Preplanning Terapi Bermain Lansia
Preplanning Terapi Bermain Lansia
OLEH :
KELOMPOK K-2013
RISA MARINA, S.Kep
ILHAM REZKI, S.Kep
RIZA WAHYUNI, S.Kep
SUTRAYI AMANDA, S.Kep
MUSILATUR RAHMI, S.Kep
YOPIA DERIMARTA, S.Kep
WILYA HARMILA, S.Kep
CINDI META CLAUDIA, S.Kep
TESHA HESTIANA SARI, S.Kep
SRI WAHYUNI, S.Kep
1. Latar Belakang
Menjadi tua adalah suatu proses natural/alami yang terjadi pada manusia.
Secara umum proses penuaan ini menyangkut 2 komponen utama yaitu komponen
biologis dan komponen psikologis. Perubahan pada kedua komponen ditambah
dengan sikap masyarakat terhadapnya akan mempengaruhi kualitas hidup lansia.
Jika mereka dihargai, dicintai dan dihormati keluarganya baik dalam keadaan
sehat maupun sakit, kontribusi mereka di komunitas tempat mereka hidup diakui
dan dihargai maka lansia menjadi sangat aktif dan hidup mandiri (Watson Roger,
2003).
Menurut perkiraan dari United States Bureau of Census 1993, populasi
usia lanjut di Indonesia diproyeksikan pada tahun 1990 – 2023 akan naik 414 %,
suatu angka tertinggi di seluruh dunia dan pada tahun 2020, Indonesia akan
menempati urutan keempat jumlah usia lanjut paling banyak sesudah Cina, India,
dan Amerika (Depkes RI, 2001). Fenomena ini akan berdampak pada semakin
tingginya masalah yang akan dihadapi baik secara biologis, psikologis dan
sosiokultural. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengidentifikasi lansia
sebagai kelompok masyarakat yang mudah terserang kemunduran fisik dan
mental. Dilihat dari perspektif keperawatan dikatakan ada empat besar
penderitaan geriatrik yaitu immobilisasi, ketidakstabilan, inkontinensia, dan
gangguan intelektual. Sifat umum dari empat besar tersebut adalah 1) mempunyai
masalah yang kompleks, 2) tidak ada pengobatan yang sederhana, 3) hancurnya
kemandirian, dan 4) membutuhkan bantuan orang lain yang berkaitan erat dengan
keperawatan.
Berada di wisma untuk mendapatkan perawatan, jauh dari keluarga,
mengikuti jadwal yang ditentukan sehari-hari dengan aktivitas yang monoton bagi
sebagian lansia mungkin merupakan suatu keadaan yang tidak menyenangkan.
Seorang lansia yang dirawat dengan kondisi yang berbeda dengan lingkungan
sebelumnya akan merasa terkekang dengan kondisi yang dibatasi oleh tempat
tidur, ruangan perawatan, dan berbagai aktivitas yang monoton. Hal ini
merupakan stressor bagi lansia, stressor yang muncul dapat berupa cemas pada
lansia, gangguan hubungan sosial dan rasa nyeri yang dialami lansia karena
penyakitnya. Dan bila koping yang digunakan salah dan tidak berhasil maka akan
menimbulkan suatu krisis yang tentunya akan berdampak pada lansia. Dimana
krisis tersebut berperan sebagai inhibitor dalam proses pengobatan dan perawatan
anak di wisma yang dapat mengganggu fisik dan mental lansia.
Hasil observasi yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Keperawatan
UNAND yang dinas di Wisma Cinta Kasih Padang pada bulan Desember,
didapatkan bahwa rata-rata lansia mengalami stress dan mengalami kebosanan,
hal ini dapat terlihat seperti sering mengantuk, tidak bersemangat, sering meledek
satu sama lainnya, marah, cemas, dan bahkan menangis jika ditanya tentang
keadaan atau penyakit yang ia hadapi saat ini. Disamping itu proses penyakit dan
aktivitas wisma yang monoton juga dapat menyebabkan terjadinya kemunduran
tingkat perkembangan psikologis dan mental. Oleh karena itu, untuk
mempertahankan perkembangan lansia agar berjalan normal sesuai usia, serta
membina hubungan yang terapeutik dengan lansia, maka perlu dilakukan
intervensi keperawatan salah satunya melalui terapi aktivitas kelompok sosialisasi
lansia.
Salah satu terapi aktivitas kelompok sosialisasi lansia yang dapat diberikan
pada lansia khususnya usia diatas 48 tahun adalah permainan “Oper Bola”. Hal ini
disesuaikan dengan tingkat kemampuan lansia yang mengalami gangguan
mobilitas, gangguan konsentrasi, dan gangguan pergerakan sendi dimana lansia
yang dalam keadaan ini tidak dapat lagi mengembangkan kemampuan motorik,
kognitif dan bahasa yang lebih kompleks, dan semua komponen perkembangan
ini dapat dirangsang dengan permainan “Oper Bola” ini.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Klien mampu mengurangi stres yang dialami selama berada di wisma
b. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti terapi aktivitas bermain ini diharapkan lansia mampu:
1) Mengembangkan kemampuan sosialisasi dengan menunjukkan
kemampuan yang ada dalam diri berupa bernyanyi, bercerita, berpantun,
dll.
2) Mengembangkan kemampuan motorik dengan pergerakan sendi yang
dilakukan dengan berbagi bola kepada peserta yang ada disebelahnya.
3) Mengurangi stress yang dialami lansia dengan lansia terlihat rileks selama
permainan.
3. Sasaran
Terapi bermain ini ditujukan untuk lansia yang mengalami stress selama
dirawat di wisma cinta kasih Padang dengan kriteria:
Bersedia mengikuti kegiatan sampai selesai
Tidak dalam kondisi sakit berat dan bedrest
Tidak bertentangan dengan terapi/pengobatan
Lansia yang mengikuti terapi bermain berjumlah 5-10 orang
4. Landasan Teori
a. Tugas Perkembangan Lansia ( > 48 tahun)
1. Kaya dengan hikmah pengalaman,
2. Menyesuaikan diri dengan perubahan jaman,
3. Mempunyai kesibukan,
4. Bersikap ramah: rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan
dan menjadi panutan
5. Mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru
6. Selektif dalam mencari pekerjaan teman pergaulan serta memenuhi
undangan
7. Mempunyai integritas baik
8. Dapat menikmati hidupnya dan mempunyai toleransi tinggi Humoristic
9. Fleksibel/luwes dan tahu diri.
10. Biasanya sifat-sifat ini dibawanya sejak muda. Mereka dapat menerima
fakta- fakta proses menua, mengalami masa pensiun dengan tenang juga
dapat menghadapi masa akhir
b. Keuntungan Terapi
1. Mengembangkan kemampuan motorik
2. Mengembangkan kemampuan sosialisasi
3. Mengembangkan kemampuan verbal
4. Mengembangkan kemampuan mengikuti aturan yang diberlakukan.
5. Panitia Pelaksana
Leader : Sutrayi Amanda, S.Kep
Co Leader : Risa Marina, S.Kep
Observer
Observer umum : Tesha Hestiana Sari, S.Kep
Observer Khusus : Musilatur Rahmi S.Kep
Fasilitator : Sri Wahyuni, S.Kep
Tugas leader
a. Menjelaskan prosedur / cara kegiatan
Prosedur : bola diberikan kepada satu pemain dan ketika musik dihidupkan
maka peserta memberikan bola kepada peserta lainnya. Ketika musik
dimatikan, maka pemain yang mendapatkan bola harus menunjukkan
kemampuannya dapat berupa bernyanyi, berpantun, bercerita, dll.
b. Mengatasi masalah yang mungkin timbul selama kegiatan
c. Memberikan reinforcement positif pada klien
d. Menyimpulkan kegiatan
e. Menyampaikan tujuan dan waktu permainan
Tugas Co. Leader : Membantu dan mengingatkan Co. Leader dalam jalannya
permainan
Tugas fasilitator :
- Memfasilitasi klien yang kurang aktif
- Mampu memotivasi klien untuk kesuksesan acara
Tugas Observer :
Observer Umum :
- Mengobservasi jalannya acara secara keseluruhan
Observer Khusus :
- Mencatat prilaku verbal dan non verbal tiap anak selama kegiatan
berlangsung
7. Mekanisme Kegiatan
2. Pelaksanaan
Fasilitator membagikan alat Menerima alat yang 25 menit
yang digunakan untuk bermain diberi
Fasilitator melibatkan klien Menerima arahan
dalam bermain fasilitator
Coleader memberikan contoh Mendengarkan dan
dalam bermain melihat yang
dicontohkan leader
Coleader menginstruksikan Memulai bermain
memulai bermain
Coleader memberikan hadiah Mendengarkan leader
bagi pemain yang bisa
menunjukkan bakatnya
3. Penutup:
Leader menyebutkan Mendengarkan leader 10 menit
kesimpulan dan tindak lanjut
bagi klien
Leader menutup acara Mendengarkan leader
Leader mengucapkan salam Menjawab salam
terapeutik leader
Setting Tempat
Keterangan :
: Leader
: Klien
: Observer
: Fasilitator
: Pembimbing
12. Proses Evaluasi
a. Evaluasi Struktur :
Mahasiswa dan klien berada pada posisi yang sudah drencanakan
Peralatan atau media yang digunakan dalam terapi tersedia sesuai
rencana
Anggota terapis hadir lengkap
Peran dan tugas berjalan sesuai rencana
75% audiens menghadiri permainan
b. Evaluasi Proses
Pelaksanaan kegiatan berlangsung sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan
Peran dan tugas mahasiswa sesuai perencanaan
70% klien mengikuti kegiatan bermain sampai selesai
70% klien berperan aktif selama kegiatan berjalan
Klien dapat membagikan bola yang telah disediakan ke peserta yang
berada disebelahnya.
c. Evaluasi hasil
5-10 orang klien yang dipilih, mau mengikuti terapi aktivitas bermain
yang dilakukan.
Minimal 5 dari 10 orang klien yang bermain dapat menunjukkan bakat
yang ada dalam dirinya
12. Penutup
Diharapkan melalui terapi stimulasi sosialisasi ini dapat meningkatkan
kemampuan sosialisasi lansia dalam mengikuti permainan dan dapat menunjukkan
kemampuan mereka dalam berryanyi, bercerita, berpantun, dll, meningkatkan
kemampuan motorik dengan memberikan bola kepada pemain lainnya dan
mengurangi stress rawatan yang dialami lansia ketika di rawat di wisma cinta
kasih Padang. Sehingga lansia tidak merasa takut atau cemas lagi untuk mengikuti
kegiatan yang ada di wisma dan memudahkan perawat dalam melakukan tindakan
perawatan dan terapi pengobatan.
Mengetahui