Anda di halaman 1dari 44

II.

MENETAPKAN KEADAAN

A. Pengumpulan Data
1. Data Kebijakan Pemerintah
Data Kebijakan Pemerintah yaitu tentang Rencana kegiatan
Operasional Pembangunan Pertanian yang telah ditetapkan pemerintah di
Wilayah tertentu. Kebijakan pemerintah sendiri merupakan suatu
keputusan yang dibuat secara sistematik oleh pemerintah dengan maksud
dan tujuan tertentu yang menyangkut kepentingan umum. Berdasarkan
data yang ada, kebijakan pemerintah di Kecamatan Weru terbagi menjadi
2 (dua) yaitu kebijakan pembangunan pertanian dan kebijakan peyuluhan
pertanian, antara lain sebagai berikut :
a. Kebijakan pembangunan pertanian, terdiri dari :
1) Perencanaan program ketahanan pangan Kabupaten Sukoharjo.
2) Program penyuluhan pertanian Kabupaten Sukoharjo.
3) Kebijakan lain yang terkait dengan penyuluhan pertanian
Kecamatan Weru.
b. Kebijakan Penyuluhan Pertanian, terdiri dari :
1) Terwujudnya program penyuluhan pertanian seseuai kebutuhan
petani.
2) Tersusunnya rencana kerja penyuluhan pertanian di wilayah kerja
masing-masing.
3) Tersedianya data peta wilayah pengembangan teknologi spesifik
lokasi sesuai dengan pengwilayahan komoditas unggulan.
4) Terdesiminasinya informasi teknologi pertanian secara merata dan
sesuai dengan kebutuhan petani.
5) Tumbuh kembangnya keberdayaan dan kemandirian petani,
kelompok tani, kelompok usaha/asosiasi petani dan usaha formal,
koperasi dan kelembagaan formal lainnya.
6) Terwujudnya kemitraan usaha antara petani dengan pengusaha yang
saling menguntungkan.
7) Terwujudnya akses petani ke lembaga keuangan, informasi, sarana
produksi pertanian dan pemasaran.
8) Meningkatnya produktifitas agribisnis komoditas unggulan di
masing-masing wilayah kerja.
9) Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani di masing-
masing wilayah.
2. Data Keadaan Wilayah
a. Letak Geografis
Desa Grogol merupakan desa yang terletak di Kecamatan Weru
Kabupaten Sukoharjo yang berbatasan dengan :
Utara : Desa Pakisan, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten dan
Desa Tegalsari, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo
Timur : Desa Karangtengah, Kecamatan Weru, Kabupaten
Sukoharjo
Selatan : Desa Sambirejo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten
Gunungkidul
Barat : Desa Bendungan, Kecamatan Cawa, Kabupaten Klaten
(Penulisannya dirapihin lagi ya)
b. Tata Guna Lahan
Desa Grogol memiliki tata guna lahan yang terbagi menjadi tanah
sawah, tanah kering, hutan negara, perkebunan negara/swasta, dan lain
(sungai, jalan, kuburan, dll). Namun demikian yang terhitung disini
adalah luas daerah tanah sawah, tanah kering, dan lain-lain. Tanah
sawah sendiri terdiri dari irigasi teknis, irigasi setengah teknis,
sederhana dan tadah hujan. Sedangkan tanah kering terdiri dari
pekarangan/bangunan, tegalan, padang gembala, tambak/kolam, dan
rawa.
Tabel 2. Data Tata Guna Lahan di Desa Grogol Kecamatan Weru
Kabupaten Sukoharjo Tahun 2016
No Jenis Daerah Luas Daerah (ha)
1. Tanah Sawah 146,5538
a. Irigasi Teknis 110,5038
b. Irigasi setengah teknis -
c. Sederhana -
d. Tada Hujan
2. Tanah Kering
a. Pekarangan/Bangunan 61,8542
b. Tegalan/kebunan -
c. Tambak/Kolam -
d. Rawa -
3. Lain-Lain 4,4975
Sumber: Monografi Desa
Dari data Tabel di atas dapat diketahui luas daerah di grogol
sebagian besar merupakan tanah sawah yaitu sebesar 146,5538 ha.
Sedangkan yang lainnya adalah tanah kering dan sungai maupun jalan-
jalan. (minimal 3 kalimat)
c. Perhubungan Jalan, Listrik dan Telepon
Desa Grogol yang terletak di Kabupaten Sukoharjo merupakan
desa yang letaknya di ujung utara kecamatan weru. Desa grogol
memiliki infrastruktur yang cukup baik, hal ini disebabkan desa Grogol
merupakan perbatasan langsung kabupaten sukoharjo dengan kabupaten
lainnya seperti kabupaten Gunungkidul dan Klaten.
Tabel 3. Data Sarana dan Prasarana di Desa Grogol Kecamatan Weru
Kabupaten Sukoharjo Tahun 2016
No Indikator Kondisi
1. Jalan Sangat Baik
2. Listrik Ada
3. Telepon Ada
Sumber: Monografi Desa
Tabel di atas menunjukkan keadaan perhubungan jalan di Desa
Grogol dengan sangat baik karena mayoritas jalan disana sudah hamper
di aspal semuanya. Desa Grogol memiliki sarana listrik dan juga sarana
telepon. (minimal 3 kalimat)
3. Data Keadaan Penduduk
a. Keadaan Penduduk Menurut Umur
Umur seseorang akan menentukan bagaimana sikap
seseorang. Pada umumnya orang muda sikapnya radikal darpada
sikap orang yang telah tua, masalah umur akan berpengaruh pada
sikap seseorang (Walgito, 2005). Pada perencanaan program,
keadaan penduduk menurut umur diperlukan untuk mengetahui
jumlah penduduk yang sudah masuk dalam usia kerja atau dengan
kata lain untuk mengetahui jumlah penduduk produktif dan jumlah
penduduk non produktif.
Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Umur di Desa Grogol
Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo Tahun 2016
No Kelompok Umur Jumlah
1. 0-4 230
2. 5-9 200
3. 10-14 391
4. 15-19 369
5. 20-24 374
6. 25-29 397
7. 30-39 334
8. 40-49 383
9. 50-59 551
10. >60 542
Sumber: Monografi Desa
Dari data Tabel jumlah penduduk menurut umur Tahun
2016 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang paling banyak
terdapat pada kelompok umur 50 – 59 tahun yaitu sebesar 551
jiwa. Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat
pada kelompok umur 5 - 9 tahun yaitu sebesar 200 jiwa. Dari tabel
diatas juga dapat dihitung bahwa penduduk non produktif (0-14
tahun dan >60 tahun) di desa Grogol sebesar 1363 jiwa, sedangkan
penduduk produktif (15 – 59 tahun) di desa Grogol sebesar 2408
jiwa. Dengan demikian, keadaan penduduk menurut umur ini dapat
digunakan untuk menghitung ABT (Angka Beban Tanggungan)
suatu wilayah, berikut ABT Desa Grogol Kecamatan Weru
Kabupaten Sukoharjo :
ABT = ∑ Penduduk non Produktif x 100
∑ Penduduk Produktif
= 1363 x 100
2408
= 56,60
Angka Beban Tanggungan (ABT) merupakan perbandingan
antara penduduk usia non produktif (0-14 tahun dan > 60 tahun)
dengan penduduk usia produktif (usia 15-59 tahun) dikalikan 100.
Angka Beban Tanggungan (ABT) di Desa Grogol pada tahun
2009 adalah 56,60 %. Sehingga Angka Beban Tanggungan (ABT)
yang ditanggung oleh masyarakat di Desa Grogol termasuk dalam
kategori sedang.
Angka Beban Tanggungan (ABT) ini mempunyain arti
bahwa tiap 100 penduduk usia produktif di Desa Grogol
menanggung 56 penduduk usia non produktif. Semakin banyak
usia non produktif, maka Angka Beban Tanggungan (ABT) akan
semakin besar. Sebaliknya jika penduduk usia non produktif
sedikit, maka Angka Beban Tanggungan (ABT) akan semakin
kecil.
b. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Keadaan penduduk menurut jenis kelamin dibagi menjadi
dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan. Jumlah penduduk menurut
jenis kelamin ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara
penduduk berjenis kelamin laki-laki dan penduduk berjenis
kelamin perempuan. Sehingga dapat diketahui pula perbandingan
laki-laki dan perempuan dalam melakukan pekerjaannya.
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Grogol
Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo Tahun 2016 tabel
jangan kepotong ya dk
No Penduduk Jumlah
1. Laki-laki 1787
2. Perempuan 1983
Total 3770
Sumber: Monografi Desa
Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah
penduduk laki-laki sebesar 1787 jiwa dan jumlah penduduk
perempuan sebesar 1983 jiwa dengan total 3770 jiwa. Keadaan
penduduk menurut jenis kelamin dapat digunakan untuk
menghitung sex ratio di Desa Grogol Kecamatan Weru Kabupaten
Sukoharjo :
Sex ratio = Jumlah laki-laki x 100%
Jumlah Perempuan
= 1787
1983
= 90,11 %
Sex ratio merupakan perbandingan antara penduduk laki-
laki dengan penduduk perempuan yang dapat dicari dengan
menggunakan jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan
kemudian dibuat perbandingannya. Jika sex ratio di Desa Grogol
adalah 90,11 %, maka artinya dalam 100 penduduk perempuan
terdapat 90 penduduk laki-laki. Hal ini berarti pembagian kerja
antara perempuan dan laki-laki tidak sama, sehingga yang lebih
berperan adalah perempuan.
c. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kecepatan adopsi dan inovasi dari sasaran
penyuluhan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka kecepatan
adopsi dan inovasi dari sasaran penyuluhan akan semakin tinggi
dan begitu pula sebaliknya. Pengetahuan merupakan salah satu
komponen prilaku petani yang turut menjadi faktor dalam adopsi
inovasi. Tingkat pengetahuan petani mempengaruhi petani dalam
mengadopsi teknologi baru dan kelanggengan usahataninya.
Adapun tingkat pendidikan yang ada di Desa Grogol adalah
sebagai berikut:
Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa
Grogol Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo Tahun
2016
No Pendidikan Jumlah
1. TK 0
2. Belum Tamat SD 29
3. Tamat SD/Sederajat 285
4. Tamat SMP/Sederajat 213
5. Tamat SMA/Sederajat 573
6. Tamat Perguruan Tingi 157
Sumber: Monografi Desa
Dari Tabel data di atas menunjukkan tingkat pendidikan
masyarakat di Desa Grogol yang paling banyak yaitu telah tamat
SMA/sederajat dengan jumlah 573 orang dan yang paling sedikit
belum tamat SD/sederajat yaitu sebanyak 29 orang. Berdasarkan
data tersebut dapat dikatan tingkat pendidikan masyarakat di Desa
Grogol cukup baik, dimana tamatan Perguruan Tinggi juga
jumlahnya cukup banyak. Tingkat pendidikan yang relatif tinggi
mempengaruhi kecepatan petani dalam mengadopsi inovasi yang
ada.
d. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Mata pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk
memperoleh taraf hidup yang layak dimana antara daerah yang satu
dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan
penduduk dan keadaan demografinya (Daldjoeni, 1987). Berbagai
macam dan jumlah mata pencaharian dapat digunakan sebagai
tolak ukur kesejahteraan penduduk di suatu wilayah. Keadaan
penduduk menurut mata pencaharian digunakan untuk mengetahui
tingkat social ekonomi dan karakteristik desa dengan melihat mata
pencahariannya yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Mata pencaharian yang mereka miliki mencerminkan tingkat
kesejahteraan penduduk Desa Grogol karena salah satu indikator
dalam kesejahteraan penduduk adalah berdasarkan pendapatan
yang mereka peroleh. Sehingga apabila semakin mapan seseorang
dalam bermata pencaharian, maka semakin mapan pula
kesejahteraan hidup mereka.
Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa
Grogol Tahun 2016
No Pekerjaan Jumlah
1. Petani 345
2. Buruh Tani 472
3. Nelayan 608
4. Pengusaha 584
5. Buruh Industri 476
6. Buruh Bangunan 118
7. Pedagang 137
8. Pengangkutan 57
9. Pegawai Negeri Sipil 76
10. Pensiunan 26
11. Lainnya -
Sumber: Monografi Desa
Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa mata
pencaharian masyarakat yang paling banyak dilakukan yaitu
sebagai nelayan sebanyak 608 orang dan yang paling sedikit yaitu
sebagai pensiunan 26 orang. Dari data diatas dapat diketahui
bahwa penduduk di Desa Grogol cukup sejahtera karena
masyrakat disana sudah tidak hanya bergantung pada pertanian
melainkan banyak yang sudah mulai menggeluti mata pencaharian
lain. Dapat dilihat pada tabel diatas petani dibandingkan dengan
pengusaha dan nelayan sudah cukup jaub berbeda di Desa Grogol.
4. Data Kelembagaan Desa
a. Kelembagaan Pemerintah
Kelembagaan pemerintah merupakan sebuah instansi yang
dibuat untuk memudahkan masyarakat Desa Grogol dalam
melakukan birokrasi yang ada di desa mereka. Sehingga dengan
adanya kelembagaan pemerintah yang jelas dan baik, maka
masyarakat Desa Grogol semakin mudah dalam melakukan
kegiatan bermasyarakat dan birokrasi.
Tabel 8. Data Lembaga Pemerintahan di Desa Grogol Kecamatan
Weru Kabupaten Sukoharjo Tahun 2016
No Pemerintah Desa Jumlah
1. Kepala Dukuh 8
2. RK 8
3. RT 20
Sumber: Monografi Desa
Dari data kelembagaan pemerintahan di atas, diketahui
jumlah Kepala Dukuh di Desa Grogol sebanyak 8 orang. Jumlah
RK dan RT masing-masing 8 dan 20.
b. Kelembagaan Pertanian
Kelembagaan pertanian adalah norma atau kebiasaan yang
terstruktur dan terpola serta dipraktekkan terus menerus untuk
memenuhi kebutuhan anggota masyarakat yang terkait erat dengan
penghidupan dari bidang pertanian di pedesaan. Kelembagaan
pertanian di Desa Grogol Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo
memiliki kelembagaan berupa kelompok tani. Kelompok
tani adalah beberapa orang petani atau peternak yang menghimpun
diri dalam suatu kelompok karena memiliki keserasian dalam
tujuan, motif, dan minat. Kelompok tani dibentuk berdasarkan
surat keputusan dan dibentuk dengan tujuan sebagai wadah
komunikasi antarpetani.
Kelompok-kelompok tani ini memiliki anggota yaitu petani
yang berada di desa tersebut. Dalam setiap kelompok tani terdapat
kelompok tani yang homogen yaitu kelompok tani yang
anggotanya memiliki usahatani dengan komoditas yang sama.
Selain itu terdapat kelompok tani heterogen yaitu kelompok tani
yang anggotanya memiliki usahatani dengan komoditas yang
berbeda.
Tabel 9. Data Kelembagaan Pertanian di Desa Grogol Kecamatan
Weru Kabupaten Sukoharjo Tahun 2016
No Nama Kelompok Tani Jumlah Anggota
1. Prasajo 63
2. Marsudi Tani 91
3. Taru Mulyo 119
4. Ngupoyo Bogo 49
5. Rahayu 30
352
Sumber: Monografi Desa
Dari Tabel di atas menunjukkan bahwa Desa Grogol
memiliki kelembagaan pertanian yaitu kelompok tani yang
berjumlah 5 buah. Kelompok tani tersebut antara lain Prasajo
beranggota 63 orang, Marsudi Tani beranggota 91 orang, Taru
Mulyo beranggota 119 orang, Ngupoyo Bogo beranggota 49 orang
dan Rahayu beranggota 30 orang.
c. Kelembagaan Ekonomi
Kelembagaan ekonomi di Desa Grogol Kecamatan Weru
Kabupaten Sukoharjo merupakan lembaga perekonomian atau
usaha perekonomian yang dilakukan oleh masyarakat Desa Grogol
. Usaha di bidang perekonomian ini merupakan mata pencaharian
yang dimiliki oleh masyarakat. Semakin banyak dan beragam
usaha yang mereka laukan, maka semakin sejahtera pula
masyarakat di Desa Grogol .
Tabel 10. Data Kelembagaan Ekonomi di Desa Grogol Kecamatan
Weru Kabupaten Sukoharjo Tahun 2016
No Lembaga Jumlah
1. Toko 18
2. Kios 49
3. Koperasi Simpan Pinjam 13
4. Badan Kredit 2
Sumber: Monografi Desa
Data di atas menunjukkan kelembagaan pertanian yang
terdapat di Desa Grogol antara lain Toko, kios, koperasi simpan
pinjam dan badan kredit. Sedangkan jumlah yang paling banyak
yaitu kios sebanyak 49 buah. Minimal 3 kalimat
5. Data Keadaan Usahatani
a. Keadaan Hewan Ternak dan Jumlah Produksi.
Keadaan hewan ternak yang terdapat di Desa Grogol
Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo antara lain terdiri dari
hewan besar dan hewan kecil. Hewan ternak dalah hewan yang
dengan sengaja dipelihara sebagai sumberpangan, sumber bahan
baku industri, atau sebagai pembantu pekerjaan manusia. Usaha
pemeliharaan ternak disebut sebagai peternakan (atau perikanan,
untuk kelompok hewan tertentu) dan merupakan bagian dari
kegiatan pertanian secara umum. yg digarisbawah kenapa ya
Tabel 12. Data Keadaan Hewan Ternak di Desa Grogol
Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo Tahun 2016
No Jenis Hewan Produksi (ekor)
1. Sapi Biasa 137
2. Kambing Domba 149
3. Ayam Kampung 1204
4. Itik 51
Sumber: Monografi Desa
Dari tabel di atas dapat diketahui jenis hewan ternak yang
paling banyak dihasilkan di Desa Grogol yaitu ayam kampung
dengan jumlah produksi 1204 ekor. Minimal 3 kalimat
B. Perumusan keadaan
Tempat yang diteliti pada Praktikum Perencanaan dan Evaluasi Program
Penyuluhan Pertanian ini yaitu kelompok tani Prasajo, Marsudi Tani dan Taru
Mulyo di Desa Grogol , Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo.
1. Adapun jenis tanaman yang di tanam di desa ini yaitu padi sebesar 80%,
selebihnya 20% untuk tanaman sayur dan buah-buahan. Benih padi yang
biasa digunakan oleh petani di Desa Grogol adalah varietas inpari, IR64
dan situbagendit. Teknik pengolahan tanah yang dilakukan oleh petani
pada tanaman pangan yaitu dengan cara membajak dengan alat traktor.
2. Siten penanaman bibit dilakukan dengan system jajarlegowo yaitu jarak
tanamnya 2:1, 3:1, 4:1, dan 5:1. Kedalaman penanaman bibit juga perlu
diperhatikan yaitu sekitar 5 cm. di desa Grogol dalam 1 tahun terdapat 3
musim tanam yaitu 2 kali padi dan 1 kali palawija.
3. Pengelolaan irigasi di Desa Grogol sudah cukup baik. Dimana di Desa
Grogol kebersihan saluran irigasi merupakan tanggung jawab seluruh
petani. Sehingga saluran irigasi dan embung yang ada di Desa Grogol
dapat sangat mendukung kegiatan pertanian di daerah tersebut. Embung
yang berada di Desa Grogol sangat bermanfaat pada saat musim kemarau,
embung yang terdapat di Desa Grogol memiliki panjang 115 m, lebar 80 m
dengan kedalaman 2,5 m.
4. Petani-petani di Desa Grogol melalui GAPOKTAN diberikan pelatihan
pembuatan pupuk organik oleh Lembaga Joglo Tani sehingga mereka
dapat memproduksi pupuk organic buatan sendiri. Rumah kompos
merupakan nama tempat pembuatan produk pupuk organi dengan
didukung oleh peralatan yang memadai yang telah diberikan oleh
Lembaga Joglo Tani. Hal ini membantu kebutuhan pupuk organik di Desa
Grogol, yang sudah tercukupi dengan adanya rumah kompos ini. Selain di
Desa Grogol, daerah di luar desa Grogol juga sudah mulai memakai
produk buatan rumah kompos ini, sehingga pesanan pupuk organik setiap
tahunnya meningkat. Namun demikian, kegiatan produksi pupuk tidak bisa
berjalan secara rutin karena keterbatasan bahan baku, modal dan tenaga
kerja.
5. Sebagian besar petani belum berpartisipasi aktif dalam kelompok tani
dimana sebesar 50% petani antusias mendengarkan penyuluh dalam
memberikan informasi terkait cara peningkatan usahatani dan
pengendalian hama dan penyakit. Di Desa Grogol anggota kelompok tani
belum berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang menunjang system
integritas tanaman padi dan ternak sapi. Kegiatan itu meliputi seperti tidak
mau memelihara ternak secara berkelompok karena lebih memilih dengan
cara tradisional dan individu. Kelompok tani yang tergabung dalam
gapoktan juga masih monoton pada kegiatannya masing-masing, belum
terjadi kesinambungan atau sinergitas yang nyata diantara kelompok tani.
Tingkat keeratan hubungan antar anggota Kelompok Tani sudah cukup
baik, tetapi karena kesibukan yang berbeda dari masing-masing petani
maka intensitas pertemuan hanya dilakukan 1x dalam seminggu.
Kemampuan petani dalam menyerap teknologi baru masih rendah, petani
masih monoton melakukan sesuatu hanya berdasarkan pengalaman masa
lalu. Persepsi terkait apa yang disampaikan penyuluh hanya dapat
dilakukan apabila sudah ada bukti nyata keberhasilan program tersebut.
6. Kondisi jalan Desa Grogol yang baik memberikan kemudahan bagi
kegiatan transportasi pertanian. Walaupun cukup jauh dari pusat kota, akan
tetapi dengan kondisi jalan yang sebagian besar aspal menjadikan
kemudahan bagi kegiatan pertanian.

C. Masalah yang dihadapi


Adapun masalah yang dihadapi petani yang ada di Desa Grogol ,
Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo yaitu :
1. Masih banyak petani yang belum menerapkan sistem tanam jajar legowo
karena biayanya lebih besar.
2. Semua petani di Desa Grogol diwajibkan untuk menjadi anggota Gapoktan
sehingga jumlah anggotanya menjadi banyak, akan tetapi
pengkoordinasiannya cukup sulit, karena tidak semua anggota aktif.
3. Motivasi anggota kelompok tani dalam bekerja adalah mencukupi
kebutuhan keluarga. Mereka berorientasi pada masa lalu sehingga apa
yang mereka kerjakan pada masa lalu (monoton). Karena apa yang mereka
kerjakan dilakukan secara turun-temurun sejak dahulu. Hal ini berdampak
pada peran mereka sebagai anggota. Mereka hanya fokus pada hasil
produksi yang mereka dapat tanpa memperdulikan faktor-faktor lain yang
mendukung.
4. Rumah kompos yang sudah ada tidak dapat dimanfaatkan dengan baik,
kegiatan produksi pupuk di rumah kompos tidak bisa berjalan secara rutin
karena keterbatasan bahan baku, modal dan tenaga kerja. Produksi
dijalankan apabila bahan baku telah cukup dan memiliki modal yang
cukup untuk membayar tenaga kerja upahan, sehingga tidak ada rencana
maupun target produksi. Permasalahan yang paling mendasar adalah
belum adanya tenaga kerja yang focus pada pengelolaan rumah kompos
ini, karena pengurus atau pengelola memiliki pekerjaan utama disamping
mengelola rumah kompos.

D. Upaya Pemecahan Masalah


1. Penerapan sistem tanam Jajar legowo
Pengembangan sistem penanaman pola jajar legowo di Desa
Grogol , Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo sudah mulai diminati
sejumlah petani karna memiliki keunggulan produksi dan pemeliharaan
yang cukup sederhana. Penerapan tanaman jajar legowo sangat
menguntungkan bagi petani karena produksi padi meningkat dua kali lipat
dari tanaman biasa serta bisa memberi keuntunga sekitar Rp. 6-7 Juta per
hektar. Selain produksi meningkat juga tahan terhadap hama dan penyakit.
Pola jajar tanam legowo ada yang menggunakan 2:1 , 4:1, 6:1 dan 8:1. Dari
keempat pola tersebut pola 2:1 yang memberikan hasil panen yang lebih
besar. Pada awalnya petani masih meragukan keunggulan dari sistem jajar
legowo karena tingkat pemahaman yang kurang dan belum terbukti bahwa
penerapan sistem tersebut mampu meningkatkan produksi dan tahan hama.
Akan tetapi, setelah ketua Gapoktan menerapkan sistem tersebut dan
berhasil, maka beberapa petani mulai beralih menerapkan sistem tersebut.
2. Penanganan Terhadap Rumah Kompos produksi pupuk organik
Perlu adanya penanganan langsung dari pemerintah kecamatan
terhadap produk pupuk organik dari Desa Grogol. Sangat dibutuhkan
bantuan terkait tenaga kerja, modal dan bahan baku. Tenaga kerja dapat
ditangani dengan menetapkan pekerja tetap yang mengurus rumah kompos
tersebut kemudian di upah. Terkait modal, diharapkan pemerintah dapat
memberikan bantuan modal kepada rumah kompos di desa Grogol tersebut
sehingga dapat berkembang secara pesat dan diproduksi secara kontinyu.
Melihat produk pupuk organik dari desa Grogol sudah mulai dimintai di
pasaran. Dengan bantuan modal tersebut dapat membantu dalam memenuhi
bahan baku dan membiayai tenaga kerja sehingga produksi pupuk organi di
Desa Grogol dapat berjalan kontinyu
III. IDENTIFIKASI IMPACT POINT TEKNIS

A. Penyusunan Instrumen Impact Point Teknis


Instrumen evaluasi adalah alat yang diperlukan untuk mempermudah
pengumpulan data. Setiap jenis instrumen memiliki karakteristik yang
berbeda-beda dimana memiliki fungsi dan tujuan yang berbeda. Penentuan
jenis instrumen yang akan dipakai berdasarkan jenis dan ragam evaluasi yang
dipakai serta tujuan dari evaluasi itu sendiri yang telah ditentukan
sebelumnya. Selain kedua hal tersebut, dalam pemilihan dan jenis instrumen,
selalu tergantung pada jenis data yang akan dikumpulkan. Jenis data ini
memandu cara pengumpulan data dan jenis instrumennya.
Penyusunan instrumen yang dibutuhkan dalam mengidentitifikasi
impact point dalam hal teknis budidaya perlu dibuat angket terlebih dahulu
yang berisi daftar pertanyaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan teknik
budidaya yang baik. Baik itu dari pengolahan tanahnya, sistem irigasinya,
penggunaan pupuk untuk meningkatkan produktivitas, teknik penanaman
yang baik, serta cara pengendalian hama yang berwawasan lingkungan.
Selain menggunakan angket, untuk mengidentifikasi impact point dalam hal
teknis budidaya juga bisa dilakukan dengan wawancara dengan responden
secara langsung. Dengan wawancara secara langsung diharapkan dapat lebih
memahami kondisi di lapang dengan lebih jelas.
Penentuan impact point teknis dapat dilakukan dengan menentukan
beberapa indikator permasalahan Tingkat Penerapan Teknologi (TPT) teknis
yaitu meliputi : teknik pengolahan tanah, persiapan benih, penanaman,
pemupukan, pengairan, pengendalian hama dan penyakit, panen serta pasca
panen. Sumber dari analisis yaitu merupakan analisis data potensial dan data
aktual.
Tabel 13. Penyusunan Instrumen Impact Point Teknis yg aku kuningin itu
jumlah skor total pilihan A. Jadi skor tertinggi di garisbawahin ya
No PERTANYAAN ALTERNATIF JAWABAN SKOR
1 2 3 4
I. BENIH (83)
1. Varietas apa yang Saudara a. Varietas unggul dengan varietas lokal. 25
pergunakan? b. Varietas unggul dengan varietas non 20
lokal.

2. Darimana asal benih yang a. Keduanya dari pedagang benih 15


Saudara pergunakan? b. Dari pedagang benih dan benih sendiri 5

3. Berapa jumlah benih yang a. Sesuai dengan rekomendasi 10


Saudara pergunaan? b. Lebih dari rekomendasi 6
c. Kurang dari rekomendasi 2

II. BERCOCOK TANAM (134)


1. Bagaimana Saudara a. Pemindahan dari persemaian 15
menanam padi b. Tebar Benih Langsung 5
2. Bagaimana Saudara a. Dikerjakan sesuai dengan anjuran
melaksanakan pengolahan (dicangkul, diratakan) 15
tanah? b. Dikerjakan tidak sesuai dengan
anjuran, hanya dicangkul 8
3. Bagaimana saudara a. Utara ke Selatan
membuat arah baris b. Timur ke Barat 10
tanaman padi? 2
4. Berapa ukuran jarak tanam a. Sesuai Anjuran (Untuk bercabang
yang saudara pakai? banyak menggunakan jarak 25x25cm 10
yang bercabang sedikit menggunakan
jarak 20x20 cm
b. Tidak Sesuai Anjuran 3
5. Berapa Jumlah Benih tiap a. Sesuai dengan Anjuran (2-3 10
lubang yang dipergunakan biji/lubang)
b. Tidak Sesuai Anjuran 2
6. Apakah Saudara a. Dilakukan penyulaman karena ada 7
melakukan penyulaman? yang mati
b. Tidak dilakukan karena tidak ada yang 6
mati
c. Tidak dilakukan waktu ada yang mati 2
7. Berapa umur bibit pada a. Lebih dari 20 hari 6
waktu tanam b. Antara 10-20 hari 5
c. Kurang dari 10 hari 2
8. Kapan saudara melakukan a. Sesuai musim 6
tanam? b. Tidak sesuai musim 3
9. Apakah saudara a. Dilakukan penyiangan 3
melakukan penyiangan? b. Tidak dilakukan penyiangan 1
10. Kapan anda menyiangi? a. Pagi hari antara pukul 06.00-07.00 3
b. Pagi hari setelah pukul 07.00 2
c. Pada waktu siang dan sore hari 0
11. Apakah saudara a. Dilakukan pada tanaman yang 3
melakukan lebat/daun yang terkena penyakit
pemangkasan/pengurangan b. Dilakukan hanya pada daun yang 1
bibit padi berpenyakit
c. Dilakukan hanya pada daun yng lebat 1
d. Tidak dilakukan sama sekali 0
12. Apakah saudara a. Dilakukan sesuai anjuran (ganti 3
melakukan pergiliran tanaman tiap musim)
tanaman? b. Tidak dilakukan (padi terus menerus) 0

III . PEMUPUKAN (107)


1 Berapakah dosis tiap a Sesuai Anjuran 24
frekuensi pemupukan? b Lebih dari Anjuran 15
. c.Kurang dari Anjuran 5
2 Kapan Saudara memupuk a.Sesuai Anjuran 18
tanaman b Tidak Sesuai Anjuran 10
3 Bagaimana cara saudara a Disemprot dan ditugal 12
. memupuk? b Disebar lalu diinjak-injak 10
c Disebar saja 5
4 Apakah saudara juga a Menambah sesuai dengan anjuran 6
memberikan pupuk b Menambah tidak sesuai dengan 2
organik sebagai tambahan anjuran
pupuk? c Tidak Menambah 0
(59)
IV. PENGAIRAN a. Menambah air secara rata 15
1. Apakah Saudara b. Menambah tetapi tidak merata 10
menambah air pada saat c. Tidak menambah 0
kemarau?
a. Pada saat tanah kering dan tidak 10
2. Kapan anda melakukan pecah-pecah
pemberian air b. Pada saat tanah kering dan pecah 8
pecah
c. Tidak dilakukan penambahan air 0
3. Apakah pengeringan a. Dilakukan pengeringan 10
sebelum dipanen saudara b. Tidak Dilakukan 6
lakukan?

V. PENGENDALIAN (115)
HAMA DAN PENYAK
Berapa kali Saudara a. Sesuai anjuran (baik terserang 18
1. melakukan pemberantasan penyakit atau tidak)
hama/penyakit? b. Tidak sesuai anjuran (bila terserang 8
hama/penyakit)
c. Tidak dilakukan 0
2. Berapakah dosis spray a. Sesuai anjuran ( 1 lt/kl spray) 18
setiap frekuensi b. Lebih dari anjuran 15
penyemprotan? c. Kurang dari anjuran 10
3 Alat apa yang Saudara a. Dengan alat semprot (hand 18
pakai dalam sprayer/motor sprayer)
penyemprotan? b. Dengan alat tradisional 5
4 Kapan Saudara melakukan a. Sesuai anjuran (tepat waktu dan 12
penyemprotan? interval)
b. Tidak sesuai anjuran 5
5 Apakah Saudara a. Sesuai dengan hama/penyakit yang 6
menggunakan pestisida menyerang
yang sesuai dengan b. Tidak sesuai dengan hama/penyakit 0
hama/penyakitnya? yang menyerang

VI PANEN (50)
1 Kapan Saudara melakukan a. Pada saat malai telah menguning dan 25
panen? tidak terjadi hujan
b. Saat malai telah menguning tanpa 5
menghiraukan hujan turun atau tidak
2 Bagaimana Cara Saudara a. Dengan Sabit 15
memanen b. Dengan Tangan Saja 5

.
VII. PEMASARAN (24)
1. Bagaimana sistem a. Dijual ke pengumpul 8
penjualan terhadap hasil b. Dijual sendiri/diecer 6
panen Saudara? c. Ditebaskan 2
2. Kemanakah saudara a. Ke daerah luar kabupaten 4
memasarkan b. Hanya sampai dalam Kabupaten 3
hasil/produksi? setempat
c. Di desa/ tempat sendiri 1

B. Penetapan Sampel Petani Responden


Berbagai langkah dilakukan dalam melaksanakan proses evaluasi
penyuluhan pertanian, yaitu menarik sampel (sampling) dan melakukan
pengumpulan data, membuat alat pengukur untuk mengumpulkan data,
melakukan analisis dan interpretasi data, memahami tujuan-tujuan
penyuluhan yang akan dievaluasi, menetapkan indikator-indikator untuk
mengukur kemajuan-kemajuan yang dicapai. Namun dalam hal ini kelima
langkah di atas belum pada urutan yang benar minimal 3 kalimat
Lokasi pengambilan sampel petani responden adalah Desa Grogol
Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo. Metode pengambilan sample ini
adalah metode purposive sampling. Menurut Singarimbun, dkk (2007)
metode purposive sampling adalah sampel diambil dengan maksud atau
tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena
peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki
informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Purposive sampling adalah
pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang
diperlukan. Dalam bahasa sederhana purposive sampling itu dapat dikatakan
sebagai secara sengaja mengambil sampel tertentu (jika orang maka berarti
orang-orang tertentu) sesuai persyaratan (sifat-sifat, karakteristik, ciri,
kriteria) sampel (jangan lupa yang mencerminkan populasinya).
Sampel petani responden diambil di Kelompok Tani , Pada kelompok
tani diambil 5 sampel responden yaitu satu ketua kelompok tani sebagai
kontak tani yaitu Pak Widjiyanto serta 4 petani sebagai petani pengikut yaitu
Pak Sarto, Pak Sumino, Pak Purwo, dan Pak Hardo. Ketua kelompok tani
dianggap paling berpengaruh dalam segala kegiatan pada kelompok tani
tersebut. Sedangkan untuk memperoleh data potensial diambil dari
keterangan Penyuluh setempat dan monografi dari desa Grogol.

C. Pengumpulan dan Pengolahan Data


1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan salah satu langkah-langkah dalam
evaluasi program penyuluhan pertanian. Dalam praktikum ini teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara.
Wawancara adalah cara mengumpulkan data melalui komunikasi
langsung antara peneliti dengan sampelnya. Tujuan dari wawancara yaitu
mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada
responden. Cara inilah yang banyak dilakukan di Indonesia belakangan
ini. Wawancara merupakan salah satu bagian terpenting dari setiap
survey. Tanpa wawancara, peneliti akan kehilangan informasi yang
hanya dapat diperoleh dengan jalan bertanya langsung kepada responden.
Data semacam itu merupakan tulang punggung suatu penelitian survey.
Data yang dikumpulkan untuk Tingkat Penerapan Teknologi
Teknis, antara lain adalah:
a. Tingkat Penerapan Teknologi Teknis, data TPT diperoleh dengan
melakukan wawancara langsung dengan responden untuk mengisi
instrumen penilaian TPT teknis satu persatu.
b. Luas Garapan Lahan
Luas garapan lahan merupakan keseluruhan jumlah lahan yang
dikerjakan oleh responden. Berikut adalah hasil pengumpulan data
luas garapan lahan yang disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini.
Tabel 14. Luas Garapan Responden
Nama Luas Lahan (Ha)
Widjianto 0,36
Sarto Wiharjo 0,35
Sumino Yitno Miharjo 0,36
Purwo Sugito 0,36
Hardo Wiyono 0,35
Jumlah Luas Lahan 1,780
Sumber : Data Primer
Berdasarkan Tabel 14. Luas Garapan Responden diketahui
bahwa masing-masing responden memiliki luas lahan yang berbeda.
Data menunjukkan lahan terluas yang digarap adalah sebesar 0,36 ha,
sedangkan lahan tersempit yang digarap adalah 0,35 ha. Jumlah
keseluruhan luas garapan lahan dari lima responden yang dijadikan
sampel adalah 1,78 ha.
c. Luas Areal Potensial
Luas areal potensial merupakan luas lahan produktif baik yang
dimanfaatkan maupun tidak dimanfaatkan oleh penduduk. Data luas
areal potensial diperoleh dari data Potensi Desa. Data Potensi Desa
menunjukkan bahwa luas areal potensial di Desa Grogol Kecamatan
Weru Kabupaten Sukoharjo adalah sebesar 212,905 ha.
d. Tambahan Input (Biaya)
Tambahan biaya merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh
petani apabila akan diadakan perubahan dari alternatif yang
dilakukan petani ke rekomendasi yang dianjurkan. Pengumpulan data
tambahan biaya dilakukan dengan menggunakan metode wawancara.
Praktikan menanyakan kepada responden secara langasung besarnya
biaya yang harus dikeluarkan oleh responden untuk memakai input
alternatif maupun yang dianjurkan.
2. Pengolahan Data
a. Identifikasi Impact Point Teknis
Tabel 15. Data Identifikasi Impact Point Teknis
Responden
No TPT Teknis
Kontak Tani Petani
1 I–1 25 25 25 25 25
2 I–2 15 5 15 15 15
3 II – 1 10 10 10 10 10
4 II – 2 15 15 15 15 15
5 II – 3 15 15 15 15 15
6 II – 4 2 2 2 2 2
7 II – 5 10 10 10 10 10
8 II – 6 10 10 10 10 2
9 II – 7 7 7 7 7 7
10 II – 8 6 6 6 6 6
11 II – 9 6 6 6 6 6
12 II – 10 3 3 3 3 3
13 III – 1 2 2 2 2 0
14 III – 2 3 3 3 3 1
15 III – 3 3 3 3 3 3
16 III – 4 24 24 24 24 15
17 IV – 1 10 10 18 18 18
18 IV – 2 5 5 10 10 5
19 V–1 2 2 6 6 6
20 V–2 15 15 15 15 15
21 V–3 10 10 10 10 10
22 V–4 10 10 10 10 10
23 V–5 18 18 18 18 18
24 V–6 18 18 18 18 18
25 V–7 18 18 18 18 18
26 V–8 12 12 12 12 12
27 VI – 1 6 6 6 6 6
28 VI – 2 25 25 25 25 25
29 VI – 3 15 15 15 15 15
30 VII – 1 6 6 8 8 8
31 VII – 2 4 1 4 4 4
32 VII – 3 4 4 4 4 4
Sumber : Analisis Data Primer
b. Luas Cakupan
Luas Cakupan adalah perbandingan antara jumlah garapan
responden yang memiliki skor di bawah maksimum dengan jumlah
garapan seluruh responden yang dijadikan sampel dikalikan dengan
luas areal potensial lahan yang ada di Desa tersebut. Luas Cakupan
dapat dihitung dengan rumus di bawah ini:

Σ Garapan Responden Yang Memiliki


Luas Cakupan= Skor Dibawah Maks X Luas Areal Potensial
Σ Garapan Responden
Berikut disajikan Luas Cakupan untuk menghitung Impact Point
Teknis
Tabel 16. Luas Cakupan tabelnya dirapiin ya
Jumlah
garapan
Luas Luas
Anjuran yang belum di reponden Luas
No. garapan areal
terapkan di bawah Cakupan
responden potensial
skor
maksimum
1 Varietas yang di tanam 0 1,780 212,9 0
2 Asal Benih 0,35 1,780 212,9 41,86
3 Jumlah Benih 0 1,780 212,9 0
4 Cara menanam benih 0 1,780 212,9 0
5 Pengolahan Tanah 0 1,780 212,9 0
6 Arah Baris Tanaman 0,355 1,780 212,9 42,46
7 Jarak tanam 0 1,780 212,9 0
8 Jumlah benih tiap lubang 0,35 1,780 212,9 41,86
9 Penyulaman 0 1,780 212,9 0
10 Umur Bibit 0 1,780 212,9 0
11 Melakukan tanam 0 1,780 212,9 0
12 Melakukan Penyiangan 0 1,780 212,9 0
13 Waktu Menyiangi 1,78 1,780 212,9 212,91
14 Pemangkasan bibit 0,35 1,780 212,9 41,86
15 Pergiliran tanaman 0 1,780 212,9 0
16 Dosis Pemupukan 0,35 1,780 212,9 52,48
17 Waktu Pemupukan 0,35 1,780 212,9 41,86
18 Cara Pemupukan 0,7 1,780 212,9 83,73
19 Pemberian pupuk organik 0,35 1,780 212,9 41,86
20 Pengairan 0 1,780 212,9 0
21 Waktu Pengairan 0 1,780 212,9 0
22 Pengiringan 0 1,780 212,9 0

Pemberantasan Hama dan


23 Penyakit 0 1,780 212,9 0
24 Dosis Penyemprotan 0 1,780 212,9 0
25 Alat Penyemprotan 0 1,780 212,9 0
26 Waktu Penyemprotan 0 1,780 212,9 0
27 Penggunaan Pestisida 0 1,780 212,9 0
28 Waktu Panen 0 1,780 212,9 0
29 Cara Panen 0 1,780 212,9 0
30 Sistem Penjualan 0,35 1,780 212,9 41,86
31 Lingkup Pemasaran 0,35 1,780 212,9 41,86
32 Cara Pemotongan Panen 0 1,780 212,9 0
Sumber : Hasil Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 16. Luas Cakupan dapat ditarik kesimpulan
bahwa dari keseluruhan anjuran yang belum diterapkan didapatkan
luas cakupan tertinggi adalah 212,91 dan terendah adalah 0 Diperoleh
angka 0 karena seluruh responden tidak menerapkan anjuran sama
sekali.
c. TPT (Tingkat Penerapan Teknologi)
Tingkat Penerapan Teknologi (TPT) adalah rata-rata skor
responden di bawah maksimum dibandingkan dengan skor maksimum
dikalikan 100%. % TPT dapat dihitung dengan rumus di bawah ini:

Rata-Rata Skor Responden di Bawah Maks


% TPT = X 100%
Skor Maksimum

Berikut disajikan % TPT untuk menghitung Impact Point


Teknis.
Tabel 17. % Tingkat Penerapan Teknologi (TPT)
Rata-rata
Anjuran yang belum di Skor
No. Skor %TPT
terapkan Maksimum
responden
1 Varietas yang di tanam 0 25 0
2 Asal Benih 5 15 33,33
3 Jumlah Benih 0 10 0
4 Cara menanam benih 0 15 0
5 Pengolahan Tanah 0 15 0
6 Arah Baris Tanaman 2 10 20
7 Jarak tanam 0 10 0
8 Jumlah benih tiap lubang 2 10 20
9 Penyulaman 0 7 0
10 Umur Bibit 0 6 0
11 Melakukan tanam 0 6 0
12 Melakukan Penyiangan 0 3 0
13 Waktu Menyiangi 1,6 3 53,3
14 Pemangkasan bibit 1 3 53,3
15 Pergiliran tanaman 0 3 0
16 Dosis Pemupukan 15 24 62,5
17 Waktu Pemupukan 10 18 55,6
18 Cara Pemupukan 5 12 41,7
19 Pemberian pupuk organik 2 6 33,3
20 Pengairan 0 15 0
21 Waktu Pengairan 0 10 0
22 Pengiringan 0 10 0

Pemberantasan Hama dan


23 Penyakit 0 18 0
24 Dosis Penyemprotan 0 18 0
25 Alat Penyemprotan 0 18 0
26 Waktu Penyemprotan 0 12 0
27 Penggunaan Pestisida 0 6 0
28 Waktu Panen 0 25 0
29 Cara Panen 0 15 0
30 Sistem Penjualan 6 8 75
31 Lingkup Pemasaran 1 4 25
32 Cara Pemotongan Panen 0 4 0
Sumber : Hasil Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 17. % TPT (Tingkat Penerapan Teknologi)
diperoleh % TPT tertinggi sebesar 75 pada sistem penjualan yang
artinya bahwa hampir keseluruhan responden menjual hasil produksi
kepada pengumpul.
d. Perubahan Biaya
Perubahan Biaya untuk menghitung Impact Point Teknis adalah
selisih anatara biaya yang dianjurkan dan biaya alternatif. Perubahan
Biaya dapat dihitung dengan rumus :
∆ Input = Biaya Anjuran – Biaya Alternatif
Berikut akan disajikan data perubahan biaya dalam bentuk tabel
di bawah ini.
Tabel 18. Perubahan Biaya Pada Impact Point Teknis
Anjuran yang belum di Biaya Biaya
No. ∆ Input
terapkan Anjuran Alternatif
1 Varietas yang di tanam 15000 10000 5000
2 Asal Benih 25000 17000 8000
3 Jumlah Benih 25000 10000 15000
4 Cara menanam benih 0 0 0
5 Pengolahan Tanah 0 0 0
6 Arah Baris Tanaman 0 0 0
7 Jarak tanam 0 0 0
8 Jumlah benih tiap lubang 0 0 0
9 Penyulaman 75000 40000 35000
10 Umur Bibit 0 0 0
11 Melakukan tanam 0 0 0
12 Melakukan Penyiangan 50000 25000 25000
13 Waktu Menyiangi 0 0 0
14 Pemangkasan bibit 0 0 0
15 Pergiliran tanaman 550000 0 550000
16 Dosis Pemupukan 30000 150000 150000
17 Waktu Pemupukan 0 0 0
18 Cara Pemupukan 0 0 0
19 Pemberian pupuk organik 100000 50000 50000
20 Pengairan 300000 50000 250000
21 Waktu Pengairan 0 0 0

22 Pengiringan 50000 0 50000

Pemberantasan Hama dan


23 Penyakit 0 0 0
24 Dosis Penyemprotan 200000 100000 100000
25 Alat Penyemprotan 0 0 0
26 Waktu Penyemprotan 0 0 0
27 Penggunaan Pestisida 150000 95000 55000
28 Waktu Panen 100000 50000 50000
29 Cara Panen 50000 0 50000
30 Sistem Penjualan 200000 100000 100000
31 Lingkup Pemasaran 500000 300000 200000
32 Cara Pemotongan Panen 150000 50000 100000
Sumber : Hasil Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 18. Perubahan Biaya Pada Impact Point
Teknis di atas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi biaya anjuran
maka input yang diperoleh akan semakin besar. Dari data tersebut
didapatkan input tertinggi yaitu pada pergiliran tanaman dengan input
sebesar Rp 550.000,00.
D. Penarikan Kesimpulan
1. Saringan I
Cara menentukan saringan I adalah dari semua anjuran yang akan
diterapkan dipilih 50% berdasarkan urutan luas cakupan yang terbesar.
Apabila hasilnya pecahan maka dibulatkan ke atas. Berikut disajikan
tabel perhitungan saringan I.
Tabel 19. Saringan I Impact Point Teknis
Anjuran yang belum di Luas
No. % TPT ∆ Input
terapkan Cakupan
1 Waktu Menyiangi 212,91 53,3 0
2 Cara Pemupukan 83,73 41,7 0
3 Dosis Pemupukan 52,48 62,5 100000
4 Arah Baris Tanaman 42,46 20 0
5 Asal Benih 41,86 33,3 8000
6 Jumlah Benih tiap lubang 41,86 20 15000
7 Pemangkasan bibit 41,86 33,3 0
8 Waktu Pemupukan 41,86 55,6 0
9 Pemberian Pupuk Organik 41,86 33,3 50000
10 Sistem Penjualan 41,86 75 100000
11 Lingkup Pemasaran 41,86 25 200000
12 Varietas yang ditanam 0 0 5000
13 Jumlah Benih 0 0 15000
14 Cara menanam benih 0 0 0
15 Pengolahan tanah 0 0 0
16 Jarak Tanam 0 3 0
Sumber : Hasil Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel Saringan I Impact Point Teknis menunjukkan
bahwa dari 32 anjuran yang belum diterapkan, disaring menjadi 16
anjuran. Dimana 16 anjuran ini dipilih dari 16 luas cakupan paling atas,
kemudian diurutkan dari yang terbesar menuju yang terkecil. Setelah
melakukan saringan I dilanjutkan melakukan saringan II.
2. Saringan II
Dari hasil saringan 1 lalu dipilih 50% berdasarkan urutan % TPT
yang terkecil, dan apabila terdapat angka pecahan maka dibulatkan ke
atas. Di bawah ini adalah tabel hasil perhitungan Saringan II
Tabel 20 . Saringan II Impact Point Teknis %TPT yg 20 kan ada 2 liat yg
aku kuningin
No. Anjuran yang belum di terapkan %TPT ∆ Input
1 Varietas yang ditanam 0 5000

2 Jumlah Benih 0 15000


3 Cara menanam benih 0 0
4 Pengolahan tanah 0 0
5 Jarak Tanam 3 0
6 Arah Baris Tanaman 20 0
7 Lingkup Pemasaran 25 200000
8 Asal Benih 33,3 8000
Sumber : Hasil Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel Saringan II Impact Point Teknis diperoleh
hasil 8 anjuran yang belum diterapkan. Anjuran ini diambil berdasarkan
hasil perhitungan % TPT, yaitu diambil dari 8 anjuran teratas yang belum
diterapkan, diurutkan berdasarkan % Tingkat Penerapan Teknologi dari
% TPT terkecil ke % TPT terbesar. Terdapat perbedaan antara saringan I
dan saringan II, yaitu perbedaan urutan anjuran yang belum diterapkan.
Contohnya yaitu anjuran varietas yang ditanam, pada saringan I berada
pada urutan ke-12, tetapi stelah dilakukan saringan II, anjuran pergiliran
tanaman berada pada urutan ke-1. Selanjutnya setelah melakukan
saringan II, dilakukan saringan III.
3. Saringan III
Dari hasil saringan 3 lalu dipilih 50% berdasarkan urutan
tambahan biaya terkecil. Hasilnya adalah impact point teknis. Apabila
terdapat angka pecahan maka dibulatkan ke atas. Berikut adalah tabel
saringan III Impact Point Teknis.
Tabel 21. Saringan III Impact Point Teknis
No. Anjuran yang belum di terapkan ∆ Input
1. Cara Menanam Benih 0
2. Pengolahan Tanah 0
3. Jarak Tanam 0
4. Arah Baris Tanam 0
Sumber : Hasil Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel Saringan III Impact Point Teknis diperoleh 4
anjuran yang belum diterapkan. Saringan III ditentukan berdasarkan
anjuran yang memiliki tambahan biaya terkecil ke terbesar. Empat
anjuran ini yang menjadi impact point teknis dalam budidaya padi di
Desa Grogol Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo. Anjuran tersebut
adalah cara menanam benih, pengolahan tanah, jarak tanam dan arah
baris tanam
Bukan Cuma copas laporan. Liat buku petunjuk praktikum isi
laporan apa ada
1. Isi laporan mencakup
a. Penyusunan instrumen untuk menilai TPT Teknis
b. Penetapan sampel petani responden
c. Pengumpulan data
d. Pengolahan data
e. Penarikan kesimpulan untuk menetapkan impact poin teknis
f. Masalah yang dihadapi
g. Upaya pemecahan masalah
h. Saran-saran pelaksanaan identifikasi impact point teknis
IV. IDENTIFIKASI IMPACT POINT EKONOMI

A. Penyusunan Instrumen Impact Point Ekonomi


Instrumen untuk menilai TPT Ekonomis berisi seluruh anjuran dalam
rangka penerapan inovasi dan dari sudut ekonomi yang mencakup
perencanaan usaha, pengelolaan usaha, dan analisis usaha. Perencanaan usaha
tani terdiri dari penetapan harga jual produk pertanian, merencanakan
ketersediaan sarana produksi pertanian, dan menyeimbangkan antara sarana
produksi dan permodalan yang dimiliki oleh petani. Pengelolaan usaha tani
terdiri atas menyeimbangkan dan meminimalisir biaya produksi pertanian,
mengelola pendapatan usaha tani, menghitung besarnya input yang digunakan
dalam kegiatan usaha tani. Analisis usaha tani terdiri atas analisis biaya usaha
tani, menghitung pengeluaran petani dalam mengelola usaha tani, menghitung
besarnya pendpatan usaha tani, dan mengalokasikan hasil dari usaha tani.
Jadi, instrumen TPT Ekonomis dalam penyuluhan pertanian meliputi :
perencanaan usaha tani, pengelolaan usaha tani, dan analisis usaha tani.
Tabel 22. Penyusunan Instrumen Impact Point Ekonomi
No Pertanyaan Alternatif Jawaban Skor
1 2 3 4
I PERENCANAAN USAHATANI
1 Identifikasi Kebutuhan Pasar a. dilakukan 6
b. tidak dilakukan 0
2 Menyusun Perencanaan usahatani a. dibuat sesuai rekomendasi 6
b. dibuat tidak sesuai rekomendasi 3
c. tidak dibuat 0
3 Menyusun kalender Usahatani a. disuruh sesuai rekomenasi 12
b. disuruh tidak sesuai rekomendasi 6
c. tidak disusun 0
4 Membuat Perencanaan Modal a. dibuat sesuai rekomendasi 12
b. dibuat tidak sesuai rekomendasi 6
c. tidak dibuat 0
5 Membuat Perencanaan Tenaga a. dibuat sesuai rekomendasi 6
Kerja
b. dibuat tidak sesuai rekomendasi 3
c. tidak dibuat 0
6 Membuat Kontak Dengan Mitra a. dibuat sesuai rekomendasi 6
Kerja
b. dibuat tidak sesuai rekomendasi 3
c. tidak dibuat 0
II PENGELOLAAN USAHATANI
1 Identifikasi Fungsi Pemasaran a. dilakukan 8
b. tidak dilakukan 0

2 Melakukan Pencatatan Harga a. dilakukan 8


Komoditas Primer dan Hasil Olahan
b. tidak dilakukan 0
III ANALISIS USAHATANI
1 Menghitung Biaya Usaha Tanaman a. dilakukan sesuai rekomendasi 3
pangan
b. dilakukan tidak sesuai rekomendasi 1
c. tidak dilakukan 0
2 Menghitung Biaya Tanaman a. dibuat sesuai rekomendasi 3
Industri dan perdagangan
b. dibuat tidak sesuai rekomendasi 1
c. tidak dilakukan 0
3 Menghitung Biaya usaha a. dilakukan sesuai rekomendasi 3
peternakan
b. dilakukan tidak sesuai rekomendasi 1
c. tidak dilakukan 0
4 Menghitung Hasil Tanaman Pangan a. dibuat sesuai rekomendasi 6
b. dibuat tidak sesuai rekomendasi 1
c. tidak dilakukan 0
5 Menghitung Hasil Tanaman Industri a. dilakukan sesuai rekomendasi 6
dan Perdagangan
b. dilakukan tidak sesuai rekomendasi 3
c. tidak dilakukan 0
6 Menghitung Hasil Usaha a. dilakukan sesuai rekomendasi 6
Peternakan
b. dilakukan tidak sesuai rekomendasi 3
c. tidak dilakukan 0
7 Menghitung pendapatan pengelola a. dilakukan sesuai rekomendasi 3
b. dilakukan tidak sesuai rekomendasi 1
c. tidak dilakukan 0
8 Menghitung Pendapatan keluarga a. dilakukan sesuai rekomendasi 6
Tani
b. dilakukan tidak sesuai rekomendasi 3
c. tidak dilakukan 0
9 Menghitung keuntungan Usahatani a. dilakukan sesuai rekomendasi 3
b. dilakukan tidak sesuai rekomendasi 1
c. tidak dilakukan 0

B. Penetapan Sampel Petani Responden


Lokasi pengambilan sampel petani responden adalah Desa Gondang
Manis Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar. Metode
pengambilan sample ini adalah metode purposive sampling. Menurut
Singarimbun, dkk (2007) metode purposive sampling adalah sampel diambil
dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai
sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut
memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya.
Sampel dalam evaluasi penyuluhan pertanian mengacu pada
keterwakilan dari petani/kelompok tani yang merupakan sasaran penyuluhan.
Tidak dapat dipastikan berapa jumlah sampelnya secara tepat, tetapi
prinsipnya sampel tersebut mewakili populasi (reprensentatif)
petani/kelompok tani yang menerima penyuluhan (Djunaidi, 2011).
Sampel petani responden diambil di Kelompok Tani Rukun Tani, Pada
kelompok tani Rukun Tani diambil 5 sampel responden yaitu satu ketua
kelompok tani sebagai kontak tani serta 4 petani sebagai petani
pengikut.Ketua kelompok tani dianggap paling berpengaruh dalam segala
kegiatan pada kelompok tani tersebut. Sedangkan untuk memperoleh data
potensial diambil dari keterangan Penyuluh setempat. Buat tabel daftar
sampel ya dek. Nama responden sama luas lahannya
C. Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk identifikasi
Impact Point Eknomi adalah metode wawancara. Wawancara adalah
salah satu bagian yang terpenting dari setiap survey, tanpa wawancara,
peneliti akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan
jalan bertanya langsung kepada responden. Tujuan mengadakan
wawancara, antara lain: mengkontruksi mengenai orang, kejadian,
organisasi, perasaan, motivasi serta memverifikasi, mengubah dan
memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai
pengecekan anggota (Wells, 1993).
Pengumpulan data pada Impact Point Ekonomi adalah Tingkat
Penerapan Teknologi (TPT) Ekonomi. TPT diperoleh dengan melakukan
wawancara langsung dengan responden untuk mengisi instrumen
penilaian TPT ekonomi satu persatu.
2. Pengolahan Data
a. Identifikasi Impact Point Ekonomi
Tabel 23. Identifikasi Impact Point Ekonomi
Responden
No TPT Teknis
Kontak Tani Petani
1 I–1 6 6 6 6 6
2 I–2 6 6 6 6 6
3 I–3 12 12 12 12 12
4 I–4 6 6 6 6 6
5 I–5 6 6 6 6 6
6 II – 1 8 8 8 8 8
7 II – 2 8 8 8 8 8
8 III – 1 3 0 0 3 3
9 III – 2 3 3 3 3 0
10 III – 3 3 3 3 3 3
11 III – 4 6 6 6 6 6
12 III – 5 6 0 0 6 0
13 III – 6 6 0 0 6 6
14 III – 7 3 3 3 3 3
15 III – 8 6 6 6 3 6
16 III – 9 3 0 0 3 3
Sumber : Analisis Data Primer
b. Tingkat Penerapan Teknologi (TPT) Ekonomi
Tingkat Penerapan Teknologi (TPT) adalah rata-rata skor
responden di bawah maksimum dibandingkan dengan skor
maksimum dikalikan 100%. % TPT dapat dihitung dengan rumus di
bawah ini:

Rata-Rata Skor Responden di Bawah Maks


% TPT Ekonomi = X 100%
Skor Maksimum

Berikut disajikan % TPT untuk menghitung Impact Point


Ekonomi.
Tabel 24. % TPT (Tingkat Penerapan Teknologi)
Reponden
Rata-rata
Anjuran yang belum di bawah Skor
No. Skor % TPT
diterapkan skor Maksimum
responden
maksimum
1 Identifikasi kebutuhan pasar 0 0 6 0
2 Menyusun perencanaan UT 0 0 6 0
3 Menyusun kalender UT 0 0 12 0
4 Membuat perencanaan TK 1 0 6 0
5 Membuat kontrak dg mitra 1 0 6 0
tani
6 Pencatatatan harga 1 0 8 0
komoditas primer dan hasil
olahan
7 Menghitung margin 1 0 8 0
pemasaran
8 Menghitung biaya UT 2 0 3 0
9 Menghitung hasil tanaman 2 0 3 0
pangan
10 Menghitung pendapatan 1 0 3 0
pengelola
11 Menghitung pendapatan 1 0 6 0
keluarga tani
12 Menghitung keuntungan UT 3 0 6 0
13 Menghitung pendapatan TK 2 0 6 0
14 Membuat analisis saldo 1 0 3 0
usaha
15 Membuat analisis rasio hasil 2 1,5 6 25
dan biaya
16 Membuat analisis BC 2 0 3 0

Sumber: Analisis Data Primer


Berdasarkan Tabel 24. % TPT (Tingkat Penerapan Teknologi)
diperoleh % TPT tertinggi sebesar 25 pada menmbuat analisis rasio
hasil dan biaya yang artinya bahwa hampir keseluruhan responden
menerapkan teknologi yang dianjurkan tersebut. Dapat dilihat bahwa
ada banyak responden yang tidak menerapkan teknologi yang telah
dianjurkan.
D. Penarikan Kesimpulan
1. Saringan I
Cara menentukan saringan I adalah dari semua anjuran yang akan
diterapkan dipilih 50% berdasarkan urutan luas cakupan yang terbesar.
Apabila hasilnya pecahan maka dibulatkan ke atas. Berikut disajikan tabel
perhitungan saringan I.
Tabel 25. Saringan I Impact Point Ekonomi
Reponden di
No. Anjuran yang belum diterapkan bawah skor % TPT
maksimum
1 Menghitung hasil tanaman industry dan perdagangan 3 0
2 Menghitung biaya usaha tanaman pangan 2 0
Menghitung biaya usaha tanaman industry dan
3 perdagangan 2 0
4 Menghitung hasil usaha peternakan 2 0
5 Menghitung pendapatan keluarga tani 2 0
6 Menghitung keuntungan usaha tani 2 25
7 Membuat perencanaan tenaga kerja 1 0
8 Membuat kontak dengan mitra kerja 1 0
Sumber : Hasil Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 25. Saringan I Impact Point Ekonomi
menunjukkan bahwa dari 16 anjuran yang belum diterapkan, disaring
menjadi 8 anjuran. Dimana 8 anjuran ini dipilih dari 8 jumlah responden
yang berada dibawah skor maksimum diurutkan dari yang terbesar
menuju yang terkecil. Setelah melakukan saringan I dilanjutkan
melakukan saringan II.
2. Saringan II
Dari hasil saringan II lalu dipilih 50% berdasarkan urutan % TPT
terkecil ke terbesar. Hasilnya adalah impact point ekonomi. Apabila
terdapat angka pecahan maka dibulatkan ke atas. Berikut adalah tabel
saringan II Impact Point Ekonomi.
Tabel 26. Saringan II Impact Point Ekonomi
No. Anjuran yang belum diterapkan % TPT
1 Membuat perencanaan tenaga kerja 0
2 Membuat kontak dengan mitra kerja 0
3 Menghitung pendapatan keluarga tani 0
4 Menghitung hasil usaha peternakan 0
Sumber : Hasil Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 26. Saringan II Impact Point Ekonomi
diperoleh 4 anjuran yang belum diterapkan. Saringan II ditentukan
berdasarkan anjuran yang % TPT diurutkan dari terkecil ke terbesar.
Empat anjuran ini yang menjadi impact point ekonomi dalam penerapan
teknologi ekonomi petani di Desa Grogol Kecamatan Weru Kabupaten
Sukoharjo. Anjuran tersebut adalah membuat perencanaan tenaga kerja,
membuat kontak dengan mitra kerja, menghitung pendapatan keluarga
tani, dan menghitung hasil usaha peternakan.
Bukan Cuma copas laporan. Liat buku petunjuk praktikum isi
laporan apa ada
1. Isi laporan mencakup
a. Penyusunan instrumen untuk menilai TPT ekonomis
b. Penetapan sampel petani responden
c. Pengumpulan data
d. Pengolahan data
e. Penarikan kesimpulan untuk menetapkan impact poin ekonomis
f. Masalah yang dihadapi
g. Upaya pemecahan masalah
h. Saran-saran pelaksanaan identifikasi impact point ekonomis

V. IDENTIFIKASI IMPACT POINT SOSIAL

A. Penyusunan Instrumen Impact Point Sosial


Instrumen untuk menilai TPT sosial berisi seluruh anjuran dalam
rangka penerapan inovasi dari sudut sosial yang mencakup keaktifan anggota
kelompok tani dalam kegiatan kelompok tani, tingkat keeratan hubungan
antar anggota kelompok tani, kemampuan petani dalam menyerap teknologi
baru, frekuensi petani dalam menghadiri pertemuan dalam kelompok tani dan
kesediaan petani untuk menerima adanya teknologi baru. Minimal 3 kalimmat
Tabel 27. Identifikasi Impact Point Sosial
No. Pertanyaan Alternatif Jawaban Skor
I Tujuan Kelompok (3)
1. Penghayatan tujuan a. Anggota kelompok mengetahui 3
kelompok tujuan kelompok tani
b. Tidak mengetahui 0
II Struktur Tugas (6)
1. Otoritas, kekuasaan dan a. Otoritas, kekuasaan dan pengaruh 3
pengaruh di dalam kelompok jelas
b. Tidak jelas 0
2. Mengkomunikasikan a. Keputusan yang diambil kelompok 3
keputusan kelompok diketahui oleh anggota
b. Tidak diketahui 0
III Tugas Kelompok (13)
1. Pemberian informasi a. Anggota mengetahui apa yang 3
kepada anggota sedang dan akan dilakukan oleh
kelompok
b. Tidak mengetahui 0
2. Pengaturan dan koordinasi a. Pengaturan dan koordinasi tugas 4
tugas jelas
b. Tidak jelas 0
3. Klasifikasi Permasalahan a. Segala persoalan mampu 4
dijelaskan kepada anggota
b. Masih ada persoalan yang belum 2
jelas
c. Tidak mampu 0
IV Mengembangkan dan (22)
Membina Kelompok
1. Partisipasi anggota a. Anggota merasa ikut serta dalam 4
seluruh kegiatan
b. Merasa berpartisipasi sebagian 2
c. Tidak sama sekali 0
2. Penyediaan fasilitas a. Fasilitas tersedia lengkap 4
kelompok b. Fasilitas tersedia kurang 2
c. Tidak tersedia 0
3. Kegiatan kelompok a. Ada kegiatan rutin untuk 4
mengembangkan dan membina
kehidupan kelompok
b. Ada kegiatan, tetapi masih isidentil 2
c. Tidak ada kegiatan 0
4. Komunikasi untuk a. Dilaksanakan komunikasi untuk
mengembangkan dan mengembangkan dan membina 4
membina kelompok kelompok
b. Tidak dilaksanakan 0
V Kesatuan Kelompok (15)
1. Kepemimpinan kelompok a. Memahami tujuan kelompok dan 4
menjelaskan tujuan kelompok
kepada anggota
b. Memahami, tetapi tidak 2
menjelaskan
c. Tidak memahami tujuan kelompok 0
2. Keanggotaan kelompok a. Merasa bagian kelompok 3
b. Tidak merasa 0
3. Kerjasama kelompok a. Selalu bekerja sama 4
b. Kadang-kadang 2
c. Tidak pernah 0
VI Iklim Kelompok (3)
1. Keadaan lingkungan fisik a. Menyenangkan 3
b. Tidak 0
VII Tekanan Kelompok (3)
1. Tekanan kelompok a. Merasa ada desakan dari luar dan 3
dalam untuk meningkatkan
motivasi dalam melakukan
kegiatan kelompok
b. Tidak ada 0
VIII Keefektifan Kelompok (4)
1. Keefektifan kelompok a. Merasa tujuan tercapai 4
b. Tujuan tercapai tetapi tidak puas 2
c. Tujuan tidak tercapai 0

B. Penetapan Sampel Petani Responden


Lokasi pengambilan sampel petani responden adalah Desa Grogol
Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo. Metode pengambilan sample ini
adalah metode purposive sampling. Menurut Singarimbun, dkk (2007)
metode purposive sampling adalah sampel diambil dengan maksud atau
tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena
peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki
informasi yang diperlukan bagi penelitiannya.
Sampel dalam evaluasi penyuluhan pertanian mengacu pada
keterwakilan dari petani/kelompok tani yang merupakan sasaran penyuluhan.
Tidak dapat dipastikan berapa jumlah sampelnya secara tepat, tetapi
prinsipnya sampel tersebut mewakili populasi (reprensentatif)
petani/kelompok tani yang menerima penyuluhan (Djunaidi, 2011).
Sampel petani responden diambil di Kelompok Tani, Kelompok Tani
ini dipilih karena merupakan salah satu Kelompok Tani di Desa Grogol. Pada
kelompok tani diambil 5 sampel responden yaitu satu ketua kelompok tani
sebagai kontak tani serta 4 petani sebagai petani pengikut. Ketua kelompok
tani dianggap paling berpengaruh dalam segala kegiatan pada kelompok tani
tersebut. Sedangkan untuk memperoleh data potensial diambil dari
keterangan Penyuluh setempat. Dibuat tabel daftar responden ya

C. Pengumpulan dan Pengolahan Data


1. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk identifikasi
Impact Point Soial adalah metode wawancara. Wawancara merupakan
percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara
narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk
mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan
pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai.
Sikap yang baik biasanya mengundang simpatik dan akan membuat
suasana wawancara akan berlangsung akrab alias komunikatif
(Suryawati, 2007).
Pengumpulan data pada Impact Point Sosial adalah Tingkat
Penerapan Teknologi (TPT) Sosial. TPT diperoleh dengan melakukan
wawancara langsung dengan responden untuk mengisi instrumen
penilaian TPT sosial satu persatu. Faktor penentu sosial adalah upaya
atau kegiatan sederhana yang mudah dilaksanakan oleh petani dan
mempengaruhi dinamika kelompok tani tetapi dalam penerapannya
belum sesuai dengan anjuran. Upaya atau kegiatan sederhana dalam
pengertian faktor penentu sosial diartikan sebagai aktifitas sosial yang
mudah dilaksanakan oleh petani dalam kelompoknya serta memberikan
pengaruh yang besar terhadap dinamika kelompok tani. Melalui tata cara
identifikasi faktor penentu sosial akan lebih meningkatkan efisiensi dan
efektifitas kegiatan mengingat terbatasnya daya dan dana yang tersedia
disetiap tingkat unit kerja penyuluhan (Anonim, 2011).
2. Pengolahan Data
a. Identifikasi Impact Point Sosial
Tabel 28 Identifikasi Impact Point Sosial
Responden
No TPT Teknis
Kontak Tani Petani
1 I–1 3 3 3 3 3
2 II – 1 3 3 0 3 3
3 II – 2 3 3 0 3 3
4 III – 1 3 3 3 3 3
5 III – 2 4 4 4 4 4
6 III – 3 4 4 2 4 4
7 IV – 1 2 4 2 4 4
8 IV – 2 2 4 2 4 4
9 IV – 3 2 4 2 4 4
10 IV – 4 4 4 4 4 4
11 V–1 4 4 2 4 4
12 V–2 3 3 0 3 3
13 V–3 4 4 2 4 4
14 VI – 1 3 3 3 3 3
15 VII – 1 3 3 0 3 3
16 VIII – 1 4 4 2 4 4
Sumber : Analisis Data Primer
b. Tingkat Penerapan Teknologi (TPT) Sosial
Tingkat Penerapan Teknologi (TPT) adalah rata-rata skor
responden di bawah maksimum dibandingkan dengan skor maksimum
dikalikan 100%. % TPT dapat dihitung dengan rumus di bawah ini:

Rata-Rata Skor Responden di Bawah Maks


% TPT Ekonomi = X 100%
Skor Maksimum

Berikut disajikan % TPT hasil perhitungan Impact Point Sosial.


Tabel 29. % TPT (Tingkat Penerapan Teknologi) Sosial
Reponden
Rata-rata
No Anjuran yang belum di bawah Skor %
Skor
. diterapkan skor Maksimum TPT
responden
maksimum
1 Penghayatan Tujuan
Kelompok 0 0 3 0
2 Otoritas, kekuasaan dan
pengaruh 1 0 3 0
3 Mengkomunikasikan
keputusan kelompok 1 0 3 0
4 Pemberian informasi
kepada anggota 0 0 3 0
5 Pengaturan dan
koordinasi kelompok 0 0 4 0
6 Klasifikasi permasalahan 1 2 4 50
7 Partisipasi anggota 2 2 4 50
8 Penyediaan fasilitas
kelompok 2 2 4 50
9 Kegiatan Kelompok 2 2 4 50
10 Komunikasi untuk
mengembangkan dan
membina kelompok 0 0 4 0
11 Kepemimpinan kelompok 1 2 4 50
12 Keanggotaan kelompok 1 0 3 0
13 Kerjasama kelompok 1 2 4 50
14 Keadaan lingkungan fisik 0 0 3 0
15 Tekanan kelompok 1 0 3 0
16 Keefektifan kelompok 1 2 4 50
Sumber : Hasil Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 29. % TPT (Tingkat Penerapan Teknologi)
diperoleh % TPT tertinggi sebesar 50% pada klasifikasi permasalahan,
partisipasi anggota, penyediaan fasilitas kelompok, kegiatan
kelompok, kepemimpinan kelompok, kerjasama kelompok, dan
keefektifan kelompok. Artinya bahwa responden yang belum dapat
mengklasifikasi permasalahan, partisipasi anggota yang rendah,
penyediaan fasilitas yang tidak memadai, kegiatan kelompok yang
belum jelas, kepemimpinan yang kurang, kerjasama yang kurang, dan
keefektifan kelompok kurang. Dapat dilihat bahwa banyak responden
yang belum menerapkan anjuran teknologi (sosial).
D. Penarikan Kesimpulan
3. Saringan I numberiknya coba dibenerin
Cara menentukan saringan I adalah dari semua anjuran yang akan
diterapkan dipilih 50% berdasarkan urutan luas cakupan yang terbesar.
Apabila hasilnya pecahan maka dibulatkan ke atas. Berikut disajikan
Tabel perhitungan saringan I. Minimal 3 kalimat
Tabel 30. Saringan I Impact Point Sosial
Reponden di
No. Anjuran yang belum diterapkan bawah skor % TPT
maksimum
1 Partisipasi anggota 2 50
2 Penyediaan fasilitas kelompok 2 50
3 Kegiatan kelompok 2 50
4 Otoritas, kekuasaan, dan pengaruh 1 0
5 Mengkomunikasikan keputusan kelompok 1 0
6 Pemberian Informasi kepada Anggota 1 0
7 Pengaturan dan Koordinasi Tugas 1 0
Komunikasi untuk mengembangkan dan
8 membina kelompok 1 0
Sumber : Hasil Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 30. Saringan I Impact Point Sosial
menunjukkan bahwa dari 16 anjuran yang belum diterapkan, disaring
menjadi 8 anjuran. Dimana 8 anjuran ini dipilih dari 8 jumlah responden
yang berada dibawah skor maksimum diurutkan dari yang terbesar
menuju yang terkecil. Setelah melakukan saringan I dilanjutkan
melakukan saringan II.
4. Saringan II
Dari hasil saringan II lalu dipilih 50% berdasarkan urutan % TPT
terkecil ke terbesar. Hasilnya adalah impact point sosial. Apabila terdapat
angka pecahan maka dibulatkan ke atas. Berikut adalah tabel saringan III
Impact Point Sosial.
Tabel 31. Saringan II Impact Point Sosial
No. Anjuran yang belum diterapkan % TPT
1 Mengkomunikasikan keputusan kelompok 0
2 Pemberian Informasi kepada Anggota 0
3 Pengaturan dan Koordinasi Tugas 0
Komunikasi untuk mengembangkan dan membina
4 kelompok 0
Sumber : Hasil Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 31. Saringan II Impact Point Sosial diperoleh
4 anjuran yang belum diterapkan. Saringan II ditentukan berdasarkan
anjuran yang % TPT diurutkan dari terkecil ke terbesar. Empat anjuran
ini yang menjadi impact point sosial dalam penerapan teknologi sosial
petani di Desa Grogol Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo. Anjuran
tersebut adalah mengkomunikasikan keputusan kelompok, pemberian
informasi kepada anggota, pengaturan dan koordinasi tugas, serta
komunikasi untuk mengembangkan dan membina kelompok.
Bukan Cuma copas laporan. Liat buku petunjuk praktikum isi
laporan apa ada
1. Isi laporan mencakup
a. Penyusunan instrumen untuk menilai TPT sosial
b. Penetapan sampel petani responden
c. Pengumpulan data
d. Pengolahan data
e. Penarikan kesimpulan untuk menetapkan impact poin sosial
f. Masalah yang dihadapi
g. Upaya pemecahan masalah
h. Saran-saran pelaksanaan identifikasi impact point sosial

Anda mungkin juga menyukai