STATUS PASIEN
1.2 ANAMNESIS
Dilakukan Autoanamensis dengan pasien pada tanggal 23 Januari 2018 Pukul
13.30 WIB
1. Keluhan Utama
Pasien mengeluh timbul benjolan berisi cairan terasa gatal dan nyeri
pada punggung, ketiak, dan payudara sebelah kiri sejak 4 hari yang
lalu
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ditemani oleh anaknya, pasien mengeluh timbul
benjolan berisi cairan terasa gatal, nyeri, dan terasa panas pada
punggung, ketiak, dan payudara sebelah kiri sejak 4 hari yang lalu,
awalnya pasien mengalami demam, tidak enak badan dan pusing,
kemudian demam turun dengan sendirinya, setelah itu, muncul ruam
bintik-bintik berisi cairan pada daerah punggung sebelah kiri menjalar
ke ketiak kiri dan ke payudara sebelah kiri yang lama-kelamaan
kemerahan, membesar dan sebagian pecah.
1
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang pernah mengalami seperti ini
sebelumnya.
Tidak terdapat riwayat atopik pada keluarga, seperti asma, dermatitis
atopik, rinitis dll
4. Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat sebelumnya.
5. Riwayat Alergi
Alergi terhadap makan-makanan laut, obat, debu dan cuaca disangkal.
6. Riwayat Psikososial
Pasien mandi 2x sehari dan tidak memakai handuk berbarengan
dengan keluarga lainnya. Sprei selalu diganti setiap satu bulan sekali.
1.3 PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
- Tekanan Darah : 130/90
- Nadi : 88 x / menit
- Suhu : 36.6º C
- Pernafasan : 20 x / menit
Status Gizi
- Berat Badan : 48 kg
- Tinggi Badan : tidak dilakukan
2
- Mata : Konjungtiva Anemis (-/-) Sklera
Ikterik (-/-), Hiperemis (-/-), Sekret (-/-)
- Hidung : Deviasi Septum Nasi (-), Sekret (-)
- Telinga : Tidak ada kelainan bentuk, Serumen
(-)
- Mulut : Bibir kering (-), Mukosa Faring
Hiperemis (-) Tonsil T1/T1, Karies Dentis (+)
- Kulit Kepala : Tidak terdapat lesi
- Kulit Wajah : Tidak terdapat lesi
2. Leher
- Pembesaran KGB : Tidak ada pembesaran KGB
- Pembesaran Tiroid : Tidak ada pembesaran Kelenjar
Tiroid
- Kulit Leher : Tidak terdapat lesi
3. Thoraks
- Paru
Inspeksi : Bentuk & Gerakan Dada Simetris
Palpasi : Vokal Fremitus (+/+), Nyeri Tekan (-
/-)
Perkusi : Sonor di semua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Ronki (-/-),
Wheezing (-/-)
- Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis Tidak Nampak
Palpasi : Ictus Cordis Teraba
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : BJ I&II, Regular, Murmur (-), Gallop
(-)
- Kulit : Terdapat lesi
4. Abdomen
- Inspeksi : Datar. Skar (-), Lesi Kulit (-).
3
- Auskultasi : Bising usus (+). Dalam batas normal
- Perkusi : Timpani seluruh kuadran abdomen
- Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepatosplenomegali
(-)
- Kulit : Tidak ada lesi
5. Ekstremitas
- Atas : Akral Hangat (+/+), Sianosis (-/-)
Deformitas (-/-)
- Bawah : Akral Hangat (+/+), Sianosis (-/-)
Deformitas (-/-)
- Kulit : Tidak ada lesi
Distribusi Regional
Regio Scapula sinistra, axilla sinistra, mammae sinisra
Lesi Lesi unilateral, multipel dan konfluens, dengan vesikel,
dan bula dengan dasar eritema yang sebagian telah pecah
dan mengering menjadi krusta diatas dasar yang eritem
Efloresensi Primer :
Vesikel, bula, makula eritematosa
Sekunder :
Krusta
1.6 DOKUMENTASI
(Terlampir)
4
1.8 RESUME
Pasien perempuan usia 72 tahun, mengeluh timbul benjolan berisi cairan terasa
gatal, nyeri, dan terasa panas pada punggung, ketiak, dan payudara sebelah kiri
sejak 4 hari yang lalu, awalnya pasien mengalami demam, tidak enak badan dan
pusing, kemudian demam turun dengan sendirinya, setelah itu, muncul ruam
bintik-bintik berisi cairan pada daerah punggung sebelah kiri menjalar ke ketiak
kiri dan ke payudara sebelah kiri yang lama-kelamaan kemerahan, membesar dan
sebagian pecah. Dari pemeriksaan fisik, keadaan umum dan status generalisata
dalam batas normal.
Status Dermatologikus :
- Distribusi: Regional
- Regio: Scapula sinistra, axilla sinistra, mammae sinisra
- Lesi: Lesi unilateral, multipel dan konfluens, dengan vesikel, dan bula
dengan dasar eritema yang sebagian telah pecah dan mengering menjadi
krusta diatas dasar yang eritem
- Efloresensi: Primer: Vesikel, bula, makula eritematosa
- Sekunder: Krusta
1.9 DIAGNOSIS
1. Diagnosis Banding
-Herpes zoster
-Dermatitis kontak
-Dermatitis venenata
2. Diagnosis Kerja
Herpes Zooster
1.10 PENATALAKSANAAN
Asiklovir 400 mg (5x2 tablet)
Amytriptilin 25 mg (1/2-0-1/2)
Piroxicam 20 mg (2x1 tablet)
5
Kompres terbuka dengan Solusio burowi ( alumunium asetat 5% ) (4-
6X selama 30-60 menit )
1.11 PROGNOSIS
- Quo ad Vitam : Bonam
- Quo ad Sanationam : Dubia ad Bonam
- Quo ad Functionam : Bonam
6
BAB II
ANALISIS KASUS
7
gejala subjektif seperti rasa terbakar, tersengat.
Dapat juga sensasi nyeri beberapa menit setelah
terpajan,
Bintik berisi cairan tersebut -Herpes zoster Isi vesikel menjadi keruh dan
membesar dan akhirnya akhirnya pecah menjadi krusta (berlangsung selama
pecah meninggalkan bekas 7-10 hari)
-dermatitis venenata Pada fase subkutis, perubahan
vesikuler ini tidak begitu mencolok lagi dan
berubah menjadi pembentukan krusta, pengeringan
atau bila pasien terus menerus menggaruk kulitnya,
penebalan kulit (likenifikasi) dan pigmentasi
(perubahan warna) akan terjadi infasi sekunder
timbul kembali
8
dermatom, Lesi unilateral, erupsi vesikuler berkelompok dengan dasar
multipel dan konfluens, eritematosa disertai nyeri radikular unilateral yang
dengan vesikel, dan bula umumnya terbatas di satu dermatom
dengan dasar eritema yang -dermatitis venenata Kulit yang terkena penyakit ini
sebagian telah pecah dan akan menjadi merah dan melepuh, disertai rasa
mengering menjadi krusta panas seperti terbakar. Fase merah, melepuh, dan
diatas dasar yang eritem terasa panas ini berlangsung 1-3 hari. Bila lesi ini
digaruk, maka lesi ini dapat menyebar dan meluas,
lesi hanya pada kulit yang tidak tertutup pakaian
9
virus dari sediaan hapus lesi atau pemeriksaan
antibodi IgM spesifik diperlukan
Berdasarkan Diagnosis Banding
Dermatitis kontak, Dermatitis kontak dan dermatitis venenata (gigitan
Dermatitis venenata serangga) sering salah didiagnosis sebagai herpes
zoster ketika muncul pertama kali karena lesinya
yang mirip.
Berdasarkan Tatalaksana
Asiklovir 400 mg (5x2 Penggunaan antivirus, salah satunya Asiklovir,
tablet) dapat efektif diberikan sebelum 72 jam awitan lesi
Amytriptilin 25 mg (1/2-0- dengan dosis 5x800 mg selama 7 hari, dapat juga
1/2) diberikan antidepresan berupa amitriptilin untuk
Piroxicam 20 mg (2x1 mengurangi prevalensi NPH. OAINS dapat
tablet) diberikan untuk mereda rasa nyeri, pemberian
Kompres terbuka Solusio antibiotik topikal dapat ditambahkan jika terjadi
burowi (alumunium asetat infeksi sekunder. Pemberian kortikosteroid tidak
5%) begitu bermanfaat pada herpes zoster.
Fuladic cream 2% (3x1 u.e)
Berdasarkan Prognosis
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Sanationam:
Ad vitam, menunjuk pada pengaruh penyakit
Dubia ad Bonam
Quo ad Functionam: terhadap proses kehidupan.
Bonam
Ad functionam, menunjuk pada pengaruh penyakit
terhadap fungsi organ atau fungsi manusia dalam
melakukan tugasnya.
Ad sanationam, menunjuk pada penyakit yang
dapat sembuh total sehingga dapat beraktivitas
10
seperti biasa.
Pada kasus herpes zoster biasanya prognosis pasien
secara ad vitam, fucntiona, dan sanationam adalah
baik, untuk komplikasi berupa gangguan mata dapat
dikonsultasikan ke dokter mata.
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Herpes Zooster adalah penyakit neurokutan dengan manifestasi erupsi
vesikuler berkelompok dengan dasar eritematousa disertai nyeri radikular
unilateral yang umumnya terbatas di satu dermatom.
2.2 EPIDEMIOLOGI
Penyakit herpes zoozter terjadi sporadis sepanjang tahun tanpa mengenal
musim. Insidensnya 2-3 kasus per 1000 orang/tahun. Insidenn dan keparahan
penyakitnya meningkat dengan bertambahnya usia. Lebih dari setengah
jumlah keseluruhan kasus dilaporkan terjadi pada usia lebih dari 60 tahun dan
komplikasi terjadi hampir 50% di usia tua. Jarang dijumpai pada usia dini
(anak dan dewasa muda); bila terjadi, kemungkinan dihubungkan dengan
varisela maternal saat kehamilan. Risiko penyakit meningkat dengan adanya
keganasan, atau dengan transplantasi sumsum tulang/ginjal atau infeksi HIV.
Tidak terdapat predileksi gender. Penyakit ini bersifat menular namun daya
tularnya kecil bila dibandingkan dengan varisela.
2.3 ETIOPATOGENESIS
Hope Simpson, 1965. Mengajukan hipotesis bahwa imunitas terhadap
varisela zooster virus berperan dalam patogenesis herpes zooster terutama
imunitas selulernya. Mengikuti infeksi primer virus varisela-zooster
(varisela), partikel virus dapat tetap tinggal di dalam ganglion sensoris saraf
spinalis, kranialis atau otonom selama tahunan. Pada saat respon imunitas
seluler dan titer antibodii spesifik terhadap virus varisela-zooster menurun
(misal oleh karena umur atau penyakit imunosupresif) sampai tidak lagi
efektif mencegah infeksi virus, maka partikel virus varisela-zooster yang
laten tersebut mengalami reaktivasi dan menimbulkan ruam kulit yng
terlokalisata di dalam satu dermatom. Faktor lain seperti radiasi, trauma fisis,
obat-obat tertentu, infeksi lain, atau stress dapat dianggap sebagai pencetus
walaupun belum pasti.
12
2.4 GEJALA KLINIS DAN DIAGNOSIS
Herpes zooster dapat dimulai dengan timbul-timbul gejala berupa sensasi
abnormal atau nyeri otot lokal, nyeri tulang, pegal, parestesia sepanjang
dermatom, gatal, rasa terbakar dari ringan sampai berat. Nyeri dapat
menyerupai sakit gigi, pleuritis, infark jantung, nyeri duodenum, kolesistitis,
kolik ginjal, atau empedu, apendisitis. Dapat juga dijumpai gejala konstitusi
misalnya nyeri kepala, malaise, dan demam. Gejala prodromal dapat
berlangsung beberapa hari (1-10 hari, rata-rata 2 hari).
Setelah awitan prodromal, timbul erupsi kulit yang biasanya gatal atau nyeri
terlokalisata (terbatas di satu dermatom) berupa makula kemerahan.
Kemudian berkembang menjadi papul, vesikel jernih berkelompok selama 3-
5 hari. Selanjutnya isi vesikel menjadi keruh dan akhirnya pecah menjadi
krusta (berlangsung selama 7-10 hari). Erupsi kulit mengalami involusi
setelah 2-4 minggu. Sebagian besar kasus herpes zooster, erupsi kulitnya
menyembuh secara spontan tanpa gejala sisa.
Pada sejumlah kecil pasien dapat terjadi komplikasi berupa kelainan mata
(10-20% penderita) bila menyerang di daerah mata, infeksi sekunder, dan
neuropati motorik. Kadang-kadang dapat terjadi meningitis, ensefalitis atau
mielitis.
Komplikasi yang sering terjadi adalah neuralgia pasca herpes (NPH), yaitu
nyeri yang masih menetap di area yang terkena walaupun kelainan kulitnya
sudah mengalami resolusi.
13
Dikenal beberapa variasi klinis herpes zooster antara lain zoster sine herpete
bial terjadi nyeri segmental yang tidak diikuti dengan erupsi kulit. Herpes
zoster abortif bila erupsi kulit hanya berupa eritema dengan atau tana vesikel
yang langsung mengalami resolusi sehingga perjalnan enyakitnya mengalami
resolusi sehingga perjalnan penyakitnya berlangusng singkat. Disebut herpes
zoster aberans bial erupsi kulitnya melalui garis tengah.
Bila virusnya menyerang nervus fasialis dan nervus auditorius terjadi sindrom
Ramsay-Hunt yaitu erupsi kulit timbul di liang telinga luar atau membran
timpani disertai paaresis fasialis, gangguan lakrimasi, gangguan pengecap 2/3
bagian depan lidah, tinitus, vertigo dan tuli.
2.6 DIAGNOSIS
Diagnosis penyakit herpes zoster sangat jelas, karena gambaran klinisnya
memiliki karakteristik tersendiri. Untuk kasus-kasus yang tidak jelas, deteksi
antigen atau nucleic acid varicella zooster virus, isolasi virus dari sediaan
hapus lesi atau pemeriksaan antibodi IgM spesifik diperlukan. Pemeriksaan
dengann teknik polymerase chain reaction (PCR) merupakan tes diagnstik
yang paling sensitif dan spesifik (dapat mendeteksi DNA virus varisela zoster
dari cairan vesikel).
14
2.7 PENGOBATAN
Prinsip dasar pengobatan herpes zoster adalah menghilangkan nyeri
secepat mungkin dengan cara membatasi replikasi virus, sehingga mengurangi
kerusakan saraf lebih lanjut.
SISTEMIK
A. Obat antivirus
Famsiklovir (3x500 mg)
Valasiklovir (3x1000 mg)
Asiklovir (5x800 mg)
Diberikan sebelum 72 jam awitan lesi selama 7 hari.
B. Kortikosteroid
Pemberian prednison dengan asiklovir dapat mengurangi nyeri akut, tetapi
pemakaian kortikosteroid oral masih dalam perdebatan, penelitian
menganjurkan untuk tidak menggunakanya karena efek sampingnya lebih
besar daripda keuntunganya.
C. Analgetik
Pasien dengan nyeri akut berespon baik terhadap AINS, pernah dilakukan
pemakaian kombinasi parasetamol dengan kodein 30-60 mg.
TOPIKAL
A. Kompres
Kompres terbuka dengan solusio burowi dan solusio Calamin (caladryl)
dapat digunakan pada lesi kulit akut untuk mengurangi nyeri dan pruritus.
15
Kompres dengan Solusio Burowi (alumunium asetat 5%) dilakukan 4-6 kali/hari
selama 30-60 menit. Kompres dingin atau cold pack juga sering digunakan.
2.8 PENCEGAHAN
Pemberian booster virus vaksin varisela strain Oka terhadap orang tua harus
dipikirkan untuk meningkatkan kekebalan spesifik terhadap VVZ sehingga
dapat memodifikasi perjalanan penyakit Herpes zoster.
16
BAB IV
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Boediardja SA, Handoko RP. Herpes Zoster. In: Menaldi SLSW, Kusmarinah
B, Wresti I, editor. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta : FKUI ;
2015.p. 137-140.
2. Boediardja, SA. Uji Diagnosis di Bidang Dermato-Venereologi. In: Menaldi
SLSW, Kusmarinah B, Wresti I, editor. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin.
Edisi 7. Jakarta : FKUI ; 2015.p. 57-63.
18
LAMPIRAN
19