“GELOMBANG MIKRO”
MAKALAH
Nama Anggota :
1. Fitriyani (11160163000053)
2. Tia Nur Amaliah (11150163000054)
3. Ni’matulJannah (11150163000058)
Kelompok : 1 (Satu)
Kelas : Pendidikan Fisika 4B
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, Segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan
kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Gelombang Mikro.
Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita
Muhammad Saw. Yang melalui dirinya telah dihantarkan pedoman hidup manusia
yakni Al quran dan As Sunnah untuk keselamatan umat manusia didunia dan
diakhirat.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Praktikum Fisika
Lanjutan dalam program sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Yang dipandu oleh Drs. Hasian Pohan, M.Si. Dan penyusun sangat
berterima kasih kepada beliau atas arahan dan bimbingannya.
Sebagai untaian akhir, penyusun menaruh harapan besar atas saran dan
kritik serta masukan yang konstruktif dari semua pihak atas kesalahan-kesalahan
dalam penulisan makalah ini.
Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
Kata pengantar ii
Daftar isi iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang 1
1.2 Rumusan masalah 1
1.3 Tujuan penulisan 2
BAB II ISI
2.1 Dasar teori gelombang mikro 3
2.2 Praktikum gelombang mikro 6
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan penulisan
2
BAB II
ISI
3
Dipangkalan udara antena pemancar radar dapat berputar kesegala arah
untuk mendeteksi adanya pesawat terbang yang menuju dan meninggalkan
pangkalan udara (Muliya, 2015).
Gelombang elektromagnetik terdiri dari gelombang medan listrik dan
gelombang medan magnet yang saling mempengaruhi dan merupakan satu
kesatuan. oleh karena itu energi yang terkandung dalam gelombang
elektromagnetik adalah penjumlahan dari energi masing – masing gelombang
tersebut. Dalam elektrostatis keberadaan medan listrik (E) selalu berhubungan
dengan keberadaan muatan listrik (q). Jika dalam suatu ruang yang terisolasi
terdapat medan listrik (E) maka dalam ruang tersebut dapat dipastikan ada muatan
listrik (q), sebaliknya jika dalam ruang tersebut tidak ditemukan medan listrik (E),
maka dalam ruangan tersebut pasti tidak ada muatan listriknya. Oleh karena itu
besarnya energi yang terkandung dalam medan listrik dalam ruang yang terisolasi
sama dengan besar usaha yang dilakukan seseorang atau alat untuk menyusun
muatan listrik pada posisinya dalam ruang tersebut (muatan yang menimbulkan
medan listrik) (Suhasno, 2009: 107).
Keberadaan medan listrik dalam ruang yang terisolasi selalu dihubungkan
dengan keberadaan muatan dalam ruang itu. Besarnya medan listrik di sembarang
titik dalam ruang ditentukan oleh besarnya muatan dan jarak antara titik tersebut
dengan muatannya. Jika muatan dipindahkan posisinya sehingga jarak relatifnya
terhadap titik tadi berubah, maka besar medan listrik dititik tersebut juga berubah.
Pada kenyataannya perubahan medan listrik disuatu titik tidak terjadi serentak
dengan perubahan posisi muatannya. Perubahan medan listriknya terjadi setelah
mencapai waktu sebesar waktu yang dibutuhkan gelombang elektromagnetik
(yang terpancar dari muatan) sampai ke titik tersebut.
Karena perubahan medan listrik menjalar sepanjang ruang maka perubahan medan
magnet juga menjalar sepanjang ruang. Medan listrik dan medan magnet yang
menjalar inilah yang membentuk gelombang elektromagnetik (Soedojo, 2008:
54).
Polarisasi merupakan proses pembatasan getaran vector yang membentuk
suatu gelombang traversal sehingga menjadi satu arah. Polarisasi hanya terjadi
4
pada gelombang tranversal saja dan tidak terjadi pada gelombang longitudinal.
Suatu gelombang tranversal mempunyai arah rambat yang tegak lurus dengan
bidang rambatnya. Apabila suatu gelombang memiliki sifat bahwa gerak medium
dalam bidang tegak lurus, dikatakan bahwa gelombang ini terpolarisasi linear.
Sebuah gelombang tali mengalami polarisasi setelah dilewatkan pada celah yang
sempit. Arah bidang getar gelombang terpolarisasi adalah searah dengan celah
(Krane, 1992: 334 -335).
Apabila medan listrik berosilasi pada suatu bidang tetap, maka disebut
sebagai polarisasi linear. Polarisasi tersebut data dihasilkan dan dianalisis dengan
polarizer. Jika sebuah gelombang linear dengan amplitude medan ( )
terpolarisasi pada polarizer maka gelombang tersebut mengalami rotasi sudut ( ).
Komponen medan magnet dengan:
5
4. Fleksibilitas tinggi
5. Repeater dapat dikendalikan tidak perlu dijaga oleh tenaga teknis.
Berikut merupakan beberapa kelemahan gelombang mikro,yaitu :
1. Jarak jangkau lebih pendek dibanding HF
2. Membutuhkan saluran repeater yang banyak
3. Lokasi repeater sering di daerah terpencil dan susah dicapai
4. Kekhawatiran telah dikemukakan tentang kemungkinan efek pada
kesehatan paparan gelombang radio, terutama di kisaran gelombang
mikro, yang digunakan oleh ponsel dan radar. Ketika radiasi frekuensi
radio yang diserap tubuh, dapat menyebabkan pemanasan. Eksposur yang
normal tidak dianggap menimbulkan masalah, tetapi berada di dekat
pemancar radar yang kuat dapat berpotensi berbahaya. Lensa mata sangat
rentan terhadap kerusakan akibat pemanasan, dan paparan berlebihan
terhadap radiasi gelombang mikro berpotensi menyebabkan katarak. Ada
juga kekhawatiran tentang efek jangka panjang penggunaan ponsel terlalu
sering.
(Aditama, 2014).
A. Metode eksperimen
Distribusi gelombang secara tranversal dan longitudinal akan dipelajari
dengan melakukan variasi posisi detektor pada arah sejajar dan tegak lurus
dengan sumber gelombang. Sedangkan untuk polarisasi gelombang
digunakan sebuah polarizer yang diletakan di antara sumber gelombang dan
detektor.
B. Percobaan
1) Alat dan Bahan
1 Osilator Gunn
6
1 Corong antena besar
1 Tiang, 245 mm, with thread
1 Gunn power supply dengan amplifier
1 E-field probe
1 Aksesories gelombang mikro I
1 Voltmeter, DC, U _ 10 V
2 Landasan tiang
2 Kabel BNC, 2 m
1 Pasang kabel, 100 cm, hitam
Tambahan:
o Set penyerap gelombang mikro
o Mistar
2) Prosedur eksperimen
Persiapan
Susunan peralatan ditujukan pada gambar x.
1. Siapkan pengukuran dengan jarak 800 mm.
2. Pasang corong antena pada osilator Gunn dengan konektor (b).
3. Posisikan corong antena agar horisontal, kemudian pasang pada
tiang 245 mm dan letakan di landasan tiang.
4. Sambungkan Osilator Gunn dengan output OUT melalui kabel
BNC, E-field probe dengan input amplifier, dan voltmeter dengan
output DC OUT pada power supply osilator Gunn.
5. Letakan E-field probe di bagian tengah depan corong antena.
6. Aturlah frekuensi modulasi dengan pengatur frekuensi (a) sehingga
multimeter menerima sinyal maksimum.
7
Distribusi medan transversal
1) Letakan E-field probe depan corong antena pada jarak x0 = 100 mm.
2) Lakukan variasi posisi E-field probe antara y = -200 mm dan 200 mm
setiap pergeseran 40 mm, kemudian ukur dan catat sinyal U yang
terima.
3) Ulangi lagi pengukuran di atas untuk jarak x0 = 200 mm.
Polarisasi
1) Tahan E-field probe pada posisi vertikal dan horisontal di depan
corong antena kemudian ukur sinyal U yang diterima untuk kedua
kondisi tersebut.
2) Letakan E-field probe kira-kira 300 mm di bagian tengah depan
corong antena.
8
3) Letakan kisi polarisasi (polarization grating) di antara corong antena
dan E-field probe.
4) Rotasikan kisi polarisasi dari sudut θ = 0o sampai 180o kemudian ukur
sinyal U yang diterima setiap kenaikan 10o.
5) Putar osilator Gunn dan E-field probe pada posisi vertikal dengan
menggunakan tiang penyangga dan atur jarak pengukuran agar sama
seperti sebelumnya.
6) Rotasikan kisi polarisasi dari sudut θ = 0o sampai 180o kemudian ukur
sinyal U yang diterima setiap kenaikan 10o.
9
terpolarisasi pada polarizer maka gelombang tersebut akan mengalami rotasi
dengan sudut θ, komponen medan dengan:
10
20 13,8 59 21,6
21 14 60 21,8
22 14,2 61 22
23 14,4 62 22,2
24 14,6 63 22,4
25 14,8 64 22,6
26 15 65 22,8
27 15,2 66 23
28 15,4 67 23,2
29 15,6 68 23,4
30 15,8 69 23,6
31 16 70 23,8
32 16,2 71 24
33 16,4 72 24,2
34 16,6 73 24,4
35 16,8 74 24,6
36 17 75 24,8
37 17,2 76 25
38 17,4
39 17,6
11
8 7 8 7
9 8 9 8
10 9 10 9
11 10 11 10
12 11 12 11
13 12 13 12
14 13 14 13
15 14 15 14
16 15 16 15
Polarisasi
NO. θ (ᵒ) V (volt) NO. θ (ᵒ) V (volt)
1 0ᵒ 11 100ᵒ
2 10ᵒ 12 110ᵒ
3 20ᵒ 13 120ᵒ
4 30ᵒ 14 130ᵒ
5 40ᵒ 15 140ᵒ
6 50ᵒ 16 150ᵒ
7 60ᵒ 17 160ᵒ
8 70ᵒ 18 170ᵒ
9 80ᵒ 19 180ᵒ
10 90ᵒ
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
14