Kearifan Lokal Dalam Globalisasi
Kearifan Lokal Dalam Globalisasi
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
para pembaca. Adapun penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan
makalah ini. Terima kasih.
Penyusun,
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia, negara kaya akan keanekaragaman budaya, etnis, suku dan ras
dengan lebih dari 389 suku bangsa yang memiliki adat istiadat, bahasa, tata nilai
dan budaya yang berbeda-beda. Potensi aset budaya memiliki nilai sejarah dan
merupakan rangkaian pusaka (heritage) yang perlu dilestarikan, dijaga
kesinambungan dan dijadikan pijakan dalam perencanaan dan perancangan
lingkungan binaan berkelanjutan. Namun, adanya globalisasi dapat mengancam
eksistensi kearifan lokal dari rangkaian pusaka tersebut.
2
Situasi sosial politik di suatu negara baik yang positif maupun negatif,
tidaklah bisa dilepaskan dari pengaruh berbagai gejolak yang terjadi di tingkat
global ditentukan oleh citra diri dan identitas bangsa itu sendiri yang mana
masing-masing bangsa di dunia sudah pasti memiliki citra diri dan identitas
masing-masing sehingga setiap pengaruh global yang diterima setiap bangsa dan
negarapun akan berbeda.
Hal ini sangatlah berbahaya bila kita tidak memfilter serta membedakan
mana budaya asing yang dapat diserap dan mana yang tidak. Jika kita melihat
kondisi riil masyaratIndonesia sekarang ini, ternyata daya serap masyarakat
terhadap budaya global lebih cepat dibanding daya serapnya terhadap budaya
lokal. Bukti nyata dari pengaruh globalisasi itu, antara lain dapat disaksikan dari
gaya berpakaian, dan gaya berbahasa masyarakat Indonesia, khususnya generasi
muda yang sudah berubah yang kesemuanya itu diperoleh karena kemajuan
tehnologi iformatika dan komunikasi khususnya pada media masa. Globalisasi
media dengan segala nilai yang dibawanya seperti lewat televisi, radio, majalah,
koran, buku, film, VCD, HP, dan kini lewat internet sedikit banyak akan
berdampak pada budaya dan kehidupan masyarakat Indonesia.
3
B. Identifikasi Masalah
Dalam perkembangannya globalisasi menimbulkan berbagai masalah dalam
bidang kebudayaan., misalnya hilangnya budaya asli suatu daerah atau suatu
negara, terjadinya erosi nilai-nilai budaya, menurunya rasa nasionalisme dan
patriotisme, hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong-royong, kehilangan
kepercayaan diri, gaya hidup kebarat-baratan. Dan masalah terhadap eksistensi
terhadap kebudayaan daerah, salah satunya adalah terjadinya penurunan rasa cinta
terhadap kebudayaan yang merupakan jati diri bangsa, maka kita sebagai generasi
muda patut untuk menyeleksi mana yang baik dan benar guna untuk masa depan.
C. Rumusan Masalah
1. Apa pengaruh globalisasi media terhadap kebudayaan dan perilaku
masyarakat ?
2. Tindakan apa yang dapat mempengaruhi eksistensi kebudayaan di era
globalisasi ini ?
3. Bagaimana cara mengatasi dampak negatif globalisasi tersebut ?
D. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh globalisasi terhadap eksistensi kebudayaan
daerah
2. Untuk meningkatkan kesadaran remaja untuk menjujung tinggi
kebudayaan bangsa sendiri karena kebudayaan merupakan jati diri
bangsa.
3. Mengembangkan potensi afektif bangsa Indonesia sebagai warga
negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
4. Mengembangkan kemampuan bangsa Indonesia agar selektif untuk
memilah budaya yang masuk serta membedakan mana yang baik dan
benar.
5. Para generasi muda agar tidak menganggap remeh dan tidak bersikap
negatif terhadap kebudayaan yang masuk.
4
6. Untuk meningkatkan kedisiplinan dalam mengembangkan budaya
sendiri.
E. Manfaat
1. Memberikan informasi bagaimana globalisasi berpengaruh pada
eksistensi budaya deareh
2. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai proses globalisasi
pada aspek kebudayaan
3. Memberikan informasi penjelasan tentang dampak globalisasi
4. Menjelaskan kepada masyarakat tentang definisi serta pengertian
globalisasi
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Tujuam globalisasi ada 3 macam, yaitu :
Globalisasi memiliki arti penting bagi bangsa Indonesia, yaitu kita dapat
mengambil manfaat dari globalisasi dan menerapkannya di Indonesia. Manfaat
globalisasi antara lain kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, mempermudah
arus modal dari Negara lain, dan meningkatkan perdagangan international.
Globalisasi memiliki nilai-nilai positif namun juga memiliki nilai-nilai negative.
Untuk menyaring nilai-nilai negative, maka kita harus berpedoman pada nilai-
nilai POancasila, karena nilai- nilai Pancasila sesuai dengan situasi dan kondisi
bangsa Indonesia. Jika kita mengambil nilai-nilai negative globalisasi, maka yang
akan terjadi adalah kaburnya jati diri bangsa Indonesia dan masuknya kebiasaan-
kebiasaan buruk.
Tindakan itu dapet dilakukan datam dua bentuk. Pertama; suatu komunitas
dapat menutup diri secara budaya, yaitu dengan hanya menganut nilai-nilai asli
(primordial) yang sudah berkembang secara turun temurun di samping dengan
tegas menolak nilai apa pun yang datang dari luar. Dalam situasi seperti itu nilai-
nilai primordial diperlahrkan sebagai benteng untuk merjaga diri dari pengaruh
7
nilai-nilai asing. Dalam upaya menjaga diri tersebut, kadang-kadang dilakukan
kekerasan, baik kekerasan mental (ancaman dan kutukan), atau kekerasan
jasmani, seperti pengucilan dan pembuangan terhadap anggota yang di anggap
murtad. Salah satu contoh perkembangan ekstrem seperti itu dapat ditemukan
dalam bentuk fundamentalisme agama. Kedua; adalah dengan berasimilasi secara
kreatif terhadap situasi globalisasi. Orang atau komunitas yang kreatif akan
menyadari bahwa sedikit-banyak, besar kecil, cepat-lambat prubahan akan terjadi
dan tidak bisa dihindari.
8
Namun dari waktu ke waktu nilai-nilai luhur kearifan lokal. mulai meredup,
memudar, kehilangan makna substantifnya. Lalu yang tertinggal hanya kulit
permukaan semata, yang menjadi simbol yang tanpa arti. Tentu banyak faktor
yang membuat kearifan lokal dan budaya masyarakat secara umum, kehilangan
kekuatannya. Selain kekurangmampuan masyarakat dalam memaknai secara
kreatif dan kontekstual kearifan lokal. Faktor lain adalah pragmatisme dan
keserakahan yang biasanya dimulai dari sebagian elit masyarakat.
9
zaman dulu. Jika demikian secara otomatis secara perlahan-lahan budaya tersebut
akan punah karena tidak ada lagi yang berminat untuk melestarikannya.
Contohnya adalah budaya ludruk. Pada tahun 1980-an masih berjaya, tapi
ditahaun 2000-an kini mengalami ‘mati suri’.
10
diperlukan setrategi untuk meningkat daya tahan budaya dalam menghadapinya.
Cara yang dapat dilakukan adalah dengan pembangunan jati diri bangsa. Jati diri
bangsa sebagai identitas nasional dapat dibangun dengan dengan menanamkan
nilai kearifan lokal sejak dini.
Ketika kita telah memegang teguh nilai kearifan lokal dan nilai dasar
kebudayaan lokal , kita tidak akan menerima budaya asing yang masuk dengan
begitu saja. Nilai – nilai tersebut akan berguna sebagai filter. Ketika budaya asing
yang masuk sesuai dengan budaya lokal maka budaya asing tersebut dapat
diterima, begitu pula sebaliknya. Dengan demikian kita tetap dapat maju
selayaknya negara-negara lain (yang mengikuti arus globalisasi) tanpa harus
menghilangkan identitas nasional kita.
Nilai-nilai kearifan lokal di Indonesia sangat beragam. Oleh sebab itu, untuk
mendiskusikan kearifan lokal yang ada di Indonesia bukan pekerjaan yang
gampang dan mudah. Hal ini bersangkut dengan begitu banyaknya kekayaan
kearifan lokal yang ada di Indonesia. Dunia pun sudah mengakui akan keragaman
budaya yang ada di Indonesia. Oleh sebab itulah, menurut para peneliti budaya,
Indonesia merupakan objek yang tak habis habisnya diteliti dalam hal kebudayaan
etnis. Pendapat ini sangat paradoks sekali dengan kita sendiri sebagai bangsa
11
Indonesia, yang kadang-kadang menganggap bahwa budaya etnis tersebut tidak
ada apa-apanya. Sehingga kita menganggap bahwa budaya etnis tidak perlu
diperhatikan lagi.
Fluralisme bangsa Indonesia dari sisi etnis budaya dan lainnya juga
menunjuk kepada karaktreristiknya. pada sast yang sama, kekhasan itu pada
umumnya memiliki kearifan yang pada masa yang lalu menjadi salah satu sumber
nilai dan inspirasi dalam merajut dan menapaki kehidupan mereka. Sejarah telah
menunjukkan,bahwa masing-masing etnis memiliki kearifan tokal sendiri.
Misalnya saja orang Batak terbiasa dengan sifat keterbukaannya, orang Jawa
sangat identik dengan kehalusannya dan etnis Tionghoa terkenal dengan
keuletannya. Lebih dari itu, pada mereka masing-masing memiliki keakraban dan
keramahan dengan lingkungan alam yang mengitarinya.
Kendati tidak akan menjamin bahwa berbagai persoalan hidup ini akan
selesai dengan kembali pada pendalaman dan pemahaman kearifan lokal. Tetapi
reformulasi kearifan lokal sangat peru dilakukan. Masyarakat Indonesia sudah
sepatutnya untuk kembali kepada jati diri mereka melalui pemaknaan kembali dan
reformulasi nilai-nilai luhur budaya mereka. Dalam kondisi saat ini upaya yang
perlu dilahirkan adalah menguak makna substantif kearifan lokal sebagai misal,
keterbukaan dikembangkan dan dikontekstualisasikan menjadi kejujuran, dan
kehalusan diformulasi sebagpi keramahtamahan yang tulus. kemudian harga diri
diletakkan dalam upaya pengembangan prestasi. Selanjutnya, hasil reformulasi ini
perlu dibumikan dan disebarluaskan ke seluruh masyarakat sehingga merjadi
identitas bangsa yang kokoh, dan bukan sekadar menjadi identitas suku atau
masyarakat tertentu. Ketulusan, perlu dijadikan modal dasar bagi segenap unsur
bangsa. Ketulusan untuk mengakui kelemahan diri masing-masing, dan ketulusan
untuk membuang egoisme, keserakahan, serta mau berbagi dengan yaug lain
sebagai entitas dari bangsa yang sama Para elit di berbagai tingkatan perlu
menjadi garda terdepan, bukan dalam ucapan tapi dalam praktis konkrit untuk
memulai. Dari ketulusan, seluruh elemen bangsa itulah kemudian akan
12
dikokohkan lagi kebhinnekaan. Dengan kemauan untuk kebersamaan di antara
yang satu dengan yang laiilnya, kita bersama-sama berusaha menyelami
kehidupan secara arif dan bijak. Maka, dipastikan pijar-pijar lampu kehidupan
akan menerangi dan menuju kehidupan yang lebih baik sejatrtera damai dan adil.
13
BAB III
KESIMPULAN
Nilai-nilai kearifan lokal bukanlah nilai usang yang harus dimatikan, tetapi
dapat bersinergi dengan nilai-nilai universal dan nilai-nilai modern yang dibawa
globalisasi. Dunia internasional sangat menuntut demokrasi, hak asasi manusia,
lingkungan hidup menjadi agenda pembangunan di setiap negara
Oleh karena itu, diperlukan usaha dari masyarakat sekarang untuk sebisa
mungkin lebih menomorsatukan dan mencintai budaya lokal. Karena budaya lokal
berpengaruh besar dalam menangkal budaya-budaya asing yang masuk dan
bersifat negatif.
14
DAFTAR PUSTAKA
6. http://www.pa-sengeti.go.id/index.php/arsip-berita/386-mendagri-pentingnya-
nilai-kearifan-lokal-menangkal-arus-globalisasi
7. http://sekolahbareng.blogspot.com/2012/10/konsep-dan-ciri-ciri-
globalisasi.html
8. http://sosbud.kompasiana.com/2012/02/03/pengaruh-globalisasi-terhadap-nilai
-budaya-indonesia/
9. http://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/05/pengertian-globalisasi.html
10. http://www.karangasemkab.go.id/index.php?option=com_content&view=artic
le&id=759:dampak-globalisasi-terhadap-budaya-lokal-dan-prilaku-
masyarakat&catid=54:artikel&Itemid=81
11. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/03%20Safril%20Strategi%20Meningkatkan
%20Daya%20Tahan%20Budaya%20Lokal%20Safril%20mda.pdf
12. http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/306
13. http://azia-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-50118-buku%20politik-
Globalisasi%20dan%20Pertarungan%20Nilai%20Budaya%20Antar%20Bang
sa.html
14. http://geraldterryimanuel.wordpress.com/2012/06/30/aktualisasi-pancasila-
dalam-menghadapi-era-globalisasi/
15