Kombinasi Bisnis
Kombinasi Bisnis
Kombinasi bisnis adalah transaksi atau kejadian lain yang membuat perusahaan
pengakuisisi (acquirer) mendapatkan pengendalian atas satu atau lebih bisnis. Dalam IFRS,
akuntansi bisnis disyaratkan menggunakan pendekatan nilai wajar dibandingkan pendekatan
biaya seperti yang ada dalam FASB. Pada pendekatan biaya, semua pengeluaran akuisisi
dicatat pada harga perolehan, goodwill muncul atas perbedaan nilai wajar dan biaya atas aset
bersih yang dapat diidentifikasi (net identifiable asset). Kebalikannya, dalam pendekatan nilai
wajar, biaya tersebut diukur dengan nilai wajar. IFRS mensyaratkan penentuan nilai wajar
atas setiap aset, baik yang berwujud ataupun tidak yang dapat diidentifikasi atas entitas yang
diakuisisi. Walaupun demikian, dalam IFRS 3 hanya diberikan contoh bagaimana perlakuan
pendekatan nilai wajar ini atas beberapa aset, namun tidak ada petunjuk tertentu. Adapun
transaksi-transaksi yang terjadi saat mengkombinasikan bisnis adalah:
a. Perpindahan kas, ekuivalen kas atau aset lain, termasuk perpindahan aset dari satu
bisnis ke bisnis lain
b. Mengeluarkan hutang
c. Menerbitkan instrumen ekuitas
d. Melakukan satu atau lebih pengakuan
e. Dengan suatu kontrak, tanpa transfer apapun, seperti saat: bisnis yang diakuisisi
(acquiree) membeli kembali saham yang dimiliki sehingga mengakibatkan salah satu
investor yang sudah ada mendapatkan pengendalian atas perusahaan atau adanya
perjanjian kombinasi antara dua perusahaan tanpa transfer apapun.
IFRS 3 memperluas definisi bisnis agar lebih banyak cakupan atas apa yang disebut
kombinasi bisnis daripada hanya pembelian suatu aset atau hutang. Dalam IFRS 3, yang
dimaksud bisnis adalah kelompok aktivitas dan aset yang terintegrasi dan harus mampu untuk
dijalankan dan diatur untuk menghasilkan pengembalian secara langsung pada investor,
pemilik, anggota dan partisipan. Pengembalian tersebut bisa berupa dividen, pengurangan
biaya dan manfaat ekonomis lainnya. Sehingga dalam definisi tersebut dapat ditarik beberapa
penekanan, yaitu walaupun pada hakikatnya bisnis harus menghasilkan output, namun
berdasarkan definisi tersebut, suatu hal bisa dikatakan sebagai bisnis jika hal tersebut mampu
menghasilkan output dan tidak harus ada output.
Kombinasi bisnis biasanya memiliki struktur:
a. Satu atau lebih perusahaan menjadi anak perusahaan dari perusahaan pengakuisisi,
sebagai anak perusahaan mereka melanjutkan operasionalnya sebagai entitas yang
legal
1
b. Aset bersih dari acquiree secara legal dimerger ke acquirer. Dalam kasus ini acquiree
tidak lagi dianggap ada
c. Pemilik perusahaan acquiree memindahkan ekuitasnya ke acquirer atau pemilik
acquirer dalam pertukaran ekuitas
d. Semua kombinasi bisnis mentransfer aset bersih mereka atau ekuitas pemilik ke
dalam perusahaan baru yang dibentuk sesuai tujuan transaksi. Hal ini sering disebut
transaksi roll up atau put together
e. Pendiri atau kelompok pendiri dari salah satu entitas yang dikombinasikan
mendapatkan kontrol atas entitas yang dikendalikan secara kolektif
f. Acquirer bisa sebagai entitas non pengendali dalam sebuah perusahaan dan kemudian
membeli tambahan ekuitas yang membuat mereka cukup untuk mendapatkan kontrol.
Hal ini sering disebut step acquisition
Akuntansi untuk Kombinasi Bisnis didasarkan pada Metode Akuisisi (Acquisition
Method). Metode ini merupakan pengembangan dari metode pembelian. Perubahan
terminologi yang muncul adalah bahwa kombinasi bisnis bisa saja terjadi walaupun tidak
terjadi pembelian. Langkah-langkah yang diperlukan untuk menerapkan metode akuisisi
adalah:
a. Langkah 1 – Identifikasi Acquirer
Berdasarkan IFRS 3, acquirer adalah entitas yang mendapatkan kontrol atas satu atau
lebih bisnis dalam suatu kombinasi bisnis. Identifikasi pihak pengakuisisi didasarkan
pada IAS 27. Kontrol, berdasarkan IAS 27, muncul saat induk perusahaan memiliki,
secara langsung maupun tidak, mayoritas dari hak voting atas entitas lain. Pengecualian
atas aturan mayoritas ini adalah:
o Sebuah entitas yang sedang direorganisasi atau dipailitkan
o Sebuah entitas yang menjadi subjek pembatasan pemerintah
o jika acquiree adalah SPE, maka pembentuk SPE sudah pasti disebut acquirer.
IFRS 3 memperjelas beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan dalam menentukan
siapa pihak pengakuisisi dalam suatu kombinasi bisnis, yaitu:
o berukuran relatif lebih besar, dalam hal aset, pendapatan atau laba bersih
o Inisiator transaksi.
o Transaksi roll up atau put together
o Entitas yang mengeluarkan kas atau menerbitkan hutang
2
o Entitas yang menerbitkan ekuitas. Namun, dalam reverse acquisition, walaupun
entitas tersebut menerbitkan ekuitas dan diakui sebagai acquirer, tapi untuk tujuan
akuntansi diakui sebagai acquiree.
o Entitas yang memiliki porsi hak suara paling besar.
o Entitas yang memiliki minoritas hak suara paling besar
o Entitas yang memiliki kemampuan untuk memilih, menunjuk, atau mencopot
mayoritas anggota dewan perusahaan dari entitas kombinasi
o Entitas yang manajemennya mendominasi manajemen atas entitas kombinasi
o Entitas yang membayar premi atas nilai wajar sebelum kombinasi atas ekuitas
entitas lain.
b. Langkah 2 - Menentukan tanggal akuisisi
Tanggal akuisisi adalah tanggal dimana acquirer secara legal mentransfer kepemilikan,
membeli aset dan mengambil alih hutang dari acquiree atau bisa juga disebut tanggal
penutupan. Beberapa kasus item pengecualian adalah tentang Kewajiban kontingensi
yaitu jika kewajiban atau nilai wajarnya dapat diukur secara andal tanpa memperhatikan
kemungkinan mengalirnya kas
c. Langkah 3 - Mengakui dan mengukur aset berwujud dan tidak berwujud yang
dapat diidentifikasi dan liabilitas yang diambil alih.
Secara umum seluruh item tersebut diukur pada nilai wajar saat tanggal akuisisi,
sedangkan non controlling interests (NCI) bisa diukur melalui dua metode, berdasarkan
IFRS 3, yaitu pada nilai wajarnya atau pada jumlah saham NCI pada ekuitas acquiree.
Namun, terdapat pengecualian pada beberapa item terkait pengukuran dan
pengakuannya, yaitu:
o Kewajiban Kontingensi acquiree
Kewajiban kontingensi menurut IFRS 3 diukur dalam nilai wajarnya. Kewajiban
kontingensi didefinisikan sebagai, berdasarkan IAS 37:
Kewajiban yang mungkin muncul dari kejadian masa lalu dan keberadaanya akan
dikonfirmasi hanya jika keterjadiannya atau ketidakterjadiannya dari satu atau
lebih kejadian tidak pasti masa depan tidak dapat di kontrol sepenuhnya oleh
entitas.
Kewajiban yang sudah ada yang muncul dari kejadian masa lalu tapi tidak diakui
karena: tidak memungkinkannya dikeluarkan sumber daya yang memberikan
manfaat ekonomi untuk menyelesaikan kewajiban tersebut atau jumlah kewajiban
tidak dapat diukur secara andal.
3
o Pajak penghasilan
Pada dasarnya acquirer haruslah mengakui aset maupun liabilitas pajak tangguhan
yang muncul saat akuisisi atau dihasilkan oleh akuisisi tersebut. Namun, berdasarkan
IAS 12, manfaat pajak tangguhan yang tidak memenuhi kriteria diperlakukan
sebagai:
Pengurang goodwill apabila manfaat pajak tangguhan didapat selama periode
pengakuan (dalam satu tahun setelah tanggal akuisisi) atau
Keuntungan pembelian penawaran (gain from a bargain purchase) jika tidak
ada goodwill yang muncul
Keuntungan atau kerugian atas semua manfaat pajak tangguhan lainnya.
Perbedaan temporer atas manfaat pajak yang muncul akibat perbedaan
penghasilan berdasarkan pajak dan nilai perolehan goodwill berdasarkan IFRS
o Employee benefits
Seluruh kewajiban atas employee benefits diperlakukan berdasarkan IAS 19. Bila
ada perubahan atas rencana employee benefits setelah kombinasi maka kejadian
tersebut diperlakukan sebagai kejadian setelah kombinasi.
o Aset ganti rugi (Indemnification asset)
Indemnification assets adalah perjanjian kontraktual yang didesain untuk secara
penuh atau sebagian melindungi acquirer dengan membatasi maksimum jumlah
kerugian yang muncul setelah kombinasi. Aset ini diasumsikan sebagai kewajiban
kontingensi acquiree.
o Hak yang diperoleh kembali (reacquired rights)
Item ini muncul akibat sebelum kombinasi perusahaan acquirer dan acquiree terlibat
suatu transaksi, seperti sewa atau franchise sehingga saat akuisisi, acquirer
mendapatkan hak tersebut kembali. Kejadian ini diakui sebagai aset tidak berwujud.
Jika kejadian ini menimbulkan kerugian atau keuntungan yang dibandingkan dengan
harga pada barang yang sejenis maka diakui sebagai laba atau rugi.
o Hadiah pembayaran berdasarkan saham
Jika terjadi perubahan kebijakan pada item ini setelah kombinasi maka acquirer
mengukur kewajiban atau ekuitas yang muncul atas perubahan tersebut berdasarkan
IFRS 2
o Aset yang dimiliki untuk dijual
Aset ini, berdasarkan IFRS 5, diukur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk
menjualnya pada saat tanggal akuisisi.
4
d. Langkah 4 – Identifikasi aset dan liabilitas yang membutuhkan akuntansi terpisah.
Acquirer sudah seharusnya mengakui semua aset dan liabilitas yang dapat diidentifikasi
pada acquiree, termasuk apabila ada kejadian sebelum kombinasi apabila belum diakui
oleh acquiree.
o Apabila acquirer berencana untuk merestrukturisasi atau menutup beberapa bagian
pada acquiree maka biaya muncul termasuk dalam biaya setelah kombinasi
o Jika terdapat kelompok yang masuk saat negosiasi diluar acquirer dan acquiree dan
bertujuan untuk kepentingan perusahaan baru atau acquirer, atau Digagas oleh
acquirer atau Dilakukan saat negosiasi kombinasi bisnis maka transaksi tersebut
dikategorikan sebagai transaksi terpisah dan bukan merupakan bagian dari
kombinasi bisnis
e. Langkah 5 – Mengklasifikasi atau mendesain aset dan hutang yang diambilalih.
Perusahaan kemudian harus memilih metode yang dipakai untuk aset-aset dan hutang
yang diambil alih, seperti klasifikasi investasi. Pengecualian untuk perjanjian sewa dan
kontrak adalah perusahaan tetap melanjutkan perjanjian sesuai yang sudah ada kecuali
bila perjanjian tersebut dimodifikasi pada saat kombinasi bisnis, sehingga tanggal
perjanjian akan berubah sesuai tanggal akuisisi.
f. Langkah 6 –mengakui dan mengukur NCI pada acquiree
Dalam langkah ini, perusahaan dapat memilih salah satu dari dua metode, yaitu
mengukur NCI pada nilai wajar atau mengukur NCI pada nilai saham NCI atas aset
bersih acquiree (NCI tidak mendapatkan proporsi goodwill). Manajemen harus memilih
sebaik mungkin kebijakan akuntansi atas NCI karena akan berpengaruh pada perusahaan
ke depannya.
Contoh:
Konin corporatin (KC) mengakusisi 75% saham pada Batavia Corporation (BC)
dengan tambahan uang tunai $360,000. BC telah memiliki 25% sahamnya untuk
diperdagangkan, KC mengakuisisi 60.000 saham dari total jumlah saham yang
beredar 80.000 lembar. BC dengan nilai $6/lembar. Nilai wajar dari aset bersih
teridentiikasi BC adalah $300.000. Saham BC saat tanggal akuisisi adalah $5/lembar
5
Jika perusahaan memilih metode ini, maka goodwill yang diakui hanya akan
mempresentasikan saham dari acquirer. Perhitungan bagian NCI adalah
Ekuitas – NCI = $300.000 x 25% = $75.000
g. Langkah 7 – Mengukur Uang yang harus diberikan (Consideration Transferred)
Pengukuran jumlah dana yang diberikan merupakan total dari nilai wajar aset yang
ditransfer, nilai wajar liabilitas yang dikeluarkan dan nilai wajar ekuitas yang diterbitkan
oleh acquirer. Jika kemudian terdapat perbedaan antara nilai wajar dan harga perolehan
maka perlu diakui keuntungan atau kerugian yang muncul atas transaksi tersebut.
Namun, jika saat tanggal akuisisi nilai wajar dari ekuitas acquiree lebih andal
pengukurannya maka nilai itulah yang digunakan sebagai consideration transferred.
Namun, jika suatu kombinasi bisnis dilakukan tanpa adanya consideration
transferred, maka dalam aset bersih acquiree hanya terdapat 100% porsi NCI.
Dampaknya adalah perlakuan goodwill, yaitu mendistribusikan keseluruhan hanya untuk
NCI atau tidak mengakui goodwill sama sekali, tergantung metode yang digunakan.
Acquiree mungkin memiliki contingent consideration bisa saja mempengaruhi harga
akuisisi. Contingent consideration ini mungkin muncul atas dua kejadian masa depan
yang digunakan untuk memodifikasi harga akuisisi, yaitu kinerja acquiree (earn out
provisions) dan nilai pasar dari consideration yang telah ditentukan untuk akuisisi. Earn
out provision biasanya terjadi dalam bentuk tambahan pembayaran yang disyaratkan bila
acquiree dapat mencapai suatu target tertentu. Kontingensi ini diklasifikasikan sebagai
provisi liabilitas atau ekuitas dan diperhitungkan dalam consideration transferred.
Kontingensi ini hanya bisa diakui bila kontingensi tersebut memungkinkan dan sudah
dapat diukur dengan andal.
h. Langkah 8 – Mengakui dan Mengukur Goodwill atau keuntungan atas penawaran
pembelian (bargain purchase)
Goodwill adalah aset tidak berwujud yang diakuisisi saat kombinasi bisnis yang
merepresentasikan manfaat ekonomi masa depan yang diekspektasikan mengalir dari
kombinasi bisnis yang tidak dialokasikan secara individual dan terpisahkan dari aset
yang diakui saat akuisisi. Berdasarkan IFRS 3, goodwill diakui atas perbedaan antara
nilai wajar dan dana yang diberikan + jumlah dari proporsi NCI dalam acquiree + nilai
wajar atas saham yang dimiliki acquirer sebelumnya pada acquiree dibandingkan
dengan nilai wajar saat akuisisi atas aset teridentifikasi dan liabilitas yang diambil alih.
Sedangkan bargain purchase kebalikan antar dua komponen tersebut. Setelah pengakuan
goodwill diukur sebesar biaya dikurangi akumulasi kerugian impairment. Contohnya,
6
melanjutkan dari kasus Konin (KC) dan Batavia (BC) diatas pada saat manajemen
memutuskan untuk menghitung proporsi NCI dengan menggunakan nilai wajar
Consideration transferred $360.000
Bagian NCI dalam acquiree $100.000
FV atas identifiable assets ($300.000)
Goodwill $160.000
Proporsi goodwill untuk kepentingan pengendali = $160.000 x 75%
= $120.000
Proporsi goodwill untuk NCI = $160.000 x 25% = $40.000
Sedangkan jika manajemen memilih untuk menghitung proporsi NCI atas kepemilikan
saham NCI pada saham acquiree, perhitungannya adalah:
Consideration transferred $360.000
Bagian NCI dalam acquiree $75.000
FV atas identifiable assets ($300.000)
Goodwill $135.000
Proporsi goodwill untuk kepentingan pengendali = $170.000 x 75%
= $101.250
Proporsi goodwill untuk NCI = $170.000 x 25% = $33.750
Jurnal atas akuisisi ini adalah:
Fair value Proporsi saham
Identifiable asset acquired $300.000 $300.000
Goodwill $160.000 $135.000
Equity – NCI $100.000 $75.000
Kas $360.000 $360.000
Sedangkan jika terjadi goodwill yang bernilai negatif, atau disebut juga gain from
bargain purchase, maka perusahaan mencatat keuntungan tersebut sebagai gain from a
bargain purchase pada kredit. Ilustrasinya sebagai berikut:
KC mengakuisisi 75% saham BC dan menambah pertukaran tersebut dengan uang
tunai senilai $250.000. Aset yang teridentifikasi pada saat itu bernilai $500.000 dan
liabilitasnya $100.000. Nilai wajar NCI (25%) adalah senilai $110.000. Perhitungannya:
7
Jurnal untuk transaksi kombinasi bisnis tersebut adalah:
Identifiable asset acquired $400.000
Equity – NCI $110.000
Kas $250.000
Gain on Bargain Purchase $40.000
Jika misalnya pada tanggal akuisisi seluruh informasi belum didapatkan secara lengkap
oleh perusahaan, maka acquirer mencatat hal tersebut dalam provisi dan sudah harus
dilengkapi dalam waktu satu tahun setelah akuisisi. Ilustrasinya sebagai berikut:
KC mengakuisisi BC pada tanggal 30 September 2009. KC kemudian menyewa penilai
untuk menentukan kelompok aset yang diakuisisi, namun penilaian tersebut belum selesai
pada tanggal pelaporan sehingga KC menyajikan nilai wajar provisi sebesar $40milyar. Pada
saat tanggal akuisisi hingga 6 bulan setelah itu, produk BC stabil pada harga $4.3 per buah.
Namun, kemudian sejak bulan April 2010, harga tersebut meningkat menjadi $6 per buah dan
mengakibatkan banyaknya pesanan yang dibatalkan karena harga terlalu tinggi.
Jika pada tanggal 31 Maret, penilaian tersebut sudah selesai dan nilai wajar aset adalah
$30Milyar dan manajemen tidak mengetahui tentang kenaikan harga tersebut, maka
manajemen melakukan penyesuaian tahun 2009 laporan keuangan secara retrospektif pada 31
Desember 2010 dengan cara:
a. Nilai perolehan aset menurun sebesar $10.600. Penyesuaian tersebut diukur dari
penyesuaian nilai wajar saat akuisisi sebesar $10.000 dan depresiasi yang muncul $600
b. Nilai wajar goodwill meningkat sebesar $10.000
c. Beban depresiasi untuk tahun 2009 berkurang sebesar $600
Namun, misalnya, KC tidak mendapatkan hasil penilaian hingga bulan Mei 2010. Pada Bulan
April 2010, manajemen KC menandatangani perjanjian jual beli dengan PT.JI. untuk menjual
aset tersebut sebesar $30 Milyar. Dikarenakan adanya kejadian yang mengganggu harga
produk tersebut, maka manajemen menentukan bahwa terjadi penurunan sebesar $10Milyar
pada nilai wajar aset tersebut dari nilai wajar provisi. Maka, pada kasus ini nilai wajar provisi
pada tanggal akuisisi tidak perlu dilakukan koreksi.
Dalam proses kombinasi bisnis, tentu akan timbul biaya-biaya terkait akuisisi. Biaya
tersebut menurut IFRS 3 diakui sebagai beban saat dikeluarkan biaya tersebut. Namun, IFRS
3, memberikan pengecualian pada biaya yang dibutuhkan untuk menerbitkan saham dan
hutang, sesuai dengan IAS 32 dan 39. Biaya-biaya tersebut dikapitalisasi pada harga
perolehan saham dan hutang.
8
Perhitungan biaya saat kombinasi bisnis harus dibedakan dengan biaya setelah kombinasi
bisnis. IFRS 3 memberikan beberapa petunjuk terkait item-item yang mungkin muncul
setelah terjadinya kombinasi bisnis, yaitu
a. Hak yang diperoleh kembali (reacquired rights)
Setelah akuisisi, hak yang diperoleh kembali diakui sebagai aset tidak berwujud dan
diamortisasi selama sisa waktu perjanjian tanpa adanya pertimbangan potensi
pembaruan. Jika acquirer kemudian menjual hak tersebut pada pihak ketiga, maka nilai
buku dari hak tersebut harus dimasukkan dalam perhitungan laba/rugi penjualan.
b. Liabilitas kontingensi yang diakui saat tanggal akuisisi
Dalam periode setelah kombinasi, hingga liabilitas dapat terselesaikan, dibatalkan atau
kadaluwarsa, acquirer mengukur liabilitas kontingensi dan mengakuinya pada tanggal
akuisisi dalam jumlah mana yang lebih tinggi antara jumlah yang diakui berdasarkan IAS
37 dan jumlah yang diakui dikurangi akumulasi amortisasi yang diakui.
c. Indemnification assets
Aset ini diakui sebagai bagian dari kombinasi bisnis. Jika aset ini kemudian tidak diukur
dalam nilai wajar (karena jika dilakukan akan timbul inkonsistensi dengan dasar
pengukuran item), manajemen menilai kolektibilitas aset. Segala perubahan pengukuran
aset dan liabilitas terkait diakui sebagai laba atau rugi.
d. Pertimbangan kontingensi
Jika setelah akuisisi acquirer mendapatkan beberapa informasi tambahan terkait
kewajiban kontingensi maka informasi tersebut tidak termasuk dalam nilai goodwill.
Perubahan nilai wajar yang tidak termasuk dalam periode pengukuran diperlakukan
sebagai berikut:
o Jika pertimbangan kontingensi diklasifikasikan sebagai ekuitas, itu tidak untuk
diukur kembali dan penyelesaian kontingensi setelah itu direfleksikan dalam ekuitas.
o Jika pertimbangan kontingensi diklasifikasikan sebagai aset atau liabilitas yaitu
instrumen keuangan dalam lingkup IAS 39, perlu dilakukan perhitungan kembali
nilai wajar pada setiap tanggal pelaporan dengan perubahan nilai yang diakui, baik
laba maupun rugi di pendapatan komprehensif lain.
o Jika aset atau liabilitas tersebut bukan merupakan instrumen keuangan, hasil
pengukuran dan perubahan nilai diakui sebagai laba atau rugi
9
PERSYARATAN PENGUNGKAPAN (DISCLOSURE REQUIREMENT)
Pengakuisisi harus mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan
keuangan untuk mengevaluasi sifat serta dampak keuangan dari kombinasi bisnis yang
terjadi, baik selama periode berjalan atau setelah berakhirnya periode pelaporan tapi sebelum
laporan keuangan disetujui untuk diterbitkan dan Efek penyesuaian keuangan diakui pada
periode pelaporan saat ini yang berhubungan dengan kombinasi bisnis yang terjadi selama
Periode berjalan atau Periode pelaporan sebelumnya.
Pedoman berikut ini adalah tentang Pengakuan dan pengukuran aset teridentifikasi
yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih. Pedoman ini harus diikuti dalam menerapkan
pengakuan dan pengukuran prinsip-prinsip (tergantung pengecualian tertentu tertentu).
a. Aset dengan arus kas yang tidak pasti (tunjangan penilaian).
Karena pengukuran nilai wajar memperhitungkan efek dari ketidakpastian mengenai
jumlah dan waktu di masa depan arus kas, perusahaan pengakuisisi tidak mengakui
penyisihan penilaian terpisah untuk subjek aset ketidakpastian tersebut (misalnya,
diperoleh piutang, termasuk pinjaman).
b. Aset untuk sewa operasi di mana yang diakuisisi adalah lessee.
Terlepas dari apakah yang diakuisisi adalah lesse atau lessor, pengakuisisi bertugas untuk
mengevaluasi, seperti tanggal akuisisi, masing-masing sewa operasi yang diakuisisi
untuk menentukan apakah ketentuan-ketentuannya menguntungkan.
c. Aset untuk sewa operasi di mana yang diakuisisi adalah lessor.
Nilai wajar aset yang dimiliki oleh diakuisisi yang memiliki operasi sewa dengan pihak
yang diakuisisi menjadi lessor harus diukur secara terpisah dari sewa yang mendasari
yang mereka tunduk. Akibatnya, perusahaan pengakuisisi tidak mengakui aset atau
kewajiban terpisah.
d. Aset dari pengakuisisi direncanakan untuk idle atau digunakan dengan cara yang berbeda
dari pelaku yang wajar.
Pengakuisisi masih diwajibkan mengukur dan menilai aset pada nilai wajar yang
ditentukan sesuai dengan penggunaannya.
e. Aktiva tidak berwujud yang diperoleh dalam kombinasi bisnis diakui secara terpisah dari
goodwill.
Aktiva tidak berwujud diperoleh dalam kombinasi bisnis diakui secara terpisah dari
goodwill jika mereka memenuhi salah satu dari dua kriteria berikut
o Keterpisahan aset tidak berwujud mampu dipisahkan atau dibagi dari entitas yang
memegang, dan dijual, dialihkan, lisensi, disewa, atau ditukar, terlepas dari niat
10
pengakuisisi untuk melakukannya. Aset tidak berwujud memenuhi kriteria ini bahkan
jika transfer tidak akan sendirian, melainkan akan didampingi atau dibundel dengan
kontrak terkait, aset yang dapat diidentifikasi lainnya, atau kewajiban.
o Hukum / hasil kriteria-Aset tidak berwujud kontrak dari kontrak atau lainnya
hak-hak hukum. Aset tidak berwujud memenuhi kriteria ini bahkan jika hak-hak yang
tidak dapat dipindahtangankan atau dipisahkan dari yang diakuisisi atau dari hak-hak
IFRS 3 (R) membagi aktiva tidak berwujud berdasarkan: 1) Pemasaran, 2) Pelanggan
atau klien, 3) Karya Artistik/Seni, 4) Kontrak, dan 5) Teknologi. Kategorisasi ini agak
sewenang-wenang. Sehingga, beberapa item yang tercantum
bisa jatuh ke dalam lebih dari satu kategori. Beberapa contoh di masing-masing kategori
adalah sebagai berikut:
o Aset tidak berwujud terkait pemasaran.
Merek dagang, merek layanan, nama dagang, merek kolektif, tanda sertifikasi.
Trade Dress. Penampilan keseluruhan dan gambar (warna yang unik, bentuk, atau
desain paket) suatu produk.
Newspaper Mastheads. Penampilan unik dari halaman judul surat kabar.
Nama domain Internet. Nama unik yang mengidentifikasi sebuah alamat di
Internet. Nama domain harus terdaftar dengan registry internet dan dapat
diperpanjang.
Perjanjian Tidak Bersaing. Hak atas jaminan bahwa perusahaan atau individu
akan menahan diri dari melakukan bisnis serupa atau menjual kepada pelanggan
tertentu untuk disepakati periode waktu.
o Aset tidak berwujud terkait pelanggan.
Daftar pelanggan, Kontrak pelanggan, Pesanan atau produksi backlog.
Hubungan pelanggan Noncontractual.
Hubungan pelanggan yang muncul melalui kontak rutin dengan penjualan atau
layanan. Nilai aset berasal dari prospek pelanggan menempatkan pesanan di masa
depan dengan entitas.
o Aset tidak berwujud terkait seni.
Drama, opera, balet.
Buku, majalah, surat kabar, dan karya sastra lainnya.
Karya musik seperti komposisi, lirik lagu, dan jingle iklan.
Gambar dan foto.
11
Video dan materi audiovisual termasuk gambar bergerak atau film, video musik
dan program televisi.
o Aktiva tidak berwujud berdasarkan kontrak.
Lisensi, royalti, perjanjian macet.
Iklan, konstruksi, manajemen, layanan atau pasokan kontrak.
Perjanjian Sewa (terlepas dari apakah yang diakuisisi adalah penyewa atau lessor
Izin konstruksi, Kontrak konstruksi
kontrak manajemen konstruksi, layanan, atau pasokan
Hak Broadcast. Hak Waralaba. Hak Operasi.
Hak Penggunaan, seperti pengeboran, air, udara, memotong kayu
Kontrak Pelayanan. Kontrak Kerja
o Aktiva tidak berwujud berdasarkan teknologi.
Paten atau software yang dipatenkan
Software Komputer yang read only.
Teknologi yang belum dipatenkan siapapun.
Database.
Rahasia dagang.
IFRS 3 (R) memberikan contoh transaksi yang terpisah yang tidak dimasukkan dalam
penerapan metode akuisisi:
1. Transaksi yang berlaku mengendap atau yang sudah ada sebelumnya antara
pengakuisisi dan diakuisisi,
2. Sebuah transaksi yang menguntungkan staf atau mantan pemilik diakuisisi untuk
masa depan layanan,
3. Sebuah transaksi yang penggantian yang diakuisisi atau mantan pemilik untuk
membayar pengakuisisi biaya akuisisi yang berhubungan.
12
2. Jangka waktu postcombination employment
3. Jumlah Kompensasi
4. Perbedaan antara jumlah yang dibayarkan kepada karyawan dengan pemilik
perusahaan penjual yang tidak menjadi karyawan dari entitas gabungan.
5. Perpanjangan kepemilikan
6. Hubungan pengaturan kontingen dengan pendekatan penilaian yang digunakan
7. Formula yang ditentukan untuk menentukan imbalan kontijensi
8. Pertimbangan lain-lain.
Secara umum berdasarkan IFRS, pembalikan penurunan nilai diidentifikasi dengan unit
penghasil kas yang diperbolehkan. Namun, karena dengan karakter khusus pada aset ini, IAS
36 telah memberlakukan persyaratan pembalikan yang mungkin tidak diakui untuk
sebelumnya (write-downs dalam goodwill). Dengan demikian, pemulihan nilai unit penghasil
kas akan dialokasikan untuk aset selain goodwill. (Penyesuaian aset tersebut tidak dapat
untuk jumlah yang lebih besar dari yang dibutuhkan untuk mengembalikan mereka ke tercatat
jumlah di mana mereka akan saat ini dinyatakan telah penurunan sebelumnya tidak pernah
diakui-yaitu pada nilai tercatat depresiasi yang akan dicatat selama periode intervensi.) IFRIC
10, Laporan Keuangan Interim dan Penurunan, alamat konflik antara persyaratan IAS 34,
Laporan Keuangan Interim, dan orang-orang dalam standar lain di pengakuan dan
pembalikan dalam laporan keuangan kerugian penurunan nilai goodwill dan aset keuangan
tertentu. Sesuai dengan IFRIC 10, kerugian penurunan nilai yang diakui di sebuah laporan
keuangan interim tidak boleh dipulihkan dan dinyatakan di periode berikutnya (interim atau
tahunan).
14
murah". Perbedaan ini secara tradisional (jika tidak logis) telah disebut sebagai "goodwill
negatif." IFRS 3 (R) menunjukkan bahwa, karena ketentuan pasar yang wajar-panjang bisnis
Transaksi akuisisi biasanya akan mendukung baik partai, kemungkinan pengakuisisi
memperoleh murah dianggap terpencil. Menurut standar ini, contoh jelas pembelian murah
sehingga menimbulkan keuntungan dari pembelian murah lebih sering hasil dari kesalahan
pengukuran (yaitu, di mana nilai wajar ditugaskan untuk aktiva dan kewajiban yang tidak
benar sampai batas tertentu) atau kegagalan untuk mengenali kontingen atau kewajiban yang
sebenarnya (seperti seperti untuk pembayaran pesangon karyawan). Namun, keuntungan dari
pembelian murah juga dapat berasal dari risiko kerugian di masa depan, diakui oleh kedua
belah pihak dan dimasukkan ke dalam harga transaksi. (Salah satu contohnya adalah kasus
penjualan oleh BMW dari divisi mobil Rover untuk aconsortium untuk £ 1. Ini memang
menderita kerugian berikutnya dan akhirnya gagal.)
IFRS 3 (R) mensyaratkan bahwa, sebelum keuntungan dari pembelian murah diakui, alokasi
nilai wajar adalah untuk ditinjau kembali, dan bahwa semua kewajiban-termasuk kontinjensi-
ditinjau. Setelah ini selesai, jika memang nilai wajar aset teridentifikasi yang diperoleh
setelah dikurangi semua kewajiban diasumsikan melebihi total imbalan yang dialihkan, maka
keuntungan dari tawar-menawar pembelian akan diakui. Perlakuan akuntansi goodwill
negatif telah berlalu melalui sejumlah tahapan evolusi yang dimulai dengan aslinya IAS 22,
yang kemudian dua kali direvisi dengan perubahan besar pada perlakuan akuntansi yang
ditentukan goodwill negatif. Berdasarkan IFRS 3 (R), keuntungan dari pembelian murah
diambil segera menjadi keuntungan. Pada dasarnya, ini dianggap, untuk tujuan pelaporan
keuangan, sebagai keuntungan yang terealisasi pada saat akuisisi transaksi, dan menyumbang
sesuai.
15
menentukan pada titik dalam waktu penggabungan usaha terjadi dan bagaimana mengukur
akuisisi.
IFRS 3 (R) membutuhkan pengakuisisi untuk mengukur kembali kepemilikan sebelumnya
ekuitas yang diakuisisi pada nilai wajar tanggal akuisisi. Laba atau rugi pengukuran kembali
diakui dalam laporan laba atau kerugian pada tanggal tersebut.
IFRS 3 (R) memberikan contoh ilustrasi pengungkapan catatan kaki tentang akuisisi yang
perusahaan pengakuisisi harus sajikan dalam laporan keuangan.
PADA Maret 30, 2009, Konin Corporation (KC) mengakuisisi 10% saham biasa outstanding
dari Henan Corporation (HC). Pada tanggal 30 September 2010, KC mengakuisisi 65%
saham biasa yang beredar dari HC dan memperoleh kendali HC. HC adalah penyedia produk
distribusi listrik dan sebagai akibat dari akuisisi, KC diharapkan untuk menjadi penyedia
solusi kecukupan energi terkemuka di Eropa Tengah dan Timur. Goodwill sebesar € 2.500
yang timbul dari akuisisi sebagian besar terdiri dari sinergi dan skala ekonomi yang
diharapkan dari menggabungkan operasi KC dan HC. Tak satu pun dari goodwill yang diakui
diharapkan dapat dikurangkan untuk tujuan pajak penghasilan. Informasi berikut merangkum
yang dibayarkan untuk HC dan nilai wajar aset dan kewajiban yang diperoleh diasumsikan
diakui pada tanggal akuisisi, serta nilai wajar pada tanggal akuisisi kepentingan non
pengendali di HC.
Cash € 5,000
Fair value of KC’s equity interest in HC held before the business combination 2,000
16
14,500
Inventory 3,000
Goodwill 4,000
14,500
Nilai wajar dari 65.000 saham biasa yang diterbitkan sebagai bagian dari yang
dibayarkan untuk HC (€ 6.500) ditentukan berdasarkan harga pasar penutupan akuisisi-
tanggal saham biasa KC itu.
Susunan imbalan kontijensi membutuhkan KC untuk membayar mantan pemilik HC
4% dari pendapatan HC lebih dari € 25.000 untuk 2011, sampai dengan jumlah maksimum
sebesar € 2,000 (didiskontokan). Potensi jumlah tak terdiskonto dari seluruh pembayaran
masa depan yang KC dapat diminta untuk membuat bawah kesepakatan imbalan kontinjensi
adalah antara 0 € dan € 2.000. Nilai wajar pengaturan pertimbangan kontingen (€ 1.000)
diperkirakan dengan menerapkan pendekatan pendapatan. Perkiraan nilai wajar didasarkan
pada berbagai tingkat diskonto diasumsikan dari 15- 20% dan diasumsikan pendapatan
17
probabilitas-disesuaikan HC sebesar € 20.000 € 30.000. Pada tanggal 31 Desember 2010,
jumlah yang diakui untuk pertimbangan kontinjensi dan berbagai hasil dan asumsi yang
digunakan untuk mengembangkan perkiraan tidak berubah.
Nilai wajar aset keuangan yang diperoleh termasuk piutang jasa kontrol industri yang
diberikan kepada pelanggan baru. Kotor Jumlah yang terjadi sehubungan dengan kontrak
adalah € 2.100 yang € 250 diharapkan akan tertagih.Nilai wajar aset berwujud yang dapat
diidentifikasi aset (lisensi) dari € 2500 didasarkan padapenerimaan valuasi akhir untuk aset
tersebut.
Sebuah kewajiban kontinjensi dari € 1000 telah diakui untuk diharapkan layanan masa
depan untuk memenuhi klaim garansi pada produk kontrol industri yang dijual oleh HC
selama empat tahun terakhir. Diharapkan bahwa mayoritas pengeluaran ini akan terjadi pada
tahun 2011 dan bahwa semua akan terjadi pada akhir 2013. Perkiraan potensi jumlah tak
terdiskonto dari semua pembayaran di masa depan yang HC dapat diminta untuk membuat di
bawah klaim garansi adalah antara € 750 dan € 1.250. Pada tanggal 31 Desember 2010,
belum ada perubahan sejak tanggal 30 September 2010 sebesar estimasi kewajiban atau
perubahan dalam berbagai hasil atau asumsi yang digunakan untuk mengembangkan
perkiraan.
Nilai wajar kepentingan non pengendali di HC, sebuah perusahaan yang tidak terdaftar,
diperkirakan dengan menerapkan pendekatan pasar dan pendekatan pendapatan. Perkiraan
nilai wajar didasarkan pada:
KC mengakui keuntungan dari € 500 sebagai hasil pengukuran pada nilai wajar
kepemilikan saham 15% di HC diadakan sebelum penggabungan usaha. Keuntungan tersebut
18
termasuk dalam pendapatan lain dalam pernyataan KC rugi komprehensif untuk tahun yang
berakhir pada tanggal 31 Desember 2010. Pendapatan dalam laporan laba rugi komprehensif
konsolidasian sejak tanggal 30 September 2010, disumbangkan oleh HC adalah € 5.550 dan
keuntungan dari € 1100 itu dihasilkan selama periode yang sama. HC melaporkan pendapatan
€ 20.200 dan keuntungan dari € 3910 untuk tahun 2010.
19
LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
Standar IAS revisi 27 (R) memperkenalkan perubahan besar dengan akuntansi untuk
kepentingan non pengendali dan laporan keuangan konsolidasian. Di masa lalu, di bawah IFRS,
model campuran diadopsi dengan pendekatan entitas induk yang utama digunakan, tetapi dengan
beberapa elemen pendekatan entitas ekonomi yang diterapkan (misalnya, mengelompokkan bunga
non pengendali ekuitas). Model entitas ekonomi menganggap semua penyedia modal ekuitas
sebagai pemilik entitas konsolidasi, bahkan jika mereka tidak pemegang saham perusahaan induk
dan tidak memiliki kemampuan pengambilan keputusan. Akibatnya, standar revisi memperkenalkan
perubahan besar dengan akuntansi untuk kepentingan nonpengendali, akuntansi untuk kenaikan
dan penurunan tingkat mengendalikan kepemilikan, dan akuntansi untuk hilangnya kontrol dari anak
perusahaan.
Presentasi dan Ruang Lingkup
IAS 27 (R) mengikuti pendekatan mendasar untuk konsolidasi anak perusahaan yang digunakan
dalam praktek saat ini sesuai dengan aslinya standar IAS 27. Perusahaan induk harus
mengkonsolidasikan investasi pada anak perusahaan. Persyaratan ini juga berlaku untuk organisasi
modal ventura, reksa dana, reksa dana, dan organisasi serupa. Hanya ada pengecualian untuk
beberapa entitas non publik. IASB hanya menyediakan empat situasi berikut di mana perusahaan
induk tidak perlu menyajikan laporan keuangan konsolidasian:
1. Perusahaan induk itu sendiri merupakan anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki, atau
merupakan anak perusahaan yang dimiliki sebagian dari entitas lain dan pemilik lainnya,
termasuk mereka yang tidak dinyatakan berhak untuk memilih, telah diberitahu tentang,
dan tidak keberatan, Perusahaan induk tidak menyajikan laporan keuangan konsolidasi
pernyataan
2. Instrumen utang atau ekuitas perusahaan induk tidak diperdagangkan di pasar umum (bursa
efek dalam negeri atau asing atau pasar over-the-counter, termasuk pasar lokal dan
regional);
3. Perusahaan induk tidak mengajukan, juga bukan dalam proses pengajuan, laporan keuangan
dengan komisi sekuritas atau peraturan organisasi lainnya untuk tujuan penerbitan setiap
kelas instrumen di pasar umum; dan
4. Utama atau induk antara induk menghasilkan laporan keuangan konsolidasi yang tersedia
untuk kepentingan umum yang sesuai dengan IFRS.
Laporan keuangan konsolidasi harus mencakup semua anak dari perusahaan induk. Sementara
IAS 27 (R) menyatakan bahwa, secara umum, pengendalian dianggap ada apabila induk memiliki
secara langsung atau tidak langsung, mayoritas hak suara entitas lain. IAS 27 (R) secara eksplisit
20
menyatakan bahwa dalam keadaan luar biasa, dapat ditunjukkan secara jelas bahwa kepemilikan
mayoritas bukan merupakan kontrol serta kepemilikan minoritas mungkin merupakan kontrol.
Kontrol juga ada ketika perusahaan induk memiliki satu setengah atau kurang dari hak suara
suatu entitas, tetapi memperoleh kekuasaan:
1. Selama lebih dari satu-setengah hak suara entitas lain berdasarkan perjanjian dengan
investor lain (misalnya, suara pengaturan trust atau ketentuan kontrak lainnya)
2. Untuk menentukan kebijakan keuangan dan operasi anak perusahaan lainnya, berdasarkan
anggaran dasar atau perjanjian
3. Mengangkat dan memberhentikan mayoritas dewan direksi atau badan setara dengan
entitas lain
4. Untuk mengusir sebagian besar orang di rapat dewan direksi atau badan setara
Secara historis, hak suara yang sebenarnya pada anak perusahaan telah digunakan untuk
menentukan kriteria laporan keuangan konsolidasi:
1. Harus disajikan; dan
2. Berapa persen untuk diterapkan dalam menentukan alokasi dari pendapatan anak
perusahaan, termasuk dalam penghasilan konsolidasi, antara Perusahaan induk dan
kepentingan nonpengendali.
Standar revisi, IAS 27 (R), juga membahas situasi di mana entitas induk memiliki, selain kepentingan
pemegang saham suara sebenarnya, potensi hak suara lebih lanjut dalam anak perusahaan.
(pertama kali disampaikan oleh SIC 33, yang ditarik ketika IAS 27 direvisi.)
Suatu potensi kepentingan mungkin ada karena adanya opsi, waran, saham konversi, atau
perjanjian kontrak untuk mengakuisisi saham tambahan, termasuk saham dengan investor atau
perusahaan induk entitasyang mungkin telah dijual ke pemegang saham lainnya di anak perusahaan
atau pihak lain, dengan pengaturan yang tepat atau kontraktual untuk reacquire saham yang
ditransfer di kemudian hari.
Sebuah anak perusahaan tidak dikecualikan dari konsolidasi hanya karena investor adalah
organisasi modal ventura, Unit reksa dana perwalian, atau badan serupa. Juga, anak perusahaan
tidak tidak dikonsolidasikan karena kegiatan usahanya yang berbeda dari orang-orang dari entitas
lain yang termasuk dalam kelompok.
21
Kerugian dialokasikan untuk perusahaan induk dan untuk kepentingan non pengendali dapat
melebihi kepentingan masing-masing dalam modal disetor. Ketika hal tersebut terjadi, dan jika terus
terjadi pada periode berikutnya, kelebihan serta kerugian lebih lanjut harus terus dialokasikan untuk
perusahaan induk dan non pengendali bunga bahkan jika ini hasil alokasi saldo defisit kepentingan
non pengendali (kerugian lebih kepentingan nonpengendali atas aset bersih anak perusahaan).Ini
adalah keberangkatan utama dari praktek sebelumnya, karena standar IAS asli 27 memungkinkan
kerugian tersebut akan dialokasikan untuk kepentingan nonpengendali hanya jika kepentingan
nonpengendali memiliki kewajiban yang mengikat untuk menutupi dana. Di bawah pendekatan baru
dalam IAS 27 (R), kepentingan mengendalikan akan lebih tinggi dalam situasi seperti itu.
22
1. Penjualan oleh induk dari semua atau sebagian dari kepemilikannya di anak perusahaan
sehingga Perusahaan induk tidak lagi memegang kepentingan keuangan pengendali,
2. Berakhirnya kontrak yang diberikan kontrol anak untuk Perusahaan induk,
3. Penerbitan oleh anak perusahaan saham yang mengurangi kepemilikan induk ke tingkat tidak
mewakili kepentingan keuangan pengendalian,
4. Kehilangan kontrol anak perusahaan oleh perusahaan induk karena anak menjadi subjek untuk
mengontrol oleh pemerintah tubuh, pengadilan, administrator, atau regulator.
Ketika kontrol anak perusahaan hilang dan kepentingan non pengendali dipertahankan,
konsisten dengan pendekatan yang diterapkan dalam langkah akuisisi, Perusahaan induk harus
mengukur yang mempertahankan suku bunga pada nilai wajar dan mengakui, dalam laporan laba
rugi, laba atau rugi atas penjualan dari pengendalian. Keuntungan atau kerugian diukur sebagai
berikut:
1. FVCR value = wajar pertimbangan diterima, jika ada
2. FVNIR value = wajar investasi noncontrolling ditahan oleh mantan Perusahaan induk pada
tanggal penghentian pengakuan (kontrol tanggal hilang)
3. CVNI = Nilai tercatat kepentingan nonpengendali di bekas anak perusahaan pada tanggal
penghentian pengakuan, termasuk akumulasi pendapatan komprehensif lain disebabkan
kepentingan nonpengendali
4. CVAL = Nilai tercatat aset dan kewajiban mantan anak perusahaan pada tanggal penghentian
pengakuan
(FVCR + FVNIR + CVNI) - CVAL = Laba (Rugi)
Perusahaan induk mengendalikan kepentingan keuangan terjadi melalui dua atau lebih transaksi,
yaitu untuk mempertimbangkan apakah transaksi harus dicatat sebagai transaksi. Adanya satu atau
lebih indikator berikut dapat menyebabkan manajemen menyimpulkan bahwa itu harus
memperhitungkan beberapa transaksi sebagai satu transaksi:
1. Bertransaksi secara bersamaan atau dalam kontemplasi satu sama lain,
2. Transaksi, bila dianggap bersama-sama, berada di-substansi, satu transaksi yang dirancang
untuk mencapai tujuan komersial secara keseluruhan,
3. Terjadinya satu transaksi tergantung pada terjadinya setidaknya satu transaksi lainnya,
4. Satu transaksi, bila dianggap pada kemampuannya sendiri, tidak masuk akal ekonomi, tetapi
bila dianggap bersama-sama dengan transaksi lain atau transaksi akan dianggap dibenarkan
secara ekonomi.
23
Standar IAS revisi 27 (R), selain laporan keuangan konsolidasi, alamat juga masalah yang
berkaitan dengan akuntansi untuk investasi pada entitas anak, pengendalian bersama entitas, dan
rekan dalam laporan keuangan tersendiri. Suatu entitas, mempersiapkan laporan keuangan terpisah,
harus memperhitungkan investasi pada entitas anak, pengendalian bersama entitas dan rekan:
1. Pada biaya; atau
2. Sesuai dengan IAS 39
Akuntansi yang sama harus diterapkan untuk setiap kategori investasi yang disajikan dalam
laporan keuangan tersendiri. Investasi dicatat pada biaya, diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk
dijual (atau termasuk dalam kelompok pembuangan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk
dijual) dicatat sesuai dengan IFRS 5, Aset Tidak Lancar yang dimiliki untuk dijual dan operasi yang
dihentikan (diukur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual). Namun, investasi dicatat sesuai
dengan IAS 39 dikecualikan dari IFRS 5 ini persyaratan pengukuran. Sehingga, suatu entitas harus
terus memperhitungkan investasi tersebut sesuai dengan IAS 39 bahkan jika mereka memenuhi
untuk dijual kriteria dalam IFRS 5.
Persyaratan pengungkapan
Jika suatu perusahaan dimana perusahaan induk tidak memiliki, secara langsung atau tidak
langsung melalui anak perusahaan lebih dari setengah hak suara dalam laporan keuangan
konsolidasi, sifat hubungan antara Perusahaan induk dan anak perusahaan harus dijelaskan. Jika
anak tersebut tidak termasuk dalam laporan keuangan konsolidasi, alasan mengapa kepemilikan,
secara langsung atau tidak langsung melalui anak perusahaan lebih dari setengah hak suara atau hak
suara potensial asosiasi bukan merupakan kontrol, harus ditetapkan.
PROSEDUR KONSOLIDASI
24
Penyajian Kepentingan Non Pengendali
Dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi, entitas menggabungkan item yang disajikan
dalam laporan keuangan sesuai dengan ketentuan, menambahkan bersama-sama seperti item aset,
kewajiban, ekuitas, pendapatan dan pengeluaran. Bila kurang dari 100% dari saham perusahaan
yang diambil alih dimiliki oleh perusahaan pengakuisisi, komplikasi muncul dalam penyusunan
laporan konsolidasi, dan pengendalian non harus ditentukan dan disajikan. Aktiva dan kewajiban
yang diperoleh masih sepenuhnya dimasukkan dalam laporan keuangan konsolidasi Perusahaan
induk dan dinyatakan sebesar nilai wajar, yang memiliki implikasi untuk presentasi yang menarik
noncontrolling.
Dalam rangka untuk menyajikan informasi keuangan tentang kelompok seperti yang dilakukan
oleh entitas ekonomi tunggal, entri menghilangkan dasar sebagai berikut diperlukan:
1. Nilai tercatat investasi Perusahaan induk pada anak perusahaan yang dieliminasi sebagian
Perusahaan induk ekuitas masing-masing anak perusahaan;
2. kepentingan nonpengendali dalam laporan laba rugi konsolidasi anak perusahaan diakui;
3. kepentingan nonpengendali atas aset bersih (ekuitas) anak perusahaan yang dikonsolidasi
diakui secara terpisah dari kepentingan kepemilikan pengendali (Perusahaan induk), diukur
pada nilai wajar tanggal akuisisi, atau pada proporsi kepentingan nonpengendali tentang
anak perusahaan, aset teridentifikasi, ditambah pangsa perubahan ekuitas sejak akuisisi.
25
Jika Anak Perusahaan Diakuisisi Selama Periode Tersebut
Hasil operasi dari Anak per tersebut harus dimasukkan dalam laporan keuangan konsolidasi
hanya untuk periode itu dimiliki. Karena ini dapat menyebabkan kompatibilitas dengan periode
sebelumnya yang disajikan terjadi penurunan nilai, harus ada pengungkapan yang memadai dalam
catatan kaki yang menyertainya untuk membuatnya mungkin untuk menafsirkan informasi dengan
benar. Keuntungan atau kerugian dari operasi yang telah dijual atau diklasifikasikan sebagai dimiliki
untuk dijual selama periode pajak posting harus diungkapkan secara terpisah di muka laporan laba
rugi komprehensif sebagai operasi dihentikan
26
total goodwill ditugaskan untuk kepentingan pengendalian dan berbagi noncontrolling dialokasikan
untuk kepentingan nonpengendali. Berdasarkan pendekatan kedua untuk mengukur minat
noncontrolling, sedangkan aset teridentifikasi disebabkan kepentingan nonpengendali yang ditulis
dengan nilai wajar tersirat oleh transaksi akuisisi, goodwill tidak akan diperhitungkan untuk berbagi
noncontrolling.
27
LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN
Ketika sekelompok entitas berada di bawah kepemilikan umum, kontrol, atau manajemen, hal
ini sering berguna untuk gabungan (atau menggabungkan, menunjukkan terpisah serta entitas
gabungan) laporan keuangan. Dalam situasi ini, substansi ekonomi 'operasi entitas nominal
independen mungkin lebih penting untuk pengguna pernyataan daripada bentuk hukum badan
tersebut. Ketika laporan tidak disajikan, pernyataan gabungan dapat digunakan untuk menunjukkan
posisi keuangan, atau hasil operasi, dari kelompok perusahaan yang masing-masing anak perusahaan
dari induk yang sama.
Seperti dijelaskan sebelumnya dalam bab ini, revisi IFRS 3 (R) dan IAS 27 (R) termasuk dalam
kombinasi lingkup mereka hanya melibatkan entitas bersama dan kombinasi dicapai dengan kontrak
saja. Sesuai dengan IFRS 3 (R), entitas bersama harus diperhitungkan dengan cara yang sama sebagai
akuisisi komersial, dan atas dasar bahwa salah satu entitas adalah pengakuisisi.
Laporan keuangan kombinasi biasanya digunakan pada entitas yang berada dibawah
kepemilikan, pengendalian, atau manajemen yang sama. Laporan keuangan kombinasi
muncul karena dirasa lebih berguna oleh pengguna. Dalam IFRS 3 diatur bahwa lingkup
laporan keuangan kombinasi adalah hanya mutual entities dan kombinasi yang didapatkan
hanya berdasarkan kontrak. Mutual entity adalah sebuah entitas yang tidak dimiliki investor
dan diatur dengan tujuan untuk menghasilkan dividen, mengurangi biaya ata manfaat
ekonomi lainnya secara langsung pada pemilik, anggota atau partisipan, contohnya
perusahaan asuransi. Perlakuan akuntansi atas mutual entity sama halnya dengan akuntansi
kombinasi lainnya, dimana salah satu pihak berperan sebagai acquirer. Jika tidak ada dana
yang diberikan (consideration transferred). Namun, jika tidak ada dana yang diberikan, maka
nilai wajar atas aset dan liabilitas menjadi proporsi NCI seluruhnya.
Hal serupa juga mungkin terjadi apabila induk perusahaan menjual anak
perusahaannya ke anak perusahaan lainnya atau ke perusahaan lainnya. Perlakuan akuntansi
atas transaksi tersebut serupa dengan akuntansi kombinasi biasa. Saat pengalihan
kepemilikan ke perusahaan lain, perusahaan juga harus mencatat laba/rugi yang timbul.
Akuntansi EBK
28
digunakan dalam pertimbangan konsolidasi laporan keuangan SPE. SIC 12 menyatakan
bahwa jika salah satu kondisi berikut terpenuhi berarti bahwa perusahaan sponsor memiliki
kontrol atas SIC:
Akuntansi yang tepat untuk transaksi LBO adalah dicirikan dengan adanya perubahan
hak suara. Beberapa tes harus dilakukan untuk mengetahui adanya transaksi LBO, yaitu:
29
nama perusahaan acquiree, sebagai pemegang kontrol utama. Namun, bila acquirer tidak
mau mengganti nama, maka judul laporan keuangan pun harus disesuaikan agar bisa lebih
komunikatif.
Biaya yang muncul pada reverse acquisition diukur pada nilai wajar atas aset bersih
yang diakuisisi atau jumlah dari biaya yang dibayarkan (consideration transferred). Aturan
khusus yang muncul adalah, bila nilai wajar tidak dapat ditentukan atas instrumen ekuitas
penerbit dan transaksi tersebut diukur pada nilai wajar aset bersih penerbit ekuitas maka tidak
perlu mengakui goodwill pada transaksi tersebut. Terlebih, jika acquirer adalah perusahaan
publik dan acquiree adalah perusahaan privat, menurut SEC, tidak perlu mengakui goodwill
sama sekali. Selain itu, jika nilai saham perusahaan anak digunakan sebagai dasar penentuan
biaya akuisisi, sebaiknya dihitung juga jumlah saham yang harus diterbitkan acquiree agar
bisa memiliki tingkat kepemilikan yang sama atas entitas kombinasi dengan perusahaan
induk. Jika nilai wajar tidak tersedia, maka alternatifnya adalah menggunakan nilai saham
outstanding dari acquirer. Langkah selanjutnya, setelah menentukan biaya akuisisi adalah
sama dengan proses kombinasi bisnis lainnya, yaitu menghitung goodwill atau goodwill
negatif apabila ada. Kasus reverse acquisition diilustrasikan sebagai berikut:
Belmont Corp. (BC), sebagai perusahaan anak, mengakusisi Dakar Corp. Perusahaan
tersebut menerbitkan instrumen ekuitas untuk mengakuisisi perusahaan induk. Laporan posisi
keuangan dari kedua entitas pada akhir tahun 2009 dan 30 September 2010, saat terjadinya
transaksi adalah sebagai berikut:
Dakar Co.
Perusahaan induk Acquiree
31 Desember 2009 30 September 2010
Aset lancar $ 800.000 $ 1.000.000
PPE $ 2.400.000 $ 2.600.000
$ 3.200.000 $ 3.600.000
Belmont Corp.
Perusahaan anak Acquirer
31 Desember 2009 30 September 2010
Aset lancar $ 2.500.000 $ 1.750.000
PPE $ 5.000.000 $ 7.500.000
$ 7.500.000 $ 9.250.000
30
Liabilitas Lancar $ 1.250.000 $ 1.500.000
Liabilitas jk. Panjang $ 1.750.000 $ 2.000.000
Hutang pajak tangguhan $ 500.000 $ 750.000
$ 3.500.000 $ 4.250.000
DC kemudian menghasilkan laba sebesar $400.000 selama 9 bulan yang berakhir pada 30
September 2010 dimana BC mendapatkan laba $1.000.000 pada periode tersebut. Kedua
perusahaan tersebut tidak membagi dividen pada periode tersebut.
Nilai wajar dari saham biasa BC per lembar adalah $100 dan DC $24 pada tanggal akuisisi.
Aset yang dapat diidentifikasi milik DC memiliki nilai wajar yang hampir sama dengan nilai
bukunya, kecuali PPE yang dinilai sebesar $3.000.000 pada 30 September 2010. Karena
akuisisi, DC menerbitkan 150.000 saham baru atas saham biasanya untuk menukar seluruh
saham BC sehingga pemilik saham BC menjadi pemegang saham mayoritas di DC.
BC harus menerbitkan 40 saham lagi agar rasio kepemilikan saham pada entitas kombinasi
menjadi sama [(60.000/0.6)-40.000]
Jika BC telah menerbitkan 40.000 sahamnya sebagai dampak dari akuisisi DC, biaya
akuisisi menjadi $100 x 40.000 = $ 4.000.000. Biaya akuisisi ini kemudian dialokasikan ke
aset dan liabilitas DC sebagai berikut:
Dakar Co.
Acquiree
30 September 2010
Aset lancar $ 1.000.000
PPE $ 3.000.000
$ 4.000.000
31
Hutang pajak tangguhan $ 200.000
$ 1.200.000
Ekuitas pemegang saham $ 2.800.000
Saham biasa ($ 200.000)
$ 2.600.000
Biaya akuisisi $ 4.000.000
Goodwill $ 1.400.000
Jika diketahui laba bersih pada tanggal 31 Desember 2010, setelah dikurangi dividen
pemegang saham, sebesar $1.600.000. Angka ini termasuk laba BC selama tahun 2010 dan
laba DC pada tanggal akuisisi hingga akhir tahun. Sehingga perhitungan EPS adalah sebagai
berikut:
Jika, laba BC sendiri adalah $1.400.000, maka EPS adalah: $1.400.000 150.000 = $9.33 per
lembar.
32
Pada kasus lain, untuk menghitung proporsi NCI, asumsikan pada ilustrasi
sebelumnya,sebanyak 4.000 pemegang saham BC menolak berpartisipasi pada transaksi
tersebut sehingga DC hanya mengeluarkan 140.000 lembar saham untuk menukar 56.000
saham BC. Setelah pertukaran, pemilik BC memiliki 140.000 dari total 240.000 saham DC
atau 58% dari keseluruhan. Maka, jumlah saham yang harus diterbitkan lagi untuk BC adalah
sebesar (56.000 58%)-56.000 = 40.000 lembar. Nilai NCI berarti 4.00060.000=6.7%.
Perhitungan NCI untuk keseluruhan entitas kombinasi adalah:
(6,7%x$1.500.000)+(6,7%x$3.500.000) = $333.310.
Spin-offs
Spin off merupakan suatu transaksi dimana perusahaan mengeluarkan sebagian atau
keseluruhan yang dimiliki oleh perusahaan anak secara sepihak pada pemegang saham. Bila
nilai persentasenya kecil, maka transfer ini dianggap sebagai dividen dan akan dicatat pada
nilai wajar properti yang diberikan. Namun, bila nilainya persentasenya besar, maka transaksi
ini dicatat sebagai spin off sesungguhnya dan dicatat pada nilai buku aset dan liabilitas yang
ditransfer. Pada banyak keadaan, anak perusahaan memiliki nilai buku yang positif. Nilai ini
dibebankan pada saldo laba perusahaan induk pada tanggal spin off. Namun, jika nilai buku
negatif, maka transaksi ini dicatat sebagai paid-in-capital perusahaan induk.
Push-down accounting
Makna dari akuntansi push down atau seringkali disebut dasar baru akuntansi mengacu
pada praktek penilaian kembali ke nilai wajar aset dan liabilitas atas anak perusahaan yang
dibeli secara langsung ke nilai buku anak perusahaan, pada tanggal akuisisi. Revaluasi ini
tidak dicatat dalam akuntansi kombinasi setiap pembuatan laporan konsolidasi. Berdasarkan
akuntansi jenis ini, jumlah yang dialokasikan dapat disesuaikan untuk merefleksikan
penilaian secara wajar atas transaksi signifikan tertentu. Akuntansi ini tidak diijinkan,
sebagian disebabkan karena secara praktek sulit untuk membuktikan bahwa transaksi benar-
benar bersifat wajar.
Non-Sub Subsidiaries
Situasi ini terjadi ketika perusahaan memiliki peran mayoritas dalam membentuk dan
mendanai suatu operasi eksperimental awal tapi tidak melakukan transaksi ekuitas.
Manajemen dari perusahaan yang mendanai biasanya membuat suatu perjanjian, dimana jika
operasi tersebut menguntungkan, perusahaan induk akan mengambil haknya untuk mendapat
hak suara mayoritas, namun gagal, perusahaan induk tidak mau menampilkan kerugian
tersebut pada laporan keuangan. Walaupun tidak terlihat adanya konsep kombinasi bisnis,
namun sudah seharusnya hasil operasi perusahaan anak tersebut harus ditampilkan di laporan
keuangan
33
a.
34