PENGOLAHAN GAMBIR
Noor Roufiq A1, M. Hadad EA2, dan A.M. Hasibuan2
1 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
2 Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri
1
kan bir menjadi busuk di Perancis; moditas gambir perlu mendapat per-
Dalam industri obat-obatan digunakan hatian.
untuk : obat batuk, luka bakar, disentri, Masalah utama dalam usahatani
diarhea dan sakit kerongkongan di gambir selama ini adalah produksi dan
Malaysia; dan pembuatan permen anti mutu yang masih rendah. Disamping
nikotin di Jepang. itu belum seragamnya kualitas hasil
Tanaman ini berproduksi dengan dan tidak sesuai dengan kualitas stan-
baik pada jenis tanah podsolik merah dar yang dikehendaki pasar interna-
kuning sampai merah kecoklatan. Iklim sional. Rendahnya produksi gambir di-
yang cocok adalah iklim B2 menurut sebabkan karena dalam pembudidaya-
klasifikasi Schmidt dan Ferguson. Ta- an tidak mengikuti budidaya anjuran,
naman ini tumbuh baik pada ketinggian antara lain menggunakan benih asalan
sekitar 100-500 m dpl dengan curah dan campuran beberapa varietas dan
hujan sekitar 3.000 – 3.353 mm per ta- tidak dipupuk. Mutu produknya rendah
hun (Anonim, 2000). Daerah pengem- disebabkan karena cara pengolahannya
bangan tanaman gambir dimasa lalu masih sederhana, kurang memperhati-
yaitu Sumatra Barat, Riau, Bangka, Be- kan kebersihan (Kanwil Departemen
litung dan Kalimantan Barat (Heyne, Perdagangan, 1997), dan akibat proses
1987). Sentra penghasil utama saat ini pengolahan yang kurang efisien serta
adalah Sumatra Barat, Riau, Sumatra rendahnya kadar catechu tannat. Selain
Selatan, Jambi dan Bengkulu (Risfaheri itu untuk meningkatkan kuantitas hasil
dan Yuliani, 1999; Danian et al., 2004). sering ditambahkan campuran dari ta-
Komoditas ini mempunyai peranan nah dan dedak yang berakibat menu-
penting dalam perekonomian petani di runkan mutu dan tidak kemurnian. Di
daerah sentra produksinya, karena sum- lain pihak harga yang terjadi sering ber-
bangannya terhadap devisa di Provinsi fluktuasi sehingga membuat usaha tani
Sumatra Barat menempati urutan ke- gambir semakin sulit. Harga gambir
tujuh setelah karet, kelapa sawit, kayu- tahun ini sekitar Rp 18.000,-/kg –
manis, minyak kelapa dan bungkil kop- Rp 25.000,-/kg (Anonim, 2007). Tulis-
ra (Dinas Perindustrian Sumatra Barat, an ini bertujuan untuk menguraikan
2001). Sekitar 90% produksi gambir teknologi budidaya dan pengolahan
Indonesia dihasilkan dari Provinsi yang baik, agar dapat meningkatkan
Sumatra Barat dan Riau (Roswita, produksi dan mutu gambir.
1998) sehingga Sumatra Barat di-
jadikan barometer produksi gambir In- TEKNOLOGI DI TINGKAT
donesia. Negara tujuan utama ekspor PETANI
gambir Indonesia adalah India dan Budidaya
Singapura. Dalam rangka meningkat-
Pola budidaya yang digunakan
kan ekspor dan mendukung pemantap-
oleh petani mulai dari pembibitan sam-
an ekonomi di era otonomi daerah, ko-
pai pengolahan produknya umumnya
sederhana. Benih yang digunakan asal-
2
an dan campuran dari beberapa varietas untuk ditanam yang telah memiliki 2-7
dari pohon induk yang tidak dipelihara. pasang daun, tidak seragam dan tanpa
Benih dan tempat pembibitan dilaksa- seleksi bibit. Pemeliharaan dilakukan
nakan di halaman rumah, pinggir jalan seadanya saja (ada kalanya tanpa peng-
atau pematang dengan cara sederhana. olahan) dan tanpa penyiangan atau
Ada pula petani yang sudah melaksana- pemupukan. Penyiangan dilakukan bila
kan pembibitan untuk tujuan komersial saat panen tiba dan sebagian petani
sebatas memenuhi kebutuhan ling- telah menggunakan ampas pengepresan
kungan sendiri. Namun, masih dengan digunakan langsung sebagai pupuk,
cara yang sederhana tanpa seleksi benih dengan cara disebar dikebun gambir.
dan pemeliharaan anjuran. Hama penyakit relatif tidak ada
Benih gambir berupa biji yang yang mematikan, umumnya tidak
sangat halus, biji diambil dari tanaman membahayakan. Hama yang sering
yang tidak pernah dipangkas, dikering adalah hama daun dengan gejala daun
anginkan kemudian disemai. Pe- yang berlubang bekas gigitan serangga
nyemaian dilakukan di lahan lokasi dengan tangkai serangan yang relatif
persemaian dipilih di pematang sawah, rendah. Sedangkan penyakit yang di
kebun, tebing jalan, selokan dan lahan ketemukan berupa penyakit bercak
miring. Biji ditabur dengan cara di- daun dengan intensitas rendah (2%).
tiupkan ke atas persemaian kemudian Umumnya gangguan dari hama penya-
ditekan-tekan kembali dengan telapak kit tidak banyak merugikan dan belum
tangan dengan tujuan agar menempel pernah ada serangan yang bersifat
di persemaian. Biji akan tumbuh 15 eksplosif. Pose penempatan setelah ber-
hari setelah tanam dan dipindah ke umur 1,5 tahun dengan cara memotong
lapangan setelah berumur 3 bulan. Pada ranting bersama daunnya sepanjang le-
saat memindahkan ke lapangan, bibit bih kurang 50 cm dengan ani-ani (ke-
diambil dalam lempengan tanah tam) atau sabit. Produksi sekitar 1.000-
sehingga semua bibit yang ada dalam 2.000 kg basah/ha. Kemudian produksi
lempengan terbawa semua, tanpa meningkat sesuai pertambahan umur
diseleksi dan tidak seragam. Ber- tanaman dengan kisaran 3.000–4.000
samaan dengan pembibitan, persiapan kg pada umur 2 dan 2,5 tahun, kemu-
lahan untuk penanaman dilapang juga dian meningkat lagi menjadi rata-rata
dilakukan. sekitar 5.500 kg setelah tanaman ber-
Pengolahan lahan dilakukan ha- umur diatas 3 tahun. Produksi sebesar
nya dengan cara membabat semak- itu termasuk yang masih rendah dan
semak atau pohon-pohon kecil, di- dapat ditingkatkan lagi manakala petani
kumpulkan, setelah kering kemudian menerapkan teknologi anjuran.
dibakar. Jarak tanamnya tidak teratur Tahapan proses yang dilakukan
antara 1-4 m dibuat lubang tanam tanpa memperhatikan kebersihan dan
secara tugal tidak beraturan dan efisiensi sehingga yang terjadi produk
langsung ditanam. Bibit yang dipilih gambir kurang higienis, sering tercemar
3
dengan kotoran yang tidak berguna se- Pengolahan gambir melalui beberapa
perti rumput, tanah dan lain-lain, yaitu tahapan antara lain : perebusan, pe-
daun dan ranting hasil panen ditumpuk ngempaan, pengendapan, penirisan,
di pabrik tanpa alas, kemudian di- pencetakan dan pengeringan. Pada ta-
gulung dan direbus. hapan pengolahan secara tradisional
Efisiensi kurang diperhatikan se- tersebut terjadi penurunan kadar cate-
perti dalam hal penyimpanan larutan chu-tannatnya karena ikut terlarut da-
getah sering tercecer dan tidak semua lam air sisa pengepresan (Zamarel dan
getah terserap atau getah masih tersisa Risfaheri, 1991).
didalam ampas. Untuk meningkatkan
PERKEMBANGAN HASIL
produk gambir ada kalanya kemurnian
PENELITIAN
gambir kurang diperhatikan. Pengolah
kadang-kadang biasanya pada saat pe- Bahan tanaman
ngendapan dilaksanakan ditambahkan Gambir umumnya diperbanyak
dedak padi atau tanah liat kedalam la- secara generatif (dengan biji). Per-
rutan gambir. Akibatnya kemurniannya banyakan dengan cara vegetatif seperti
rendah, kualitas merosot dan harganya cangkok, setek dan layering dapat tum-
pun jatuh (Dinas Perindustrian Provinsi buh namun tingkat keberhasilannya sa-
Sumatra Selatan, 2002). ngat rendah dan biayanya mahal. Oleh
Pengolahan hasil karena itu perbanyakan umumnya dila-
kukan dengan biji karena mempunyai
Proses pengolahan daun menjadi tingkat keberhasilan yang sangat tinggi
gambir dilakukan dalam pabrik peng- mencapai 80-90% (tergantung dari
olah yang terletak di kebun petani yang keadaan benih). Namun karena daya ta-
berlokasi jauh dari rumah petani. han benih terbatas (mungkin termasuk
Umumnya masih menggunakan alat benih rekalsitran), maka benih tidak da-
pengolahan sederhana, berupa kempa pat disimpan lama, apalagi bila di-
atau kampo yang terbuat dari dua bilah letakkan di tempat terbuka. Semakin la-
kayu besar bebentuk huruf V dengan ma benih disimpan maka tingkat keber-
panjang kayu sekitar 3 meter. Peng- hasilannya makin rendah. Menurut
gunaan alat pengolahan serupa ini Danian et al. (2004) benih/biji diambil
membutuhkan waktu relatif lama, biaya dari buah yang telah masak (berwarna
lebih tinggi dan membutuhkan be- kuning kecoklatan) dan berasal dari
berapa tenaga kerja yang spesifik, satu pohon induk varietas unggul yakni
seperti tukang kempa, tukang petik dan varietas Udang, Riau atau Cubadak.
lain-lain. Mencari tenaga yang spesifik Varietas unggul gambir yang telah
seperti ini sangat sulit dan mahal. Peng-
dilepas ada 3 varietas (Tabel 1).
operasian alat kompa tersebut disam- Buah yang telah masak dipetik
ping menguras tenaga juga beresiko sebelum pecah, langsung dijemur se-
terhadap keselamatan kerja dan harus lama 2-3 hari. Wadah tempat
mempunyai keterampilan khusus da- penjemuran perlu ditutup dengan kain
lam memproses hasil getah gambir.
4
Tabel 1. Karakter morfologi, produktivitas dan tipe gambir di Sumatra Barat dan
Riau
Parameter Udang Riau Cubadak
Jumlah daun/ranting (lembar) 10-18 10-24 6-16
Jumlah rating/cabang (buah) 5-9 6-11 4-8
Jumlah cabang/batang (buah) 7-13 8-14 6-13
Bobot daun dan ranting per tanaman (kg) 4,5-7,0 4-7 4,2-7,3
Rendemen (%) 6,5-7,0 5,5-6,0 6,0-6,5
Bobot getah kering per ha (kg) 750-1200 550-950 630
Sumber : Danian et al. (2004)
5
tanaman berbaris menurut kontur di dinding lubang kedalaman kurang
(dalam baris rapat antar baris jarang). lebih 20 cm dari permukaan tanah.
Setelah dibersihkan dilakukan Lubang tanam dinaungi dengan se-
pengajiran dan pembuatan lubang ta- lembar kulit pohon atau papan agar
naman berukuran 40 x 40 x 40 cm atau benih tidak terkena sinar matahari
minimal 30 x 30 x 30 cm dengan jarak secara langsung dan air hujan. Lubang
yang ideal 2 x 2 m (2.500 tanaman/ha) tanam tidak ditimbun dengan tanah,
yang memberikan produksi tertinggi. akan tetapi dibiarkan terbuka. Lubang
Menurut Yuhono (2004) bahwa lubang tanam akan tertutup secara alami atau
tanam berukuran 30 x 30 x 30 cm atau ditutup sedikitdemi sedikit dalam
dibuat lubang tanam dengan cara di- selang waktu 3-6 bulan (Hadad et al.,
tugal saja dengan jarak tanam ber- 2007).
variasi antara 2 x 2 m, 2 x 3 m atau 2,5 Pemeliharaan
x 2,5 m. Sewaktu penggalian lubang,
Pemeliharaan tanaman gambir
tanah bagian atas yang masih mengan- meliputi : penyiangan naungan disaat
dung humus dipisahkan dari bagian ba- baru tanam sampai dengan umur 1,5-2
wah setelah 15 hari lubang ditutup tahun, kemudian pemupukan dan pe-
kembali dengan tanah bercampur pu- ngendalian hama penyakit. Untuk men-
puk organik (kompos/pupuk kandang). stabilkan produksi tanaman gambir per-
Penanaman lu dilakukan upaya pemupukan yang
Waktu penanaman dilakukan pa- teratur. Penambahan pupuk NPK
da awal musim penghujan. Benih yang (10:10:10) sebanyak 80 g/batang akan
digunakan berupa bibit dalam kantong meningkatkan produksi (Hasan, 2000)
plastik dengan tinggi sekitar 40 - 75 (Tabel 2).
cm. Polibeg harus dibuka terlebih da- Hama dan penyakit
hulu sebelum ditanam pada lubang ta- Beberapa hama serangga di-
nam yang telah disediakan. Kemudian ketahui merusak daun dan pucuk ta-
setelah penanaman sebaiknya diberikan naman gambir, serangan ini dapat
naungan dengan daun kelapa atau merugikan saat umur tanaman 1-2
alang-alang. Petani gambir Kabupaten bulan tiap periode setelah panen. Pada
Kampar Propinsi Riau, umumnya umumnya hama yang menyerang ta-
menggunakan bibit yang masih kecil naman gambir disentra produksi adalah
dengan ukuran tinggi 5 – 10 cm. Benih : hama bela-lang (famili Orthoptera),
diambil dalam bentuk lempengan bibit ulat (famili Lepidoptera) dan kutu daun
bertanah. Setiap lempeng mengandung (famili Homoptera). Diantara hama-
ratusan benih, sehingga tak membutuh-
hama dari famili tersebut diatas, hama
kan biaya transportasi yang besar jika penting yang menyerang tanaman
bibit dibawa ke kebun dalam bentuk gambir diantaranya adalah seperti pada
lempeng dibandingkan bibit dalam Tabel 3. Cara pengendalian yang dapat
polibeg. Cara penanaman benih dalam dilakukan yaitu 1). melakukan pe-
bentuk lempeng, dimana benih ditanam
6
Tabel 2. Produksi gambir pada berbagai jarak tanam dan dosis pemupukan (daun
dan ranting) kg/rumpun
Jarak tanam Tanpa pupuk NPK (12:12:17) NPK (15:15:15)
2 x 2 bujur sangkar 2.967 4.148 7.213
1 x 4 persegi panjang 3.589 3.706 3.700
2 x 2 diagonal 2.851 3.098 4.287
Sumber : Hasan (2000)
Tabel 3. Jenis hama dan gejala serangannya
Jenis/Nama hama Bagian tanamn yang diserang
Hama penggulung daun Palpita marinata Daun muda & bunga yang baru mekar
Hama Wereng Batang (Leptocentrus sp) Pucuk-pucuk daun muda
Sura uncariae, Schn Kambium, xilem dan kulit batang
Ectropis bhurtmitra (wlk.) Daun-daun muda
Daphnis hypothous Cr. Pucuk-pucuk daun
Thosea lutea, Hyl Daun gambir
Oreta carnea Daun gambir
Sumber : Hasan (2000) dan Anonim (2000)
7
tani, semua cabang dan ranting yang UPAYA PERBAIKAN MUTU
mati dibuang, sehingga terlihat bersih GAMBIR
dari cabang dan ranting. Setelah enam Proses perbaikan mutu (pemur-
bulan pemangkasan, pangkas meja nian gambir), dapat juga dilakukan se-
menghasilkan berat brangkasan dan cara berkelompok. Dalam rangka mela-
produksi gambir kering tertinggi di-
kukan intermediasi dari keterbatasan
bandingkan dengan ketiga cara pe- yang dimiliki oleh petani dan kebu-
mangkasan yang lainnya (Tabel 4). tuhan akan pasar ekspor gambir. Maka
Mutu gambir perlu dirancang pengembangan in-
Menurut Gusminar (2003) bah- dustri pemurnian gambir secara ter-
wa dari hasil survey terhadap mutu padu. Industri pemurnian gambir yang
gambir asalan yang diperdagangkan di menghasilkan Gambir Wafer-block,
Sumatra Barat pada saat ini banyak ter- yaitu gambir dengan desain produk
dapat variasi antara satu sama lainnya yang lebih sempurna baik ditinjau dari
terutama warna, bentuk dan ukuran aspek penampilan yang meliputi :
gambir yang diperdagangkan (Tabel 5). warna, bentuk permukaan hasil cetakan
Tabel 4. Berat brangkas dan produksi gambir kering, setelah 6 bulan pemangkasan
Perlakuan Berat brangkas (kg/btg) Produksi gambir kering (kg/ha)
Pangkas meja 4,25 735,25
Pangkas bersih 3,87 464,40
Pangkas dalam 3,00 371,25
Pangkas petani 3,70 521,70
Sumber : Hasan (2001)
Tabel 5. Karakteristik gambir asalan yang diperdagangkan di Sumatra Barat
Ukuran (cm) Berat per Jumlah Kadar Air
No Bentuk gambir Warna butir butiran (% dry
Diamater Tinggi (gram) per kg basis)
1. Silinder,cekung Kuning tua
2,28 2,52 3,39 295 18,96
bagian atas
2. Silinder,cekung Kuning tua
2,14 2,44 4,93 202 20,02
bagian atas kecoklatan
3. Silinder tak Coklat
2,88 2,49 11,83 86 17,86
Beaturan kehitaman
4. Silinder tak Hitam
2,73 2,60 11,12 89 18,53
Beaturan
5. Berbentuk Hitam
4,50 1,84 20,86 48 18,66
Coin
6. Silinder tak Hitam
2,74 2,95 12,43 80 17,16
Beaturan
7. Silinder tak Hitam
3,03 4,22 26,08 38 15,00
Beraturan
Sumber : Gusminar (2003)
8
berat butiran, kadar air, kadar abu, kan pihak Pemda dan Dinas terkait
kadar catechin, dan kadar bahan membantu dalam hal permodalan, sara-
tidak larut, sesuai persyaratan SNI na dan prasana, melakukan penyuluhan
031-3391-1994 (revisi tahun 1999). dalam membimbing budidaya gambir
Langkah ini dilakukan dalam upaya dengan penerapan GAP serta mencari-
menjadikan gambir sebagai produk kan mitra pasar dalam penyerapan pro-
ekspor unggulan yang memiliki duk yang dihasilkan. Konsep pe-
spesifikasi yang dapat dipertanggung ngembangan ini dapat dilihat pada
jawabkan mutunya dalam per- Gambar 3.
dagangan internasional. Prinsip pro-
ses produksi Gambir Waferblock
yang dilaksanakan adalah pemurnian
secara fisik tanpa memberikan per-
lakuan kimia (Gambar Lampiran 1)
(Nazir, 2005).
Mutu dari Gambir Waferblock
hasil pengolahan mekanis mempunyai
beberapa keunggulan, secara fisik ada-
lah warna kuning terang kecoklatan, A
dimensi (tebal 0,85 cm; panjang 3,25
cm; lebar 3,25 cm; volume per buah
8,98 cm³), berat per buah 6,29 g, ke-
rapatan 0,75 g/cm³, rendemen 45% dari
gambir asalan, sedangkan secara kimia
kadar catechin minimal 85%, kadar air
maksimal 14%, kadar abu maksimal
5%, kadar bahan larut dalam air mak-
simal 7% dan kadar bahan larut dalam B
alkohol maksimal 12% (Nazir, 2005). Gambar 2. (A) Gambir hitam; (B)
Produk Gambir Waferblock yang diha- gambir Waferblock
silkan dapat dilihat pada Gambar 2.
Dalam pengembangan pemurni- Dampak dari kerjasama pe-
an gambir (Gambir Waferblock) diper- ngembangan teknologi perbaikan peng-
lukan kerjasama dari berbagai macam olahan gambir secara terpadu yang di-
instansi terkait baik Perguruan Tinggi, harapkan adalah meningkatnya pen-
Balai Penelitian dan Instansi lain dalam dapatan petani dengan terjadinya
melakukan pembinaan dalam penerap- peningkatan harga jual gambir petani
an Good Agricultrual Practices (GAP) dan meningkatnya pendapatan
dan Goog Management Product masyarakat terutama anggota
(GMP) sehingga dihasilkan produk uta- kelompok tani.
ma gambir dengan mutu baik. Sedang-
9
Litbang/
Petani 1 Pembinaan
Perguruan Tinggi
(Penerapan GAP)
Pembinaan mutu
Petani 2 (Penerapan GMP)
Produk utama
Petani 3 Gambir Wafer
Gambir blok
Usaha Perbaikan
Pengolahan Pasar
Petani n
Income Gambir Terpadu Income
Profit
PEMDA dan
Pembinaan Dinas terkait
10
kebunan. Bogor 28-30 September Heyne, K., 1987. Tumbuhan Berguna
2004. Badan Penelitian dan Pe- Indonesia III. Terjemahan Badan
ngembangan Pertanian. Pusat Pe- Litbang Kehutaman. Dephut.
nelitian dan Pengembangan Perke- Jakarta.
bunan, Bogor. Kanwil Departemen Perdagangan,
Dinas Perindustrian dan Perdagangan 1997. Standar Mutu Komoditi
Sumbar, 2001. Perbandingan Rea- Dalam Menunjang Peranan Mutu
lisasi Ekspor Sumatra Barat Tahun Pada Perdagangan Internasional.
1995 – 2000. Kanwil Deperindak Penyuluhan peningkatan bokor
Propinsi Sumatra Barat. gambir di Pondok Sate Taman Sari
Gusminar, E., 2003. Studi Pengolahan Padang. Kanwil Deperindag.
Pasta Gambir Menjadi Gambir Padang.
Kering Cetak Bebentuk Biskuit. Nazir, N., 2005. Studi Kelayakan
Penelitian Skripsi. Fakultas Pendirian Pabrik Gambari Wafer-
Pertanian Universitas Andalas. block. Program Studi Teknologi
Padang. Industri Pertanian, Sekolah Pasca-
Hadad, EA., N.R. Ahmadi, Z. Hamid, sarjana, IPB Bogor.
2007. Laporan Ekspolasi Pemilihan Risfaheri dan Yuliani, 1999. Peng-
Blok Penghasil Tinggi (BPT) olahan Getah Gambir. Bahan pela-
Tanaman Gambir di Kabupaten jaran Latsitarda Nusantara XX
Kampar Provinsi Riau. Kerjama AKABRI Tahun 1999 di BP TTC
Dinas Perkebunan Kabupaten P3FT Lipi Subang 27 Juli.
Kampar Provinsi Riau dengan Risfaheri, Emmyzar dan H.
Balai Penelitian Tanaman Rempah Muhammad, 1991. Budiaya dan
dan Aneka Tanaman Industri Suka- Pascapanen Gambir. Temu tugas
bumi. Aptek Pertanian Sub Sektor Per-
Hasan, Z., 2000. Pemupukan Tanaman kebunan 3-5 September. Solok.
Gambir. Prosiding Teknologi Pe- Roswita, R., 1998. Prospek Gambir di
ngolahan Gambir dan Nilam. Sumatra Barat. BIP (01) Padang.
Padang 24 – 25 Januari 2000. Balai Yuhono, JT., 2004. Analisis Penda-
Penelitian Tanaman Rempah dan
patan Usahatani dan Pemasaran
Obat. Bogor. Gambir. Buletin TRO No 2. Badan
Hasan, Z., 2001. Pengaruh Beberapa Litbang Pertanian. Balai Penelitian
Cara Pemangkasan Tajuk Terhadap Tanaman Rempah dan Obat,
Pertumbuhan dan Produksi Gambir Bogor.
(Uncaria gambir (Hunter) Roxb). Zamarel dan Risfaheri, 1991.
Jurnal Littri Vol. 7 No. 4. Balai Perkembangan Penelitian Tanaman
Penelitian Tanaman Rempah dan Industri lain. Edisi Khusus Littro
Obat. Bogor. VII (2).Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat. Bogor.
11
Collecting
(Pemgumpulan bahan baku dengan
pembeberan dibawah sinar matahari satu hari)
Conditioning
(penyeragaman kadar air bahan baku)
Weighting
(Penimbangan)
Drilling
(Penggilingan)
Fitering I Filtrat 1
(Penyaringan 1) (Filtrat 1)
Substrat 1 Bak
(Endapan 1) Penampungan
Blending in water
(Pengadukan dengan air dingin)
Fitering 2 Filtrat 2
(Penyaringan 2) (Filtrat 2)
Substrat 2
(Endapan 2)
Drying
(Pengeringan)
Conditioning
(Penyeragaman produk)
Quality control
(Kontrol kualitas produk)
Packaging
(Pengepakan)
12