Tutor :
Disusun oleh :
KELOMPOK B7
Anggota :
TAHUN 2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................I
KATA PENGANTAR...................................................................................................II
KEGIATAN TUTORIAL............................................................................................III
V. KETERBATASAN ILMU……………………………….................................21
KERANGKA KONSEP...............................................................................................41
KESIMPULAN............................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................43
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya laporan
tutorial Skenario B Blok 22 ini dapat terselesaikan dengan baik. Laporan ini bertujuan untuk
memenuhi tugas Tutorial yang merupakan bagian dari pembelajaran KBK di Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini kami banyak mendapat bantuan, bimbingan dan
saran sehingga pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan syukur, hormat, dan terimakasih
kepada para dosen yang telah membimbing kami, kepada tutor kelompok dua, yang telah
memfasilitasi, dan kepada pihak-pihak yang telah membantu kami.
Kami menyadari laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun dari pembaca akan sangat kami harapkan guna perbaikan di masa yang akan
datang.
Akhir kata, harapan kami laporan tutorial ini dapat berguna bagi semua pihak yang
membacanya. Semoga Tuhan memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan
kepada semua orang yang telah mendukung kami. Semoga kita selalu dalam lindungan Tuhan
Yang Maha Esa. Amin.
Kelompok B7
KEGIATAN TUTORIAL
2. Boleh ke toilet
Physical Examination :
Body weight : 70kg; Height : 163 cm.
BP : 120/80 mmHg; HR : 84 bpm; RR : 20 rpm; T : 36,7C
Right Knee : warm , tender to touch , erythematous and limited active and passive range of
motion cause of pain.
Laboratory finding :
Ureum 34 mg/dl , creatinin 1,0 mgdl , blood uric acid 11,1 mg/dl and urine uric acid is 240
mg/24 hours.
II. Klarifikasi istilah
4 Physical examination
*
5 Laboratory finding
*
IV. Analisis Masalah
1. Mr. Rudi 54-year-old complain a sudden onset of pain in his right knee that awakened
him from sleep.
Artritis gout menyebar secara merata di seluruh dunia. Prevalensi bervariasi antar
negara yang kemungkinan disebabkan oleh adanya perbedaan lingkungan, diet, dan
genetik (Rothschild, 2013). Di Inggris dari tahun 2000 sampai 2007 kejadian artritis
gout 2,68 per 1000 penduduk, dengan perbandingan 4,42 penderita pria dan 1,32
penderita wanita dan meningkat seiring bertambahnya usia (Soriano et al, 2011). Di
Italia kejadian artritis gout meningkat dari 6,7 per 1000 penduduk pada tahun 2005
menjadi 9,1 per 1000 penduduk pada tahun 2009 (Rothschild, 2013).
Sedangkan jumlah kejadian artritis gout di Indonesia masih belum jelas karena data
yang masih sedikit. Hal ini disebabkan karena Indonesia memiliki berbagai macam
jenis etnis dan kebudayaan, jadi sangat memungkinkan jika Indonesia memiliki lebih
banyak variasi jumlah kejadian artritis gout (Talarima et al, 2012). Pada tahun 2009
di Maluku
Tengah ditemukan 132 kasus, dan terbanyak ada di Kota Masohi berjumlah 54 kasus
(Talarima et al, 2012). Prevalensi artritis gout di Desa Sembiran, Bali sekitar 18,9%,
sedangkan di Kota Denpasar sekitar 18,2%. Tingginya prevalensi artritis gout di
masyarakat Bali berkaitan dengan kebiasaan makan makanan tinggi purin seperti
lawar babi yang diolah dari daging babi, betutu ayam/itik, pepes ayam/babi, sate
babi, dan babi guling (Hensen, 2007).
Sudden Onset itu menunjukkan gout arthritis yang dialami Mr Rudi adalah pada
stadium akut. Menandakan bahwa nyeri terjadi secara tiba tiba.
Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan meningkatkan kadar asam urat
dalam tubuh. Asam urat ini merupakan suatu zat yang kelarutannya sangat rendah
sehingga cenderung membentuk Kristal monoatrium urat (MSU). Kristal MSU akan
merangsang pelepasan beberapa mediator inflamasi sehingga akan menimbulkan
serangan akut berupa nyeri sehingga pasien dapat terbangun ketika tidur dimalam
hari.
e. Bagaimana anatomi sendi lutut?
Secara umum sendi lutut termasuk kedalam golongan sendi engsel, tetapi sebenarnya
terdiri dari tiga bagian sendi yang kompleks yaitu :
2. satu articulatio jenis partial arthrodial diantara permukaan dorsal dari patella dan
femur.
Pada bagian atas sendi lutut terdapat condylus femoris yang berbentuk bulat, pada
bagian bawah terdapat condylus tibiae dan cartilago semilunaris. Pada bagian bawah
terdapat articulatio antara ujung bawah femur dengan patella. Fascies articularis
femoris . tibiae dan patella diliputi oleh cartilago hyaline. Fascies articularis condylus
medialis dan lateralis tibiae di klinik sering disebut sebagai plateau tibialis medialis
dan lateralis.
Capsula Articulatio
Lipatan capsul sendi pada bagian samping berjalan dekat pinggir tulang
rawan. Sehingga regio epicondylus tetap bebas. Kapsul sendi kemudian menutupi
permukaan cartilago , dan bagian permukaan anterior dari femur tidak ditutupi oleh
cartilago.
Bursa sendi merupakan suatu tube seperti kantong yang terletak di bagian bawah dan
belakang pada sisi lateral didepan dan bawah tendon origo m. popliteus. Bursa ini
membuka kearah sendi melalui celah yang sempit diatas meniscus lateralis dan
tendon m. popliteus. Banyak bursa berhubungan sendi lutut. Empat terdapat di
depan, dan enam terdapat di belakang sendi. Bursa ini terdapat pada tempat
terjadinya gesekan di antara tulang dengan kulit, otot, atau tendon.
1. Bursa Anterior
a. Bursa Supra Patellaris
Terletak di bawah m. quadriceps femoris dan berhubungan erat dengan rongga sendi.
b. Bursa Prepatellaris
Terletak pada jaringan subcutan diantara kulit dan bagian depan belahan bawah
patella dan bagian atas ligamentum patellae.
c. Bursa Infrapatellaris Superficialis
Terletak pada jaringan subcutan diantara kulit dan bagian depan belahan bawah
ligamentum patellae
d. Bursa Infapatellaris Profunda
Terletak di antara permukaan posterior dari ligamentum patellae dan permukaan
anterior tibiae. Bursa ini terpisah dari cavum sendi melalui jaringan lemak dan
hubungan antara keduanya ini jarang terjadi.
2. Bursa Posterior
Recessus Subpopliteus Ditemukan sehubungan dengan tendon m. popliteus dan
berhubungan dengan rongga sendi. 2. Bursa M. Semimembranosus Ditemukan
sehubungan dengan insertio m. semimembranosus dan sering berhubungan dengan
rongga sendi.
1. Ligamentum Ekstracapsular
a. Ligamentum Patellae
Melekat (diatas) pada tepi bawah patella dan pada bagian bawah melekat pada
tuberositas tibiae. Ligamentum patellae ini sebenarnya merupakan lanjutan dari
bagian pusat tendon bersama m. quadriceps femoris. Dipisahkan dari membran
synovial sendi oleh bantalan lemak intra patella dan dipisahkan dari tibia oleh sebuah
bursa yang kecil. Bursa infra patellaris superficialis memisahkan ligamentum ini dari
kulit.
b. Ligamentum Collaterale
Fibulare Ligamentum ini menyerupai tali dan melekat di bagian atas pada condylus
lateralis dan dibagian bawah melekat pada capitulum fibulae. Ligamentum ini
dipisahkan dari capsul sendi melalui jaringan lemak dan tendon m. popliteus. Dan
juga dipisahkan dari meniscus lateralis melalui bursa m. poplitei.
c. Ligamentum Collaterale Tibiae
Ligamentum ini berbentuk seperti pita pipih yang melebar dan melekat dibagian atas
pada condylus medialis femoris dan pada bagian bawah melekat pada margo
infraglenoidalis tibiae. Ligamentum ini menembus dinding capsul sendi dan sebagian
melekat pada meniscus medialis. Di bagian bawah pada margo infraglenoidalis,
ligamentum ini menutupi tendon m. semimembranosus dan a. inferior medialis genu
.
d. Ligamentum Popliteum Obliquum
Merupakan ligamentum yang kuat, terletak pada bagian posterior dari sendi lutut,
letaknya membentang secara oblique ke medial dan bawah. Sebagian dari
ligamentum ini berjalan menurun pada dinding capsul dan fascia m. popliteus dan
sebagian lagi membelok ke atas menutupi tendon m. semimembranosus.
e. Ligamentum Transversum Genu
Ligamentum ini terletak membentang paling depan pada dua meniscus , terdiri dari
jaringan connective, kadang- kadang ligamentum ini tertinggal dalam
perkembangannya , sehingga sering tidak dijumpai pada sebagian orang.
2. Ligamentum Intraapsular
Ligamentum cruciata adalah dua ligamentum intra capsular yang sangat kuat,
saling menyilang didalam rongga sendi. Ligamentum ini terdiri dari dua bagian yaitu
posterior dan anterior sesuai dengan perlekatannya pada tibiae. Ligamentum ini
penting karena merupakan pengikat utama antara femur dan tibiae.
a. Ligamentum Cruciata Anterior
Ligamentum ini melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan berjalan
kearah atas, kebelakang dan lateral untuk melekat pada bagian posterior permukaan
medial condylus lateralis femoris. Ligamentum ini akan mengendur bila lutut ditekuk
dan akan menegang bila lutut diluruskan sempurna. Ligamentum cruciatum anterior
berfungsi untuk mencegah femurbergeser ke posterior terhadap tibiae. Bila sendi
lutut berada dalam keadaan fleksi ligamentum cruciatum anterior akan mencegah
tibiae tertarik ke posterior.
b. Ligamentum Cruciatum Posterior
Ligamentum cruciatum posterior melekat pada area intercondylaris posterior dan
berjalan kearah atas , depan dan medial, untuk dilekatkan pada bagian anterior
permukaan lateral condylus medialis femoris. Seratserat anterior akan mengendur
bila lutut sedang ekstensi, namun akan menjadi tegang bila sendi lutut dalam keadaan
fleksi. Serat-serat posterior akan menjadi tegang dalam keadaan ekstensi.
Ligamentum cruciatum posterior berfungsi untuk mencegah femur ke anterior
terhadap tibiae. Bila sendi lutut dalam keadaan fleksi , ligamentum cruciatum
posterior akan mencegah tibiae tertarik ke posterior.
Kartilago Semilunar (Meniscus)
Cartilago semilunaris adalah lamella fibrocartilago berbentuk C , yang pada
potongan melintang berbentuk segitiga. Batas perifernya tebal dan cembung, melekat
pada bursa. Batas dalamnya cekung dan membentuk tepian bebas . Permukaan
atasnya cekung dan berhubungan langsung dengan condylus femoris. Fungsi
meniscus ini adalah memperdalam fascies articularis condylus tibialis untuk
menerima condylus femoris yang cekung.
1. Cartilago Semilunaris Medialis
Bentuknya hampir semi sirkular dan bagian belakang jauh lebih lebar daripada
bagian depannya. Cornu anterior melekat pada area intercondylaris anterior tibiae
dan berhubungan dengan cartilago semilunaris lateralis melalui beberapa serat yang
disebut ligamentum transversum. Cornu posterior melekat pada area intercondylaris
posterior tibiae. Batas bagian perifernya melekat pada simpai dan ligamentum
collaterale sendi. Dan karena perlekatan inilah cartilago semilunaris relatif tetap.
2. Cartilago Semilunaris Lateralis
Bentuknya hampir sirkular dan melebar secara merata. Cornu anterior melekat
pada area intercondylaris anterior, tepat di depan eminentia intercondylaris. Cornu
posterior melekat pada area intercondylaris posterior, tepat di belakang eminentia
intercondylaris. Seberkas jaringan fibrosa biasanya keluar dari cornu posterior dan
mengikuti ligamentum cruciatum posterior ke condylus medialis femoris. Batas
perifer cartilago dipisahkan dari ligamentum collaterale laterale oleh tendon m.
popliteus, sebagian kecil dari tendon melekat pada cartilago ini. Akibat susunan yang
demikian ini cartilago semilunaris lateralis kurang terfiksasi pada tempatnya bila di
bandingkan dengan cartilago semilunaris medialis.
Persarafan pada sendi lutut adalah melalui cabang-cabang dari nervus yang yang
mensarafi otot-otot di sekitar sendi dan befungsi untuk mengatur pergerakan pada
sendi lutut. Sehingga sendi lutut disarafi oleh: (1) N. Femoralis, (2) N. Obturatorius,
(3) N. Peroneus communis, dan (4) N. Tibialis
Suplai Darah
Suplai darah pada sendi lutut berasal dari anastomose pembuluh darah disekitar sendi
ini. Dimana sendi lutut menerima darah dari descending genicular arteri femoralis,
cabang-cabang genicular arteri popliteal dan cabang descending arteri circumflexia
femoralis dan cabang ascending arteri tibialis anterior. Aliran vena pada sendi lutut
mengikuti perjalanan arteri untuk kemudian akan memasuki vena femoralis.
2. He does not report any trauma and was essentially asymptomatic when he went to bed.
a. Apa makna klinis dari tidak ada trauma dan gejala sebelum tidur?
Tidak adanya rasa sakit antara episode serangan menandakan Mr. Rudi brada pada
Stadium interkritikal. Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi
periode interkritik asimptomatik. Walaupun secara klinik tidak dapat ditemukan
tanda-tanda radang akut, namun pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat. Hal ini
menunjukkan bahwa proses peradangan masih terus berlanjut, walaupun tanpa
keluhan.(Putra, 2009)
Keadaan ini dapat terjadi satu atau beberapa kali pertahun, atau dapat sampai 10
tahun tanpa serangan akut. Apabila tanpa penanganan yang baik, dan pengaturan
asam urat yang tidak benar, maka timbul serangan akut lebih sering yang dapat
mengenai beberapa sendi dan biasanya lebih berat. Menajemen yang tidak baik,
maka keadaan interkritik akan berlanjut menjadi stadium menahun dengan
pembentukan tofi.
Purin berasal dari metabolisme makanan dan asam nukleat endogen, dan didegradasi
menjadi asam urat melalui ensim xantin oksidase. Sebelum menjadi asam urat, purin
diubah menjadi adenosin. Kemudian adenosin akan diubah menjadi adenin dan
isonine yang oleh ensim adenin deaminase dan phosphorylase keduanya diubah
menjadi hipoxantine. Oleh xantin oksidase hipoxantin diubah menjadi xantin dan
akhirnya xantin diubah menjadi asam urat. Adenosin, selain dari metabolisme purin,
juga dapat berasal jaringan yang mengalami hipoksia. Tidak seperti mamalia lain
manusia tidak mempunyai ensim urikase sehingga asam urat tidak bisa diubah
menjadi allantoin, dan asam urat akan langsung diekskresi melalui fitrasi glomerulus
(Emmerson, 1996; Waring, 2000;Johnson 2003).
Purin adalah protein yang termasuk dalam golongan nucleoprotein. Selain didapat
dari makanan, purin juga berasal dari penghancuran sel – sel tubuh yang sudah tua.
Pembuatan atau sintesa purin juga bisa dilakukan oleh tubuh sendiri dari bahan –
bahan seperti CO2, Glisin, Glutamin, asam asparat, dan asam folat. Diduga
metabolisme purin diangkut ke hati, kemudian mengalami oksidasi menjadi asam
urat. Kelebihan asam urat dibuang melalui ginjal dan usus. Asam urat merupakan
asam lemah yang pada pH normal akan terionisasi di dalam darah dan jaringan
menjadi ion urat. Dengan berbagai kation yang ada, ion urat akan membentuk garam
dan 98% asam urat ekstraseluler akan membentuk garam monosodium urat (MSU).
Pada pembentukan kristal antara lain konsentrasi MSU di tempat terjadinya
kristal,temperatur lokal, ada tidaknya zat yang mempertahankan kelarutan asam urat
di dalam cairan sendi seperti proteoglikan, serta berkurangnya jumlah air dalam
cairan sendi. Kelarutan garam urat dan asam urat sangat penting pada pembentukan
kristal. Garam urat lebih mudah larut di dalam plasma,cairan sendi, dan urin.
Kelarutan asam urat di urin akan meningkat bila p > 4. Umumnya darah manusia
dapat menampung asam urat sampai tingkat tertentu. Bila kadar asam urat plasma
melebihi daya larutnya, misalnya >7 mg/dl,maka plasma darah menjadi sangat jenuh.
Keadaan ini disebut hiperurisemia. Pada keadaan hiperurisemia, darah tidak mampu
lagi menampung asam urat sehingga terjadi pengendapan kristal urat di berbagai
organ seperti sendi dan ginjal. Guna mempertahankan konsentrasi asam urat darah
dalam batas-batas normal, asam urat harus dikeluarkan dari tubuh (Dr.setiawan
Dalimartha.2003).
4. Physical examination
Body Mass Index diatas normal: Obesitas, pola diet yang tidak baik.
Warm, Tender, erythematous and limited active and passive range of motion
merupakan tanda dari inflamasi.
Kristal monosodium urat yang menumpuk akan berinteraksi dengan fagosit melalui
dua mekanisme. Mekanisme pertama adalah dengan cara mengaktifkan sel-sel
melalui rute konvensional yakni opsonisasi dan fagositosis serta mengeluarkan
mediator inflamasi. Mekanisme kedua adalah kristal monosodium urat berinteraksi
langsung dengan membran lipid dan protein melalui membran sel dan glikoprotein
pada fagosit. Interaksi ini mengaktivasi beberapa jalur transduksi seperti protein G,
fosfolipase C dan D, Srctyrosine-kinase, ERK1/ERK2, c-Jun N-terminal kinase, dan
Pengenalan kristal monosodium urat diperantarai oleh Toll-like receptor (TLR) 2 dan
TLR 4, kedua reseptor tersebut beserta TLR protein penyadur MyD88 mendorong
terjadinya fagositosis. Selanjutnya proses pengenalan TLR 2 dan 4 akan
mengaktifkan faktor transkripsi nuclear factor-kB dan menghasilkan berbagai macam
faktor inflamasi (Cronstein dan Terkeltaub, 2006). Proses fagositosis kristal monoso-
dium urat menghasilkan reactive oxygen species (ROS) melalui NADPH oksidase.
Keadaan ini mengaktifkan NLRP3, kristal monosodium urat juga menginduksi
pelepasan ATP yang nantinya akan mengaktifkan P2X7R. Ketika P2X7R diaktifkan
akan terjadi proses pengeluaran cepat kalium dari dalam sel yang merangsang
NLRP3. Kompleks makro melekular yang disebut dengan inflamasom terdiri dari
NLRP3, ASC dan pro-caspase-1 dan CARDINAL. Semua proses diatas nantinya
akan menghasilkan IL-1α (Busso dan So, 2010).
Sel-sel yang sering diteliti pada artritis gout adalah lekosit, neutrofil, dan makrofag
(Busso dan So, 2010). Salah satu komponen utama pada inflamasi akut adalah
pengaktifan vascular endhotelial yang menyebabkan vasodilatasi dengan peningkatan
aliran darah, peningkatan permeabilitas terhadap protein plasma dan pengumpulan
lekosit ke dalam jaringan. Aktivasi endotel akan menghasilkan molekul adhesi
seperti E-selectin, intercellular adhesion molecule-1 (ICAM-1) dan vascu-lar cell
adhesion molecule-1 (VCAM-1) yang kemungkinan disebabkan karena adanya
faktor TNF-α yang dikeluarkan oleh sel mast (Dalbeth dan Haskard, 2005).
Neutrofil berkontribusi pada proses inflamasi melalui faktor kemotaktik yakni sitokin
dan kemokin yang berperan pada adhesi endotel dan proses transmigrasi. Sejumlah
faktor yang diketahui berperan dalam proses artritis gout adalah IL-1α, IL-8,
CXCL1, dan granulocyte stimulating-colony factor (Busso dan So, 2010).
5. Laboratory finding
Konsumsi seafood yang memiliki kadar protein sangat tinggi menyebabkan tingginya
kadar amonia yang dihasilkan dari katabolisme asam amino. Hal ini mengaktifkan jalur
biosintesis urea yang bertempat di hepar dan menghasilkan sangat banyak ureum yang
akan diekskresikan melalui ginjal.
Terjadi banyak konversi dari xanthine menjadi asam urat melalui xanthine oxidase
terkait banyaknya intake purin dalam seafood yang dikonsumsi
Urine uric acid is 240 mg/24hours rendah
Hal ini mengindikasikan rendahnya fungsi ginjal untuk mengekskresikan asam urat yang
tinggi di dalam darah dan terjadinya gangguan fungsi ginjal. Hal ini dapat terjadi diduga
karena sudah ada gangguan fungsi ginjal yang menyebabkan fungsi filtrasi dan
reabsorbsi ginjal terganggu.
Template
1. DD
Artritis gout memiliki diagnosis banding seperti artritis septik, psoriasis, calcium
pyrophosphate deposition disease (CPPD), dan artritis rematik.
2. WD
Gout Arthritis
3. HOW TO DIAGNOSE
Berdasarkan penegakan diagnosa arthritis gout akut, dapat digunakan
o Arthritis monoartikuler
o Hiperurisemia
4. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi gout bervariasi dari satu populasi ke populasi lain dan di antara wilayah
geografis. Laporan sebelumnya menunjukkan bahwa kejadian hyperuricemia dan asam
urat lebih tinggi di sejumlah ras Asia tinggal di USA daripada di kelompok dibandingkan
mereka yang tinggal di Eropa. The-WHO ILAR-COPCORD tahap I fase 3 penelitian di
Bandungan, Jawa Tengah, Indonesia, menunjukkan bahwa frekuensi hyperuricemia dan
asam urat pada laki-laki 15 tahun dan lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk
Kaukasia. Perbandingan laki-laki terhadap perempuan adalah 34-1. Saat itu terutama
ditemukan pada pria lebih dari 45 tahun. Di Taiwan, ditemukan bahwa kejadian gout di
daerah pedesaan dan perkotaan adalah 13,6 / 1.000 dan 6.4 / 1.000 masing-masing
sedangkan prevalensi gout adalah 0,6% (pedesaan) dan 0,67% (perkotaan) . Dalam studi
klinis 45 pasien gout di Ujung Pandang (Sulawesi Selatan, Indonesia) tingkat
hyperuricemia adalah 88,0% 7 sedangkan di Sulawesi Utara, ditemukan bahwa di antara
208 pasien asam urat kronis, 92,3% memiliki hyperuricemia8. gout itu sering terjadi
pada keluarga pasien 'di Sulawesi Utara.
5. ETIOLOGI
Asam urat merupakan zat sisa yang dibentuk oleh tubuh pada saat regenerasi sel.
Beberapa orang yang menderita gout membentuk lebih banyak asam urat dalam
tubuhnya dan tubuh tidak efektif dalam membuang asam urat melalui air seni, sehingga
asam urat menumpuk dalam darah. Genetik, jenis kelamin dan nutrisi (peminum alkohol,
obesitas) memegang peranan penting dalam pembentukan penyakit gout.
Oleh karena itu penyebab gout adalah hiperurisemia umum. Asam urat, urin
produk degradasi, disintesis terutama di hati. 2 / 3 dari total asam saraf diekskresi oleh
ginjal, dan sisanya disekresi ke dalam usus. Menyebabkan hiperurisemia dapat dibagi
menjadi sebagai akibat dari gangguan atas produksi dan gangguan akibat penurunan
klirens saraf di ginjal. Sebagian besar kasus gout (90%) berasal dari saraf sekresi asam
menurun. 5% dari pasien mengalami over produksi asam sebagai akibat dari defek enzim
otot yang diturunkan (fosforibosiltransferase adenin defisiensi hipoksantin-guanin (juga
dikenal sebagai sindrom Lesch-Nyhan) atau lebih kegiatan sintetase 1-pirofosfat 5-
phosphoribosyl). Pasien-pasien ini dapat diidentifikasi karena mereka mengekskresi >
800 mg asam pada saraf air seni mereka selama periode 24 jam.
Faktor-faktor yang berperan dalam perkembangan gout bergantung pada faktor penyebab
terjadinya hiperurisemia:
6. FAKTOR RESIKO
7. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis artritis gout terdiri dari artritis gout asimptomatik, artritis gout akut,
interkritikal gout, dan gout menahun dengan tofus. Nilai normal asam urat serum pada
pria adalah 5,1 ± 1,0 mg/dl, dan pada wanita adalah 4,0 ± 1,0 mg/dl. Nilai-nilai ini
meningkat sampai 9-10 mg/dl pada seseorang dengan artritis gout (Carter, 2006).
Pada tahap pertama hiperurisemia bersifat asimptomatik, kondisi ini dapat terjadi untuk
beberapa lama dan ditandai dengan penumpukan asam urat pada jaringan yang sifatnya
silent. Tingkatan hiperurisemia berkolerasi dengan terjadinya serangan artritis gout pada
tahap kedua (Sunkureddi et al,2006).
Radang sendi pada stadium ini sangat akut dan yang timbul sangat cepat dalam waktu
singkat. Pasien tidur tanpa ada gejala apa-apa. Pada saat bangun pagi terasa sakit yang
hebat dan tidak dapat berjalan. Biasanya bersifat monoartikuler dengan keluhan utama
berupa nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik berupa
demam,menggigil dan merasa lelah (Tehupeiory, 2006).
Serangan artritis gout akut terjadi ditandai dengan nyeri pada sendi yang berat dan
biasanya bersifat monoartikular. Pada 50% serangan pertama terjadi pada
metatarsophalangeal-1 (MTP-1) yang biasa disebut dengan podagra. Semakin lama
serangan mungkin bersifat poliartikular dan menyerang ankles, knee, wrist, dan sendi-
sendi pada tangan (Sunkureddi et all, 2006). Serangan akut ini dilukiskan sebagai
sembuh beberapa hari sampai beberapa minggu, bila tidak terobati, rekuren yang
multipel, interval antara serangan singkat dan dapat mengenai beberapa sendi
(Tehupeiory, 2006).
Ketika serangan artritis gout terjadi eritema yang luas di sekitar area sendi yang terkena
dapat terjadi. Meskipun serangan bersifat sangat nyeri biasanya dapat sembuh sendiri
dan hanya beberapa hari. Setelah serangan terdapat interval waktu yang sifatnya
asimptomatik dan disebut juga stadium interkritikal (Sunkureddi et al, 2006).
Faktor pencetus serangan akut antara lain berupa trauma lokal, diet tinggi purin,
kelelahan fisik, stres, tindakan operasi, pemakaian obat diuretik atau penurunan dan
peningkatan asam urat. Penurunan asam urat darah secara mendadak dengan alopurinol
atau obat urikosurik dapat menimbulkan kekambuhan (Tehupeiory, 2006).
Stadium interkritikal merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi periode
interkritik asimptomatik. Walaupun secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda radang
akut, namun pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat. Hal ini menunjukkan bahwa
proses peradangan tetap berlanjut, walaupun tanpa keluhan. Keadaan ini dapat terjadi
satu atau beberapa kali pertahun, atau dapat sampai 10 tahun tanpa serangan akut.
Apabila tanpa penanganan yang baik dan pengaturan asam urat yang tidak benar, maka
dapat timbul serangan akut lebih sering yang dapat mengenai beberapa sendi dan
biasanya lebih berat (Tehupeiory, 2006). Kebanyakan orang mengalami serangan
artritis gout berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati (Carter, 2006).
1. Pemeriksaan Lab
Pada fase awal temuan yang khas pada gout adalah asimetris
pembengkakan di sekitar sendi yang terkena dan edema jaringan lunak
sekitar sendi. Pada pasien yang memiliki beberapa episode yang
menyebabkan arthritis gout pada sendi yang sama, daerah berawan dari
opacity meningkat dapat dilihat pada plain foto.
b. USG
d. MRI
Gambar
T2-weighted magnetic resonance imaging 13. MRI
scans.
Pengobatan serangan akut artritis yg menyebabkan gout melibatkan tindakan dan obat-
obatan yang mengurangi peradangan. Mencegah serangan di masa depan gout akut
adalah sama pentingnya dengan merawat arthritis akut. Pencegahan gout akut
melibatkan menjaga asupan cairan yang cukup, penurunan berat badan, perubahan pola
makan, pengurangan konsumsi alkohol, dan obat-obatan untuk menurunkan kadar
asam urat dalam darah (mengurangi hyperuricemia).
Menjaga asupan cairan yang cukup membantu mencegah serangan gout akut. Asupan
cairan juga menurunkan resiko pembentukan batu ginjal pada pasien dengan gout..
Alkohol diketahui memiliki efek diuretik yang dapat berkontribusi terhadap dehidrasi
dan presipitat serangan gout akut. Alkohol juga dapat mempengaruhi metabolisme
asam urat menyebabkan hyperuricemia. Oleh karena itu, alkohol memiliki dua dampak
utama yang memperburuk gout oleh menghambat (memperlambat) ekskresi asam urat
dari ginjal serta dengan menyebabkan dehidrasi, yang keduanya memberikan
kontribusi pada pengendapan kristal asam urat pada sendi.
GOUT DIET
Non-Medika-Mentosa
Jika Anda berada pada risiko untuk gout, Anda harus melakukan berikut ini:
Diet Rendah Purin : Orang-orang dengan gout memiliki risiko lebih tinggi untuk
penyakit jantung. TDiet ini tidak hanya akan menurunkan resiko Anda untuk gout,
tetapi juga risiko penyakit jantungKontrol kolesterol Anda.
Hindari makanan yang tinggi purin (biokimia dalam makanan yang dimetabolisme
menjadi asam urat), termasuk kerang dan daging merah.
Perlahan-lahan menurunkan berat badan. Hal ini dapat menurunkan kadar asam urat
Kehilangan berat badan terlalu cepat kadang-kadang dapat memicu serangan gout.
Hidrasi
Meningkatkan asupan produk susu, seperti susu tanpa lemak dan yogurt, karena
mereka dapat menurunkan frekuensi serangan gout.
Hindari fruktosa, seperti dalam sirup jagung dan diet soda.
Karena bahan kimia purin dikonversi oleh tubuh menjadi asam urat, makanan yang
kaya purin dihindari. Contoh makanan kaya purin termasuk daging kerang dan
organ seperti hati, otak, ginjal, dan roti manis. Para peneliti telah melaporkan, secara
umum, bahwa konsumsi daging atau seafood meningkatkan risiko serangan gout,
sedangkan susu konsumsi pangan tampaknya mengurangi risiko. Protein asupan
atau konsumsi sayuran yang kaya purin tidak berhubungan dengan peningkatan
risiko encok. Total asupan alkohol sangat terkait dengan peningkatan risiko gout
(bir dan minuman keras adalah faktor yang sangat kuat). Fruktosa dari sirup jagung
dalam minuman ringan juga meningkatkan risiko gout.
Penurunan berat badan dapat membantu dalam mengurangi resiko serangan gout
berulang. program. Ini paling baik dicapai dengan mengurangi asupan lemak dan
kalori makanan, dikombinasikan dengan rutin latihan aerobik program
Medika-Mentosa :
Sementara beberapa obat yang digunakan untuk mengobati panas, bengkak sendi,
obat-obat lain yang digunakan untuk mencegah serangan lebih lanjut dari gout.
Obat yang digunakan untuk mengobati asam urat akut dan / atau mencegah serangan
lebih lanjut adalah sebagai berikut:
obat yang lebih baru seperti celecoxib Aspirin tidak boleh digunakan untuk
kondisi ini.
dosis tinggi obat anti-inflamasi diperlukan untuk mengendalikan peradangan dan
dapat berkurang secara bertahap dalam beberapa minggu.
Komplikasi utama obat-obat ini termasuk sakit perut, perdarahan borok, dan
penurunan fungsi ginjal.
Colchicine
Obat ini diberikan dalam dua cara yang berbeda, baik untuk mengobati serangan
akut radang sendi atau untuk mencegah serangan berulang.
Untuk mengobati sendi, panas bengkak, colchicine yang diberikan dengan cepat
(sampai satu jam sekali sampai gejala membaik, efek samping mengembangkan,
atau maksimal 10 dosis dicapai). Meskipun pendekatan ini sering efektif,
kebanyakan orang mengembangkan mual, muntah , atau diare dan sehingga saat
ini jarang digunakan untuk tujuan ini.
Untuk membantu mencegah serangan dari datang kembali, colchicine bisa
diberikan sekali atau dua kali sehari. Sementara penggunaan kronis colchicine
dapat mengurangi serangan gout, tidak mencegah akumulasi asam urat yang
dapat menyebabkan kerusakan sendi bahkan tanpa serangan panas, sendi
bengkak.
Kortikosteroid
dosis tinggi digunakan pada awalnya dan tapered off dalam beberapa minggu.
Beberapa komplikasi dengan penggunaan jangka panjang dari corticosteroids
termasuk suasana hati berubah, tekanan darah tinggi, dan masalah dengan kontrol
glukosa pada pasien dengan diabetes .
Kortikosteroid juga bisa disuntikkan ke sendi bengkak. Istirahat sendi sementara,
setelah disuntik dengan steroid, dapat membantu.
Sesekali, kortikosteroid atau senyawa terkait, kortikotropin (ACTH), juga bisa
disuntikkan ke dalam otot atau diberikan intravena.
Obat-obatan di samping colchicine dosis rendah digunakan untuk mencegah
serangan lebih lanjut dari gout dan menurunkan kadar asam urat dalam darah
antara lain sebagai berikut.
Probenesid
Obat ini membantu tubuh menghilangkan kelebihan asam urat melalui ginjal dan
ke dalam urin.
Anda harus minum minimal 2 liter cairan sehari saat mengambil obat ini (untuk
membantu mencegah batu ginjal asam urat dari pembentukan).
Anda Beritahulah dokter jika Anda mengalami masalah ginjal atau riwayat batu
ginjal atau jika Anda mengambil aspirin. Anda mungkin perlu mengambil
allopurinol sebagai gantinya.
Ada sejumlah interaksi obat dengan probenesid, sehingga Anda harus
memberitahu dokter Anda tentang obat lain. Jika Anda resep pengobatan baru,
membiarkan dokter Anda tahu bahwa Anda mengambil probenesid.
Allopurinol
Obat ini mengurangi pembentukan asam urat oleh tubuh dan merupakan cara
yang sangat handal untuk menurunkan kadar asam urat darah. Allopurinol saat
ini merupakan standar emas terapi pemeliharaan.
Allopurinol bisa masih digunakan, tetapi dosis mungkin perlu disesuaikan.
Efek samping yang umum termasuk rasa sakit perut, sakit kepala , diare, dan
ruam .
Hentikan allopurinol jika terdapat ruam atau demam,.
Febuxostat (Uloric)
Penting untuk memahami bahwa obat ini pemeliharaan digunakan untuk menurunkan
asam urat jauh di bawah normal untuk mencegah serangan berulang menyebabkan
encok arthritis. Umumnya, dokter ingin kadar asam urat darah berada di bawah 6,0
mg / dL.
11. KOMPLIKASI
1. Radang sendi akibat asam urat (gouty arthritis)
Komplikasi hiperurisemia yang paling dikenal adalah radang sendi (gout). Telah
dijelaskan sebelumnya bahwa, sifat kimia asam urat cenderung berkumpul di cairan
sendi ataupun jaringan ikat longgar. Meskipun hiperurisemia merupakan faktor resiko
timbulnya gout, namun, hubungan secara ilmiah antara hiperurisemia dengan serangan
gout akut masih belum jelas. Atritis gout akut dapat terjadi pada keadaan konsentrasi
asam urat serum yang normal. Akan tetapi, banyak pasien dengan hiperurisemia tidak
mendapat serangan atritis gout.
Gejala klinis dari Gout bermacam-macam, yaitu, hiperurisemia tak bergejala, serangan
akut gout, gejala antara(intercritical), serangan gout berulang, gout menahun disertai
tofus. Keluhan utama serangan akut dari gout adalah nyeri sendi yang amat sangat
yang disertai tanda peradangan (bengkak, memerah, hangat dan nyeri tekan). Adanya
peradangan juga dapat disertai demam yang ringan. Serangan akut biasanya puncaknya
1-2 hari sejak serangan pertama kali. Namun pada mereka yang tidak diobati, serangan
dapat berakhir setelah 7-10 hari. Serangan biasanya berawal dari malam hari. Awalnya
terasa nyeri yang sedang pada persendian. Selanjutnya nyerinya makin bertambah dan
terasa terus menerus sehingga sangat mengganggu.
Biasanya persendian ibu jari kaki dan bagian lain dari ekstremitas bawah merupakan
persendian yang pertama kali terkena. Persendian ini merupakan bagian yang
umumnya terkena karena temperaturnya lebih rendah dari suhu tubuh dan kelarutan
monosodium uratnya yang berkurang. Trauma pada ekstremitas bawah juga dapat
memicu serangan. Trauma pada persendian yang menerima beban berat tubuh sebagai
hasil dari aktivitas rutin menyebabkan cairan masuk ke sinovial pada siang hari. Pada
malam hari, air direabsobsi dari celah sendi dan meninggalkan sejumlah MSU tofi
pada kedua tangan.
Gout dapat merusak ginjal, sehingga pembuangan asam urat akan bertambah buruk.
Gangguan ginjal akut gout biasanya sebagai hasil dari penghancuran yang berlebihan
dari sel ganas saat kemoterapi tumor. Penghambatan aliran urin yang terjadi akibat
pengendapan asam urat pada duktus koledokus dan ureter dapat menyebabkan gagal
ginjal akut. Penumpukan jangka panjang dari kristal pada ginjal dapat menyebabkan
gangguan ginjal kronik.11
12. PROGNOSIS
Prognosis artritis gout dapat dianggap sebuah sistem bukan penyakit sendiri. Dengan
kata lain prognosis penyakit artritis gout merupakan prognosis penyakit yang
menyertainya (Tehupeiroy, 2003). Artritis gout sering dikaitkan dengan morbiditas
yang cukup besar, dengan episode serangan akut yang sering menyebabkan penderita
cacat. Namun, artritis gout yang diterapi lebih dini dan benar akan membawa prognosis
yang baik jika kepatuhan penderita terhadap pengobatan juga baik (Rothschild, 2013).
Jarang artritis gout sendiri yang menyebabkan kematian atau fatalitas pada
penderitanya. Sebaliknya, artritis gout sering terkait dengan beberapa penyakit yang
berbahaya dengan angka mortalitas yang cukup tinggi seperti hipertensi, dislipidemia,
penyakit ginjal, dan obesitas. Penyakit-penyakit ini bisa muncul sebagai komplikasi
maupun komorbid dengan kejadian artritis gout (Tehupeiroy, 2003).
Dengan terapi yang dini, artritis gout dapat dikontrol dengan baik. Jika serangan artritis
gout kembali, pengaturan kembali kadar asam urat (membutuhkan urate lowering
therapy dalam jangka panjang) dapat mempengaruhi aktivitas kehidupan penderita.
Selama 6 sampai 24 bulan pertama terapit artritis gout, serangan akut akan sering
terjadi (Schumacher et al, 2007). Luka kronis pada kartilago intraartikular dapat
mengakibatkan sendi lebih mudah terserang infeksi. Tofus yang mengering dapat
menjadi infeksi karena penumpukan bakteri. Tofus artritis gout kronis yang tidak
diobati dapat mengakibatkan kerusakan pada sendi. Deposit dari kristal monosodium
urat di ginjal
dapat mengakibatkan inflamasi dan fibrosis, dan menurunkan fungsi ginjal (Rothschild,
2013).
Pada tahun 2010, artritis gout diasosiasikan sebagai penyebab utama kematian akibat
penyakit kardiovaskuler. Analisis 1383 kematian dari 61527 penduduk Taiwan
menunjukkan bahwa individu dengan artritis gout dibandingkan dengan individu yang
memiliki kadar asam urat normal, hazard ratio (HR) dari semua penyebab kematian
adalah 1,46 dan HR dari kematian karena penyakit kardiovaskuler adalah 1,97. Sedangkan
individu dengan artritis gout, HR dari semua penyebab kematian adalah 1,07, dan HR dari
kematian karena penyakit kardiovaskuler adalah 1,08 (Kuo et al, 2010).
14.SKDI
3A. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-
pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya: pemeriksaan laboratorium
sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta
merujuk ke spesialis yang relevan (bukan kasus gawat darurat).
V. Keterbatasan ilmu pengetahuan
Textbook,
Jurnal,
Internet
A. Definisi
Gout adalah penyakit yang disebabkan penimbunan kristal monosodium urat monohidrat di
jaringan akibat adanya supersaturasi asam urat. Gout ditandai dengan peningkatan kadar
urat dalam serum, serangan artritis gout akut, terbentuknya tofus, nefropati gout dan batu
asam urat.
Tofus adalah nodul berbentuk padat yang terdiri dari deposit kristal asam urat yang keras,
tidak nyeri dan terdapat pada sendi atau jaringan. Tofus merupakan komplikasi kronis dari
hiperurisemia akibat kemampuan eliminasi urat tidak secepat produksinya. Tofus dapat
muncul di banyak tempat, diantaranya kartilago, membrana sinovial, tendon, jaringan lunak
dan lain-lain.
B. Epidemiologi
Arthritis gout lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan, puncaknya pada
dekade ke-5. Di Indonesia, arthritis gout terjadi pada usia yang lebih muda, sekitar 32%
pada pria berusia kurang dari 34 tahun. Pada wanita, kadar asam urat umumnya rendah dan
meningkat setelah usia menopause. Prevalensi arthritis gout di Bandungan, Jawa Tengah,
prevalensi pada kelompok usia 15-45 tahun sebesar 0,8%; meliputi pria 1,7% dan wanita
0,05%. Di Minahasa (2003), proporsi kejadian arthritis gout sebesar 29,2% dan pada etnik
tertentu di Ujung Pandang sekitar 50% penderita rata-rata telah menderita gout 6,5 tahun
atau lebih setelah keadaan menjadi lebih parah.
C. Etiologi
Gejala arthritis gout akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap pembentukan
kristal monosodium urat monohidrat. Karena itu, dilihat dari penyebabnya, penyakit ini
termasuk dalam golongan kelainan metabolic.
Asam urat merupakan zat sisa yang dibentuk oleh tubuh pada saat regenerasi sel. Beberapa
orang dengan gout membentuk lebih banyak asam urat dalam tubuh nya (10%). Sisanya
(90%), tubuh anda tidak efektif membuang asam urat melalui air seni. Genetik, jenis
kelamin dan nutrisi (peminum alkohol, obesitas) memegang peranan penting dalam
pembentukan penyakit gout.
D. Faktor Resiko
1. Suku Bangsa
Suku bangsa yang paling tinggi prevalensi nya pada suku maori di Australia. Prevalensi
suku Maori terserang penyakit asam urat tinggi sekali sedangkan Indonesia prevalensi yang
paling tinggi pada penduduk pantai dan yang paling tinggi di daerah Manado-Minahasa
karena kebiasaan atau pola makan dan konsumsi alkohol.(Wibowo, 2005)
2. Konsumsi Alkohol
Konsumsi alkohol menyebabkan serangan gout karena alkohol meningkatkan produksi
asam urat. Kadar laktat darah meningkat sebagai akibat produk sampingan dari metabolisme
normal alkohol. Asam laktat menghambat ekskresi asam urat oleh ginjal sehingga terjadi
peningkatan kadarnya dalam serum. (Carter, 2005)
Ikan laut merupakan makanan yang memiliki kadar purin yang tinggi. Konsumsi ikan laut
yang tinggi mengakibatkan asam urat. (Luk, 2005)
4. Penyakit
5. Obat-obatan
Aspirin memiliki 2 mekanisme kerja pada asam urat, yaitu: dosis rendah menghambat
ekskresi asam urat dan meningkatkan kadar asam urat, sedangkan dosis tinggi (> 3000 mg /
hari) adalah uricosurik.(Doherty, 2009)
6. Jenis Kelamin
Pria memiliki resiko lebih besar terkena nyeri sendi dibandingkan perempuan pada semua
kelompok umur, meskipun rasio jenis kelamin laki-laki dan perempuan sama pada usia
lanjut. Dalam Kesehatan dan Gizi Ujian Nasional Survey III, perbandingan laki-laki dengan
perempuan secara keseluruhan berkisar antara 7:1 dan 9:1. Dalam populasi managed care di
Amerika Serikat, rasio jenis kelamin pasien laki-laki dan perempuan dengan gout adalah 4:1
pada mereka yang lebih muda dari 65 tahun, dan 3:1 pada mereka lima puluh persen lebih
dari 65 tahun. Pada pasien perempuan yang lebih tua dari 60 tahun dengan keluhan sendi
datang ke dokter didiagnosa sebagai gout, dan proporsi dapat melebihi 50% pada mereka
yang lebih tua dari 80 tahun. ( Luk, 2005)
Hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa HDL yang merupakan bagian dari kolesterol,
trigliserida dan LDL disebabkan oleh asupan makanan dengan purin tinggi dalam
kesimpulan penelitian tentang faktor resiko dari hiperurisemia dengan studi kasus pasien di
rumah sakit Kardinah Tegal. (Purwaningsih, 2010)
E. Patofisiologi
Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan kristal monosodium urat dari
depositnya dalam tofi (crystals shedding). Pada beberapa pasien gout atau dengan
hiperurisemia asimptomatik kristal urat ditemukan pada sendi metatarsofalangeal dan
patella yang sebelumnya tidak pernah mendapat serangan akut. Dengan demikian, gout
ataupun pseudogout dapat timbul pada keadaan asimptomatik. Pada penelitian penulis
didapat 21% pasien gout dengan asam urat normal. Terdapat peranan temperature, pH, dan
kelarutan urat untuk timbul serangan gout. Menurunnya kelarutan sodium urat pada
temperature lebih rendah pada sendi perifer seperti kaki dan tangan, dapat menjelaskan
mengapa kristal monosodium urat diendapkan pada kedua tempat tersebut. Predileksi untuk
pengendapan kristal monosodium urat pada metatarsofalangeal-1 (MTP-1) berhubungan
juga dengan trauma ringan yang berulang-ulang pada daerah tersebut.
Penelitian Simkin mendapatkan bahwa kecepatan difusi molekul urat dari ruang synovial
kedalam plasma hanya setengah kecepatan air. Dengan demikian, konsentrasi urat dalam
cairan sendi seperti MTP-1 menjadi seimbang dengan urat dalam plasma pada siang hari
selanjutnya bila cairan sendi diresorpsi waktu berbaring, akan terjadi peningkatan kadar urat
local. Fenomena ini dapat menerangkan terjadinya awitan atau onset gout akut pada malam
hari pada sendi yang bersangkutan. Keasaman dapat meninggikan nukleasi urat in vitro
melalui pembentukan dari protonated solid phase. Walaupun kelarutan sodium urat
bertentangan terhadap asam urat, biasanya kelarutan ini meninggi, pada penurunan pH dari
7,5 menjadi 5,8 dan pengukuran pH serta kapasitas buffer pada sendi dengan gout, gagal
untuk menentukan adanya asidosis. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan pH secara akut
tidak signifikan mempengaruhi pembentukan kristal monosodium urat pada sendi.
Kristal urat dapat mengaktifkan system komplemen melalui jalur klasik dan jalur
alternative. Melalui jalur klasik, terjadi aktivasi komplemen C1 tanpa peran
immunoglobulin. Pada keadaan monosodium urat tinggi, aktivasi system komplemen
melalui jalur alternatif terjadi apabila jalur klasik terhambat. Aktivasi C1q melalui jalur
klasik menyebabkan aktivasi kolikrein dan berlanjut dengan mengaktifkan Hageman factor
(Faktor XII) yang penting dalam reaksi kaskade koagulasi. Ikatan partikel dengan C3 aktif
(C3a) merupakan proses opsonisasi. Proses opsonisasi partikel mempunyai peranan penting
agar partikel tersebut mudah untuk dikenal, yang kemudian difagositosis dan dihancurkan
oleh neutrofil, monosit dan makrofag. Aktivasi komplemen C5 (C5a) menyebabkan
peningkatan aktivitas proses kemotaksis sel neutrofil, vasodilatasi serta pengeluaran sitokin
IL-1 dan TNF. Aktivitas C3a dan C5a menyebabkan pembentukan membrane attack
complex (MAC). Membrane ini merupakan komponen akhir proses aktivasi komplemen
yang berperan dalam ion chanel yang bersifat sitotoksik pada sel patogen maupun sel host.
Hal ini membuktikan bahwa melalui jalur aktivasi cascade komplemen kristal urat
menyebabkan proses peradangan melalui mediator IL-1 dan TNF serta sel radang neutrofil
dan makrofag.
Pada proses inflamasi, makrofag pada sinovium merupakan sel utama dalam proses
peradangan yang dapat menghasilkan berbagai mediator kimiawi antara lain IL-1, TNF, IL-
6 dan GM-CSF (Granulocyte-Macrophage Colony-Stimulating Factor). Mediator ini
menyebabkan kerusakan jaringan dan mengaktivasi berbagai sel radang. Kristal urat
mengaktivasi sel radang dengan berbagai cara sehingga menimbulkan respon fungsional sel
dan gene expression. Respon fungsional sel radang tersebut antara lain berupa degranulasi,
aktivasi NADPH oksidasi gene expression. Sel radang melalui jalur signal transduction
pathway dan berakhir dengan aktivasi transcription factor yang menyebabkan gen
berekspresi dengan mengeluarkan berbagai sitokin dan mediator kimiawi lain. signal
transduction pathway melalui 2 cara yaitu: dengan mengadakan ikatan dengan reseptor
(cross-link) atau dengan langsung menyebabkan gangguan nonspesifik pada membrane sel.
Ikatan dengan reseptor pada sel membrane akan bertambah kuat apabila kristal urat
berikatan sebelumnya dengan opsonin, misalnya ikatan immunoglobulin (Fc dan IgG) datau
dengan komplemen (C1q C3b). Kristal urat mengadakan ikatan cross-link dengan berbagai
reseptor, seperti reseptor adhesion molecule (integrin), nontyrosin kinase, reseptor Fc,
komplemen dan sitokin serta aktivasi reseptor melalui tirosin kinase dan second messenger
akan mengaktifkan transcription factor.
F. Gambaran Klinis
1. Hiperurisemia asimptomatik
Pada pria timbul pada usia 30-45tahun, wanita pada saat pasca menopause.
3. Interkritikal gout
Tofus terbentuk bila kadar asam urat >9mg%, terdiri dari monosodium urat
yang dikelilingi oleh sel inflamasi.
Lokasi tofus: tulang rawan, tendon, sinovial, lemak, katup mitral, miokard,
mata dan laring.
G. Diagnosis
b. arthritis monoartikuler
e. dicurigai tofi
f. hiperurisemia
H. Pemeriksaan Penunjang
Radiologi
1. Foto Polos
Foto polos dapat digunakan untuk mengevaluasi gout, namun, temuan umumnya baru
muncul setelah minimal 1 tahun penyakit yang tidak terkontrol. Bone scanning juga dapat
digunakan untuk memeriksa gout, temuan kunci pada scan tulang adalah konsentrasi
radionuklida meningkat di lokasi yang terkena dampak.
2. USG
Ultrasonography patterns
indicating the presence of gout.
(a) Double contour sign:
transversal ultrasound imaging of
the knee joint in the anterior
intercondile area. The double
contour image is shown as an
anechoic line paralleling bony
contour femoral cartilage. B-
mode, linear transducers with a
frequency of 9 MHz. C, knee
condyles. (b) Hyperechoic
images: longitudinal ultrasound
imaging of the dorsal aspect of the
first metatarsal phalangeal joint.
The hyperechoic cloudy area
represents monosodium urate
deposits within the thickened
synovial membrane (arrows). B-
mode, linear transducers with a
frequency of 9 MHz. MH,
metatarsal head. (c) Power-
Doppler signal: longitudinal view,
dorsal aspect of an asymptomatic
first metatarsal phalangeal joints.
The Doppler signal may be seen
even seen in hyperechoic synovial
areas. Transducer with a
frequency of 14 MHz in grey
scale and colour Doppler with a
frequency of 7.5 MHz.
4. Computed Tomografi
Figure 2.
4. MRI
Figure 3. T2-weighted magnetic resonance imaging scans. (a) Coronal gradient echo T2-
weighted magnetic resonance imaging (MRI): two nodular images with an intermediate
signal (tophi) under the external collateral ligament and inside the posterior cruciate
ligament of the knee. An external meniscus tear may be seen close to urate deposition. (b)
Axial T2-weighted MRI: low signal intensity of both tophi, and marked hypointensity of
synovium in a Baker cyst. (c) Axial post-contrast (gadolinium) T1-weighted MRI:
thickening and nodular enhancement of the synovium in the suprapatelar recess.
I. Diagnosis Banding
Gout kronis mungkin keliru untuk rheumatoid arthritis sebagai ruang bersama yang sempit.
Namun, pada rheumatoid arthritis, keterlibatan bersama adalah simetris, erosi tidak
memiliki margin sklerotik, dan osteoporosis juxta-artikular mungkin ada.
Osteoarthritis mungkin juga keliru untuk gout dan juga dapat terjadi secara bersamaan.
J. Komplikasi
Komplikasi hiperurisemia yang paling dikenal adalah radang sendi (gout). Telah dijelaskan
sebelumnya bahwa, sifat kimia asam urat cenderung berkumpul di cairan sendi ataupun
jaringan ikat longgar. Meskipun hiperurisemia merupakan faktor resiko timbulnya gout,
namun, hubungan secara ilmiah antara hiperurisemia dengan serangan gout akut masih
belum jelas. Atritis gout akut dapat terjadi pada keadaan konsentrasi asam urat serum yang
normal. Akan tetapi, banyak pasien dengan hiperurisemia tidak mendapat serangan atritis
gout.
Biasanya persendian ibu jari kaki dan bagian lain dari ekstremitas bawah merupakan
persendian yang pertama kali terkena. Persendian ini merupakan bagian yang umumnya
terkena karena temperaturnya lebih rendah dari suhu tubuh dan kelarutan monosodium
uratnya yang berkurang. Trauma pada ekstremitas bawah juga dapat memicu serangan.
Trauma pada persendian yang menerima beban berat tubuh sebagai hasil dari aktivitas rutin
menyebabkan cairan masuk ke sinovial pada siang hari. Pada malam hari, air direabsobsi
dari celah sendi dan meninggalkan sejumlah MSU tofi pada kedua tangan.
Serangan gout akut berikutnya biasanya makin bertambah sesuai dengan waktu.
Sekitar 60% pasien mengalami serangan akut kedua dalam tahun pertama, sekitar 78%
mengalami serangan kedua dalam 2 tahun. Hanya sekitar 7% pasien yang tidak mengalami
serangan akut kedua dalam 10 tahun.
Pada gout yang menahun dapat terjadi pembentuk tofi. Tofi adalah benjolan dari
kristal monosodium urat yang menumpuk di jaringan lunak tubuh. Tofi merupakan
komplikasi lambat dari hiperurisemia. Komplikasi dari tofi berupa nyeri, kerusakan dan
kelainan bentuk jaringan lunak, kerusakan sendi dan sindrom penekanan saraf.11
Setiap stadium gout yaitu stadium akut dan interkritikal memerlukan pengobatan agar tidak
menimbulkan komplikasi.
2. Mengurangi kadar asam urat untuk mencegah penimbunan kristal urat pada jaringan,
terutama persendian.
• Kerusakan sendi
1. Non Medikamentosa
Bagi yang telah menderita gangguan asam urat, sebaiknya membatasi diri terhadap
hal-hal yang bisa memperburuk keadaan. Misalnya, membatasi makanan tinggi purin dan
memilih yang rendah purin.
1. Golongan A: Makanan yang mengandung purin tinggi (150-800 mg/100 gram makanan)
adalah hati, ginjal, otak, jantung, paru, lain-lain jeroan, udang, remis, kerang, sardin,
herring, ekstrak daging (abon, dendeng), ragi (tape), alkohol serta makanan dalam kaleng.
2. Golongan B: Makanan yang mengandung purin sedang (50-150 mg/100 gram makanan)
adalah ikan yang tidak termasuk golongan A, daging sapi, kerang-kerangan, kacang-
kacangan kering, kembang kol, bayam, asparagus, buncis, jamur, daun singkong, daun
pepaya, kangkung.
3. Golongan C: Makanan yang mengandung purin lebih ringan (0-50 mg/100 gram makanan)
adalah keju, susu, telur, sayuran lain, buah-buahan.
4. Pengaturan diet sebaiknya segera dilakukan bila kadar asam urat melebihi 7 mg/dl dengan
tidak mengonsumsi bahan makanan golongan A dan membatasi diri untuk mengonsumsi
bahan makanan golongan B. Juga membatasi diri mengonsumsi lemak serta disarankan
untuk banyak minum air putih.
5. Apabila dengan pengaturan diet masih terdapat gejala-gejala peninggian asam urat darah,
sebaiknya berkonsultasi dengan dokter terdekat untuk penanganan lebih lanjut.
6. Hal yang juga perlu diperhatikan, jangan bekerja terlalu berat, cepat tanggap dan rutin
memeriksakan diri ke dokter. Karena sekali menderita, biasanya gangguan asam urat akan
terus berlanjut.
2. Medikamentosa
Gout tidak dapat disembuhkan, namun dapat diobati dan dikontrol. Gejala-gejala
dalam 24 jam biasanya akan hilang setelah mulai pengobatan. Gout secara umum diobati
dengan obat anti inflamasi. Yang termasuk di dalamnya adalah :
Gambar 15. Penatalaksanaan Gout.
a. Serangan akut
Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID, misalnya indometasin 200
mg/hari atau diklofenak 150 mg/hari, merupakan terapi lini pertama dalam menangani
serangan akut gout, asalkan tidak ada kontraindikasi terhadap NSAID. Aspirin harus
dihindari karena ekskresi aspirin berkompetisi dengan asam urat dan dapat memperparah
serangan akut gout. Sebagai alternatif, merupakan terapi lini kedua, adalah kolkisin
(colchicine). Keputusan memilih NSAID atau kolkisin tergantung pada keadaan pasien,
misalnya adanya penyakit penyerta lain/komorbid, obat lain yang juga diberikan pada
pasien pada saat yang sama, dan fungsi ginjal. Tidak ada studi terkontrol yang
membandingkan kolkisin dengan NSAID untuk penanganan gout. Kolkisin mrupakan obat
pilihan jika pasien juga menderita penyakit kardiovaskuler, termasuk hipertensi, pasien
yang mendapat diuretik untuk gagal jantung dan pasien yang mengalami toksisitas
gastrointestinal, kecenderungan perdarahan atau gangguan fungsi ginjal.
Obat yang menurunkan kadar asam urat serum (allopurinol dan obat urikosurik seperti
probenesid dan sulfinpirazon) tidak boleh digunakan pada serangan akut. Pasien biasanya
sudah mengalami hiperurisemia selama bertahun‐tahun sehingga tidak ada perlunya
memberikan terapi segera untuk hiperurisemianya. Lagipula, obat‐obat tersebut dapat
menyebabkan mobilisasi simpanan asam urat ketika kadar asam urat dalam serum
berkurang. Mobilisasi asam urat ini akan memeprpanjang durasi serangan akut atau
menyebabkan serangan artritis lainnya. Namun, jika pasien sudah terstabilkan/
menggunakan allopurinol pada saat terjadi serangan akut, allopurinol tetap terus diberikan.
Penanganan gout akut diringkas pada Tabel 3. Penggunaan NSAID, inhibitor cyclo
oxigenase‐2 (COX‐2), kolkisin dan kortikosteroid untuk serangan akut dibicarakan berikut
ini.
1. NSAIDs
NSAID merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk pasien yang mengalami
serangangout akut. Hal terpenting yang menentukan keberhasilan terapi bukanlah pada
NSAID yang dipilih melainkan pada seberapa cepat terapi NSAID mulai diberikan. NSAID
harus diberikan dengan dosis sepenuhnya (full dose) pada 24‐48 jam pertama atau sampai
rasa nyeri hilang. Dosis yang lebih rendah harus diberikan sampai semua gejalareda.
NSAID biasanya memerlukan waktu 24‐48 jam untuk bekerja, walaupun untuk
menghilangkan secara sempurna semua gejala gout biasanya diperlukan 5 hari terapi. Pasien
gout sebaiknya selalu membawa persediaan NSAID untuk mengatasi serangan akut.
Indometasin banyak diresepkan untuk serangan akut artritis gout, dengan dosis awal 75‐100
mg/hari. Dosis ini kemudian diturunkan setelah 5 hari bersamaan dengan meredanya gejala
serangan akut. Efek samping indometasin antara lain pusing dan gangguan saluran cerna,
efek ini akan sembuh pada saat dosis obat diturunkan. Azapropazon adalah obat lain yang
juga baik untuk mengatasi serangan akut. NSAID ini menurunkan kadar urat serum,
mekanisme pastinya belum diketahui dengan jelas. Komite Keamana Obat (CSM)
membatasi penggunaan azapropazon untuk gout akut saja jika NSAID sudah dicoba tapi
tidak berhasil. Penggunaannya dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat ulkus
peptik, padaganggunan fungsi ginjal menengah sampai berat dan pada pasien lanjut usia
dengan gangguan fungsi ginjal ringan. NSAID lain yang umum digunakan untuk mengatasi
episode gout akut adalah: 10,11
Indometasin
1. Pemberian oral
Dosis initial 50 mg dan diulang setiap 6-8 jam tergantung beratnya serangan akut. Dosis
dikurangi 25 mg tiap 8 jam sesudah serangan akut menghilang. Efek samping yang paling
sering adalah gastric intolerance dan eksaserbasi ulkus peptikum.
2. COX-2 inhibitor
Colchicine.
Sering juga digunakan untuk mengobati peradangan pada penyakit gout. Obat ini
memberi hasil cukup baik bila pemberiannya pada permulaan serangan. Sebaliknya kurang
memuaskan bila diberikan sesudah beberapa hari serangan pertama. Cara pemberian
colchicines:
-Intravena
Cara ini diberikan untuk menghindari gangguan GTT. Dosis yang diberikan tunggal
3 mg, dosis kumulatif tidak boleh melebihi 4 mg dalam 24 jam.
-Pemberian oral
Dosis yang biasa diberikan sebagai dosisin itia l adalah 1 mg kemudian diikuti
dengan dosis 0.5 mg setiap 2 jam sampai timbul gejala intioksikasi berupa diare. Jumlah
dosis colchicine total biasanya antara 4-8 mg.
3. Kortikosteroid,
Dapat diberikan pada orang yang tidak dapat menggunakan NSAIDs. Steroid
bekerja sebagai anti peradangan. Steroid dapat diberikan dengan suntikan langsung pada
sendi yang terkena atau diminum dalam bentuk tablet. Obat ini digunakan bila terdapat
kontraindikasi bagi pemberian colchicine dan indometasin :
Allopurinol
Obat hipourisemik pilihan untuk gout kronik adalah allopurinol. Selain mengontrol
gejala, obat ini juga melindungi fungsi ginjal. Allopurinol menurunkan produksi asam urat
dengan cara menghambat enzim xantin oksidase. Allopurinol tidak aktif tetapi 60‐70% obat
ini mengalami konversi di hati menjadi metabolit aktif oksipurinol. Waktu paruh allopurinol
berkisar antara 2 jam dan oksipurinol 12‐30 jam pada pasien dengan fungsi ginjal normal.
Oksipurinol diekskresikan melalui ginjal bersama dengan allopurinol dan ribosida
allopurinol, metabolit utama ke dua.10,11
Dosis
Pada pasien dengan fungsi ginjal normal dosis awal allopurinol tidak boleh melebihi
300 mg/24 jam. Pada praktisnya, kebanyakan pasien mulai dengan dosis 100 mg/hari dan
dosis dititrasi sesuai kebutuhan. Dosis pemeliharaan umumnya 100‐=600 mg/hari dan dosis
300 mg/hari menurunkan urat serum menjadi normal pada 85% pasien. Respon terhadap
allopurinol dapat dilihat sebagai penurunan kadar urat dalam serum pada 2 hari setelah
terapi dimulai dan maksimum setelah 7‐10 hari. Kadar urat dalam serum harus dicek setelah
2‐3 minggu penggunaan allopurinol untuk meyakinkan turunnya kadar urat. Allopurinol
dapat memperpanjang durasi serangan akut atau mengakibatkan serangan lain sehingga
allopurinol hanya diberikan jika serangan akut telah mereda terlebih dahulu. Resiko induksi
serangan akut dapat dikurangi dengan pemberian bersama NSAID atau kolkisin (1,5
mg/hari) untuk 3 bulan pertama sebagai terapi kronik.
Efek samping
Urikosurik
Probenesid
Indikasi : Berfungsi untuk mencegah dan mengurangi kerusakan sendi serta pembentukan
tofi pada penyakit pirai, dan tidak efektif untuk serangan akut. Probenesid juga berguna
untuk pengobatan hiperurisemia sekunder. Probenesid tidak berguna bila laju filtrasi
glomerulus <30 ml/menit.
Kontra Indikasi : Gangguan saluran cerna, nyeri kepala dan reaksi alergi.
Sulfinpirazon
Indikasi : Berfungsi untuk mencegah dan mengurangi kerusakan sendi serta pembentukan
tofi pada penyakit pirai, dan tidak efektif untuk serangan akut. Probenesid juga berguna
untuk pengobatan hiperurisemia sekunder.
Kontra Indikasi: Gangguan saluran cerna, nyeri kepala dan reaksi alergi.
Kerangka Konsep
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Snell, Richard. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta: EGC.
Appley, A. Graham dan Louis Solomon. 2004. Ortopedi dan Fraktur Sistem Appley. Edisi 7.
Jakarta: Widya Medika
Baker JF, Schumacher R 2010, Update on Gout and Hyperuricemia, International Journal
Clinical Practice, Vol. 64, No. 3, pp.371-377
http://arthritis-research.com/content/12/2/206
Carter, MA 2006, Gout dalam Patofosiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, EGC,
Jakarta pp. 1402-1405
Chen et al. 2013, Impact of Obesity and Hypertriglyceridemia on Gout Development With or
Without Hyperurice-mia: A Prospective Study, Arthritis Care and Research, Vol. 65, No. 1,
pp. 133-140
Choi et al. 2005, Pathogenesis of Gout, American College of Physicians, pp. 499-516
Edwards, NL 2009, Febuxostat: A New Treatment for Hyperuricemia in Gout, Oxford
Journals, pp. ii15-119 Fauci et al. 2008, Gout, Pseudogout, and Related Disease in
Harrisons’s Manual of Medicine 17th Edition, The McGraw
Jordan et al. 2007, Rheumatology Guideline for the Man-agement of Gout, The British
Society for Rheumatology, Khanna et al. 2012, Guidelines for Management of Gout. Part 1:
Systematic Nonpharmacologic and Pharmaco-logic Therapeutic Approaches to
Hyperuricemia, Ameri-can College of Rheumatology, Vol. 64, No. 10, pp. 1431-1446
Khanna et al. 2012, Guidelines for Management of Gout. Part 2: Therapy and
Antiinflammatory Prophylaxis of Acute Gouty Arthritis, American College of Rheumatol-
ogy, Vol. 64, No. 10, pp. 1447-1461
Kuo et al, 2010, Gout: An Independent Risk Factor for All-cause and Cardiovascular
Mortality, Rheumatology Ox-ford, Vol. 49, No. 1, pp. 141-146
Liebman et al. 2007, Urid Acid Nephrolithiasis, Current Rheumatology Reports, Vol. 9, No.
3, pp. 251-257 Mandell, BF 2008, Clinical Manifestations of Hyperuricemia
and Gout, Cleveland Clinic Journal of Medicine, Vol. 75, No. 5, pp. S5-S8
Muniroh et al 2010, Minyak Atsiri Kunyit Sebagai Anti Radang Pada Penderita Gout Artritis
Dengan Diet Tinggi Purin, Makara-Kesehatan, Vol. 14, No. 2, pp. 58 Nainggolan, O 2009,
Prevalensi dan Determinan Penyakit Rematik di Indonesia, Majalah Kedokteran Indonesia,
Neogi, T 2011, Clinical Practice of Gout, The New England Journal of Medicine, pp. 443-
447
Nuki G, Simkin PA. 2006, A Concise History of Gout and Hyperuricemia and Their
Treatment, Arthritis Research and Therapy, diakses 4 Agustus 2013, http://arthritis-
research.com/content/8/S1/S1
Price SA, Wilson LM. Patafisiologi; konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6; Vol. 2.
Jakarta: Penerbit Buku Kodokteran EGC. 2006. Hal 1402.
Rosani, Selti., Isbagio, Harry. 2014. Kapita Selekta : Gout Arthritis, Ed. IV, Vol. II, Hal.
833. Jakarta : Media Aesculapius
Sudoyo AW, Bambang S, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4; jilid 3 Hal.
2559. Jakarta: Interna Publishing.