Anda di halaman 1dari 37

BAB II

ISI

A. KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI


1. Melaksanakan penapisan gizi/screening status gizi populasi dan atau kelompok
masyarakat (Kes. AG.02.38.01)
2. Membantu menilai status gizi populasi dan atau kelompok masyarakat
(Kes.AG.02.39.01)
3. Melaksanakan asuhan gizi untuk klien sesuai kebudayaan dan kepercayaan dari
berbagai golongan umur (Kes. AG.02.40.01)
4. Berpartisipasi dalam program promosi kesehatan/pencegahan penyakit di masyarakat
(Kes.AG.02.41.01)

B. SKENARIO
Hasil pengukuran antropometri remaja usia 13-15 tahun dengan indeks IMT/ U kategori
kurs 16,2%, normal 75%, overweight 3,8%, obesitas 5 %. Asupan energi dan zat gizi makro
termasuk kategori kurang. Pengetahuan remaja tentang kebutuhan dan asupan zat gizi serta
persepsi terhadap status gizi masih sangat kurang. Program UKS di sekolah sudah berjalan
dengan baik namun materi yang berkaitan dengan hal tersebut belum maksimal. Perlu
intervensi yang tepat seperti perencanaan media penyuluhan dan merencanakan kerjasama
dengan pihak terkait untuk mengatasi masalah tersebut.

C. DAFTAR UNCLEAR TERM


NO UNCLEAR TERM PENGERTIAN
1 Antropometri Ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh
manusia. Dalam bidang ilmu gizi digunakan untuk
menilai status gizi. Ukuran yang sering digunakan
adalah berat badan dan tinggi badan, selain itu juga
ukuran tubuh lainnya seperti lingkar lengan atas,
lapisan lemak bawah kulit, dan lingkaran perut.
Ukuran-ukuran antropometri tersebut bisa berdiri
sendiri untuk menentukan status gizi dibanding baku
atau berupa indeks dengan membandingkan ukuran
lainnya seperti BB/U, BB/TB, dan TB/U.
Antropometri berasal dari kata anthropo (manusia)
dan metrci (tulang) yaitu ukuran tubuh manusia.
Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi
(Proverawati dan Wati, 2010)
2 Obesitas Suatu penyakit kronis dengan ciri-ciri beragam
antara timbunan lemak tubuh yang berlebihan
(eksesif). Batasan obesitas antar para ahli, namun
biasanya digunakan patokan kelebihan berat badan
sebesar 20% atau lebih dari berat badan ideal.
Namun berat badan saja tidak cukup karena tinggi
badan, bentuk dan besar rangka ikut menentukan
berat badan. Pada berat badan yang sama bisa
berbeda tingkat obesitas. Di Indonesia dinilai dengan
memakai indek masa tubuh (IMT), berat badan
dalam kilogram dibagi kuadrat tinggi badan dalam
meter, disebut obesitas jika nilainya lebih dari 27,0.
Obesitas merupakan indikator risiko terhadap
beberapa penyakit dan kematian (Sadjaja dkk, 2009)
3 Overweight Overweight atau gizi lebih merupakan keadaan yang
pemenuhan kebutuhan melampaui batas lebih dari
cukup (kelebihan) dalam waktu lama. Hal ini
dicerminkan pada kelebihan berat badan yang terdiri
dari timbunan lemak, besar tulang, dan otot daging.
Batas gizi lebih pada balita antara lebih dari > 2,00
SD sampai dengan +3,0 SD baku WHO (Sandjaja
dkk,2009).
4 Media penyuluhan Alat (sarana) yang digunakan untuk menyebarkan
pesan menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat
tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti tetapi juga
mau dan dapat melaksanakan suatu anjuran yang ada
kaitannya dengan kesehatan. Variasi penggunaan
media akan berpengaruh terhadap pola interaksi
penyuluhan, adapun media yang dapat digunakan
berupa media audio (dapat didengar), media visual
(dapat dilihat), dan media-visual (dapat didengar dan
dapat dilihat). (Supariasa, 2013)
5 Indeks Menurut KBBI Indeks adalah rasio antara dua unsur
yang mungkin terjadi ukuran suatu ciri tertentu.
6 UKS Usaha kesehatan sekolah (UKS) merupakan salah
satu kesehatan pokok yang dilaksanakan oleh
puskesmas dan juga usuaha kesehatan masyarakat
yang dijalankan disekolah-sekolah dengan anak
didik beserta lingkungan sekolah sebagai sasaran
utama. Usaha kesehatan sekolah juga berfungsi
sebagai lembaga penerangan agar anak tahu
bagaimana cara menjaga kebersihan diri, menggosok
gigi yang benar, mengobati luka, merawat kuku dan
juga memperoleh pendidikan seks yang sehat
(Prastati 2008 dalam Effendi, 2009). Usaha
kesehatan di juga memerlukan wadah untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehat dengan
derajat kesehatan peserta didik sedini mungkin.
Usaha kesehatan di sekolah merupakan perpaduan
antara dua upaya dasar, yaitu upaya pendidikan dan
upaya kesehatan pada giliran nanti diharapakn UKS
dapat dijadikan sebagai usaha untuk meningkatkan
kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur, jenis
dan jenjang pendidikan (Prastati 2008 dalam
Effendi, 2009).
7 Maksimal Menurut kamus besar bahasa Indonesia maksimal/
mak’si’mal/ a sebanyak-banyakmya; setinggi-
tingginnya; tertinggi.
8 Asupan Energi Asupan energi yang dikonsumsi berupa makanan
dan minuman (Sandjaja dkk, 2010).
9 Persepsi Persepsi adalah pola pandang seseorang terhadap
sebuah permasalahan (sesuatu hal). Persepsi
terbentuk oleh pengalaman hidup seseorang,
penanaman dari orang yang memiliki otoritas dan
juga proses belajar (Dwiyani, 2009).
10 Zat Gizi Substansi dalam makanan yang dibutuhkan oleh
tubuh untuk hidup sehat, terdiri dari karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral. Di dalam tubuh,
zat-zat gizi tersebut berfungsi sebagai sumber energi
dan tenaga (terutama karbohidrat dan lemak),
sumber zat pembangun (protein), terutama untuk
pertumbuhan, perkembangan, pertahanan dan
perbaikan jaringan tubuh, serta sumber zat pengatur
(vitamin dan mineral). Bila kekurangan dan
kelebihan dapat menyebabkan perubahann
karakteristik biokimia dan fisiologis tubuh (Kamus
Gizi, 2010).
11 Program Kumpulan dari berbagai kegiatan yang merupakan
uraian dan penjabaran dari suatu rencana
(Dwiwibawa, 2008).
12 Pihak Terkait Pihak terkait/stakeholder ialah organisasi, kelompok,
individu yang secara langsung terlibat/terhubung
dengan proyek atau program yang direncanakan.
13 Penyuluhan Penyuluhan merupakan terjemahan dari counseling
yang merupakan bagian kepada dari bimbingan
penyuluhan merupakan “jantung” usaha bimbingan
secara keseluruhan (Counseling in the heart of
guindance program). Ruth strang (1985) yang
dikutip oleh Sukardi (1995) menyatakan “guidae is
broader counseling is a importatn tool og guidance”
(maulana, 2009). Dalam konsepsi kesehatan secara
umum, penyuluhan kesehatan diartikan sebagai
kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan
dengan cara menyebarluaskan pesan dan menanam
keyakinan. Penyuluhan kesehatan bertujuan
mengubah perilaku kurang sehat menjadi sehat
(Maulana, 2009).
14 Kerja Sama Menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah
kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa
orang (lembaga, pemerintah, dan sebagainnya) untuk
mencapai tujuan bersama. Kerja sama adalah suatau
usaha bersama antara orang per orang atau kelompok
manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan
bersama (Sunaryo, 2002).
15 Pengetahuan Menurut kamus besar bahasa Indonesia
pengetahuan/ pe’nge’ta’hu’an/ 1. Segala sesuatu
yang diketahui; kepandaian; 2. Segala sesuatu yang
diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran).
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi
melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga
terhadap objek tertentu.
16 IMT/U Merupakan indikator yang terutama bermanfaat
untuk penapisan kelebihan berat badan dan
kegemukan. Indikator IMT/U hampir sama dengan
BB/PB atau BB/TB. Ketika melakukan interpretasi
resiko kelebihan berat badan, perlu
mempertimbangkan berat badan orang tua. Jika
seorang anak memiliki orang tua yang obes, akan
meningkatkan resiko terjadinya kelebihan berat
badan pada anak (Anggreini, 2012).
17 Zat gizi Makro Zat gizi dalam makanan dibagi menjadi dua
kelompok besar, yaitu zat gizi makro dan zat gizi
mikro sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan tubuh
dalam sehari. Zat gizi makro adalah zat gizi yang
membentuk bagian utama makanan yang dibutuhkan
tubuh dalam jumlah yang lebih banyak. Zat gizi
makro berupa karbohidrat, protein, dan lemak
(Kamus Gizi, 2010).
18 Usia Menurut kamus besar bahasa Indonesia umur adalah
1. Lama waktu hidup atau ada. 2. Hidup, nyawa.
19 Kebutuhan Kebutuhan adalah segala seustau yang dibutuhkan
manusia untuk mempertahankan hidup serta untuk
memperoleh kesejahteraan dan kenyamanan (Habibi,
2015).
20 Perencanaan Perencenaan merupakan kegiatan atau proses
membuat rencana yang akan dipakai dalam kegiatan
atau sebuah perusahaan dalam rangka melaksanakan
pencapaian tujuannya. Didalam kegiatan-kegiatan
tersebut, perusahaan berhadapan dengan berbagai
keterbatasan sumber daya seperti tenaga kerja, dana,
waktu, peralatan dan kemampuan. Dengan adanya
rencana diharapkan kegiatan menjadi lebih efektif
dan efesien (Umar, 2000).
21 Remaja Remaja adalah masa transisi atau peralihan dari
masa anak-anak menuju masa dewasa yang ditandai
adanya perubahan fisik, psikis dan psikososial.
Sedangkan definisi remaja menurut WHO bersifat
konseptual, yaitu meliputi tiga kriteria yaitu biologis,
psikologis dan sosial ekonomi sehingga definisi
remaja adalah suatu masa seorang individu
berkembang saat pertama kali menunjukkan
perubahan tanda-tanda seksual sekundernya sampai
saat mencapai kematangan seksual, mengalami
perkembangan psikologis dan identifikasi diri dari
kanak-kanak menjadi dewasa dan terjadi peralihan
ketergantungan sosial-ekonomi yang relatif mandiri
(Dieny, 2014).
22 Pengukuran Pengukuran membandingkan suatu yang diukur
dengan satuan pembanding yang telah ditetapkan
sebelumnya (Djaali, 2009).
Maka kesimpulannya, pengukuran merupakan proses
memasangkan fakta-fakta suatu objek dengan satuan
tertentu (Djaali, 2007). Suatu rangkaian kegiatan
yang disusun secara sitematis untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan bersama (Heri Julianti dkk,
2001).

23 Kategori Menurut kamus besar Bahasa Indonesia yaitu


kategori/ka’te’go’ri/ 1). Bagian dari sistem
klasifikasi (golongan, jenis pangkat dan sebagainya),
2). Golongan satuan Bahasa anggotanya mempunyai
pelaku sintaksis dan sifat hubungan yang sama
adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
(memberi angka) terhadap sesuatu yang disebut
objek pengukuran atau objek ukur (Djaali, 2007).

24 Sekolah Kata sekolah berasal dari bahasa Latin Shole, scola,


scolae, scola yang berati “waktu luang”. Sekolah
bukannya sebuah tempat untuk memperoleh
pengetahuan atau informasi sebanyak-banyaknya
tetapi jauh lebih penting dari semua itu adalah
sebagai wadah bagi guru dan siswa untuk sama-sama
belajar, sama-sama mengamati apa yang terjadi
disekelilingnya dan lebih lagi pengamatan terhadap
diri masing-masing. Semua itu harus terjadi pada
saat batin tenang dan itulah makna senggang
sesungguhnya belajar dapat berlangsung dengan
sempurna pada saat batin tenang tanpa ada tekanan
(Pora, 2004).
25 Materi Sesuatu ynag menjadi bahan untuk diujikan,
dipikirkan, dibicarakan, dilarang dan sebagainya
(KBBI).
26 Mengatasi Menurut kamus besar Bahasa Indonesia mengatasi
adalah 1). Menguasai (keadaan dan sebagainya), 2).
Melebihi dalam hal; tinggi dari. 3). mengahkan 4).
Menanggulangi.
27 Kurus Kurus adalah status gizi yang didasarkan pada intake
berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) yang
merupakan padanan istilah wasted atau kurus
(Citerawati, 2016).
28 Intrevensi Intervensi dilakukan setelah proses pengkajian data
(assesment) dan indetifikasi diagnosis gizi
(Handayani, dkk, 2015). Intervensi gizi adalah
perencanaan dan implementasi. Intervensi gizi pada
NCP komuntias dibuat merujuk padaanalsiis
penyebab yang telah ditetapkan (Nasar dkk,2015).
Intervensi haruslah berbasisi pada penyebab
masalah. Dalam intervensi gizi dibuat suatu strategi
yang akan digunakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan (Citerawati dkk,2017). Intervensi
adalah serangkaian aktivitas spesifik dan berkaitan
dengan penggunaan bahan untuk menanggulangi
masalah. Aktifitas ini merupakan tindakan yang
terencanakan secara khusus dengan tujuan untuk
mengatasi masalah gizi berkaitan perilaku, kondisi
lingkungan atau status kesehatan individu, kelompok
atau masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi
klien (Sumapradja, dkk, 2011).
29 Status gizi Status gizi adalah k5eadaan tubuh yang merupakan
hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang
masuk kedalam tubuh dan penggunaanya. Status gizi
seseorang dipengaruhi oleh beberapa fakta yaitu
jumlah dan jenis makanan, pembagian makanan atau
pangan, kebiasaan makan, keterbatasan ekonomi,
selera makanan, pengetahuan gizi, dll (Cakrawati
dan Mustika, 2012). Status gzi adalah cerminan
ukuran terpenuhinya kebutuhan gizi. Status gizi
secara parsial dapat diukur dengan atropometri
(pengukuran bagian tertentu dari tubuh) atau
biokimia atau secara klinis (Sandjaja, 2009).
30 Energi Energi merupakan hasil salah satu hasil metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak. Berfungsi sebagai
zat tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan,
pengaturan suhu, dan kegiatan fisik. Faktor yang
perlu diperhatikan untuk menentukan energi remaja
adalah aktivitas fisik seperti olahraga yang diikuti
baik dalam kegiatan disekolah maupun diluar
sekolah. Remaja yang aktif akan banyak melakukan
olahraga memerlukan asupan energi yang lebih besar
dibandingkan dengan yang kurang aktif. Energi
adalah kapasitas tubuh, jaringan atau sel untuk
bekerja, yang diukur dalam kilokalori (Sandjaja,
2009).

D. CUES
Ahli gizi dapat menganalisis masalah yang terjadi, menentukan penyebab masalah,
menentukan intervensi untuk mengatasi masalah, merencanakan kerjasama dengan pihak
terkait seperti melalui media penyuluhan dan meningkatkan pengetahuan remaja terkait
kebutuhan zat gizi.

E. DAFTAR PROBLEM IDENTIFICATION


1. Termasuk dalam kategori apa dari masing-masing masalah (kurus, overweight, dan
obesitas) berdasarkan PHI ?
2. Berapa Cut off indeks IMT/U berdasarkan tabel Z-score untuk kategori kurus, normal,
overweight dan obesitas ?
3. Sebutkan tiga macam kategori obesitas ?
4. Apa penyebab masalah gizi berdasarkan kategori kurus, overweight, dan obesitas ?
5. Apa saja pengetahuan yang harus dimiliki remaja agar status gizi remaja baik dan berapa
persentase pengetahuan dikategorikan rendah, sedang dan tinggi ?
6. Apa saja kebutuhan zat gizi makro dan mikro untuk usia remaja ?
7. Apa saja program intervensi yang tepat untuk dilaksanakan, serta bagaimana tahapnya ?
8. Siapa saja pihak terkait yang dibutuhkan untuk bekerja sama dalam menjalankan program
?
9. Apa saja langkah-langkah dalam penyuluhan ?
10. Apa materi penyuluhan yang dapat diberikan kepada sasaran sesuai dengan masalah gizi
yang terjadi ?
11. Apa saja klasifikasi dan jenis media penyuluhan ?
12. Apa media penyuluhan yang tepat untuk sasaran ?
13. Bagaimana tahapan pelaksanaan FGD ?
F. HIPOTESIS

SKRINING

PENGUKURAN ANTROPOMETRI

KURUS 16,27%

OVERWEIGHT 3,8 %

OBESITAS 5%

PROBLEM HEALTH INDIKATOR (PHI)

RISKESDAS 2013

KURUS

PartisipasiAnalisis
Data Sintesa ANALISIS SITUASI
Analisis Stakeholder
Dasar Data
AnalisisMasalah Pohon
ANALISIS TUJUAN Masalah
Objective Tree
Metode Metode
Langsung Tidak ANALISIS ALTERNATIF
Langsung Cluster Objective Tree

INTERVENSI

MONITORING & EVALUASI


G. LEARNING ISSUES
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami:
1. Kategori dari masing-masing masalah (kurus, overweight dan obesitas) berdasarkan PHI.
2. Cut off indeks IMT/U berdasarkan tabel Z-score untuk kategori kurus, normal,
overweight, dan obesitas.
3. Tiga macam kategori obesitas.
4. Faktor-faktor penyebab masalah gizi berdasarkan kategori overweight, kurus, dan
obesitas.
5. Pengetahuan yang harus dimiliki remaja agar status gizi remaja baik, dan mengetahui
presentase pengetahuan berdasarkan kategori presetase pengetahuan rendah, sedang, dan
baik.
6. Kebutuhan zat gizi makro dan mikro untuk usia remaja.
7. Program intervensi yang tepat untuk dilaksanakan serta memahami tahapan prosesnya.
8. Pihak terkait yang dibutuhkan untuk bekerja sama dalam menjalakan program.
9. Langkah-langkah dalam penyuluhan.
10. Materi penyuluhan yang dapat diberikan kepada sasaran harus sesuai dengan masalah
gizi yang terjadi.
11. Klasifikasi dan jenis media untuk penyuluhan.
12. Media penyuluhan yang tepat untuk sasaran.
13. Tahapan pelaksanaan Focus Group Diskusi (FGD).

H. PEMBAHASAN LEARNING ISSUES


1. Kategori dari masing-masing masalah (kurus, overweight dan obesiatas) berdasarkan
PHI ?
1) Berdasarkan IMT/U kategori kurus 16,2% ini masuk dalam kategori % prevalensi
sangat tinggi karena angka kejadian nasionalisme di Indonesia berdasarkan
RISKESDAS untuk kurus 7,8 %.
2) Berdasarkan indeks IMT/U kategori Overweight 3,8% ini masuk dalam kategori
rendah, karena angka kejadian Overweight tersebut masih rendah menurut PHI
Overweight yang >10%.
3) Berdasarkan indeks IMT/U untuk kategori kejadian Obes 5% ini masuk dalam
kategori rendah, karena angka kejadian obesiatas pada remaja usia 13-15 tahun ini
masih rendah menurut PHI obesitas yang >10%.
2. Cut Off Indeks IMT/U berdasarkan tebel z-score untuk kategori kurus, normal,
overweight, dan obesitas
Kategori Status Gizi Remaja
Indeks Kategori Status Gizi Remaja Z-Score
Indeks Massa Tubuh Kegemukan (obesity) >+ 2 SD
Menurut Umur Kelebihan berat badan >+1 SD
(IMT/U) (overweight)
Normal -2 SD - +1 SD
Kurus (thinnes) < - 2 SD
Sangat kurus (severe thinness) < - 3 SD
(Dieny, 2014)

3. 3 macam kategori Obesitas


Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok sebagai berikut, yaitu:
1) Obesitas Ringan, jika kelebihan berat badan 20-40%
2) Obesitas Sedang, jika kelebihan berat badan 40-100%
3) Obesitas Berat, jika kelebihan berat badan 100%
(Citerawi dkk, 2017).

4. Penyebab maslah gizi berdasarkan kategori kurus, overweight dan obesitas


a. Kurus atau wasting
Penyebab secara langsung inadekuat nutrisi dan penyakit infeksi. Sedangkan
penyebab pokok masalah gizi kurang meliputi ketahanan pangan yang tidak
memadai, perawatan ibu, pelayanan kesehatan yang tidak memadai. Wasting
yang disebabkan oleh defisit asupan energi yang terjadi secara alamiah
sehubungan dengan tidak ketahanan pangan serta kelaparan. (Afriyani, 2016).
Gizi kurang pada remaja terjadi karena pola makan tidak menentu, perubahan
faktor psikososial yang dicirikan oleh perubahan transisi msa anak-anak ke masa
dewasa dan kebutuhan gizi yang tinggi untuk pertumbuhan cepat.

b. Overweight
Faktor utama penyebab overweight dan obesitas adalah aktivitas yang kurang,
perubahan gaya hidup, serta pola makan yang salah diantaranya pola makan
tinggi lemak dan rendah serat. Berdasarkan penelitian Hanley et al (2002) pada
masyarakat Kanada menemukan bahwa remaja 10-19 tahun yang menonton
televise > 5 jam per hari, secara signifikan lebih berpeluang mengalai gizi lebih
dibandingkan dengan remaja yang hanya menonton televise < 5 jam per hari.
Perubahan gaya hidup membuat remaja menyukai makanan cepat saji (Fast food)
yang minim nilai gizi, tinggi lemak dan sedikit mengandung serat.

c. Obesitas
Obesitas sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan terutama terjadi melalui
ketidakseimbangan pola makan, perilaku makan dan aktivitas fisik yang
berkaitan erat dengan perubahan gaya hidup.
1) Pola makan
Pola makan merupakan pencetus utama terjadinya obesitas yaitu dengan
mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang banyak, makanantinggi energi,
tinggi lemak, tinggi karbohidrat sederhana (gula), tinggi natrium dan rendah
serat. Selain itu tingginya konsumsi masyarakat terhadap junk food juga
merupakan penyebab terjadinya obesitas.
2) Faktor genetic
Merupakan penyebab obesitas secara tidak langsung namun genetic
menyumbangkan 80% kemungkinan seorang anak menjadi obesitas apabila
kedua orang tua mengalami obesitas dan 40% anak beresiko obesitas jika
salah satu orang tua mengalami obesitas.
3) Faktor psikologi
Merupakan tidak ketidakstabilan emosional seorang sehingga
menyebabkan kecenderungan untuk melakukan pelarian diri dengan cara
mengonsumsi makanan dalam jumlah banyak serta mengandung kalori dan
kolestrol yang tinggi.
4) Aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang kurang juga merupakan faktor pemicu terjadinya
obesitas. Aktivitas fisik dapat berupa kegiatan sehari-hari maupun latihan
fisik yang terstruktur. Aktivitas fisik mempengaruhi kapasitas organ tubuh.
Terpeliharanya kapasita organ tubuh dapat mempelancar seluruh sistem
dalam tubuh khususnya sistem metabolism sehingga penimbunan lemak dan
asam laktat dapat berkurang.
5. Pengetahuan yang harus dimiliki remaja agar status gizi remaja baik dan berapa
persentase pengetahuan dikategorikan rendah, sedang dan tinggi.
a. Pengetahuan yang harus dimiliki oleh remaja yaitu pengetahuan gizi
pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat gizi,
sumber-sumber zat gizi pada makanan, makana yang aman dikonsumsi sehingga
tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah makanan yang baik agar zat gizi
dalam makanan tidak hilang serta bagaimana hidup sehat. Tingkat pengetahuan
seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan
yang pada akhirnya berpengaruh pada keadaan gizi yang bersangkutan
(Notoadmodjo, 2003).
Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan bahan makanan
dan konsumsi sehari-hari denganbaik dan memberikan semua zat gizi yang
dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Pemilihan dan konsumsi bahan makanan
berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atay optimal terjadi
apabila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Status gizi
kurang terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi
essential. Sedangkan status gizi lebih terjadi apabila tubuh memperoleh zat gizi
dalam jumlah yang berlebihan sehingga menimbulkan efek yang membahayakan
(Almatsier, 2011).
b. Kategori pengetahuan Gizi
Kategoori pengetahuan gizi bisa dibagi dalam 3 kelompok yaitu baik,
sedang, dan kurang. Cara pengkategorian dilakukan dengan menetapkan cut of
point dari skor yang telah dijadika persen.

Table. Kategori Pengetahuan Gizi


Kategori Pengetahuan Gizi Skor
Baik > 80%
Sedang 60 – 80%
Kurang < 60%
(Khomsan, 200 di dalam Dewi, 2013)
6. Kebutuhan zat gizi makro dan mikro untuk usia remaja
a. Zat gizi makro
1) Energi
Kebutuhan energi pada individu remaja yang sedang tumbuh sulit
untuk ditentukan secara tepat. Faktor yang perlu diperhatikan untuk
menentukan kebutuhan gizi remaja adalah aktivitas fisik seperti olahraga.
Remaja yang aktif dan banyak melakuakn olahraga memerlukan asupan
energi yang lebih besar dibandingkan remaja yang kurang aktif.
Sumber energi utama diperoleh dari makanan yang mengandung
karbohidrat seperti beras, terigu dan hasil olahannya, umbi-umbian,
jagung, sagu, gula dan lain-lain (Poltekkes Depkes, 2010).
2) Protein
Protein juga meningkat pada masa remaja, karena proses pertumbuhan
terjadidengan cepat. Pada akhir masa remaja, kebutuhan protein lebih
besar pada laki-laki karena perbedaan komposisi tubuh. Kecukupan
protein harus memenuhi 12-14% dari pemasukan energi. Bila pemasukan
energi tidak adekuat maka protein akan digunakan sebagai sumber energi
dan ini akan mengakibatkan malnutrisi.
Makanan sumber protein hewani bernilai biologis lebih tinggi
dibandingkan sumber protein nabati, karena komposisi asam amino
esensial yang lebih baik dari segi kualitas dan kuantitas (Poltekkes
Depkes, 2010).

b. Zat gizi mikro


1) Kalsium
Kebutuhan kalsium pada masa remaja relative tinggi karena akselerasi
muscular, skeletal dan perkembangan endrokin lebih besar dibandingkan
masa anak dan dewasa. Lebih dari 20% pertumbuhan tinggi badan dan
sekitar 50% masa tulang dewasa dicapai pada masa remaja. AKG kalsium
untuk remaja dan dewasa muda adalah 600-700 mg per hari untuk
perempuan dan 500-700 mg per hari untuk pria.
Sumber kalsium yang paling baik adalah susu dan hasil olahannya.
Sumber kalsium adalah kacang-kacangan, sayuran hijau, makanan yang
difermentasi (tempe, oncom, tauco dan sebagainya) dan ikan-ikanan (ikan
teri, dan sebagainya)
2) Besi
Kebutuhan zat besi pada masa remaja juga meningkatkan karena
terjadinya pertumbuhan cepat. Kebutuhan besi pada remaja pria untuk
ekspansi volume darah dan peningkatan konsentrasi haemoglobin. Pada
masa ini pria memerlukan 1,0 – 2,5 mg/hari. Setelah dewasa kebutuhan
besi menurun. Pada wanita kebutuhan tinggi akan besi terutama
disebabkan kehilangan zat besi selama masa menstruai. Hal ini
mengakibatkan wanita lebih rawan terhadap anemia berat daripada pria.
Pada wanita zat besi yang dibutuhkan maksimum adalah 1,5 mg/hari,
namun sebenarnya 1,2 mg/hari pun sudah mencungkupi hanya sejumlah
1,5 mg/hari dibutuhkan untuk mengganti zat besi yang hilang pada saat
menstruasi.
3) Zink
Zink merupakan unsur mineral makro terpenting kedua untuk manusia.
Zink merupakan bagian dari beberapa enzim. Zink diangkut oleh albumin
dan transferin ke aliran darah dan dibawa ke hati. Kelebihan zink
disimpan dalam hati dalam bentuk metalotionein. Di dalam pankreas,
zink digunakan untuk membuat enzim pencernaan sehingga saluran cerna
menerima zink dari dua sumber yaitu dari makanan dan enzim
pencernaan (Cakrawati dan Mustika, 2012).
Zink memiliki banyak fungsi seperti berperan dalam sintesis dan
degradasi kolagen dengan demikian zink berperan dalam pembentukan
kulit, metabolisme jaringan ikan dan penyembuhan luka, zink juga
berperan dalam pengembangan fungsi reproduksi laki-laki dan
pembentukan sperma (Cakrawati dan Mustika, 2012).
4) Vitamin
Kebutuhan vitamin pada masa remaja meningkat karena pertumbuhan
dan perkembangan cepat yang terjadi. Karena kebutuhan energi
meningkat maka kebutuhan beberapa vitamin pun meningkat. Vitamin
dapat diperoleh dari sayuran dan buah – buahan. Kandungan vitamin dan
mineral pada buah dan sayuran bermanfaat untuk mengatur pengolahan
bahan makanan serta menjaga keseimbangan cairan tersebut. Biasanya
banyak remaja yang kurang suka makan sayuran dan buah – buahan.
Padahal makanan tersebut sangat bermanfaat bagi tubuh. Vitamin yang
dibutuhkan antara lain vitamin B6, asam folat, B12, A, C dan E. Vitamin
–vitamin ini dibutuhkan untuk membantu meningkatkan metabolisme
karbohidrat menjadi energi. Untuk sintesis DNA dan RNA diperlukan
vitamin B6, asam folat dan vitamin B12, sedangkan untuk pertumbuhan
tulang diperlukan vitamin D yang cukup. Vitamin A, dan E diperlukan
untuk pembentukan dan penggantian sel.

7. Apa program intervensi yang tepat untuk dilaksanakan serta bagaimana


tahapannya ?
Program yang akan dilaksanakan yaitu :
a. Punyuluhan Gizi Seimbang Remaja
b. Senam Sehat Remaja
Langkah-langkah yang dilakukan yaitu :
a. Penyuluhan Gizi seimbang remaja
1. Mengenal masalah yang terjadi pada remaja
2. Menentukan prioritas masalah gizi
3. Menentukan tujuan penyuluhan gizi
4. Menentukan sasaran penyuluhan gizi
5. Menentukan materi penyuluhan gizi
6. Menentukan metode penyuluhan gizi
7. Menentukan media penyuluhan gizi
8. Membuat rencana penilaian (evaluasi)
9. Membuat rencana jadwal pelaksanaan
b. Senam sehat remaja
1. Menentukan tujuan dari program
2. Menentukan waktu pelaksanaan program
3. Menentukan sumber daya manusia yang terdiri dari panitia acara,
instruktur senam, dan peserta kegiatan
4. Menentukan sumber daya material yang terdiri dari tempat pelaksanaan
kegiatan (tempat kegiatan, meja, kursi, sumber pencahayaan, sumber
listrik), sarana dan fasilitas penunjang (sound system, balok podium,
peralatan kebersihan).

8. Siapa saja pihak terkait yang dibutuhkan untuk bekerja sama dalam menjalan
program ?
Penyuluhan Gizi Seimbang Remaja dan senam sehat remaja
1. Ahli gizi
2. Dinas pendidikan
3. Dinas kesehatan
4. Pihak sekolah
5. Pemerintah pendukung lainnya

9. Apa saja langkah-langkah dalam penyuluhan ?


Langkah-langkah penyuluhan perencanaan penyuluhan, ada 9 langkah-langkah
penyuluhan :
1) Mengenal masalah, masyarakat, dan wilayah
a) Mengenal masalah gizi yang akan ditanggulangi merupakan langkah
awal perencanaan penyuluhan gizi. Masalah gizi dapat diperoleh dari
data sekunder, seperti laporan dinas kesehatan dan juga dari data primer
dengan wawancara pada petugas kesehatan atau masyarakat.
b) Selain mengenal masalah gizi harus juga mengenal karakteristik
masyarakat yang akan diberi penyuluhan. Karakteristik masyarakat yang
harus dikenal yaitu penduduk yang rawan gizi, keadaan sosial budaya,
dan ekonomi, pola komunikasi dimasyarakat, sumber daya masyarakat
dan bagaimana pengalaman masyarakat dimasa lalu sehubung dengan
program-program gizi yang telah dilaksanakan.
2) Menentukan prioritas masalah gizi
a) Menentukan prioritas masalah gizi harus sejalan dengan program yang
akan ditunjang. Jangan menentuka priorotas masalah secara sendiri-
sendiri karena akan mengakibatkan program berjalan sendiri-sendiri.
3) Menentukan tujuan penyuluhan gizi
a) Dalam menentukan tujuan penyuluhan gizi harus memenuhi syarat-
syarat khusus. Departemen Kesehatan RI (1985) menyebutkan bahwa
tujuan penyuluhan gizi harus jelas, realistis, dan dapat diukur. Hal ini
perlu diperhatikan agar evaluasi penyuluhan gizi dapat dilaksanakan
dengan baik. Tujuan dapat di lihat dari 3 sudut pandang yaitu: tujuan
jangka panjang, tujuan jangka menengah, dan tujuang jangka pndek.
b) Ditinjau dari unsur manajement, tujuan harus bersifat “SMART”.
SMART merupakan singakatan dari Specific, Measurable, Achievable,
Realistic, Timebond.
4) Menentukan sasaran penyuluhan gizi
a) Sasaran penyuluhan yg di maksud adalah kelompok masyarakat yg akan
mendapat penyuluhan. Kelompok masyarakat dapat di lihat dari
penduduk yang rawan gizi, seperti ibu hamil, ibu menyusui, penduduk
yang berpenghasilan rendah, dan kelompok lainnya yg rawan gizi seperti
anak sekolah.
5) Menentukan materi penyuluhan gizi
a) Pertimbangan utama dalam menentukan materi penyuluhan adalah sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Pertimbangan lain adalah di sesuaikan
dengan tujuan dan sasaran yang telah di tentukan serta karakteristik
wilayah di tempat penyuluhan. Materi penyuluhan harus di kuasai oleh
seorang penyuluh agar penyuluh dapat tampil percaya diri.
6) Menentukan metode penyuluhan gizi
a) Prinsip penggunaan metode adalah lebih dari 1 metode atau bervariasi
antara metode 1 dengan metode lainnya. Kita harus menggunakan lebih
dari 1 metode, kerna setiap metode mempunyai keunggulan dan
kelemahan masing-masing. Penentuan metode juga di tentukan
berdasarkan tujuan penyuluhan. Tujuan penyuluhan dapat dikategorikan
menjadi 3 domain yaitu: untuk mengubah pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
7) Menentukan media penyuluhan gizi
a) Media penyuluhan sangat pentig digunakan untuk memperjelas pesan-
pesan gizi. Di maksud media adalah alat, bahan, atau apapun yang di
gunakan sebagai media untuk pesan-pesan yang akan di gunakan dengan
maksud untuk lebih memperjelas pesan-pesan.
8) Membuat rencana penilaian (evaluasi)
a) Dalam perencaan penilaian harus memperhatikan:
 Tujuan sudah di nyatakan secara jelas dengan mencantumkan kapan,
dimana, dan siapa kelompok sasaran yg akan di evaluasi.
 Mencantumkan indikator evaluasi seperti kriteria penyuluhan
dikatakan berhasil, kurang berhasil, dan tidak berhasil.
 Jenis kegiatan yang akan di evaluasi
 Metode dan instrumen yang akan digunakan untuk evaluasi
 Siapa petugas yang akan mengevaluasi dan bagaimana persiapan
petugas tersebut
 Sarana dan prasrana yang di gunakan dalam evaluasi.
 Rencana umpan balik hasil evaluasi penyuluhan gizi.
9) Membuat rencana jadwal pelaksanaan
a) Untuk memudahkan pelaksanaan perlu di buat jadwal penyuluhan gizi
secara keseluruhan. Jadwal itu meliputi kegiatan pokok yang akan di
laksanakan dan wkatu pelaksanaan kegiatan tersebut. Secara detail
masing-masing kegiatan dapat di rencanakan siapa petugas yang akan
menyuluh, dimana penyuluhan itu di laksanakan, apa materi penyuluhan,
metode yang di gunakan, alat peraga yang di butuhkan, dan siapa
penanggung jawab kegiatan tersebut.

10. Apa materi penyuluhan yang dapat diberikan kepada sasaran sesuai dengan
masalah yang terjadi ?
Beberapa materi yang dapat disampaikan saat memberikan penyuluhan yaitu :
1) Pengertian remaja
2) Kebutuhan gizi bagi remaja
3) Gizi seimbang bagi remaja
4) Prinsip gizi bagi remaja
5) Faktor-faktor yang berpengaruh pada gizi remaja
6) Penilaian status gizi bagi remaja
7) Tips Bahan Makanan Untuk Kecerdasan Otak

11. Apa saja klasifikasi dan jensi media untuk penyuluhan?


Terdapat lima model klasifikasi, yaitu menurut: (1) Wilbur Schramm, (2) Gagne,
(3) Allen, (4) Gerlach dan Ely, dan (5) Ibrahim.
1) Menurut Schramm, media digolongkan menjadi media rumit, mahal, dan
media sederhana. Schramm juga mengelompokkan media menurut
kemampuan daya liputan, yaitu (1) liputan luas dan serentak seperti TV,
radio, dan facsimile; (2) liputan terbatas pada ruangan, seperti film, video,
slide, poster audio tape; (3) media untuk belajar individual, seperti buku,
modul, program belajar dengan komputer dam telpon.
2) Menurut Gagne, media diklasifikasi menjadi tujuh kelompok, yaitu : benda
untuk di demonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam,
gambar bergerak, film bersuara, dan mesin belajar. Ketujuh kelompok media
pembelajaran tersebut dikaitkan dengan kemampuannya memenuhi fungsi
menurut hirarki belajar yang dikembangkan, yaitu pelontar stimulus belajar,
penarik minat belajar, contoh prilaku belajar, memberi kondisi eksternal,
menuntun cara berpikir, memasukkan alih ilmu, menilai prestasi, dan
pemberi umpan balik.
3) Menurut Allen, terdapat sembilan kelompok media, yaitu: visual diam, film,
televisi, obyek tiga dimensi, rekaman, pelajaran terprogram, demonstrasi,
buku teks cetak, dan sajian lisan. Di samping mengklasifikasikan, Allen juga
mengaitkan antara jenis media pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai. Allen melihat bahwa, media tertentu memiliki kelebihan
untuk tujuan belajar tertentu tetapi lemah untuk tujuan belajar yang lain.
Allen mengungkapkan enam tujuan belajar, antara lain: info faktual,
pengenalan visual, prinsip dan konsep, prosedur, keterampilan, dan sikap.
Setiap jenis media tersebut memiliki perbedaan kemampuan untuk mencapai
tujuan belajar; ada tinggi, sedang, dan rendah.
4) Menurut Gerlach dan Ely, media dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri
fisiknya atas delapan kelompok, yaitu benda sebenarnya, presentasi verbal,
presentasi grafis, gambar diam, gambar bergerak, rekaman suara, pengajaran
terprogram, dan simulasi.
5) Menurut Ibrahim, media dikelompokkan berdasarkan ukuran serta kompleks
tidaknya alat dan perlengkapannya atas lima kelompok, yaitu media tanpa
proyeksi dua dimensi; media tanpa proyeksi tiga dimensi; media audio;
media proyeksi; televisi, video, komputer. Berdasarkan pemahaman atas
klasifikasi media pembelajaran tersebut, akan mempermudah para guru atau
praktisi lainnya dalam melakukan pemilihan media yang tepat pada waktu
merencanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.

Adapun variasi penggunaan media dapat berupa media audio (dapat


didengar), media visual (dapat dilihat) Dan media audio visual (dapat didengar
dan dilihat). Media penyuluahn dibagi menjadi 3 yakni :
a. Media cetak
Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaran
sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk dalam
media ini adalah booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik),
rubric atau tulisan pada surat kabar atau majalah, poster, foto yang
mengungkapkan informasi kesehatan. Ada beberapa kelebihan media cetak
antara lain tahan lama, mencakup banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa
kemana-mana, tidak perlu listrik, mempermudah pemahaman dan dapat
meningkatkan gairah belajar. Media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak
dapat menstimulir efek gerak dan efek suara dan mudah terlipat.
b. Media elektronik
Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan
didengar dan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk
dalam media ini adalah televisi, radio, video film, cassette, CD, VCD.
Seperti halnya media cetak, media elektronik ini memiliki kelebihan antara
lain lebih mudah dipahami, lebih menarik, sudah dikenal masyarakat,
bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajiannya dapat
dikendalikan dan diulang-ulang serta jangkauannya lebih besar. Kelemahan
dari media ini adalah biayanya lebih tinggi,sedikit rumit, perlu listrik dan alat
canggih untuk produksinya, perlu persiapan matang, peralatan selalu
berkembang dan berubah, perlu keterampilan penyimpanan dan keterampilan
untuk mengoperasikannya.
c. Media luar ruang
Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media cetak
maupunelektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner dan
televisi layar lebar. Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami,
lebih menarik, sebagai informasi umum dan hiburan, bertatap muka,
mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajian dapat dikendalikan dan
jangkauannya relatif besar. Kelemahan dari media ini adalah biaya lebih
tinggi, sedikit rumit, perlu alat canggih untuk produksinya, persiapan
matang, peralatan selalu berkembang dan berubah, memerlukan
keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya.

12. Apa media penyuluhan yang tepat untu sasaran?


Tingkat pengetahuan pada remaja akan berpengaruh terhadap sikap dan
perilaku dalam memilih makanan disekolah maupun dirumah yang menentukan
mudah tidaknya seseorang memahami manfaat kandungan gizi dari makanan
yang dikonsumsi. Pengetahuan gizi yang baik dapat mempengaruhi konsumsi
makanan yang baik sehingga mencapai status gizi yang baik. Penyuluhan gizi
sangat penting untuk menambah pengetahuan gizi remaja sehingga perlu
diberikan penyuluhan gizi agar dapat merubah kebiasaan makan yang salah dan
tidak menimbulkan masalah gizi (Sediaoetama, 2000).
Penyuluhan tentang gizi sembang masih belum dikenal di kalangan
masyarakat luas khususnya remaja maka dari itu perlu adanya sosialisasi dan
penyampaian pesan-pesan 10 pedoman umum gizi seimbang. Metode
penyuluhan kesehatan merupakan salah satu pendekatan yang sering digunakan
untuk menyampaikan pesan atau informasi sehingga informasi yang diberikan
dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh audien. Berbagai media yang
digunakan sebagai penunjang dan alat bantu untuk metode penyuluhan salah
satunya adalah media audiovisual yang dapat memberikan stimulasi secara nyata
berisi gambar gerak dan unsur suara dengan durasi waktu relatif pendek yang
ditayangkan dalam bentuk video (Notoatmodjo, 2007).
Video merupakan media perantara yang materi dan penyerapannya melalui
pandangan dan pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat
siswa mampu memperoleh pengetahuan dan ketrampilan. Materi gizi seimbang
dalam video dikemas berupa efek gambar yang bergerak dengan alur cerita yang
menarik serta suara sehingga memberikan gambaran yang lebih nyata. Penelitian
Erviana dkk (2012), menyatakan bahwa responden yang diberikan penyuluhan
dengan video memiliki pengetahuan baik karena informasi yang disampaikan
lebih mudah dipahami. Penyuluhan menggunakan media video mulai sering
digunakan seiring dengan perkembangan teknologi karena dinilai efektif untuk
penyampaian pesan kepada masyarakat dibandingkan dengan penyuluhan
kesehatan tanpa media atau hanya dengan media ceramah, seminar, diskusi,
powert point yang sifatnya masih konvensional.
Berdasarkan hasil penelitian Kapti (2010), menyatakan bahwa efektifitas
audivisual sebagai media penyuluhan kesehatan terhadap peningkatan
pengetahuan dan sikap dapat diterima dengan baik oleh responden yang
menunjukan peningkatan pengetahuan sebesar 38%. Selain itu juga, media video
mampu meningkatkan pengetahuan dan partisipasi lebih tinggi dibandingkan
dengan media cetak.
Hal ini dikarenakan video yang ditambahkan dalam pesen verbal dapat
meningkatkan motivasi untuk menerima pesan dan mengingatnya dengan lebih
baik karena media video menawarkan penyuluhan yang lebih menarik dan tidak
menoton dengan menampilkan gerak, gambar dan suara sehingga remaja
mempunyai keingintahuan terhadap isi video yang diharapkan dapat menyerap
informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-
hari yang sesuai dengan 10 pesan gizi seimbang untuk meningkatkan status gizi
dan pola hidup sehat di masa mendatang.

13. Bagaimana tahapan pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) ?


Focus Group Discussion (FGD) adalah salah satu teknik pengumpulan data
kualitatif yang didesain untuk memperoleh informasi keinginan, kebutuhan,
sudut pandang, kepercayaan dan pengalaman peserta tentang suatu topik, dengan
pengarahan dari seorang fasilitator atau moderator. Berikut beberapa hal yang
berkaitan dengan teknik pengumpulan data kualitatif melalui FGD.
PELAKSANAAN FGD
Waktu
Biasanya FGD dilangsungkan selama 60–120 menit dan dapat dilakukan
beberapa kali (Krueger, 1988). Frekuensi tergantung pada kebutuhan penelitian,
sumber dana, kebutuhan pembaharuan informasi, serta seberapa mampu dan
cepat pola peserta terbaca. Jika respons yang terjadi telah jenuh, artinya tidak ada
yang terbarukan, maka jumlah sesi bisa diakhiri. Sesi yang pertama kali biasanya
lebih lama jika dibandingkan sesi berikutnya karena semua informasi masih baru.
Disarankan paling tidak harus ada dua sesi dalam satu babak FGD.
Tempat
Tempat harus netral, maksudnya suatu tempat yang memungkinkan partisipan
dapat mengeluarkan pendapatnya secara bebas. Contoh, FGD tentang pelayanan
Posyandu tidak tepat jika dilaksanakan di mana pelayanan Posyandu biasanya
dilakukan, karena dapat menimbulkan rasa takut partisipan untuk mengemukakan
pendapat atau penilaiannya secara jujur.
Langkah-langkah (Metodologi)
a. Persiapan FGD
Fasilitator dan pencatat harus datang tepat waktu sebelum peserta
datang. Fasilitator dan pencatat (notulen) sebaiknya bercakap-cakap secara
informal dengan peserta, sekaligus mengenal nama peserta dan yang menjadi
perhatian fasilitator maupun pencatat. Sebelum FGD dilaksanakan perlu ada
persiapan-persiapan sebagai berikut (Krueger, 1988):
1. Menentukan jumlah kelompok FGD
Untuk menentukan jumlah kelompok yang dibutuhkan perlu ditetapkan
terlebih dahulu hipotesa topik yang akan diteliti. Misalnya apakah jenis
kelamin, umur, pendidikan, status sosial ekonomi penting bagi topik
penelitian. Pedoman dalam menentukan jumlah kelompok:
a) Minimal 2 kelompok pada tiap kategori. Misalnya melaksanakan 2
kelompok pada tiap-tiap segmen populasi, seperti kelompok pengguna
Posyandu dan kelompok non pengguna, kelompok laki-laki dan
kelompok wanita. Hal ini dilakukan karena tiap segmen dianggap
berbeda perilaku dan sifatnya.
b) Bahasan kelompok bervariasi. Misalnya menilai mutu pelayanan
kesehatan, maka tanggapan dari kelompok kedua akan membiaskan
tanggapan dari kelompok pertama. Demikian pula bila ada kelompok
ketiga dan seterusnya.
c) Sampai tidak ada informasi baru. Perlu dilaksanakan pada beberapa
kelompok sampai diperoleh informasi yang secara umum sejalan
dengan sebelumnya. Bila dari 2 kelompok diperoleh informasi yang
berbeda maka perbedaan tersebut perlu ditelusuri pada beberapa
kelompok lagi, sampai informasi yang diperoleh dapat dimengerti dan
digunakan.
d) Ada makna dalam letak geografi s. Bila letak geografi s memberikan
perbedaan pandangan, gaya hidup, perilaku maupun angka kesakitan
maka perlu dilakukan di tiap wilayah geografis
2. Menentukan komposisi kelompok FGD
a) Kelas sosial. Dalam satu kelompok sebaiknya peserta mempunyai
status sosial yang sama untuk menghindari terjadinya ketimpangan.
Peserta dengan status sosial lebih tinggi cenderung lebih dominan
daripada yang status sosialnya rendah.
b) Status hidup. Peserta yang mempunyai status hidup yang berbeda,
seperti umur, status perkawinan, sebaiknya tidak disatukan dalam satu
kelompok karena pengalaman yang berbeda akan memberikan
informasi yang
berbeda pula.
c) Status spesifik tertentu. Status spesifik tertentu yang berhubungan
dengan tujuan penelitian seperti peserta KB dan non peserta KB yang
melaksanakan ANC di tenaga kesehatan dan ANC di non tenaga
kesehatan, tidak boleh disatukan ke dalam satu kelompok karena akan
memberikan tanggapan yang berbeda terhadap suatu masalah.
d) Tingkat keahlian. Peserta yang memiliki tingkat keahlian maupun
pengalaman yang berbeda terhadap sesuatu sebaiknya tidak disatukan
dalam satu kelompok karena akan memengaruhi tanggapan mereka
terhadap sesuatu masalah.
e) Perbedaan budaya. Peserta dengan perbedaan budaya sebaiknya tidak
disatukan dalam satu kelompok, karena budaya yang dianutnya
biasanya akan memengaruhi sikap dan perilakunya terhadap topik
yang didiskusikan.
f) Jenis kelamin. Apabila topik diskusi berkaitan dengan jenis kelamin
maka peserta harus dipisahkan. Namun jika tidak, maka peserta pria
dan wanita dapat disatukan dalam satu kelompok FGD.
3. Menentukan tempat diskusi FGD
Faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan tempat FGD yaitu:
a) Mendatangkan rasa aman. Lokasi harus dipilih di tempat di mana
peserta merasa aman untuk berbicara dan berpendapat karena tidak
diamati oleh orang di luar kelompok.
b) Nyaman. Pilih tempat yang nyaman bagi peserta, dalam arti tidak
terlalu sempit dan panas, sehingga mengganggu jalannya diskusi.
c) Lingkungan yang netral. Jangan pilih tempat yang dapat
memengaruhi tanggapan peserta, sehingga tanggapan yang diberikan
tidak sesuai dengan apa yang dirasakannya. Hindari tempat yang
menimbulkan suasana intimidasi. Contoh, bila ingin mendiskusikan
masalah kualitas pelayanan kesehatan maka jangan dilakukan di
tempat pelayanan, seperti Puskesmas, Rumah Sakit, dan lain-lain.
d) Mudah dicapai peserta. Sebaiknya dilakukan di tempat yang lokasinya
tidak terlalu jauh dari tempat tinggal peserta, karena faktor kelelahan
dapat memengaruhi tanggapan peserta. Pilih tempat yang mudah
dijangkau alat transportasi, dan jika perlu sediakan tempat penitipan
anak agar peserta yang punya anak dan tak bisa ditinggalkan, bersedia
datang.
e) One way mirror screen. Di negara-negara maju, FGD dilaksanakan di
ruang kaca satu arah, di mana selama diskusi berlangsung dapat
diobservasi oleh pihak luar (dalam hal ini peneliti) tanpa diketahui
oleh peserta diskusi sehingga tidak memengaruhi tanggapan yang
diberikan.
4. Pengaturan tempat duduk
Tempat duduk diatur sedemikian rupa sehingga peserta terdorong mau
berbicara. Sebaiknya peserta duduk dalam satu lingkaran bersamasama
fasilitator. Pencatat biasanya duduk di luar lingkaran. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam mengatur tempat duduk adalah:
a) Hindari pengurutan status. Urutan duduk peserta sebaiknya dilakukan
secara acak, sehingga tidak memengaruhi tanggapan peserta.
b) Memungkinkan fasilitator bertatap mata dengan peserta. Hal ini
penting dilakukan untuk mengendalikan kelompok, mendorong
peserta pemalu dan pendiam serta membatasi peserta dominan.
c) Jarak yang sama antara fasilitator dengan tiap peserta. Hal ini
dimaksudkan untuk mendorong interaksi dan perasaan sebagai bagian
dari
kelompok, sehingga seluruh peserta bisa berperan aktif dalam diskusi.
5. Menyiapkan undangan
Agar FGD memperoleh hasil yang baik, peserta FGD harus homogen
yaitu mempunyai persamaan jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan,
dan lain-lain. Pada waktu mengundang peserta, ada beberapa yang perlu
diperhatikan yaitu:
a) Menjelaskan kepada calon peserta mengenai lembaga yang
mengadakan penelitian dan tujuannya. Namun peserta tidak perlu tahu
secara mendetail perihal topik yang akan didiskusikan sebelum
dimulai agar peserta tidak membuat opini sebelum memasuki sesi.
Hal ini tidak berlaku untuk yang bertujuan mendapatkan feedback
terhadap pengetahuan peserta, contohnya peserta yang menjalankan
fungsi sebagai mediator atau provider.
b) Menjelaskan rencana dan meminta calon peserta untuk berpartisipasi.
Menyebutkan juga beberapa orang yang telah bersedia ikut serta agar
calon peserta lain ikut berpartisipasi.
c) Memberitahukan tanggal, waktu, tempat dan lamanya pertemuan.
d) Apabila seseorang tidak mau atau tidak dapat datang, maka tekankan
pentingnya kontribusi orang tersebut. Dan jika tetap menolak maka
ucapkan terima kasih.
e) Jika orang tersebut mau datang maka beritahukan kembali tentang
hari, jam, tempat dan pentingnya berpartisipasi.
6. Menyiapkan fasilitator
Fasilitator haruslah seorang yang peka, serta perhatian terhadap adanya
perbedaan peserta dalam sebuah kelompok. Jika memungkinkan,
fasilitator dipilih seorang yang secara demografi mempunyai kesamaan
dengan peserta (etnis, usia, penghasilan, gender, dan lain-lain). Standar
minimal yang perlu dikuasai oleh fasilitator adalah tujuan dan topik
sehingga mampu memahami diskusi yang berlangsung dan
mengembangkan pertanyaan-pertanyaan lanjutan. Kemampuan fasilitator
dalam membaca bermacam-macam respons peserta, dengan tetap
menjaga agar diskusi tetap pada jalurnya, juga sangat penting. Fasilitator
bisa berasal dari tenaga professional (dengan menggaji seorang fasilitator
yang sudah terlatih), atau salah seorang tim peneliti yang dianggap
mampu. Fasilitator profesional adalah fasilitator yang telah dilatih untuk
mampu menjaga netralitas, tidak menghakimi, dan memimpin diskusi
serta memberi pertanyaan secara jelas tapi ringkas. Langkah-langkah
yang perlu diperhatikan jika memakai fasilitator professional adalah
sebagai berikut :
a) Temui calon fasilitator untuk mengetahui kemampuan interpersonal
dan tingkah lakunya. Kepribadian fasilitator dapat memengaruhi
respons peserta. Apakah calon fasilitator bijaksana dan ramah, apakah
orang ini pendengar dan penanya yang baik?
b) Sedapat mungkin dengarkan hasil rekaman baik audio atau video sesi
FGD yang pernah dipimpin oleh calon fasilitator tersebut.
c) Lihatlah salinan laporan singkat maupun tuntunan wawancara yang
telah dibuat oleh fasilitator dalam FGD terdahulu. Jika tidak ada dana
untuk menggaji seorang profesional, fasilitator dapat direkrut dari tim
peneliti yang telah mempunyai pengalaman sebagai fasilitator.
Kuncinya adalah: pilih seorang yang mampu bersikap objektif dan
tidak defensif saat berbicara dengan orang lain.
Peranan fasilitator adalah sebagai berikut :
1) Menjelaskan tentang topik diskusi.
2) Memahami topik diskusi sehingga dapat menguasai pertanyaan.
Seorang fasilitator tidak perlu seorang ahli yang berkaitan dengan
topik diskusi.
3) Melakukan pendekatan kepada peserta sehingga peserta terdorong
untuk mengeluarkan pendapatnya. Fasilitator yang mempunyai
rasa humor menjadi nilai plus dalam memimpin sebuah FGD.
4) Mampu mengarahkan kelompok, bukan sebaliknya.
5) Bertugas mengajukan pertanyaan dan tetap netral terhadap
jawaban peserta. Memastikan kepada peserta bahwa tidak ada
jawaban mereka yang benar atau salah. Tidak boleh memberikan
persetujuan atau ketidaksetujuan terhadap jawaban yang akan
memengaruhi pendapat peserta.
6) Mengamati peserta dan tanggap terhadap reaksi para peserta.
Mendorong semua peserta untuk berpartisipasi dan tidak
membiarkan sejumlah individu memonopoli diskusi. Perlu
disadari bahwa dinamisitas sebuah kelompok bisa menimbulkan
dampak tak terprediksi bagi peserta. Sebagai contoh, seorang
peserta yang dominan, bisa menjadikan peserta lain malas
berbicara. Contoh lain adalah sebuah komentar jujur peserta,
ternyata dapat memancing peserta lain untuk memberikan respons
yang lebih jujur lagi.
7) Menciptakan hubungan baik dengan peserta sehingga dapat
menggali jawaban dan komentar yang lebih dalam.
8) Fleksibel dan terbuka terhadap saran, perubahan mendadak dan
lain-lain.
9) Mengamati komunikasi non verbal (gerakan tangan, perubahan
raut wajah) antar peserta dan tanggap terhadap hal tersebut.
10) Hati-hati terhadap nada suara dalam mengajukan pertanyaan.
Peserta akan merasa tidak senang apabila nada suara fasilitator
memperlihatkan ketidaksabaran, dan tidak bersahabat.
11) Mengusahakan tidak ada interupsi dari luar pada waktu FGD
berjalan.
12) Menganalisa data dengan menggunakan proses induktif.

Fasilitator juga bertugas memberikan laporan tertulis yang


secara singkat berisi temuan-temuan meliputi pengertian, tren, pola
dan tema yang munculselama diskusi. Potongan-potongan komentar
peserta dapat digunakan untuk menggambarkan ide-ide yang muncul
selama FGD. Jadi tugas fasilitator bukan sekedar menghubungkan
pendapat/opini peserta melainkan menyampaikan. Fasilitator perlu
mempersiapkan petunjuk diskusi agar diskusi dapat terfokus. Petunjuk
diskusi ini berupa daftar pertanyaan terbuka (open ended). Sekalipun
menggunakan semacam tuntunan diskusi,
seorang fasilitator wajib mendorong peserta untuk berbicara secara
bebas dan spontan.
7. Menyiapkan pencatat (notulen) FGD
Pencatat berlaku sebagai observer selama FGD berlangsung dan bertugas
mencatat hasil diskusi. Catatan hasil FGD harus ditulis lengkap, yang
meliputi:
a) Tanggal pertemuan, waktu mulai dan waktu selesai.
b) Nama lingkungan dan catatan singkat mengenai lingkungan tersebut
serta informasi lain yang mungkin dapat memengaruhi aktivitas
peserta, misalnya jarak yang harus ditempuh peserta ke tempat FGD.
c) Tempat pertemuan dan catatan ringkas mengenai tempat serta sejauh
mana tempat tersebut memengaruhi peserta. Misalnya apakah tempat
tersebut cukup luas, menyenangkan peserta dan lain-lain.
d) Jumlah peserta dan beberapa uraiannya yang meliputi jenis kelamin,
umur, pendidikan dan lain-lain.
e) Deskripsi umum mengenai dinamika kelompok. Contoh gambaran
partisipasi peserta, apakah ada peserta dominan, peserta yang
menunjukkan kebosanan, peserta yang selalu diam dan lain-lain.
f) Pencatat harus menuliskan kata-kata yang diucapkan dalam bahasa
lokal oleh peserta.
g) Pencatat memperingatkan kepada fasilitator kalau ada pertanyaan
yang terlupakan atau juga mengusulkan pertanyaan yang baru.
h) Pencatat dapat meminta peserta untuk mengulangi komentarnya
apabila fasilitator tidak dapat mendengarkan komentar peserta
tersebut karena sedang mendengarkan komentar peserta lain.
8. Menyiapkan perlengkapan FGD
Agar pelaksanaan berjalan dengan baik maka perlu dipersiapkan terlebih
dahulu peralatan maupun perlengkapan yang dibutuhkan dalam FGD.
Misalnya: alat untuk mencatat hasil (notes atau notebook/laptop), tape
atau video recorder, kaset, baterai, petunjuk diskusi, serta gambar atau
fotofoto apabila dibutuhkan. Dengan adanya media rekaman maka sikap
verbal dan non verbal dapat dilihat kembali setelah FGD selesai
dilakukan.
Pembukaan FGD
Pada waktu membuka diskusi, fasilitator perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a) Memperkenalkan diri serta nama pencatat dan peranan masing-
masing.
b) Memberi penjelasan tujuan diadakan FGD.
c) Meminta peserta memperkenalkan diri dan dengan cepat mengingat
nama peserta dan menggunakannya pada waktu berbicara dengan
peserta.
d) Menjelaskan bahwa pertemuan tersebut tidak bertujuan untuk
memberikan ceramah tetapi untuk mengumpulkan pendapat dari
peserta. Tekankan bahwa fasilitator ingin belajar dari para peserta.
e) Menekankan bahwa fasilitator membutuhkan pendapat dari semua
peserta dan sangat penting, sehingga diharapkan semua peserta bebas
mengeluarkan pendapat.
f) Menjelaskan bahwa pada waktu fasilitator mengajukan pertanyaan,
jangan berebutan menjawab pada waktu yang bersamaan.
g) Memulai pertemuan dengan mengajukan pertanyaan yang sifatnya
umum, yang tidak berkaitan dengan topik diskusi.
Pelaksanaan atau Teknik Pengelolaan FGD
Usahakan agar orang yang dianggap ahli tidak hadir (misalnya bidan,
dokter atau lurah dalam FGD ibu-ibu pengunjung Posyandu). Tetapi
apabila tidak dapat dihindari maka mohon kepada mereka untuk diam dan
mendengarkan diskusi dan apabila ada ide atau saran-saran bisa
dikemukakan kepada fasilitator sesudah diskusi selesai. Beberapa teknik
yang dapat dilakukan pada waktu melaksanakan FGD yaitu :
a) Klarifi kasi. Sesudah peserta menjawab pertanyaan, fasilitator dapat
mengulangi jawaban peserta dalam bentuk pertanyaan untuk meminta
penjelasan yang lebih lanjut. Misalnya, apakah saudara dapat
menjelaskan lebih lanjut tentang hal tersebut.
b) Reorientasi. Agar diskusi hidup dan menarik, teknik reorientasi harus
efektif. Fasilitator dapat menggunakan jawaban seorang peserta untuk
ditanyakan kepada peserta lainnya. Misalnya; Ibu Tati, Ibu Sri
mengatakan bahwa beliau menyusui bayinya sampai 6 bulan.
Bagaimana ibu Tati? (yang selalu diam), sampai berapa bulan ibu
menyusui bayi ibu?
c) Peserta yang dominan. Apabila ada peserta yang dominan, maka
fasilitator harus lebih banyak memperhatikan peserta lain agar supaya
mereka lebih berpartisipasi. Dapat juga dilakukan dengan tidak
memperhatikan orang yang dominan tersebut sehingga tidak
mendorongnya untuk mengeluarkan
pendapat atau jawaban. Apabila tidak berhasil maka secara sopan
fasilitator dapat menyatakan kepadanya untuk memberi kesempatan
pada peserta yang lain untuk berbicara.
d) Peserta yang diam. Agar peserta yang diam mau berpartisipasi, maka
sebaiknya memberikan perhatian yang banyak kepadanya dengan
selalu menyebutkan namanya dan mengajukan pertanyaan.
e) Penggunaan gambar atau foto. Dalam melakukan FGD, fasilitator
dapat menggunakan foto atau gambar, misalnya memperlihatkan foto
anak yang
kurang gizi dan menanyakan ”bagaimana keadaan anak tersebut? Apa
yang harus ibu lakukan?”
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, C.A. 2012. Nutrtional Care Process. Graha Ilmu. Yogyakarta


Bappenas. 2011. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015. Bappenas. Jakarta
Citerawati, Yetti Wira. 2017. Media Penyuluhan. Palangka Raya
Citerawati, Yetti Wira., Susanti, Nila dan Rahima, Dwira. 2017. Proses Asuhan Gizi
Terstandar Komunitas. Graha Ilmu. Yogyakarta
Dieny, Fillah Fithra. 2014. Permasalahan Gizi Pada Remaja Putri. Yogyakarta: Graha Ilmu
Djaali dan Muljono, Puoji. 2007. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo
Dwiyani. 2009. Jika Aku Harus Mengasuh Anakku Seorang Diri. Jakarta. PT Alex Media
Komputindo.
Habibi. 2015. Analisis Kebutuhan Anak Usia Dini (Buku Ajar S1 PAUD). Yogyakarta.
Deepublish.
Handayani, Dian, dkk. 2015. Nutrition Care Process. Graha Ilmu. Yogyakarta
Hanifah, Dian Luthfi. 2015. Perbedaan Pengetahuan Remaja Sebelum dan Sesudah di
Berikan Penyuluhan Tentang Gizi Seimbang Dengan Menggunakan Media Video di
SMP Negeri Kartasura. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
KBBI. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa
Paramita, Astridya dan Kristiana, Lusi. 2013. Teknik Fokus Grup Discussion Dalam
Penelitian Kualitatif (Jurnal)
Poltekkes Depkes Jakarta I. 2010. Kesehatan Remaja: Problem dan Solusinya. Jakarta: PT
Salemba Medika
Rikesdas. (2013). Laporan nasional riset kesehatan dasar (rikesdas) tahun 2013. Jakarta :
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Sandjaja, dkk. 2010. Kamus Gizi. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Sumapradja G. Miranti, Fayakun L. Yusfrida dan Widyastut, Dyah. 2011. Program Asuhan
Gizi Terstandar (PAGT). Jakarta: Abadi Publishing.
Sunaryo. 2002. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Supariasa, I Dewa Nyoman. 2012. Pendidikan dan Konsultasi Gizi. Jakarta: EGC
Supariasa, I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri, Ibnu Fajar. 2002. Penilaian Status Gizi Cetakan
1. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
TIM PENYUSUN

A. KETUA : Atlantiara Aditya Putri

B. SEKRETARIS : Septiani

C. ANGGOTA :
1. Atlantiara Aditya Putri
2. Dwi Sumardianti
3. Dwi Node Julianti
4. Efya Norilda
5. Ervina Anita Dewi
6. Rariu Tiara
7. Rusmawati
8. Sri Wahyu Ningsih
9. Trya Yayut
10. Tutik Wahyuni
11. Virna Yolanda Alvonianita

D. FASILITATOR : Yetti Wira Citerawati SY, S.Pd., S.Gz., M.Pd

E. PROSES DISKUSI
1. KEMAMPUAN FASILITATOR DALAM MEMFASILITASI
Menurut kelompok II, fasilitator yaitu ibu Yetti Wira Citerawati SY, S.Pd.,
S.Gz., M.Pd cukup baik dalam memfasilitasi kegiatan PBL. Pada DK 1, fasilitator
menuntun jalannya jalan diskusi agar sesuai dengan skenario dan kompetensi serta
membantu mahasiswa untuk berpikir lebih kritis untuk menentukan problem
identification. Pada DK 3 fasilitator kami yaitu Yetti Wira Citerawati SY, S.Pd.,
S.Gz., M.Pd cukup baik dalam memfasilitasi kegiatan PBL yang kami lakukan, serta
banyak masukkan dan jawaban dari para peserta terkait suatu permasalahan yang ada
pada skenario tersebut. Selain itu juga fasilitator juga memberikan contoh penerapan
aplikasi dari teori tentang permasalahan kurus, overweight dan obesitas pada remaja
dalam memberikan mahasiswa gambaran dan pemahaman.
2. KOMPETENSI/HASIL BELAJAR YANG DICAPAI OLEH ANGGOTA
DISKUSI
1. Mahasiswa mampu melaksanakan screening status gizi populasi atau kelompok
masyarakat, membantu menilai status gizi populasi, berpartisipasi dalam
program promosi kesehatan atau pencegah penyakit di masyarakat akibat dari
masalah gizi (kurus, overweight dan obesitas pada remaja).

Anda mungkin juga menyukai