Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tekhnis Puskesmas

1. Definisi Puskesmas

Puskesmas adalah suatu unit organisasi kesehatan yang merupakan

pusat pengembangan, yang melaksanakan pembinaan dan memberikan

pelayanan upaya kesehatan secara menyeluruh dan terpadu di wilayah

kerjanya (Depkes RI, 2010). Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka

peranan puskesmas adalah sebagai berikut : pengembangan upaya

kesehatan, pembinaan upaya kesehatan dan pelayanan upaya kesehatan

(Aditama, 2005)

2. Konsep Wilayah

Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab pemeliharaan

kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Wilayah kerja puskesmas

bisa meliputi data kecamatan atau sebagian dari kecamatan.

Luas wilayah kerja puskesmas ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk,

keadaan geografis, keadaan sarana perhubungan dan keadaan infra

struktur masyarakat lainnya, sehingga memungkinkan puskesmas

mencakup pelayanan kesehatan masyarakat seluas mungkin.

3. Pelayanan Kesehatan Menyeluruh

Pelayanan kesehatan yang diberikan di puskesmas adalah pelayanan

kesehatan yang meliputi kuratif, preventif, promotif, rehabilitatif, yang

ditujukan kepada semua jenis dan golongan umur, sejak pembuahan dalam

kandungan sampai tutup usia.

9
4. Pelayanan Kesehatan Integrasi (Terpadu)

Sebelum ada puskesmas, pelayanan kesehatan di dalam suatu

kecamatan terdiri dari balai pengobatan, balai kesehatan ibu dan anak,

usaha hygiene sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit menular, da

lain-lain.

Usaha-usaha tersebut masing-masing bekerja sendiri dan langsung

melapor kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II. Dengan adanya sistem

pelayanan kesehatan mulai pusat kesehatan masyarakat (puskesmas),

maka berbagai kelanjutan pokok puskesmas dilaksanakan bersama di

bawah satu koordinasi dan satu pimpinan.

5. Tugas Pokok Puskesmas

Sesuai dengan kemampuan tenaga maupun fasilitas yang berbeda-

beda, maka tugas pokok yang dapat dilaksanakan oleh setiap puskesmas

akan berbeda pula. Namun demikian tugas pokok puskesmas adalah

(Depkes RI, 2010) : Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana,

Perbaikan gizi, Hygiene dan sanitasi lingkungan, Pencegahan dan

pemberantasan penyakit menular, Pengobatan, Penyuluhan kesehatan

masyarakat, Kesehatan sekolah, Perawatan kesehatan masyarakat,

Pencatatan dan pelaporan, Kesehatan gigi dan mulut, Kesehatan jiwa dan

Laboratorium sederhana.

6. Fungsi Pokok Puskesmas

a. Sebagai pusat pengembangan kesehatan masyarakat di wilayah

kerjanya.

b. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka

meningkatkan kemampuan untuk sehat.

10
c. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan tepat pada

masyarakat di wilayah kerjanya.

7. Kedudukan, Organisasi dan Tata Kerja Puskesmas

a. Kedudukan

Kedudukan puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan

sistem kesehatan nasional, sistem kesehatan kabupaten/kota dan

sistem pemerintah daerah.

b. Organisasi

Struktur organisasi tergantung dari kegiatan dan beban tugas masing-

masing puskesmas, penyusunan tugas organisasi puskesmas di satu

kabupaten/kota oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota sedangkan

penempatannya dilakukan dengan peraturan daerah.

c. Tata kerja

1) Dengan kantor Kecamatan

2) Dengan Dinas Kesehatan/Kota

3) Dengan jaringan pelayanan kesehatan strata pertama

4) Dengan jaringan pelayanan kesehatan strata rujukan

5) Dengan lintas sektoral

6) Dengan masyarakat.

B. Tinjauan Teori Status Gizi

1. Definisi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, trasportasi,

penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak

dibutuhkan oleh tubuh untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan

11
dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi

(Supariasa, 2011).

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status

keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang

dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis (pertumbuhan fisik,

perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan dan lainnya),

(Dinkes.Prop Sultra, 2014).

Menurut Almatsier (2007), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai

akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, yang dapat

dibedakan antara status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik dan status gizi

lebih. Kemudian menurut Soeditma dalam Aryuni (2005), status gizi tidak

hanya dipengaruhi oleh konsumsi makanan, tetapi dipengaruhi oleh

berbagai faktor yang dapat mengganggu penyerapan makanan, dan

penyakit infeksi yang ada. Balita merupakan salah satu golongan rawan

gizi karena sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan

sehingga diperlukan zat gizi yang cukup, baik dari segi khualitas dan

kuantitasnya.

Gizi kurang merupakan suatu kondisi seseorang yang kekurangan

nutrisi, atau nutrisinya dibawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi

menjadi tiga bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan protein

(kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori (marasmus) dan

kekurangan kalori serta protein (kwahior-marasmus). Gizi kurang ini

biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan ditampakan oleh

membuncitnya perut (busung lapar).

12
Gizi kurang adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh

kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran dan merupakan kondisi terparah

dari semua jenis status gizi (Nenci, 2013).

2. Klasifikasi penentuan status gizi

Supriasa, Bakri dan Fajar (2006) mengelompokan penentuan status

gizi menjadi dua yaitu pengukuran secara langsung dan secara tidak

langsung.

Pengukuran secara langsung dapat dilakukan melalui empat cara

yaitu antropometri, biokimia, klinis dan biofisk. Sedangkan pengukuran

secara tidak langsung terdiri dari survai konsumen, statistik vital dan faktor

ekologi.

a). Pengukuran Status Gizi Secara Langsung

1) Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.

Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri berhubungan

dengan berbagai macam pengukuran dimensi dan komposisi tubuh

dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supriasa, Bakri dan

Fajar, 2006).

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan

dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran

tunggal dari tubuh manusia antara lain umur, berat badan, tinggi

badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar

pinggul dan tebal lemak di bawah kulit. Dibawah ini akan diuraikan

parameter tersebut :

13
a. Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi.

Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi gizi

menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan

yang akurat menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan

penentuan umur yang tepat.

b. Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang

terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir

(neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi

normal atau BBLR. Berat badan menggambarkan jumlah

protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada remaja,

lemak tubuh cenderung meningkat dan protein otot menurun.

Pada orang yang edema dan ansites terjadi penambahan

cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan

lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang yang kekurangan

gizi.

c. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi

bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur

tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu tinggi badan

merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan

menghubungkan terhadap tinggi badan (quac stick), faktor

umur dapat dikesampingkan.

14
d. Lingkar lengan atas

Lingkar Lengan atas (LILA) dewasa ini memang

merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi

karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang

yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah. Akan ada

beberapa hal yang perlu mendapat perhatian terutama jika

digunakan sebagai pilihan untuk indeks status gizi.

e. Lingkar kepala

Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu

kedokteran anak secara praktis, yang biasanya untuk

memeriksa keadaan pathologi dari besarnya kepala atau

peningkatan ukuran kepala. Caranya dengan melingkarkan pita

pada kepala.

d. Lingkar dada

Biasanya dilakukan pada anak berumur dua sampai tiga

tahun, karena rasio lingkar kepala sama dengan lingkar dada

pada usia enam bulan. Setelah umur ini tulang tengkorak

tumbuh secara lambat dan pertumbuhan dada lebih cepat.

Umur antara 6 bulan dan 5 tahun, rasio lingkar kepala dan dada

adalah kurang dari satu, hal ini dikarenakan akibat kegagalan

perkembangan atau kelemahan otot dan lemak pada dinding

dada.

2). Indikator

15
Indikator penilaian penilaian status gizi yang sering

digunakan menurut Supariasa,Bakri dan Fajar (2006) seperti

dibawah ini :

a. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang

memberikan gambaran masa tubuh. Masa tubuh sangat sensitif

terhadap perubahan yang mendadak, misalnya karena

terserang penyakit infeksi, menurunya nafsu makan atau

menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan

adalah parameter antropometer yang sangat labil.

b. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang

menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada

keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan

pertambahan umur. Pertumbuhan berat badan tidak seperti

dengan berat badan relatif kurang sensitif terhadap masalah

kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi

zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang

relatif lama.

c. Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LILA/U)

Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang

keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar

lengan atas berkorelasi dengan BB/U maupun BB/TB. Lingkar

16
lengan atas merupakan parameter antropometri yang

sederhana dan mudah dilakukan oleh tenaga yang bukan

profesional.

d. Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan

tinggi badan dalam keadaan normal, perkembangan berat

badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan

kecepatan tertentu.

e. Persen terhadap median

Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam

antropometri gizi median sama dengan persentil 50. Nilai

median ini dinyatakan sama dengan 100% (untuk standar).

Setelah itu dihitung persentase terhadap nilai median untuk

mendapatkan ambang batas.

f. Standar Deviasi Unit (SD)

Standar deviasi unit disebut juga Z-skor, WHO

menyarankan menggunakan cara ini untuk meneliti dan

memantau pertumbuhan.

- 1 SD unit (1 Z Skor) kurang lebih sama dengan 11% dari

median BB/U.

- 1 SD unit (1 Z Skor) kira - kira 10% dari median BB/TB.

- 1 SD unit (1 Z Skor) kira - kira 5% dari median TB/BB.

Diantara bermacam-macam indeks antropometri, BB/U

merupakan indikator yang paling umum digunakan sejak tahun

1972. Untuk menilai status gizi perlu diberi batasan tentang BB/U.

17
Baku rujukan yang digunakan adalah WHO-NCHS dengan lima

klasifikasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Baku rujukan batasan Berat Badan / Umur


Kategori Nilai rujukan Keterangan
Gizi lebih 120% Median BB/U
Gizi baik 80% – 120% Median BB/U
Gizi sedang 70% - 79,9% Median BB/U
Gizi kurang 60% - 69,9% Median BB/U
Gizi buruk 60% Median BB/U
Sumber : WHO-NCHS dalam Supariasa, 2006.

g. Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk

menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas

perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan

ketidakcukupan zat gizi hal ini dapat dilihat dari jaringan epitel

(supervicial aphiteliel tissues) seperti kulit, mata, rambut dan

mukosa oral.

h. Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan

spesimen yang diuji dengan laboratoris yang dilakukan pada

berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan

antara lain darah, urine, otot atau hati.

i. Biofisik

18
Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan

status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan)

dan melihat perubahan struktur dari jaringan.

b). Pengukuran status gizi secara tidak langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga

yaitu :

1) Survey konsumsi makanan

Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status

gizi secara tidak langsung dengan melihat jenis zat gizi yang

dikonsumsi.

2) Statistik vital

Pengukuran status gizi dengan statistik adalah dengan

menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka

kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian

penyebab tertentu dan data lainya yang berhubungan dengan gizi.

3) Faktor ekologi

Dengan mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan

masalah ekologi sebagai makanan yang tersedia sangat tergantung

dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.

C. Tinjauan Fariabel Yang Akan Diteliti

1. Pengetahuan

a. Definisi

19
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah

orang mengadakaan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia

yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba sendiri.

Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut

sangat dipengaruhi oleh intenssitas perhatian persepsi terhadap obyek.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. (Notoarmodjo, 2003 dalam Wawan.2011)

Seorang ibu rumah tangga bukan merupakan ahli gizi, tetapi juga

harus dapat menyusun dan menilai hidangan yang akan disajikan

kepada anggota keluarganya. Pengetahuan gizi ibu merupakan

pengetahuan seorang ibu dalam menyediakan makanan yang bergizi

guna mendapat kesehatan yang baik serta mempertahankan

kesehatan (Arisman, 2011).

b. Tingkat Pengetahuan

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkatan ini

adalahh mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Oleh karena itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah. Kata kerja untuk mengukur orang bahwa tahu tentang materi

yang telah dipelajari antara lain : menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (comprehension)

20
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterprestasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap obyek yang dipelajari misalnya harus menjelaskan

mengapa harus melakukan perawata payudara.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menentukan

materi yang dipelajari pada situasi kondisi yang riil. Aplikasi dapat

diartikan pula sebagai hukum – hukum, rumus – rumus, metode,

prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisa (analysis)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu

materi atau suatu obyek kedalam komponen – komponen tetapi

masih didalam struktur organisasi tersebut tetapi masih ada kaitannya

satu sama lain. Kemampuan analisa dapat digunakan pada

penggunaan kata kerja, dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5) Sintesis

Sintesis menunjukkan kepada satu kemampuan meletakkan

atau menghubungkan bagian–bagian dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru dengan kata lain sintesis merupakan suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi –

formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan,

21
dapat meringkaskan dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap

suatu teori atau rumusan – rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi, penilaian itu

didasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria – kriteria yang ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan

dengan cara wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi

materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden

kedalam pengetahuan yang kita ketahui atai ingin diukur dapat

disesuaikan dengan tingkat – tingkat tersebut.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

1) Factor Internal

a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhaadap perkembangan orang lain menuju kearaah cita-cita

tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan

(Wawan, 2011)

b) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003),

pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupannya dalam kehidupan keluarga

(Wawan, 2011).

c) Umur

22
Menurut Elisabeth Bh yang dikutip Nursalam (2003), usia

adalah umur inividu yang terhitung mulai dari dilahirkan samapi

berulang tahun.dario segi kepercayan masyarakat seorang yang

lebih dewasa dipercaya dari orang yang lebih tinggi

kedeewasaannya (wawan, 2011).

2) Factor Eksternal

a) Factor lingkungan

Menurur Ann. Mariner yang dikutip dari Nursalam(3 dukunag

merupakan seluruh kondisi yang ada diisekitar manusia dan

pengaaruhnya yang dapaat mempengaruhi perkembangan dari

perilaku orrang atau sekelompok.

b) Sosial Budaya

System sosial budaya yang ada pada masyaarakat dapat

mempengaruhi dari siakap daala menerima inforrmasi. (wawan,

2011).

2. Pola Asuh

Pola pengasuhan anak pada prinsipnya meliputi pola asuh bermain

pola asuh sosial dan pola asuh makan. Pola pengasuhan anak berupa

sikap, perilaku ibu atau pengasuh lain dalam kedekatannya dengan anak,

memberikan makan, merawat, kebersihan, memberi kasih sayang dan

sebagainya. Kesemuanya memiliki hubungan dengan keadaan kesehatan

ibu dalam hal ini kesehatan fisik dan mental, status gizi, pendidikan

umum, pengetahuan tentang pengasuhan anak yang baik, peran dalam

keluarga atau di masyarakat dan sebagainya dari si ibu atau pengasuh

anak. (Soekirman,2007).

23
Pola asuh memiliki keterkaitan erat dengan tingkat pendidikan ibu

yang merupakan salah satu faktor yang menentukan penyerapan

informasi. Kurangnya pengetahuan ibu bahwa anak memerlukan banyak

nutrisi yang cukup untuk tumbuh dengan baik. Oleh karena itu semakin

tinggi pendidikan seseorang, maka semakin baik pengetahuannya

tentang status gizi. Dengan demikian pola asuh dengan tingkat

pendidikan ibu yang baik mempunyai hubungan yanng erat terhadap

status gizi anak (Khumaidi, 2008 dalam Sutisna, 2011).

Peran ibu sangat dominan sebagai pengasuh anak yang harus

berusaha semaksimal mungkin untuk meluangkan waktunya guna

merawat dan mendidik anak - anaknya sehingga dapat tumbuh

sebagaimana mestinya (Biddulph dan Stace, 2006 dalam Sutisna, 2011).

Kesibukan ibu-ibu sebagai wanita karier tidak harus mengorbankan

pemperian ASI eksklusif selama 6 bulan yang selama ini banyak

dilaksanakan oleh masyarakat sebagai bagian perilaku hidup mereka

sehari-hari. Rekomendasi WHO, mencakup budaya dan kepercayaan

agama atas himbauan untuk memberikan ASI sampai tetes terakhir

(Almatsier, 2007 dalam Sutisna, 2011).

Setiap keluarga dan masyarakat diharapkan dapat menyedikan

waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh

kembang dengan baik (Anonim, 2006 dalam Sutisna, 2011).

3. Pendapatan Keluarga

a. Definisi

24
Komaruddin (2007) mengemukakan bahwa pendapatan adalah

uang atau materi atau gabungan dari keduanya yang timbul dari

penggunaan faktor-faktor produksi. Pendapatan lanjut Komaruddin

pada hakekatnya merupakan balas jasa yang dikorbankan termasuk

upah, gaji, bunga modal, laba dan sebagainya. Sementara

pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan anggota keluarga

baik dalam bentuk uang maupun barang yang dapat dinilai dengan

uang dihitung perbulan dan dinyatakan dengan rupiah.

Dilihat dari lingkup keluarga, Thaha (2006) dalam Sutisna

(2011) mendefinisikan pendapatan keluarga sebagai total jumlah

pendapatan dari semua anggota keluarga termasuk semua jenis

pemasukan yang diterima oleh keluarga dalam bentuk uang, hasil

menjual barang, pinjaman dan lain-lain dalam bentuk bahan makanan

seperti beras, sayur dan ikan. Total pendapatan yang diperoleh dari

semua anggota keluarga bila dibagi dengan jumlah anggota keluarga

yang ada, maka akan diperoleh pendapatan perkapita keluarga.

Selanjutnya dengan pendapatan perkapita ini dapat diketahui apakah

keluarga termasuk dalam kategori miskin atau tidak (Thaha, 2006).

Pendapatan keluarga perbulan berdasarkan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) Kota Kendari yakni dikatakan cukup bila

pendapatan perkapita sebesar ≤ Rp 1.380.000,- dan kurang bila

pendapatan atau tanggungan keluarga > Rp 1.380.00,- per bulan.

Tingkat pendapatan dapat mempengaruhi ketersediaan

pangan di rumah tangga. Keluarga yang tergolong mampu dalam

setiap masyarakat mempunyai persediaan yang cukup bahkan lebih.

25
Namun demikian, tersedianya pangan yang cukup dalam keluarga

atau masyarakat belum menjamin bahwa setiap orang sudah

terpenuhi kebutuhannya akan zat-zat gizi, karena bebas dari rasa

lapar pangan belum berarti bebas dari lapar gizi (Thaha, 2006).

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan

Beberapa faktor pembeda yang sangat berpengaruh terhadap

tingkat pendapatan keluarga diantaranya:

1. Tingkat pendidikan formal keluarga

Dari keluarga sampel yang berpendapatan kurang dari batas

garis kemiskinan adalah mereka yang tiingkat pendidikannya

rendah, sedangkan untuk keluarga kontrol yang mendapat

pendapatan yang dihasilkan untuk rumah tangga bisa tiga kali lipat

pendapatan sampel yang tidak mendapatkan pendidikan. Sehingga

dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan dan pendapat

mempunyai korelasi positif yang erat. Karena pada umumnya

pendidikan lebih tinggi mempunyai kemampuan kognitif yang lebih

pula, sehingga akan berprngaruh terhadap kemampuan bekerja

baik ditinjau dari segi khualitas (produktifitas kerja) ataupun dari

segi khualitas pekerjaannya. Hal ini akan berpengaruh terhadap

tingkat upah yang diterima yang pada gilirannya akan berpengaruh

terhadap pendapatannya.

2. Sifat pendidikan kepala keluarga

26
Pendapatan yang diterima oleh rumah tangga juga

dipengaruhi oleh sifat pekerjaan keluarga, apakah bersifat tetap,

musiman atau tidak menentu. Kepala keluarga yang bekerja tetap

akan mendapatkan pendapatan yang kontinyu dan tingkat upah

yang diterima akan relatif konstan atau bahkan meningkat sesuai

prestasinya.

3. Jumlah anggota keluarga

Pendapatan juga dipegaruhi oleh besar atau tidaknya jumlah

anggota keluarga didalam suatu rumah tangga.

4. Luas lahan yang dikuasai

Keluarga yang hidupnya disektor pertanian (petani) maka

logis kalau luas lahan yang dikuasai dan digarap oleh keluarga

akan berpegaruh terhadap salah satu faktor produksi yang sangat

berpengaruh terhadap produktifitasnya.

27
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pikir Penelitian

Pengetahuan gizi adalah segala sesuatu yang diketahui seorang ibu

tentang sikap dan perilaku seseorang dalam memilih, mengolah, dan

menyiapkan makanan. tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh

terhadap sikap dan perilakunya dalam memilih makanan yang berdampak

pada keadaan gizi.

Pola asuh makan adalah jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi

seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu. Dalam kejadian gizi

kurang lebih banyak terjadi pada balita dengan pola makan yang kurang

baik hal ini dipengaruhi oleh pola asuh dan pemberian makanan sangat

berpengaruh pada status gizi balita.

Pendapatan keluarga mempengaruhi status gizi balita salah satu

faktor yang menentukan konsumsi makanan,tingkat pendapatan merupakan

faktor yang paling menentukan terhadap jenis dan jumlah makanan yang

28
dikonsumsi. Rendahnya pendapatan menyebabkan daya beli terhadap

makanan menjadi rendah dan konsumsi pangan keluarga akan berkurang

yang akhirnya mempengaruhi kesehatan dan status gizi keluarga. Anak-

anak yang tumbuh dalam keluarga miskin paling rentan terhadap

permasalahan kurang gizi.

B. Bagan Kerangka Konsep

Pengetahuan

Pola Asuh

Status Gizi
Pendapatan
Keluarga

Jarak

Kelahiran
KETERANGAN:

= Variabel independent yang diteliti

= Variabel dependent yang diteliti

= Variabel independent yang tidak diteliti

Gambar 1 : Bagan Kerangka Konsep Penelitian

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas (independent)

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variabel terikat (Sugiyono, 2010). Adapun variabel

29
independent dalam penelitian ini adalah pengetahuan, Pola asuh dan

Pendapatan keluarga

2. Variabel Terikat (dependent)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Adapun variabel terikat

dalam penelitian ini adalah status Gizi pada balita.

D. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif

1. Status Gizi

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status

keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang

dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis (pertumbuhan fisik,

perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan dan lainnya)

Kriteria Obyektif :

Gizi Baik : jika responden -2 SD sampai +2 SD

Gizi Kurang : jika responden < -3 SD (Supriasa, Bakri dan Fajar, 2006).

2. Pengetahuan

Pengetahuan dalam penelitian ini adalah Pengetahuan ibu tentang

kebutuhan gizi balita. Untuk mengukur pengetahuan ibu maka peneliti

memberikan 22 pertanyan dengan menggunakan skala Guttman, yakni

jawaban “ya” diberi nilai 1 dan jawaban “tidak” diberi nilai 0.

Sehigga diperoleh skor:

Skor tertinggi = ∑ pertanyaan × bobot tertinggi

= 22× 1

30
= 22 (100%)

Skor terendah = ∑ pertanyaan × bobot terendah

= 22 × 0

=0 (0%)

Kemudian di ukur menggunakan rumus (sugiyono, 2010):

I= R , dimana:

I = interval

R = range/kisaran (100-0 = 100)

K = jumlah kategori = 2 (baik dan kurang)

Maka:

Iinterval = R

100
= = 50%
2

Kriteria Objektif:

Cukup : Jika responden menjawab pertanyaan ≥ 50%

Kurang : Jika responden menjawab pertanyaan < 50%

3. Pola Asuh

Pola Asuh dalam penelitian ini adalah Cara menjaga, merawat dan

membimbing menuju pertumbuhan dan perkembangan dengan

memberikan pendidikan makan dan perhatian kepada mereka yang

diasuh ibu atau pengasuh lain dalam hal penyiapan dan memberikan

31
makanan balita meliputi pengaturan menu makan balita, penyajian dan

penyimpanan makanan balita, kebiasaan membeli makan balita di luar.

Diambil berdasarkan jawaban dari pertanyaan kuesioner yang

telah diberi skor. Untuk mengukur pola asuh gizi maka peneliti

memberikan 15 pertanyan dengan menggunakan skala Guttman, yakni

jawaban “ya” diberi nilai 1 dan jawaban “tidak” diberi nilai 0.

Sehigga diperoleh skor:

Skor tertinggi = ∑ pertanyaan × bobot tertinggi

= 15 × 1

= 15 (100%)

Skor terendah = ∑ pertanyaan × bobot terendah

= 15 × 0

=0 (0%)

Kemudian di ukur menggunakan rumus (sugiyono, 2010):

I= R , dimana:

I = interval

R = range/kisaran (100-0 = 100)

K = jumlah kategori = 2 (baik dan kurang)

Maka:

Iinterval = R

100
= = 50%
2

Kriteria Objektif:

32
Baik : Jika responden menjawab pertanyaan ≥ 50%

Kurang : Jika responden menjawab pertanyaan < 50%

4. Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga adalah penghasilan yang diperoleh

kepala keluarga dan anggota keluarga lainnya yang bersumber

dari sektor formal dan informal dalam waktu satu bulan. Sektor

formal berupa gaji atau upah yang diperoleh secara tetap,

sedangkan sektor informal berupa hasil dagang, tukang, buruh dan

yang tidak masuk dalam sektor formal.

Kriteria Objektif:

Cukup : apabila pendapatan keluarga ≥ Rp.1.830.000,- perkapita

Kurang : apabila pendapatan keluarga < Rp.1830.000,- perkapita

(UMP Sultra, 2017).

E. Hipotesis Penelitian

1. Pengetahuan

Ho : Tidak ada Hubungan Pengetahuan Dengan Status Gizi Pada Anak

Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Benua Kabupaten Konawe

Selatan Tahun 2017

Ha : Ada Hubungan Pengetahuan Dengan Status Gizi Pada Anak

Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Benua Kabupaten Konawe

Selatan Tahun 2017.

2. Pola Asuh

Ho : Tidak ada Hubungan Pola Asuh Dengan Status Gizi Pada Anak

Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Benua Kabupaten Konawe

Selatan Tahun 2017

33
Ha : Ada Hubungan Pola Asuh Dengan Kejadian Gizi Kurang Pada

Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Benua Kabupaten

Konawe Selatan Tahun 2017.

3. Pendapatan Keluarga

Ho : Tidak ada Hubungan Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi Pada

Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Benua Kabupaten Konawe

Selatan Tahun 2017

Ha : Ada Hubungan Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi Pada

Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Benua Kabupaten Konawe

Selatan Tahun 2017.

34
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan metode penelitian kuantitatif dengan

menggunakan pendekatan crosssectional, dimana variabel independent dan

variabel dependent diukur pada suatu waktu secara bersamaan. Variabel

independent dalam penelitian ini adalah pengetahuan, pola asuh dan

pendapatan keluarga, variabel dependent adalah status gizi pada balita.

Kedua variabel diteliti dengan menggunakan kuisioner dalam waktu

bersamaan.

Populasi

Sampel

FR ( + ) FR ( – )

35
Efek ( + ) Efek (– ) Efek ( + ) Efek (– )

Gambar 2 : Bagan Desain Penelitian Cross Sectional

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan dari tanggal 5 juni tahun 2017 sampai dengan

1 juli tahun 2017 Diwilayah Kerja Puskesmas Benua Kabupaten Konawe

Selatan.

C. Populasi ,Sampel dan Tekhnik penarikan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang

diteliti (Notoatmodjo 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah balita yang

berkunjung pada periode januari sampai maret yaitu sebanyak 118 balita di

wilayah kerja Puskesmas Benua.

2. Sampel

Sampel adalah subyek dari populasi yang dipilih dengan cara

tertentu hingga mewakili populasi. Untuk mewakili populasi, peneliti akan

mengambil 10-15% atau 20-25% dari seluruh populasi yang ada (Nursalam,

2013). Adapun sampel dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah balita di

wilayah kerja Puskesmas Benua.

Penentuan banyaknya sampel berdasarkan rumus sebagai berikut:

36
N

n =

1 + N (d)2

Keterangan:

n = Besar Sampel

N = Jumlah Populasi

d = Ditentukan Sebesar 10% (0,1)

Jadi besar sampel yang diambil:

118
n=
1 + 118 (d)2

118
n=
1 + 118 (0,1)2
118
n=
1+ 118 (0,01)
118
n=
1 + 1,18

118
n=
2,18
n = 54,12 = 54 orang

Jadi, besar sampel yang di ambil berdasarkan perhitungan diatas

adalah sebanyak 54 orang.

3. Teknik Penarikan Sampel

Pada penelitian ini sampel diambil dengan menggunakan tekhnik

simple random sampling yaitu yaitu setiap elemen diseleksi secara acak. Jika

sampling frame kecil, nama bisa ditulis pada secarik kertas, diletakan di

37
kotak diaduk, dan diambil secara acak setelah semuanya terkumpul.

(Nursalam, 2013)

Kriteria Sampel terdiri dari :

a. Kriteria inklusi

Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Ibu Balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Benua

2) Ibu Balita yang siap dijadikan responden

b. Kriteria esklusi

1) Ibu Balita yang tidak ada di wilayah kerja Puskesmas Benua

2) Ibu Balita yang tidak siap dijadikan responden

D. Pengumpulan Data

1. Data primer

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

kuesioner. Peneliti mendatangi secara langsung dari rumah ke rumah.

Peneliti membagikan kuesioner faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

gizi kurang pada balita untuk diisi oleh Ibu dan kemudian peneliti

melakukan observasi terhadap balita untuk mengetahui gizi kurang pada

balita.

2. Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data yang dikumpulkan

secara tidak langsung mengenai jumlah balita melalui observasi dari buku

profil Puskesmas Benua.

E. Pengolahan, Analisis Data dan Penyajian Data

1. Pengolahan Data

a) Editing

38
Data yang telah diisi oleh responden dikumpulkan dan kemudian

diperiksa kempali oleh peneliti yaitu seperti memeriksa kelengkapan,

pengisian kuesioner, kejelasan jawaban, dan keseragaman suatu

pengukuran.

b) Koding

Koding atau pengkodan pada lembaran observasi. Pada tahap ini

kegiatan dilakukan ialah mengisi daftar kode yang disediakan pada

lembaran observasi sesuai pengamatan yang dilakukan.

c) Skoring

Setelah melakukan pengkodean maka dilanjutkan dengan tahap

pemberian skor pada lembar observasi dalam bentuk angka.

d) Entri

Entri adalah memasukkan data yang diperoleh menggunakan

fasilitas computer, dengan menggunakan system atau program SPSS

vessi 16.

e) Tabulating

Tabulasi yaitu menghitung responden dan dijumlah berapa yang

termasuk keluarga mendukung dan tidak mendukung. Selain itu juga

dihitung responden yang mandiri dan yang tergantung.

2. Analisis Data

a. Analisis univariat

Pada tahap ini dilakukan analisis univariabel berupa distribusi

frekuensi persentase variabel tunggal sesuai dengan tujuan penelitian.

39
Sedangkan penyajian dilakukan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

persentase disertai dengan penjelasan-penjelasan tabel, dengan

rumus:

f
P= × 100%
n
Keterangan: P = Persentase (Sudijono, 2008)

f = Frekuensi

n = Jumlah Sampel (suyanto, 2011).

b. Analisis Bivariat

Analisis   Bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk melihat

hubungan dua variabel yang meliputi variabel bebas dan variabel

terikat. Data dianalisis secara deskriptif maupun analitik dan

ditampilkan dalam bentuk tabel frekuensi. Analisis data dilakukan unutk

menguji hipotesis dengan menggunakan uji Chi-square (X2) kontigensi

2x2 pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) maka rumus yang

digunakan sebagai berikut:

n (ad-bc)2

X2 =

(a+b) (c+d) (a+c) (b+d)

Keterangan:

X2 : Chi Square

n : Besar Sampe

a,b,c,d : nilai sel tabel 2x2

Kriteria penilaian :

40
1. Ada hubungan jika X2 Hitung > X2 Tabel (Ho ditolak dan Ha diterima)

yang berarti ada hubungan

2. Tidak ada hubungan jika  X2 Hitung < X2 Tabel (Ho diterima dan Ha

ditolak) yang berarti tidak ada hubungan

Gambar 3. Análisis Data Tabel Kontingensi 2x2

Variabel Dependen
Variabel
Efek Jumlah
Independen Efek positif Negatif
Positif A B a+b
Negatif C D c+ d
Jumlah a+c b+d a+b+c+d

Keterangan:

a. : Responden dengan faktor resiko (+) mengalami efek (+)

b. : Responden dengan faktor resiko (+) mengalami efek (-)

c. : Respoden dengan faktor resiko (-) mengalami efek (+)

d. : Respoden dengan faktor resiko (-) mengalami efek (-)

Selanjutnya untuk melihat keeratan hubungan antara variabel

depanden dan variabel independent digunakan uji phi dengan rumus:

x2
∅ =√
n

Keterangan:

X = nilai chi

n = besar sampel

Tabel 2. Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Terhadap


Koefisien Korelasi
INTERVAL KOEFISIEN TINGKAT HUBUNGAN
0,01 – 0,25 Lemah
0,26 – 0,50 Sedang
0,51 – 0,75 Kuat
0,76 – 1,0 Sangat kuat

41
3. Teknik Penyajian Data

Penyajian data, setelah data diperoleh maka akan disajikan dalam

bentuk tabulasi dan dinarasikan

F. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti akan mengajukan permohonan

izin kepada Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat, Kepada Camat

Benua untuk mendapatkan persetujuan, kemudian kuesioner diberikan ke

subyek yang diteliti dengan menekankan pada masalah etika yang meliputi:

1. Lembar persetujuan (Informed Consent)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang menjadi subyek

penelitian dan memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan dari

penelitian serta dampak yang akan terjadi bila bersidia menjadi subyek

penelitian. Jika responden menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan

memaksa dan tetap akan menghormati hak-hak responden.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden pada lembar instrument dan hanya

menulisakan inisial responden saja misalnya imam akbar ditulis IM.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasian informasi yang telah didapat oleh peneliti dari responden

akan dijamin kerahasiaannya. Hanya pada kelompok tertentu saja yang

akan peneliti sajikan utamanya pada hasil riset.

42
43

Anda mungkin juga menyukai