BUKU I
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
PERNYATAAN TELAH DIREVIU iv
IKHTISAR EKSEKUTIF v
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Aspek Strategis Kementerian Luar Negeri 1
I.2 Tantangan dan Isu-isu Strategis Tahun 2015 2
LAMPIRAN:
BUKU II INFORMASI KINERJA
- Perjanjian Kinerja Kementerian Luar Negeri Tahun 2015
- Matriks Realisasi Rencana Aksi
- Matriks Informasi Kinerja
Tujuan (T) /
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi Capaian
Kode Sasaran Strategis Kode
(IKU) 2015 2015 2015
(SS)
Stakeholders Perspective
Kepemimpinan dan
peran Indonesia dalam
IKU-1 Tingkat pengaruh Indonesia di
T1.1 kerja sama 89% 99,60% 111,90%
T.1.1 dunia internasional
internasional yang
berpengaruh
Jumlah negara akreditasi yang
IKU-1 78 67
mencapai target peningkatan nilai 85,90%
T.1.2 (85,90%)
perdagangan dengan Indonesia
Nilai manfaat ekonomi, Jumlah negara akreditasi yang
IKU-2 16
keuangan, dan mencapai target peningkatan nilai 25 64%
T.1.2 (64%)
T1.2 pembangunan yang investasi asing ke Indonesia
optimal melalui Jumlah negara akreditasi yang
hubungan luar negeri IKU-3 mencapai target peningkatan 5
23 21,74%
T.1.2 jumlah wisatawan mancanegara ke (21,74%)
Indonesia
Rata-rata realisasi dan capaian T1.2 57,21%
Dukungan dan
komitmen nasional yang Persentase tindak
SS tinggi atas kebijakan IKU-1 lanjut/implementasi kesepakatan 140%
74% 103,60%
2.1.1 luar negeri dan SS 2.1.1 internasional oleh stakeholders (Toleransi:
kesepakatan dalam negeri 120%)
internasional
IKU-1 Indeks Pelayanan dan Aspirasi
74% 72,15% 97,51%
SS 2.1.1 Publik
SS Pemenuhan pelayanan IKU-2 Peringkat Inovasi Pelayanan Top 99
2.1.2 dan aspirasi publik Top 99 100%
SS 2.1.2 Publik oleh KemenPAN RB (100%)
Rata-rata realisasi dan capaian SS 2.1.2 86,07% 98,75%
Business Process Perspective
Persentase rekomendasi kebijakan
SS Kebijakan luar negeri IKU-1
luar negeri yang 93% 97,06% 104,36%
1.1.6 yang berkualitas SS 1.1.6
diimplementasikan
129,26%
SS Diplomasi maritim dan IKU-1 Indeks diplomasi maritim dan
86% 111,17% (Toleransi:
1.1.1 perbatasan yang kuat SS 1.1.1 perbatasan
120%)
Kepemimpinan Indonesia Persentase rekomendasi dan
SS IKU-1
di ASEAN yang prakarsa Indonesia yang diterima 90% 96,31% 107,01%
1.1.2 SS 1.1.2
meningkat dalam setiap pertemuan ASEAN
Peran Indonesia di dunia 121,15%
SS IKU-1 Indeks peran Indonesia di dunia
internasional yang 91% 110,24% (Toleransi:
1.1.3 SS 1.1.3 internasional
meningkat 120%)
124,46%
SS Diplomasi ekonomi yang IKU-1
Indeks diplomasi ekonomi 79% 98,32% (Toleransi:
1.1.4 kuat SS 1.1.4
120%)
Pelayanan dan
Indeks pelayanan dan 123%
SS perlindungan WNI dan IKU-1
perlindungan WNI dan BHI serta 67,69% 83,35% (Toleransi:
1.1.5 BHI dan diaspora yang SS 1.1.5
pemberdayaan diaspora 120%)
prima
Persentase deviasi efektifitas 228,17%
SS Monitoring hasil IKU-1
perumusan dan implementasi 10% -2,82% (Toleransi:
1.1.7 diplomasi yang efektif SS 1.1.7
kebijakan luar negeri 120%)
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat vii
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
Aspek strategis keberadaan Kementerian Luar Negeri di Indonesia juga disebut dalam
Pasal 8 Undang-Undang Dasar Bab III Kekuasaan Pemerintah menyebutkan bahwa “Jika
Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan
kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, pelaksanaan tugas Kepresidenan
adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pertahanan secara bersama-sama.
Selambat-lambatnya tiga puluh hari setelah itu, Majelis Permusyawaratan Rakyat
menyelenggarakan sidang untuk memilih”.
Sebagai pilar terdepan dalam melaksanakan penyelenggaraan hubungan luar negeri
dan politik luar negeri, Kementerian Luar Negeri memperkokoh peranan Indonesia dalam
peningkatan kerja sama internasional, menciptakan perdamaian dunia, serta mendorong
terciptanya kerja sama ekonomi dalam tataran bilateral, regional dan multilateral sebagai
bagian dari strategi memperkuat lingkaran pertama kebijakan politik luar negeri Indonesia
demi mencapai kepentingan nasional. Kementerian Luar Negeri memiliki fungsi strategis
dalam memagari potensi disintegrasi bangsa, pelayanan dan perlindungan Warga Negara
Indonesia dan Badan Hukum Indonesia (WNI BHI) di luar negeri, serta peningkatan citra
Indonesia.
Kementerian Luar Negeri juga senantiasa menjadi bagian dari solusi (part of the
solution) bagi penyelesaian masalah global. Dalam konteks tersebut, politik luar negeri RI
telah terbukti memberikan peluang dalam membangun hubungan baik dengan negara-negara
di dunia dan meningkatkan peranan Indonesia dalam berbagai organisasi regional dan
internasional. Selain itu, kebijakan luar negeri juga memprioritaskan isu-isu yang menjadi
kepentingan masyarakat, antara lain isu lingkungan hidup, isu ekonomi, demokrasi, hak asasi
manusia (HAM) dan ancaman keamanan non-tradisional. Dengan prinsip politik luar negeri
yang bebas dan aktif, Kementerian Luar Negeri mencoba meraih manfaat yang seluas-luasnya
dari hubungan baik yang terbangun dengan negara-negara di dunia dan berupaya
meningkatkan peranan Indonesia yang menonjol dalam berbagai organisasi regional dan
internasional.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Menteri Luar Negeri dibantu oleh Wakil
Menteri Luar Negeri, 10 orang Eselon Ia yang terdiri dari Sekretaris Jenderal; 7 (tujuh) orang
Direktur Jenderal; Inspektur Jenderal; Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan
Kebijakan; dan 5 (lima) orang Staf Ahli Menteri setingkat Eselon Ib.
belum terwujud di Timur Tengah, dan pada saat yang sama, dunia juga dihadapkan pada
berbagai tantangan non-tradisional yang sangat mengkhawatirkan.
Ekstrimisme, radikalisme dan terorisme menjadi ancaman bersama. Bencana alam
dan dampak perubahan iklim meruntuhkan kemajuan pembangunan yang telah dicapai
banyak negara. Transnational organized crimes, seperti penyelundupan manusia,
perdagangan obat terlarang, dan cyber crime, membawa banyak kerugian materil dan nyawa
bagi banyak bangsa.
Di bidang ekonomi, tahun 2015 juga ditandai dengan lambatnya pertumbuhan
ekonomi dunia. Harga komoditi semakin melemah yang berdampak besar terhadap resource-
based economis seperti Indonesia. Kenaikan suku bunga di AS dan perlambatan pertumbuhan
di RRT semakin mendorong ketidakpastian ekonomi global. Volatilitas mata uang dunia
termasuk Rupiah meningkatkan ketidakstabilan ekonomi global dan tren capital outflow dari
emerging markets.
Pada tahun 2015, politik luar negeri Indonesia diarahkan pada upaya percepatan
penyelesaian batas wilayah Indonesia secara damai. Indonesia hingga saat ini masih
mempunyai permasalahan perbatasan baik batas darat maupun laut dengan 10 negara
tetangga. Dalam upaya menyelesaikan permasalahan tersebut, telah disusun Roadmap
penyelesaian batas wilayah Indonesia. Dengan tersusunnya roadmap tersebut, semua
perundingan yang terkait dengan perundingan batas wilayah yang terhenti sejak tahun 2003
mulai diaktifkan kembali.
Namun terlepas dari tantangan tersebut, Indonesia terus berupaya untuk
meningkatkan perannya di dunia internasional. Hal ini tercermin dalam beberapa capaian di
antaranya, Indonesia telah menjadi tuan rumah KTT Asia Afrika yang menghadirkan 117
negara, lebih dari 2850 delegasi. Pengakuan terhadap arti penting Indonesia juga dapat dilihat
dari hadirnya perwakilan 250 negara sahabat dan Organisasi Internasional di Indonesia. Pada
tahun 2015, 4 (empat) Mitra Wicara ASEAN juga telah membuka perwakilan di Jakarta.
Banyaknya perwakilan ASEAN di Indonesia semakin mengukuhkan Jakarta sebagai Diplomatic
Capital of ASEAN.
Isu-isu strategis yang dihadapi tahun 2015 di antaranya adalah isu mengenai migrasi
dimana Indonesia telah menjadi contoh kepada dunia tentang bagaimana humanitarian
response perlu dilakukan. Upaya ini ditunjukkan melalui kesiapan Indonesia menerima dan
menampung sementara lebih dari 1800 irregular migrants dari Bangladesh dan Myanmar
(Mei 2015). Indonesia juga aktif pada High Level Event UN di bidang migrasi dan pengungsi
serta berkontribusi dalam upaya penyelesaian root causes dengan melakukan marathon
diplomacy dan menjadi tuan rumah Jakarta Declaration Roundtable Meeting on Addressing the
Root Causes of Irregular Movement of Persons di Jakarta (November 2015).
Isu internasional lainnya, di mana Indonesia aktif berperan adalah mengenai
countering extremism dan terrorism. Beberapa yang telah dilakukan Kementerian Luar Negeri
antara lain: 1) mengusulkan pembentukan Organization of Islamic Cooperation (OIC) Contact
Group on Peace and Conflict Resolution; 2) menjadi tuan rumah International Conference on
Islamic Scholar IV; 3) aktif dalam Global Counter Terrorism Forum (GCTF) bersama dengan
Australia di mana RI menjadi co-chair untuk isu detensi dan reintegrasi; 4) aktif pada Leader's
Summit on Countering ISIS and Violent Extermism; dan 5) pelaksaanaan Interfaith dialogue
dengan Serbia, Belanda, Jerman, dan Austria. Terkait pendanaan terorisme, Indonesia juga
berhasil keluar dari public statement/black list Financial Action Task Force (FATF).
Terkait dengan upaya pemeliharaan perdamaian dunia, Indonesia merupakan salah
satu penyumbang terbesar personil Peacekeeping Operations (PKO) yang menempatkan RI
sebagai peringkat ke-12 terbesar dari 125 negara dengan mengirim 2.840 personil, termasuk
31 personil wanita (2015). Peningkatan pengiriman personil ini merupakan peningkatan
signifikan dibanding tahun 2014 dengan 1.837 personil. Selain itu, Indonesia juga aktif dalam
Peacekeeping Summit dan Open Debate DK-PBB serta menjadi tuan rumah The Asia-Pacific
Regional Meeting on Peacekeeping di Jakarta (Juli 2015).
Pada bidang pembangunan ekonomi dan lingkungan hidup, Indonesia terus berperan
aktif dan berkontribusi selama proses hingga diadopsinya Sustainable Development Goals
(SDGs). Sementara di bidang perubahan iklim (climate change), komitmen Indonesia antara
lain ditunjukkan dengan penyampaian Intended Nationally Determined Contributions (INDC)
dengan target penurunan emisi pada 2030 sebesar 29% melalui upaya sendiri dan 41%
melalui bantuan internasional.
Di bidang kerja sama maritim, Indonesia telah menyepakati 3 (tiga) kerja sama
maritim secara bilateral dengan Inggris, Denmark dan Amerika Serikat. Kerja sama maritim
juga diperkuat dalam berbagai forum regional yang strategis seperti East Asia Summit (EAS)
dan Indian Ocean Rim Association (IORA).
Di bidang kerja sama Selatan-Selatan, Indonesia telah menjadi tuan rumah
Commemoration of the 60th Anniversary of the Asian African Conference dan 10th Anniversary of
the New Asian African Strategic Partnership. Terbentuknya Asia-Africa Center merupakan hasil
konkrit yang dicapai pada KTT Asia Afrika. Hingga Desember 2015, Indonesia telah
memberikan 440 program pembangunan kapasitas kepada 5.342 peserta dari 116 negara
berkembang dan di saat yang sama, juga telah dilakukan pengembangan kerja sama
triangular.
Salah satu isu dimana Indonesia tidak pernah mundur untuk mendukung dan selalu
memegang komitmennya adalah isu Palestina dalam mencapai kemerdekaannya. Untuk
menunjukkan dukungan yang lebih besar bagi Palestina, satu langkah baru telah diambil di
tahun 2015, yaitu pendirian Konsulat Kehormatan RI di Ramallah. Pejabat Konsul
Kehormatan RI telah ditetapkan dan akan diresmikan pada awal 2016. Selain itu, Indonesia
menjadi tuan rumah International Conference on the Question of Jerusalem yang
diselenggarakan pada Desember 2015 di Jakarta. Indonesia terus melanjutkan capacity
building dengan bantuan sebesar US$ 100 juta serta berpartisipasi dalam Conference on
Cooperation among East Asian Countries for Palestinian Development (CEAPAD) ke-III.
Sementara dukungan Indonesia terhadap Palestina di PBB salah satunya adalah dengan
mendukung keanggotaan Palestina di UNESCO.
Presiden,
DPR, MPR Kepemimpinan dan peran yang optimal melalui
K/L, Pemda, Indonesia dalam kerja sama hubungan luar negeri
Pemprov, internasional yang
WNI/BHI, berpengaruh
Perwakilan Asing,
Media, Akademisi, SS 2.1.2 SS 2.1.1
Peran Pelayanan
Kebijakan Kepemimpinan
Diplomasi Indonesia di dan Monitoring
luar negeri Indonesia di Diplomasi
maritim dan dunia perlindungan hasil
yang ASEAN ekonomi
perbatasan internasional WNI dan BHI diplomasi
berkualitas yang yang kuat
yang kuat yang dan diaspora yang efektif
meningkat
meningkat yang prima
Learning & Growth
TUJUAN (T) /
NO SASARAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
STRATEGIS (SS)
T 1.1 Kepemimpinan dan IKU-1 Tingkat pengaruh Indonesia di dunia internasional
peran Indonesia dalam
kerja sama internasional Sub IKU 1 Persentase kepemimpinan Indonesia pada forum multilateral
yang berpengaruh Sub IKU 2 Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima
dalam setiap pertemuan ASEAN
Sub IKU 3 Indeks peran Indonesia di dunia internasional
T 1.2 Nilai manfaat ekonomi, IKU-1 Jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan nilai
keuangan dan perdagangan dengan Indonesia
pembangunan yang IKU-2 Jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan nilai
optimal melalui investasi asing ke Indonesia
hubungan luar negeri IKU-3 Jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan
jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia
SS 2.1.1 Dukungan dan Persentase tindak lanjut/implementasi kesepakatan
komitmen nasional yang IKU-1
internasional oleh stakeholders dalam negeri
tinggi atas kebijakan luar Sub IKU 1 Persentase kesepakatan kerja sama bilateral yang ditindaklanjuti
negeri dan kesepakatan oleh stakeholders dalam negeri
internasional Sub IKU 2 Persentase prakarsa/rekomendasi pada forum kerja sama intra
kawasan yang ditindaklanjuti oleh stakeholders dalam negeri
Sub IKU 3 Persentase saran kebijakan yang disetujui untuk pelaksanaan
kesepakatan ASEAN di tingkat nasional
Sub IKU 4 Persentase rekomendasi dari forum multilateral yang ditanggapi
oleh pemangku kepentingan nasional
SS 2.1.2 Pemenuhan pelayanan IKU-1 Indeks Pelayanan dan Aspirasi Publik
dan aspirasi publik
Sub IKU 1 Persentase penerima jasa yang menyatakan puas atas
pelayanan kekonsuleran
Sub IKU 2 Persentase isu strategis pada Renstra Kemenlu yang
mengadopsi masukan publik.
IKU-2 Peringkat Inovasi Pelayanan Publik oleh KemenPAN RB
TUJUAN (T) /
NO SASARAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
STRATEGIS (SS)
SS 1.1.6 Kebijakan luar negeri IKU-1 Persentase rekomendasi kebijakan luar negeri yang
yang berkualitas diimplementasikan
SS 1.1.1 Diplomasi maritim dan IKU-1 Indeks diplomasi maritim dan perbatasan
perbatasan yang kuat
Sub IKU 1 Jumlah naskah kesepakatan hasil perundingan di bidang
diplomasi maritim dan perbatasan
Sub IKU 2 Persentase perundingan batas wilayah di laut dan darat yang
berhasil diselenggarakan
Sub IKU 3 Persentase prakarsa/rekomendasi Indonesia yang diterima di
bidang kemaritiman dan pengelolaan perbatasan.
Sub IKU 4 Jumlah forum kerja sama kemaritiman dengan negara lain yang
dibentuk
SS 1.1.2 Kepemimpinan IKU-1 Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima
Indonesia di ASEAN dalam setiap pertemuan ASEAN
yang meningkat
SS 1.1.3 Peran Indonesia di IKU-1 Indeks peran Indonesia di dunia internasional
dunia internasional yang
Sub IKU 1 Persentase kerja sama bilateral yang disepakati
meningkat
Sub IKU 2 Persentase posisi Indonesia yang diterima dalam forum
multilateral
Sub IKU 3 Presentase prakarsa/rekomendasi Indonesia yang diterima pada
forum intra dan antarkawasan
Sub IKU 4 Persentase respons positif terhadap bantuan kerja sama teknik
melalui mekanisme bilateral dan triangular
Sub IKU 5 Persentase dukungan konstituen internasional dan negara
sahabat terhadap promosi aset-aset diplomasi publik Indonesia
Sub IKU 6 Jumlah roadmap pencapaian vision 4000 peace keepers
SS 1.1.4 Diplomasi ekonomi yang IKU-1 Indeks diplomasi ekonomi
kuat
Sub IKU 1 Jumlah naskah kesepakatan di bidang ekonomi, keuangan,
pembangunan
Sub IKU 2 Jumlah Perwakilan RI di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang
memiliki data economic intelligence negara/wilayah akreditasi
Sub IKU 3 Jumlah Perwakilan RI di wilayah Amerika dan Eropa yang
memiliki data economic intelligence negara/wilayah akreditasi
Sub IKU 4 Persentase bantuan kerja sama teknik yang memberikan
peluang ekonomi
Sub IKU 5 Persentase prakarsa/rekomendasi Indonesia di bidang ekonomi
dan pembangunan yang diterima di forum-forum di tingkat intra
dan antarkawasan dan multilateral
Sub IKU 6 Jumlah promosi Trade Tourism Investment and Services (TTIS)
SS 1.1.5 Pelayanan dan Indeks pelayanan dan perlindungan WNI dan BHI serta
perlindungan WNI dan IKU-1
pemberdayaan diaspora
BHI dan diaspora yang
prima Sub IKU 1 Indeks Penyelesaian Kasus WNI dan BHI di luar negeri
Komponen 1 Persentase Kasus Khusus yang diselesaikan
Komponen 2 Persentase Kasus-kasus Umum yang diselesaikan
Sub IKU 2 Indeks Sistem Kelembagaan Perlindungan WNI dan BHI di
luar negeri
Komponen 1 Persentase Integrasi Sistem Pendataan WNI di luar negeri
Komponen 2 Persentase Pejabat/Staf Yang Memiliki Sertifikat Pelatihan terkait
Penanganan Perlindungan WNI dan BHI di luar negeri
Komponen 3 Persentase Perwakilan Citizen Service di luar negeri yang
dibentuk
Komponen 4 Persentase SOP Penanganan Perlindungan WNI dan BHI di luar
negeri yang diterapkan
Komponen 5 Persentase Komunitas WNI yang dibentuk dalam rangka
perlindungan WNI/BHI
TUJUAN (T) /
NO SASARAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
STRATEGIS (SS)
Sub IKU 3 Indeks Diplomasi Perlindungan WNI dan BHI di luar negeri
Komponen 1 Persentase rekomendasi Kemenlu yang diterima dalam
kebijakan/regulasi nasional terkait perlindungan WNI-BHI
Komponen 2 Persentase rekomendasi Kemenlu yang diterima dalam isu
perlindungan WNI-BHI pada forum perundingan internasional
Komponen 3 Persentase responden yang memberikan umpan balik positif atas
Public Awareness Campaign perlindungan WNI
SS 1.1.7 Monitoring hasil
Persentase deviasi efektifitas perumusan dan implementasi
diplomasi yang efektif IKU 1
kebijakan luar negeri
SS 3.1.1.1 SDM yang berkompeten IKU-1 Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi
jabatan
SS 3.1.1.2 Organisasi dan tata IKU-1 Nilai Kemajuan Reformasi Birokrasi Kemenlu
kelola yang baik
SS 3.1.1.3 Lingkungan kerja yang IKU-1 Indeks kepuasan pegawai
kondusif
SS 3.1.1.4 Sistem informasi IKU-1 Indeks Keamanan Informasi (KAMI)
manajemen yang IKU-2 Indeks Pemeringkatan e-Government Indonesia (PeGI)
terintegrasi
SS 3.1.1.5 Anggaran yang optimal IKU-1 Persentase realisasi anggaran dan realisasi kinerja
Stakeholders Perspective
Kepemimpinan dan peran IKU-1 Tingkat pengaruh Indonesia di dunia
T1.1 Indonesia dalam kerja sama 89%
T.1.1 internasional
internasional yang berpengaruh
Pagu Anggaran
No. Program
(Rp)
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
1 4.835.338.909.000,-
Kementerian Luar Negeri
Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian
2 338.690.700.000,-
Luar Negeri
Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri serta
3 132.707.243.000,-
Optimalisasi Diplomasi di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika
Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri serta
4 44.345.059.000,-
Optimalisasi Diplomasi di kawasan Amerika dan Eropa
Peningkatan Hubungan dan Politik Luar Negeri melalui
5 60.203.987.000,-
Kerjasama ASEAN
Peningkatan Peran dan Diplomasi Indonesia di Bidang
6 544.584.669.000,-
Multilateral
7 Optimalisasi Informasi dan Diplomasi Publik 66.467.918.000,-
Optimalisasi Diplomasi Terkait dengan Pengelolaan Hukum dan
8 39.117.444.000,-
Perjanjian Internasional
Peningkatan Kualitas Pelayanan Keprotokolan dan
9 136.196.300.000,-
Kekonsuleran
Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Kementerian Luar
10 25.491.900.000,-
Negeri
11 Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Luar Negeri 28.621.087.000,-
Pagu Anggaran Kemenlu 2015 6.251.765.216.000,-*)
*) Pagu Anggaran saat Penandatanganan Perjanjian Kinerja Tahun 2015
**) Pagu Anggaran Setelah Revisi: Rp. 6.583.527.692.000,-
CAPAIAN KINERJA
Stakeholders Perspective
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah pertemuan yang dipimpin oleh
Indonesia di forum multilateral mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan adanya
peningkatan kepercayaan dunia internasional terhadap Indonesia yang dianggap memiliki
kapabilitas dan kapasitas dalam menangani berbagai isu internasional. Indonesia juga
Selama 5 tahun terakhir, kinerja Kementerian Luar Negeri melalui langkah diplomasi
total telah berhasil memperlihatkan peran dan kepemimpinannya di dunia internasional.
Capaian diplomasi tersebut perlu diukur relevansinya dengan manfaat ekonomi, keuangan,
dan pembangunan agar hasil diplomasi dapat dirasakan secara langsung manfaatnya oleh
masyarakat luas di tanah air.
Presiden terpilih Joko Widodo Nilai investasi negara-negara asing, total
mengangkat ekonomi sebagai isu strategis nilai perdagangan, dan jumlah wisatawan
mancanegara merupakan kinerja atau
dalam kebijakan pemerintahannya. Presiden outcome dari pelaksanaan politik luar negeri,
Joko Widodo memunculkan visi “Trisakti”, sebagai kontribusi atas upaya bersama dalam
berisi cita-cita membangun bangsa yang meningkatkan nilai perdagangan dan
berdaulat di bidang politik, berdikari dalam investasi asing. Komponen ini diberi bobot
yang relatif tidak terlalu besar karena
ekonomi, dan berkepribadian dalam sosial merupakan hasil kinerja banyak stakeholders
budaya. Trisakti pada intinya adalah ajaran di dalam dan luar negeri negeri seperti
dasar bagaimana membangun karakter bangsa Kementerian Perdagangan, Badan Koordinasi
Penanaman Modal, Kementerian Pariwisata,
Indonesia atau “nation character building”,
dan para pengusaha di tanah air serta
sebuah konsep pembangunan yang pertama perwakilan RI di luar negeri.
kali diperkenalkan Soekarno pada tahun 1963.
Untuk mendukung pencapaian visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden periode
2014 – 2019 dalam bidang ekonomi yang merupakan prioritas diplomasi Indonesia dan salah
satu pilar penopang kemandirian ekonomi nasional serta memberikan kontribusi sebesar-
besarnya untuk kesejahteraan rakyat, Menteri Luar Negeri RI, Retno LP Marsudi, dalam
pernyataan pers tanggal 29 Oktober 2014 menyebut setidaknya lima pilar diplomasi ekonomi
yang harus dilakukan Kementerian Luar Negeri guna menopang kemandirian ekonomi
nasional. Pertama, pentingnya Kementerian Luar Negeri melakukan perluasan dan
peningkatan akses pasar produk Indonesia secara bilateral, regional maupun internasional.
Dalam hal ini, Kementerian Luar Negeri perlu mendorong perubahan mindset para
diplomatnya agar lebih aktif melakukan diplomasi ekonomi bahkan terjun langsung
dilapangan. Kedua, penguatan kapasitas dan sumber daya perwakilan RI di pasar non-
tradisional, atau “untapped market”. Upaya penggarapan pasar non tradisional tidak berarti
meninggalkan pasar tradisional yang telah dilakukan. Ketiga, mendorong investasi asing pada
sektor prioritas Indonesia, serta melindungi investasi Indonesia di luar negeri. Keempat,
pemanfaatan ASEAN Economic Community (AEC). Kelima, diplomasi maritim yang terkait
dengan perlindungan lingkungan hidup dan pemanfaatan kekayaan laut sebagai bagian dari
pilar ekonomi guna mendorong kemandirian ekonomi nasional.
Analisis IKU-1 T.1.2: Jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan nilai
perdagangan dengan Indonesia
Selama tahun 2015, jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan nilai
perdagangan dengan Indonesia sebesar 67 negara dari target 78 negara dengan capaian
85,90% sebagaimana tabel berikut:
IKU-1 T.1.2 Informasi Kinerja Jumlah
Jumlah negara akreditasi yang Jumlah negara akreditasi di wilayah Asia Pasifik dan Afrika 43 negara
mencapai target peningkatan nilai dengan peningkatan nilai perdagangan dengan Indonesia
perdagangan dengan Indonesia minimal 5%
Jumlah negara akreditasi di wilayah Amerika dan Eropa 24 negara
dengan peningkatan nilai perdagangan dengan Indonesia
minimal 2%
Total Realisasi 67 negara
Target 78 negara
Capaian 85,90%
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia
pada 2015 mengalami surplus 7,51 miliar dolar AS. Surplus ini mengakhiri rentetan defisit
yang terjadi sejak 2012. Neraca perdagangan Indonesia pada 2012 tercatat defisit 1,66 miliar
dolar AS. Defisit berlanjut di 2013 sebesar 4,07 miliar dolar AS. Sedangkan tahun 2014 defisit
2,19 miliar dolar AS. Sehingga dalam empat tahun terakhir, kinerja perdagangan 2015 paling
tinggi.
Kinerja ekspor dan impor sebenarnya mengalami penurunan pada tahun lalu. Namun,
penurunan impor lebih besar ketimbang ekspor. Kinerja ekspor mencapai 150,2 miliar dolar
AS atau turun 14,62 persen. Sedangkan nilai impor mencapai 142,74 miliar dolar AS atau
turun 19,89 persen.
Dalam pencapaian IKU-1 T.1.2, Kementerian Luar Negeri menghadapi kendala
seperti akses ke beberapa pasar tertentu yang memerlukan standarisasi dan mutu baku yang
tinggi serta perlu memenuhi regulasi setempat. Selain itu kegiatan promosi perdagangan di
pasar prospektif kadang kala sulit diikuti oleh para pelaku usaha karena besarnya biaya yang
mereka butuhkan, serta faktor terbatasnya informasi terkait potensi pasar prospektif
tersebut.
Dalam upaya mengatasi kendala yang dihadapi, Kementerian Luar Negeri telah
melakukan beberapa langkah solutif dengan menetapkan strategi sebagai berikut :
1. Mengoptimalkan hasil market intelligence dari perwakilan Indonesia di luar negeri
sebagai masukan dalam pengembangan produk, identifikasi peluang pasar, informasi
kebutuhan produk, mengetahui hambatan perdagangan, serta sistem jaringan logistik dan
distribusi, dalam menentukan dan menyusun strategi yang tepat dan efektif;
2. Melakukan program promosi yang terpadu dan tersinergi, baik antarkementerian
pemerintah, maupun sektor pelaku usaha dan pelaku ekspor melalui pameran dagang,
misi dagang, instore promotion, buying mission dan misi pembelian serta
menyelenggarakan pameran internasional di dalam negeri misalnya Trade Expo
Indonesia, agar jumlah pelaku usaha yang dapat ikut lebih banyak dengan biaya yang
relatif lebih murah;
3. Membangun pusat-pusat promosi di negara akreditasi baik yang dilakukan oleh
pemerintah maupun mendorong keikutsertaan/partisipasi swasta sebagai Windows of
Indonesia/ etalase produk Indonesia langsung di negara target pasar, baik melalui House
of Indonesia, Inkubasi Bisnis, Trading House, Indonesia Inc., Windows of Indonesia (WOI)
dan Permanent Trade Display;
Dalam upaya mengatasi kendala yang dihadapi, Kementerian Luar Negeri telah
melakukan beberapa langkah solutif dengan meningkatkan promosi investasi bekerja sama
dengan K/L teknis yang difokuskan pada prioritas pemerintahan di tiga sektor utama
pembangunan infrastruktur, ketahanan energi, dan ketahanan pangan, sebagaimana yang
ditargetkan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Selama tahun 2015, Jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan
jumlah wisatawan mancanegara dengan Indonesia sebesar 5 dari target 23 negara dengan
capaian 21,74%, sebagaimana tabel berikut:
IKU-1 T.1.2 Informasi Kinerja Jumlah
Jumlah negara akreditasi yang mencapai Jumlah negara akreditasi di wilayah Asia Pasifik dan 2 negara (RRT
target peningkatan jumlah wisatawan Afrika dengan peningkatan jumlah wisatawan & Mesir)
mancanegara ke Indonesia mancanegara ke Indonesia minimal 15%
Jumlah negara akreditasi di wilayah Amerika dan 3 negara
Eropa dengan peningkatan jumlah wisatawan (Inggris, AS,
mancanegara ke Indonesia minimal 5% Jerman)
Tabel Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dari Kawasan Aspasaf dan Amerop
Bulan Januari-Oktober 2014 dan Januari-Oktober 2015
Tabel Jumlah Wisatawan dari Kawasan Asia Pasifik dan Afrika ke Indonesia
Jumlah wisatawan mancanegara asal RRT meningkat pesat pada tahun 2015 karena
tingkat ekonominya membaik, masyarakat banyak yang melancong keluar dan berbisnis di
Indonesia. Walaupun jumlah wisman asal RRT meningkat cukup pesat, Indonesia masih
menempati urutan ke-4 negara tujuan wisman asal RRT di ASEAN setelah Thailand, Singapura,
dan Malaysia. Salah satu kendala dalam menjaring wisman asal RRT adalah kapasitas direct
flight yang terbatas karena kunjungan wisman masih relatif kecil. Dari 17 kota potensial di
RRT, hanya 6 kota yang memiliki direct flight ke Indonesia, berbeda jauh dengan kondisi
aksesibilitas udara dari RRT ke Thailand, Singapura maupun Malaysia.
Tabel Negara Tujuan Wisman Asal RRT di ASEAN
(Jumlah penumpang moda transportasi udara)
Berdasarkan laporan Travel and Tourism Competitiveness Report (TTCR) tahun 2015,
daya saing pariwisata Indonesia menempati urutan 50 dari 141 negara dan bahwa hampir
keempat belas pilar daya saing Indonesia masih tertinggal dari beberapa negara ASEAN. Skor
secara keseluruhan yang diperoleh Indonesia dalam penilaian tersebut adalah 4,04 dari skala
7. Indonesia memiliki natural and cultural resources yang sangat bagus sehingga memperoleh
skor yang baik. Economic gap juga membantu dalam daya saing Indonesia dalam price
competitiveness.
Masalah dan kendala sektor pariwisata Indonesia yang perlu penanganan yang serius
adalah promosi, infrastruktur (infrastruktur pariwisata, infrastruktur transportasi udara dan
darat dan infrastruktur Information and Communication Technology-ICT), kesehatan dan
kebersihan, keberlanjutan lingkungan, iklim usaha/investasi, keterbukaan internasional,
lingkungan bisnis dan sumber daya manusia. Untuk itu, Indonesia perlu terus meningkatkan
segala upaya untuk mendorong sektor pariwisata yang seharusnya menjadi salah satu faktor
pendongkrak ekonomi Indonesia mengingat melimpahnya potensi wisata yang dimiliki oleh
Indonesia.
Selama tahun 2015, persentase kesepakatan kerja sama bilateral yang ditindaklanjuti
oleh stakeholders dalam negeri sebesar 108,33 dari target 70% dengan capaian 154,76%
(batas toleransi capaian 120%) sebagaimana tabel berikut:
Sub IKU 1 IKU-1 SS-2.1.1 Informasi Kinerja Jumlah
Persentase kesepakatan kerja sama Jumlah kesepakatan kerjasama yang 182
bilateral yang ditindaklanjuti oleh ditindaklanjuti/diimplementasikan
stakeholders dalam negeri Jumlah rencana kesepakatan yang akan 168
ditindaklanjuti/diimplementasikan
Realisasi 108,33%
Target 70%
Capaian 154,76%
Batas Toleransi Capaian 120%
1. Kunjungan Ahli Pertanian dan Peternakan Sapi Argentina ke Kupang, 1-3 September
2015 dan ke Lembang, 3-5 September 2015 untuk mengimplementasikan MoU Kerja
Sama Pertanian RI-Argentina, Jakarta, 17 Januari 2013.
2. Revitalisasi Kerja Sama Sister City Padang-Hildesheim, Jerman, 19-22 Juni 2015
menindaklanjuti Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and the
Government of the Federal Republic of Germany regarding Technical Cooperation, yang
ditandatangani di Jakarta, 9 April 1984.
3. Agreed Minutes “The Second Meeting of the Joint Commission for Bilateral Cooperation
between the Republic of Indonesia and the Socialist Republic of Viet Nam” pada 25 Juni
2015, yang ditindaklanjuti dengan penyelenggaraan Pertemuan Teknis ke-7 Penetapan
Batas ZEE RI-Viet Nam, Desember 2015. Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari
Sidang Komisi Bersama RI-Viet Nam pada Sidang ke-1 Komisi Bersama RI-Viet Nam, 25-
26 Juli 2012.
4. Pertemuan The 14th Meeting of the Joint Commission for Bilateral Cooperation (JCBC)
between Malaysia and The Republic of Indonesia tanggal 9-10 Oktober 2015 dengan hasil
kedua pihak menyepakati peningkatan hubungan dan kerja sama di bidang
perdagangan. Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari The 13th Meeting of the Joint
Commission for Bilateral Cooperation (JCBC) between The Republic of Indonesia and
Malaysia, Jakarta 2 Desember 2013.
5. Joint Statement on Strengthening Comprehensive Strategic Partnership between the
People’s Republic of China and The Republic of Indonesia sebagai tindak lanjut dari Joint
Statement on Strategic Comprehensive Partnership between the People’s Republic of China
and the Republic of Indonesia, 26 Maret 2015. Kesepakatan tersebut merupakan hasil
kunjungan kenegaraan Presiden RI ke RRT pada tanggal 26-28 Maret 2015 untuk
menindaklanjuti:
a. Kerja sama proyek kereta cepat Jakarta-Bandung;
b. Indonesia bergabung dalam AIIB;
c. Kerja sama SAR antara BASARNAS dan Kementerian Perhubungan RRT;
d. Penandatanganan MoU pendirian rumah budaya Indonesia di RRT dan sebaliknya.
1. Berdasarkan rekomendasi pada pertemuan-pertemuan JWG, JEM, dan JIC untuk menuju
penerbitan FLEGT (Forest Law Enforcement, Governance and Trade) License, telah
diselenggarakan outreach programme dengan tema “SVLK Indonesia dan FLEGT-VPA RI-
Uni Eropa: Praktik Terbaik dan Katalisator Ekspor Kayu Indonesia”, 27 Agustus 2015 di
Surakarta, Jawa Tengah. Kegiatan dilaksanakan bekerja sama dengan Pemerintah Kota
(Pemkot) Surakarta dan Multi-Stakeholder Forestry Programme Phase 3 (MFP3).
2. Outreach Program mengenai "Penguatan Kerja Sama Indonesia dalam kerangka FEALAC
dan ASEM telah dilaksanakan di Surabaya, 11-13 November 2015. Kegiatan ini perlu
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 33
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan 2015
Selama tahun 2015, persentase saran kebijakan yang disetujui untuk pelaksanaan
kesepakatan ASEAN di tingkat nasional sebesar 96,94% dari target 97%, dengan capaian
99,94% sebagaimana tabel berikut:
maritim. Hal ini sejalan dengan Konsultasi Nasional Visi Masyarakat Indonesia Pasca-
2015. Dalam kegiatan yang sama Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
selaku wakil Pilar Sosial Budaya juga telah menyepakati beberapa hal yang menjadi
prioritas Indonesia dalam Pilar Sosial Budaya ASEAN untuk diimplementasikan dalam Visi
ASEAN paska 2015, antara lain, mempersempit kesenjangan antara hasil kesepakatan
dengan situasi di lapangan, melindungi pekerja migran dan keluarganya serta mengawal
agar isu asap lintas batas tidak menjadi isu regional.
2. Di Pilar Ekonomi, Kementerian Luar Negeri mendorong identifikasi kepentingan
Indonesia yang akan dimajukan dalam penyusunan Action Plan dari Blueprint 2025
tersebut. Pemasukan kepentingan Indonesia tersebut akan meningkatkan rasa
kepemilikan sektor kepada Blueprint 2025. Sehingga Action Plan tersebut juga dapat
segera diselesaikan oleh Indonesia. Saran kebijakan ini disetujui oleh para pemangku
kepentingan nasional dalam kegiatan Focused Group Discussion (FGD): "Evaluasi
Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Rencana/Koordinasi Implementasi Masyarakat Ekonomi
ASEAN 2015" di Jakarta pada tanggal 27-28 November 2015. Kegiatan tersebut bertujuan
untuk membahas hasil-hasil KTT ke-27 ASEAN termasuk Blueprint Masyarakat Ekonomi
ASEAN 2025 yang perlu segera disusun Action Plan untuk mengimplementasikannya. FGD
dihadiri oleh berbagai K/L terkait di bawah kerja sama pilar ekonomi ASEAN seperti
Kementerian Koordinator Bidang perekonomian, Kementerian Perdagangan, Kementerian
Pertanian, Kementerian ESDM, Kementeruan KUKM, Kementerian Pariwisata,
Kementerian Perhubungan dan Badan Standardisasi Nasional.
Selama tahun 2015, realisasi Sub IKU 4 IKU-1 SS. 2.1.1 realisasi persentase
rekomendasi dari forum multilateral yang ditanggapi oleh pemangku kepentingan nasional
sebesar 100% dari target 90%, dengan capaian 111% sebagaimana tabel berikut:
Realisasi 100%
Target 90%
Capaian 111%
tersebut. Dalam hal ini, Kementerian Luar Negeri juga telah membentuk Sistem Terpadu
Pelaporan Berkala Indonesia pada Badan-Badan Traktat HAM dan Dewan HAM, sehingga
instansi terkait dapat memberikan masukan terkait implementasi konvensi HAM di
Indonesia secara online. Rekomendasi Kementerian Luar Negeri untuk implementasi
konvensi HAM ini telah ditindaklanjuti pemangku kepentingan nasional, terbukti dengan
adanya laporan berkala implementasi konvensi HAM melalui sistem tersebut.
2. Menindaklanjuti kesepakatan SDGs yang ditetapkan pada SMU PBB ke 70 tahun 2015,
Kementerian Luar Negeri telah menyelenggarakan berbagai rapat koordinasi antar
Kementerian/Lembaga dan sosialisasi kepada para pemangku kepentingan nasional
dalam rangka memberikan rekomendasi dan mendorong pencapaian target-target SDGs
tersebut. Dalam hal ini, Pemda Surakarta telah menindaklanjuti rekomendasi
Kementerian Luar Negeri dengan memberikan komitmen pencapaian target SDGs
dimaksud. Sebelumnya, Kota Surakarta telah mendapat penghargaan untuk kinerja dalam
penyediaan sarana pelayanan publik dan penghargaan Green City.
Realisasi Realisasi
No Sub IKU Bobot
2015 Pembobotan
1 Persentase penerima jasa yang menyatakan puas 60 66,38% 39,83%
atas pelayanan kekonsuleran (Sub IKU-1)
2 Persentase isu strategis pada Renstra Kementerian 40 80,82% 32,33%
Luar Negeri yang mengadopsi masukan publik.
(Sub IKU-2)
Total Realisasi 72,15%
Target 74%
Capaian 97,51%
Selama tahun 2015, realisasi Sub IKU-1 IKU-1 SS-2.1.2 “Persentase penerima jasa yang
menyatakan puas atas pelayanan kekonsuleran” sebesar 66,38% dari target 90%,
sebagaimana tabel berikut:
IKU-1 SS-2.1.2 Informasi Kinerja Jumlah
Persentase penerima jasa yang Jumlah penerima jasa yang puas 77
menyatakan puas atas pelayanan jumlah kuesioner yang diterima kembali 116
kekonsuleran
Realisasi 66,38%
Target 90%
Capaian 73,75%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00% Persentase penerima jasa yang
40.00% menyatakan puas atas
30.00% pelayanan kekonsuleran
20.00%
10.00%
0.00%
2013 2014 2015
Penurunan realisasi dan capaian kinerja tersebut terjadi karena hal-hal sebagai berikut:
1) Stakeholders tidak mengisi kuesioner dan atau tidak mengembalikan kuesioner. Hal ini
dikarenakan stakeholders belum memahami arti pengukuran pelayanan publik
khususnya penilaian dalam rangka peningkatan pelayanan.
2) Pengurusan pelayanan kekonsuleran dilakukan oleh pihak ke-3 artinya tidak dilakukan
sendiri oleh pihak-pihak yang berkepentingan langsung.
Berdasarkan hasil survei tersebut, diperoleh nilai Indeks Persepsi Kualitas Pelayanan
Publik (IPP) dan Indeks Persepsi Anti Korupsi (IPAK) yang diberikan kepada 3 unit kerja
terkait masing-masing sebesar 2,8 dan 2,95 (skala 0–4). Sementara itu nilai IPP dan IPAK
pada kegiatan survei di Perwakilan RI, masing-masing adalah 3,36 dan 3,21 pada KBRI
Singapura; 3,06 dan 3,40 pada KBRI Manama serta 3,10 dan 3,48 pada KJRI Hongkong.
1. Standar sertifikat Quality Management System ISO 9001:2008 untuk pelayanan kekonsuleran no. FS
638922 for the Provision of Diplomatic Clearence for Unscheduled Foreign Civil Flight and Foreign
State Flight.
2. Standar sertifikat Quality Management System ISO 9001:2008 untuk Pelayanan kekonsuleran no. FS
638915 for The Provision of Registered Activites Diplomatic and Services Passport Issuance and Exit
Permit.
Hasil
IKU Informasi Kinerja
Kuesioner
Persentase isu Rumusan Tujuan Kementerian Luar Negeri yang sesuai dengan 75,71%
strategis pada aspirasi publik
Renstra Rumusan Sasaran Strategis Kementerian Luar Negeri yang 70,16%
Kementerian Luar sesuai dengan aspirasi publik
Negeri yang
Rumusan Arah Kebijakan Kementerian Luar Negeri yang sesuai 77,96%
mengadopsi
dengan aspirasi publik
masukan publik
Rumusan Strategi Kementerian Luar Negeri yang sesuai dengan 99,44%
aspirasi publik
Rata-rata Realisasi IKU 80,82%
Target 50,00%
Capaian 161,64%
Batas Toleransi Capaian 120%
Dari hasil kuesioner dan diskusi pada rangkaian acara diseminasi renstra tersebut,
Kementerian Luar Negeri telah memiliki elemen masukan publik bagi bahan evaluasi internal
periodik yang akan dilakukan dengan mengkaji perlu tidaknya upaya penyesuaian atau
penajaman Renstra Kementerian Luar Negeri Tahun 2015-2019.
Dalam pencapaian Sub IKU-2 IKU-1 SS.2.1.2 “Persentase isu strategis pada
Renstra Kementerian Luar Negeri yang mengadopsi masukan publik”, Kementerian Luar
Negeri menghadapi kendala di antaranya lingkup diseminasi yang dilaksanakan pada tahun
2015 baru menjangkau/melibatkan kalangan akademisi untuk mengetahui sejauh mana
Renstra yang telah disusun Kementerian Luar Negeri telah mengakomodir aspirasi publik.
Dalam upaya mengatasi kendala yang dihadapi, Kementerian Luar Negeri akan
melakukan langkah solutif ke depan dengan memperluas dan mengintensifkan upaya
Diseminasi Renstra kepada seluruh pemangku kepentingan, sehingga aspirasi seluruh
kalangan di bidang hubungan luar negeri dan kerjasama luar negeri dapat tercermin dalam
Renstra Kementerian Luar Negeri. Selain itu, Kementerian Luar Negeri akan memperkuat
jejaring di antara seluruh pemangku kepentingan di bidang hubungan luar negeri dan kerja
sama internasional agar Renstra Kementerian Luar Negeri dapat diimplementasikan secara
holistik.
CAPAIAN KINERJA
Business Process
Perspective
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
The 25th Workshop on Managing Potential Conflict in the South China Sea
Sejalan dengan prioritas kebijakan luar negeri RI, beberapa isu penting dan
strategis yang masih akan terus mencuat serta menjadi bahan kajian Kementerian Luar
Negeri, antara lain yaitu isu terkait ASEAN, arsitektur regional, perubahan iklim, dampak
krisis keuangan dan ekonomi global, serta kebijakan global AS dan peran kekuatan-
kekuatan lainnya di kawasan.
Dalam pencapaian IKU-1 SS-1.1.6, Kementerian Luar Negeri menghadapi kendala
di antaranya perubahan/dinamika situasi global. Dalam mengatasi kendala tersebut,
Kementerian Luar Negeri mengantisipasi adanya perubahan/dinamika pada fokus kajian
berdasarkan arahan Presiden RI.
Sebagai langkah solutif ke depan, Kementerian Luar Negeri akan semakin peka
terhadap setiap perkembangan di bidang politik, ekonomi, sosial-budaya dan keamanan,
baik di tataran nasional, bilateral, regional maupun multilateral/global. Dalam upaya
meningkatkan kualitas rekomendasi kebijakan luar negeri Kementerian Luar Negeri juga
perlu meningkatkan kualitas sumber daya, intensifikasi dan ekstensifikasi kerja sama
pembuatan kajian mandiri dengan berbagai perguruan tinggi dan lembaga penelitian,
melibatkan lebih banyak pemangku kepentingan untuk melakukan eksplorasi isu melalui
mock debating atau moot court.
Sasaran
Diplomasi Maritim dan Perbatasan
Strategis
yang Kuat
(SS-1.1.1)
Diplomasi maritim dan perbatasan yang kuat merupakan aspek penting bagi
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan sebagian besar wilayahnya terdiri atas lautan.
Indonesia perlu mengoptimalkan potensi maritim yang terdiri dari sumber daya hayati
dan non hayati, jasa kemaritiman dan jalur navigasi serta penegakan kedaulatan dan hak
berdaulat di laut. Diplomasi maritim telah dilaksanakan sejak awal saat bangsa Indonesia
menyatakan diri sebagai Negara Kepulauan. Diplomasi maritim dan perbatasan menjadi
isu prioritas dalam Nawa Cita Presiden Jokowi yang pelaksanaannya dikoordinir oleh
Kementerian Luar Negeri. Kebijakan luar negeri dan program kerja Kementerian Luar
Negeri harus dioptimalkan untuk mendukung visi dan misi pemerintahan Presiden Joko
Widodo.
Diplomasi Maritim dan Perbatasan adalah upaya menjalin kerja sama dengan
negara lain untuk memanfaatkan dan mengelola sumber daya kelautan, dan memberikan
kepastian hukum atas batas wilayah NKRI, antara lain melalui perundingan penetapan
batas maritim, penegasan batas darat, dan kerja sama perbatasan, serta kerja sama
keamanan maritim, keselamatan pelayaran, dan pengelolaan sumber daya kelautan.
Pencapaian Sasaran Strategis 1.1.1 (SS-1.1.1) “Diplomasi Maritim dan
Perbatasan yang Kuat” diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU-1 SS-1.1.1) “Indeks
Diplomasi Maritim dan Perbatasan”. Pada tahun 2015, realisasi kinerja SS-1.1.1 sebesar
111,17% dari target 86% dengan capaian Indeks 129,26% (batas toleransi capaian
120%), yang diperoleh dari Sub IKU dan pembobotan sebagai berikut:
Tabel Capaian SS-1.1.1 Tahun 2015
Realisasi Realisasi
No Sub IKU Bobot
2015 Pembobotan
1 Jumlah naskah kesepakatan hasil perundingan di 35 30 dari target 10 42%
bidang diplomasi maritim dan perbatasan. (Sub IKU-1) (300%, konversi
capaian 120%)
4 Jumlah forum kerja sama kemaritiman dengan negara 10 2 dari target 3 6,67%
lain yang dibentuk. (Sub IKU-4) (66,67%)
Realisasi 111,17%
Target 86%
Capaian 129,26%
Batas Toleransi Capaian 120%
1. Hasil MoU Kerja Sama Maritim RI-Inggris: (a) Meningkatkan kerja sama dalam praktek penegakan
hukum terhadap kejahatan lintas Negara, (b) Memperkuat kerja sama keselamatan pelayaran, (c)
penanggulangan IUU Fishing, (d) Pengembangan infrastruktur dan konektivitas.
2. Hasil MoU Kerja Sama Maritim RI-Denmark: (a) Memajukan kerja sama maritime di bidang
industry dan infrastruktur maritime, (b) Pengembangan kapasitas dan teknologi maritim, (c)
Pelatihan pelaut, pariwisata laut, serta IUU Fishing.
3. Hasil MoU Kerja Sama Maritim RI-AS: (a) Meningkatkan kerja sama RI dengan AS di bidang
keamanan dan ekonomi maritim, (b) Sumber daya kelautan dan konservasi serta (c) Pengelolaan
perikanan, keselamatan dan navigasi maritim, serta (d) Pengembangan IPTEK kelautan.
4. RI-Australia: Memerangi IUU Fishing dan mempromosikan penanganan penangkapan ikan yang
berkelanjutan. Memperkuat kerja sama dan upaya dalam mempromosikan praktek penangkapan
ikan yang bertanggung jawab dan memerangi IUU Fishing melalui berbagai kegiatan capacity
building dan information sharing.
Dalam pencapaian kinerja Sub IKU-1 IKU-1 SS-1.1.1, Kementerian Luar Negeri
menghadapi kendala umum di antaranya mengenai penyamaan persepsi antara
Indonesia dengan negara-negara mitra, pengutamaan penetapan garis batas dan
penyelesaian masalah perbatasan serta sulitnya mencapai kesepakatan untuk melakukan
perundingan, disamping untuk menyamakan posisi dan cara pandang penyelesaian
sengketa batas wilayah negara. Selain itu, kompleksitas upaya konsolidasi dengan
pemangku kepentingan dalam negeri baik ditingkat nasional maupun daerah yang
keseluruhannya ingin dilibatkan juga menjadi kendala teknis dalam mempersiapkan suatu
posisi bersama.
Solusi dalam mengatasi kendala kesesuaian jadwal, Kementerian Luar Negeri
telah melakukan pendekatan secara informal baik melalui Kedutaan Besar Negara mitra
di Jakarta maupun melalui Perwakilan RI di negara-negara mitra. Adapun untuk mengatasi
masalah kompleksitas konsolidasi internal, Kementerian Luar Negeri telah berupaya
mengintensifkan pertemuan kajian dan penetapan posisi Pemerintah RI dengan
Kementerian/Lembaga terkait dan secara konsisten berupaya untuk memastikan
substansi perjanjian internasional sesuai dengan kepentingan nasional dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Upaya mengintensifkan koordinasi tersebut dapat
dilihat sebagai misal, dalam hal kerja sama keamanan laut antara Badan Keamanan Laut RI
(Bakamla) dengan United States Coast Guard, telah dikoordinir penyelenggaraan
serangkaian pertemuan teknis pada tahun 2015 sebelum pelaksanaan kunjungan Presiden
RI ke Amerika Serikat. Pertemuan teknis tersebut melibatkan beberapa direktorat yang
60
38 41
40 32 32
20 15
0
2011 2012 2013 2014 2015
Tidak seperti tahun sebelumnya dimana dari perundingan yang dilakukan terdapat
2 kesepakatan di bidang maritim dan 1 kesepakatan politis terkait penyelesaian batas
maritim, pada tahun 2015 tidak ada kesepakatan penyelesaian batas baik maritim maupun
batas darat. Proses perundingan masih terus berjalan pada tahap pembahasan substansi
menuju pencapaian kesepakatan.
Namun demikian, terdapat beberapa perkembangan baru dalam usaha percepatan
penyelesaian batas maritim pada tahun 2015, yaitu (i) Dimulainya diskusi penetapan
batas maritim dengan Timor-Leste, (ii) Pelaksanaan pertemuan penjajakan untuk
dimulainya kembali perundingan penetapan batas maritim dengan Palau setelah terhenti
pada tahun 2012 dan Thailand setelah terhenti pada tahun 2003, serta (iii) penunjukan
Special Envoy (Utusan Khusus) untuk penyelesaian Penetapan Batas Maritim antara
Indonesia dan Malaysia.
Dalam pencapaian kinerja pada Sub IKU-2 IKU-1 SS-1.1.1, Kementerian Luar
Negeri menghadapi kendala di antaranya sulitnya mencapai kesesuaian jadwal dan
kesiapan negara mitra untuk melakukan perundingan, serta untuk menyamakan
kesepakatan terkait posisi dan prioritas antara Indonesia dengan negara mitra.
Untuk mengatasi kendala kesesuaian jadwal, Kementerian Luar Negeri baik telah
melakukan pendekatan secara informal baik antar ketua Tim Teknis maupun melalui
Kedutaan Besar Negara-negara tetangga di Jakarta ataupun melalui Perwakilan RI di
Negara-negara tetangga. Selain itu Kementerian Luar Negeri juga memberikan solusi atas
keterbatasan kemampuan mitra untuk bertemu, dengan Palau misalnya, perundingan
dilaksanakan di kantor Kedutaan Besar RI di Manila untuk memudahkan pihak Palau.
Sebagai langkah solutif ke depan, Kementerian Luar Negeri akan secara
berkesinambungan terus menggalang komunikasi secara intensif dengan negara mitra dan
mendorong negara mitra untuk mempertahankan prioritas penyelesaian penetapan
perbatasan dan mengupayakan dorongan politis pada tingkat pejabat tinggi atau kepala
negara/pemerintahan terkait untuk mendukung penyelesaian penetapan batas wilayah di
darat dan di laut.
pertemuan Experts’ Group Meeting (EGM) on the ASEAN Coast Guard Forum (ACGF) pada
Agustus 2015 di Manila, Filipina.
Pada dasarnya, usulan pembentukan suatu forum yang memfasilitasi dialog
khusus mengenai keamanan maritim di antara para coast guard ASEAN dapat diterima
oleh Negara Anggota ASEAN. Namun demikian, negara anggota menyepakati untuk
membahas TOR ACGF lebih lanjut agar tidak menjadi forum yang memiliki kewenangan
legalistik, dan dapat menjadi forum dalam menghadapi isu-isu maritim yang meliputi
safety of navigation, maritime security, dan marine environment protection dengan
berlandaskan pada aturan internasional.
Kendala yang dihadapi adalah belum finalnya TOR ACGF yang memuat elemen-
elemen yang diusulkan oleh Negara anggota ASEAN. Kedepannya, Indonesia dapat
mendorong pembentukan ACGF sebagai mekanisme information sharing di tingkat
regional yang komprehensif dan terstruktur untuk mendukung pelaksanaan tugas-tugas
pengawasan dan penegakan hukum di laut yang dilaksanakan oleh Bakamla dan instansi
terkait lainnya.
Selain itu, pembahasan usulan kemungkinan pembentukan ASEAN-China Search
and Rescue (SAR) yang sebelumnya akan dibentuk terpisah, akan ditindaklanjuti melalui
ASEAN Transport SAR Forum (ATSF) mengingat dalam ASEAN, kerja sama mengenai SAR
dilakukan di bawah koordinasi ATSF. Kendala yang dihadapi jika tetap dilakukan dalam
kerangka ASEAN-China, dikhawatirkan akan proliferasi pertemuan/meeting ASEAN. Oleh
karenanya, inisiatif ini belum dapat direalisasikan pada tahun 2015.
Sasaran
Kepemimpinan Indonesia di ASEAN yang
Strategis Meningkat
(SS-1.1.2)
ASEAN adalah Kita,
Bersama Indonesia ASEAN akan Kuat,
Bersama ASEAN Indonesia akan Maju
Kementerian Luar Negeri sebagai pilar terdepan dalam melaksanakan politik luar
negeri dan hubungan luar negeri mempunyai peranan penting dalam meningkatkan
kepemimpinan Indonesia di ASEAN sebagai bagian dari strategi memperkuat lingkaran
pertama kebijakan politik luar negeri Indonesia. ASEAN tetap menjadi soko guru politik
luar negeri Indonesia. ASEAN memegang peran strategis dalam menjaga stabilitas
keamanan, pertumbuhan ekonomi, dan perkembangan sosial di kawasan. Dengan peran
strategis ini, Indonesia terus memastikan pentingnya unity dan centrality dari ASEAN.
Selama tahun 2015 Indonesia juga terus mendorong agar manfaat ASEAN dapat dirasakan
oleh rakyat.
Dengan mulainya Masyarakat ASEAN pada Di wilayah concentric circle
31 Desember 2015, ASEAN kini menjadi suatu utama Indonesia, satu kemajuan
kawasan yang terintegrasi dalam satu komunitas sejarah dicatat. ASEAN menjadi
yang inklusif, damai, sejahtera, saling peduli dalam satu komunitas.
satu kemitraan dinamis.
Keberhasilan mempengaruhi dan keaktifan dalam menentukan arah, strategi dan
hasil kesepakatan dalam konteks kerja sama ASEAN melalui berbagai prakarsa dan
rekomendasi Indonesia yang diterima pada setiap pertemuan ASEAN menunjukkan
kepemimpinan Indonesia dalam kerja sama ASEAN. Sasaran Strategis Kementerian Luar
Negeri “Kepemimpinan Indonesia di ASEAN yang meningkat” sebagai Sasaran Strategis
1.1.2 (SS-1.1.2) diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU-1 SS-1.1.2) “Persentase
rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima dalam setiap pertemuan
ASEAN, dengan realisasi pada tahun 2015 sebesar 96,31% dari target 90% dengan
capaian sebesar 107,01%, sebagai berikut:
Tabel Capaian SS-1.1.2 Tahun 2015
Realisasi
No Sub IKU
2015
1 Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang 96,31%
diterima dalam setiap pertemuan ASEAN.
(Sub IKU-1 SS-1.1.2)
Target SS-1.1.2 90%
Capaian SS-1.1.2 107,01%
Tabel Perbandingan Kinerja IKU-1 SS-1.1.2 Tahun 2015 dengan Tahun 2014
INFORMASI KINERJA TAHUN 2014 TAHUN 2015
Prakarsa Yang Disampaikan 24 48
Prakarsa Yang Diterima 23 47
Rekomendasi Yang Disampaikan 501 710
Rekomendasi Yang Diterima 476 683
Realisasi 95,05% 96.31%
Target 80% 90%
Capaian 118,81% 107,01%
Jika dibandingkan dengan realisasi kinerja tahun 2014 lalu, tahun 2015 telah
mengalami peningkatan jumlah prakarsa dan rekomendasi yang diterima dalam setiap
pertemuan ASEAN. Sedangkan jika dilihat dari sisi capaian kinerja, capaian IKU pada tahun
2015 mengalami penurunan dari 118,81% menjadi 107,01%, hal ini dikarenakan adanya
peningkatan target dari tahun 2014 sebesar 80%, menjadi sebesar 90% di tahun 2015.
Faktor keberhasilan pencapaian peningkatan realisasi kinerja terjadi karena Indonesia
telah berhasil meningkatkan kuantitas dan kualitas rekomendasi dan prakarsa sehingga
tingkat penerimaan dari negara ASEAN lainnya menjadi cukup tinggi. Mengingat tahun
2015 adalah tahun pembentukan masyarakat ASEAN, dimana target pemenuhan scorecard
(action lines) untuk ke tiga pilar harus diselesaikan. Indonesia terus mendorong tindak
lanjut dari rekomendasi dan prakarsa yang telah disepakati tahun 2014 dan
merealisasikan keinginan Indonesia sebagai Poros Maritim dunia.
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, persentase realisasi rekomendasi
dan prakarsa yang diterima telah mengalami peningkatan pada tahun 2015 sebesar
1,26%. Hal ini membuktikan semakin meningkatnya kepemimpinan Indonesia di
ASEAN di bidang politik dan keamanan, ekonomi, dan sosial budaya. Faktor-faktor
pencapaian kinerja 2015 jika dibandingkan dengan tahun 2014, diplomasi Indonesia di
ASEAN lebih difokuskan pada isu-isu yang memberikan dampak langsung kepada
masyarakat Indonesia seperti isu perlindungan buruh migran, pemberantasan IUU fishing,
penanggulangan bencana asap, counter terrorism, irregular migrant, Regional
Comprehensive Economic Partnership (RCEP), ASEAN FTA+1, dan lainnya. Peningkatan
kepemimpinan Indonesia di ASEAN di tahun 2015 sejatinya merupakan proses yang
berkesinambungan dan tidak dapat terpisahkan dari capaian Kementerian Luar Negeri
pada tahun 2014. Berbagai prakarsa dan rekomendasi yang berhasil diperjuangkan
Indonesia pada tahun 2015 merupakan refleksi dari kemajuan dan dinamika kerja sama
ASEAN dari tahun sebelumnya dan tahun berjalan.
Beberapa rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang bernilai strategis dan
merupakan perwujudan kepemimpinan Indonesia di ASEAN antara lain:
PRAKARSA
komprehensif di kawasan. Hal itu juga akan bermanfaat untuk mendorong kerja sama
pemberantasan IUU Fishing dalam kerangka EAS dan dapat menjadi pedoman yang
penting bagi ASEAN dalam upaya mengembangkan kerja sama maritim dengan mitra
eksternalnya.
Indonesia juga berhasil mendorong disepakatinya beberapa dokumen kerja sama di
sektor perikanan yang bertujuan untuk mencegah masuknya produk perikanan hasil
IUU Fishing ke dalam regional supply chain pada pertemuan the 37th Meeting of the
ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry (37thAMAF).
2. Terkait arsitektur kawasan, Indonesia telah memprakarsai suatu konsep pemikiran
berdasarkan Treaty of Amity and Cooperation (TAC) dan EAS Declaration for Mutually
Beneficial Relations (Bali Principles) guna menghadapi berbagai tantangan ke depan
sekaligus memperkuat pembentukan Masyarakat ASEAN dan juga implementasi dari
Visi Masyarakat ASEAN pasca-2015. Konsep pemikiran Indonesia pada hakekatnya
dan dalam jangka panjang adalah memanfaatkan elemen-elemen TAC dan Bali
Principles untuk disinergikan dengan berbagai inisiatif negara peserta EAS lainnya
dalam rangka menyusun suatu instrumen hukum yang mengikat bagi kawasan yang
lebih luas. Dengan adanya arsitektur kawasan yang stabil maka dapat menciptakan
enabling environment yang mendorong pembangunan nasional untuk kepentingan
rakyat.
REKOMENDASI
Control (ACCTHPC) yang telah di endorse dalam KTT ASEAN ke-27. Dengan menjadi
tuan rumah ACCTHPC, Indonesia dapat berperan lebih besar dalam menangani isu
haze di ASEAN, sekaligus dapat mengatur proses dalam ACCTHPC apabila headquarter
berada di Indonesia.
8. Indonesia menegaskan kembali posisi nasional bahwa untuk perlindungan pekerja
migran di ASEAN secara efektif dan komprehensif draft instrumen wajib memenuhi 3
hal, yaitu legally binding, memberikan perlindungan bagi seluruh pekerja migran tanpa
membedakan status keimigrasiannya, serta menghormati hak-hak anggota keluarga
pekerja migran sebagaimana tercantum dalam ASEAN Declaration on the Protection
and Promotion of the Rights of Migrant Workers (2007), ASEAN Human Rights
Declaration (2012), International Convention on the Protection of the Rights of All
Migrant Workers and members of Their Famillies (1990).
Penguatan perlindungan bagi buruh migran Indonesia pada konteks ASEAN dilakukan
melalui upaya mendorong terbentuknya instrumen hukum ASEAN tentang
perlindungan buruh migran yang bersifat non-diskriminatif. Hal ini sejalan dengan Visi
ASEAN untuk membentuk Masyarakat ASEAN yang saling peduli.
dan komprehensif kepada pekerja migran di ASEAN. Oleh karenanya Indonesia akan
merekomendasikan agar permasalahan dalam perumusan instrument ini dibahas dalam
forum-forum ASEAN selain Senior Labour Officials Meeting (SLOM) seperti ASEAN
Ministerial Meeting (AMM). Indonesia akan menyelenggarakan konferensi regional untuk
menggalang dukungan terkaitnya pentingnya isu pekerja migran dengan mengundang
seluruh negara ASEAN dan pemangku kepentingan terkait lainnya. Untuk internal
Indonesia, perlu dilakukan kerja sama dan koordinasi yang lebih erat dengan stakeholders
yang menangani isu ini.
Di tahun 2016, ASEAN merupakan cornerstone politik luar negeri RI Indonesia.
Dengan berlakunya ASEAN Community 2015, perhatian sudah harus dialihkan pada visi
ASEAN Community 2025. Pembangunan manusia juga menjadi fokus dari diplomasi
Indonesia. Untuk itu, Indonesia akan mendorong peningkatan kesejahteraan sosial dengan
menyelenggarakan ASEAN Ministerial Meeting on Social Welfare and Development.
Indonesia juga akan membangun ketahanan terhadap potensi bencana alam di kawasan
ASEAN melalui penyelenggaraan ASEAN Committee on Disaster Management (ACDM) dan
ASEAN Ministerial Meeting on Disaster Management (AMMDM).
negeri juga menjadi kendala teknis dalam menyelesaikan berbagai posisi Indonesia
terhadap isu internasional di berbagai forum multilateral maupun dalam menyelesaikan
kesepakatan bilateral.
Untuk mengatasi kendala tersebut, Kementerian Luar Negeri telah melakukan
langkah-langkah efisiensi komunikasi dengan negara mitra dan meningkatkan koordinasi
dengan para pemangku kepentingan nasional baik secara informal maupun melalui
peningkatan efektifitas rapat koordinasi dengan Kementerian/Lembaga terkait.
Persentase kerja sama bilateral yang disepakati sebanyak 81 dari 61 yang diajukan
ataupun yang direncanakan, dikarenakan oleh adanya pertemuan bilateral tingkat Kepala
Negara/Pemerintahan di sela-sela acara Peringatan ke-60 Konferensi Asia Afrika tahun
2015 yang tidak direncanakan sebelumnya. Kesepakatan kerja sama baru diajukan setelah
diperoleh kepastian kehadiran Kepala Negara/Pemerintahan negara sahabat pada saat
mendekati hari penyelenggaraan KAA 2015.
Beberapa kerja sama strategis yang disepakati di antaranya adalah:
1. Agreed Minutes of The Seventh Meeting of the Joint Ministerial Commission between
the Republic of Indonesia and New Zealand, Auckland, 3 Maret 2015.
Penandatanganan
Agreed Minutes JMC
RI-Selandia Baru ke-
7 antara Menlu RI,
Retno L.P. Marsudi
dan Menlu Selandia
Baru, Murray
McCully, Auckland, 3
Maret 2015
Menteri Luar Negeri RI, Retno LP. Marsudi dan Menteri Luar Negeri Viet Nam,
Pham Binh Minh di Gedung Pancasila, Kemlu, Jakarta, 25 Juni 2015
Presiden RI, Joko Widodo dan PM Singapura Lee Hsien Loong menyaksikan
penandatanganan Kerja Sama Pemuda dan Olah Raga antara Menpora RI, Imam Nahrawi
dengan Minister of Culture, Youth and Social Affairs Singapore, di Singapura, 28 Juli 2015.
Indonesia telah terlibat aktif dalam berbagai proses negosiasi pengendalian perubahan iklim untuk
memperjuangkan kepentingan nasional. Dalam hal ini, Indonesia telah menetapkan target penurunan emisi
dengan upaya sendiri sebesar 26% pada tahun 2020 dan menjadi 29% pada tahun 2030, serta dapat
ditingkatkan menjadi 41% dengan bantuan internasional. Selain itu, Indonesia juga dipercaya menjadi
anggota Board of Green Climate Fund periode 2012-2015 dan menjadi anggota Standing Comittee on
Finance UNFCCC periode 2014-2016
Selama tahun 2015, Kementerian Luar Negeri berhasil mencapai realisasi Sub
IKU-2 SS.1.1.3 sebesar 555 posisi yang diterima dari 576 posisi yang disampaikan di
dalam forum multilateral. Sehingga realisasi Sub IKU-2 SS.1.1.3 untuk posisi yang diterima
dalam persidangan di forum-forum multilateral pada tahun 2015 adalah sebesar 96,35%
atau melampaui target tahun 2015 sebesar 90%.
Prakarsa adalah gagasan baru yang diusulkan oleh Indonesia dalam isu selain
ekonomi dan maritim pada pertemuan intra dan antarkawasan. Sementara rekomendasi
adalah penyampaian usulan yang menjadi kepentingan Indonesia dalam menanggapi/
menindaklanjuti terhadap suatu isu selain ekonomi dan maritim yang dibahas dalam
pertemuan intra dan antarkawasan.
Selama tahun 2015, terdapat 32 prakarsa/rekomendasi Indonesia yang diterima
pada forum intra dan antarkawasan, sebagaimana tabel berikut:
SUB IKU-3 SS-1.1.3 Informasi Kinerja Jumlah
Presentase prakarsa/rekomendasi Jumlah prakarsa/rekomendasi Indonesia 32
Indonesia yang diterima pada forum yang diterima di Forum Kerjasama Intra
intra dan antarkawasan dan Antarkawasan
total prakarsa/rekomendasi Indonesia 25
yang disampaikan di Forum Kerjasama
Intra dan Antarkawasan
Realisasi 128%
Target 90%
Capaian 142,22%
Batas Toleransi Capaian 120%
3. Prakarsa RI untuk membentuk forum dialog RI-UE terkait isu perikanan dan maritim
yang telah disampaikan pada Indonesia-EU High Level Fisheries and Maritime Issues
Dialogue, Bali 9-10 Desember 2015.
4. Sejumlah anggota Parlemen Eropa dari Jerman, Belgia, Belanda, dan Inggris telah
melakukan kunjungan di Jakarta tanggal 17-18 Maret 2015 dan bertemu dengan,
antara lain, DPR RI, Menteri Luar Negeri, Menteri Perdagangan dan Gubenur DKI
Jakarta. Isu-isu utama yang dibahas, antara lain, pembentukan Friendship Group atau
Indonesian Caucus di Parlemen Eropa, dukungan pembebasan visa bagi WNI, saling
tukar pengalaman di bidang penanggulangan terorisme dan radikalisasi, serta
pembahasan mengenai Comprehensive Partnership Economic Agreement (CEPA) RI-
Uni Eropa.
Respons Positif merupakan pernyataan dari penerima manfaat bantuan kerja sama
teknik yang mengindikasikan bantuan kerja sama teknik yang dilaksanakan bermanfaat
atau tepat sasaran. Penerima manfaat bantuan kerja sama teknik di antaranya adalah
negara berkembang yang masih membutuhkan peningkatan kapasitas, institusi
pemerintah di negara penerima, civil society, dan individu seperti pengusaha, petani,
peternak, dan sebagainya.
Selama tahun 2015, terdapat 235 respon positif terhadap bantuan kerja sama
teknik melalui mekanisme bilateral dan triangular (dari 239 kuesioner yang dibagikan),
sebagaimana tabel berikut:
Bentuk respon positif yang diterima dapat terlihat dari antusiasme peserta pada
saat pelatihan berlangsung, memberikan saran dan masukan bagi pengembangan
program, memberikan rekomendasi untuk dilaksanakannya program lain yang relevan,
permintaan program lanjutan, dan permintaan pengiriman narasumber atau tenaga ahli.
Training Workshop on Agriculture Sector for African and Middle East Countries
Mkindo-Monggoro, Tanzania, 17 – 23 Maret 2015
Kegiatan diplomasi publik yang menjadi highlight pada tahun 2015 adalah
Kegiatan Interfaith Dialogue/Dialog Lintas Agama (DLA) serta Bali Democracy Forum
(BDF). DLA pada tingkat bilateral tahun 2015 dilaksanakan antara Indonesia dengan
Belanda, Jerman, Austria, dan Serbia. Kegiatan DLA penting untuk menanggapi sensitivitas
isu radikalisasi agama dan kebebasan berekspresi, sekaligus menjadi media yang efektif
untuk menunjukkan komitmen Indonesia untuk menyebarkan nilai Islam yang pluralis dan
toleran.
Pelaksanaan DLA tersebut telah menghasilkan kesepakatan konkrit, antara lain
penandatanganan MoU kerjasama pendidikan antar perguruan tinggi, institusi keagamaan
untuk melakukan pertukaran mahasiswa dan dosen, imam dan guru agama, joint research,
joint publication dan workshop dengan tema tertentu.
DLA diharapkan dapat memberi kontribusi nyata dalam mengatasi tantangan
internasional seperti masalah ekstrimisme, radikalisme dan terorisme yang berbasis
agama. Forum DLA diharapkan tidak semata-mata menjadi ajang dialog, tetapi hasil-
hasilnya juga dapat diimplementasikan ke seluruh tingkatan di kalangan akar rumput.
Untuk itu, kegiatan DLA juga melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti tokoh
agama, masyarakat madani dan media.
Terkait kegiatan diplomasi publik dalam ranah demokrasi, pada tanggal 10-11
Desember 2015 diselenggarakan Bali Democracy Forum (BDF) VIII di Bali Nusa Dua
Convention Center (BNDCC), Nusa Dua, Bali, yang dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden
RI. BDF VIII dihadiri 89 negara dan 3 organisasi internasional. Forum dihadiri oleh 19
(sembilan belas) pejabat setingkat Menteri/Wakil Menteri, 7 (tujuh) pejabat setingkat
Direktur Jenderal/Duta Besar dari Pusat dan 63 (enam puluh tiga) Duta Besar/Kepala
Perwakilan negara-negara sahabat di Jakarta. Secara keseluruhan, BDF VIII diikuti oleh
sekitar 250 orang delegasi dari negara sahabat.
Penyelenggaraan BDF VIII menghasilkan apresiasi positif dari negara-negara yang
hadir terhadap peranan dan keberhasilan Indonesia sebagai role model pluralisme dan
demokrasi. Melalui forum ini, Indonesia secara konsisten senantiasa mendorong upaya
penguatan demokrasi di berbagai negara dan kawasan. Hasil-hasil pembahasan dan saling
tukar pengalaman selama penyelenggaraan BDF telah memberikan inspirasi bagi negara
lainnya dalam mengatasi tantangan berdemokrasi. Tingginya tingkat kehadiran negara
peserta (Kawasan Asia Pasifik), negara peninjau (non Kawasan Asia Pasifik) dan organisasi
internasional dalam pertemuan ini, menunjukkan masih relevannya BDF sebagai forum
bertukar pikiran dan berbagi pengalaman dalam pemajuan demokrasi, tidak saja di Asia
Pasifik namun juga di belahan dunia lainnya.
BDF selama ini telah mendukung pembangunan demokrasi baik di kawasan Asia
Pasifik maupun kawasan lainnya melalui implementasi program kerja sama teknis oleh
Pemerintah Indonesia. Program peningkatan kapasitas (capacity building) telah
dilaksanakan di berbagai negara di Kawasan Asia Pasifik, bahkan hingga Afrika Utara dan
Timur Tengah, yakni seperti Tunisia, Aljazair, Ethiopia, Libya dan Mesir.
Dalam pencapaian Indeks Sub IKU-5 SS-1.1.3, Kementerian Luar Negeri
menghadapi kendala di antaranya:
a) Rumitnya koordinasi dengan pemangku kepentingan di daerah dalam
mempromosikan aset-aset diplomasi publik Indonesia, khususnya dalam hal promosi
perdagangan, investasi, pariwisata dan budaya daerah.
b) Intensitas dan kuantitas kegiatan promosi aset diplomasi publik kurang
ditindaklanjuti oleh para pemangku kepentingan baik di dalam maupun luar negeri
melalui implementasi nyata atau konkrit, seperti dalam bentuk perjanjian kerja sama.
Salah satu alasan utama tidak atau belum terlaksananya sejumlah komitmen kerja
sama yakni kendala anggaran pada instansi mitra (counterparts) Diplomasi Publik.
c) Beberapa konstituen internasional berasal dari negara dengan tingkat perekonomian
yang belum berkembang (Least Developed Countries/LDCs), sehingga sangat selektif
dalam pembiayaan pengiriman delegasi atau wakil pada pertemuan-pertemuan
internasional maupun kegiatan promosi aset-aset diplomasi publik RI.
d) Adanya sejumlah pemotongan anggaran 2015 untuk penyelenggaraan kegiatan
promosi aset diplomasi publik RI yang telah direncanakan sebelumnya.
Dalam upaya mengatasi kendala yang dihadapi, Kementerian Luar Negeri telah
melakukan beberapa langkah solutif yakni:
a) Mengadakan pertemuan Forum Komunikasi dan Koordinasi dengan pemangku
kepentingan diplomasi publik guna membangun jejaring, sinkronisasi program,
kegiatan dan kebijakan, antara lain dalam bentuk Forum Komunikasi dan Koordinasi
Kementerian Luar Negeri RI dengan perwakilan seluruh Provinsi di Indonesia, serta
menginisiasi forum komunikasi alumni Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI)
yang akan dilaksanakan pada awal tahun 2016.
b) Untuk meningkatkan jumlah partisipasi negara sahabat pada pertemuan-pertemuan
internasional maupun kegiatan promosi aset-aset diplomasi publik RI, Kementerian
Luar Negeri RI mengusulkan agar pembiayaan transportasi konstituen diplomasi
publik yang berasal dari Least Developed Countries (LDCs) dapat dibiayai oleh
Pemerintah RI.
c) Mendorong terciptanya komitmen kerja sama konkrit antara RI dan negara sahabat,
yang telah terwujud dalam pelaksanaan Dialog Lintas Agama tahun 2015 yakni:
- The 3rd Indonesia – Serbia Bilateral Interfaith Dialogue: Penandatanganan
perpanjangan Nota Kesepahaman Kerja Sama Pendidikan antara UIN Syarif
Hidayatullah dengan Universitas Beograd, Serbia. UIN Syarif Hidayatullah
menawarkan program kajian Islam bagi tokoh agama Serbia untuk mendapatkan
pemahaman tentang Islam moderat di Indonesia.
- The 5th Indonesia – Austria Bilateral Interfaith Dialogue: Institusi Pendidikan Tinggi
Agama guru agama Islam Austria (IRPA) menawarkan kesempatan kepada 2 (dua)
orang dosen Indonesia untuk mengajar di Austria pada tahun 2017. Program ini
akan dibiayai oleh Uni Eropa di bawah skema Erasmus. Selain itu, Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta menawarkan kerja sama pendidikan meliputi joint research,
pendidikan agama Islam untuk para imam, pertukaran akademisi, serta program
Islamic Studies untuk mahasiswa Austria. UIN Syarif Hidayatullah juga
menyampaikan kesiapannya untuk berpartisipasi pada program VICISU pada tahun
2016.
- Indonesia dan Belanda bersepakat melaksanakan Jurnalist Visit Program di tahun
2016 sebagai hasil dari pelaksanaan the 3rd Bilateral Interfaith and Intermedia
Dialogue di Belanda, 25-26 September 2015.
Sejak tahun 2012, Pemri telah mencanangkan Visi 4.000 Peacekeepers guna
menempatkan Indonesia pada jajaran 10 besar negara penyumbang personel pada Misi
Pemeliharaan Perdamaian (MPP) PBB melalui kontribusi 4.000 personel. Visi 4.000
Peacekeepers ini bukan hanya berorientasi pada peningkatan kuantitas personel, namun
juga kualitas dari para personelnya. Peningkatan kontribusi Indonesia pada MPP PBB di
bawah kerangka Visi 4.000 Peacekeepers merupakan Program Lanjutan Kabinet Indonesia
Bersatu Jilid II.
Berdasarkan data United Nations Department of Peacekeeping
Operations per 31 Desember 2015, terdapat 2.840 personel
Indonesia yang bertugas dalam 10 (sepuluh) dari 16 MPP PBB
yang aktif saat ini, yang menempatkan Indonesia di urutan ke-12
dari 125 Troops/Police Contributing Countries (T/PCC). Jumlah
tersebut merupakan peningkatan dari kontribusi Indonesia per 31
Desember 2014, yaitu sebanyak 1.837 personel pada 10
(sepuluh) MPP PBB (peringkat ke-17 dari 126 negara).
Sasaran
Strategis Diplomasi Ekonomi yang Kuat
(SS-1.1.4)
Diplomasi ekonomi yang kuat merupakan aspek yang sangat penting dengan
semakin menguatnya globalisasi ekonomi. Peran diplomasi ekonomi bahkan menjadi
instrumen penting kebijakan luar negeri setiap negara, termasuk Indonesia. Diplomasi
Ekonomi dapat diartikan sebagai langkah-langkah atau strategi dalam memanfaatkan
hubungan internasional guna mencapai tujuan-tujuan ekonomi. Strategi untuk mencapai
tujuan ekonomi mencakup kegiatan ekspor, impor, investasi, bantuan, kerja sama teknik,
dan perjanjian perdagangan bebas.
Sebagai bagian dari Nawa Cita Presiden Joko Widodo, isu diplomasi ekonomi
menjadi salah satu isu prioritas yang menjadi tanggung jawab Kementerian Luar Negeri
untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan rakyat atau “diplomacy for
the people”, seperti mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, meningkatkan
perdagangan dan investasi, menciptakan lapangan pekerjaan, memperjuangkan
kepentingan ekonomi Indonesia di dunia internasional, serta mengamankan kepentingan
ekonomi strategis lainnya.
Kementerian Luar Negeri melakukan pendekatan komprehensif yang terfokus
pada perdagangan, pariwisata, investasi, kerja sama ekonomi, kerja sama pembangunan,
ketahanan pangan dan energi, kerja sama regional dan multilateral, serta kelembagaan
diplomasi ekonomi. Kementerian Luar Negeri secara aktif melakukan kegiatan diplomasi
ekonomi yang diharapkan dapat mencari peluang pasar dan produk (opportunity seeker),
memasarkan produk Indonesia (promoting dan marketing), dan fasilitasi kemitraan
(match-making). Lebih jauh dalam tataran kebijakan, Kementerian Luar Negeri juga
memperjuangkan kepentingan nasional dalam forum regional dan multilateral.
Pencapaian Sasaran Strategis 1.1.4 (SS-1.1.4) “Diplomasi Ekonomi yang Kuat”
diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU-1 SS-1.1.4) “Indeks diplomasi ekonomi”.
Pada tahun 2015, target kinerja SS-1.1.4 ditargetkan 79% dengan realisasi 98,32% dan
capaian 124,46% (batas toleransi capaian 120%) yang diperoleh dari Sub IKU dengan
pembobotan sebagai berikut :
Tabel Capaian SS-1.1.4 Tahun 2015
Realisasi Realisasi
No Sub IKU Bobot
2015 Pembobotan
1 Jumlah naskah kesepakatan di bidang ekonomi, 30 66 dari target 48 36%
keuangan, pembangunan. (Sub IKU-1) (137,5%,
Toleransi 120%)
2 Jumlah Perwakilan RI di kawasan Asia Pasifik dan 15 66 dari 16,5%
Afrika yang memiliki data economic intelligence target 60
negara/wilayah akreditasi. (Sub IKU-2) (110%)
3 Jumlah Perwakilan RI di wilayah Amerika dan 15 30 dari 10,98%
Eropa yang memiliki data economic intelligence target 41
negara/wilayah akreditasi. (Sub IKU-3) (73,17%)
Realisasi Realisasi
No Sub IKU Bobot
2015 Pembobotan
4 Persentase bantuan kerja sama teknik yang 15 8 dari target 13 9,23%
memberikan peluang ekonomi. (Sub IKU-4) (61,54%)
5 Persentase prakarsa/rekomendasi Indonesia di 15 100% 15%
bidang ekonomi dan pembangunan yang diterima
di forum-forum di tingkat intra dan antarkawasan
dan multilateral. (Sub IKU-5)
6 Jumlah promosi Trade Tourism Investment and 10 69 dari 10,62%
Services (TTIS). (Sub IKU-6) target 65
(106,15%)
Indeks SS-1.1.4 Realisasi 98,33%
Target 79%
Capaian 124,46%
Batas Tolerasi Capaian 120%
rapat persiapan kunjungan untuk memastikan agar kesepakatan dimaksud sejalan dengan
kepentingan Pemri meningkatkan fasilitas penerbangan.
Dokumen dalam bidang ekubang merupakan upaya yang dihasilkan dari diplomasi
ekonomi yang menjadi fokus pemerintahan Presiden saat ini. Namun meskipun sudah
digaungkan sebagai salah satu fokus dalam diplomasi, banyak pemangku kepentingan
yang seringkali masih belum bergerak cepat dalam menangani isu-isu terkait bidang
ekonomi, sehingga pembahasan sering terhambat, banyak draft yang pending dan
sebagainya. Dapat juga dikatakan bahwa terdapat kesulitan dalam mengkoordinasikan
antarkementerian dalam pembahasan kesepakatan karena adanya ego sektoral dan
masalah teknis lainnya. Untuk mencapai lebih banyak kesepakatan dalam bidang ekonomi,
keuangan dan pembangunan, kegiatan perumusan dokumen memerlukan koordinasi yang
baik dengan pemangku kepentingan terkait.
Terkait upaya menghasilkan naskah kesepakatan multilateral, Kementerian Luar
Negeri terkadang menghadapi kendala dengan banyaknya jumlah negara yang terlibat
dalam suatu forum multilateral sehingga terdapat perbedaan kepentingan negara-negara
dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral dan juga perbedaan
kepentingan di antara para pemangku kepentingan dalam negeri, sehingga proses
pembahasan kesepakatan memakan waktu lama. Selain itu pada tataran dalam negeri,
Kementerian Luar Negeri juga menghadapi persoalan terkait koordinasi degan para
pemangku kepentingan nasional.
Dalam mengantisipasinya, Kementerian Luar Negeri telah melakukan langkah-
langkah efisiensi komunikasi dengan negara mitra dan meningkatkan koordinasi dengan
para pemangku kepentingan nasional pada forum multilateral.
Economic intelligence adalah informasi dan kajian hasil analisis di bidang ekonomi
(perdagangan, keuangan, investasi, pariwisata, dan jasa) yang bersifat strategis bagi
pengambilan keputusan dan perumusan kebijakan diplomasi ekonomi Indonesia terhadap
negara/wilayah akreditasi. Data economic intelligence disusun dan dimutakhirkan secara
berkala setiap tahun.
Data economic intelligence mencakup informasi antara lain:
1. Data eksportir, importir serta asosiasi usaha negara setempat
2. Data produk yang diperdagangkan antara Indonesia dan negara setempat
3. Survei/Riset Pasar terhadap produk yang berpeluang untuk ditingkatkan atau
produk andalan dalam perdagangan bilateral kedua negara (sebagai contoh
ekspor batubara Indonesia ke India atau impor beras Indonesia dari Vietnam)
4. Kebijakan dan regulasi atau praktik ekonomi di negara akreditasi
Peluang ekonomi adalah potensi ekonomi yang dimiliki suatu negara yang
mempunyai kemungkinan untuk dimanfaatkan Indonesia. Sedangkan, bantuan Kerja Sama
Teknik (KST) dapat diartikan sebagai bantuan peningkatan kapasitas dalam bentuk
pelatihan, lokakarya, pengiriman tenaga ahli, dan peralatan teknik lainnya yang diberikan
oleh Indonesia.
Bantuan Kerja Sama Teknik yang diberikan Indonesia kepada negara-negara
penerima bantuan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kepentingan Indonesia
dari segi politik, ekonomi dan sosial budaya. Dalam hal ini, peluang ekonomi yang
diperoleh antara lain dapat berupa potensi pembelian bibit tanaman, benih ikan,
inseminasi buatan, peralatan teknis, pengiriman tenaga ahli Indonesia, dan sebagainya.
Selama tahun 2015, Kementerian Luar Negeri telah melaksanakan 13 program
KST, yang terdiri dari peningkatan kapasitas bidang pertanian, perikanan, peternakan,
kerajinan, pariwisata, dan lain-lain. Dari seluruh program KST tersebut, 8 di antaranya
memiliki potensi ekonomi, yaitu:
Realisasi 61,54%
Target 50%
Capaian 123,08%
Batas Toleransi Capaian 120%
Sebagai salah satu bentuk diplomasi ekonomi, Kementerian Luar Negeri secara
aktif melaksanakan program promosi Trade, Tourism Investment, and Services (TTIS).
Promosi TTIS Indonesia dilaksanakan di negara mitra untuk mendorong peningkatan
perdagangan, investasi asing dan wisatawan asing, juga dilaksanakan di Indonesia untuk
mempromosikan akses dan peluang pasar di negara mitra. Kegiatan promosi TTIS
dilaksanakan bekerja sama dengan kementerian dan lembaga terkait, pemerintah daerah
dan pemangku kepentingan terkait di negara mitra.
Selama tahun 2015, mesin diplomasi ekonomi Indonesia bekerja aktif mendorong
ekspor, meningkatkan investasi, dan promosi pariwisata. Selama tahun 2015, setidaknya
37 pertemuan dan perundingan Economic Partnership Agreement dilakukan, antara lain:
Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA), ASEAN-Japan Comprehensive
Economic Partnership (AJCEP), ASEAN-HongKong Free Trade Agreement (AHKFTA),
ASEAN-Korea Free Trade Agreement (AKFTA), dan Regional Comprehensive Economic
Partnership (RCEP). Diplomasi ekonomi Indonesia pada tahun 2015 juga terus
memanfaatkan peluang pasar nontradisional baik di Pasifik Selatan, Afrika, Timur Tengah,
Eropa Timur maupun Amerika Selatan dan Karibia.
Di bidang investasi, Kementerian Luar Negeri mendorong berbagai upaya untuk
menarik investasi asing dan mendorong investasi Indonesia di beberapa negara melalui
prioritas investasi pada pembangunan infrastruktur maritim, jalan raya, energi, dan
ketahanan pangan. Badan Koordinasi Penanaman Modal juga telah mendirikan “One Stop
Services” untuk mempercepat proses perizinan dan prosedur investasi.
Sesuai dengan Prioritas Nasional Tahun 2015 – 2019, yang juga dikenal dengan
Nawacita, dimana salah satu agendanya adalah “Menghadirkan kembali Negara untuk
melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga
negara”, Kementerian Luar Negeri dalam mencapai sasaran pembangunan tersebut
melaksanakan berbagai upaya peningkatan pelayanan dan perlindungan terhadap Warga
Negara Indonesia (WNI) dan Badan Hukum Indonesia (BHI) di luar negeri, termasuk Tenaga
Kerja Indonesia (TKI). Hal ini juga merupakan amanat Konstitusi sebagaimana tertuang
dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang dijabarkan dalam beberapa ketentuan
perundang-undangan nasional, dan mempertimbangkan hukum dan kebiasaan
internasional lainnya. Oleh sebab itu, Kementerian Luar Negeri melaksanakan pelayanan
dan perlindungan WNI dan BHI di luar negeri dengan prinsip kepedulian dan keberpihakan,
yaitu dengan menunjukkan kepedulian terhadap WNI yang mengalami masalah dan
membutuhkan bantuan serta keberpihakan terhadap WNI dimaksud.
Diplomasi perlindungan di tahun 2015 difokuskan pada dua hal, yaitu respon yang
cepat terhadap problematika yang muncul; dan pembangunan sistem dalam pelayanan dan
prelindungan WNI/BHI. Kementerian Luar Negeri secara terus menerus telah berusaha
membangun sistem guna meningkatkan pelayanan dan perlindungan , antara lain dengan
menggunakan teknologi informasi seperti program sms blast, pembentukan database WNI,
sistem hotline 24 jam, sertifikasi ISO 9001;2008 mengenai standar dan prosedur repatriasi
WNI serta pelatihan 282 staf Kementerian Luar Negeri di bidang identifikasi dan forensik,
penanganan dan pelaporan kasus, serta penanganan situasi konflik dan bencana.
Sasaran Strategis Kementerian Luar Negeri “Pelayanan dan perlindungan WNI
dan BHI dan diaspora yang prima” sebagai Sasaran Strategis 1.1.5 (SS-1.1.5) diukur
dengan Indikator Kinerja Utama yaitu “Indeks pelayanan dan perlindungan WNI dan
BHI serta pemberdayaan diaspora” dengan 3 (tiga) Sub IKU yang mana masing-masing
Sub IKU tersebut diukur melalui beberapa komponen. Pada tahun 2015, IKU SS-1.1.5
ditargetkan 67,69 dengan realisasi sebesar 83,35 dan capaian sebesar 123% (batas
toleransi capaian 120%), sebagai berikut:
Tabel Capaian SS-1.1.5 Tahun 2015
Realisasi Realisasi
No Sub IKU Bobot
2015 Pembobotan
1 Indeks Penyelesaian Kasus WNI dan BHI di luar 65 86,70 56.36
negeri. (Sub IKU-1)
2 Indeks Sistem Kelembagaan Perlindungan WNI dan 20 67,46 13.49
BHI di luar negeri. (Sub IKU-2)
3 Indeks Diplomasi Perlindungan WNI dan BHI di luar 15 90 13.5
negeri. (Sub IKU-3)
Realisasi 83,35
Target 67,69
Capaian 123%
Batas Toleransi 120%
Dari sisi internal Kementerian Luar Negeri, di bidang perlindungan WNI dan
BHI terdapat beberapa kendala sebagai berikut:
1. Belum berimbangnya jumlah dan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dengan
tingkat intensitas dan kompleksitas kasus yang ditangani;
2. Proses adminstrasi dan sistem pembiayaan pengacara tetap (retainer lawyer) di luar
negeri terutama untuk penanganan kasus yang bersifat multiyears; dan
3. Penetapan tugas fungsi yang ada selama ini dipandang sudah tidak lagi mampu
mengakomodir perkembangan tugas, peran dan tanggung jawab Kementerian Luar
Negeri di bidang perlindungan WNI di luar negeri yang terus meningkat seiring
dengan peningkatan jumlah, varian dan kompleksitas kasus-kasus WNI di luar negeri,
khususnya yang menimpa TKI.
Indeks pelayanan dan perlindungan WNI dan BHI serta pemberdayaan diaspora
diperoleh dari 3 Sub IKU dengan pembobotan yang berbeda, yaitu:
Tujuan dari pembentukan sistem indeksasi ini adalah agar dapat mengukur secara
lebih akurat berbagai kinerja dan capaian yang dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri.
Selain itu, dalam sistem indeksasi yang terbagi dalam bobot nilai tertentu telah tercermin
seluruh kegiatan-kegiatan yang dilakukan, dengan gambaran kegiatan-kegiatan yang
menjadi prioritas utama tugas dan kinerja Kementerian Luar Negeri. Sebagai gambaran,
indeks penyelesaian kasus WNI dan BHI di luar negeri memiliki bobot yang tertinggi yang
mencapai nilai bobot 65, diikuti Indeks Sistem Kelembagaan Perlindungan WNI dan BHI di
luar negeri yang memiliki bobot 25 dan Indeks Diplomasi Perlindungan WNI dan BHI di
luar negeri dengan bobot 15. Dari pembagian bobot ini dapat terlihat bahwa penyelesaian
kasus merupakan kegiatan yang menjadi prioritas utama di Kementerian Luar Negeri yang
menyumbang hingga 65% dari keseluruhan bobot kinerja.
Pada tahun 2015, realisasi Sub IKU 1 SS-.1.15 adalah sebesar 86,70 dari target
58,75 dengan capaian 147,58% (batas tolerasi capaian 120%). Indeks ini diukur melalui
2 komponen sebagaimana tabel berikut:
Realisasi Realisasi
No Komponen Sub IKU-1 Bobot
Pembobotan
1 Persentase Kasus Khusus yang diselesaikan 65 99,48% 64,66
2 Persentase Kasus-kasus Umum yang 35 62,97% 22,04
diselesaikan
Indeks Penyelesaian Kasus WNI dan BHI di luar negeri. (Sub IKU-1) 86,70
Target 58,75
Capaian 147,58
Batas Toleransi Capaian 120%
Sepanjang tahun 2015, sebanyak 11.242 kasus telah ditangani dan lebih dari 62%
(7079 kasus) berhasil diselesaikan. Kasus yang belum terselesaikan sebagian karena
kompleksitas penanganan kasus di wilayah konflik. Kasus khusus yang paling banyak
ditangani oleh Kementerian Luar Negeri adalah evakuasi WNI di negara wilayah konflik
dan bencana.
Pada tahun 2015 telah dilakukan evakuasi di sejumlah wilayah rawan dan
bencana. Kegiatan evakuasi terbesar, terkompleks dan tercepat untuk menyelamatkan
WNI dilakukan di daerah konflik di Yaman. Kegiatan evakuasi di wilayah konflik di Yaman
berhasil menyelamatkan 2.413 WNI dan 173 WNA. Selain itu, dilakukan pula operasi
penyelamatan di Libya (199 WNI) dan Suriah (975 WNI); serta evakuasi dari wilayah
bencana gempa bumi di Nepal (24 WNI dan 4 WNA). Secara keseluruhan, sepanjang tahun
2015 telah berhasil diselamatkan sejumlah 3.611 WNI dan 173 WNA dari wilayah rawan
dan bencana.
Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan operasi penyelamatan yang penuh risiko.
Sebagai contoh, saat tim evakuasi berada di gedung KBRI Sana’a pada tanggal 24 April
2015, terjadi ledakan bom akibat serangan udara di gudang senjata yang berlokasi sangat
dekat dengan gedung KBRI. Akibatnya, gedung KBRI Sana’a mengalami kerusakan yang
sangat parah dan bahkan seorang anggota Tim evakuasi mengalami luka-luka akibat
serangan tersebut.
Kondisi kantor KBRI Sana’a sesaat setelah mengalami dampak ledakan serangan udara
Tim Evakuasi merawat seorang TKW yang terluka pasca ledakan besar di dekat gedung KBRI Sana’a.
Contoh lain adalah saat evakuasi WNI dari daerah bencana gempa bumi di Nepal,
Tim harus menggunakan helikopter militer untuk menuju daerah yang mengalami
kerusakan parah di Langtang yang berada di ketinggian 3600 meter di atas permukaan
laut. Sebagai informasi, daerah di sekitar Desa Langtang masih sangat labil dengan
longsoran bebatuan. Selain itu, beberapa kali terjadi gempa susulan dengan skala yang
cukup besar yang menambah risiko penyelamatan.
Tim Evakuasi WNI di Nepal sedang berkoordinasi sebelum melakukan operasi penyelamatan di
Langtang, Nepal.
Kegiatan penanganan kasus khusus lain yang dilakukan Kementerian Luar Negeri
di tahun 2015 adalah repatriasi terhadap Warga Negara Indonesia Overstayer/ Tenaga
Kerja Indonesia Undocumented (WNIO/ TKIU). Fasilitasi repatriasi yang berhasil
dilakukan terhadap 94.529 WNI/TKI jauh di atas target 2015 yang ditetapkan sebanyak
50.000 WNI/TKI. Tercakup dalam kegiatan repatriasi tersebut adalah keberhasilan
membebaskan dan memulangkan 51 WNI yang terancam hukuman mati. Upaya
pembebasan WNI dari ancaman hukuman mati dilakukan melalui proses yang kompleks
dan panjang melalui pendampingan hukum, penyediaan lawyer/pengacara serta
pendekatan terus menerus dengan berbagai pihak terkait di negara setempat. Kasus
pembebasan WNI dari hukuman mati yang mendapat perhatian luas dari masyarakat dan
media Nasional adalah keberhasilan pembebasan 5 WNI asal Banjarmasin, Kalimantan
Selatan. Selain itu, pada tahun 2015 juga berhasil dilakukan pembebasan terhadap 2 WNI
yang menjadi korban penyanderaan kelompok bersenjata di Papua Nugini.
Berikut merupakan daftar kasus khusus yang ditangani dan diselesaikan di sepanjang
tahun 2015.
Tabel Daftar Kasus WNI di Luar Negeri Tahun 2015
Kasus Khusus
No. Jenis Kasus Diselesaikan Ditangani
1. Korban Tindak Pidana Perdagangan 275 511
Orang
2. Narkoba 11 66
3. Pembunuhan 6 22
4. Terancam Hukuman Mati 282 487
5. Deportasi/Repatriasi 94.529 94.529
6. Evakuasi 3.611 3.611
TOTAL 98.714 99.226
Kasus umum merupakan kasus WNI/BHI di luar negeri yang terkait permasalahan
perdata, keimigrasian, ketenagakerjaan, klaim asuransi, meninggal dunia (sakit,
kecelakaan lalu lintas), pencurian, pencucian uang, pemerkosaan, dan pelanggaran hukum
dengan ancaman hukuman ringan.
Kasus yang selesai adalah kasus umum yang tertangani secara tuntas dan
mencapai solusi akhir sesuai prosedur, aturan hukum dan kebiasaan internasional yang
berlaku dengan memperhatikan pemenuhan hak-hak. Kriteria/ruang lingkupnya kasus
WNI/BHI di luar negeri.
Selama tahun 2015, Indonesia telah menyelesaikan kasus umum 7.079 dari 11.242
kasus yang ditangani, sebagaimana tabel berikut:
Komponen 2 Sub IKU-1 SS-1.1.5 Informasi Kinerja Jumlah
Persentase Kasus Umum yang Kasus umum yang selesai 7.079
diselesaikan Kasus yang ditangani 11.242
Realisasi 62,97%
Target 75%
Capaian 83,96%
Dari 11.242 kasus ditangani sebagian besar didominasi kasus keimigrasian dan
ketenagakerjaan terutama di Malaysia dan Arab Saudi serta negara-negara Timur Tengah.
Sejumlah 4.163 kasus belum terselesaikan dan 7.079 berhasil diselesaikan. Sejumlah
kasus belum terselesaikan mengingat adanya kompleksitas penanganan kasus terutama
terkait aturan hukum ketenagakerjaan dan keimigrasian di negara setempat setempat.
Permasalahan WNI overstayer dan TKI undocumented antara lain disebabkan buruknya
tata kelola penempatan TKI khususnya sektor domestik dan regulasi yang tumpang tindih.
Dalam mengupayakan penyelesaian kasus-kasus dimaksud, Kementerian Luar Negeri
melakukan pendekatan kasus per kasus mengingat keunikan masing-masing kasus hingga
pendekatan bilateral untuk kasus yang lebih bersifat umum dan kolektif. Berikut
merupakan daftar kasus umum yang ditangani dan diselesaikan di sepanjang tahun 2015.
Kasus umum WNI yang ditangani pada tahun 2015 mengalami penurunan sekitar 70%
dibanding kasus umum WNI yang ditangani sepanjang tahun 2014 dimana tercatat 16.165
kasus dan diselesaikan 12.429 kasus (tingkat penyelesaian 76,89%).
40.000
35.000
30.000
25.000
Total Kasus
20.000
Kasus Diselesaikan
15.000
% Kasus Selesai
10.000
5.000
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
8 Lain-lain (tidak betah, ingin pulang, hilang 3.577 kasus 2453 kasus
kontak, dll)
Adapun langkah yang telah dilakukan Kementerian Luar Negeri dalam mengatasi
kendala tersebut adalah:
1. Mendorong pentingnya penetapan moratorium penempatan TKI sektor domestik ke
negara-negara di kawasan Timur Tengah dan mengawal langsung penerapan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 260 Tahun 2015 tentang Penghentian dan
Pelarangan Penempatan TKI pada Pengguna Perserorangan di Negara-negara di
Timur Tengah;
2. Meningkatkan upaya kampanye penyadaran publik kepada masyarakat luas baik di
Indonesia maupun di luar negeri;
3. Mendorong penguatan koordinasi dan kerja sama antara instansi dan pemangku
kepentingan terkait melalui pertemuan koordinasi baik tingkat nasional maupun
tematik; dan
4. Mendorong penguatan kelembagaan perlindungan WNI.
Proyeksi Kedepan:
Kementerian Luar Negeri diharapkan dapat lebih meningkatkan capaian di masa
mendatang dalam penyelesaian kasus-kasus khusus dengan penguatan kapasitas,
koordinasi dan ketersediaan sumber daya yang memadai.
Sub IKU kedua adalah sistem kelembagaan perlindungan WNI dan BHI di luar
negeri. Dalam Sub IKU ini ditekankan pada penguatan infrastruktur keras maupun
infrastruktur lunak kelembagaan. Dengan penguatan infrastruktur tersebut maka secara
langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan kapasitas perlindungan bagi WNI
dan BHI di luar negeri. Pada tahun 2015, realisasi Sub IKU 2 SS-.1.15 adalah sebesar
67,46 dari target 87,50 dengan capaian 77,10%. Indeks ini diukur melalui 5 komponen
sebagaimana tabel berikut:
Realisasi Realisasi
No Komponen Sub IKU-2 SS.1.1.5 Bobot
Pembobotan
1 Persentase Integrasi Sistem Pendataan WNI di luar 30 93,33% 28
negeri
2 Persentase Pejabat/Staf Yang Memiliki Sertifikat 25 67,86% 16,96
Pelatihan terkait Penanganan Perlindungan WNI
dan BHI di luar negeri
3 Persentase Perwakilan Citizen Service di luar negeri 20 0% 0
yang dibentuk
4 Persentase SOP Penanganan Perlindungan WNI dan 15 100% 15
BHI di luar negeri yang diterapkan
5 Persentase Komunitas WNI yang dibentuk dalam 10 75% 7,5
rangka perlindungan WNI/BHI.
Indeks Sistem Kelembagaan Perlindungan WNI dan BHI di luar negeri 67,46
(Sub IKU 2)
Target 87,50
Capaian 77,10
Salah satu kendala utama dalam penanganan permasalahan TKI di luar negeri
adalah sulitnya verifikasi data sebagai rujukan penentuan langkah-langkah penanganan
permasalahan WNI di luar negeri. Untuk itu, Kementerian Luar Negeri telah
mengembangkan sistem database online WNI di luar negeri yaitu sistem e-perlindungan
yang beralamat di http://perlindungan.kemlu.go.id/portal/home. Sistem tersebut
merupakan database terintegrasi yang berisi data WNI di luar negeri, kasus-kasus yang
menimpa WNI di luar negeri serta perkembangan penanganan kasus tersebut.
Integrasi sistem pendataan di luar negeri merupakan pembentukan sistem
pendataan yang saling berhubungan dalam jaringan (online). Integrasi sistem ini terdiri
dari 2 aspek yaitu integrasi database WNI dengan Perwakilan RI dan integrasi sistem
pendataan WNI dengan Kementerian/Lembaga lain seperti database dari BNP2TKI.
Selama tahun 2015, Persentase Integrasi Sistem Pendataan WNI di luar negeri sebesar
91,67% dari target 100% sebagaimana terlihat dalam tabel berikut:
Komponen 1 Sub IKU-2 Informasi Kinerja Bobot Realisasi Realisasi
SS-1.1.5 Pembobotan
Persentase Integrasi Persentase Integrasi 40% 83.33% 33.33
Sistem Pendataan WNI di Perwakilan RI (IPW)
luar negeri. Persentase Integrasi 60% 100% 60
Kementerian/Lembaga (IKL)
Total Realisasi 93,33%
Target 100%
Capaian 93,33%
*) Formulasi Pengukuran : IPW + IKL
Sejak akhir tahun 2014 Kementerian Luar Negeri dan BNP2TKI telah memulai proses
integrasi data WNI di luar negeri. Seluruh aspek teknis dan kebijakan terkait integrasi data
tersebut telah berhasil diselesaikan pada tahun 2015. Integrasi data TKI di luar negeri
antara platform database Kementerian Luar Negeri dan platform data BNP2TKI telah
memungkinkan database tersebut dapat diakses oleh kedua pihak, sehingga sangat
memudahkan pencarian data TKI dan penyelesaian permasalahannya.
Dalam prakteknya, kendala utama penerapan integrasi sistem pendataan database WNI ini
adalah intensitas kasus WNI yang belum seimbang dengan kapasitas dan jumlah SDM di
Perwakilan, khususnya keterbatasan kapasitas dan jumlah staf untuk melakukan input
data. Dalam rangka mengatasi kendala tersebut, Kementerian Luar Negeri akan terus
mengupayakan peningkatan kapasitas SDM melalui program bimbingan teknis khusus
untuk pengelolaan database di Perwakilan. Sebagai target peningkatan di tahun 2016,
Kementerian Luar Negeri akan mengupayakan integrasi sistem database e-perlindungan
dengan database Dirjen Imigrasi (Sistem Informasi Manajemen Keimirasian/SIMKIM),
Kementerian Dalam Negeri (Sistem Kependudukan dan Catatan Sipil/Dukcapil) serta
pengintegrasian sejumlah Perwakilan RI yang databasenya belum terintegrasi dengan e-
perlindungan.
Lima belas SOP terkait perlindungan yang berhasil dibentuk dan dibakukan di sepanjang
tahun 2015 antara lain sebagai berikut:
1. SOP Pengelolaan Informasi High Profile Cases melalui Sistem SMS Broadcast;
2. SOP Penanganan WNI/TKI Terancam Hukuman Mati;
3. SOP Pengurusan Asuransi Kematian/Kecelakaan/Sakit WNI/TKI dalam bentuk uang
tunai atau cek kepada Ahli Waris;
4. SOP Pengurusan Asuransi Kematian/Kecelakaan/Sakit WNI/TKI yang ditransfer
Perwakilan RI
5. SOP Penanganan Evakuasi WNI/TKI dari Luar Negeri;
6. SOP Penanganan WNI/TKI Kasus Narkoba;
7. SOP Penanganan WNI/TKI Korban Pembunuhan;
Realisasi 75%
Target 100%
Capaian 75%
Analisis Sub IKU-3 SS-1.1.5: Indeks Diplomasi Perlindungan WNI dan BHI di
luar negeri
Pada tahun 2105, realisasi Sub IKU 3 SS-.1.15 adalah sebesar 90 dari target 80
dengan capaian 112,50%. Indeks pada Sub-IKU ini diukur melalui 4 komponen
sebagaimana tabel berikut:
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 100
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
Realisasi Realisasi
No Komponen Sub IKU-3 SS.1.1.5 Bobot
Pembobotan
1 Persentase rekomendasi Kementerian Luar Negeri yang 30 100% 30
diterima dalam kebijakan/regulasi nasional terkait
perlindungan WNI-BHI
2 Persentase rekomendasi Kementerian Luar Negeri yang 25 100% 25
diterima dalam isu perlindungan WNI-BHI pada forum
perundingan internasional
3 Persentase responden yang memberikan umpan balik positif 25 100% 25
atas Public Awareness Campaign perlindungan WNI
4 Persentase inovasi kelompok masyarakat yang direalisasikan 20 50% 10
dalam perlindungan WNI di luar negeri.
Indeks Diplomasi Perlindungan WNI dan BHI di luar negeri (Sub IKU-3) 90
Target 80
Capaian 112,50
Isu perlindungan WNI di luar negeri masih menjadi prioritas nasional dan politik
luar negeri RI. Karena itu, Kementerian Luar Negeri banyak menerima permintaan
masukan atau diminta sebagai narasumber pada forum-forum rapat/rapat
koordinasi/sarasehan/lokakarya pada berbagai tingkatan. Selain itu, terkait dengan
perumusan regulasi dan pembahasan isu-isu yang ada kaitannya dengan isu perlindungan,
semua masukan dan rekomendasi Dit. Perlindungan WNI dan BHI diterima sebagai
referensi.
Salah satu contoh kontribusi nyata dalam pembentukan kebijakan regulasi di
tingkat nasional adalah rekomendasi dalam pembentukan Rencana Aksi Nasional
Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang (RAN TPPO) 2015-2019.
RAN TPPO merupakan dokumen dasar yang menjadi rujukan pencegahan penanganan
kejahatan TPPO di tingkat nasional. Kementerian Luar Negeri berkontribusi secara aktif
dalam proses penyusunan draft awal hingga pengesahan rencana aksi tersebut.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 101
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
Sebagaimana diketahui bahwa perlindungan WNI merupakan salah satu pilar politik luar
negeri RI dalam pemerintahan saat ini. Kebijakan-kebijakan nasional terkait perlindungan
WNI merujuk dari konvensi dan standar internasional. Kementerian Luar Negeri cq.
Direktorat Perlindungan WNI dan BHI sepanjang tahun 2015 terlibat lebih aktif dan
kontributif dalam sejumlah forum regional dan mulitalteral. Semua rekomendasi yang
disampaikan oleh Delri cq. Direktorat Perlindungan WNI dan BHI diadopsi dan dijadikan
output pertemuan-pertemuan internasional tersebut. Bahkan pada forum regional Bali
Process, Plt. Direktur Perlindungan WNI dan BHI berhasil memainkan peran penting
sebagai Co-Chair dalam penyusunan Policy Guide on Identifying the Human Trafficking
victims.
Foto Bersama Co Chair dan Tim Drafting Policy Guides on Human Trafficking
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 102
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
Sebagai bagian dari upaya pencegahan, Kementerian Luar Negeri cq. Direktorat
Perlindungan WNI dan BHI menggalakkan kegiatan kampanye penyadaran publik (Public
Awareness Campaign) terutama ke daerah-daerah kantong TKI. Tujuannya antara lain
memberikan edukasi dan diseminasi mengenai cara-cara bermigrasi yang tepat dan aman.
Target kampanye selain masyarakat luas, termasuk akademisi, pelajar, LSM dan juga
aparat pemerintah daerah hingga tingkat desa atau kelurahan dimana asal mulanya proses
perekrutan calon-calon TKI.
Beberapa kegiatan Public Awareness Campaign yang mendapat perhatian
masyarakat secara luas adalah acara pertemuan 1000 TKI dengan diaspora, mengisi acara
Kick Andy di Metro TV dengan tema evakuasi WNI dari Yaman serta pemberian
penghargaan Hassan Wirajuda Perlindungan WNI Award 2015 bagi insan-insan
perlindungan yang telah menunjukkan darma bakti dan dedikasi terbaiknya melebihi
panggilan tugas yang diterima.
Dua pejabat Kementerian Luar Negeri tampil di Acara Kick Andy Metro TV
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 103
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
Selama tahun 2015, Persentase responden yang memberikan umpan balik positif
atas Public Awareness Campaign perlindungan WNI sebesar 100% dari target 75%
sebagaimana tabel berikut:
Komponen 3 Sub IKU-3 SS-1.1.5 Informasi Kinerja Jumlah
Persentase responden yang Jumlah responden dengan nilai >50% 60
memberikan umpan balik positif atas Total jumlah responden 60
Public Awareness Campaign
perlindungan WNI
Realisasi 100%
Target 75%
Capaian 133,33%
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 104
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 105
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
Realisasi IKU sebesar -2,82% menunjukkan bahwa tidak terdapat gap antara
perumusan kebijakan dengan implementasi kebijakan Kementerian Luar Negeri. Hal ini
menunjukkan bahwa Kementerian Luar Negeri telah berhasil mengimplementasikan
kebijakan luar negeri yang telah direncanakan atau dirumuskan sebelumnya secara
efektif. Sebagai langkah kedepan upaya perbaikan, Kementerian Luar Negeri perlu
membangun suatu sistem untuk memonitor hasil diplomasi yang efektif.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 106
BAB III
AKUNTABILITAS
KINERJA
CAPAIAN KINERJA
Learning and Grow th
Perspective
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
Sasaran
Strategis SDM yang Berkompeten
(SS-3.1.1.1)
Relisasi 5,56%
Target 50%
Capaian 11,11%
Pada tahun 2015, terdapat 3 jabatan Eselon I dan 4 jabatan Eselon II Kementerian
Luar Negeri yang tidak terisi. Terhadap 7 jabatan kosong tersebut, Kemenlu melakukan
Seleksi Terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama dan Madya untuk 4 jabatan tersebut
dari 7 yang tersedia, 3 lainnya akan dilaksanakan tahun 2016. Proses seleksi tersebut
telah dilakukan dengan menggunakan penilaian kompetensi manajerial, teknis dan sosio
kultural sesuai dengan Standar Kompetensi yang dibutuhkan pada jabatan tersebut.
Empat jabatan yang telah diisi dengan Seleksi Terbuka tersebut diantaranya adalah: 1)
Inspektur Jenderal; 2) Staf Ahli Menteri bidang Sosial Budaya; 3) Sekretaris BPPK; dan 4)
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan. IKU “Persentase pejabat yang telah memenuhi
standar kompetensi jabatan” ini merupakan IKU yang baru digunakan dan diukur pada
Tahun 2015, sehingga pencapaian IKU ini tidak dapat dibandingkan dengan capaian
tahun-tahun sebelumnya.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 107
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
Jumlah Pejabat yang telah dinilai dan sesuai dengan Standar Kompetensi
dibandingkan dengan jumlah jabatan yang tersedia (Eselon I maupun Eselon II) pada
Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Jumlah Pejabat Jumlah Jabatan
telah dinilai dan Yang Tersedia
No Unit
sesuai Standar (Eselon I dan
Kompetensi Eselon II)
1 STAF AHLI MENTERI LUAR NEGERI 1 5
2 SEKRETARIAT JENDERAL 1 12
3 DIREKTORAT JENDERAL ASIA PASIFIK DAN AFRIKA 0 7
4 DIREKTORAT JENDERAL AMERIKA DAN EROPA 0 7
5 DIREKTORAT JENDERAL KERJA SAMA ASEAN 0 6
6 DIREKTORAT JENDERAL MULTILATERAL 0 7
7 DIREKTORAT JENDERAL INFORMASI DAN DIPLOMASI PUBLIK 0 6
DIREKTORAT JENDERAL HUKUM DAN PERJANJIAN
8 0 5
INTERNASIONAL
9 DIREKTORAT JENDERAL PROTOKOL DAN KONSULER 0 6
10 INSPEKTORAT JENDERAL 1 6
11 BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN 1 5
JUMLAH 4 72
Dalam upaya mengatasi kendala yang dihadapi, Kementerian Luar Negeri akan
melakukan beberapa langkah solutif dan proyeksi ke depan sebagai berikut:
1. Penyegeraan penyusunan model dan standar kompetensi jabatan di Kementerian
Luar Negeri pada triwulan pertama tahun 2016.
2. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama di Kementerian Luar Negeri
pada tahun 2016 melalui Seleksi Terbuka dengan menggunakan asesmen kompetensi
manajerial, teknis dan sosio kultural untuk menghasilkan pejabat-pejabat yang telah
memenuhi standar kompetensi jabatan. Jumlah jabatan yang akan diisi pada tahun
2016 berjumlah 30% dari keseluruhan jumlah jabatan pimpinan tinggi.
3. Pelaksanaan asesmen kompetensi pada pejabat Kementerian Luar Negeri secara
bertahap.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 108
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 109
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
Pada tahun 2015, target IKU-1 SS-3.1.1.2 ditargetkan sebesar 60 dengan realisasi
Indeks Reformasi Birokrasi Kementerian Luar Negeri sebesar 68,75 dengan kategori
B atau dengan capaian 114,58% dari target yang telah ditetapkan.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 110
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
a. Kementerian Luar negeri telah mampu mengubah secara sistematis dan konsisten
mekanisme kerja, pola pikir (mind set), serta budaya kerja (culture set) individu
pimpinan dan pegawai menjadi lebih baik;
b. Mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses manajemen internal organisasi
melalui penataan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Luar Negeri antara
lain dengan melakukan penghapusan jabatan struktural eselon IV pada unit kerja
teknis, penyusunan peta proses bisnis organisasi, pemanfaatan teknologi informasi
berbasis internet (virtual secretariat), dan transparansi informasi kepada publik;
c. Roadmap Reformasi Birokrasi periode 2015-2019 yang disusun telah memuat strategi
pelaksanaan reformasi birokrasi lima tahun mendatang pada masing-masing area
perubahan dan Quick Win yang sesuai dengan kinerja utama organisasi;
d. Peningkatkan sistem manajemen kinerja, salah satunya dengan mengimplementasikan
sistem pengukuran kinerja berbasis balanced sorecard. Kementerian Luar Negeri
menetapkan tiga perspektif pengukuran kinerja, yaitu perspektif pemangku
kepentingan (stakeholders perspective), perspektif proses bisnis internal (internal
bussiness process perspective), dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
(learning and growth perspective.
Jika upaya yang sudah dilakukan di atas dikaitkan dengan hasil reformasi birokrasi
yang dapat dirasakan oleh masyarakat atau pihak penerima layanan dari Kementerian
Luar Negeri, dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Indeks kualitas pelayanan publik yang dihasilkan dari hasil survei terhadap beberapa
layanan utama Kementerian Luar Negeri, yaitu layanan terhadap kekonsuleran,
perlindungan BHI dan BWI serta layanan terhadap fasilitas diplomatik. Hasil survei
terhadap 143 penerima layanan yang dipilih melalui purposive random sampling,
belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Dalam skala 4, hasil survei persepsi
pelayanan menunjukkan angka 2,8. Masih terdapat kualitas layanan yang dibawah
harapan serta secara umum kualitas layanan Kementerian Luar Negeri masih di
bawah rata-rata layanan kementerian/lembaga lainnya. Pembandingan antara
harapan dan kualitas layanan dapat digambarkan sebagai berikut :
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 111
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 112
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 113
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
Sasaran
Strategis Lingkungan Kerja yang Kondusif
(SS-3.1.1.3)
Lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar karyawan pada
saat bekerja, baik yang berbentuk fisik ataupun non fisik, langsung atau tidak langsung,
yang dapat mempengaruhi dirinya dan pekerjaannya saat bekerja. Lingkungan kerja
mempengaruhi kondisi fisik, sosial, maupun psikologis pegawai/karyawan dalam suatu
organisasi/institusi. Dengan demikian, lingkungan kerja yang kondusif adalah kehidupan
sosial, psikologi ataupun fisik dalam organisasi yang berpengaruh dan mendukung
pegawai/karyawan dalam melaksanakan tugasnya. Lingkungan kerja yang kondusif
dibutuhkan agar setiap pegawai/karyawan dapat memberikan kinerja yang terbaik dalam
mendukung pencapaian kinerja organisasi/institusi tempat mereka bekerja. Lingkungan
kerja yang kondusif mendukung produktivitas kerja serta akan menimbulkan kepuasan
kerja bagi pekerja dalam suatu organisasi.
Selama tahun 2015, Kementerian Luar Negeri telah melakukan beberapa
perbaikan fisik dalam rangka menunjang dan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif
seperti di antaranya: renovasi gedung kantor/wisma di Kiev, Kopenhagen, Kabul,
Singapura, Kolombo; renovasi gedung kantor di Senayan, perbaikan ruang pelayanan One-
Desk-Service (ODS) Konsuler; renovasi 17 (tujuh belas) unit rumah dinas,
peremajaan/pengadaan 7 (tujuh) bus jemputan karyawan serta pengadaan sarana
prasarana penunjang pelaksanaan tugas lainnya di Kementerian Luar Negeri dan
Perwakilan RI.
Pencapaian Sasaran Strategis Kementerian Luar Negeri “Lingkungan kerja yang
kondusif” sebagai Sasaran Strategis 3.1.1.3 diukur dengan Indikator Kinerja Utama yaitu
“Indeks kepuasan pegawai”. Pengukuran indeks dilakukan melalui survei kepada
seluruh pegawai Kementerian Luar Negeri untuk menilai tingkat kepuasan pegawai
terhadap kapasitas organisasi. Pada tahun 2015, capaian kinerja SS-3.1.1.3 ditargetkan
dengan skala 3,25 dari 5 (65%) dengan realisasi 2,24 (44,8%) atau dengan capaian
sebesar 68,92%.
Berdasarkan survei yang dilakukan, indeks kepuasan pegawai terhadap kapasitas
organisasi hanya mencapai 44,8% atau capaiannya berarti 68,92% dari target yang telah
ditetapkan. Tidak tercapainya target tersebut disebabkan oleh sejumlah faktor, utamanya
adalah aspek kepegawaian/sumber daya manusia. Responden menggarisbawahi hal-hal di
bidang kepegawaian/sumber daya manusia yang harus dibenahi, yaitu sebagai berikut:
1. Masalah pola karir BPKRT dan Petugas Komunikasi;
2. Penerapan sistem meritokrasi serta reward and punishment;
3. Manajemen kepegawaian menyangkut masalah penempatan dan pengembangan
karir pegawai berdasarkan kompetensi dan keahliannya;
4. Sistem pelayanan kepegawaian (perlunya penerapan sistem komputerisasi untuk
administrasi kepegawaian); dan
5. Penataan kembali Jabatan Fungsional Diplomat.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 114
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
Sebagai langkah ke depan, berpijak dari hasil survei yang telah dilakukan,
Kementerian Luar Negeri akan mengambil langkah solutif sebagai berikut:
1. Penyelesaian pembentukan jabatan fungsional bagi BPKRT dan Petugas Komunikasi;
2. Revisi terhadap Peraturan Menteri PAN-RB Tahun 2005 tentang Jabatan Fungsional
Diplomat dan Angka Kreditnya;
3. Peninjauan terhadap evaluasi jabatan (peta jabatan dan kelas jabatan) Kementerian
Luar Negeri;
4. Perbaikan dan kebersihan kantin; memelihara kebersihan, perbaikan, dan
kelengkapan sarana di toilet; melakukan pest control secara berkala; penambahan
dan peremajaan armada bus jemputan; mengoptimalkan fasilitas day-care;
penambahan ruang rapat, serta penyediaan ruang tamu yang memadai.
5. Sosialisasi tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) secara lebih
intensif;
6. Penyusunan penataan tata-laksana (business process) dan pedoman penyusunan
Standard Operating Procedure (SOP) Kementerian Luar Negeri.
Selama tahun 2015, Indeks kepuasan pegawai sebesar 2,24 dari target 3,25.
Indeks kepuasan pegawai diukur dari indeks hasil survei yang mengukur sejauh mana
pegawai di lingkungan internal Kementerian Luar Negeri puas atas kinerja aspek-aspek
pelayanan dan/atau kinerja organisasi secara umum. Sebagai bentuk komitmen
Kementerian Luar Negeri dalam mendorong kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi,
Kelompok Kerja Penataan dan Penguatan Organisasi Tim Pelaksana Reformasi Birokrasi
Kementerian Luar Negeri telah menyelenggarakan survei tingkat kepuasan pegawai
Kementerian Luar Negeri terhadap kapasitas organisasi Kementerian Luar Negeri.
Aspek organisasi yang menjadi obyek survei meliputi unsur kelembagaan,
kepegawaian/sumber daya manusia (SDM), imbalan, sarana dan prasarana, pengendalian
dan pengawasan, serta mekanisme dan tata kerja. Pelaksanaan survei tingkat kepuasan
pegawai terhadap kapasitas organisasi merupakan bagian dari upaya Kementerian Luar
Negeri untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus dan berkelanjutan dalam rangka
membentuk organisasi yang efisien dan efektif, tepat fungsi, tepat ukuran dan tepat
proses. Pelaksanaan survei ini merupakan alat ukur bagi Kementerian Luar Negeri untuk
melakukan pembenahan diri dalam rangka meningkatkan kapasitas organisasi yang pada
akhirannya akan mendukung peningkatan kinerja pegawai.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 115
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
KELEMBAGAAN 2.13
KEPEGAWAIAN/SDM 2.13
VARIABEL
IMBALAN 1.95
0 1 2 3 4 5
SKALA TINGKAT KEPUASAN
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 116
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
utama yang menjadi perhatian responden terhadap kedua aspek tersebut juga sama yaitu
masalah pembenahan pola karir BPKRT, Pejabat Komunikasi dan Jabatan Fungsional
Diplomat. Hingga saat ini jabatan fungsional untuk BPKRT dan Petugas Komunikasi masih
belum terbentuk, sehingga memunculkan sejumlah pertanyaan responden mengenai
kepastian pola karir kedua rumpun kepegawaian tersebut. Di lain pihak, masalah pola
karir jabatan fungsional diplomat juga menjadi sorotan sejumlah responden.
Implementasi UU Aparatur Sipil Negara dan perkembangan dalam pelaksanaan tugas dan
fungsi memunculkan kebutuhan untuk mengkaji kembali peraturan perundang-undangan
yang mengatur tentang Jabatan Fungsional Diplomat, utamanya adalah revisi terhadap
Peraturan Menteri PAN No. PER/87.1/M.PAN/8/2005 tentang Jabatan Fungsional
Diplomat dan Angka Kreditnya.
Imbalan merupakan satu-satunya aspek kapasitas organisasi yang memperoleh
skor tingkat kepuasan di bawah 2 yaitu 1,95 atau tidak puas. Rasa ketidakpuasan
responden terhadap aspek imbalan berkaitan erat dengan tunjangan kinerja yang
diterima. Sebagian besar responden berpandangan bahwa penentuan kelas jabatan
seharusnya didasarkan secara obyektif pada beban kerja, jenis dan tingkat kesulitan
pekerjaan yang mereka lakukan, sehingga tunjangan kinerja yang diterima sesuai dengan
yang semestinya diterima. Sebagian besar responden juga berharap peningkatan
remunerasi Kementerian Luar Negeri dapat segera terealisasi, sehingga berdampak
kepada peningkatan tunjangan kinerja yang mereka terima. Masukan dari para responden
tersebut menegaskan perlunya bagi Kementerian Luar Negeri untuk melakukan
percepatan pelaksanaan reformasi birokrasi pada 8 area perubahan dan reviu terhadap
evaluasi jabatan yang pernah dilakukan pada tahun 2012.
Sarana dan prasarana merupakan aspek kapasitas organisasi yang memperoleh
skor tertinggi tingkat kepuasan pegawai dibanding 5 aspek lainnya (2,73). Hal ini tidak
terlepas dari sejumlah perbaikan fasilitas umum dan perkantoran yang secara intensif dan
berkesinambungan dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri. Namun masih terdapat
berbagai catatan penting dari para responden yang perlu ditindaklanjuti oleh Kementerian
Luar Negeri untuk percepatan pelaksanaannya dan salah satu yang menjadi sorotan utama
adalah masalah perbaikan dan kebersihan kantin.
Pada aspek pengendalian dan pengawasan, tingkat kepuasan terendah pegawai
adalah mengenai masalah sistem pengendalian internal pemerintah (SPIP) di Kementerian
Luar Negeri dimana mayoritas pegawai menyatakan tidak puas (1,91). Sebagian besar
responden menyatakan agar penerapan SPIP dapat disosialisasikan secara lebih intensif
karena belum banyak diketahui dan dipahami oleh pegawai. Setiap pimpinan unit
organisasi/satuan kerja pada prinsipnya harus menerapkan SPIP di lingkungan masing-
masing untuk mewujudkan terlaksananya mekanisme akuntabilitas publik melalui
penyusunan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan kinerja yang terintegrasi.
Menyangkut aspek mekanisme dan tata kerja, tingkat kepuasan terendah pegawai
adalah terhadap peraturan di Kementerian Luar Negeri yang mengatur mengenai
penataan tata laksana dan Standard Operating Procedures (SOP) (2,16). Hal ini dapat
dipahami karena Kementerian Luar Negeri belum memiliki pedoman business process dan
SOP sebagai panduan dalam penyusunan business process dan SOP di setiap unit
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 117
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
kerja/satuan kerja. Kementerian PAN dan RB telah menerbitkan Peraturan Menteri PAN
dan RB No. 12 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan Tata Laksana (Business Process)
yang perlu diterjemahkan lebih lanjut ke dalam Peraturan Menteri Luar Negeri. Peraturan
Menteri Luar Negeri ini yang akan menjadi panduan bagi setiap unit/satuan kerja untuk
membangun dan menata tata laksana dalam rangka memberikan dasar yang kuat bagi
penyusunan SOP yang lebih sederhana, efisien, efektif dan akuntabel.
Selain itu pihak KemenPAN-RB dan BPS telah melakukan survei pada bulan
September 2015 terkait nilai kapasitas organisasi dengan skor 3,76 dari skala 4.
Aspek yang dinilai dalam survei tersebut di antaranya adalah mengenai:
1. Budaya organisasi dan sistem anti korupsi
2. Integritas kerja terkait pengelolaan SDM
3. Integritas kerja dan Pelaksanaan Anggaran
4. Integritas kerja dan kesesuaian perintah atasan dengan aturan dan norma
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 118
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
Sasaran
Sistem Informasi Manajemen yang
Strategis
(SS-3.1.1.4) Terintegrasi
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 119
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
Tata Kelola
90
Pengelolaan
Teknologi
55 Risiko
0
14
Pengelolaan 81 Kerangka
Aset Kerja
2015
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 120
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 121
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
Nilai indeks 3.32 diperoleh dari nilai rerata dari semua dimensi yang diniliai
dalam penilaian dan menunjukkan bahwa pelaksanaan e-Government di Kementerian Luar
Negeri berada dalam kategori baik dan saat ini menduduki peringkat ke-3 dari 31
Kementerian. Hasil pemeringkatan indeks PeGI Kementerian Pusat dapat dilihat
sebagaimana tabel berikut:
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 122
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 123
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
3) Dimensi Infrastruktur
Nilai dimensi Infrastruktur adalah BAIK (3,23), dengan indikator:
a) Adanya pusat data yang tersebar di beberapa lokasi dan adanya fasilitas pusat
pemulihan bencana.
b) Adanya fasilitas jaringan dengan bandwidth yang memadai.
c) Adanya sistem keamanan fisik yang didukung oleh kelengkapan software.
d) Tersedianya anggaran pemeliharaan TIK yang memadai.
e) Adanya pemeliharaan dan inventarisasi yang tertata dengan baik serta didukung
oleh aplikasi berbasis desktop.
4) Dimensi Aplikasi
Nilai dimensi Aplikasi adalah BAIK (3,27), dengan indikator:
a) Adanya situs web resmi yang rutin diperbaharui dan dikelola dengan baik. Situs
web tersebut menjadi gerbang informasi dan jembatan elektronik kementerian
dengan publik serta mengintegrasikan seluruh situs web Perwakilan dan
menyediakan tautan ke aplikasi layanan publik.
b) Adanya aplikasi fungsional yang cukup lengkap di mana mayoritas sudah berbasis
open source (sekitar 70%).
c) Adanya kelengkapan dokumentasi aplikasi yang sudah dibangun dan
dikembangkan. Inventarisasi aplikasi juga telah dilakukan dengan baik.
d) Persyaratan interoperabilitas menjadi prioritas.
e) Salah satu pemanfaatan aplikasi sistem informasi yang mendapat penghargaan
adalah sebagai berikut:
- Implementasi Sistem Aplikasi Pelayanan Kepegawaian Kementerian
Negara/Lembaga Pemerintah Non-Kementerian di Kementerian Luar Negeri
sebagai Terbaik Kedua dari Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 124
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
5) Dimensi Perencanaan
Nilai dimensi Infrastruktur adalah BAIK (3,40), dengan indikator:
a) Adanya fungsi dan sistem perencanaan TIK di tingkat Kementerian yang dilakukan
oleh Pusat Komunikasi.
b) Adanya sistem perencanaan serta dokumentasi perencanaan dan implementasi
TIK.
c) Adanya pembiayaan dalam dokumen perencanaan meskipun belum memadai.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 125
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
Dimensi Dimensi
Kebijakan Kebijakan
4 4
3 3
Dimensi Dimensi Dimensi Dimensi
2 2
Perencanaan Kelembagaan Perencanaan Kelembagaan
1 1
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 126
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
Sasaran
Strategis Anggaran yang Optimal
(SS-3.1.1.5)
Anggaran yang Optimal dicapai dengan penyerapan anggaran yang maksimal serta
terpenuhinya target-target kinerja yang telah ditetapkan. Pencapaian Sasaran Strategis
Kementerian Luar Negeri “Anggaran yang optimal” sebagai Sasaran Strategis 3.1.1.5
diukur dengan Indikator Kinerja Utama yaitu “Persentase realisasi anggaran dan
realisasi kinerja”, dengan realisasi sebagai berikut:
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 127
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
6. Perubahan kurs pasar terhadap kurs APBN yang cukup signifikan sehingga banyak
terjadi kegiatan yang sudah terencana tidak dapat dilakukan.
Cara mengatasi kendala tersebut adalah dengan meningkatkan koordinasi
dengan para pemangku kepentingan seperti Kementerian Keuangan, Bappenas, dan BPKP
serta Kementerian Luar Negeri terus mengintensifkan koordinasi antara pusat dengan
Perwakilan RI terkait penggunaan anggaran baik yang bersumber dari Rupiah Murni (RM)
maupun PNBP.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 128
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
Target Target
Tujuan 1.1 Indikator Kinerja Utama
2015 2019
Kepemimpinan dan peran Indonesia
Tingkat pengaruh Indonesia
dalam kerja sama internasional yang 89% 95%
di dunia internasional
berpengaruh
Realisasi Tahun 2015 99,60%
Realisasi 3 IKU pada Tujuan 1.2 Nilai manfaat ekonomi, keuangan dan
pembangunan yang optimal melalui hubungan luar negeri belum mencapai target pada
tahun 2015. Jika dibandingkan dengan posisi target pada tahun 2019 sesuai Rencana
Strategis (Renstra) Kementerian Luar Negeri Tahun 2015—2019, posisi Kementerian Luar
Negeri saat ini belum mencapai target. Dari posisi realisasi kinerja tahun 2015,
Kementerian Luar Negeri memandang bahwa target pada tahun 2015 masih relevan untuk
menjadi target Tujuan 1.2 di tahun 2019. Hal ini juga menunjukan optimisme akan
kemampuan Kementerian Luar Negeri untuk terus meningkatkan peranannya dalam
mencapai nilai manfaat ekonomi, keuangan dan pembangunan yang optimal melalui
hubungan luar negeri.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 129
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
III.5 Analisis Evaluasi Program/Kegiatan Penunjang Keberhasilan ataupun Kegagalan Pencapaian Kinerja
Program Pemantapan Hubungan dan Peran Indonesia di Kawasan Amerika dan Tindaklanjut: Program ini masih efektif untuk diterapkan, dan pada level
Politik Luar negeri serta Optimalisasi Eropa yang meningkat kegiatan Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di Kawasan Asia Timur
Diplomasi di Kawasan Amerika dan dan Pasifik telah disesuaikan seiring dengan restrukturisasi tahun 2015.
Eropa Kegiatan displit menjadi Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di
Kawasan Asia Timur dan Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di
Kawasan Asia Tenggara. Hal ini merupakan tindaklanjut dari rekomendasi
analisis evaluasi program/kegiatan pada Laporan Kinerja Tahun 2014.
Program Optimalisasi Diplomasi Optimalisasi Diplomasi Terkait Dengan Evaluasi Program: Berdasarkan capaian kinerja, program ini masih valid,
terkait dengan Pengelolaan Hukum Pengelolaan Hukum dan Perjanjian relevan dan konsisten dengan kegiatan-kegiatan dibawahnya yang
dan Perjanjian Internasional Internasional menggambarkan output dan outcome yang dihasilkan serta menunjang
keberhasilan pencapaian kinerja.
Rekomendasi: Program ini masih efektif untuk diterapkan, dan pada level
kegiatan telah dilakukan penyesuaian dengan mempertimbangkan mandatory
Presiden RI terkait isu maritim. Kegiatan terkait isu maritim akan berlaku
seiring dengan proses restrukturisasi efektif.
130
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
Program Optimalisasi Informasi dan Menguatnya Citra Positif Indonesia melalui Evaluasi Program: Berdasarkan capaian kinerja, program ini masih valid,
Diplomasi Publik peningkatan peran Indonesia di dunia relevan dan konsisten dengan kegiatan-kegiatan dibawahnya yang
Internasional menggambarkan output dan outcome yang dihasilkan.
Program Peningkatan Pengawasan 1. Meningkatnya akuntabilitas kinerja Satker Evaluasi Program: Berdasarkan capaian kinerja, program ini masih valid,
dan Akuntabilitas Kementerian Luar yang terencana, terukur, ekonomis, efektif relevan dan konsisten dengan kegiatan-kegiatan dibawahnya yang
Negeri & efisien menggambarkan output dan outcome yang dihasilkan serta menunjang
2. Meningkatnya akuntabilitas pengelolaan keberhasilan pencapaian kinerja.
anggaran dan aset negara serta
pencegahan dini terjadinya risiko Rekomendasi: Program ini masih efektif untuk diterapkan.
permasalahan
Program Pengkajian dan Rekomendasi kebijakan hubungan luar Evaluasi Program: Berdasarkan capaian kinerja, program ini masih valid,
Pengembangan Kebijakan Luar negeri yang berkualitas relevan dan konsisten dengan kegiatan-kegiatan dibawahnya yang
Negeri menggambarkan output dan outcome yang dihasilkan serta menunjang
keberhasilan pencapaian kinerja.
131
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
Program Dukungan Manajemen dan Meningkatnya dukungan manajemen dan Evaluasi Program: Kinerja Perwakilan RI tidak dapat tercerminkan pada
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya teknis pelaksanaan diplomasi Indonesia program ini sehingga telah dilakukan peninjauan ulang atas nomenklatur
Kementerian Luar Negeri Program Perwakilan.
Tindaklanjut:
Perwakilan RI telah dibuatkan Program tersendiri dengan nomenklatur
Program Pelaksanaan Diplomasi dan Kerjasama Internasional pada Perwakilan
RI, dengan Kegiatan Penyelenggaraan Diplomasi dan Kerjasama Internasional.
Sehingga program dan kegiatan baru ini dapat menunjang pencapaian kinerja
Kementerian Luar Negeri.
Program Peningkatan Sarana dan Meningkatnya dukungan manajemen dan Evaluasi Program: Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir Program ini tidak
Prasarana Kementerian Luar Negeri teknis dalam sarana dan prasarana efektif berdiri sendiri, hal ini juga ditandai dengan kinerja yang lemah baik
Kementerian Luar Negeri anggaran maupun fisiknya.
132
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
3,000
2,000
1,000
-
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 133
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
membangun sebuah organisasi yang berorientasi hasil. Selain itu, jika dibandingkan
dengan realisasi anggaran tahun 2014 (93,10%), realisasi anggaran tahun 2015 telah
mengalami penurunan sebesar 5,15%.
% Realisasi Anggaran
100.00% 93.10%
87.77% 89.62%
90.00% 81.20%
80.00% 70.64%
67.44%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
2010 2011 2012 2013 2014 2015
% Realisasi Anggaran 67.44% 70.64% 81.20% 87.77% 93.10% 89.62%
Realisasi kinerja dan anggaran tahun 2015 merupakan realisasi pada periode
tahun pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo, dengan amanah kinerja baru serta
tolak ukur baru yang telah memuat Nawacita Presiden RI dengan kualitas IKU yang
berorientasi outcome dan target yang menantang. Realisasi kinerja dan realisasi anggaran
Kementerian Luar Negeri pada tahun 2016 dan kedepannya diharapkan akan semakin
meningkat.
Apabila realisasi anggaran dibandingkan dengan awal periode masa pemerintahan
di tahun 2010 sebesar 67,44%, maka awal periode masa pemerintahan di tahun 2015
(89,62%) telah mengalami peningkatan sebesar 22,18%. Kementerian Luar Negeri
menghadapi kendala dalam pengelolaan APBN yang telah dijabarkan dalam SS 3.1.1.5.
Analisis Efisiensi Sumber Daya
Selama 2015, Kementerian Luar Negeri telah melakukan upaya-upaya optimalisasi
dan efisiensi sumber daya dengan memaksimalkan resource SDM dan waktu kerja. Selain
mandatory Presiden RI untuk melakukan efisiensi pada setiap K/L, Kementerian Luar
Negeri juga telah melakukan langkah streamlining pertemuan atau sidang, serta
melakukan langkah efisiensi terkait penghematan dalam pelaksanaan kegiatan,
pengurangan biaya perjalanan dinas, pembatasan jumlah SDM yang terlibat dalam setiap
kegiatan dengan tetap mempertahankan kualitas dan hasil kinerja.
Kementerian Luar Negeri juga telah melakukan realokasi anggaran sesuai dengan
prioritas kinerja yang akan dilaksanakan dalam tahun 2015. Kebijakan terkait efisiensi
sumber daya baik manusia maupun anggaran tersebut, mendorong Kementerian Luar
Negeri untuk lebih efisien dalam pelaksanaan diplomasi dengan tetap menjaga kualitas
kinerja.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 134
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 135
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2015
Pada tahun 2015, secara keseluruhan realisasi kinerja Kementerian Luar Negeri tahun
2015 sebesar 84,73% dengan capaian kinerja sebesar 93,89% dari 20 IKU. Sebanyak 10 IKU
realisasinya telah melampaui target, 1 IKU realisasinya telah sesuai dengan target, dan 9 IKU
realisasinya dibawah target.
Jika dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2014, capaian kinerja Kementerian
Luar Negeri pada tahun 2015 turun sebesar 1,67% dari capaian tahun 2014 sebesar 95,56%.
Namun realisasi kinerja tersebut memang tidak dapat dibandingkan secara agregat. Realisasi
kinerja tahun 2015 merupakan realisasi pada periode tahun pertama pemerintahan Presiden
Joko Widodo, dengan amanah kinerja baru serta tolak ukur baru yang telah memuat Nawacita
Presiden RI. Selain itu, kualitas IKU Kementerian Luar Negeri semakin berorientasi outcome
dengan target yang menantang.
Kendala yang dihadapi oleh Kementerian Luar Negeri dalam pencapaian kinerja
selama tahun 2015 diantaranya dinamika situasi global yang dihadapi Indonesia yang
mempengaruhi tingkat capaian kinerja Kementerian Luar Negeri. Selain itu, masih kurangnya
koordinasi dengan stakeholders terkait target jumlah negara akreditasi yang mencapai target
peningkatan nilai perdagangan dengan Indonesia, nilai investasi asing ke Indoonesia, serta
peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia.
Beberapa langkah di masa mendatang untuk meningkatkan kinerja Kementerian Luar
Negeri adalah sebagai berikut:
1. Pro aktif dalam upaya perdamaian dan stabilitas dunia.
2. Meningkatkan kerjasama maritim, menindaklanjuti pengarusutamaan kerjasama maritim
dalam konteks East Asia Summit (EAS), serta memberikan perhatian yang lebih besar
pada Samudera Hindia melalui IORA.
3. Memaksimalkan kerja sama kemitraan strategis dan komprehensif serta mendorong
implementasi Kemitraan Strategis dengan Gulf Cooperation Council (GCC).
4. Memfokuskan pencapaian visi ASEAN Community 2025 dengan berlakunya ASEAN
Community 2015.
5. Mempertajam strategi diplomasi ekonomi serta meningkatkan sinergisitas dengan
stakeholders terkait untuk mencapai hasil yang optimal dari diplomasi ekonomi.
6. Akselerasi penyelesaian permasalahan perbatasan.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 136