Pasien Anak Usia 0-5
Tahun .............................................................. IV.4.
Pembahasan.........................................................................
...................... IV.4.1. Hasil Analisis Bivariat, Hubungan Status Gizi dengan
Derajat Beratnya Pneumonia Pada Pasien Anak Usia 0-5
Tahun .....................................

37

38 41

41

BAB V PENUTUP V.1.


Kesimpulan ........................................................................
........................ V.2.
Saran .............................................................................
.............................. 43 43

DAFTAR
PUSTAKA ...........................................................................
.............
LAMPIRAN ..........................................................................
.............................

45 48

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Perbandingan kekurangan gizi balita dan berat badan lair rendah
(BBLR) di Association of South East Asia Nations (ASEAN) periode 1996 -
2005 ..............................................................................
....... Tabel 2. Tabel 3. Lima belas negara dengan jumlah tertinggi
pneumonia .................. Penilaian status gizi berdasarkan indeks BB/U, TB/U,
BB/TB standart baku antropometri WHO-NCHS ........................................
Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Etiologi
pneumonia .........................................................................
. Penelitian Terkait yang Pernah Dilakukan .......................................
Definisi
operasional .......................................................................
.. Distribusi menurut jenis
kelamin ..................................................... Distribusi menurut z
score ............................................................... Distribusi
menurut derajat beratnya pneumonia .............................. 11 14 24 29 36 36
36 37 1 3

Tabel 10. Distribusi menurut status


gizi .......................................................... Tabel 11. Hubungan
status gizi dengan derajat beratnya pneumonia anak di RSUD Pasar Rebo periode
Januari 2009 – Desember 2012 ............ Tabel 12. Penggabungan sel, Hubungan
status gizi anak dengan derajat beratnya pneumonia anak di Rumah Sakit Umum Daerah
Pasar Rebo periode Januari 2009-Desember 2012 .....................................

38

40

xiv
DAFTAR BAGAN/GAMBAR

Halaman BAGAN Kerangka


Teori..............................................................................
..................... Kerangka
Konsep ............................................................................
................... Protokol
Penelitian ........................................................................
..................... GAMBAR Gambar 1. Makroskopik pneumonia
lobaris ..................................................... Gambar 2. Gambaran
histopatologi pada pneumonia ........................................ Gambar 3.
Diagram batang hubungan antara status gizi dengan derajat beratnya pneumonia pada
pasien anak usia 0-5 tahun di RSUD Pasar
Rebo ..............................................................................
......... Gambar 4. Penggabungan sel, diagram batang hubungan antara status gizi
dengan derajat beratnya pneumonia pada pasien anak usia 0-5 tahun di RSUD Pasar
Rebo ............................................................. 41 39 18 20 25
26 31

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 3 LAMPIRAN 4 LAMPIRAN 5 LAMPIRAN 6 Surat


Permohonan Izin Penelitian ....................................... Data View
Univariat dan Bivariat ........................................ Data View Bivariat
Penggabungan Sel ................................ Analisis
Univariat................................................................. Analisis
Bivariat ...................................................................
Analisis Bivariat, Penggabungan Sel ................................... 48 49 51 53
56 58

xvi
ABSTRAK

SHELLY NARITRY. Hubungan Status Gizi dengan Derajat Beratnya Pneumonia Pada Pasien
Anak Usia 0-5 Tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Peride Januari 2009-
Desember 2012. Dibimbing oleh dr. YURITA HANDOYO, SpA dan dr. MILA CITRAWATI,
M.Biomed Keadaan gizi yang buruk pada anak merupakan faktor risiko untuk timbulnya
infeksi pada anak, diantaranya pneumonia. Pneumonia merupakan pembunuh utama anak
di dunia dibandingkan dengan penyakit lain. Pneumonia mengakibatkan lebih dari 2
juta balita meninggal setiap tahun atau sama dengan 4 balita meninggal setiap
menitnya di dunia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
status gizi dengan derajat beratnya pneumonia pada anak usia 0-5 tahun. Penelitian
ini dilakukan secara cross sectional dengan menggunakan data sekunder yang diambil
dari rekam medis di Rumah Sakit Umum Pasar Rebo periode Januari 2009 sampai dengan
Desember 2012. Data ini dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square. Hasil
penelitian menunjukan adanya hubungan antara status gizi dengan derajat beratnya
pneumonia pada pasien anak dengan p <0,05 (p=0,001) Kata kunci : Status gizi,
derajat berat ringan pneumonia pada anak Kepustakaan : 35 (2000 – 2013)

xvii
ABSTRACT

SHELLY NARITRY. The Relationship Between Nutritional Status with The Severity of
Pneumonia in Children Aged 0-5 years Patients in Pasar Rebo General Hospital as
per- January 2009 – December 2012. Guided by dr. YURITA HANDOYO, SpA and dr. MILA
CITRAWATI, M.Biomed Malnutrition in children is a risk factor for the onset of
infection in children, including pneumonia. Pneumonia is the leading killer of
children in the world compared to other diseases. Pneumonia caused more than 2
million toddlers died every year or equal to 4 toddlers died every minute in the
world. The purpose of this study is to determine the relationship between
nutritional status and the severity of pneumonia in children aged 0-5 years. The
research is conducted using a cross sectional secondary data drawn from medical
records in Pasar Rebo General Hospital from January 2009 to December 2012. These
datas were analyzed using Chi-Square test. There is significant result between
nutritional status and the severity of pneumonia in pediatric patients with p <0,05
(p =0,001) Keyword References : Nutritional status, the severity of pneumonia in
children : 35 (2000 – 2013)

xviii
RINGKASAN

SHELLY NARITRY. Hubungan Status Gizi dengan Derajat Beratnya Pneumonia Pada Pasien
Anak Usia 0-5 Tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Peride Januari 2009-
Desember 2012. Dibimbing oleh dr. YURITA HANDOYO, SpA dan dr. MILA CITRAWATI,
M.Biomed Status gizi yang buruk pada anak merupakan faktor risiko penting timbulnya
infeksi respiratori, ini dikarenakan adanya gangguan respon imun. Infeksi
respiratori sendiri terdiri dari infeksi respiratori atas yaitu rinitis,
faringitis, tonsilitis, rinosinusitis, dan otitis media, serta infeksi respiratori
bawah yang terdiri atas epiglositis, bronkitis, bronkiolitis, dan pneumonia.
Pneumonia merupakan pembunuh utama anak di bawah usia lima tahun (balita) di dunia,
lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, malaria dan campak.
Namun belum banyak perhatian terhadap penyakit ini. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui lebih lanjut apakah status gizi mempengaruhi derajat beratnya pneumonia
pada pasien anak usia 0-5 tahun di RSUD Pasar Rebo periode Januari 2009-Desemer
2012. Status gizi adalah keadaan kesehatan seseorang atau kelompok orang yang
penentuannya berdasarkan atas kebutuhan akan energi dan zat-zat gizi yang lain,
yang didapatkan dari makanan sehari-hari dan dampaknya dapat terlihat secara
antropometri. Status gizi juga merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara
makanan yang masuk ke dalam tubuh dengan kebutuhan akan zat gizi tersebut. Status
gizi dipengaruhi oleh produk pangan, pembagian makanan, daya terima, keterbatasan
ekonomi, selera makan, pengetahuan gizi, prasangka buruk terhadap bahan makan
tertentu, kesukaan terhadap jenis makananan tertentu, kebiasaan makan, dan sanitasi
makanan. Menilai status gizi bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung
dan tidak langsung. Secara langsung dapat dilakukan dengan metode antropometri,
klinis, biokimia dan biofisik. Sedangkan untuk yang tidak langsung dapat diketahui
dengan cara melakukan survey konsumsi makanan, statistik vital dan melihat faktor
ekologi. Antropometri dilakukan dengan cara melihat catatan umur dan berat badan,
kemudian melihat nilai z scorenya. Indeks antropometri dapat dilihat dengan
(BB/TB,BB/U, TB/U,BMI/U). Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru.
Sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil
disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi dll). Etiologi pneumonia pada neonatus
dan bayi berusia 03 bulan meliputi Steptococcus group B dan bakteri Gram negatif
seperti E. colli, Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp. Pada bayi yang berusia diatas
3 bulan sampai anak balita, pneumonia sering disebabkan oleh infeksi Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe B, dan Staphylococcus aureus, sedangkan
pada anak
xix
diatas usia 5 tahun dan remaja, selain bakteri tersebut, sering juga ditemukan
infeksi Mycoplasma pneumoniae. Transmisi agen mikroba memiliki tiga bentuk, yaitu
aspirasi sekret yang mengandung mikroorganisme patogen yang telah berkolonisasi
pada orofaring, inhalasi aerosol yang infeksius, dan penyebaran hematogen dari
bagian ekstrapulmonal. Aspirasi dan inhalasi agen-agen infeksius adalah dua cara
tersering. Kuman yang telah masuk ke dalam parenkim paru akan berkembang biak
dengan cepat masuk ke dalam alveoli dan menyebar ke alveoli - alveoli lain melalui
pori interalveolaris dan percabangan bronkus. Pneumonia terdiri dari 4 stadium,
yaitu stadium kongesti (4-12 jam pertama), eksudat serosa masuk ke dalam alveoli
melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor, stadium hepatisasi merah (48 jam
berikutnya), paru tampak merah dan bergranula, karena sel darah merah, fibrin dan
leukosit polimorfonuklear mengisi alveoli, stadium hepatisasi kelabu (3-8 hari),
paru tampak kelabu karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam
alveoli yang terserang dan terakhir stadium resolusi, eksudat mengalami lisis dan
reabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada strukurnya semula.
Diagnosis pneumonia anak menggunakan kriteria menurut World Health Organization,
yang mengacu kepada gejala klinis yang dialami penderita pneumonia pada anak.
Pneumonia berat didapatkan anak sesak napas, dirawat dan diberikan antibiotik.
Pneumonia sedang didapatkan pada anak tidak sesak napas, ada napas cepat dengan
laju napas lebih dari 60x/menit untuk anak usia 0-2 bulan, lebih dari 50x/menit
untuk anak usia 2 bulan- 1 tahun, lebih dari 40x/menit untuk anak usia 1-5 tahun,
dan diberikan antibiotik oral. Pneumonia ringan anak tidak mengalami napas cepat
dan sesak napas, dan diberikan pengobatan simptomatis. Tatalaksana pneumonia adalah
pengobatan kausal dengan antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif.
Pengobatan suportif meliputi pemberian cairan intravena, terapi oksigen, koreksi
terhadap gangguan keseimbangan asam-basa, dan elektrolit. Jenis penelitian ini
adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study, yaitu peneliti
mencari hubungan antara variabel independen (faktor risiko) dengan variabel
dependen (efek) dengan melakukan pengukuran pada waktu yang sama. Data yang
digunakan berupa data sekunder dengan cara melihat rekam medis. Dengan variabel
independen berupa status gizi pada pasien anak usia 0-5 tahun. Penelitian ini
dilakukan di RSUD Pasar Rebo, Jakarta Timur. Sampel penelitian ini adalah pasien
pneumonia anak usia 0-5 tahun yang memenuhi kriteria inklusi. Besar sampel sebesar
58 pasien anak dengan pendekatan sampel jenuh. Data yang diperoleh dianalisis
dengan anlisis univariat dan analisis bivariat uji Chi-Square dengan kemaknaan
(p<0,05). Hasil penelitian memperlihatkan adanya hubungan yang signifikan antara
status gizi terhadap derajat beratnya pneumonia pada pasien anak usia 0-5 tahun (p
= 0,001).
xx
Saran untuk orang tua pasien adalah melakukan pencegahan penyakit pneumonia dengan
memperhatikan kebersihan lingkungan, memberikan gizi seimbang dan memberikan
parasetamol saat anak demam, batuk dan pilek. Saran untuk RSUD Pasar Rebo agar
dilakukan sosialisasi dan edukasi ke orang tua balita dalam bentuk penyuluhan
tentang zat gizi yang baik maupun tentang faktor-faktor yang memperngaruhi
pneumonia sehingga para orang tua dapat mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari
dan angka kejadian penyakit infeksi pada balita akan menurun. Kata kunci : Status
gizi, derajat berat ringan pada pneumonia anak Kepustakaan : 35 (2000 - 2013)

xxi
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurunkan angka kematian anak merupakan
tujuan keempat dari millennium development goals (MDGs) dengan target dua pertiga
angka kematian anak pada tahun 1990, yang saat itu jumlahnya 97 kematian per 1000
kelahiran hidup (Bappenas, 2008). Kontributor utama kematian anak dan masalah
kesehatan yang paling serius adalah kekurangan gizi (Patodo, 2012). Masalah kurang
gizi terjadi terutama di negara-negara berkembang yang dapat menimbulkan gangguan
tumbuh kembang secara fisik, mental, sosial, dan intelektual, atau dalam kata lain,
kekurangan gizi dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan badan, keterlambatan
perkembangan otak dan dapat pula menyebabkan penurunan daya tahan tubuh terhadap
penyakit infeksi (Maas, 2012). Semakin berat kondisi gizi buruk yang diderita,
semakin besar risiko terjadinya masalah kesehatan secara fisik (Dinkes DKI, 2012).
Tabel 1. Perbandingan kekurangan gizi balita dan berat badan lahir rendah (BBLR) di
Association of South East Asia Nations (ASEAN) periode 1996-2005. Negara Malaysia
Thailand Filipina Srilangka Vietnam Indonesia Myanmar Kamboja Timur Leste Asia
Timur dan Pasifik Asia Selatan Negara Berkembang Kekurangan Gizi Balita (%) 11 18
20 22 27 28 32 45 46 15 45 27 BBLR (%) 9 9 28 29 9 9 15 11 12 7 29 16

Sumber : Bappenas, 2007 Tabel di atas merupakan perbandingan kekurangan gizi balita
dan BBLR di ASEAN, dengan Indonesia berada pada urutan keenam. Status gizi anak di
Indonesia masih sangat rendah, persentase balita yang menderita gizi buruk sebesar
8,80%, gizi kurang sebesar 19,24 %, gizi normal sebesar 68,48%, dan gizi lebih
sebesar 3,48% (Bappenas, 2005).
1
2

Status gizi yang buruk pada anak merupakan faktor risiko penting timbulnya infeksi
respiratori, ini dikarenakan adanya gangguan respon imun (IDAI, 2011).
Berkembangnya infeksi bergantung pada daya tahan tubuh (Samsuhidadjat & Jong,
2004). Baratawidjaja dan Rengganis (2010) juga menyatakan bahwa penyakit infeksi
merupakan salah satu sebab kematian di seluruh dunia. Menurut World Health
Organization, infeksi respiratori adalah penyebab

utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia, diperkirakan empat juta
orang meninggal akibat infeksi respiratori setiap tahun (WHO, 2007). Selain itu
infeksi respiratori merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana
kesehatan yaitu sebanyak 40% - 60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15% - 30%
kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit (Depkes RI,
2009). Infeksi respiratori sendiri terdiri dari infeksi respiratori atas yaitu
rinitis, faringitis, tonsilitis, rinosinusitis, dan otitis media, serta infeksi
respiratori bawah yang terdiri atas epiglositis, bronkitis, bronkiolitis, dan
pneumonia (IDAI, 2012). Pneumonia merupakan pembunuh utama anak di bawah usia lima
tahun (balita) di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti
AIDS, malaria dan campak. Namun belum banyak perhatian terhadap penyakit ini. Dari
9 juta kematian balita di dunia, lebih dari 2 juta balita meninggal setiap tahun
akibat pneumonia atau sama dengan 4 balita meninggal setiap menitnya (Depkes RI,
2009). Tabel 2 menunjukkan perkiraan jumlah kejadian pneumonia pada lima belas
negara dengan prevalensi pneumonia tertinggi dengan Indonesia berada pada urutan ke
enam (Hartati, 2011). Di Indonesia, angka kematian anak akibat pneumonia antar
negara-negara ASEAN berada pada urutan ke empat (IDAI, 2012). Berdasarkan hasil
riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan prevalensi angka
kesakitan (morbiditas) pneumonia pada bayi 2.2 % dan pada balita 3%, sedangkan
angka kematian (mortalitas) pada bayi 23,8%, dan pada balita 15,5% (Depkes RI,
2009). Terdapat 3 propinsi di Indonesia dengan penderita pneumonia tertinggi
berturut-turut adalah propinsi Nusa Tenggara Barat
3

sebesar 56,50%, Jawa Barat 42,50% dan Kepulauan Bangka Belitung sebesar 21,71%
(Hartati, 2011).
Tabel 2. Lima belas Negara dengan jumlah tertinggi pneumonia Negara Prediksi jumlah
kasus pneumonia (dalam juta/tahun) 43.0 21.1 9.8 6.4 6.1 6.0 3.9 3.9 2.9 2.7 2.0
2.0 1.9 1.8 1.8 Perkiraan insiden (episode/anak/tahun) 0.37 0.22 0.41 0.41 0.34
0.28 0.35 0.39 0.35 0.27 0.48 0.45 0.33 0.43 0.11

India Cina Pakistan Bangladesh Nigeria Indonesia Etiopia Kongo Vietnam Filipina
Sudan Afganistan Tanzania Mianmar Brazil

Sumber : FKUI, 2011 Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru bagian distal
dari

bronkiolus terminalis, mengenai bronkiolus respiratorius, dan alveoli, yang


menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Sudoyo
et al., 2009). Sedangkan menurut Alsagaff & Mukty (2006), pneumonia adalah
peradangan parenkim paru dengan asinus terisi dengan cairan dan sel radang, dengan
atau tanpa disertai infiltrasi sel radang ke dalam dinding alveoli dan rongga
interstisium. Pada tahun 2005, prevalensi pneumonia balita di DKI Jakarta adalah
2,5% per 1000 balita dan angkanya meningkat menjadi 6,8% per 1000 balita tahun
2006. Pneumonia merupakan 10 penyakit penyebab kematian, yaitu 2,92% dari seluruh
kematian, begitu juga di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo, pneumonia termasuk
dalam 10 besar penyakit yang banyak di derita oleh anak (Hartati, 2011).
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan
antara status gizi dengan derajat beratnya pneumonia pada anak usia 05 tahun di
Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo periode Januari 2009Desember 2012.
4

I.2 Perumusan Masalah Adakah hubungan antara status gizi dengan derajat beratnya
pneumonia pada pasien anak usia 0-5 tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo
Periode Januari 2009- Desember 2012.

I.3 Tujuan Penelitian I.3.1. Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
membuktikan adanya hubungan antara status gizi dengan derajat beratnya pneumonia
pada pasien anak usia 0-5 tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Periode
Januari 2009- Desember 2012 I.3.2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui status gizi
anak penderita pneumonia usia 0-5 tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo. b.
Untuk mengetahui derajat beratnya pneumonia pada pasien anak usia 0-5 tahun di
Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo.

I.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini dapat digunakan


sebagai pengembangan ilmu kesehatan, menambah pengetahuan dan wawasan khususnya
tentang status gizi dan penyakit pneumonia pada pasien anak. b. Dapat dijadikan
perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Rumah Sakit Status gizi dapat digunakan sebagai salah
satu cara untuk memprediksi derajat beratnya pneumonia pasien anak usia 0-5 tahun.
b. Bagi Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta Merupakan sarana kerja sama
mahasiswa untuk melakukan penelitian ilmiah dan pengembangan instansi terkait.
5

c. Bagi Penulis Menambah pengetahuan, pengalaman, serta keterampilan bagi penulis

dengan cara menganalisa masalah dan mengaplikasikan pengetahuan yang telah dimiliki
saat kuliah.

I.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini tentang hubungan status gizi dengan
derajat beratnya pneumonia pada pasien anak usia 0-5 tahun peride Januari 2009 –
Desember 2012 di RSUD Pasar Rebo penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan
potong lintang. Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Pasar Rebo yang mewakili
kelompok sosial ekonomi tinggi, sosial ekonomi menengah, dan sosial ekonomi rendah
di Rumah Sakit tersebut yang didiagnosis menderita pneumonia pada anak usia 0-5
tahun. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret, sumber data diperoleh dengan
menggunakan data sekunder melalui rekam medis.
BAB II LANDASAN TEORI II.1. Tinjauan Pustaka II.1.1.Status Gizi Definisi status
gizi menurut Almatsier (2007) adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat-zat gizi. Sedangkan menurut Supariasa (2002) status gizi adalah
hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk ke dalam tubuh dengan
kebutuhan tubuh akan zat gizi tersebut. Status gizi juga didefinisikan sebagai
status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan
nutrisi, dengan menggunakan antropometri dan biokimia sebagai pengukurnya (Jafar,
2010). II.1.1.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Anak Menurut Gozali
(2010) beberapa faktor yang berperan dalam menentukan status gizi seseorang, di
antaranya adalah : 1. Produk pangan 2. Pembagian makanan atau pangan 3. Daya terima
4. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu 5. Pantangan pada makanan
tertentu 6. Kesukaan terhadap jenis makanan tertentu 7. Keterbatasan ekonomi 8.
Kebiasaan makan 9. Selera makan 10. Sanitasi makanan 11. Pengetahuan gizi

6
7

II.1.1.2. Penilaian Status Gizi Cara penilaian status gizi terbagi menjadi dua,
yaitu penilaian secara langsung dan tidak langsung. Berikut ini merupakan
pengukuran secara langsung, diantaranya : 1. Antropometri Saat ini pengukuran
antropometri (ukuran-ukuran tubuh) digunakan secara luas dalam penilaian status
gizi (Supariasa, 2002). Antropometri digunakan untuk mengukur dan

memperkirakan kesehatan individu dan merupakan refleksi status sosial dan ekonomi
suatu populasi (IDAI, 2011). 2. Klinis Penilaian status gizi secara klinis
merupakan penilaian yang dilakukan untuk melihat perubahan-perubahan yang ada pada
tubuh dan biasanya dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Penilaian ini
dilakukan menggunakan panca indera, contoh dari penilaian secara klinis seperti
pada jaringan epitel (mata, kulit, rambut, atau mukosa) (Supariasa, 2002). 3.
Biokimia Penilaian gizi secara biokimia adalah penilaian yang dilakukan dengan
melalui eksperimen dan dapat diuji secara laboratorium. Penilaian ini dapat
dilakukan pada darah, urine, tinja, atau jaringan tubuh seperti hati dan otot
(Supariasa, 2002). 4. Biofisik Penilaian status gizi secara biofisik adalah
penilaian status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan
untuk melihat perubahan struktur jaringan (Supariasa, 2002).

Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi tiga. Berikut
ini adalah uraian metode tersebut:
8

1. Survey Konsumsi Makanan Survey konsumsi makanan merupakan metode penentuan


status gizi dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Tujuan
dilaksanakannya survey konsumsi makanan adalah untuk mengetahui kebiasaan makan dan
gambaran tingkat kecukupan bahan makanan pada tingkat kelompok, rumah tangga, dan
perorangan serta faktorfaktor yang mempengaruhinya. Survey ini juga dapat
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi (Supariasa, 2002). 2. Statistik
Vital Penilaian status gizi dengan metode ini yaitu dengan menganalisis data dari
berbagai statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka
kesakitan, dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan
dengan gizi (Supariasa, 2002). 3. Faktor Ekologi Malnutrisi merupakan salah satu
masalah faktor ekologi, sebagai interaksi dari berbagai faktor fisik, biologis,
lingkungan dan budaya. Ketersediaan makanan bergantung pada keadaan ekologi seperti
iklim, tanah, irigasi dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi sangat penting untuk
mengetahui penyebab malnutrisi yang terjadi pada masyarakat sebagai dasar untuk
melakukan program intervensi gizi (Supariasa, 2002).

II.1.1.3. Pengukuran Antropometri Pengukuran antropometri minimal pada anak umumnya


meliputi pengukuran berat badan, panjang atau tinggi badan, dan lingkar kepala
(dari lahir sampai umur 3 tahun). Pengukuran ini dilakukan secara berkala untuk
mengkaji pertumbuhan jangka pendek, jangka panjang, dan status nutrisi (IDAI,
2011). Secara lengkap, pengukuran antropometri dapat di lakukan berbagai cara, di
antaranya :
9

1. Berat Badan Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling
sering digunakan. Berat badan memiliki hubungan linier dengan tinggi badan dengan
kecepatan tertentu, berat badan dapat

menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral pada tulang. Cara mengukurnya
adalah dengan menggunakan timbangan khusus berat badan atau timbangan bayi
(Supariasa, 2002). 2. Tinggi Badan Tinggi badan merupakan parameter yang penting
untuk

mengetahui keadaan di masa lalu dan keadaan sekarang, karena menurut Rimbawan
(2000), tinggi badan mengalami perubahan secara perlahan dan perbedaan dapat diukur
setelah beberapa waktu lamanya. 3. Lingkar Kepala Pertumbuhan kepala paling cepat
terjadi dalam 3 tahun pertama kehidupan. Pengukuran rutin lingkar kepala merupakan
komponen dan pengkajian nutrisi pada anak sampai umur 3 tahun dan dikerjakan
terutama pada anak yang mempunyai risiko tinggi gangguan status gizi. Lingkar
kepala bukan merupakan indikator baik untuk status nutrisi jangka pendek
dibandingkan dengan berat badan karena pertumbuhan otak umumnya dipertahankan oleh
tubuh saat terjadi masalah nutrisi. Lingkar kepala tidak dapat digunakan sebagai
pengukuran status nutrisi pada anak dengan hidrosefalus, mikrosefali, dan
makrosefali (IDAI, 2011). 4. Lingkar Lengan Atas (LILA) LILA dapat digunakan untuk
mengukur pertumbuhan, sebuah penanda cadangan energi dan protein, dan dapat
memberikan informasi akan kadar lemak tubuh. Pengukuran ini sebaiknya dilakukan 3
kali dan nilai akhir diambil dari rerata ketiga hasil pengukuran tersebut (IDAI,
2011).
10

5. Tebal Lipatan Kulit Triceps Tebal lipatan kulit triceps adalah sebuah penanda
cadangan lemak subkutan, dan lemak tubuh total. Tebal lipatan kulit triceps juga
memberi informasi mengenai pola lemak tubuh (fat patterning). Pengukuran ini
sebaiknya dilakukan tiga kali, diambil reratanya, dan dicatat dalam pembulatan 0.1
cm (IDAI, 2011).

II.1.1.4. Indeks Antropometri Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan


yaitu: berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat
badan menurut tinggi badan (BB/TB). 1. Berat badan menurut umur Berat badan adalah
salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat
sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak. Berat badan adalah parameter
antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, berat badan berkembang
mengikuti pertambahan umur. Berdasarkan karakteristik berat badan maka indeks berat
badan/umur digunakan sebagai salah satu cara mengukur status gizi. Mengingat
karakteristik berat badan yang labil, maka berat badan/umur lebih menggambarkan
status gizi seseorang. BB/U dapat dipakai pada setiap kesempatan memeriksa
kesehatan anak pada

semua kelompok umur (Supariasa, 2002). Berat badan dan umur merupakan hal yang
wajib dicantumkan saat pemeriksaan anak, karena berhubungan dengan penentuan dosis
obat pada anak, yang menggunakan berat badan, umur, maupun luas permukaan tubuh
sebagai penentunya (ICHR, 2012). Berat badan sensitif terhadap perubahan-perubahan
kecil, pengukurannya dapat digunakan

timbangan apa saja yang relatif murah, mudah dan tidak memerlukan banyak waktu dan
tenaga (Supariasa, 2002).
11

2. Tinggi badan menurut umur Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan
keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tubuh seiring
dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan,
relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek.
Pengaruh defisiensi gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif
lama (Supariasa, 2002). 3. Berat badan menurut tinggi badan Berat badan memiliki
hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat
badan akan searah

dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu indeks BB/TB merupakan
indikator yang baik untuk menilai status gizi masa sekarang (Supariasa, 2002).
Tabel 3. Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U, TB/U, BB/TB Standart Baku
Antropometri WHO-NCHS No 1 Indeks BB/U Batas Pengelompokan < -3 SD -3 s/d <-2 SD -2
s/d +2 SD > +2 SD < -2 SD ≥ -2 SD < -3 SD -3 s/d <-2 SD -2 s/d +2 SD > +2 SD < -3
SD -3 s/d <-2 SD -2 s/d +2 SD >+2 SD Sebutan Status Gizi Gizi buruk Gizi kurang
Gizi cukup Gizi lebih Stunted/kurang Normal/baik Sangat kurus Kurus Normal Baik
Sangat Kurus Kurus Normal/baik Obesitas

2 3

TB/U BB/TB

BMI/U

Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII. Tsauri, 2000


12

4. Body Mass Index (BMI) menurut umur BMI adalah indeks antropometri berat dan
tinggi yang

didefinisikan sebagai berat badan dalam kilogram dibagi dengan tinggi dalam meter
persegi. BMI adalah indeks yang diterima secara umum untuk mengklasifikasikan
adipositas pada orang dewasa dan dianjurkan untuk digunakan pada anak dan remaja
hingga umur 20 tahun. Ukuran BMI/U adalah ukuran yang konsisten dengan indeks
dewasa sehingga dapat digunakan terus menerus hingga dewasa (Bramantyo, 2011).

II.1.2. Pneumonia II.1.2.1. Definisi Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai


parenkim paru. Sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan
sebagian kecil disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi dll) (IDAI, 2012).
Pneumonia atau pneumonitis adalah peradangan akut parenkim paru yang biasanya
terjadi akibat infeksi (Price & Wilson, 2005). Pneumnoia adalah suatu penyakit
infeksi atau peradangan pada organ paru-paru yang disebabkan oleh bakteri,virus,
jamur ataupun parasit yang membuat alveoli terisi cairan (Fanani, 2009). II.1.2.2.
Etiologi Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada perbedaan
dan kekhasan pneumonia anak, terutama dalam spektrum etiologi, gambaran klinis, dan
strategi pengobatan. Spektrum

mikroorganisme penyebab pada neonatus dan bayi berbeda dengan anak yang lebih
besar. Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi berusia 0-3 bulan meliputi
Steptococcus group B dan bakteri Gram negatif seperti E. colli, Pseudomonas sp,
atau Klebsiella sp. Pada bayi yang berusia diatas 3 bulan sampai anak balita,
pneumonia sering disebabkan oleh infeksi
13

Streptococcus

pneumoniae,

Haemophilus

influenzae

tipe

B,

dan

Staphylococcus aureus, sedangkan pada anak diatas usia 5 tahun dan remaja, selain
bakteri tersebut, sering juga ditemukan infeksi Mycoplasma pneumoniae. Di negara
maju, pneumonia pada anak terutama disebabkan oleh virus, selain bakteri, atau
campuran bakteri dan virus. Etiologi virus saja sebanyak 32%, campuran bakteri dan
virus 30%, dan bakteri saja 22%. Virus yang terbanyak ditemukan adalah Respiratory
Syncytial Virus (RSV), Rhinovirus, dan virus Parainfluenza. Bakteri yang terbanyak
adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe B, dan Mycoplasma
pneumoniae. Kelompok anak berusia 2 tahun ke atas mempunyai etiologi infeksi
bakteri yang lebih banyak daripada anak berusia dibawah 2 tahun.
14

Tabel 4. Etiologi pneumonia

Usia Lahir-20 hari

Etiologi yang sering Bakteri E. colli Streptococcus group B Listeria monocytogenes

3 minggu-3 bulan

Bakteri Chlamydia trachomatis Streptococcus pneumoniae

4 bulan-5 tahun

Virus Virus Adeno Virus influenza Virus Parainfluenza 1,2,3 Respiratory Syncytial
virus Bakteri Chlamydia pneumoniae Mycoplasma pneumoniae Streptococcus pneumoniae

Etiologi yang jarang Bakteri Bakteri anaerob Streptococcus group D Haemophillus


influenzae Streptococcus pneumoniae Ureaplasma urealyticum Virus Virus Sitomegalo
Virus Herpes Simpleks Bakteri Bordetella pertusis Haemophilus influenzae tipe B
Moraxallea catharalis Staphylococcus aureus Ureaplasma urealytyc Virus Virus
Sitomegalo

5 tahun-remaja

Virus Virus Adeno Virus Influenza Virus Parainfluenza Virus Rino Respiratory
Syncytial virus Bakteri Chlamydia pneumoniae Mycoplasma pneumoniae Streptococcus
pneumoniae

Bakteri Haemophilus influenzae tipe B Moraxella catharalis Neisseria meningitidis


Staphylococcus aureu Virus Virus Varisela-Zoster

Bakteri Haemophilus influenzae Legionella sp Staphylococcus aureus Virus Virus


Adeno Virus Epstein-Barr Virus Influenza Virus Parainfluenza Virus Rino Respiratory
Syncytial Virus Virus Varisela-Zoster

Sumber : IDAI, 2012


15

II.1.2.3. Faktor yang mempengaruhi pneumonia Terdapat banyak faktor yang mendasari
perjalanan penyakit

pneumonia pada anak. Pejamu, agen penyakit, dan lingkungan merupakan hal-hal yang
berhubungan dengan kejadian infeksi pneumonia (IDAI, 2012). 1. Usia Infeksi
respiratori dapat ditemukan pada 50% anak berusia di bawah 5 tahun dan 30% anak
berusia 5-12 tahun. Kasus infeksi respiratori berat adalah 23% dari seluruh kasus
infeksi respiratori pada anak berusia di atas 6 bulan. Menurut WHO, di negara
berkembang, infeksi respiratori termasuk infeksi respiratori bawah (pneumonia,
bronkiolitis, dan lain-lain) adalah penyebab utama dari kematian anak terutama usia
1 tahun ke bawah. 2. Jenis Kelamin Tidak terdapat perbedaan bermakna kejadian
infeksi respiratori antara laki-laki dan perempuan, sedikit perbedaan yaitu lebih
tinggi pada anak laki-laki berusia di atas 6 tahun. 3. Status Gizi Timbulnya
pneumonia sangat dipengaruhi oleh status gizi buruk yang mempengaruhi respon imun.
Defisiensi vitamin A dianggap sebagai faktor yang menentukan beratnya infeksi.
Masalah defisiensi vitamin A subklinis (kadar vitamin A dalam serum < 20 ug/dl) di
beberapa propinsi masih cukup memprihatinkan, karena 50% balita masih mempunyai
status vitamin A yang rendah. Defisiensi vitamin A terjadi pada 9,8 % balita di
Indonesia (Anisa, 2012). Secara umum, defisiensi vitamin A dapat menyebabkan fungsi
kekebalan tubuh menurun, sehingga mudah terkena infeksi. Pada paru-paru, defisiensi
vitamin A menyebabkan lapisan sel yang menutupi paru-paru tidak mengeluarkan
lendir, sehingga mudah dimasuki mikroorganisme, misalnya bakteri dan virus yang
dapat menyebabkan infeksi. Perbaikan gizi, pemberian ASI, dan perbaikan
16

terhadap asupan vitamin A akan membantu mencegah infeksi respiratori (IDAI, 2012).
4. Pemberian air susu ibu (ASI) Pemberian ASI selama 1 bulan pertama akan memberi
perlindungan terhadap pneumonia, bayi yang tidak mendapatkan ASI akan 17 kali lebih
rentan terkena pneumonia (IDAI, 2012). 5. Berat badan lahir rendah (BBLR) Di negara
berkembang pneumonia berhubungan dengan BBLR. 22% kasus kematian akibat pneumonia
terjadi pada BBLR. 6. Imunisasi Risiko terkena infeksi respiratori meningkat pada
beberapa penyakit seperti campak, pertusis. Anak yang baru sembuh dari campak enam
kali lebih sering menderita infeksi respiratori dibanding yang tidak. Pemberian
imunisasi akan mengurangi risiko terkena pneumonia. 7. Pendidikan orang tua
Pendidikan orang tua berhubungan dengan pengetahuan dan keadaan sosial ekonomi,
karena pengetahuan yang rendah sebagian kasus pneumonia tidak diobati, sedangkan
dengan status sosial yang rendah akan mempengaruhi nutrisi, lingkungan dan
penerimaan jasa kesehatan. 8. Lingkungan a. Polusi udara Polutan yang terdapat baik
di dalam maupun di dalam rumah dapat mengiritasi mukosa saluran nafas, adanya
polutan dapat berasal dari orang tua yang merokok, ventilasi rumah yang tidak
baik,pajanan terhadap suhu dingin dapat menjadi faktor risiko pneumonia. b.
Penyakit lain Terdapat penyakit yang juga akan meningkatkan risiko dan memperberat
penyakit pneumonia, salah satunya adalah HIV(Human Immunodeficiency Virus), 25%
kematian akibat HIV disebabkan karena infeksi respiratori, di antaranya pneumonia
(IDAI, 2012). c. Bencana alam
17

Pada kejadian bencana alam seperti tsunami, dapat ditemukan korban dengan keadaan
near drowning (hampir tenggelam) dan ini akan 2012). meningkatkan risiko terjadinya
pneumonia aspirasi (IDAI,

II.1.2.4. Epidemiologi Insidens pneumonia ditemukan terutama di negara-negara

berkembang, di antaranya Bangkok 7 %, India 19,3%, Pakistan 24%, Kenya 18%, Gambia
7,7%, Brazil 23,7%, Paraguay 17,3%, Bangladesh 18,3%, Indonesia 9 %, Philipina
16,2%, Vietnam 9,3%. Angka kematian bayi di Indonesia pada tahun 2002-2003 adalah
35 per 1000 kelahiran hidup atau urutan ke-4 tertinggi di antara negara-negara
ASEAN (IDAI, 2012).

II.1.2.5. Klasifikasi 1. Berdasarkan derajat beratnya pneumonia untuk bayi dan anak
berusia 0-5 tahun : a. Pneumonia berat Bila ada sesak napas Harus dirawat dan
diberikan antibiotik. b. Pneumonia sedang Bila tidak ada sesak napas Ada napas
cepat dengan laju napas: >60x/menit untuk anak usia 0-2 bulan >50 x/menit untuk
anak usia 2 bulan-1 tahun >40 x/menit untuk anak > 1-5 tahun Diberikan antibiotik
oral. c. Pneumonia ringan Bila tidak ada napas cepat dan sesak napas Diberikan
pengobatan simptomatis.
18

Pada bayi berusia di bawah usia 2 bulan, perjalanan penyakitnya lebih bervariasi,
mudah, terjadi komplikasi, dan sering menyebabkan kematian. 2. Berdasarkan Klinis
dan epidemiologis (Kumar et al., 2007) a. Pneumonia komuniti (community-acquired
pneumonia) b. Pneumonia nosokomial (hospital-acquired pneumonia) c. Pneumonia
aspirasi d. Pneumonia pada penderita immunocompromised 3. Berdasarkan Bakteri
Penyebab (IDAI, 2012) a. Pneumonia bakterial b. Pneumonia virus 4. Berdasarkan
prediksi infeksi/lokasi (Sari, 2011) a. Pneumonia lobaris b. Bronkopneumoni c.
Pneumonia interstisial

Gambar 1. Gambaran makroskopik pneumonia lobaris dengan hepatisasi abu-abu. Lobus


bawah mengalami konsolidasi yang merata (Kumar et al., 2007).
19

II.1.2.6. Patogenesis dan patologi Transmisi agen mikroba memiliki tiga bentuk,
yaitu: a. Aspirasi sekret yang berisi mikroorganisme patogen yang telah
berkolonisasi pada orofaring. b. c. Inhalasi aerosol yang infeksius, dan Penyebaran
hematogen dari bagian ekstrapulmonal. Aspirasi dan inhalasi agen-agen infeksius
adalah dua cara tersering. Gambaran 2005). Kuman yang telah masuk ke dalam parenkim
paru akan berkembang biak dengan cepat masuk ke dalam alveoli dan menyebar ke
alveoli alveoli lain melalui pori interalveolaris dan percabangan bronkus.
Selanjutnya pneumonia akan mengalami 4 stadium, yaitu : 1. Stadium Kongesti (4-12
jam pertama) Eksudat serosa masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang
berdilatasi dan bocor. 2. Stadium Hepatisasi Merah (48 jam berikutnya) Paru tampak
merah dan bergranula, karena sel darah merah, dan leukosit polimorfonuklear mengisi
alveoli. 3. Stadium Hepatisasi kelabu (3-8 hari) Paru tampak kelabu karena leukosit
dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang. 4. Stadium
Resolusi Eksudat mengalami lisis dan reabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan
kembali pada strukurnya semula. fibrin patologik bergantung pada etiologinya (Price
& Wilson,
20

Gambar 2. Gambaran histopatologi pada pneumonia, adanya neutrofil di dalam rongga


alveolus, disertai kongesti kapiler septum dan eksudat fibrinosa, yang terjadi
akibat peningkatan permeabilitas kapiler (Kumar et al., 2007). II.1.2.7. Gejala
klinis Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan
hingga berat, gejala klinis yang kadang-kadang tidak khas terutama pada bayi (IDAI,
2012). Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat-ringannya
infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut: a. Gejala infeksi umum, yaitu :
demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu makan, keluhan
gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare; kadang-kadang ditemukan gejala
infeksi ekstrapulmoner. b. Gejala gangguan respiratori, yaitu : batuk, sesak napas,
retraksi dada, takipnea, napas cuping hidung, merintih, dan sianosis. Pada
pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak

perkusi, suara napas melemah, dan ronki. Akan tetapi pada neonatus dan bayi kecil,
gejala dan tanda pneumonia lebih beragam dan tidak selalu jelas terlihat. Pada
perkusi dan auskultasi paru umumnya tidak ditemukan kelainan.
21

Tanda bahaya pada anak berusia 2 bulan-5 tahun adalah tidak dapat minum, kejang,
kesadaran menurun, stridor, dan gizi buruk; tanda bahaya untuk bayi berusia di
bawah 2 bulan adalah malas minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, mengi, dan
demam atau badan terasa dingin. II.1.2.8. Pemeriksaan Penunjang a. Gambaran
radiologis Foto thoraks (posterior anterior/lateral) merupakan pemeriksaan
penunjang utama untuk menegakan diagnosis. Foto thoraks saja tidak dapat secara
khas menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis
etiologi, misalnya gmbaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh
Streptococcus pneumoniae,

Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran


bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumoniae sering menimbulkan konsolidasi yang
terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus (Hartati,
2011). b. Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan
jumlah leukosit, biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul,
laju endap darah juga meningkat. Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan
pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20-
25% penderita yang tidak diobati. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia, pada
stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik (Hartati, 2011). II.1.2.9.
Komplikasi Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis
purulenta, pneumotoraks, atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis purulenta.
Empiema torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia bakteri
(IDAI, 2012).
22

II.1.2.10. Tatalaksana Dasar tatalaksana pneumonia adalah pengobatan kausal dengan


antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi
pemberian cairan intravena, terapi oksigen, koreksi terhadap gangguan keseimbangan
asam-basa, dan elektrolit. Untuk nyeri dan demam dapat diberikan analgetik atau
antipiretik. Penyakit penyerta harus ditanggulangi dengan adekuat, komplikasi yang
mungkin terjadi harus dipantau dan diatasi. Penggunaan antibiotik yang tepat
merupakan kunci utama keberhasilan pengobatan. Terapi antibiotik harus segera
diberikan pada anak dengan pneumonia yang diduga disebabkan oleh bakteri.
Identifikasi dini mikroorganisme penyebab tidak dapat dilakukan karena tidak
tersedianya uji mikrobiologis cepat. Oleh karena itu, antibiotik dipilih
berdasarkan pengalaman empiris. Umumnya pemilihan antibiotik empiris didasarkan
pada kemungkinan etiologi penyebab dengan mempertimbangkan usia dan keadaan klinis
pasien serta faktor epidemiologis (IDAI, 2012).

II.1.2.11. Pencegahan Pencegahan pada tingkat pertama yaitu, pencegahan primer


(primary prevention), yang termasuk disini adalah (USU, 2013) : a. Penyuluhan,
dilakukan oleh tenaga kesehatan, kegiatan ini diharapkan dapat mengubah sikap dan
perilaku masyarakat terhadap hal-hal yang dapat meningkatkan faktor risiko penyakit
pneumonia. Kegiatan penyuluhan ini dapat berupa penyuluhan penyakit pneumonia,
penyuluhan ASI Eksklusif, penyuluhan imunisasi, penyuluhan gizi seimbang pada ibu
dan anak, dan penyuluhan kesehatan lingkungan. b. Imunisasi, yang merupakan
strategi spesifik untuk dapat mengurangi angka kesakitan. c. Usaha di bidang gizi
yaitu untuk mengurangi malnutrisi. d. Program kesehatan ibu dan anak yang menangani
kesehatan ibu dan bayi berat badan lahir rendah.
23

e. Program penyehatan lingkungan pemukiman (PLP) yang menangani masalah polusi di


dalam maupun di luar rumah. Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention), pada
seorang balita dengan keadaan penyakit termasuk dalam klasifikasi pneumonia apabila

ditandai dengan batuk, serak, pilek, panas atau demam, maka dianjurkan untuk segera
diberi pengobatan. Upaya pengobatan yang dapat dilakukan ibu ialah : a. Mengatasi
panas (demam), dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres dengan menggunakan
kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es). b. Pemberian makanan dan
minuman. Memberikan makanan yang cukup tinggi gizi, sedikit-sedikit tetapi sering,
memberi ASI lebih sering. Usahakan memberikan cairan (air putih, air buah) lebih
banyak dari biasanya. Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yaitu pada
pasien dengan pneumonia ringan agar tidak menjadi lebih parah dan berakhir dengan
kematian. Upaya yang dapat dilakukan pada bayi dan balita yaitu perhatikan apabila
timbul gejala pneumonia seperti nafas menjadi sesak, anak tidak mampu minum dan
sakit menjadi bertambah parah, agar tidak bertambah parah bawa anak kembali pada
petugas kesehatan dan pemberian perawatan yang spesifik di rumah dengan
memperhatikan asupan gizi dan lebih sering memberikan ASI.
24

II.2. Penelitian Terkait yang Pernah Dilakukan Tabel 5. Penelitian terkait yang
pernah dilakukan No Judul Penelitian Rancangan Penelitian Variabel Penelitian Hasil
Penelitian Persamaan dan Perbedaan Penelitian 1 Hubungan Deskriptif Variabel bebas:
Status gizi Variabel terikat: Klasifikasi pneumonia pada balita Terdapat hubungan
yang signifikan antara status gizi degan Persamaan: Rancangan penelitian Perbedaan:
-Lokasi penelitian -Periode penelitian -Kriteria sampel penelitian -Jumlah sampel
penelitian

Antara Status analitik Gizi dengan dengan Klasifikasi Pneumonia pendekatan cross

pada Balita di sectional Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta

klasifikasi pneumonia di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta


25

II.3. Kerangka Teori Faktor Predisposisi Produk pangan Pembagian makanan Daya
terima - Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu - Pantangan pada makanan
tertentu - Kesukaan terhadap jenis makanan tertentu

Keterbatasan ekonomi - Kebiasaan makan Selera makan Pengetahuan gizi - Sanitasi


makanan

Status gizi

Antropometri (BB/U)

Gizi Lebih

Gizi Cukup

Gizi Kurang

Gizi Buruk

Daya tahan tubuh

Pneumonia

Derajat beratnya pneumonia


26

II.4. Kerangka Konsep Status gizi

Derajat beratnya pneumonia

II.5. Hipotesis Terdapat hubungan antara status gizi dengan derajat beratnya
pneumonia pada pasien anak usia 0-5 tahun.
BAB III METODE PENELITIAN III.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah
analitik dengan pendekatan cross sectional dengan cara melihat kembali data dari
rekam medik pasien anak yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo periode
Januari 2009Desember 2012.

III.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umun Daerah
Pasar Rebo Jakarta Timur. Waktu penelitian diambil selama bulan Maret 2013.
Dipilihnya Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo sebagai lokasi penelitian, didasarkan
pada pertimbangan sebagai berikut:

Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo merupakan Rumah Sakit dengan standar yang baik
sehingga memiliki pelayanan dan pencatatan rekam medis tergolong baik.

Akses penelitian lebih mengefisiensikan waktu pelaksanaan penelitian karena


peneliti bertempat tinggal tidak jauh dari Rumah Sakit tersebut.

III.3. Subjek Penelitian  Populasi Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah
semua pasien anak penderita pneumonia yang berusia 0-5 tahun di Rumah Sakit Umum
Daerah Pasar Rebo Jakarta Timur periode Januari 2009- Desember 2012.  Sampel
penelitian Sampel pada penelitian ini adalah semua pasien anak penderita pneumonia
yang berumur 0-5 tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Jakarta Timur periode
Januari 2009- Desember 2012.

27
28

III.4. Teknik Sampling Untuk sampel penelitian dilakukan total sampling yaitu
teknik penentuan sampel semua populasi digunakan sebagai sampel.

III.5. Kriteria Insklusi dan Eksklusi a. Kriteria inklusi Pasien anak penderita
pneumonia dengan usia 0-5 tahun. b. Kriteria eksklusi Menderita penyakit berat
lain, contohnya HIV AIDS. Rekam medis (mengenai variabel penelitian) tidak lengkap.

III.6. Rancangan Penelitian Dengan rancangan penelitian cross sectional, yang


merupakan studi observasional (non-eksperimental) dan pengukuran dilakukan hanya
satu kali. Pada peneltian ini peneliti mencari hubungan antara variabel independen
(faktor risiko) dan variabel dependen (efek) dengan melakukan pengukuran pada waktu
yang sama.

III.7. Identifikasi Variabel Penelitian a. Variabel independen : Status gizi pada


pasien anak usia 0-5 tahun. b. Variabel dependen 0-5 tahun. : Derajat beratnya
penumonia pada pasien anak usia
29

III.8. Definisi Operasional Variabel Penelitian


Tabel 6. Definisi operasional No Variabel Definisi Operasional 1 Status gizi
Keadaan tubuh seseorang yang dipengaruhi keseimbangan pemasukan dan pengeluaran zat
gizi yang dinilai secara antropometri berdasarkan indeks BB/U, TB/U, BB/TB, dan
BMI/U (Supariasa, 2002). 2 Pneumonia Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai
parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencangkup bronkiolus
respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran udara setempat (Sudoyo et al., 2007). Pneumonia ringan: tidak
ada nafas cepat dan sesak. Pneumonia sedang: tidak ada sesak nafas, ada nafas cepat
dengan laju respiratori >60x/menit untuk usia 0-2 bulan >50x/menit untuk usia 2
bulan-1 tahun, >40x/menit untuk usia 1-5 tahun. Diberikan antibiotik. Klasifikasi
Pneumonia menurut WHO (IDAI, 2012) Bayi dan anak usia 0 sampai 5 tahun : Penumonia
berat: sesak nafas,harus dirawat dan diberikan antibiotik. Ordinal Rekam medik dan
tabel Z score WHONCHS Indeks BB/U : a. Gizi lebih : >+2SD b. Gizi cukup : -2 s/d +2
SD c. Gizi kurang : -3 s/d <-2 SD d. Gizi buruk : <-3 SD Ordinal Alat Ukur Hasil
Ukur

Skala
30

III.9. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data adalah data sekunder yang
sebelumnya dikumpulkan dengan cara melihat dan meneliti kembali semua catatan rekam
medis tentang kasus pneumonia pada pasien anak usia 0-5 tahun di Rumah Sakit Umum
Daerah Pasar Rebo periode Januari 2009- Desember 2012.
31

III.10. Protokol Penelitian (Cara Kerja Penelitian) Perumusan Masalah dan Hipotesis
Penelitian

Rancangan Penelitian Menggunakan metode cross sectional, yaitu jenis penelitian


analitik yang menelaah hubungan antara status gizi dengan derajat beratnya
pneumonia. Alokasi Subjek Subjek yang akan ditelliti adalah pasien pneumonia usia
0-5 tahun yang berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo peride Januari
2009Desember 2012. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling, artinya semua populasi
digunakan sebagai sampel.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data-data didapatkan dari data sekunder dengan cara
melihat kembali semua catatan rekam medis tentang kasus pneumonia anak di Rumah
Sakit Umum Daerah Pasar Rebo peride Januari 2009-Desember 2012.

Pengolahan dan Analisis Data Data-data tersebut kemudian diolah dengan bantuan
statistik dan perangkat lunak komputer.

Hasil (Kesimpulan)
32

III.11. Pengolahan dan Analisis Data Data dianalisis dengan menggunakan perangkat
lunak komputer. Data ini dianalisis secara univariat dan bivariat untuk mempelajari
hubungan antara status gizi dengan derajat beratnya pneumonia pada pasien anak usia
0-5 tahun di RSUD Pasar Rebo. 1. Agar analisis penelitian menghasilkan informasi
yang benar, maka paling tidak ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus
dilalui, yaitu: a. Editing, merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan terhadap
data yang sudah dikumpulkan. Data editing sebaiknya dilakukan di lokasi penelitian
untuk mempermudah penelusuran kembali bila terdapat data yang salah. b. Coding,
merupakan kegiatan merubah data dari bentuk huruf menjadi bentuk angka/kode.
Kegunaan dari coding adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga
mempercepat pada saat entry data. c. Processing, merupakan kegiatan memproses data
dengan cara entry data dari catatan rekam medis ke paket program statistik (SPSS).
Untuk menghindari kesalahan dalam pemasukan data dapat dilakukan pengontrolan
terhadap masing-masing variabel. d. Cleaning, merupakan kegiatan pengecekan kembali
data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. 2. Analisis univariat
dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing – masing
variabel yang akan diteliti, baik variabel independen maupun dependen. Fungsi
dilakukannya analisis ini adalah untuk menyederhanakan atau meringkas kumpulan data
tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Peringkasan dapat berupa ukuran-
ukuran statistik, tabel, dan juga grafik. 3. Analisis bivariat digunakan untuk
menganalisis hubungan antara dua variabel, yaitu variabel independen dan dependen.
Pengujiannya menggunakan metode chi-square karena data yang digunakan pada
penelitian ini melibatkan jenis data kategorik baik untuk variabel independen
maupun dependen untuk menyimpulkan apakah ada hubungan
33

antara dua variabel kategori. Uji ini dilakukan dengan batas kemaknaan (  = 0,05)
yang berarti jika diperoleh nilai p>0,05 maka tidak ada hubungan yang signifikan
antara variabel independen dengan variabel dependen.

Rumus chi-square :

Ket : X² Hit =  (Fo - Fe)² Fe Fo Fe K df = (k-1)(b-1) b df = Frekuensi data yang


diperoleh = Frekuensi data yang diharapkan = Banyaknya kategori/sel 1,2, =
Banyaknya baris = Derajat kebebasan
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

IV.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo IV.1.1. Geografi Lokasi
Penelitian RSUD Pasar Rebo terletak di Jalan TB Simatupang No.30 Jakarta Timur.
Rumah sakit ini berbatasan dengan beberapa daerah di Jakarta, yaitu : a. Sebelah
utara berbatasan dengan Jakarta Pusat dan Jakarta Utara. b. Sebelah timur
berbatasan dengan Kota Bekasi.

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten DATI II Bogor. d. Sebelah barat


berbatasan dengan Jakarta Selatan. RSUD Pasar Rebo mengalami perkembangan yang
pesat dan mengalami beberapa kali transformasi sebelum menjadi RSUD seperti
sekarang ini. IV.1.2. Visi RSUD Pasar Rebo Adapun visi RSUD Pasar Rebo adalah
“Menjadi Rumah Sakit yang terbaik dalam memberikan pelayanan prima pada semua
lapisan masyarakat”. IV.1.3. Misi RSUD Pasar Rebo Misi RSUD Pasar Rebo adalah :
“Melayani semua lapisan masyarakat, yang membutuhkan layanan kesehatan individu
yang bermutu dan terjangkau”. Misi tersebuh menggambarkan bahwa pelayanan yang
diberikan di RSUD Pasar Rebo adalah pelayanan untuk semua lapisan masyarakat dengan
tetap memperhatikan mutu pelayanan dan terjangkau untuk semua kalangan.

34
35

IV.1.4. Struktur Organisasi RSUD Pasar Rebo Bagan struktur RSUD Pasar Rebo
ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur RSUD Pasar Rebo Nomor : 027/2010. Susunan
organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo terdiri dari : - Direktur - Wakil
Direktur Pelayanan - Wakil Direktur Keuangan dan Umum - Bidang Pelayanan Medis -
Bidang Pelayanan Penunjang Medis - Bidang Pelayanan dan Keperawatan - Bagian Umum
dan Pemasaran - Bagian Sumber Daya Manusia - Bagian Keuangan dan Perencanaan -
Komite Rumah Sakit - Satuan Pengawas Internal - Kelompok Staf Medis

IV.2. Pendahuluan Pada bagian ini akan dilakukan analisis berkaitan dengan tujuan
penelitian yang sedang dilakukan, yaitu menguji apakah terdapat hubungan dan
pengaruh yang signifikan dari status gizi terhadap derajat beratnya pneumonia pada
pasien usia 0-5 tahun. Data yang digunakan adalah data yang bersifat kategorikal,
sehingga metode analisis yang tepat adalah metode tabulasi silang dengan metode
chi-square. Dalam menghitung dan analisis ini, software yang digunakan adalah
program statitik komputer atau Statistical Program for Social Science (SPSS) versi
16.

IV.3. Analisis Hasil Penelitian IV.3.1. Analisis Univariat Dilakukan untuk


memperoleh distribusi frekuensi masing-masing variabel tentang variabel dependen
maupun independen.
36

IV.3.1.1. Distribusi Menurut Jenis Kelamin


Tabel 7. Distibusi menurut jenis kelamin

Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Total

Frekuensi 34 24 58

Persentase(%) 58.6 41.4 100

Mayoritas sampel yang diperoleh adalah laki – laki yaitu sebanyak 34 pasien anak
(58,6%) sedangkan pasien dengan jenis kelamin perempuan adalah sebanyak 24 pasien
anak (41,4%). Data ini sesuai dengan data epidemiologi dari British Thoracic
Society (BTS) yang menyebutkan pneumonia pada anak-anak dibawah umur 5 tahun
sebagian besar berjenis kelamin laki-laki. Mekanisme mengapa pneumonia lebih banyak
diderita laki-laki belum diketahui (Suharjono et al., 2009).

IV.3.1.2. Distribusi Menurut Nilai Z Score


Tabel 8. Distribusi menurut z score

Z Score Jumlah sampel 58

Minimun

Maksimum

Mean

Std. Deviasi

-6,74

2,28

-1,5390

1,72213

Nilai terendah dari Z-Score yang diperoleh adalah sebesar -6,74 dengan nilai
tertingginya 2,28. Sementara nilai rata – rata nya adalah sebesar -1,5390 dengan
simpangan baku 1,72213.
37

IV.3.1.3.Distribusi Menurut Derajat Beratnya Pneumonia


Tabel 9. Distribusi menurut derajat beratnya pneumonia

Derajat Pneumonia Ringan Sedang Berat Total

Frekuensi 19 2 37 58

Persentase (%) 32,8 3,4 63,8 100

Berdasaran tabel yang menjelaskan pneumonia anak di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar
Rebo menunjukan bahwa sebagian besar pasien anak termasuk dalam kategori pneumonia
berat yaitu sebanyak 37 pasien anak (63,8%). Posisi terbanyak selanjutnya diikuti
oleh pneumonia ringan yaitu sebanyak 19 pasien anak (32,8%), dan terakhir pneumonia
sedang yaitu sebanyak 2 pasien anak (3,4%).

IV.3.1.4. Distribusi Menurut Status Gizi


Tabel 10. Distribusi menurut status gizi

Status Gizi Buruk Kurang Cukup Lebih Total

Frekuensi 11 6 40 1 58

Persentase (%) 19 10,3 69 1,7 100

Berdasaran tabel yang menjelaskan status gizi pasien anak di RSUD Pasar Rebo
menunjukan bahwa sebagian besar pasien anak memiliki status gizi cukup yaitu
sebanyak 40 anak (69%). Posisi terbanyak selanjutnya diikuti oleh gizi buruk, yaitu
sebanyak 11 pasien anak (19%), kemudian gizi kurang sebanyak 6 pasien anak (10,3%)
dan terakhir gizi lebih yaitu sebanyak 1 pasien anak (1,7%).
38

IV.3.2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara status gizi sebagai variabel bebas dengan derajat
beratnya pneumonia sebagai variabel terikat. Uji bivariat ini menggunakan uji
chisquare, dengan alpha=0,05. Dengan menguji kemaknaan hubungan digunakan tingkat
kepercayaan 95% sebagai berikut : p > 0,05 menunjukan hasil tidak bermakna p < 0,05
menunjukan hasil adalah bermakna

IV.3.2.1. Hubungan Status Gizi dengan Derajat Beratnya Pneumonia pada Pasien Anak
Tabel 11. Hubungan status gizi anak dengan derajat beratnya pneumonia anak di Rumah
Sakit Umum Daerah Pasar Rebo periode Januari 2009-Desember 2012.

Status Gizi Ringan Buruk N % Kurang N % Cukup N % Lebih N % Total N % 0 0 0 0 18


(45%) 94,7 1 (100%) 5,3 19 (32,8%) 100

Pneumonia Sedang 0 0 0 0 2 (5%) 100 0 0 2 (3,4%) 100 Berat 11 (100%) 29,7 6 (100%)
16,2 20 (20%) 50 0 0 37 (63,8%) 100

Total

PExpected value count 0,02 9 cells (75,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,03

11 (100%) 19 6 (100%) 10,3 40 (100%) 69 1 (100%) 1,7 58 (100%) 100

Berdasarkan Tabel 11, hasil analisis antara status gizi anak dengan derajat
beratnya pneumonia anak usia 0 sampai 5 tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo
menunjukan bahwa pasien anak yang memiliki status gizi lebih memiliki proporsi 100%
menderita pneumonia ringan. Pasien anak yang memiliki
39

status gizi cukup memiliki proporsi 45% untuk menderita pneumonia ringan, 5%
menderita pneumonia sedang dan 50% menderita pneumonia berat. Sedangkan pasien anak
dengan status gizi kurang memiliki proporsi 100% menderita pneumonia berat. Status
gizi buruk pada pasien anak memiliki proporsi 100% menderita pneumonia berat.

Gambar 3. Diagram batang hubungan antara status gizi dengan derajat beratnya
pneumonia pada pasien anak usia 0-5 tahun di RSUD Pasar Rebo Tabel 11 menunjukkan
hasil analisis chi-square antara status gizi dengan pneumonia. Hasil yang diperoleh
menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,020. Tetapi bila kita lihat dari expected
count yang ada di bawah tabel chisquare menunjukan angka 9, yang berarti data tidak
memenuhi syarat uji chisquare, syarat uji chi-square adalah jumlah sel yang
mempunyai nilai expected count kurang dari 5, maksimal sebanyak 20% dari jumlah sel
yang ada. Karena itu dilakukan penggabungan sel dengan tanpa mengurangi makna dari
penelitian ini.
40

Tabel 12. Penggabungan sel, hubungan status gizi anak dengan derajat beratnya
pneumonia anak di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo periode Januari 2009Desember
2012

Status Gizi CukupLebih KurangBuruk Total N % N % N %

Pneumonia Ringan 21 (51,2%) 100 0 0 21 (36,2%) 100 Sedang 20 (48,8%) 54,1 17 (100%)
45,9 37 (63,8%) 100

Total

Pvalue 0,001

Expected count 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 6,16.

41 (100%) 70,7 17 (100%) 29,3 58 (100%) 100

Berdasarkan tabel 12, hasil analisis antara status gizi anak dengan derajat
beratnya pneumonia anak usia 0-5 tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo
menunjukan bahwa pasien anak yang memiliki status gizi cukup dan lebih memiliki
proporsi 51,2% menderita pneumonia yang ringan maupun sedang dan memiliki proporsi
48,8 % menderita pneumonia berat. Sedangkan pasien anak yang memiliki status gizi
kurang dan buruk memiliki proporsi 100% menderita pneumonia berat.
41

Gambar 4. Penggabungan sel, diagram batang hubungan antara status gizi dengan
derajat beratnya pneumonia pada pasien anak usia 0-5 tahun di RSUD Pasar Rebo Tabel
12 menunjukkan hasil analisis chi-square antara status gizi dengan pneumonia. Hasil
yang diperoleh menunjukkan nilai signifikansi 0,001. Nilai tersebut lebih kecil
dari 0,05, dan nilai dari expected count telah memenuhi syarat uji chi square,
sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi
dengan derajat beratnya pneumonia.
IV.4. Pembahasan IV.4.1. Hasil Analisis Bivariat : Hubungan Status Gizi dengan
Derajat Beratnya Pneumonia pada Pasien Anak Usia 0-5 Tahun

Gizi buruk merupakan faktor predisposisi terjadinya infeksi respiratori pada anak
khususnya pneumonia, ini dikarenakan adanya gangguan respon imun. (IDAI, 2011)
Berdasarkan tabel 12, mengenai status gizi yang dimiliki pasien anak penderita
pneumonia di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo terlihat
42

bahwa sebagian besar pasien anak yang menderita pneumonia berat adalah pasien anak
dengan status gizi yang kurang dan buruk, sedangkan pasien anak dengan status gizi
yang cukup dan lebih cenderung menderita pneumonia ringan. Dari hasil penelitian
bivariat antara status gizi dengan derajat beratnya pneumonia memperlihatkan bahwa
kelompok pasien usia 0-5 tahun dengan berbagai macam tingkatan status gizi
diperoleh angka yang signifikan dengan nilai p=0,001. Nilai tersebut kurang dari
0,05 sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status gizi
dengan derajat beratnya pneumonia. Hal ini sesuai dengan teori bahwa kekurangan
gizi akan berpengaruh terhadap kekuatan, daya tahan dan respon imunologis terhadap
penyakit (Soemirat, 2000). Malnutrisi walaupun ringan berpengaruh buruk terhadap
daya tahan tubuh sehingga anak menjadi lebih rentan terhadap infeksi (Gozali,
2010). Penelitian di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta membuktikan
adanya hubungan yang signifikan dengan nilai signifikansi p=0,01 antara status gizi
dengan klasifikasi pneumonia pada balita. Malnutrisi dapat menyebabkan kelainan
pada saluran nafas sehingga menggaggu proses fisiologis saluran napas dalam hal
proteksi terhadap agen penyakit. Pada saluran napas dalam keadaan normal, terdapat
proses fisiologis untuk mencegah agen penyakit, seperti reflek batuk, peningkatan
jumlah cairan mukosa ketika terdapat agen yang membahayakan kesehatan kesehatan
saluran napas. Pada anak dengan keadaan malnutrisi, proses fisiologis ini tidak
berjalan dengan baik, sehingga agen penyakit yang seharusnya dikeluarkan oleh tubuh
menjadi terakumulasi dalam saluran napas sampai pada paru-paru (Gozali, 2010).
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap hasil penelitian
yang diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari hasil data
yang telah dianalisis, terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan
derajat beratnya pneumonia di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo periode Januari
2009- Desember 2012. V.2. Saran V.2.1. Untuk Orang Tua Pasien 1. Pencegahan primer
yang dapat dilakukan orang tua adalah

memberikan makanan gizi seimbang, memperhatikan kebersihan lingkungan tempat


tinggal dan memberikan imunisasi yang berguna untuk mengurangi angka kesakitan dan
kematian. 2. Pencegahan tingkat kedua atau pencegahan sekunder yang dapat dilakukan
orang tua adalah memberi parasetamol, memberi kompres pada anak serta memberi
makanan tinggi gizi, bila anak mengalami demam, batuk dan pilek. 3. Pencegahan
tingkat ketiga atau pencegahan tersier yang dapat dilakukan orang tua adalah
perhatikan bila demam, batuk dan pilek tidak kunjung sembuh, maka orang tua dapat
membawa anak kembali ke pelayanan kesehatan, jangan menunggu timbulnya tanda bahaya
pada pasien anak pneumonia, yaitu: sesak nafas, retraksi dada, anak tidak mau
minum, maupun keadaan anak memburuk (kesadaran menurun, kejang, mengi dan badan
terasa dingin).

43
44

V.2.2. Untuk RSUD Pasar Rebo 1. Dapat dilakukan sosialisasi dan edukasi ke orang
tua balita dalam bentuk penyuluhan tentang gizi, seperti penyuluhan gizi seimbang,
pemberian air susu ibu, dan macam-macam nutrisi yang diperlukan untuk tumbuh
kembang anak. Dari penyuluhan ini diharapkan para orang tua dapat
mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari dan angka kejadian penyakit infeksi
pada balita akan menurun. 2. Perlu dilakukan promosi dan prevensi kesehatan tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan pneumonia, antara lain: usia, jenis kelamin,
pemberian air susu ibu, berat badan lahir rendah, imunisasi, pendidikan orang tua
dan lingkungan. Hal ini dapat dilakukan oleh pihak RSUD Pasar Rebo dan organisasi
terkait lain yang ada di sekitar masyarakat, karena diperlukan untuk mengubah sikap
dan perilaku masyarakat terhadap hal-hal yang meningkatkan faktor risiko pneumonia

V.2.3. Untuk Peneliti Lain 1. Dapat dilakukan penelitian terhadap faktor-faktor


lain yang

berhubungan dengan status gizi dan derajat beratnya pneumonia pada anak.
45

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. (2009) Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama. Alsagaff, H. & Mukty, A. (2006) Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:
Airlangga University Press. Anisa, Nurul. (2012) Masalah-Masalah Gizi di Indonesia.
Padang: FKM Universitas Andalas. Bappenas. (2005) Pembangunan Perlindungan Anak
Indonesia. Diunduh dari: <http://www.bappenas.go.id> [Diakses Pada Tanggal 1 Juli
2013]. Bappenas. (2007) Sasaran Pembangunan Nasional dan Proyeksi Prevalensi Gizi
Kurang pada Balita sampai dengan tahun 2025. Diunduh dari:
<http://kgm.bappenas.go.id> [Diaskes Pada Tanggal 5 September 2013]. Bappenas.
(2008) Millenium Development Goals. Diunduh dari: <http://www.bappenas.go.id>
[Diakses Pada Tanggal 5 September 2013]. Baratawidjaja, K.R. & Rengganis, I. (2010)
Imunologi Dasar. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Bramantyo, Arimas. (2011) Hubungan Status Gizi Anak, Tingkat Pendidikan dan
Pengetahuan Ibu Terhadap Gizi Dengan Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis Anak di
Puskesmas Pisangan Timut Tahun 2009 – 2010. Skripsi, Universitas Pembangunan
Nasional. Besral. (2005) Manajemen dan Analisa Data dengan Komputer. Depok:
Departemen Biostatistika dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia. Dahlan, Sopiyudin. (2009) Langkah-Langkah Membuat Proposal
Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto. Departemen
Kesehatan RI. (2009) Pneumonia, Penyebab Kematian Utama

Balita. Diunduh dari: <http://depkes.go.id> [Diakses Pada Tanggal 1 Juli 2013].


46

Dinas Kesehatan DKI. (2012) Kenali Tanda dan Gejala Gizi Buruk Kesehatan Keluarga.
Diunduh dari: <http://web.dinkesdki.go.id> [Diakses Pada Tanggal 1 Juli 2013].
Fanani, A. (2009) Kamus Kesehatan. Yogyakarta: Citra Pustaka. Gozali, Achmad.
(2010) Hubungan Antara Status Gizi Dengan Klasifikasi Pneumonia Pada Balita di
Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta. Skripsi, Universitas Sebelas
Maret. Hartati, Susi. (2011) Analisis Faktor Resiko yang Berhubungan dengan
Kejadian Pnemonia Anak Balita di RSUD Pasar Rebo. Tesis, Universitas Indonesia.
International Child Health Review Collaboration. (2012) Dosis Obat Pada Anak.
Diunduh dari: <http://www.ichr.org> [Diakses Pada Tanggal 7 September 2013]. Ikatan
Dokter Anak Indonesia. (2012) Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta: Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2011) Buku Ajar
Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Julia, M. & Kumaraningrum, Y. (2008) Penulisan Referensi Dalam
Daftar Pustaka Menurut Sistem Harvard. Jakarta: Gramedia. Jafar, N. (2010) Status
Gizi Balita. Skripsi, Universitas Hasanuddin Kumar,V., Cotran, R.S. & Robbins, S.L.
(2007) Buku Ajar Patologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Maas, E.L. (2012)
Masalah Gizi Dalam Kaitannya Dengan Ketahanan Fisik dan Produktifitas Kerja.
Skripsi, Universitas Sumatra Utara. Patodo, S. (2012) Faktor – faktor yang
Berhubungan dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Wawonasa Kota
Manado Tahun2012. Tesis, Universitas Sam Ratulangi. Price, S.A. & Wilson, L.M.
(2003) Patofiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran ECG. Rimbawan. (2000) Peningkatan Kemampuan Penelitian Bidang Kesehatan
dan Gizi Masyarakat. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
47

RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur. (2012) Laporan Tahunan RSUD Pasar Rebo tahun 2009-
2012. Jakarta: RSUD Pasar Rebo. Sari, Sekar. (2011) Gambaran Anak dengan
Bronkopneumonia di RSUD Bekasi Tahun 2010. Skripsi, Universitas Gunadarma.
Sjamsuhidajat, R. & Jong, W.D. (2005) Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Soemirat, Juli. (2000) Epidemiologi Lingkungan. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press. Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B. & Alwi, I. eds. (2009) Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: InternaPublishing. Suharjono, Yuniati & Sumarno.
(2009) Studi Penggunaan Antibiotika pada Penderita Rawat Inap Pneumonia di Sub
Departemen Anak Rumkital DR. Ramelan Surabaya. Diunduh dari:
<http://journal.ui.ac.id> [Diakses Pada Tanggal 6 September 2013]. Supariasa, I
Dewa Nyoman. (2002) Penilaian Status Gizi. Jakarta: Bumi Aksara. Tsauri, Soefjan.
2000. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII. Jakarta: LIPI. USU. (2013)
Pencegahan Penyakit ISPA. Diunduh dari:

<http://repository.usu.ac.id> [Diakses Pada Tanggal 20 Juli 2013]. World Health


Organization. (2007) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Diunduh dari:

<http://www.who.int> [Diakses Pada Tanggal 20 April 2013].


48

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian


49

Lampiran 2 Data View Data Univariat dan Bivariat


50
51

Lampiran 3 Data View Bivariat Penggabungan Sel


52
53

Lampiran 4 Uji Analisis Univariat


Frequency Table

JENIS KELAMIN Cumulative Frequency Valid Laki – Laki Perempuan Total 34 24 58


Percent 58.6 41.4 100.0 Valid Percent 58.6 41.4 100.0 Percent 58.6 100.0
54

Statistics STATUS GIZI N Valid Missing 58 0

STATUS GIZI Cumulative Frequency Valid Buruk Kurang Cukup Lebih Total 11 6 40 1 58
Percent 19.0 10.3 69.0 1.7 100.0 Valid Percent 19.0 10.3 69.0 1.7 100.0 Percent
19.0 29.3 98.3 100.0
55

PNEUMONIA Cumulative Frequency Valid Ringan Sedang Berat Total 19 2 37 58 Percent


32.8 3.4 63.8 100.0 Valid Percent 32.8 3.4 63.8 100.0 Percent 32.8 36.2 100.0

Descriptive Statistics N Z-SCORE Valid N (listwise) 58 58 Minimum -6.74 Maximum


2.28 Mean -1.5390 Std. Deviation 1.72213
56

Lampiran 5 Uji Analisis Bivariat (Tidak memenuhi syarat uji Chi-Square) Crosstabs
Case Processing Summary Cases Valid N STATUS GIZI * PNEUMONIA 58 Percent 100.0% N 0
Missing Percent .0% N 58 Total Percent 100.0%

STATUS GIZI * PNEUMONIA Crosstabulation PNEUMONIA Ringan STATUS GIZI Buruk Count %
within STATUS GIZI % within PNEUMONIA Kurang Count % within STATUS GIZI % within
PNEUMONIA Cukup Count % within STATUS GIZI % within PNEUMONIA Lebih Count % within
STATUS GIZI % within PNEUMONIA Total Count % within STATUS GIZI % within PNEUMONIA
0 .0% .0% 0 .0% .0% 18 45.0% 94.7% 1 100.0% 5.3% 19 32.8% 100.0% Sedang 0 .0% .0% 0
.0% .0% 2 5.0% 100.0% 0 .0% .0% 2 3.4% 100.0% Berat 11 100.0% 29.7% 6 100.0% 16.2%
20 50.0% 54.1% 0 .0% .0% 37 63.8% 100.0% Total 11 100.0% 19.0% 6 100.0% 10.3% 40
100.0% 69.0% 1 100.0% 1.7% 58 100.0% 100.0%
57

Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-
Linear Association N of Valid Cases 15.003
a

Df 6 6 1

sided) .020 .002 .000

20.687 12.510 58

a. 9 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,
03.
58

Lampiran 6 Uji Analisis Bivariat, Penggabungan Sel (Memenuhi syarat uji Chi-Square)

Case Processing Summary Cases Valid N STATUS GIZI * PNEUMONIA 58 Percent 100.0% N 0
Missing Percent .0% N 58 Total Percent 100.0%

STATUS GIZI * PNEUMONIA Crosstabulation PNEUMONIA Ringan-Sedang STATUS GIZI Cukup-


Lebih Count % within STATUS GIZI % within PNEUMONIA Kurang-Buruk Count % within
STATUS GIZI % within PNEUMONIA Total Count % within STATUS GIZI % within PNEUMONIA
21 51.2% 100.0% 0 .0% .0% 21 36.2% 100.0% Berat 20 48.8% 54.1% 17 100.0% 45.9% 37
63.8% 100.0% Total 41 100.0% 70.7% 17 100.0% 29.3% 58 100.0% 100.0%
59

Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Continuity Correction


Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b b

Exact Sig. (2sided)

Exact Sig. (1sided)

Df
a

sided) 1 1 1 .000 .001 .000

13.649

11.522 19.120

.000 13.414 58 1 .000

.000

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
6,16. b. Computed only for a 2x2 table

Anda mungkin juga menyukai