Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

KONSEP MEDIS

A. Definisi

Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa/gula di

dalam darah tinggi/ melebihi batas normal karena tubuh tidak dapat melepaskan atau

menggunakan hormone insulin secara cukup. Insulin adalah hormone yang dilepaskan

oleh pankreas, yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang

normal. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau

disimpan sebagai cadangan energi (Maulana, 2009).

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, diabetes mellitus

merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang

terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya (Perkeni, 2011).

WHO mengklasifikasikan diabetes melitus sebagai kadar gula darah sewaktu yang lebih

dari 200 mg/dL, dan gula darah puasa lebih dari 126 mg/dL (Black & Hawks, 2009).

Kadar gula darah normal adalah:

Gula darah puasa 70 - 110 mg/dL

Gula darah sewaktu 80 – 200 mg/dL


B. Etiologi

1. Diabetes Melitus tipe I

Diabetes tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas yang merupakan

kombinasi dari beberapa faktor yaitu :

a. Faktor genetik

Dalam hal ini, penderita tidak mewarisi Diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi

suatu presiposisi ke arah terjadinya Diabetes tipe I yaitu dengan ditemukannya

tipe antigen HLA (human leucocyte antigen) tertentu pada individu tersebut.

b. Faktor imunologi
Pada Diabetes tipe I terdapat suatu respon autoimun sehingga antibodi tubuh
terarah pada sel-sel pulau Langerhans yang dianggapnya jaringan tersebut seolah-
olah sebagai jaringan abnormal.

c. Faktor lingkungan
Penyelidikan dilakukan terhadap kemungkinan fakto-faktor eksternal yang dapat
memicu destruksi sel beta, contoh hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa
virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.

2. Diabetes Melitus tipe II


Mekanisme yang tepat pada Diabetes tipe II sehingga terjadi resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin masih belum diketahui.
Faktor genetik memegang peranan penting dalam hal resistensi insulin dan
juga terdapat beberapa faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses
terjadinya Diabetes tipe II yaitu :

a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun).


b. Obesitas.
c. Riwayat keluarga.
d. Kelompok etnik tertentu.

3. Manifestasi klinik

Pada diabetes tipe 1, serangan manifestasi klinis biasanya yang terjadi bersifat

mengancam kehidupan seperti ketoasidosis. Pada diabetes tipe 2, serangan manifestasi

klinis yang terjadi secara bertahap atau bahkan tidak ada manifestasi klinis selama

beberapa tahun (Black & Hawks, 2009). Manifestasi klinis pada pasien dengan diabetes

mellitus adalah peningkatan rasa haus atau masukan cairan (polidipsi), sering merasa

lapar atau peningkatan intake (polifagi), sering buang air kecil (poliuri), penurunan

berat badan, pruritus, infeksi kulit, ketonuria, kelemahan dan keletihan (Smeltzer & Bare,

2013)

Tanda dan gejala :

1. Sering buang air kecil, terutama di malam hari

2. Selalu merasa haus sehingga banyak minum

3. Selalu merasa lapar, sehingga banyak makan

4. Tetap merasa lemas walaupun sudah makan

5. Kesemutan

6. Kulit terasa tebal

7. Rasa gatal pada kulit

8. Penurunan berat badan

9. Kesemutan/ mati rasa pada kaki

10. Pandangan kabur


4. Komplikasi

Komplikasi diabetes melitus dibagi menjadi 2 kategori, yaitu komplikasi akut dan

komplikasi kronik. Komplikasi akut adalah serangan yang terjadi secara tiba-tiba yang

langsung berpengaruh pada sistemik tubuh dan berefek langsung, seperti hiperglikemi/

ketoasidosis, hyperglycemic hyperosmolar nonketotic syndrome (HHNS), dan

hipoglikemi. Komplikasi kronis adalah serangan yang terjadi secara bertahap,

berlangsung lama dan efeknya dirasakan dalam jangka waktu yang cukup lama oleh

pasien. Komplikasi yang paling sering muncul adalah serangan ketoasidosis diabetikum,

komplikasi ke jantung, ginjal, dan gangguan sirkulasi ke ekstremitas bawah (luka yang

tak kunjung sembuh) (Smeltzer & Bare, 2013).

 Akibat/ komplikasi

1. Luka yang sulit disembuhkan

2. Koma/ penurunan kesadaran

3. Kerusakan saraf mata/ kebutaan

4. Kerusakan ginjal

5. Kerusakan pembuluh darah

6. Stroke

7. Mati rasa/baal

8. Impotensi pada pria

5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi DM.

Yaitu kelompok usia dewasa tua (>40 tahun), obesitas, tekanan darah tinggi, riwayat
keluarga DM, riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi >4.000 g, riwaya DM

pada kehamilan, dan dislipidemia. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan

pemeriksaan glukosa darah sewaktu, kadar gula darah puasa (Tabel 53.1), kemudian

dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) standar. Untuk kelompok

resiko tinggi yang hasil penyaringannya negatif, perlu pemeriksaan penyaring ulang tiap

tahun. Bagi pasien berusia 45 tahun tanpa faktor resiko, pemeriksaan penyaring dapat

dilakukan setiap 3 tahun.

Tabel 53.1 kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)

Bukan DM Belum pasti DM DM

Kadar glukosa darah sewaktu

Plasma vena <110 110-199 >200

Darah kapiler <90 90-199 >200

Kadar glukosa darah puasa

Plasma vena <110 110-125 >126

Darah kapiler <90 90-109 >110

Cara pemeriksaan TTGO, adalah :

a. Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa.

b. Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak.

Pasien puasa semalam selama 10-12 jam.

a. Periksa glukosa darah puasa.


b. Berikan glukosa 75 g yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum dalam waktu 5
menit.

c. Periksa glukosa darah 1 jam sesudah beban glukosa.

d. Selama pemeriksaan, pasien diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.7

1. Pemeriksaan hemoglobin glikosilasi

Hemoglobin glikosilasi merupakan pemeriksaan darah yang mencerminkan kadar

glukosa darah rata-rata selama periode waktu 2 hingga 3 bulan. Ketika terjadi kenaikan

kadar glukosa darah, molekul glukosa akan menempel pada hemoglobin dalam sel darah

merah.

Ada berbagai tes yang mengukur hal yang sama tetapi memiliki nama yang berbeda,

termasuk hemoglobin A1C dan hemoglobin A1. Nilai normal antara pemeriksaan yang

satu dengan yang lainnya, serta keadaan laboratorium yang satu dan lainnya, memilikmi

sedikit perbedaan dan biasanya berkisar dari 4% hingga 8%.

2. Pemeriksaan urin untuk glukosa

Pada saat ini, pemeriksaan glukosa urin hanya terbatas pada pasien yang tidak bersedia

atau tidak mampu untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah. Prosedur yang umum

dilakukan meliputi aplikasi urin pada strip atau tablet pereaksi dan mencocokkan warna

pada strip dengan peta warna.

3. Pemeriksaan urin untuk keton

Senyawa-senyawa keton (atau badan keton) dalam urin merupakan sinyal yang

memberitahukan bahwa pengendalian kadar glukosa darah pada diabetes tipe I sedang
mengalami kemunduran. Apabila insulin dengan jumlah yang efektif mulai berkurang,

tubuh akan mulai memecah simpana lemaknya untuk menghasilkan energi. Badan keton

merupakan produk-sampingan proses pemecahan lemak ini, dan senyawa-senyawa keton

tersebut bertumpuk dalam darah serta urin.

6. Penatalaksanaan

Diabetes Melitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai penyakit

dan diperlukan kerja sama semua pihak di tingkat pelayanan kesehatan.

Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha dan akan diuraikan sebagai

berikut :

a. Perencanaan makan.

Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi seimbang dalam hal

karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan kecukupan gizi yang baik yaitu :

1.) Karbohidrat sebanyak 60 – 70 %.

2.) Protein sebanyak 10 – 15 %.

3.) Lemak sebanyak 20 – 25 %.

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut, dan

kegiatan jasmani.

Untuk kepentingan klinis praktis, penentuan jumlah kalori dipakai rumus Broca yaitu

berat badan idaman = (TB – 100) – 10 %.

Sehingga didapatkan :

1.) Berat badan kurang = < 90 % dari BB idaman.

2.) Berat badan normal = 90 – 110 % dari BB idaman.


3.) Berat badan lebih = 110 – 120 % dari BB idaman

4.) Gemuk = > 120% dari BB idaman.

Jumlah kalori yang diperlukan dari BB idaman dikali berlebihan kalori basal yaitu

untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita Kkal/kg BB, kemudian ditambah untuk

kebutuhan kalori aktivitas (10 – 30 % untuk pekerja berat), koreksi status gizi (gemuk

dikurangi, kurus ditambah) dan kalori untuk menghadap stress akut sesuai dengan

kebutuhan.

Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut di atas dibagi dalam

beberapa porsi yaitu :

1.) Makan pagi sebanyak 20 %).

2.) Makan siang sebanyak 30 %.

3.) Makan sore sebanyak 25 %.

4.) 2 – 3 porsi makanan ringan sebanyak 10 – 15 % di antaranya.

b. Latihan jasmani

Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3 – 4 kali seminggu) selama kurang

lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit

penyerta. Sebagai contoh olahraga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30

menit, olahraga sedang adalah berjalan cepat selama 20 menit dan olahraga berat

misalnya jogging.

c. Pengelolaan farmakologis

Sarana pengelolaan farmakologis Diabetes berupa :

1). Obat hipoglikemia oral (OHO).

2). Golongan sulfonilurea.


Obat golongan ini sudah dipakai sejak tahun 1957 dan tidak dipakai pada tipe Diabetes

Melitus tipe I. Mekanisme kerja obat golongan sulfoniluera :

- Menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan.

- Menurunkan ambang sekresi insulin.

- Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.

3). Golongan biguanid

Saat ini dari golongan ini yang masih dipakai adalah Metformin. Metformin ini

menurunkan kadar glukosa darah pengaruhnya terhadap kerja insulin pada tingkat

selular, distal dari reseptor insulin serta efeknya juga berefek menurunkan kadar

glukosa hati. Metformin mencapai kadar puncak dalam darah setelah 2 jam.

4). Alga glukosidase inhibitor – acarbose.

Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat enzim alfa glukodosidase di dalam

saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan

hiperglikemia post prandial. Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak menyebabkan

hiperglikemia dan juga tidak berpengaruh pada kadar insulin.

5). Insulin sensitizing agent.

Thiazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai efek farmakologis

meningkatkan sensitivitas insulin. Golongan ini bekerja meningkatkan glukosa

disposal pada sel dan mengurangi produksi glukosa di hati.

Tetapi baru mulai dicoba dan belum beredar di pasaran Indonesia.

6). Insulin

Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah dan dinaikkan perlahan-

lahan sesuai dengan hasil glukosa darah pasien. Bila sulfoniluera atau metformin
telah diterima sampai dosis maksimal tetapit dak tercapai sasaran glukosa darah maka

dianjurkan penggunaan kombinasi sulfoniluera dengan metformin. Dan bila masih

belum berhasil, dipakai kombinasi sulfoniluera dan insulin.

Tabel I. Kategori Insulin

Perjalanan
Preparat Awitan Puncak Durasi Indikasi
Waktu

Kerja singkat Reguler ½ - 1 2-3 jam 4-6 jam Biasanya diberikan 20-30

jam menit sebelum makan ; dapat

diguna-kan sendiri atau di-

campur dengan insu-lin kerja

lama.

Kerja sedang NPH (ne 4-12 jam 16-20 Biasanya diberikan setelah

utral 3-4 jam jam makan.

Protamin 6-8 jam 20-30 Digunakan terutama untuk


Kerja lama 12-16
Hagedorn jam mengontrol kadar glukosa
jam
puasa.
d.Penyuluhan

Penyuluhan untuk rencana pengelolaan sangat penting untuk mendapatkan hasil yang

maksimal. Edukasi bagi pasien Diabetes yaitu pendidikan dan pelatihan mengenai

pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan menunjang perubahan prilaku untuk

meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai

keadaan sehat yang optimal, dan penyesuaian keadaan psikologik serta kualita hidup

yang lebih baik baik. Edukasi merupakan bagina integral dari asuhan keperawatan pasien

Diabetes.
BAB II

Konsep Keperawatan

A. Pengkajian keperawatan

1. Pengkajian
a. Aktivitas /istirahat
Gejala : lemah, letih, susah bergerak/susah berjalan, kram otot, tonus otot
menurun, gangguan istirahat/tidur.

Tanda : Tatikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau daya aktivitas,
letargi/disorientasi, koma, penurunan kekuatan otot.

b. Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat hipertensi ; IM akut, klaudikasi, bebas dan kesemutan
pada esktremitas.

Tanda : Tatikardia, perubahan tekanan darah postural ; hipertensi, nadi yang


menurun/tidak ada, disritmia, krekels ; DVJ (GJK), kulit panas, kering,
dan kemerahan ; bola mata cekung.

c. Integritas ego
Gejala : stres, bergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi.

Tanda : ansietas, peka rangsang.

d. Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri/terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeri tekan abdomen,
diare.

Tanda : urine encer, pucat, kuning ; poliuri, urine berkabut, bau busuk (infeksi),
bising usus lemah dan menurun ; hiperaktif (diare).
e. Makanan/cairan
Gejala : hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mengikuti diet ; peningkatakn
masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode
beberapa minggu, haus.

f. Neurosensori
Gejala : pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, bebas kelemahan pada otot,
parestesia, gangguan penglihatan.

Tanda : disorientasi ; mengantuk, letargi, stupor/koma (tahap lanjut), gangguan


memori (baru, masa lalu) ; kacau mental.

g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat).

Tanda : wajah meringis dengan palpitasi ; tampak sangat berhati-hati

h. Pernafasan
Gejala : merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen
(tergantung ada tidaknya infeksi).

Tanda : lapar udara, batuk, dengan/tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi


pernafasan.

i. Keamanan
Gejala : kulit kering, gatal, ulkus kulit.

Tanda : demam, kulit rusak, lesi/ulserasi, menurunnya kekuatan umum/rentang


gerak, parestesia/paralysis otot termasuk otot-otot pernafasan (jika kadar
kalium menurun dengan cukup tajam).

j. Seksualitas
Gejala : rabas vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada pria ; kesulitan
orgasme pada wanita.
B. Diagnosa Keperawatan :
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan insulin
2. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Diuresis Osmotik
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

C. Rencana/Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA NOC NIC


1 Perubahan Nutrisi Kurang dari  Klien diharapkan mampu untuk  Amati kecenderungan
Kebutuhan Tubuh - Mempertahankan berat badan pengurangandan dan penambahan
b.d Penurunan Insulin Mempertahankan masa tubuh BB
dan berat badan dalam batas  Monitor jenis dan jumlah latihan
normal yang dilaksanakan
 Memiliki nilai laboratorium  Monitor respon emosional klien
dalam batas normal ketika ditempatka pada suatu
- Melaporkan tingkat energi keadaan yang ada makanan
yang adekuat Monitor lingkungan tempat
makanan
 Monitor mual dan muntah
 Monitor tingkat energi, rasa tidak
enak badan,kelatihan dan
kelemahan
 Monitor masukan kalori dari
bahan makanan

Manajemen Nutrisi
 Aktivitas yang dilakukan :
- Kaji apa klien ada alergi makanan
- Kerja sama dengan ahli gizi
dalam menentukan jumlah kalori,
protein dan lemak secara tepat sesuai
dengan kebutuhan klien.
 Ajari klien tentang diet yang bener
sesuai kebutuhan tubuh
 Monitor catatan makanan yang
masuk atas kandungan gizi dan
jumlah kalori
 Timbang BB secara teratur
 Pastikan bahwa diet mengandung
makanan yang berserat tinggi
untuk mencegah sembelit
 Pastikan kemampuan klien untuk
memenuhi kebutuhan

· Manajemen Hiperglikemi
 Aktivitas yang dilakukan :
- Monitor guladarah sesuaiindikasi
Monitor tanda dan gejala poliuri,
polidipsi, polifagia. Keletihan,
pandangankabur atausakit kepala
- Monitor TTV sesuai indikasi
 Batasi latihan ketika gula
darah besar dari 250mg/dl
khusus nya adanya keton
dalam urin
 Monitor status cairan intake
output sesuai kebutuhan

2 Kekurangan Volume Cairan  Keseimbangan Elektrolit dan  Manajemen Asam-Basa


b.d Diuresis Osmotik asam-Basa Aktivitas yang dilakukan :
 Klien diharapkan mampu untuk- Monitor status hemodinamik
menormalkan : termasuk CVP (tekanan vena
- Albumin serum sentral), MAP (tekanan arteri rata-
- pH serum rata), PAP (tekanan arteri paru)
- Kreatinin serum  Dapatkan hasil labor untuk
- Bikarbonat serum menganalisa keseimbangna asam
- pH Urine basa seperti ABG, urin dan level
serum
· Keseimbangan Cairan  Pantau ketidakseimbangan
Klien diharapkan mampu untuk elektrolit yang semakin buruk
menormalkan : dengan mengoreksi
Tanda-tanda dehidrasi tidak ada ketidakseimbangan asam basa
- Mukosa mulut dan bibir  Dorong pasien dan keluarga untuk
lembab aktif dalam pengobatan
- Balan cairan seimbang ketidakseimbangan asam basa
· Hidrasi
Klien diharapkan mampu · Manajemen Cairan
menormalkan : Aktivitas yang dilakukan :
- Hidrasi kulit - Timbang BB tiap hari
- Kelembaban membran mukosa\
- Pertahankan intake yang akurat
- Haus yang abormal - Monitor status hidrasi (seperti
- Pengeluaran urin :kelembapan mukosa membrane,
- Tekanan darah nadi)
- Monitor status hemodinamik
termasuk CVP,MAP, PAP
- Monitor hasil lab. terkait retensi
cairan (peningkatan BUN, Ht ↓)
- Monitor TTV
- Monitor adanya indikasi
retensi/overload cairan (seperti
:edem, asites, distensi vena leher)
- Monitor perubahan BB klien
sebelum dan sesudah dialisa
- Monitor status nutrisi
- Monitor respon pasien untuk
meresepkan terapi elektrolit

· Pemantauan Cairan
Aktivitas yang dilakukan :
- Kaji tentang riwayat jumlah dan
tipe intake cairan dan pola eliminasi
- Kaji kemungkinan factor resiko
terjadinya imbalan cairan (seperti :
hipertermia, gagal jantung,
diaforesis, diare, muntah, infeksi,
disfungsi hati)
- Monitor BB, intake dan output
- Monitor nilai elektrolit urin dan
serum
- Monitor osmolalitas urin dan
serum
- Monitor membrane mukosa,
turgor dan rasa haus
- Monitor warna dan kuantitas urin

3 Intoleransi Aktivitas b.d · Toleransi Aktivitas · Terapi Aktivitas


Kelemahan Klien diharapkan mampu untuk Aktivitas yang dilakukan :
menyeimbangkan : - Monitor program aktivitas klien.
- Data Subjektif : - Denyut nadi saat beraktivitas. - Bantu klien untuk melalukan
a) Klien mengaku jarang - Jumlah pernafasan saat aktivitas yang biasanya ia lakukan.
berolahraga saat waktu luang. beraktivitas. - Jadwalkan klien untuk latihan-
b) Klien mengatakan lemas - Tekanan darah sistolik saat latihan fisik secara rutin.
beraktivitas. - Bantu klien dengan aktivitas-
- Data Obejektif : - Tekanan darah diastolic saat aktivitas fisik.
a) Aktivitas klien dibantu beraktivitas. - Monitor respon fisik, sosial, dan
perawat dan keluarga - Warna kulit. spiritual dari klien terhadap
b) Klien terlihat lemah - Kekuatan tubuh bagian atas. aktivitasnya.
c) TB/BB : 164cm/68kg - Kekuatan tubuh bagian bawah.- Bantu klien untuk memonitor
d) BMI : 25, 28 (overweight) kemajuan dari pencapaian tujuan.
e) Level Aktifitas : Level · Daya Tahan Tubuh
3(membutuhkan bantuan Klien diharapkan mampu untuk · Pengajaran : Penentuan Aktivitas
orang lain). menyeimbangkan : dan Latihan
- Aktivitas Aktivitas yang dilakukan :
- Daya tahan otot - Ajarkan klien tentang :
- Hemoglobin a. Tujuan dan kegunaan aktivitas dan
- Hematocrit latihan.
- Glukosa darah b. Bagaimana cara melakukan suatu
- Serum elektrolit aktivitas.
- Rasa lelah c. Bagaimana cara memonitor
toleransi aktivitas.
d. Bagaimana menjaga latihan.
- Berikan informasi kepada klien
· Perawatan Diri : Aktivitas- bagaiamana teknik-teknik untuk
aktivitas sehari-hari menyimpan energi.
Klien diharapkan mampu untuk - Berikan informasi-informasi
menyeimbangkan : seputar kesehatan fisik klien.
- Pola makan.
- Berjalan. · Mengontrol berat badan
- Aktivitas Aktivitas yang dilakukan :
- Diskusikan dengan klien
hubungan antara intake maknan,
latihan, peningkatan berat badan dan
kehilangan berat badan
- Diskusikan dengan klien kondisi
pengobatan yang mempengaruhi
berat badan
- Diskusikan hubungan resiko berat
badan normal dan tidak normal
- Beri informasi kepada klien
tentang berat badan yang ideal
- Diskusikan bersama klien metode
tentang intake makanan sehari-hari
- Minta informasi dari klien,
apakah ada dukungan luar yang
mempengaruhi berat badannya
- Kaji peningkatan keseimbangan
makanan
BAB III

WEB OF CAUTION (WOC)

Gaya hidup obesitas Genetik Sel kekurangan glukosa Glukoneogenesis


untuk ATP
Lemak protein
DM tipe 2 Kerusakan sel-sel beta pankreas polifagi

ketogenesis lipid BUN &


kreatinin
Kerusakan reseptor insulin DM tipe 1
ketoasidosis Risiko
aterosklerosis
Glucakagon Gagal produksi insulin kesadaran

Asidosis metabolik
Transport glukosa inadekuat
hemokonsentrasi
Napas kusmaul
Penurunan glukosa ke sel
trombosis aterosklerosis
Mual, muntah
Hiperglikemia
Penyumbatan pembuluh darah Ketidak seimbangan
nutrisi
glukosuria
makrovaskuler mikrovaskuler

Osmotik deuresis

Kerusakan Risiko cedera


integritas kulit poliuri Penurunan CES

Kekurangan volume
polidipsi
cairan
DAFTAR PUSTAKA

Hawks, & Black. (2009). Singapore: Elseiver.

Maulana. (2009). Mengenal diabetes melitus . Jakarta: Ar-Russ Media Group.

Perkeni. (2011). Retrieved April 09, 2016, from Konsensus pengendalian dan pencegahan
diabetes melitus tipe 2 di indonesia: http://www.perkeni.net/index.oho?page=home

Price, & Wilson. (2006). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2013). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta:
EGC. Jakarta: EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN
“DIABETES MELITUS”
LONTARA 1 ATAS DEPAN
RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

Oleh

MUTIA MUSYAFIRAH
C12112004

PRESEPTOR INSTITUSI PRESEPTOR LAHAN

( ) ( )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
LAPORAN PENDAHULUAN
“DIABETES MELITUS”
LONTARA 1 ATAS DEPAN
RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

Oleh

LA BONI
C12114704

PRESEPTOR INSTITUSI PRESEPTOR LAHAN

( ) ( )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
LAPORAN PENDAHULUAN
“CKD (CRONIC KIDNEY DESEASE)”
LONTARA 1 ATAS DEPAN
RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

Oleh

GUNAWAN S. NDOKKE
C12114734

PRESEPTOR INSTITUSI PRESEPTOR LAHAN

( ) ( )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

Anda mungkin juga menyukai