Anda di halaman 1dari 69

: Manfaatkan Lahan Kosong dengan Tanaman Produktif

Dipublikasi pada Saturday, 06 March 2004 oleh bernas

07/03/2004 LAHAN yang masih kosong sebenarnya mampu menghasilkan


keuntungan ekonomis yang sangat tinggi jika bisa dikelola secara maksimal,
misalnya, dengan pembudidayaan tanaman hortikultura ataupun tanaman
lainnya. Minimal, daripada telantar ada sesuatu yang bisa dihasilkan untuk
membantu perekonomian keluarga.

Anto Hadi Atmojo -- pengelola pembibitan hortikultura, saat ditemui di


rumahnya komplek pembibitan CV Agro Prima Hortikultura, Jumat (27/2),
menjelaskan, saat ini sudah bukan jamannya lagi masyarakat terlalu
menggantungkan pada penyuluhan yang dilakukan oleh dinas terkait.
"Sekarang sudah saatnya masyarakat melakukan inovasi sendiri untuk bisa
memanfaatkan lahan kosong yang dimiliki, baik itu di sawah, pekarangan,
ataupun perkebunan," papar Anto.

Untuk itu, perlu adanya penganekaragaman jenis tanaman, artinya dalam satu
lahan tidak hanya terdapat satu jenis tanaman saja. Misal, ketika petani
menanam padi di sawah, di galengan bisa ditanami dengan tanaman sawi,
kacang panjang, ataupun tanaman palawija lainnya. Sehingga, sambil
menunggu panen padi, ada tanaman lain yang sudah menghasilkan dan bisa
menambah penghasilan. Untuk pekarangan, bisa ditanami dengan berbagai
jenis tanaman hias ataupun buah. "Prinsipnya, jangan sampai ada satu jengkal
lahan sekalipun yang dibiarkan kosong," jelasnya.

Sementara, terkait dengan tanaman hortikultura yang ia kembangkan, Anto


mengatakan bahwa tanaman jenis ini memang termasuk kategori padat modal,
sehingga bagi masyarakat menengah ke bawah mungkin masih enggan untuk
membelinya. "Tapi, dalam setiap berusaha kita harus berorientasi masa depan,"
tuturnya. Hal yang patut ditekankan adalah bahwa dalam jangka panjang justru
akan memberikan keuntungan yang berlebih.

Tidak bisa disangkal, pangsa pasar buah di Indonesia relatif masih cukup luas
karena sampai saat ini memang belum ada daerah yang bisa dijadikan sebagai
penghasil utama aneka buah. Menurutnya, masing_masing daerah masih
bertahan pada ciri khas produk yang selama ini dihasilkan dan belum ada
keanekaragaman hasil.

Lebih lanjut ia mengemukakan, agar dalam pembudidayaannya bisa berhasil


memang diperlukan adanya berbagai kesiapan, termasuk diantaranya masalah
perawatan dan pengolahan.

Selain itu, masalah ketelitian pengamatan juga harus diperhatikan dengan baik,
jangan sampai gejala penyakit baru diketahui ketika sudah memasuki taraf
yang mengkhawatirkan. "Bagaimanapun orang lebih baik mencegah daripada
menyembuhkan," tandas Anto.

Untuk menanam tanaman buah misalnya, tidak harus dengan lahan yang luas.
"Toh sekarang sudah ada tanaman buah yang di pot," tandasnya. Dengan
demikian tidak terlalu membutuhkan lahan luas, dan perawatannya lebih
mudah. Dan yang tidak ketinggalan tetap bisa menghasilkan buah dengan
kualitas yang bagus.

Lelaki yang telah menekuni dunia tanaman sejak tahun 1975 tersebut
mengatakan, ada berbagai teknik yang bisa dilakukan untuk membudidayakan
tanaman buah baik itu dengan cara tradisional maupun modern. Dengan cara
tradisional, berarti seseorang harus mengembangbiakannya mulai dari biji yang
kemudian diletakkan pada media, diberikan cukup nutrisi agar bisa tumbuh
tunas. Setelah tunas tumbuh maka ia bisa dipisahkan. Diakui, dengan cara
seperti ini, waktu yang dibutuhkan untuk menuai hasil memang lebih lama.

Sementara dengan teknologi modern seperti yang ia kembangkan selama ini,


termasuk diantaranya teknik okulasi, kultur jaringan dan lain sebagainya.
Okulasi dilakukan dengan cara menempelkan mata tunas pada tumbuhan induk
yang masih sejenis. Di satu sisi, cara seperti ini memang lebih mudah,
sementara di sisi lain juga tidak merusak tumbuhan lain yang diambil tunasnya.
Kondisi seperti ini tentu sangat berbeda dengan mencangkok. Cara seperti ini
hanya bisa dilakukan dalam jumlah minimal karena jika terlalu banyak akan
menyebabkan tumbuhan asal menjadi rusak. Dengan menggunakan aneka
teknologi modern tersebut, hasil tanaman yang diperoleh memang lebih cepat
dan dengan kualitas hasil yang tetap bisa dipertahankan, bahkan bisa
ditingkatkan lagi. (c08)

Link Terkait
· Lebih Banyak Tentang Sosial
· Berita oleh bernas

--------------------------------------------------------------------------------

Berita terpopuler tentang Sosial:


Mahasiswa Gantung Diri di Hotel

Nilai Berita
Rata-rata: 0
Pemilih: 0

Beri nilai berita ini:

Opsi

Versi Cetak

Beri tahu Teman


Jangan Matikan Semangat Berwirausaha
Dipublikasi pada Friday, 21 November 2003 oleh bernas

22/11/2003 Yogya, Bernas

Kebijakan pemerintah berkaitan dengan penertiban pedagang kaki lima (PKL)


hendaknya jangan sampai mematikan semangat berwirausaha yang selama ini
menggelora di dada para PKL. Sebab dalam situasi ekonomi yang belum
kondusif seperti saat ini semangat berwirausaha seperti yang dimiliki para PKL
itu harus terus ditumbuhkan, bukan malah diusik.

Demikian dikatakan mantan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia


(HIPMI) DIY, Agus Bastian SE,MBA kepada Bernas, kemarin (21/11). Pernyataan
itu berkaitan dengan persoalan penertiban PKL di kawasan Selokan Mataram
yang belum juga ada titik temunya.

"Saya sungguh prihatin jika membaca berita-berita tentang penggusuran.


Nggak hanya yang terjadi di Jakarta, tapi juga di Yogya," tutur Agus.
Keprihatinan itu lebih disebabkan pada kebijakan penertiban PKL yang besar
kemungkinan justru akan membunuh semangat kemandirian, semangat
berwirausaha dari para PKL.

Menurut Agus, dalam situasi seperti sekarang ini dimana pemerintah belum
mampu menyediakan lapangan kerja maka satu-satunya jalan untuk mengatasi
persoalan itu adalah dengan menumbuhkan semangat berusaha dan semangat
berwiraswasta di masyarakat, khususnya pada angkatan kerja produktif.

"Dan PKL telah membuktikan bahwa mereka bisa mandiri. Mereka tak
tergantung pemerintah. Merekapun juga mampu membuka lapangan kerja
sekaligus menyerap tenaga kerja. Apa fakta seperti itu nggak kita lihat?," tanya
Agus.

Dia ambil contoh penjual pecel lele misalnya. Sedikitnya 3 tenaga kerja mampu
diserap hanya dari sebuah warung pecel lele. Belum, usaha dari PKL-PKL
lainnya. Kalaupun pemerintah memang mau melakukan penertiban, mustinya
dilakukan secara manusiawi dan harus ada dialog. "Bukan malah aparat yang
unjuk kekuatan yang menjurus kekerasan. PKL itu juga manusia yang punya hak
hidup dan harga diri,"tegasnya.

Banyaknya PKL menunjukkan bahwa mereka telah menjadi salah satu pilar
ekonomi yang penting, kata Agus. Mereka adalah pelaku bisnis yang justru
tahan banting. Bahwa mereka kurang tertib, tentunya harus dimaklumi. Sebab
sejak awal tak ada aturan yang jelas dan tegas sebagai pegangan mereka.

Penggsurun PKL menurut Agus sebenarnya juga bukti bahwa pemerintah gagal
dalam membina pengusaha kecil, termasuk PKL itu. "Lho, logikanya kalau
pemerintah mampu dan berhasil membina mereka, tentu mereka terus
bekembang dan menjadi pengusaha besar. Bukan terus jadi PKL," tuturnya.

Penertiban memang harus dilakukan. Sebab di negara majupun juga ada PKL.
Hanya saja perbedaannya pada soal ketertiban. "Di Hongkong atau Malaysia
misalnya, banyak juga kok PKL nya. Tapi mereka kan tertib. Pemerintah juga
konsisten dalam menerapkan aturan soal PKL ini,"imbuhnya.

Semua pihak mustinya mau saling instropeksi diri. Baik PKL maupun aparatur
Pemda. Mereka harus bisa duduk bersama dan mencari solusi yang sama-sama
menguntungkan. "Hanya saja sebagai pengusaha, saya akan selalu
memberikan apresiasi yang tinggi akan semangat para PKL untuk berwirausaha.
Betapapun kecilnya skala usahanya, namun apa yang mereka lakukan harus
kita dukung," papar Agus. (hjl)
: Mebel Bambu Tembus Bali
Dipublikasi pada Tuesday, 24 February 2004 oleh bernas

25/02/2004 SIAPA menyangka, produk meja kursi bambu wulung produksi dari
Purbalingga, ternyata sudah menembus pasaran hingga ke Pulau Dewata, Bali.
Di tengah berkembangnya berbagai perabotan rumah tangga yang
menampilkan berbagai model, ternyata produk meja kursi bambu wulung
produksi dari Purbalingga, masih digemari kaum naturalis. Produk itu tidak
berjaya di kotanya sendiri, tetapi justru disukai konsumen di Jateng, Jatim dan
Bali.
Salah seorang perajin bambu yang menekuni pembuatan produk meja_kursi,
adalah Rahma t(34), warga RT 03/01 Kelurahan Bojong, Purbalingga. Perajin
tersebut mengkhususkan menggarap meja_kursi berbahan baku bambu wulung.
Produk kerajinan yang dihasilkan Rohmat adalah kursi santai dan seperangkat
meja kursi. Dalam satu bulan, Rahmat dengan enam orang karyawannya
mampu menghasilkan 240 buah kursi santai.

"Mengenai pemasaran, memang kami belum menemukan pembeli yang tetap


dalam jumlah besar. Produk kami masih dijual berpindah_pindah mulai dari
Semarang, Kudus, Malang dan Bali," kata Rahmat saat ditemui di bengkel
kerjanya, di sekitar rumahnya, di bawah rumpun pohon bambu wulung, Selasa
(24/2).

Menurut Rahmat, harga produksi yang ditawarkan ke pasar bervariasi. Mulai


dari Rp 25.000 satu buah kursi santai, Rp 200 ribu untuk satu set meja dan dua
buah kursi tamu, dan Rp 700 ribu untuk empat buah kursi plus satu meja.
Semua produk itu dibuat dari bahan baku bambu wulung (bambu hitam) terpilih
yang banyak terdapat di Purbalingga.

"Omset kami per bulan memang terbilang kecil, hanya berkisar Rp 4 juta - Rp 5
juta," ujar Rahmat yang mengaku hanya berpendidikan sekolah teknik (ST)
sampai kelas dua.

Dia akui, usaha yang digelutinya dengan serius itu memang belum berkembang
dengan pesat karena sangat terbatasnya modal. Modal yang dipakainya hanya
dari kocek sendiri. Ia mengaku belum berani mengajukan pinjaman ke lembaga
perbankan karena tidak memiliki agunan yang setara. "Saya pernah dijanjikan
mendapat bantuan modal usaha dari Pemkab Purbalingga. Tetapi ternyata
belakangan harus menggunakan agunan. Jadi, kami akhirnya mundur karena
memang belum memiliki agunan yang layak," tutur ayah dua anak itu, yang
menekuni usahanya sejak tahun 1999.

Bengkel tempat usaha Rahmat memang sangat sederhana, ada gubuk kecil dan
tempat terbuka cukup luas, di bawah rumpun pohon bambu wulung. Untuk
setiap pekerja, dalam sehari rata_rata bisa mengerjakan tujuh buah kursi malas.
Soal modal, untuk satu buah kursi malas terdiri atas satu lonjor bambu wulung
seharga Rp 5.000 dan ongkos tenaga kerja Rp 6.000 per buah. "Setelah
ditambah biaya transpor barang, keuntungan yang kami peroleh memang
sangat tipis. Ya, ibaratnya hasil penjualan produk kami hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup dan sedikit buat tabungan anak_anak," kata
Rahmat. (prasetyo)

Link Terkait
· Lebih Banyak Tentang Bisnis
· Berita oleh bernas

--------------------------------------------------------------------------------

Solusi Bisnis
Dipublikasi pada Monday, 23 February 2004 oleh bernas

Tak-Tik Bisnis
Dipublikasi pada Sunday, 25 January 2004 oleh bernas
Perencanaan Bisnis

D Desembriarto

26/01/2004 SAYA sering menjumpai pengusaha kecil dan menengah kerajinan di


berbagai pelosok Yogyakarta yang menjalankan bisnisnya dengan prinsip asal
jalan. Mereka tidak pernah membuat berbagai perencanaan yang berkaitan
dengan banyak aspek dari usaha yang mereka miliki. Misalkan, mereka tidak
pernah menyusun target-target yang diinginkan. Jalannya dan keadaan usaha
mereka sangat tergantung dengan nasib yang ditentukan oleh pihak lain.

Tiap perusahaan sebaiknya menyusun perencanaan bisnis (business plan) agar


dapat melakukan tindakan-tindakan yang tepat dalam menghadapi keadaan
lingkungan bisnis. Perencanaan bisnis dapat menjadi pedoman bagi operasi
perusahaan. Hal-hal yang biasanya dimasukkan dalam perencanaan bisnis
adalah target-target perusahaan baik dalam jangka pendek maupun panjang,
gambaran tentang produk yang ditawarkan dan peluang pasarnya serta
sumber-sumber daya yang digunakan dalam mencapai target (Barrow, 1993).

Keuntungan yang bisa diperoleh perusahaan jika ia membuat perencanaan


bisnis adalah:

1. Pengelola perusahaan menjadi lebih yakin dalam menjalankan usahanya jika


ada acuan dalam mengoperasikannya. Perencanaan juga memudahkan pemilik
untuk mengarahkan pegawai untuk bersama-sama menuju sasaran yang
diharapkan.

2. Perusahaan dapat memberikan informasi yang berguna kepada pihak-pihak


di luar perusahaan, misalnya penyuplai. Selain itu, perencanaan bisnis akan
menjadi akses penting ke sumber-sumber dana perusahaan dapat
menggunakannya untuk memberikan gambaran kegiatan usahanya dalam
rangka mendapatkan kredit dari perbankan dan lembaga keuangan lainnya.
Pihak yang meminjamkan dana akan membutuhkan informasi tentang
kelayakan usaha yang mereka beri pinjaman dan bantuan finansiil lainnya.

3. Penyiapan perencanaan bisnis yang dilakukan secara konsisten akan


memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada pengusaha tentang proses
pembuatan rencana. Proses ini sangat penting dalam jangka panjang terutama
dalam mempertahankan kesehatan perusahaan.

Pengelolaan perusahaan merupakan kegiatan yang dinamis dan mengalami


banyak perkembangan karena situasi dan keadaan bisnis yang sering
mengalami perubahan. Sehingga pengetahuan dan pemahaman tentang
perencanaan akan membantu pengusaha dalam menyiapkan usahanya untuk
mengikuti perkembangan lingkungan bisnis. Berdasarkan keuntungan-
keuntungan itu, tiap pengusaha sebaiknya mulai membuat perencanaan bisnis
sejak awal, bahkan semenjak mereka mulai bisnisnya. Pembuatan perencanaan
akan menjadi bekal bagi usaha mereka untuk menjadi bisnis yang besar.

D Desembriarto, MSi, dosen FE USD


Rabu, 25 Februari 2004
Mohammad Nadjikh
Bos Teri dari Gresik

Penulis : dam

Ikan teri kecil bentuknya tapi besar rizkinya. Tak percaya? Simak saja penuturan
Mohammad Nadjikh, pengusaha ikan teri asal Gresik, Surabaya Jawa Timur ini.
Sarjana Fakultas Teknologi Pertanian Jurusan Teknologi Industri Institut Pertanian
Bogor (IPB) tahun 1984 ini mampu menduduki posisi 10 besar pengusaha ikan
nasional. Itu bermula dari usaha ikan teri.

''Sejak tahun 1994 saya mulai dari bisnis ikan teri nasi kecil atau yang disebut
orang teri Medan di Tuban. Setelah itu saya kembangkan, beranak-pinak,
sampai sekarang kurang lebih ada 30 pabrik. Selain itu kami juga ekspor ke
Jepang,'' tandas Nadjikh kepada Republika di sela-sela menghadiri Pencanangan
Pengembangan Usaha Perikanan Skala Kecil di Lamongan, Jawa Timur belum
lama ini. Sebelum terjun di bisnis ikan teri, Nadjikh yang sempat menjadi dosen
di IPB selama setengah tahun itu mengungkapkan dirinya pernah bekerja di
sebuah perusahaan.
Meski tak terlalu besar, di perusahaan itu ia banyak belajar mulai pembelian,
produksi, pengadaan, pemasaran, keuangan hingga SDM. ''Waktu itu saya
dapat pekerjaan di pabrik processing coklat milik salah satu BUMN,'' ujarnya.
Setelah tahu semuanya, ternyata di perusahaan itu kariernya juga mentok.
Ilmunya tidak bisa berkembang karena rupanya ia lebih paham tentang ikan. Ia
mengaku sejak kecil diperkenalkan ayahnya pada ikan.

Waktu itu sang ayah seorang 'juragan ikan' yang menjadi pemasok ikan,
khususnya untuk perikanan tambak di daerah Gresik dan sekitarnya. Di
antaranya ikan bandeng, mujair, mas, dan lain-lain. Sementara itu, pakdenya
juga terjun di bisnis ini. Yakni, menekuni usaha udang model black tiger. Maka,
sesudah tidak lagi bekerja di pabrik pemrosesan coklat, Nadjikh menerjuni
usaha udang bersama temannya. Ia berpikir, karena lokasinya di Surabaya
maka menjadi usaha yang menarik. Saat itu ia menduduki posisi business
development.

Yakni, bagaimana perusahaan yang tadinya 100 persen memroses udang black
tiger beralih ke memroses bukan udang atau ke jenis ikan lain. Ternyata cukup
berhasil. Dan, ketika di kemudian hari ada ketidak sesuaian dengan
manajemen, akhirnya ia merintis usaha sendiri menekuni bisnis teri. Bersama
adik kelasnya di IPB, Lalam Sarlam, Nadjikh memulai usahanya dengan modal
sekitar Rp 30 jutaan. Jumlah karyawan 15-an orang. ''Sekarang ada 5.500-an
karyawan dari 30-an pabrik,'' ujarnya.

Suami Titi Widayati ini berprinsip, yang terpending dalam usaha ikan teri adalah
bagaimana bisa menjaga pasar dan kualitas. Kebetulan pada saat itu terjadi
perubahan. Ikan teri menjadi makanan tradisional Jepang. ''Di Jepang
penangkapan menurun karena orang-orang Jepang itu tidak ada yang berminat
menjadi nelayan. Dari situ kami mencoba mengembangkan pasar dan akhirnya
cukup sukses,'' jelasnya mengenang awal-awal terjun di ekspor teri ke Jepang.

Pekerjaan sebelumnya di pemrosesan coklat membuatnya banyak kenal dengan


orang-orang Jepang. Mereka sangat butuh produk teri ini. Dan karena mereka
sudah tahu kualitas teri produksi Nadjikh, maka terjadi kecocokkan dan kedua
belah pihak bekerja sama. Dari sisi pengadaan baku, Nadjikh mengaku tak ada
kesulitan memerolehnya. Pihaknya mendapatkannya dari petani nelayan
tradisional di sepanjang pantura Jawa dan perairan Madura.

Saat-saat awal menjalankan usaha ini Nadjikh terjun sendiri ke lapangan. Ia


mengajari anak buahnya bagaimana membeli, mengelola, melayani pemasok,
memroses, mengemas, menimbang, sampai membuat laporan keuangan.
Semuanya ditangani sendiri sampai ekspor pun ditangani sendiri. Ia merasa
beruntung karena kuliah di jurusan teknik industri karena mendukungnya
memahami soal processing. ''Banyak orang berpikir pengawetan ikan itu hanya
diasinkan. Saya pikir pengawetan bisa dikeringkan dan dikombinasi dengan
penyimpanan dingin.

Selain itu suhu lingkungan perlu kita perhatikan juga, bagaimana dingin supaya
bisa terjadi reaksi kimiawi,'' paparnya. Tentang ekspor teri ke Jepang, awalnya
sebanyak delapan ton per bulan atau satu kontener. Nilainya 80 ribu dolar AS.
Sekarang mencapai 30-an kontener, atau 240 ton per bulan dengan harga per
kilogram sembilan dolar AS. Nilai total per bulan mencapai 2,160 juta dolar AS.

''Itu dari ikan teri saja,'' ungkap ayah dari tiga orang putra dan satu putri ini.
Pasar ikan teri di Jepang sudah ia kuasai. Di Indonesia perusahaannya
menguasai 70 persen pasar. ''Jadi, harga di Jepang itu saya ikut menentukan,''
ujar putra pasangan Munarjo (alm) dan Asnah ini. Menurutnya, kualitas ikan teri
Indonesia hampir sama dengan kualitas teri Jepang. Sementara itu kualitas teri
dari Thailand dan China lebih rendah dari teri Indonesia.

Bahkan, lanjutnya, orang Jepang pernah mengatakan kepadanya bahwa


perusahaannya merupakan perusahaan teri terbesar di dunia. Untuk
pengelolaannya, pria kelahiran 8 Juni 1962 ini menyerahkan pada orang-orang
kepercayaannya. Ia sengaja merekrut orang dari IPB dan perguruan tinggi
negeri dengan nilai IP di atas tiga. ''Karena kalau latar belakang di perguruan
tinggi bagus, saya harapkan mereka cepat nyantol kalau diajari bisnis,''
tuturnya.

''Karena mereka lebih kreatif dan tentunya pintar. Penampilan nomor dua. Yang
juga penting adalah kejujuran, komitmen, dan disipilin.'' Setelah sukses di bisnis
ikan teri, pada 1997 Nadjikh merambah ke bisnis pemrosesan ikan. Salah
satunya kakap merah. Ikan itu diekspor ke Amerika, Eropa, China, Korea,
Australia, dan Timur Tengah. Ada dua pabrik yang dimiliknya, di Gresik dan
Makassar.

Rabu, 03 Maret 2004

Menuai Rejeki di Pesta Demokrasi

Penulis : hir

Jelang pemilu sejumlah hotel berbintang di Jakarta mulai bersiap menuai untung
karena mereka akan menerima tamu sejumlah caleg dari berbagai daerah atau
parpol peserta pemilu.

Guna menunjang aktivitas anggotanya, sejumlah parpol telah lama


memanfaatkan ruangan ataupun kamar yang ada di hotel untuk keperluan
mereka. Seperti PAN, partai Demokrat atau Partai Persatuan Daerah. ''Tapi yang
paling sering adalah PAN,''kata Dinda Esta, public relations manager Inna
Wisata Hotel Business and Meeting.

Hotel bintang tiga yang terletak di belakang Hotel Indonesia tersebut memiliki
kapasitas 200 kamar. Apabila jumlah tamu hotel melampaui daya tampung,
dapat dikirim ke Hotel Indonesia yang masih satu induk perusahaan. ''Untuk
nantinya menjelang Pemilu saya belum tahu berapa jumlah yang telah mem-
booking.''

Selama ini Inna Wisata Hotel sering menjadi tempat berbagai seminar, rapat
atau kegiatan bisnis lainnya. Karena itu menjelang Pemilu, Parpol sebaiknya
segera memesan tempat jauh hari antara 3 hingga 2 bulan sebelumnya agar
tidak kesulitan mencari tempat menginap atau pertemuan yang memadai.

Biasanya setiap parpol memesan tempat pertemuan sesuai keperluan mereka.


Misalnya untuk rapat atau seminar yang memakan waktu hanya satu hari. Bila
sampai menginap bisa 2 hingga 3 hari. Namun Dinda menyatakan jauh sebelum
pemilu, hotelnya memang sudah banyak kegiatan, terutama sepanjang Februari
hingga Agustus mendatang. Tingkat hunian kamarnya rata-rata sekitar 80
persen per hari. ''Kita berharap supaya Pemilu ini tingkat huniannya bisa 100
persen.''

Pihaknya juga membuat kebijakan kepada parpol yang hendak memakai


fasilitas hotel tersebut agar membayar tanda jadi sebesar 75 persen.
Khususnya bagi parpol baru yang perlu penanganan khusus. Sedangkan partai
besar biasanya cukup membayar sekitar 50 persennya. Apabila memesan
kamar, parpol juga harus memberikan jaminan tertulis kepada pihak hotel
karena sebagai tanda jadi kamar akan digunakan.

Meski demikian, Dinda mengaku selama ini belum ada parpol yang menunggak
hutang atau menolak membayar tagihan yang disodorkan pihaknya.
''Alhamdullilah sampai sekarang belum ada yang begitu.'' Pihaknya juga tidak
akan menyediakan tempat bagi parpol untuk berkampanye kelak, termasuk
tempat parkir kendaraan karena akan mengganggu tamu hotel lainnya. Namun
bila kegiatannya hanya sebatas memasang umbul-umbul, balon atau spanduk
yang ada di beberapa tempat pihaknya tidak keberatan.

Hal serupa juga dilakukan Hotel Hilton Jakarta yang menyiapkan beberapa
ruang khusus bagi para parpol peserta Pemilu. Namun tempat itu tidak
diperuntukkan bagi kegiatan kampanye yang sifatnya mengundang massa.
Pihaknya hanya mengijinkan pemasangan atribut parpol dan hal itu juga sudah
dilakukan untuk kegiatan bisnis yang lain.

Pihak Hilton sendiri sebenarnya sudah menerima pesanan kamar antara 300
sampai 500 unit kamar berbagai tipe dari panitia Pemilu untuk tanggal 2 hingga
6 April mendatang. Namun pihak hotel mengaku belum mengetahui pesanan
sebanyak itu untuk Parpol mana saja. ''Selain kamar kita juga siapkan beberapa
meeting room buat mereka, soalnya sering kali ada pertemuan dadakan yang
mungkin rahasia,''kata Emeraldo Parengkuan, public relation manager Jakarta
Hilton International.
Jumlah permintaan sebanyak itu menurutnya bukan suatu persoalan karena
hotel ini memiliki daya tampung 1104 kamar berbagai tipe dan 6 buah restoran
yang bisa disulap menjadi buffet. Sehingga selain para caleg atau peserta
pemilu, hotel ini juga bisa menampung tamu umum lainnya seperti biasa. Tahun
baru lalu, Hotel Hilton ingkat huniannya mencapai 100 persen. Namun pihaknya
meminta agar pemesanan diikuti dengan pembayaran tanda jadi atau deposit
sebesar 50 persen dan diluniasi saat akan menginap.

Pihaknya juga bisa melayani aneka permintaan jenis makanan sesuai keinginan
tamu. Hal itu disesuaikan dengan jenis kegiatannya.''Memang yang mudah buat
kita jenis buffet. tapi prinsipnya model apapun kami siap. '' Hotel Hilton selama
ini memang memiliki kerjasama khusus dengan DPR/MPR yang dikategorikan
sebagai grup untuk pemerintahan. Mereka memperoleh fasilitas potongan
harga hingga 50 persen dari harga publik. Saat Gus Dur menjadi presiden,
anggota PKB dan PDIP banyak yang menginap di hotel berbintang lima itu.

Meski demikian, Pemilu ini bukan menjadi target khusus pihak Hilton untuk
meraih keuntungan maksimal. karena tanpa Pemilu pun, tingkat hunian
biasanya akan melonjak pada pertengahan tahun. Tingkat huniannya dinilai
cukup baik untuk sekelasnya rata-rata antara 40 hingga 45 persen. Persentase
tersebut sudah membaik dibanding saat krisis 1998 lalu yang hanya sekitar 20
persen. ''Kita cuma ingin membantu supaya Pemilu bisa lancar dan
sukses,''kata Emeraldo.

Sedangkan tingkat Hotel Santika Jakarta, sepanjang Januari hingga Februari


tidak terlalu penuh. Sebelumnya manajemen hotel telah menaikkan tarif
menginap antara 10 hingga 15 persen menyusul kenaikan tarif listrik, air telpon
dan biaya operasional lainnya. ''Tapi kenaikan ini tidak ada hubungannya
dengan Pemilu,''kata Rosana Rotani Tamin, director of sales Hotel Santika
Jakarta.

Pihaknya selama ini memang telah memiliki tarif khusus bagi beberapa Parpol
yang telah berlangganan memanfaatkan fasilitas hotel tersebut, seperti Golkar,
PKB atau PDIP. Meski demikian Pemilu ini tidak mendongkrak tingkat hunian di
hotelnya. ''Rata-rata sekitar 76 persen lah.''
Demikian halnya dengan Hotel Sofyan yang juga telah memiliki Parpol
langganan seperti PAN, PKS, PBB atau PBNU meski sampai kini belum ada
booking khusus dari parpol Islam berkaitan dengan pemilu. Namun pihak hotel
telah menjajaki acara talk show dengan partai Islam dan salah satu stasiun
televisi nasional. ''Kita masih penjajakan, waktunya belum tahu persis,'' kata
Zaenal Arifin, manajer PR dan Marketing Hotel Sofyan.

Menurutnya sampai kini tingkat hunian hotelnya rata-rata 60 sampai 70 persen.


Ia belum mengetahui peningkatannya berkaitan dengan pemilu. Setiap harinya
rata-rata para caleg selain menggunakan ruang seminar untuk kepentingan
partai mereka, juga menginap di hotel rata-rata antara 2 sampai 4 hari.

Hotel Sofyan memiliki 280 unit kamar berbagai tipe yang terbagi dalam tiga
tempat di Tebet, Cikini dan Cut Meutia. Namun pihaknya tidak memberikan
kesempatan parpol untuk menghutang saat memesan tempat di hotel ini.
''Kami harus hati-hati, paling mereka kasih tanda jadi dan harus dilunasi saat
hari H. Kami punya pengalaman saat 2002-2003 lalu ada partai yang tidak
melunasi kewajibannya. Untung saja parpol itu tidak lolos,'' kata Zaenal.

Zaenal mengaku sulit menetapkan target pemasukan yang akan diperolehnya


dari Pemilu ini, namun ia memperkirakan kenaikan sekitar 30 persen dari
pemasukan biasanya. ''Kita juga masih ada kendala seperti ruang yang terbatas
itu.''

Total Football Menjaring Pelanggan

Beberapa pengelola hotel tidak ingin melewatkan begitu saja pesta demokrasi
lima tahunan ini sebagai ajang meraup keuntungan sebesar-besarnya.
Beberapa hotel giat memasarkan fasilitas mereka kepada Parpol peserta
Pemilu. ''Kami bukan jemput bola lagi, tapi total football,''kata Zaenal Arifin,
manajer PR dan Marketing Hotel Sofyan.
Beberapa sekretariat parpol yang ada di Jakarta hingga DPC disambanginya.
Tujuannya tak lain untuk promosi agar mereka memanfaatkan Hotel Sofyan
sebagai tempat menginap selama masa kampanye dan Pemilu.

Partai yang menjadi target utamanya, sudah tentu partai yang bernuansa Islam.
Seperti PAN, PKS, PBB, PPP, dan lainnya. Namun untuk partai lainnya, hotel
syariah ini juga tetap membuka diri.

Dalam menggaet calon tamunya, Hotel Sofyan memberikan potongan harga


khusus. Seperti rapat pertemuan, tarifnya hanya Rp 65 ribu/orang sudah
termasuk makan siang dan rehat kopi satu kali. tarif sebanyak itu untuk tamu
minimal 25 orang. Kalau jumlah tamunya banyak tarif bisa mencapai Rp 60
ribu/orang. Sedangkan untuk tamu menginap potongan harga sampai 40 persen
dari tarif biasa.

Hotel Sofyan juga memiliki beberapa ruang pertemuan yang mampu


menampung tamu antara 200 hingga 250 orang. Jumlah itu diakui belum
mencukupi bagi parpol yang biasa menampung tamu dalam jumlah yang besar.
Karena itu beberapa ruangan akan direnovasi agar mampu menampung tamu
lebih banyak lagi.

Sedangkan Inna Wisata Hotel Bisnis dan Meeting, menyediakan paket


pertemuan termasuk konsumsi sebesar Rp 95 ribu/orang. tarif itu berlaku bagi
tamu minimal 30 orang. Tamu menginap, tiap orang dikenakan tarif Rp 250 ribu
dengan cacatan tiap kamar dihuni dua orang. Tarif tersebut sudah termasuk
makan tiga kali sehari, ruang rapat dan rehat kopi.

Inna Wisata juga menerapkan strategi jemput bola dengan mengirimkan sales
marketing ke kantor parpol setempat. Bahkan hotel ini menempatkan beberapa
petugas yang didukung marketing manager dan senior sales manager. Selain
potongan harga, pihaknya juga menjual lokasi yang cukup strategis di jantung
ibu kota dan beberapa fasilitas lengkap lainnya. ''Kalau soal diskon itu relatif ya,
soalnya sepanjang Februari sampai Juli sudah termasuk high season,''kata
Dinda Esta, manajer PR Inna Wisata Hotel Business and Meeting.
Rabu, 03 Maret 2004
Kertas Daur Ulang
Limbah yang Mengalirkan Rupiah

Penulis : hir

Yang menekuni usaha ini biasanya memiliki visi pada lingkungan hidup. Limbah
tak selamanya menjadi bahan tak berguna. Di tangan orang yang kreatif,
limbah bisa menjadi lahan bisnis yang potensial. Bahkan, mampu menghidupi
banyak orang.

''Bisnis kami memang lebih dikenal sebagai hand made paper tapi sebenarnya
kami juga banyak menggunakan limbah pertanian seperti eceng gondok,
merang (batang padi yang kering), atau pelepah pisang untuk dijadikan aneka
kerajinan tangan. Seperti frame (bingkai), album, undangan,'' tutur
Fatchurochman, direktur Suhuf, sebuah perusahaan yang bergerak dalam
industri daur ulang kertas.

Selama ini limbah selalu dianggap sampah yang harus dibuang. Namun, di
tangan Fatchurohman tidak semua limbah harus dibuang. Karena, masih
banyak yang dapat diolah lagi menjadi bahan industri bernilai jual tinggi. ''Kita
memang harus kreatif mengembangkannya,'' tuturnya.

Bisnis daur ulang ini bermula ketika ia bersama kelima rekannya yang lain,
yakni Safiq, Muksin, Nizar, Agus, dan Yayat menghadiri sebuah workshop
tentang daur ulang di Institut Teknologi Bandung sekitar 1995. ''Setelah itu
timbul gagasan kenapa tidak dicoba saja. Dan, ternyata setelah dicoba
sambutan masyarakat cukup baik,'' kata Fatchurohman.

Nama Suhuf yang berasal dari bahasa Arab sengaja dipilih karena sama artinya
dengan mushaf (lembaran). Suhuf bekerjasama dengan salah satu perusahaan
penerbit dengan menampilkan cover Al Qur'an yang terbuat dari bahan bekas
limbah.

Setelah bisnisnya yang bermodalkan awal sekitar Rp 200 ribu hasil patungan
keenam orang tersebut berjalan, ia segera meninggalkan pekerjaannya di salah
satu pabrik tekstil dan bekerja penuh di bisnis ini. Usahanya terus berkembang
hingga sejumlah toko buku ternama seperti Maruzen, Sogo, Gunung Agung,
atau Gramedia menjadi rekanan dalam memasarkan produknya.

Karyawannya juga terus bertambah. Bila sebelumnya hanya enam orang, kini
sudah sekitar 70 orang menekuni bisnis tersebut. Bahkan, Fatchurohman telah
membuka cabang di Jakarta dan Boyolali yang berfungsi sebagai pemasok
bahan baku. Daerah pemasarannya juga cukup luas meliputi Bali, Surabaya,
Jakarta, dan beberapa kota lain di Indonesia. Suhuf juga mengekspor hasil
produksinya ke Amerika Serikat atas permintaan rekan usahanya. ''Tapi, 80
persen pasar masih di Indonesia,'' tuturnya.

Setiap bulan Suhuf mampu memproduksi antara 50 ribu hingga 80 ribu lembar
kertas seukuran A4. Benda sejenis suvenir, frame, boks, dan lainnya dalam
sebulan diproduksi sebanyak 7 ribu hingga 8 ribu item. Omzet setiap bulan
bervariasi antara Rp 150 juta hingga Rp 200 juta. ''Tapi biaya paling banyak
untuk gaji dan modal bahan baku.''

Meski terus berkembang, pihaknya masih menghadapi sejumlah kendala,


terutama dalam permodalan dan pengadaan sarana kerja yang memadai.
Pinjaman bank sampai kini belum dilakukan karena persyaratan yang cukup
kompleks. Beberapa waktu lalu pihaknya juga mendapat pinjaman dana Jaring
Pengaman Sosial (JPS) sebesar Rp 50 juta. Namun, dana itu sudah habis
digunakan dan kini harus segera dikembalikan.

Dari pemulung
Lain lagi kisah yang dialami Salam Husein Syafrie. Pria asal Betawi Bukit Duri,
Jakarta, ini menekuni bisnis daur ulang kertas setelah ia bergabung bersama
Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) pada 1985. Lama bergaul dengan kalangan
pecinta lingkungan membuat Salam mengetahui masalah limbah sampah.
''Waktu itu ada buletin yang membahas masalah daur ulang sampah yang bisa
dipelajari. Saya mencoba dan berhasil.''

Dengan bermodal sekitar Rp 2 juta pada 1996 Salam memutuskan menekuni


usaha daur ulang itu dan meninggalkan Walhi. Dana itu sebagian besar tersedot
habis untuk uji coba karena ia belum banyak menguasai teorinya.

Awalnya ia menekuni pekerjaan ini seorang diri. Belakangan empat orang


tetangganya ikut bergabung. Beberapa tenaga lepas juga kerap ia gunakan bila
datang banyak permintaan. Sama halnya dengan Suhuf, Salam juga memasok
sejumlah toko ternama seperti Gramedia, Pasaraya, dan beberapa kantor.
Khusus kantor biasanya produk daur ulang ini digunakan sebagai suvenir dalam
bentuk tas atau cendera mata. ''Biasanya mereka yang memesan itu
mempunyai visi yang jelas terhadap lingkungan,'' tuturnya.

Sedangkan bahan bakunya berasal dari pemulung atau pemasok lainnya yang
sudah menjadi langganannya. Salam lebih banyak memanfaatkan bekas dus mi
instan dan pelepah pisang sebagai bahan bakunya. Khusus bahan kertas, ini
dihancurkan dahulu dan diblender kemudian dicampur dengan zat pewarna dan
ditempatkan dalam cetakan. Sesudah dicetak, bahan dikeringkan. Setelah
cukup kering, siap dibuat sesuai keperluan. proses pengolahan bahan itu
memakan waktu sekitar seminggu. ''Gangguan paling besar kita kalau musim
hujan seperti sekarang ini,'' kata Salam.

Dalam sehari, Salam mampu membuat sekitar 200 lembar folio ukuran A4, A3,
atau A2. Meski omzetnya hanya Rp 2 hingga Rp 3 juta setiap tiga minggu,
Salam mampu menghidupi seorang istri dan kedua anaknya. Bahkan, beberapa
tetangganya juga kebagian rejeki bekerja di pabriknya yang berseberangan
dengan tempat tinggalnya di kawasan Mampang, Jakarta Selatan.

Perlu Wadah Bagi Pengusahanya


Bisnis daur ulang kertas telah banyak dilakukan industri menengah ke bawah.
Mereka memasok kebutuhan sejumlah toko buku dan tempat usaha lainnya
yang bersedia menampung industri menengah dan kecil.

Sejalan dengan berkembangnya bisnis tersebut, persaingan di antara para


pebisnis ini ketat. Bila kompetisi ini tidak dicermati, maka akan mengarah
kepada persaingan yang tidak sehat. Belum lagi kendala modal yang menjadi
persoalan utama industri seperti ini. Karena itu, diperlukan wadah guna
mempersatukan keinginan para pengusahanya.

''Memang perlu organisasi tapi sampai sekarang belum terpikirkan sampai


sana,'' kata Fatchurochman, direktur Suhuf, sebuah perusahaan yang bergerak
dalam industri daur ulang kertas.

Selama ini beberapa pengusaha daur ulang kertas kerap mendatangi Suhuf dan
membahas masalah bisnis daur ulang ini. Mereka mengharapkan usaha-usaha
serupa yang bermunculan saat ini dapat saling melengkapi satu sama lain dan
bukan mengarah kepada persaingan yang tidak sehat. ''Kami punya karakter
sendiri. Dengan berkembangnya bisnis ini, kita harus saling melengkapi,'' ujar
Fatchurohman.

Peran pemerintah sampai kini juga belum banyak di sektor ini. Berbeda dari
kondisi di Jepang atau Filipina, industri seperti ini sudah berkembang pesat dan
karya mereka cukup baik. Hanya Balai Besar Selulosa, Bandung yang pernah
mengundang pihaknya mengikuti seminar. ''Mungkin mereka tertarik dengan
bisnis limbah kertas,'' katanya.

Tawaran bantuan sebenarnya ada dari LSM atau organisasi lain. Sayang, hal itu
hanya sebatas tawaran karena tidak ada realisasinya. ''Kami sudah tahu kalau
tidak ada hasilnya dan sampai sekarang saya belum pernah mencari pinjaman
modal ke bank,'' kata Salam.
Rabu, 25 Februari 2004

Kartu-kartu Telepon Bernilai Jutaan

Penulis : hir

Kartu telepon bergambar Keris Gallery yang dibeli pada 1989 sebesar Rp 1.000
laku dijual Rp 10 juta pada 1990. Jangan pernah sepelekan kartu-kartu telepon
bekas. Itu pesan yang bagus disampaikan di sini. Sebab, walau hanya dikoleksi
ternyata kartu-kartu demikian laku dijual kembali. Bahkan, ada yang laku
sampai jutaan per kartu.

Memang tidak banyak orang yang peduli dengan kartu-kartu ini. Mereka ini
menyimpannya dan memanfaatkannya sebagai hobi. Alasannya, gambar dan
warna kartu-kartu tersebut menarik. Para kolektor itu memiliki wadah yang
dinamai Perkumpulan Telegeris Indonesia (PTI). Ada kartu telepon yang dirilis
karena berkaitan dengan edisi khusus. Saat piala dunia, misalnya, kartu yang
dimunculkan bergambar beberapa bintang lapangan rumput, seperti pebola
Zinedine Zidane asal Prancis.

''Kalau tidak ada gambarnya, kartu tidak menarik. Orang pasti tidak mau
mengoleksinya,'' kata Arry Dharma, salah seorang kolektor kartu telepon.
Mantan karyawan salah satu bank terkemuka di Indonesia ini semula, sekitar
1990-an, berburu kartu telepon kegemarannya dengan mendatangi pusat
perbelanjaan terkemuka di berbagai tempat. Waktu itu kartu telepon belum
populer sehingga sulit mencarinya. ''Yang menjual juga tidak mau memajang
barang dagangannya.

Kartunya disimpan di lemari sehingga kalau mau membeli saya harus bertanya
dulu seperti apa gambarnya, bagus atau tidak,'' kenang Arry sambil tertawa.
Kini mencari kartu telepon tidak sesulit dahulu. Arry sudah memiliki pemasok
tetap yang setiap kali datang pasti membawa sejumlah kartu telepon. Ia pun
segera memilihnya. Dalam sebulan Arry mampu menghabiskan uang sekitar Rp
2 juta untuk membeli kartu-kartu telepon kegemarannya.

Ia mengaku jarang menjual kartu-kartu miliknya karena ia masih menyukainya.


Tidak hanya kartu telepon, ia juga mengoleksi kartu calling card, kartu chip,
kartu prabayar ponsel (vocer isi ulang), hingga kartu pintu masuk kamar hotel.
Semua jenis kartu itu ia simpan lantaran gambarnya menarik. Pria yang hobi
makan soto ini mengaku tidak tahu secara pasti jumlah kartu telepon miliknya.

Namun, ia memperkirakan jumlahnya lebih dari 100 ribu buah. Kartu prabayar
yang dikoleksinya adalah Simpati, produk Telkomsel. Alasannya, kartu vocer isi
ulang itu menampilkan aneka gambar dan warna menarik. Ia memiliki kartu
prabayar Simpati keluaran pertama yang dibelinya seharga Rp 1 juta.

Dicuri
Sudah umum para pehobi apapun tak terlalu merisaukan dana yang dikeluarkan
untuk menuruti hobi mereka. Salah seorang pehobi, Jusuf Kadir, misalnya,
sampai mengalokasikan dana antara Rp 20 juta hingga Rp 30 juta per bulan. Itu
terjadi pada 1996. Sekarang, karena situasi ekonomi lesu, ia hanya menyiapkan
dana Rp 10 juta per bulan. Jumlah kartu yang dibelinya pada 1990-an sekitar
500 hingga 1.000 buah. Total harga mencapai Rp 30 juta. Jusuf juga kerap
melakukan transaksi penjualan kartu telepon ke luar negeri.

Kartu-kartu tersebut dijual mulai harga tiga dolar AS sampai 10 dolar AS. Salah
satu kartu, yang dibeli pada 1989 bergambar Keris Gallery, dijual kembali
dengan harga Rp 10 juta pada 1990. Padahal, saat membelinya kartu itu hanya
seharga Rp 1.000. Sampai kini ia memiliki 25 ribu buah kartu telepon yang
berasal dari 225 negara. Pada Agustus silam koleksi kartu-kartu teleponnya
sempat dipinjam untuk diikutkan pada sebuah pameran di Jakarta. Namun,
kartu-kartu tersebut hilang. Dari 1.600 kartu, sebanyak 1.160 di antaranya
lenyap.

Jusuf sempat menuntut ganti rugi kepada pihak penyelenggara sebesar Rp 1


miliar. ''Tapi hanya diganti Rp 200 juta. Lumayan daripada tidak sama sekali,''
ujarnya. Padahal, 80 persen dari kartu yang hilang adalah koleksi unggulannya.
Selain Indonesia, Jusuf membeli kartu-kartu unggulan tersebut dari beberapa
kota ternama di Eropa yang dikunjunginya seperti Madrid, Amsterdam, Paris,
dan Wina.

''Padahal, saya sudah lima kali pameran dan tidak hilang,'' keluh pria yang
namanya tercantum dalam buku kartu telepon dunia tersebut. Ia menduga,
pencurinya adalah orang bayaran yang mendapat order dari kolektor untuk
mencuri kartu miliknya. Pasalnya, kartu telepon sebenarnya bukan barang
mewah. Kartu-kartu tersebut menjadi mahal lantaran langka atau sulit diperoleh
dan hanya orang tertentu saja yang menyukainya.

Desainer
Selain sebagai kolektor kartu telepon, Jusuf juga menjadi desainer kartu telepon
keluaran PT Telkom periode 1990 hingga 1998. Saat itu desain kartu telepon
masih bernuansa keindahan alam Indonesia. Kini, desain lebih banyak
bernuansa mancanegara. Jusuf juga pernah membuat desain kartu telepon
perayaan 50 tahun Indonesia merdeka yang dicetak di empat negara. Yakni, di
Jepang, AS, Inggris, dan Denmark. Selain itu, ia juga mencetak buku katalog
kartu telepon sepanjang 1993 hingga 1998.

Prestasi tersebut membuatnya meraih penghargaan dari presiden pada 1997,


saat itu Presiden Soeharto. Lutfie, yang juga mengoleksi kartu-kartu telepon,
sempat dijuluki raja one hole. Maksudnya, ia pengumpul kartu telepon baru satu
lubang. Seperti diketahui, kartu telepon yang sudah dipakai begitu keluar dari
boks telepon kartu pasti berlubang.

Pria yang juga kolektor otograf prangko dan sekaligus sampul hari pertama
(SHP) yang ditanda tangani tokoh terkenal itu mengumpulkan kartu telepon dari
70-80 negara. Menurutnya, hobi mengoleksi kartu telepon saat ini sedang lesu
sehingga untuk dijadikan investasi agak sulit karena pembeli tidak ada.
Namun , Lutfie berupaya berinovasi dengan menggabungkan koleksi kartu
telepon dengan SHP. ''Kalau kartu teleponnya tentang AIDS, SHP juga tentang
AIDS, jadi menarik,'' tuturnya.

Masih Lesu
Lagi-lagi situasi ekonomi yang masih lesu menjadi penyebab utama lesunya
bisnis. Termasuk dalam hal kartu-kartu telepon untuk hobi. Selain tidak ada
dana sehingga kolektor menghentikan hobinya, juga karena banyak kolektor
kehilangan pekerjaan. Perkumpulan Telegeris Indonesia (PTI), yang diketuai oleh
Jusuf Kadir, sampai kini masih vakum kegiatan juga lantaran masalah tersebut.
Namun, Jusuf berharap dalam waktu empat bulan mendatang PTI, yang
beranggotakan sekitar 1.000 orang, itu akan kembali aktif dengan menerbitkan
buletin baru.

Meski bisnis sedang lesu, Jusuf mengakui sampai kini manfaat yang
diperolehnya dari bisnis tersebut sangat besar. Ia bisa bergaul dengan berbagai
kalangan. Dari manca negara seperti Israel, Oman, dan bahkan AS, ia memiliki
teman yang jumlahnya tak terhitung. Pria yang juga hobi membaca cerita fiksi
ini mengaku sedikitnya sudah 15 kali bertandang ke mancanegara berkat
hobinya tersebut.

Sementara itu, Lulfie, salah seorang kolektor kartu telepon, mengeluhkan


sejumlah kalangan yang memanfaatkan munculnya hobi koleksi kartu telepon
sebagai kesempatan untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dari para
kolektor. Bekerjasama dengan pihak penerbit kartu telepon, mereka menjual
kartu telepon eksklusif kepada kolektor. ''Mereka menjual dengan harga yang
mahal bukan main. Kami tidak mau dieksploitasi dan itu sifat kolektor di seluruh
dunia,'' keluh Arry Dharma.

Menurut Arry, ini merupakan langkah awal mematikan hobi kolektor sehingga
banyak yang segan membeli kartu telepon lagi. Namun, bagi Jusuf hal itu bukan
mematikan hobi mereka. Kartu yang dibuat dalam edisi terbatas tersebut bukan
keharusan untuk dibeli. Lesunya bisnis kartu telepon ini, katanya, tidak terlepas
dari krisis ekonomi.
Rabu, 25 Februari 2004

Bisnis Pengambilan Gambar dengan Video

Penulis : hir

Banyak pemain baru yang berupaya mencari pasar dengan menekan harga
penawaran. Mengabadikan kenangan atau peristiwa penting belum pas bila
tidak menggunakan jasa fotografi. Sejalan dengan perkembangan teknologi,
kebutuhan mengabadikan peristiwa penting tidak lagi sebatas dengan kamera
foto, melainkan jasa video syuting.

Melalui gambar bergerak, peristiwa yang disajikan terasa lebih hidup bagaikan
menyaksikan adegan film di layar kaca. Bila sebelumnya video syuting hanya
dilakukan terbatas, seperti keperluan reportase pemberitaan di televisi, kini
sudah meluas ke profil perusahaan hingga pernikahan, ulang tahun, dan bahkan
kematian dan pemakaman.

PT Power Vision Multimedia, salah satu usaha yang menjalankan jasa video
syuting, juga melayani editing dari hasil syuting untuk kebutuhan perusahaan,
pernikahan, seminar, atau transfer video. Menurut Santi dari perusahaan
tersebut, saat ini permintaan syuting pernikahan di gedung agak berkurang
karena sudah banyak perusahaan katering yang juga menyediakan jasa video
syuting.

Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya saat bisnis tersebut masih belum banyak
ditekuni orang. ''Mungkin sekarang alatnya mudah didapat,'' ujar Santi.
Permintaan profil perusahaan juga agak berkurang saat ini lantaran pemilu.
Menurut Santi, kalangan perusahaan menyiapkan dana untuk kegiatan lain
yang dianggap lebih penting dibanding dana promosi, termasuk pembuatan
profil perusahaan. ''Lagipula untuk profil perusahaan biasanya baru berganti
sekitar tiga tahun sampai empat tahun.

'' Kini yang paling banyak ditangani oleh perusahaan, yang berlokasi di Duren
Sawit, Jakarta Timur ini, adalah mengedit hasil liputan atau rekaman kegiatan
tertentu. Setiap permintaan biasanya bisa diselesaikan dalam waktu antara tiga
hari hingga empat hari. Pihaknya menetapkan tarif yang bervariasi. Tarif untuk
mengedit VHS sekitar Rp 400 ribu. Untuk Betacam tarif sedikit lebih mahal,
sekitar Rp 600 ribu karena peralatannya lebih canggih.

Dalam sebulan perusahaan tersebut biasa menerima permintaan hingga 10 kali.


Demikian halnya dengan transfer atau menyalin format dari VHS atau Betacam
ke VCD. Dalam sebulan sedikitnya sekitar 10 kali permintaan serupa ia layani.
Tarifnya pun cukup bervariasi. Apabila permintaan sedikit, maka tiap keping
VCD dikenakan tarif Rp 75 ribu. Apabila banyak, tiap keping hanya seharga Rp
50 ribu. Untuk langganan, perusahaan ini memberi diskon 10 persen.

Per kamera
Sekarang bisnis video syuting sudah menjamur. Banyak pemain baru yang
berupaya mencari pasar dengan menekan harga penawaran. Meskipun
menganggapnya saingan, Jonnie Haryanto Taruna melihatnya bukan halangan
baginya untuk tetap bertahan di bisnis ini. Berbekal hobi dan pengalamannya
selama 20 tahun menekuni dunia fotografi dan video syuting ia tetap
menjalankan bisnis tersebut sampai kini.

''Saya khusus di pesta pernikahan adat atau internasional. Tapi, saya tidak
menutup untuk yang lain, seperti ulang tahun atau profil perusahaan,''kata
Jonnie yang melayani jasa fotografi dan video syuting melalui perusahaannya
Jonnie HT. Spesialisasi itu bukan lantaran keinginannya melainkan karena
selama ini ia sudah memiliki relasi di bidang yang berhubungan dengan bisnis
perkawinan. Seperti salon, katering, dekorasi, dan lainnya. ''Biasa lah.
Promosinya dari mulut ke mulut,'' ujarnya. Ia menuturkan, harga murah bukan
jaminan layanan akan baik.

Baginya, harga akan disesuaikan dengan jam terbangnya sebagai tenaga


profesional di bidang tersebut. ''Kalau sampai banting harga, nanti orang lain
akan minta juga. Lama-lama harga akan turun terus padahal semua bahan baku
naik,'' kata pria yang hobi basket ini. Jonnie mencontohkan untuk jasa
pengambilan gambar menggunakan kamera mini divi yang dapat dipindahkan
ke DVD atau VCD, harganya Rp 4 juta per hari per unit. Ini tarif semuanya,
mulai dari sewa kamera dan peralatannya, sampai film jadi.

Sering kali ada yang meminta penggunaan kamera mini divi lebih dari sebuah.
Pembuatan profil perusahaan tergantung pada tingkat kesulitan dan negosiasi
harga. Jonnie menyebut angka antara Rp 5 juta hingga 10 juta sebagai tarifnya.
Jonnie menekuni usaha ini karena ia berhobi fotografi sejak SMP. Ia
mempraktikkan hobinya itu melalui kamera pribadinya dengan memotret
berbagai kegiatan sampai kemudian ia menerima pekerjaan memotret acara
perkawinan.

Hobi itu pun terus berkembang dan setelah sempat bekerjasama dengan salah
seorang rekannya, Jonnie segera mendirikan usaha sendiri, termasuk jasa video
syuting. Senada dengan Santi, Jonnie mengakui pemilu berpengaruh bagi
bisnisnya tahun ini. Itu berpengaruh pada kembalinya modal bisnis mereka.
''Tahun ini permintaan untuk pesta pernikahan agak kurang mungkin karena
pemilu orang takut terjadi apa-apa,'' tukas Jonnie.

Rabu, 25 Februari 2004


Young Marketer Award
Mencari Ahli Pemasaran Muda yang Sukses

Penulis : hir

Apresiasi bagi kalangan profesional pemasaran kini semakin meningkat dengan


munculnya penghargaan Young Marketer Award bagi mereka. Dari penghargaan
itu diharapkan dapat muncul ahli pemasaran muda yang mampu menjadi
pemimpin masa depan. ''Ini upaya mencari bibit masa depan, nantinya bisa jadi
CEO terbaik,'' kata Taufik, salah seorang anggota tim juri Young Marketer Award
(YMA) 2004 disela-sela acara tersebut, pekan lalu, di Jakarta.

Pihaknya menerapkan beberapa kriteria bagi para kontestan. Antara lain,


mereka memiliki prestasi di bidang pemasaran dan lebih inovatif, berusia
maksimal 35 tahun, dan berasal dari kalangan asing atau lokal. Pihaknya juga
tidak melihat jenis perusahaan tempat mereka bekerja. Kegiatan ini dilakukan
Markplus&Co, Indonesia Marketing Association (IMA), dan majalah Swa. Sejak
dipublikasikan Agustus 2003 silam untuk menjaring peserta, hanya 45 orang
dari seluruh tenaga pemasaran yang ditetapkan sebagai nominator YMA 2004.

Mayoritas pendaftar berasal dari Jakarta, Surabaya, Malang, Bogor, Batam,


hingga Bali. Tahap seleksi kedua terdapat 10 nominator yang berhak lolos ke
tahap forum panel. Para juri menyeleksi peserta menjadi enam orang finalis dan
pada tahap akhir dipilih tiga orang penemang. Para peserta bisa mendaftarkan
diri atau dicalonkan rekannya. Menurut Taufik, penilaian dari para peserta tidak
jauh berbeda dari tahun sebelumnya. Pihaknya mengadopsi konsep Malcolm
Baldrige Award, sebuah penghargaan yang biasa dipakai untuk menilai kinerja
perusahaan terbaik di AS.

Dalam pemilihan itu, sebelumnya para peserta diwajibkan memaparkan strategi


pemasaran dari bidang pekerjaan mereka masing-masing selama 15 menit.
Selain dirinya, anggota tim juri adalah Hokiono, Prio Notowidigdo, Dyah Hasto
Palupi, dan Rhenald Kasali. Hokiono merupakan juara pertama YMA tahun lalu.
Setelah melalui proses penilaian, pihak dewan juri yang diketuai Rhenald Kasali
menetapkan tiga orang yang berhak menjadi juara. Juara pertama adalah Maria
Vincenthia Soepin dari PT Multi Bintang Indonesia.

Posisi kedua diraih Godo Tjahjono dari Sun Life Financial Indonesia dan tempat
ketiga diraih Hunady Budihartono yang bekerja di PT Broadband Network
System. Ketiga orang tersebut sebelumnya berhasil menyingkirkan tiga finalis
lainnya. Yakni Oky Gunawan, Samsul Arifin dan Muslimah Hasanah. Juara
pertama memperoleh hadiah uang Rp 15 juta, juara kedua Rp 10 juta, dan
ketiga Rp 8 juta. Juara pertama juga berhak memperoleh piala bergilir
Hermawan Kertajaya Award.

''Saya ingin ada pengakuan bagi kalangan pemasaran dari masyarakat saja,
terutama bagi yang masih muda. Seperti saya ini kan sudah tua,'' canda
Hermawan Kartajaya Usai menerima penghargaan, Maria mengaku tidak
menyangka akan keluar menjadi pemenang. Ia mengikuti pemilihan ini setelah
membaca iklan di salah satu media massa dan memberanikan diri mengikutinya
dan membuat sebuah karya tulis. Karya yang dibuatnya tentu saja berkutat di
seputar strategi pemasaran produknya.

Setelah terpanggil mengikuti seleksi, alumnus Universitas New South Wales


Australia ini diminta mempresentasikan gagasannya di hadapan dewan juri
dalam waktu singkat. ''Waktu itu menghidupkan OHP saja butuh waktu.
Akhirnya harus buru-buru karena saya sudah siapkan lima slide yang harus
dipresentasikan di depan juri,'' kata wanita yang kini menjabat sebagai group
brand manager tersebut sambil tersenyum.

Maria mengaku tidak merasa terbebani mengikuti kegiatan ini. Bahkan, ini akan
memotivasi dirinya dalam bekerja. Ia juga tidak berangan bahwa dengan
keberhasilan ini ia akan naik jabatan di tempatnya bekerja. ''Saya tidak berfikir
sejauh itu,'' katanya usai menerima hadiah. Salah satu prestasi terbaik Maria
adalah ketika ia berhasil menghapus kandungan alkohol dalam minuman Green
Sands.

Rabu, 25 Februari 2004

Demi ATM, Demi Customer Service

Penulis : hir

Walaupun pihak bank telah mengeluarkan dana tidak kecil untuk perawatan,
tetap saja ada keluhan dari nasabah. Mungkin karena mesin ATM tidak bekerja
semestinya. Memiliki mesin anjungan tunai mandiri (ATM) bagi bank terkemuka
berarti ada biaya yang harus dikeluarkan. Ini demi memanjakan para
nasabahnya. Anggaran yang dikeluarkan relatif tidak kecil. Mulai dari ratusan
juta hingga milyaran rupiah.

Mesin ATM sendiri saat ini sudah banyak yang harus diganti karena banyaknya
fitur baru yang ditampilkan sejalan dengan meningkatnya permintaan para
nasabah. Namun, tidak semua bank melakukan langkah itu dengan berbagai
alasan. ''Kami punya keterbatasan anggaran, jadi harus berfikir cerdas dan
cepat supaya pelanggan tetap terlayani dengan baik,'' kata Winny E Hassan,
presiden director Bank Bumiputera beralasan.

Ia mengakui ATM Bank Bumiputera tidak banyak dan bukan termasuk yang
canggih. Ia memperkirakan harga setiap unit mesin ATM yang mutakhir sekitar
Rp 100 jutaan. Karena itu, pihaknya sangat terbantu sekali dengan bergabung
dalam ATM Bersama. ''Kenyataannya sangat membantu karena didalamnya
banyak juga ATM bank lain yang baru.'' Selain itu ATM Bumiputera yang
jumlahnya terbatas banyak diakses nasabah bank lain.

Sampai kini pihaknya memiliki sekitar 50 ATM seluruh Indonesia. ''Kalau


teknologinya, ATM tidak banyak berubah sejak awal. Hanya bentuknya saja
yang dulu besar sekarang lebih ramping.'' Mesin ATM Bumiputera lama yang
berukuran besar sudah dihapus sekitar 2-3 tahun lalu secara bertahap.
Pihaknya selama ini tidak melakukan perawatan mesin ATM sendiri namun
secara outsourcing (memakai jasa dari luar).

Karena, pengembangan tehnologi di Bumiputera dilakukan dengan outsourcing


management. Winny mengakui cara outsourcing itu dapat mengundang risiko
terjadinya aksi kejahatan. Namun, ia telah menerapkan manajemen risiko yang
memadai. Termasuk pemilihan lokasi bank dan penempatan mesin harus
diperhitungkan. Ada prosedur tertentu yang harus dipenuhi dalam
pengoperasian. Petugas yang mengisi uang selalu diganti dan audit juga
dilakukan setiap hari.

''Setiap ada kantor baru selalu ada mesin ATM. Yang mengadakan ATM orang
lain, Bumiputera hanya membayar sewa tapi penempatannya di kantor kami,''
ujarnya. Outsourcing itu dilakukan bersama PT Sigma Cipta Caraka. Ia
mengakui, cara itu dianggap lebih hemat. Dalam setahun biaya perawatan
sebuah mesin ATM sekitar Rp 5 juta per mesin ATM. Biaya itu sudah
menyangkut segala kerusakan.

Sehingga total 50 unit ATM berarti biaya perawatannya sekitar Rp 250 juta per
tahun. ''Paling cuma dibersihkan, atau keyboard-nya rusak,'' kata Winny. Winny
menyatakan sejauh ini hacker (pembobol) mesin ATM tidak dijumpai. Pasalnya,
mesin ATM Bumiputera dilengkapi kamera sehingga kalau ada masalah dapat
diperiksa. ''Banyak sekali manfaatnya. Ada yang coba-coba mengaku saldo
kurang, kita cek. Begitu mereka tahu ada kamera, tidak jadi.''

Dua versi mesin


Lain halnya dengan Bank Niaga yang memilih tidak memasang kamera pada
mesin ATM mereka. ''Kami belum mempunyai kamera karena banyak yang
harus dijaga. Ada tape di dalamnya yang harus dipelihara. Kalau 1.000 ATM
berarti harus ada 1.000 kamera,'' kata Executive Director Bank Niaga, Andi
Mohammad Hatta, memberikan contoh. Lokasi penempatan ATM juga harus
diperhitungkan keamanannya karena daripada membuat sistem yang mahal
sekali lebih baik membayar asuransi.

Andi mengakui dengan kemajuan teknologi kasus kejahatan melalui mesin ATM
bisa saja terjadi. Karena itu diperlukan secure policy. Biasanya pengamanan di
ATM itu berlapis. Seperti memakai PIN, ISO card, hingga teknologi chip. Namun,
sistem chip yang dianggap paling canggih dan belum banyak diterapkan karena
harus mengubah semua mesin ATM sehingga perlu waktu lama dan biaya.
''Kalau bisa perubahannya bisa bertahap.'' Menurut Andi, saat ini ada dua versi
mesin ATM.

Versi mekanik yang merupakan versi ATM berteknologi lama yang tidak bisa
dipakai untuk pelayanan tertentu, tapi ATM itu masih bisa dipakai. Adalagi ATM
baru yang canggih bisa melayani segala macam keperluan. ''Kalau ada istilah
kedaluarsa, saya tidak tahu. Saya ada satu ATM yang sampai 12 tahun ini masih
beroperasi. Namun biasanya sebuah mesin akan diganti dalam waktu sekitar
lima sampai enam tahun.'' Sampai kini Bank Niaga memiliki 221 unit mesin
ATM. Ia berharap pada 2007 mesin ATM-nya mencapai 520 sampai 530 buah.

Biaya perawatan total mesin ATM yang harus dikeluarkan Bank Niaga antara Rp
2 miliar sampai Rp 4 miliar per tahun. Perawatan itu dikerjakan teknisi Bank
Niaga sendiri. Setiap mesin ATM harganya sekitar 16 ribu dolar AS sampai 17
ribu dolar AS. Mahal murahnya sebuah mesin bergantung kelengkapan dan
mereknya. ''Sampai sekarang penggunaan mesin ATM itu sekitar 80 persen
masih untuk mengambil uang kontan,'' kata Andi. Karena teknologi mesin ATM
itu cukup beragam, tidak semua wilayah memperoleh jenis mesin yang sama.
Untuk wilayah permukiman modern, tentunya memerlukan mesin ATM yang
canggih dan lengkap karena para nasabah di sana memiliki banyak kebutuhan.
Namun, wilayah yang sederhana atau kawasan pabrik yang sebagian besar
karyawannya berprofesi sebagai buruh, cukup dengan ATM sederhana.''Kalau di
dekat pabrik tidak perlu canggih,'' begitu kata Andi.

Andi mengakui meski telah menganggarkan dana yang tidak kecil dalam hal
perawatan, keluhan dari pelanggan tetap ada. Itu mungkin karena mesin tidak
bekerja sebagaimana seharusnya, sistem yang tidak normal atau kesalahan
pada nasabah. Bisa jadi kartu keluar lagi setelah dimasukkan karena rekening
tidak cukup saldonya. Atau, salah memasukkan nomor PIN hingga tiga kali
sehingga kartu ditelan mesin. Persoalan lain adalah roda yang meluncurkan
uang tidak bekerja sehingga uang tidak keluar karena menyangkut.

Rabu, 18 Februari 2004

Persepsi Halal dan Peluang Bisnis

Penulis : hir

Pencamtuman sertifikat halal diharapkan dapat meningkatkan angka penjualan.


''Halal itu sehat. Halal itu bersih.'' Demikian tulisan yang terpampang pada
sejumlah spanduk di pameran produk bersertifikat halal yang berlangsung 11
hingga 15 Februari lalu di Semanggi Expo, Jakarta. Sejumlah perusahaan
makanan, minuman, dan lainnya mengambil bagian dari pameran ini.

Tujuannya, selain promosi juga lebih meyakinkan para konsumennya yang


mayoritas umat Muslim bahwa produk mereka aman dan halal dikonsumsi.
Salah satunya adalah produk minuman Coca Cola yang sudah cukup lama
beredar di Indonesia. ''Kami ingin tetap disukai konsumen karena itu harus bisa
melakukan suatu,'' kata Arif Mujahidin, media relations manager PT Coca Cola
Indonesia memberikan alasan.

Pihaknya memperoleh sertifikat halal sudah cukup lama. Itu terkait dengan
keberadaan Coca Cola di Indonesia sejak 1932. Saat itu jumlah botol yang
diproduksi hanya 10 ribu buah, kini mencapai lebih dari tujuh juta botol sehari
dari berbagai merek dari 11 pabrik yang ada di Indonesia. Coca Cola sendiri
sudah diproduksi di 200 negara sehingga sudah menjadi produk global.

Keberhasilan itu tidak terlepas dari kebijakan perusahaan selama ini selalu
berupaya mendekatkan diri dengan apa yang disukai konsumennya. Sehingga
ada rasa keyakinan produk Coca Cola memang aman dikonsumsi termasuk
umat Muslim. ''Pokoknya prinsip siapa saja, di mana saja, kapan saja tetap
menjadi pedoman termasuk aman bagi konsumen kaum Muslim,'' ujarnya.

Arif mengaku tidak mengetahui dampak dari sertifikat halal terhadap penjualan
produk. Namun, pada prinsipnya produk Coca Cola sejak awal memang
nonalkohol sehingga mudah digemari konsumen. Persentase kenaikan
penjualan setelah memperoleh sertifikat halal, menurutnya, harus juga dilihat
dari sisi lain karena banyak faktor yang mempengaruhinya.

Sertifikasi halal ini juga diterapkan di negara lain. Namun, kriteria setiap negara
berbeda karena disesuaikan dengan kebutuhan negara masing-masing. Itu juga
diakui Rachmat Santoso, manajer public relations PT Ajinomoto Indonesia.
''Kewajiban setempat harus kita ikuti. Malaysia juga ada lembaga resmi seperti
LP POM MUI. Kami juga mengajukan.''

Menurut Rachmat, label halal itu penting meski belum semua produk makanan
atau minuman berlabel halal. Hingga kini Ajinomoto memiliki lima jenis merek
makanan dan minuman yang dijual ke pasaran dan semuanya telah berlabel
halal. ''Mayoritas penduduk Indonesia Muslim. Jelas sekali manfaatnya karena
kosumen akan aman dalam mengonsumsinya.''

Pihak Ajinomoto belum melakukan survei langsung ke lapangan apa pengaruh


label halal terhadap angka penjualan. Pencatuman label halal dilakukan sebagai
rasa tanggung jawab perusahaan kepada konsumen. Pihaknya memang
mengharapkan adanya kenaikan angka penjualan tetapi berapa persen
kenaikan itu tidak diketahui karena tidak ada data perubahan sebelum dan
sesudah sertifikat halal itu diberikan.

Selain terus mengikuti berbagai ajang pameran yang berlabel halal, pihak
Ajinomoto juga terus mengawasi produksi secara ketat. Mulai dari pemilihan
bahan baku, hingga produk siap dipasarkan, termasuk unsur kehalalannya.
''Kami juga meminta sertifikat halal yang resmi dari para pemasok bahan baku
dan itu kami cek ke MUI setempat.''

Hanya 10 Persen

Meski bukan persoalan baru, label halal ini masih menjadi persoalan bagi
sebagian masyarakat, terutama kaum Muslim. Apalagi bila menyangkut produk
yang dikonsumsi. Saat ini banyak produk makanan dan minuman mancanegara
yang beredar di Indonesia namun belum berlabel halal. Bahkan, ada produk
asing yang di negara lain sudah berlabel halal tapi di Indonesia belum.

Staf ahli dan auditor Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika
(LP POM MUI) Anna Roswien mengakui tidak semua produk makanan atau
minuman bahkan kosmetik memiliki sertifikat halal.

Pasalnya, sertifikat atau label halal itu bukan satu kewajiban bagi mereka. Lagi
pula sejauh ini pemerintah sendiri belum memiliki keputusan yang mewajibkan
semua produk yang dikonsumsi tubuh wajib memiliki label halal. Hingga kini
hanya sekitar 10 persen saja perusahaan makanan dan minuman yang
mencantumkan label halal keluaran LP POM MUI. ''MUI sudah memberi
gambaran sebaiknya wajib sertifikat halal tapi sampai sekarang belum ada.
Mungkin masih sibuk sama pansus,'' kata dosen IPB ini.

Selain makanan dan minuman, kosmetik dan obat-obatan sebaiknya juga


mencantumkan label halal karena bahan baku kosmetik juga banyak yang
berasal dari hewan. Sejauh ini Departemen Kesehatan belum mengambil
kebijaksanaan untuk mewajibkan semua produk kosmetik atau obat-obatan
yang ada di Indonesia berlabel halal. ''Sejauh ini Depkes belum mewajibkan
label itu. Kalau alasannya toleransi tidak bisa begitu saja.''

Namun, terlepas dari hal tersebut perusahaan yang memiliki sertifikat halal ini
umumnya selain memperluas pangsa pasar, juga ingin produknya aman bagi
umat Islam yang menjadi mayoritas penduduk Indonesia.

Anna juga menambahkan, sebenarnya biaya memperoleh sertifikat halal itu


tidak terlalu mahal antara Rp 200 ribu hingga Rp 1 juta. Biaya lain yang
diperlukan adalah kunjungan ke sejumlah pabrik yang mengajukan permohonan
dan itu pun sifatnya hanya menyediakan fasilitas saja. Demikian pula dengan
sarana laboratorium bila diperlukan pemeriksaan. ''Bahkan kami biasa nombok,
subsidi, atau bisa gratis bagi usaha rumahan (home industry),''katanya.

Bagi perusahaan yang berminat memperoleh sertifikat halal dapat mengajukan


permohonan dan mengisi formulir yang disediakan. Perusahaan tersebut juga
harus bersedia mencantumkan bahan baku makanan atau minuman yang
mereka gunakan. Ini penting guna mengetahui apakah bahan baku yang
digunakan halal atau tidak. Demikian pula dengan jumlah produksinya dalam
sebulan atau setahun. ''Kerahasiaan perusahaan selalu kita jaga.''

Apabila syarat yang diajukan LP POM MUI tidak dipenuhi, pihaknya tidak bisa
mengeluarkan sertifikat halal. Pihaknya sudah beberapa kali menolak
permohonan beberapa perusahaan dengan berbagai alasan terutama karena
syaratnya tidak dipenuhi atau mereka tidak terbuka akan bahan baku yang
dipakai. Apabila bahan baku itu harus diganti, mereka khawatir kualitas
produknya akan turun.

Menurut Anna, sertifikat yang diberikan berlaku selama dua tahun dan dapat
diperpanjang lagi. Selama masa berlaku, pihaknya dapat melakukan inspeksi
mendadak ke pabrik guna mengetahui proses produksi sebenarnya. Apabila
hendak diperpanjang akan diperlakukan seperti prosedur semula saat
mengajukan permohonan pertama kali. Sertifikat bagi produk lokal yang akan
dieskpor akan dikeluarkan POM MUI pusat. Sedangkan produk yang hanya
dipasarkan di Indonesia dikeluarkan POM MUI daerah.

Anna mengakui ada beberapa perusahaan yang tidak memperpanjang sertifikat


halal ini, namun mereka tidak diperkenankan mencantumkan lagi label halal
dalam kemasan makanan atau minuman mereka. ''Dulu pernah ada yang
mencantunkan itu akhirnya tutup sendiri bangkrut. Itu perusahaan di Bali.''

Rabu, 18 Februari 2004

Dukung Proses Kreatif dan Inovatif

Penulis : hir

Walkman merek Sony semula sempat tidak laku di pasaran karena saat itu
memiliki dua speaker yang dianggap berat. Akhirnya melalui proses kreatif,
walkman itu dimodifikasi menjadi headphone sehingga digemari banyak orang
sebab mudah dibawa kemana-mana.

Telepon genggam memiliki pabrik di mana-mana. Selain untuk memahami


keinginan konsumennya, itu juga menekan biaya produksi. Sehingga, di setiap
negara mereka menerapkan ide berbeda.

Itulah contoh yang, menurut pengamat pemasaran Kafi Kurnis, dikatakan lahir
sebagai proses kreatif. ''Orang kreatif akan melihat suatu secara berbeda.
Melihat dengan mata hanya persepsi, melihat dengan hati dan pemikiran
adalah observasi,'' katanya pada sebuah seminar di Jakarta beberapa waktu
lalu.
Proses kreatif, lanjutnya, sering kali muncul bukan dari sudut pandang secara
umum, melainkan bisa juga datang dari sisi yang berbeda. Disinilah diperlukan
daya imajinasi yang tinggi. Dalam hal ini melamun tidak salah selama melatih
daya imajinasi. Dalam organisasi kalau observasi bagus, berkhayal bagus, maka
akan menemukan sesuatu yang baru.

Pada contoh Nokia Kafi melihat produsen ponsel itu memiliki pola jelas yang
menghasilkan aneka produk. Misalnya, cover-nya berganti-ganti dan itu
ternyata disukai orang. Produk inovasi lainnya yang dilakukan Nokia adalah
short messaging service (SMS) yang semula hanya ditujukan bagi orang bisu
tuli. Kini pesan-pesan pendek lewat ponsel itu dapat dinikmati oleh mereka
yang sehat jasmani. ''Nokia bisa begini karena punya pola,'' kata Kafi.

Cara lain yang perlu dilakukan untuk menghasilkan produk kreatif adalah
menganalogikan produk yang ditawarkan sehingga mampu memberikan
kepuasan yang diinginkan. Seperti iklan salah satu hotel ternama di AS yang
menampilkan seorang wanita sedang tidur nyenyak di atas tempat tidur.

Mereka menyebutnya sebagai heavenly bed atau tempat tidur serasa di surga.
''Kebanyakan dari iklan hotel hanya menampilkan kolam renang atau fasilitas
fitness. Padahal paling utama orang ke hotel adalah tempat tidur buat istirahat.
Iklan tersebut ternyata berhasil,'' kata managing director Interbrand di
Indonesia itu.

Perusahaan juga bisa membidik pasar melalui cara empati. Ada beberapa
perusahaan yang memproduksi beberapa barang untuk anak, seperti Hello
Kitty. Tidak hanya pakaian, mereka juga memroduksi mainan, jam, dan aneka
keperluan anak lainnya.

Langkah lain yang bisa dilakukan adalah berfikir multidimensi. Memasang iklan
di media massa bukanlah satu-satunya cara meraih pasar. Salah satu
perusahaan donat terkemuka di AS sengaja memperlihatkan kepada
konsumennya proses pembuatan donat sejak awal hingga siap dikonsumsi.

Perusahaan tersebut juga membagikan donat gratis pada saat-saat tertentu


kepada masyarakat hingga membuat mereka antre untuk memperoleh donat
gratis tersebut. ''Pemerintah mengoperasikan Busway gratis dulu. Ini juga
langkah baik untuk menarik minat masyarakat naik bus.''

Proses kreatif hendaknya juga terus dikembangkan untuk suatu produk. Obat
batuk yang semula hanya disimpan dalam botol, kini dapat dibeli dalam bentuk
kemasan. Proses imajinasi yang dipadukan dengan imporvisasi akan
menghasilkan inovasi.

Namun, inovasi produk saja belum cukup bila tidak diimbangi dengan manfaat
yang lebih dari produk yang dihasilkan. Inovasi tidak datang tiba-tiba tapi harus
terus diupayakan agar hasilnya bermanfaat sehingga bisa diterima pasar.
''Inovasi harus juga disertai dengan manfaat lebih bagi konsumen,'' kata Franky
Supriyadi, staf pengajar sekolah manajemen Prasetya Mulya.

Tak hanya sebatas produk barang, inovasi juga bisa dari proses produksi
ataupun jasa pelayanan sehingga lebih cepat dan mudah. Inovasi itu akan
menekan biaya produksi dan harga jual di pasaran. Franky mengabil contoh
beberapa perusahaan lokal yang dinilainya berhasil melakukan inovasi produk
mereka seperti Indofood melalui beragam produk mi instan. Teh Botol Sosro
melalui minuman teh dan Unilever melalui berbagai jenis produk Pepsodent-
nya,

Menurut Franky, kreatif di bidang produksi, proses, atau pemasaran jangan


dibatasi. Hanya saja, proses kreatif itu harus sejalan dengan strategi bisnis
perusahaan tersebut. ''Kalau mi instan ya harus seputar mie saja. Jadi,
terfokus.''

Dengan persaingan yang kian ketat, perusahaan tidak bisa terus bertahan
dengan pola lama. Proses inovasi yang menjadi bagian dari proses kreatif harus
terus dikembangkan. Karyawan harus diberikan kesempatan mengembangkan
cara baru dan jangan takut gagal. ''Proses kreatif dan inovatif harus terus
dikembangkan dan didukung penuh perusahaan,'' kata Franky.
Rabu, 18 Februari 2004

Derasnya Tetesan Rupiah dari Penyemprotan Rayap

Penulis : hir

Bisnis ini menjanjikan karena tidak ada wilayah yang bebas rayap, terutama
wilayah urugan atau pemukiman baru. Apalagi saat ini sulit mencari kayu
kualitas bagus termasuk kayu jati.

Rumah adalah investasi berharga yang harus dilindungi. Namun, seringkali nilai
bangunan rumah menjadi turun lantaran serbuan hama rayap. Bahkan,
serangan rayap ini sampai mampu meruntuhkan bangunan yang ada. Karena
itu, perlu perlindungan maksimal dari hama tersebut.

Sejumlah perusahaan yang bergerak dalam jasa pembasmian rayap pun


bermunculan. Mereka membasmi rayap dengan cara penyemprotan di tanah
dan kayu rumah, yakni pada kuda-kuda atau kerangka. Sebelum penyemprotan
dilakukan, terlebih dahulu dilakukan survei ke lokasi yang hendak disemprot.
Apabila konsumen setuju dengan harga yang ditawarkan, maka penyemprotan
bisa segera dikerjakan. ''Untuk rumah yang luasnya kurang dari 100 meter
butuh waktu sehari, lebih dari itu dua hari atau lebih,'' kata Budi Hartono dari
CV Adi Citra.

Tarif yang dipasang sebesar Rp 14 ribu per meter persegi untuk tanah.
Sedangkan kayu sebesar Rp 13 ribu per meter persegi. Budi mengakui,
mahalnya biaya penyemprotan itu lantaran obat yang digunakan harganya
cukup mahal. Seperti Basileum, Crown dari Jerman atau Stedfast asal AS.
''Setiap perusahaan selalu punya obat andalan sendiri,'' ujar Budi.

Tetapi, harga sebesar itu relatif kecil dibanding dengan nilai bangunan yang
harus dilindungi. Ia mencontohkan bila bangunan sudah terkena rayap, dana
yang harus dikeluarkan untuk perbaikan bangunan lebih mahal dibanding
dengan biaya penyemprotan.

Melalui perusahaannya yang berlokasi di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat,


Budi bersama delapan orang stafnya melayani konsumen yang tersebar di
Jabotabek. Dengan bermodal yang Rp 10 juta dan perlengkapan seadanya, ia
mengawali bisnis ini sekitar 1991 setelah sebelumnya bekerja di perusahaan
antirayap sebagai teknisi, pengawas, hingga bagian pemasaran.

Para pelanggannya selain rumah juga sejumlah kantor pengembang. Budi juga
memberikan potongan harga bagi kontraktor antara lima hingga 10 persen
karena kontraktor bangunan selalu menggunakan jasanya saat membuat
gedung baru. Makin banyaknya bangunan baru, tentunya memperbesar
peluang bisnisnya.

Dalam sebulan ia mampu meraih antara delapan hingga 10 pelanggan, baik


rumah maupun perusahaan dengan omzet antara Rp 10 sampai Rp 20 juta per
bulan. ''Kalau ditanya kapan balik modal, jelas sudah kembali sejak 1999.
Sekarang kita juga sudah punya mobil sendiri,''kata Budi.

Garansi
Dalam menjalankan usahanya, Budi mengaku pernah mendapat keluhan dari
pelanggannya terutama ketika rayap kembali muncul. Untuk itu ia memberikan
jaminan garansi lima tahun. Apabila dalam masa tersebut muncul rayap lagi,
maka akan dilakukan penyemprotan ulang gratis.

Garansi lima tahun juga diberikan Hamid, dari PT Cendrawasih. Garansi itu
untuk bangunan baru. Sedangkan untuk bangunan lama garansi maksimal tiga
tahun. Bila kondisi bangunan parah, garansi diberikan hanya dua tahun. ''Tapi
itu tergantung kesepakatan dengan pemilik bangunan. Meski telah disemprot
bukan jaminan rayap tidak muncul lagi karena mereka sulit diberantas,'' tutur
Hamid.

Tarif yang ditawarkan Hamid cukup bervariasi antara Rp 20 ribu hingga Rp 25


ribu per meter persegi. Penyemprotan dilakukan di sekitar pondasi, lantai, atau
kayu rumah, terutama bagian atap. Rumah yang disemprot biasanya akan
menumbulkan bau kurang sedap selama beberapa hari. Proses pengerjaan yang
dilakukan tiga orang petugas untuk lahan seluas 150 meter persegi memakan
waktu sekitar dua hari.

Hamid menjamin kepuasan konsumen dengan cara tidak mengurangi dosis


campuran antara obat dan air. Sebab, saat ini usaha serupa banyak
bermunculan sehingga masalah pelayanan dan kejujuran menjadi modal
penting dalam menjalankan usaha.

Bagi Hamid, bisnis penyemprotan antirayap bukan suatu yang baru karena
telah ia tekuni sejak 1968. Saat itu masyarakat masih banyak yang belum
peduli dengan rayap dan perusahaan yang melayani penyemprotan masih
jarang. Ia menawarkan jasanya lewat TVRI, brosur, atau pameran.

Hamid mengaku sudah lupa dengan modal yang ia keluarkan saat menjalankan
bisnis ini pertama kali. Ia memberikan gambaran bisnis ini bisa dimulai dengan
modal sekitar Rp 15 juta. Modal itu meliputi pembelian mesin pompa, bor,
sprayer (penyemprot), slang, dan perlengkapan lain yang diperlukan.

Menurutnya, bisnis ini menjanjikan karena tidak ada wilayah yang bebas rayap,
terutama wilayah urugan atau pemukiman baru. Karena itu, jasa penyemprotan
rayap ini masih akan diperlukan, terutama bagi kalangan menengah keatas.
Apalagi saat ini sulit mencari kayu kualitas bagus termasuk kayu jati. ''Kayu jati
atau besipun masih dimakan rayap,'' katanya.

Tak hanya semprot


Namun, membasmi rayap tidak selalu dilakukan dengan menyemprot. PT
Termindo Sentri Sistem menerapkan cara yang disebut sentricon. Sistem ini
berupa memasang kaleng yang diisi dengan kayu di tempat tertentu di rumah.
Kaleng ini hanya untuk memancing agar rayap keluar dari persembunyiannya.
Bila sudah muncul, kaleng akan diisi dengan tisu khusus yang telah dilumuri
Hexaflumuron. Jika dikonsumsi rayap, delapan minggu kemudian saat rayap
berganti kulit, kulit lamanya akan pecah, sementara kulit barunya tidak
terbentuk lagi. Rayap mengalami dehidrasi dan mati.
Pola pemusnahan dengan sistem umpan ini memakai zat mematikan yang tidak
dikenali rayap. Produk sejenis memiliki kelemahan, yaitu racun kimianya
dikenali rayap. Sehingga rayap yang terkena racun pembunuh mengirimkan
sinyal peringatan kepada kawanan rayap lainnya. ''Jadi, cara ini sama sekali
bukan memakai semprot,'' kata pimpinan PT Termindo Sentri Sistem (TSS),
Thomas Widjanarko.

Pest control tadisional


Sistem sentricon ini mulai dilakukan di Indonesia pada 2000 lalu dan
menggantikan sistem semprot yang berisiko merugikan lingkungan. Saat itu
keadaan pasar 95 persen telah dirusak perusahaan-perusahaan pest control
(pembasmi hama) konvensional yang tidak bertanggung jawab. Konsumen
hanya mendapat informasi benar tentang rayap secara minim. Baik jenis
maupun penanggulangannya.

Perusahaan pest control konvensional biasanya menggunakan cara semprot.


Mereka menipu dengan cara menetapkan harga tarif yang murah sehingga
pelayanan dibawah standar. Tidak mengherankan, jika tidak sampai tiga bulan
setelah disemprot, rayap sudah kembali lagi menyerang bangunan. Garansi
(sertifikat) yang diberikan sama sekali tidak layak disebut garansi karena
kebanyakan dari mereka tidak pernah kembali menemui konsumen, bahkan
sebagian telah tutup.

Perlu Konsultan Rayap

Membangun rumah rasanya belum cukup hanya mengandalkan tukang yang


mahir atau arsitek yang pandai membuat disain rumah. Peran dari konsultan
rayap juga diperlukan agar keindahan bangunan tidak hanya terlihat dari
fisiknya saja, melainkan hingga kondisi dalamnya.

Thomas Widjanarko, dari PT Termindo Sentri Sistem menyarankan sebaiknya


jangan hanya melibatkan arsitek saja karena arsitek umumnya berbicara soal
keindahan dan kekuatan bangunan. Sedangkan pengetahuannya soal rayap
relatif kurang.

Ia juga mengingatkan jangan sampai ada kayu yang ditanam di tanah karena ini
akan memberikan peluang datangnya rayap. ''Kayu jati bukan jaminan anti
rayap. Kalau membeli rumah cek juga sampai plafonnya. Biasanya pengembang
itu suka nakal, dia sering memakai kayu yang jelek,'' tegasnya. Ia juga
menyarankan agar tidak menimbun kayu dekat rumah karena akan
mengundang datangnya rayap.

Ia menyarankan sistem antirayap sentricon perlu karena selain membasmi, juga


ada pemeriksaan berkala ke rumah pelanggan. Sistem ini juga ramah dengan
lingkungan karena tidak ada penyemprotan sehingga tidak menimbulkan bau
yang menusuk hidung atau berbahaya bagi maklhuk hidup.

Jasa yang ia tawarkan disesuaikan dengan keliling bangunan. Ia mencontohkan


apabila tahun pertama konsumen dikenakan tarif Rp 198 ribu, tahun kedua dan
ketiga hanya 25 persen. Apabila diperpanjang, konsumen hanya dikenakan 25
persen dan seterusnya.

Thomas mengakui pelayanan yang ia tawarkan agak beda dengan usaha


sejenis lainnya. Ia lebih membidik kalangan menengah ke atas terutama yang
pernah tinggal di luar negeri karena mereka dianggap lebih mudah dijelaskan
masalah pemberantasan rayap ini.

Rabu, 18 Februari 2004

Anggrek, Dicintai dan Dibisniskan

Penulis : hir
Harga per botol Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu dari kebun pembibitan dapat dijual
lagi Rp 30 ribu sampai Rp 70 ribu per botol. Selain alasan hobi, memelihara
tanaman anggrek berkembang sebagai bisnis yang menggiurkan. Sudah banyak
orang yang mendulang penghasilan dari bisnis ini.

''Sudah banyak yang dapat membeli mobil atau rumah dari bisnis ini,'' ungkap
Ruth Mery (60), seorang petani anggrek. Ia mengaku, meski hanya hobi
kecintaannya pada anggrek mendatangkan pendapatan yang dapat menghidupi
enam orang karyawannya. Dari hobinya itu ia juga dapat menutupi biaya
operasional dan keperluan keluarga lainnya.

Bahkan, menurutnya, yang lebih serius menekuni hobi ini akan meraup
keuntungan yang besar. Ini biasanya para petani anggrek. Selain kendaraan dan
rumah, mereka juga bisa mengembangkan bisnis sewa tanaman hias untuk
berbagai keperluan. Bahkan, ada beberapa di antaranya yang berhasil ekspor
atau memasok keperluan berbagai perusahaan.

Mery mengawali bisnisnya ketika ia membeli dua pot tanaman anggrek


dendrobium ungu pada suatu pameran di Taman Ria Remaja 1977. Saat itu ia
baru saja berhenti dari pekerjaannya di salah satu perusahaan kontraktor
karena sibuk mengurus keluarga. ''Kok warnanya cantik banget,'' kenangnya.

Akhirnya ia membeli lagi tanaman hingga halaman rumahnya di kawasan


Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dipenuhi tanaman anggrek. Walau sang
mertua tak suka tanaman, Mery tidak menghentikan hobinya.

Ia terus saja membeli anggrek hingga setiap kali orang melintasi rumahnya
selalu melihat koleksi tanamannya. Suatu ketika pada 1981 ada orang yang
datang dan memborong seluruh tanaman hiasnya seharga Rp 2,250 juta.
''Mertua saya senang karena saya menjual tanaman. Tapi, dia tidak tahu kalau
saya mau beli lebih banyak lagi,'' kata ibu dari empat orang anak ini sambil
tertawa.

Kini berbagai jenis tanaman anggrek tumbuh subur di kedua kebun miliknya.
Seperti Catellya atau Dendrobium dan berbagai jenis tanaman hias lainnya.
Jenis yang paling banyak digemari adalah anggrek hasil silangan baru yang
masih langka. Jenis tersebut apabila belum ada pembibitan yang masal,
harganya akan tetap tinggi.

Anggrek jenis Catellya atau Dendrobium sampai kini masih banyak digemari.
Kedua jenis ini dijual dengan harga bervariasi antara Rp 15 ribu hingga Rp 40
ribu per pohon. Ada juga yang terjual hingga jutaan rupiah tiap pohon. Para
pelanggannya selain perorangan juga penjual kembang anggrek.

Mery menilai, tanaman anggrek kini tidak hanya menjadi hobi kalangan tertentu
melainkan juga lapisan atas. Bahkan, ada seorang dokter yang berhenti dari
pekerjaannya dan beralih jadi petani anggrek.

Inovasi
Kepala laboratorium Taman Anggrek Indonesia Permai, Budi Rustanto menilai
adanya beragam kalangan pecinta anggrek karena budidaya tanaman tersebut
kian mudah. Sebelumnya budidaya dilakukan dengan cara alami seperti stek,
anakan (split) yang dilakukan petani tradisional. Cara seperti itu hanya
menghasilkan beberapa pohon yang dapat menghasilkan bunga.

Namun, kini cara tehnik hibridisasi atau kultur jaringan bisa menghasilkan
tanaman anggrek baru dalam waktu singkat dan jumlahnya besar. Praktik kawin
silang antarberbagai jenis anggrek dapat dilakukan sebagai bentuk inovasi
pengembangan jenis tanaman hingga muncul beragam jenis tanaman anggrek.

Menurut Budi, untuk melakukan hal itu harus memiliki bibit tanaman yang baik.
Ciri induk yang baik adalah mudah dirawat, kemampuan produksinya tinggi,
tangkainya tegak lurus minimal menghasilkan sekitar 15 kuntum bunga apapun
jenisnya, susunan bunga dan daun teratur, warna bunganya cerah, bunga
terlihat lebih tebal, bebas penyakit, dan banyak digemari orang.

Ada beberapa jenis tanaman anggrek yang dapat ditanam di daerah


pegunungan yang sejuk, dataran rendah yang panas atau wilayah yang sedang.
Untuk wilayah yang sejuk biasanya jenis anggrek bulan atau Kantong Semar. Di
wilayah panas Vanda Douglas, James Story, atau kalajengking. Wilayah sedang
ada Dendrobium atau Catellya.
Hingga kini sudah ratusan jenis tanaman anggrek yang muncul di pasaran
dengan berbagai jenis persilangannya. Budi sendiri mengaku kewalahan
melayani permintaan pembibitan karena kemampuannya terbatas. Setiap orang
biasanya memesan bibit antara 500 hingga 1.000 bibit yang disimpan di botol.
Sedangkan pembibitan itu memakan waktu lama, antara tujuh hingga sembilan
bulan.

Meski permintaan banyak, pihaknya tidak mematok tarif mahal. Harga per botol
antara Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu. Botol itu bisa dijual lagi oleh pemiliknya
dengan harga antara Rp 30 ribu hingga Rp 70 ribu per botol.

Agar bisnis anggrek ini berhasil, seseorang harus memiliki rasa senang dan
kemauan. Bagi yang berminat mempelajari anggrek lebih jauh, setiap tahun
Taman Anggrek Indonesia Permai menggelar pameran anggrek dua kali, yakni
antara Maret-April dan Septrember-Oktober.

Dari Satu Jadi Lima Bisnis

Satu bisnis bisa berkembang jadi lima bisnis. Begitulah ungkapan Budi
Rustanto, kepala laboratorium Taman Anggrek Indonesia Permai, mengomentari
peluang berbisnis anggrek ini.

Maksudnya, bisnis ini bisa dimulai dari memiliki beberapa tanaman anggrek
yang terus dikembangkan. Apabila ada dana lebih bisa membeli sebidang tanah
sebagai kebun anggrek. Bila dana terbatas, bisnis anggrek juga bisa dilakukan
di halaman rumah, tentunya dengan jumlah tanaman yang terbatas.

Budi tidak menampik bisnis anggrek ini menjadi ladang usaha yang
menjanjikan. Ia mencontohkan sebuah botol bibit tanaman anggrek dijual
seharga Rp 30 ribu dapat dipisah menjadi dua pot seharga Rp 150 ribu. Tiap pot
berisi sekitar 10 bibit anggrek yang dapat dipisah dan ditanam di pot yang lebih
kecil.
Bibit yang sudah ditanam di pot kecil tersebut bisa dijual seharga Rp 3 ribu
hingga Rp 5 ribu. Bila sudah remaja bisa dijual antara Rp 10 ribu hingga Rp 15
ribu. ''Kalau sudah bagus bisa dijual antara Rp 50 ribu sampai 1 juta. kalau ada
bunganya bisa bervariasi lagi.''

Bisnis ini juga bisa menghasilkan kios tanaman. Tidak hanya anggrek,
melainkan juga berbagai kebutuhan lain yang menunjang tanaman seperti
pupuk, pot, dan lainnya. Bisnis anggrek juga membuka peluang sewa tanaman
hias yang biasa digunakan untuk resepsi pernikahan, seminar, atau hajatan
lainnya di gedung. Para penyewanya cukup beragam. Mulai dari usaha katering,
hingga hotel berbintang lima.

Lembaga koperasi juga bisa didirikan guna mewadahi segala keperluan dalam
bisnis ini. Sedangkan bagi yang memiliki pengetahuan tehnik yang lebih dalam
tentang tanaman ini bisa menjadi konsultan atau guru pengajar. ''Lumayan,
sering dipanggil sana-sini,'' kata mantan PNS yang pernah mengenyam
pendidikan STM pertanian ini.
Wirausaha Setelah PensiunPublikasi: 05/03/2004 15:13 WIB
Jawaban:

Menurut saya, tidak ada batasan usia untuk mulai berwirausaha. Memang
sebaiknya seseorang mulai berwirausaha sejak usia muda, dengan harapan ia
masih bisa mengulanginya jika mengalami kegagalan, dan bisa menikmati
hasilnya jika ia memperoleh keberhasilan. Itu adalah kondisi ideal.

Dan dalam dunia bisnis, kita mengenal nama kolonel Sanders, seorang
pensiunan anggota angkatan bersenjata Amerika Serikat. Ia memulai usahanya
setelah pensiun dari dinas militer. Saat itu usianya di atas 60 tahun dan tanpa
modal. Ia memulai usahanya dengan menawarkan resep ayam gorengnya ke
banyak restoran. Dan baru pada restoran ke 1.035 ia memperoleh modal dan
ayam goreng yang dibuat dengan resep ciptaannya bisa dijual di restoran itu.
Restoran itu dikenal sebagai cikal bakal Kentucky Fried Chicken, sebuah
restoran ayam goreng yang kini menyebar ke seluruh penjuru dunia.

Dan Rasulullah pun pernah bersabda, bahwa apabila kau memiliki sebutir bibit
gandum, maka tanamlah bibit itu hari ini, sekalipun esok kiamat akan datang.
Jadi, tidak ada kata terlambat untuk mulai berwirausaha.

Bapak menyatakan bahwa bapak suka memelihara binatang, walaupun itu tidak
pernah dilakukan secara serius karena alasan kesibukan pekerjaan. Dengan
hobi ini, mengapa bapak tidak mulai berwirausaha pada bidang yang
berhubungan dengan pemeliharaan binatang/ternak, misalnya ayam kampung,
puyuh atau kambing. Selain bisa menghasilkan uang, usaha-usaha itu juga bisa
mengurangi stress yang biasa dialami oleh orang-orang yang sudah berusia
lanjut seperti bapak.
Yang paling penting, bapak harus mempersiapkan mental. Sebagai perwira,
bapak biasa memberikan perintah kepada bawahan. Dalam wirausaha,
adakalanya bapak harus melakukan segala sesuatu sendiri. Dan itu tidak
mudah.

Selamat berwirausaha. Do'a kami untuk keberhasilan bapak.

Ingin Berjualan MajalahPublikasi: 03/03/2004 18:18 WIB

Jawaban:

Selamat pak Herman. Saya berharap anda terus mempertajam naluri bisnis
yang sudah anda miliki. Sepanjang pengetahuan saya, berjualan majalah
merupakan salah satu bidang usaha yang cukup menguntungkan. Margin
kotornya bisa mencapai 30 persen. Apalagi setelah era keterbukaan mulai
merambah dunia pers di tanah air. Berikut adalah langkah-langkah yang bisa
anda lakukan:

1. Cari pemasok

Dalam usaha ini, anda menjual majalah atau media cetak lainnya seperti koran
atau tabloid. Sehingga yang harus anda cari adalah agen koran, tabloid atau
majalah. Di sana anda bisa membeli barang dagangan dengan harga yang lebih
murah daripada harga ecerannya. Sukur-sukur anda bisa membayarnya secara
kredit.

Karena anda tinggal di Jakarta, cara paling mudah adalah mendatangi Bursa
Media yang ada di kawasan Senen atau terminal Blok M. Di kedua tempat itu,
anda bisa membeli hampir semua tabloid atau majalah yang terbit di Indonesia
untuk dijual kembali kepada konsumen.

2. Tentukan cara berjualan

Saat ini, kita sering menemui para pedagang majalah atau tabloid yang
mangkal di halte-halte bus, pusat pertokoan, toko buku atau pedagang
asongan. Mengapa anda tidak memulai cara berjualan majalah yang berbeda
dengan yang sudah ada? Misalnya dengan cara menawarkan majalah atau
tabloid di perkantoran yang tersebar sepanjang Sudirman – Thamrin. Tentu saja
anda tidak perlu membawa puluhan jenis majalah atau tabloid itu keluar masuk
kantor. Yang perlu anda bawa adalah brosur mengenai usaha anda (lengkapi
dengan alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi) dan formulir aplikasi
berlangganan. Dengan cara ini, anda juga bisa memperkerjakan karyawan yang
bertugas mengantar majalah atau tabloid kepada para langganan.

3. Tentukan lokasi

Jika usaha yang ingin anda lakukan adalah seperti yang dijabarkan dalam point
2, keberadaan tempat yang strategis tidak terlalu diperlukan. Yang anda
butuhkan adalah tempat yang berfungsi sebagai gudang, yang letaknya tidak
terlalu jauh dari lokasi pengantaran. Lain halnya apabila usaha yang ingin anda
jalankan adalah seperti usaha penjualan majalah lainnya. Anda perlu mencari
lokasi usaha yang strategis dan terhindar dari penggusuran.

4. Buat sistem

Untuk mempermudah jalannya usaha, anda perlu membuat dan menerapkan


sistem tertentu yang bisa mengatur segala hal yang berkaitan dengan usaha
itu. Sistem itu bisa diperoleh dengan cara meniru usaha sejenis, atau
menciptakannya sendiri sesuai dengan karakter usaha. Misalnya, majalah atau
tabloid harus diantar kepada para pelanggan pada hari terbitnya. Atau
pengantar majalah harus berbeda dengan penagih untuk menghindari
penyelewengan dalam hal keuangan.

Sistem ini bisa anda kreasi sendiri berdasarkan pengalaman diri sendiri atau
orang lain. Siapa tahu suatu saat anda bisa memfranchisekan sistem yang anda
miliki. Mengapa sistem? Karena sistem yang baik mampu menjadi pendorong
keberhasilan usaha. Sebagai contoh, di dunia ini banyak orang yang bisa
membuat ayam goreng. Terkadang rasanya lebih lezat dari ayam MCc. Donald
atau KFC. Tapi hanya mereka yang mampu menjual ayam goreng dalam jumlah
yang sangat besar. Total omsetnya per hari bisa mencapai milyaran rupiah per
hari. Penyebabnya, mereka telah menemukan sekaligus menggunakan sistem
yang sangat baik.

5. Siapkan modal

Sebagai langkah awal, modal sebesar Rp 2.000.000,- sampai Rp 3.000.000,-


sudah cukup memadai untuk memulai usaha. Untuk menghindari pembelian
majalah atau tabloid yang tidak laku, sebaiknya pembelian ke pemasok
dilakukan berdasarkan permintaan pelanggan.

Satu pesan saya. Selektif lah memilih media yang akan anda jual kepada
konsumen. Jangan jual media yang mengumbar nafsu syahwat, merusak moral
atau media yang bisa menyeret manusia kepada syirik.

Demikian jawaban yang bisa saya berikan. Selamat berwirausaha. Jangan lupa
berdo'a kepada Allah. Semoga sukses.

[« Pertanyaan] [»]

Rabu, 03 Maret 2004

Bisnis Kembar, Apakah Masih Bisa?

Penulis :

Ayo Berwirausaha
Diasuh oleh Ir Sri Bramantoro Abdinagoro, MM
Konsultan dan penulis buku Road to be Own Boss dan 25 Langkah Menjalankan
Bisnis
e-mail: wirausaha@republika.co.id
faksimile: 021-7983623
alamat surat:Ayo Berwirausaha, Suplemen Probis, HU Republika, Jl Warung
Buncit Raya No 37, Jakarta 12510

Bapak pengasuh yth.,


Saya berencana membuka toko kelontong akhir tahun 2004. Sebenarnya angan-
angan ini sudah dari dulu ada di benak saya. Tetapi, tidak kesampaian terus
karena di sekitar saya juga ada tiga toko kelontong.

Menurut bapak, apakah hal ini tidak bermasalah nantinya seandainya saya
mendirikan usaha yang sama? Padahal, setelah saya survei prospeknya masih
sangat bagus. Dan, bagaimana dengan hubungan bertetangga nantinya apakah
bisa terjadi persaingan atau keretakan? Mohon bantuannya karena sampai saat
ini saya masih sangat bimbang. Sedangkan untuk membuka toko kelontong
saya yakin saya menguasainya.
Terimakasih

Teguh (via email)


Purworejo, Jateng

Jawab:
Pak Teguh yth.,
Angan-angan Anda akan tetap jadi angan-angan apabila Anda tetap bertindak
seperti sekarang. Bagaimana? Ingin punya toko kelontong angan-angan atau
ingin punya toko kelontong betulan?

Posisi seperti Anda saat ini banyak juga dialami oleh teman-teman yang lain.
Dalam ''jimat'' yang saya punya, Anda baru melakukan dua langkah A dan C. A
(amati) dan C (cermati) belum sampai ke T (tetapkan hati) apalagi A+C+T=ACT
(aksi). Saya selalu mengatakan kepada teman-teman, bisnis tidak akan pernah
terwujud hanya dengan A, C, atau T saja. Yang paling dibutuhkan adalah ACT
(aksi) sekecil apapun gerakannya.

Kembali ke bisnis Anda, perasaan Anda menyatakan bahwa bisnis kelontong


Anda akan bermasalah terutama hubungan dengan tetangga akibat persaingan
bisnis. Saya harus mengatakan pada Anda bahwa persaingan itu ada, nyata!
Dan, itulah realitas yang ada dalam dunia bisnis.

Sebetulnya persaingan itu hal yang lumrah saja. Anda pun sebetulnya juga siap
untuk menghadapinya. Pertama, Anda yakin betul terhadap bisnis toko
kelontong ini karena mengusainya. Ini modal utama lho, pak. Menguasai bisnis
yang kita geluti akan menambah peluang untuk keberhasilan dalam berbisnis.
Apalagi Anda juga telah melakukan survei dan prospeknya masih bagus. Ini jadi
modal kedua.

Mari kita lihat lagi Anda menyimpulkan bisnis ini berprospek bagus karena Anda
melihat kebutuhan pasar terhadap toko kelontong masih tinggi to? Apa artinya?
Artinya, kebutuhan (demand) pasar itu cuma dilayani oleh tiga toko kelontong
saja dan masih belum terlayani sepenuhnya.

Dengan pemasok (supplier)-nya yang kurang maka kalau ditambah satu lagi --
toko kelontong Anda, misalnya -- pasar masih belum jenuh, kan. Nantinya
persaingan jadi tidak terlalu tinggi karena pemainnya masih belum banyak.
Coba perhitungkan lagi, berapa banyak kira-kira jumlah toko kelontong di
daerah Anda agar pasar jadi jenuh? Lima, Tujuh, Sepuluh? Kalau jumlahnya
sebesar ini maka kalau Anda membuka toko kelontong saat ini masih menarik,
lain halnya Anda jadi yang kesebelas misalnya, wah sudah tidak prospektif lagi.
Mau tunggu sampai yang kesebelas?

Masih was-was juga? Saya beri resep untuk Anda. Cobalah Anda jalan-jalan ke
Jogya atau kota yang dekat dengan Anda. Ambil contoh Jl Malioboro, Anda bisa
lihat berapa banyak pedagang batik yang ada di situ, ada berapa banyak
warung lesehan di sekitar situ. Mereka bertetangga lho. Apa yang terjadi?

Persaingan sih selalu ada tetapi mereka masih bisa tetap bersama dan tetap
akur, kan. Mengapa? Karena, pasar masih membutuhkannya. Apalagi di tempat
Anda dan Anda sendiri sudah melakukan survei.

Jadi, Pak Teguh, menurut saya jangan berikan bobot terbesar pertimbangan
Anda pada keretakan dan ''rasa tidak enak'' pada tetangga. Tetapi, tekankan
pada persaingannya. Mengerikan? Tidak juga, ada cara lain untuk tetap
membuat bisnis ini memberikan rasa enak buat Anda.

Jika ada empat toko kelontong (toko Anda masuk dalam hitungan), toko mana
yang paling membuat konsumen datang? Harga? Tentu. Dan ini jadi alat
persaingan. Tetapi ada yang lain, yaitu bagaimana (toko) Anda bisa ramah
melayani konsumen. Istilah bisnisnya customer services-nya sangat bagus. Di
sinilah Anda bisa menikmati berbisnis. Bukankah kita diperintahkan berlomba-
lomba untuk kebaikan? Bisa juga diartikan berlomba-lomba memberikan yang
terbaik untuk pelanggan-pelanggan atau konsumen toko kelontong di daerah
Anda bukan?

Sekarang tinggal pilihan Anda. Mau jadi toko keempat, di mana pasar masih
bagus (berprospek) atau jadi toko kesebelas di mana pasar sudah jenuh? dan
Anda akhirnya punya toko kelontong angan-angan?

Nah, Pak Teguh, semoga masukan ini dapat mengurangi bahkan menghilangkan
kebimbangan Anda. Sekali lagi, pak, persaingan selalu ada dalam dunia bisnis
tetapi di sinilah juga asyiknya berbisnis. Kunjungi website www.titianbisnis.com
untuk mendapatkan informasi lain mengenai kewirausahaan. Kepada para
pembaca yang surat atau e-mail-nya belum terjawab, saya mohon untuk
bersabar karena banyaknya surat dan email yang masuk.

Rabu, 25 Februari 2004


Ayo Berwirausaha
Menebalkan Komitmen Berwirausaha

Penulis :

Para pembaca dan peminat kolom Ayo Berwirausaha yth., Jumat lalu saya
diundang menjadi seorang nara sumber pada seminar yang diadakan oleh
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknik Universitas Indonesia di
Kampus UI, Depok, Jawa Barat dengan tema How to be a Good Entrepreneur.
Acara itu berjalan dengan baik karena banyak peserta yang bertanya
bagaimana memulai dan mengelola bisnis dengan baik.

Acara tersebut saya jadikan arena sharing (berbagi pengalaman) tentang


entrepreneur. Beberapa peserta, walau masih mahasiswa, rupanya sudah mulai
pula merintis bisnis. Ada satu kata yang menarik dari acara saling berbagi sore
itu. Akan lebih baik lagi jika saya bagi untuk Anda semua, yaitu komitmen
dalam berwirausaha. Mengapa komitmen menjadi penting? Ya, karena
komitmen merupakan sikap yang sangat dibutuhkan dalam berwirausaha.

Ketika seseorang membuat keputusan untuk memiliki bisnis dan menjadi bos
bagi diri sendiri, maka sudah semestinya tugas untuk membuat bisnisnya
lancar, menjadi besar, dan menjalankan bisnis dengan baik harus menjadi
komitmennya. Komitmen adalah janji, kontrak yang dibuat oleh kita dan untuk
kita. Lalu bagaimana komitmen itu bisa muncul pada tiap-tiap diri kita?
Pertama, tentu ada motif atau alasan yang kuat mengapa kita memulai bisnis.

Motif yang kuat akan menjadikan komitmen kita juga tebal dan kuat. Nah, bagi
yang sudah memiliki bisnis dan merasa mulai kehilangan gairah dalam
berwirausaha, ada baiknya melakukan refleksi diri, perenungan kembali, motif
apa dulu yang paling kuat memutuskan berbisnis. Ingin merdeka? Menjadi bos?
Tidak ingin terikat pada birokrasi? Mengembangkan hobi agar menjadi uang?
Cepat kaya? Meneruskan bisnis orang tua? Merasa ingin mendapat pengakuan
(recognition)? Ini merupakan sekian banyak dari motif yang muncul.

Memang menjadi wirausahawan yang sukses bukan pekerjaan yang mudah,


juga memerlukan waktu yang tidak sebentar. Di sinilah sebetulnya komitmen
kita diuji. Biasanya kalau komitmen mulai luntur, menjalankan bisnis pun jadi
kehilangan semangat. Bahkan bisa jadi ketika komitmen hilang maka bisnis kita
jadi ikut hilang. Dari teman-teman yang berbagi sore itu, juga menekankan
pentingnya komitmen. Apalagi jika bisnis yang kita bangun adalah bisnis
kolektif, artinya dimodali oleh beberapa orang.

Untuk kasus ini bisa jadi lebih sulit karena harus dibangun komitmen bersama.
Tetapi di sisi lain, jika orang-orang yang bergabung di dalam bisnis memiliki
komitmen yang sama, visi dan misi yang satu, bisnis pun bisa melejit dengan
cepat. Salah satu peserta juga bercerita bagaimana ia membangun bisnis
bersama dengan teman-temannya. Ada cerita sukses terhadap bisnisnya, ada
juga cerita kegagalan dalam mengambil sebuah proyek. Saat ini, ia bercerita,
terpaksa perusahaannya nonaktif alias tidak ada kegiatan karena beberapa
rekannya mundur dari bisnis bersama itu.

Namun, yang ia ingatkan adalah bahwa komitmennya untuk memiliki bisnis


tetap ada. Itulah alasannya ia datang ke seminar ini. Karena komitmen bisa
timbul tenggelam, seperti teman kita tadi, maka kita harus bisa menjaganya.
Selain dengan refleksi diri dan perenungan tadi, kita juga bisa meningkatkan
komitmen kita dengan banyak belajar dari pengalaman orang lain dan lewat
segala informasi yang ada, baik lewat buku maupun media elektronik.

Membaca dan belajar dari pengalaman orang lain juga merupakan pelajaran
yang berharga. Kita menjadi tahu bagaimana mereka jatuh bangun membangun
bisnis, bagaimana mereka mampu menyiasati kesulitan yang mereka hadapi,
bagaimana rasanya mereka merasakan kegagalan, dan sejumlah cerita pahit
yang mereka alami dalam berbisnis. Cerita pahit ini tentu akan menjadikan
cermin buat kita untuk belajar dan mampu mengantisipasi jika kita menghadapi
masalah yang sama. Mudah-mudahan sih tidak terjadi pada kita.

Dari mereka yang sukses tentu kita bisa belajar bagaimana mereka meraihnya,
strategi apa yang mereka terapkan, bagaimana cara mereka menjual produk,
atau jasanya, taktik apa saja yang mereka terapkan dalam menjalankan bisnis.
Kisah-kisah sukses ini bisa kita jadikan contoh dan teladan, dan bisa kita
terapkan dalam bisnis kita. Pokoknya (kalau memakai ilmu pokoknya) setiap
entrepreneur harus mau belajar dan selalu meningkatkan kemampuan dirinya.

Sekarang, setelah berbagi dengan teman-teman, membaca sekian banyak


cerita dan kisah kesuksesan dan kegagalan rekan entrepreneur yang lain, mari
kita tarik napas dalam-dalam. Mari kita lihat bisnis kita yang telah ada
sekarang. Mungkin kan bisa sukses seperti mereka? Mampu juga kita mengatasi
segala masalah yang muncul di bisnis kita? Kalau kita memiliki komitmen yang
kuat, semuanya jadi akan terasa lebih mudah. Bukan begitu? Ada satu kalimat
yang masih saya ingat waktu jaman kuliah, tiada kata jera dalam perjuangan.
Mari kita berjuang memperbaiki taraf hidup kita!

Diasuh oleh Ir Sri Bramantoro Abdinagoro, MM Konsultan dan penulis buku Road
to be Own Boss dan 25 Langkah Menjalankan Bisnis e-mail:
wirausaha@republika.co.id faksimile: 021-7983623 alamat surat:Ayo
Berwirausaha, Suplemen Probis, HU Republika, Jl Warung Buncit Raya No 37,
Jakarta 12510

Rabu, 18 Februari 2004

Menghadapi Kinerja Karyawan yang Buruk

Penulis :

Diasuh oleh Ir Sri Bramantoro Abdinagoro, MM Konsultan dan penulis buku Road
to be Own Boss dan 25 Langkah Menjalankan Bisnis
e-mail: wirausaha@republika.co.id
faksimile: 021-7983623
alamat surat:Ayo Berwirausaha, Suplemen Probis, HU Republika, Jl Warung
Buncit Raya No 37, Jakarta 12510

Bapak Bram yth,


Saya dan suami saya sudah lima bulan ini membangun usaha video shooting,
transfer dan editing. Jika dilihat dari pendapatan perbulan dan order yg datang,
itu sudah lumayan. Tetapi, yang menjadi kendala adalah karyawan editing yg
tidak dapat konsisten menjalankan tugasnya. Dampaknya, order yang datang
tidak selesai tepat pada waktunya sehingga saya khawatir klien akan kapok
memakai jasa usaha saya.

Mohon masukan dari Bapak.


Wassalam,

Lia
Jl Pisang 16
herliana@xxx.com

Jawab: Mbak Lia yth.,


Selamat, Anda dan suami sudah mampu menjalankan bisnis Anda hingga lima
bulan ini dan hasilnya pun tidak mengecewakan. Satu tahun pertama memang
merupakan masa kritis bagi usaha baru. Rasa kecewa karena produk kita tidak
mendapat respons dari konsumen, dan waktu tunggu yang lama untuk
mendapatkan klien pertama kita, sangat mempengaruhi semangat kita
menjalankan usaha.

Kita juga akan merasakan senang alang-kepalang begitu mendapat Surat


Perintah Kerja (SPK) dari klien pertama. Atau, memasukkan uang pertama hasil
penjualan ke laci kita tentu juga menjadikan kita makin tinggi kepercayaan diri
untuk terus berusaha.

Persoalan bukannya tidak ada sama sekali. Hanya yang membedakan


seseorang sukses menjadi entrepreneur dan yang gagal adalah cara dia
menghadapinya. Seorang entrepreneur sukses tidak akan selalu menyalahkan
keadaan atau kondisi yang ada tetapi mencari akar permasalahannya dan
kemudian mencari penyelesaiannya.

Seperti yang kini Anda hadapi. Kekhawatiran Anda terhadap klien yang kapok
memakai jasa usaha Anda memang sudah selayaknya muncul. Bisnis Anda kan
bisnis jasa. Dan, seperti umumnya bisnis jasa yang lain, kepercayaan sangat
penting. Pelanggan, kepercayaannya, dan kepuasannya terhadap jasa yang kita
berikan menjadi titik sentral. Itulah sebabnya, ada bagian khusus seperti
customer services pada perusahaan-perusahaan yang sadar betul pada
pentingnya pelanggan.

Pada masalah kinerja karyawan Anda yang tidak bisa konsisten, mari kita sikapi
dengan hati-hati. Karyawan yang bekerja tidak konsisten, penyelesaian order
yang tidak tepat waktu boleh jadi itu bukan masalah utama tetapi hanya gejala-
gejala (simpton)-nya saja. Jadi, coba selidiki dulu apakah peralatan editing yang
dipunyai (software dan hardware-nya) telah sanggup menunjang karyawan
bekerja cepat?

Apakah peralatan itu tidak sering ngadat? Lebih baik Anda juga berdiskusi
dengan karyawan Anda tersebut, jangan bersikap menyalahkan dulu tetapi
tanyakan kenapa sering meleset dari jadwal. Boleh jadi ia memiliki keluhan
dengan peralatan, seperti ditanyakan di atas.
Atau, ternyata titik lambatnya bukan di dia tetapi di tempat sebelum proses
editing dilakukan. Atau, boleh jadi suasana lingkungan kerja atau jangan kaget
pula jika ia mempertanyakan jumlah honor diterimanya. Tetaplah berkepala
dingin menghadapinya.

Saya juga pernah mengalami hal sama dengan Anda. Kadang saya
menyebutnya sebagai cedera janji kepada pelanggan. Artinya janji yang sudah
kita ikrarkan pada pelanggan tidak terpenuhi. Janji selesai dalam waktu empat
hari eh malah molor menjadi enam hari. Untuk hal ini saya lalu mengumpulkan
pekerja yang terlibat, lalu saya detail-kan langkah-langkah kerja dan jumlah
waktu yang diperlukan.

Dengan demikian ada kesepakatan dengan tim kerja bahwa untuk jenis
pekerjaan tertentu memerlukan waktu sekian, jenis pekerjaan yang lain
(mungkin yang lebih kompleks langkahnya) memerlukan waktu sekian. Jadi, ada
kesepakatan dengan tim sehingga mereka merasa ikut dilibatkan dalam
menentukan kebijakan yang penting. Mereka juga berkomitmen dan
bertanggungjawab terhadap ketepatan waktunya.

Ada satu hal lagi yang bisa Anda coba. Anda boleh lho meminta maaf pada
pelanggan Anda atas keterlambatan yang dilakukan tetapi jangan setelah
pelanggan itu datang ke tempat Anda. Ketika Anda tahu bahwa order pelanggan
Anda bakal terlambat penyelesaiannya, segeralah menghubunginya (jadi di resi
penerimaan harus dicantumkan nomor telepon pelanggan yang bisa dihubungi).
Apa yang kemudian bisa terjadi?

Pelanggan merasa senang karena dia tidak akan membuang-buang waktu


ketika datang order belum jadi. Dan, mereka merasa dihargai karena Anda telah
menghubunginya dan meminta maaf padanya. Ingat, juga jangan dibuat susah
untuk meminta maaf.

Nah, Mbak Lia, semoga masukan ini dapat menjawab permasalahan yang Anda
hadapi. Sekali lagi usia bisnis Anda memang sedang pada masa kritis, tetapi
jangan terus menyerah. Entrepreneur yang sukses adalah orang yang mampu
menyelesaikan permasalahannya dengan bijak dan tidak mudah menyerah
bukan? Kunjungi website www.titianbisnis.com untuk mendapatkan informasi
lain mengenai kewirausahaan. Kepada para pembaca yang surat atau e-mail-
nya belum terjawab, saya mohon untuk bersabar karena banyaknya surat dan
e-mail yang masuk.

* Setiap pertanyaan atau surat harus disertai dengan alamat (e-mail)


lengkap.Terima kasih. (Redaksi).

Rabu, 11 Februari 2004

Membuka Salon di Mal

Penulis :

Diasuh oleh Ir Sri Bramantoro Abdinagoro, MM Konsultan dan penulis buku Road
to be Own Boss dan 25 Langkah Menjalankan Bisnis e-mail:
wirausaha@republika.co.id faksimile: 021-7983623 alamat surat:Ayo
Berwirausaha, Suplemen Probis, HU Republika, Jl Warung Buncit Raya No 37,
Jakarta 12510

Bapak pengasuh yth,


Saya ingin membuka salon di mal. Kendalanya bagaimana bersaing dengan
salon-salon yang sudah punya nama. Kiat apa yang harus saya lakukan agar
tetap jalan? Atau, saya harus menjalin kerja sama dengan salon yang sudah
punya nama, yang tentu saja memerlukan biaya tidak sedikit dan keuntungan
yang jadi berkurang karena sistemnya menjadi 50:50?

Selama ini saya hanya bekerja di kantoran selama puluhan tahun. Tapi, saya
bukan tipe yang senang bekerja pada orang lain. Saya berusaha les salon pada
salon ternama di Jakarta. Saya juga ingin membuka salon di mal yang berlokasi
di Jakarta.

Bagaimana menurut bapak mengingat mal di Jakarta juga sangat banyak.


Mohon dijelaskan bagaimana pemilihan lokasi, merekrut karyawan, sistem
penggajian dan lain-lain untuk usaha salon. Saya tertarik membuka lokasi di
mal karena selama ini saya suka jalan-jalan di hampir seluruh mal di Jakarta.

Terima kasih sebelumnya, Iin Petamburan, Jakarta

Jawab:
Mbak Iin yth., Wah, tampaknya Mbak Iin sudah mempersiapkan buka salon ini
dan tinggal terjun merealisasikannya ya? Membuka sebuah bisnis, apa pun itu
bisnisnya, memang memerlukan persiapan yang matang. Seperti membuka
salon, apalagi di mal. Mari kita bahas apa yang mesti kita pertimbangkan
sebelum betul-betul bisnis salon itu ada.

Memilih lokasi di mal memang sebuah pilihan yang bagus karena konsumen
salon sangat banyak di sana. Orang akan senang begitu selesai ber-salon ria
kemudian jalan-jalan menghabiskan waktu. Jadi, tidak cuma satu tujuan. Nah,
pertimbangan berikutnya tentu mal yang mana?

Memilih lokasi mal yang tepat juga perlu dipelajari dulu. Di mana lokasinya?
Segmen pasar atau pengunjungnya dari tipe yang mana? Pasti akan berbeda
antara mal di Plaza Senayan atau Kelapa Gading dengan di Pasar Senen atau
Kramat Jati. Nanti ini akan menentukan strategi harga (pricing) yang akan kita
buat.

Untuk pertimbangan persaingan, siapa saja salon-salon sejenis yang sudah ada
di sana? Jenis servis atau jenis jasa apa saja yang sudah mereka tawarkan?
Karena Mbak Iin suka jalan-jalan ke mal, daripada sekadar jalan-jalan, mulai
sekarang cobalah mencatat. Istilahnya riset pasar kecil-kecilan.

Kalau sudah menemukan lokasi yang tepat, sekarang tinggal menentukan


pilihan apakah membangun dengan ''merek'' sendiri atau dengan merek orang
lain (salon yang sudah terkenal). Di sini kita pertimbangkan kelebihan-
kekurangannya.

Untuk menggunakan merek yang sudah ternama tentu dalam waktu singkat
akan banyak pelanggan yang datang. Orang kan sudah familiar dengan
namanya (misal Johny Andrean Salon, dsb.) Walaupun memang keuntungan
untuk sendiri jadi berkurang.

Kalau muncul dengan merek sendiri sudah tentu diperlukan kerja ekstra.
Pertama, Anda harus mengadakan serangkaian promosi agar calon pelanggan
aware (sadar/tahu) dengan salon Anda. Ini memang perlu waktu, dan jumlah
pelanggan yang datang diperkirakan juga tidak secepat kalau Anda
menggunakan merek yang sudah ternama.

Sebetulnya dengan menggunakan merek sendiri juga tidak jelek-jelek amat.


Asal Anda mampu memberikan servis yang lebih dibanding yang sudah punya
nama, atau lewat harga yang bersaing dan tentu promosi yang gencar, saya
pikir salon Anda juga mampu bersaing.

Ada satu tips yang mungkin berguna. Sebetulnya yang memegang peran
penting dalam salon adalah stylist yang Anda pekerjakan. Makin pandai stylist
itu melayani pelanggannya, makin banyak orang yang datang. Dari
pengamatan saya, ada pelanggan yang terus mencari stylist yang sudah biasa
melayaninya, walau ia berpindah-pindah salon.

Satu hal lagi kadang sertifikat tanda kelulusan Anda yang dari lembaga ternama
itu bisa ''menjual'' salon Anda juga. Pelanggan akan berpikir bahwa Anda kan
tamatan sekolah salon ternama, mestinya servisnya juga sekelas salon ternama
tersebut.

Karena salah satu kunci sukses di bisnis salon ini adalah stylist yang bagus,
maka perekrutan pegawai terutama untuk stylist, amat menentukan. Sering kali
terjadi juga ketika kita merekrut mereka, boleh jadi pelanggan mereka pun jadi
ikut ke salon kita. Untuk hal seperti ini memang agak sulit, juga bila sistem
penggajiannya menggunakan sistem gaji tetap.

Yang terbaik adalah ''bagi hasil.'' Artinya, dari setiap jasa salon yang diberikan
mungkin Anda akan mendapat 60 persennya sedangkan stylist mendapat 40
persen, atau dengan porsi persentase yang lain yang disepakati kedua belah
pihak. Agar lebih menarik tentu ada juga insentif buat mereka, misalnya bila
mereka sanggup mendatangkan sejumlah tertentu pelanggan.
Nah, Mbak Iin, semoga penjelasan ini sedikit banyak bisa membantu Anda
melakukan langkah-langkah pematangan bisnis salon Anda. Kunjungi website
www.titianbisnis.com untuk mendapatkan informasi lain mengenai
kewirausahaan.

* Setiap pertanyaan atau surat harus disertai dengan alamat (e-mail)


lengkap.Terima kasih. (Redaksi).

Rabu, 04 Februari 2004

Keputusan Memulai Usaha Surveyor

Penulis : Ir Sri Bramantoro Abdinagoro, MM

Bapak pengasuh yth., Saya pekerja yang akan memasuki masa purnakarya
pada bulan Oktober nanti. Saat ini saya mencoba mendirikan usaha bidang
surveyor bersama adik ipar saya. Adik ipar bekerja pada bidang tersebut
sekarang.

Saya benar-benar masih awam untuk mencoba mendirikan suatu usaha dengan
syarat-syaratnya. Saya sendiri sekarang masih berdomisili di Balikpapan
Sedangkan usaha ini nanti berada di Jakarta. Saya mengharapkan petunjuk dan
saran, bagaimana sebaiknya keputusan yang harus diambil karena menurut
adik ipar saya usaha ini mempunyai prospek yang baik.

Terimakasih.
Usnie Effendi HS
Jl Batam 238, Komperta Pancur Balikpapan

Jawab:
Pak Effendi yth., Memasuki masa purnakarya memang bukan berarti berhenti
berkarya. Kita bisa berkarya atau bekerja pada tempat dan bidang yang lain.
Hidup kita tidak berhenti saat purnakarya, kan? Nah, salah satu bidang itu
adalah mempunyai usaha sendiri.

Memiliki usaha sendiri bukan berarti juga bisa langsung berhasil. Ada memang
orang yang bisa berhasil dalam waktu singkat. Tetapi, di sisi lain ada juga yang
gagal. Jadi, memiliki usaha sendiri bukan bebas dari risiko. Semua usaha
memang berisiko. Yang kita inginkan tentu memiliki usaha yang risikonya kecil.

Usaha yang sederhana sekalipun bisa jadi memiliki risiko yang besar. Teman-
teman yang melewati masa purnakarya tentu berharap usaha baru yang
dimulai bisa berhasil. Saya memahami usaha baru merupakan ''investasi''
teman-teman. Dan, tentu saja juga berharap hal ini menjadi investasi yang
berlangsung lama dan menguntungkan. Karena itu, sebelum terjun ke dalamnya
perlu dipertimbangkan dan dipelajari akan jadi seperti apa usaha ini nantinya.

Mengenai usaha surveyor yang menjadi pertanyaan Pak Effendi, sayang


keterangannya tidak terlalu lengkap. Surveyor yang dimaksud ipar Anda
surveyor bidang apa? Banyak sekali bidang usaha yang memerlukan surveyor
(orang yang melakukan kegiatan melakukan survei), mulai dari survei
keteknikan (engineering survey), survei pemasaran (marketing surveyor),
hingga survei ke calon kreditor (untuk kredit kendaraan bermotor, misalnya).
Mintalah penjelasan selengkapnya pada ipar Anda, usaha surveyor pada bidang
yang mana?

Tentu dengan perbedaan bidang-bidang ini, kebutuhan atau persyaratan untuk


masuk ke bidang ini berbeda-beda. Survei di bidang keteknikan atau pemasaran
membutuhkan seorang atau lebih ahli di bidang teknik atau pemasaran. Karena
mereka bukan saja mampu mendesain dan melaksanakan survei tetapi juga
mampu menganalisa dan menyusunnya dalam sebuah laporan survei.
Kadangkala orang-orang yang melakukan survei juga dipersyaratkan memiliki
sertifikat keahlian, seperti yang ada di bidang teknik. Hal yang sama berlaku
pada survei calon kreditor.

Siapa yang akan menggunakan jasa usaha surveyor ini? Pertanyaan ini
merupakan cerminan siapa yang menjadi konsumen usaha Anda. Umumnya
pengguna jasa ini perusahaan-perusahaan dan bukan orang atau individu
angsung. Jadi, kemampuan untuk menjual dan meyakinkan perusahaan-
perusahaan itu untuk menjadi klien Anda sangat menentukan.

Bisa jadi ipar Anda yang bekerja saat ini sebagai surveyor dapat memberikan
klien pertama Anda. Setidaknya ia memiliki hubungan baik dengan beberapa
perusahaan yang kini menggunakan jasanya. Mendapatkan klien pertama
memang sangat penting. Selain memberi kita semangat, juga bisa mengukur
seberapa tinggi tingkat persaingan di usaha ini.

Perusahaan yang terjun dalam usaha surveyor ini memang banyak, jadi kita
harus pandai-pandai membaca tingkat persaingannya. Pandai-pandai pula
memilih target perusahaan yang jadi klien kita.

Intinya adalah Anda harus pahami betul usaha ini. Seperti apa bentuk usaha
ini? Siapa konsumennya? Ingat, tidak ada konsumen, tidak ada usaha/bisnis,
tidak ada profit. Bagaimana operasional usaha ini dijalankan sehari-hari?
Pemasukan usaha ini dari mana saja? Biaya-biaya apa saja yang dibutuhkan
untuk menjalankan usaha ini? Berapa biaya operasional awal yang dibutuhkan
hingga mendapat klien pertama?

Pertimbangkan juga lokasi usaha surveyor ini. Pak Effendi di Balikpapan,


sedangkan usahanya ada di Jakarta. Bagaimana bapak bisa ikut mengawasi dan
menjalankan usaha ini? Apa bapak jadi pindah ke Jakarta? Atau, bapak serahkan
dan percayakan saja pada ipar Anda? Posisi bapak ingin ikut menjalankan usaha
sehari-hari atau tidak (jadi investor saja)?

Sebuah bidang usaha dapat disebut berprospek baik tentu jika mendapatkan
keuntungan yang memadai atas investasi yang kita tanamkan. Juga usaha ini
dapat berjalan dalam jangka panjang. Jadi, Anda harus yakin betul atas usaha
ini. Boleh juga kan Anda meminta penjelasan terhadap pertanyaan-pertanyaan
di atas kepada ipar Anda?

Pak Effendi, semoga penjelasan ini memberikan jawaban atas pertanyaan Anda.
Keputusan terakhir yang diambil memang menjadi pilihan Anda sendiri. Tetapi
yang lebih penting keyakinan Anda, tentu dengan Bismillah.
Kunjungi website www.titianbisnis.com untuk mendapatkan informasi lain
mengenai kewirausahaan. Kepada para pembaca yang surat atau emailnya
belum terjawab, saya mohon untuk bersabar karena banyaknya surat dan e-
mail yang masuk.

* Setiap pertanyaan atau surat harus disertai dengan alamat (e-mail)


lengkap.Terima kasih. (Redaksi).

Diasuh oleh Ir Sri Bramantoro Abdinagoro, MM Konsultan dan penulis buku Road
to be Own Boss dan 25 Langkah Menjalankan Bisnis
e-mail: wirausaha@republika.co.id
faksimile: 021-7983623
alamat surat:Ayo Berwirausaha, Suplemen Probis, HU Republika, Jl Warung
Buncit Raya No 37, Jakarta 12510

Rabu, 28 Januari 2004


Ayo Berwirausaha
Susahnya Mengatur Pembukuan Usaha

Penulis :

Bapak Bram yth,


Saya seorang pegawai kontrak yang selalu saja resah jikalau suatu waktu saya
harus keluar dari pekerjaan karena tidak dikontrak lagi. Mungkin yang berikut ini
merupakan alasan yang kedua dari alasan saya yang utama. Saya merupakan
tipe orang yang ingin mempunyai usaha sendiri agar waktu saya tidak terikat
untuk urusan yang tetap. Saya berusaha untuk fokus pada suatu yang lebih
bermanfaat dan memberikan arahan kepada orang orang untuk mengambil
peluang.
Hanya saja, analisis saya belum berbobot karena ilmu pengetahuan saya sangat
kurang. Beberapa usaha sudah mulai saya kerjakan seperti berdagang madu.
Saya juga akan diberi tanggung jawab sebuah rumah makan / kedai kecil, MLM
(tapi saya tidak suka mencari jaringan karena saya tidak mau terikat oleh satu
produk dan perasaan saya hal itu salah), dan pernah berdagang kambing
selama satu tahun tapi gagal dalam berkongsi.

Dalam dana yang minim saya mencoba membuat pembukuan tapi salalu gagal
karena uang harian selalu saja tercampur uang dagangan. Dan, rasanya berat
sekali untuk bersikap konsisten dalam hal itu. Yang jadi pertanyaan saya,
bagaimana agar konsisten dalam pembukuan? Wassalam,

Farried Eka Putranto


Bumi Gedangan Indah D/2 Gedangan - Surabaya

Jawab:
Pak Farried yth.,
Saya dapat mengerti keresahan Anda, dan tampaknya banyak juga rekan lain
yang seperti Anda. Hanya saja, barangkali Anda sudah lebih dulu melangkah ke
depan karena kelihatannya Anda sudah mencoba berbagai usaha walau
hasilnya belum memuaskan. Memang boleh saja dibilang gagal tetapi pasti ada
banyak pelajaran yang bisa diambil dari pengalaman-pengalaman itu.

Misalnya, kini Anda sadar bahwa membuat pembukuan yang konsisten memang
berat. Untuk usaha pada masa-masa awal memang sering terjadi kerancuan
antara penggunaan uang pribadi (uang harian, sebutan Anda) dengan uang
dagangan (usaha). Mengapa? Ya, salah satunya karena terbatasnya modal awal
usaha sehingga kadang-kadang kita meminjam uang pribadi.

Tapi tak mengapa, begitulah keadaannya. Tinggal bagaimana kita mengaturnya


sekarang. Saya menyebut istilah meminjam karena memang pembukuan usaha
hendaknya terpisah dengan pribadi. Jadi, usaha kita (kantong kanan, misalnya)
mempunyai hutang pada kita pribadi (kantong kiri). Suatu saat nanti, jika usaha
telah menghasilkan keuntungan atau arus kasnya sudah aman, uang tersebut
bisa dikembalikan. Artinya, uang di kantong kanan harus dikirim ke kantong kiri
sesuai besar hutangnya.

Bagaimana jika tidak dikembalikan? Boleh saja, nanti hutang kita itu dapat
dijadikan tambahan modal usaha kita. Jadi, seumpama modal usaha awal 50
juta, Anda menyetor Rp 30 juta dan teman Anda Rp 20 juta. Lalu, karena Anda
yang menjalankan usaha dan uang pribadi Anda jadi terpakai lagi sebanyak Rp
10 juta (sebagai pinjaman), jika hutang itu kemudian dijadikan tambahan
modal, maka modal usaha Anda menjadi Rp 60 juta dan Anda memiliki saham
sebanyak Rp 40 juta.

Biasanya masalah kemudian timbul ketika rekan Anda bertanya, Kapan uang
Anda terpakai? Betul banyaknya sebesar itu? Memang buat apa saja, dan
sebagainya. Nah, untuk tidak menimbulkan hal-hal yang kurang baik dan fitnah
yang tidak pada tempatnya, di sinilah pentingnya pencatatan atau pembukuan.
Jadi, memang sebuah keharusan Anda memiliki pencatatan yang teratur
sesederhana apapun bentuknya, wajib! Pencatatan yang paling sederhana
adalah dengan metode single entry (cash basis).

Anda hanya mencatat dalam pembukuan Anda berdasarkan urut-urutan


peristiwa (tanggal). Ada kolom nomor, tanggal transaksi, nama atau keterangan
transaksi, debet (jika uang masuk) dan kredit (jika uang keluar), serta saldo.
Sediakan waktu untuk terus melakukan pembukuan setiap ada transaksi. Ini
akan memudahkan Anda di kemudian hari. Ada metode lain yang lebih bagus
yang disebut sebagai double entry (accrual basis).

Kelebihan memakai metode itu Anda bisa mencatat piutang ke dalamnya.


Hanya saja, karena keterbatasan ruang kolom kita ini agak sulit jika diterangkan
panjang lebar. Coba cari rekan Anda yang paham tentang ini, atau cari buku
yang membahasnya. Ingat juga lho jadi entrepreneur harus terus belajar
mengasah ketrampilan dan pengetahuannya. Disiplin diri dalam pencatatan
adalah akar dari kekonsistenan melakukan pembukuan seperti yang Anda
tanyakan.

Tidak ada cara lain untuk hal tersebut. Begitu juga jika Anda telah memiliki
orang atau staf yang khusus mencatat transaksi pembukuan. Pak Farried,
semoga penjelasan ini memberikan jawaban atas pertanyaan Anda. Tetaplah
terus berusaha dengan sekuat tenaga, disiplin diri, dan tidak patah semangat
semangat dalam memulai bisnis. Kunjungi website www.titianbisnis.com untuk
mendapatkan informasi lain mengenai kewirausahaan.

Diasuh oleh Ir Sri Bramantoro Abdinagoro, MM Konsultan dan penulis buku Road
to be Own Boss dan 25 Langkah Menjalankan Bisnis e-mail:
wirausaha@republika.co.id faksimile: 021-7983623 alamat surat:Ayo
Berwirausaha, Suplemen Probis, HU Republika, Jl Warung Buncit Raya No 37,
Jakarta 12510
* Setiap pertanyaan atau surat harus disertai dengan alamat (e-mail) lengkap.
Terima kasih. (Redaksi).

Anda mungkin juga menyukai