Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO A
BLOK 25

Disusun oleh:
KELOMPOK 5
Tutor : dr. Nita Parisa, M.Bmd

Muhammad Zaki Luthfi (04011181722030)


Hamam Arib Balma (04011181722032)
Afifah Wulandini (04011181722034)
Syifa Inanta Mulia Nasution (04011181722044)
Wira Veronica (04011181722150)
Fadiya Nurfadhila (04011181722152)
Titania Az-Zahra (04011281722072)
Dinda Radeta (04011281722074)
Naufallah Dinda Harumi (04011281722080)
Luthfan Riansyah Ramadhan (04011281722088)
Irma Yolanda (04011281722102)
Faiza Al Khalifa Calista (04011281722118)

FAKULTAS KEDOKTERAN
PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
KEGIATAN TUTORIAL

Tutor : dr. Nita Parisa, M.Bmd


Moderator : Muhammad Zaki Luthfi
Sekretaris I : Wira Veronica
Sekretaris II : Naufallah Dinda Harumi
Presentan : Titania Az-Zahra

Pelaksanaan : 24 Agustus 2020 dan 26 Januari 2020


13.00-15.00 WIB

Peraturan selama tutorial:


1. Jika mau berbicara, angkat tangan terlebih dahulu.
2. Saling mendengarkan pendapat satu sama lain.
3. Izin ke toilet maksimal dua orang dalam satu waktu.
4. Diperbolehkan minum selama tutorial berlangsung.
5. Diperbolehkan membuka gadget selama masih berhubungan dengan tutorial.
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tutorial Skenario A
Blok XXV Tahun 2020 dengan baik. Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial
yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya.
Atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan laporan ini, penulis sangat mengharapkan
masukan, kritik, dan saran yang bersifat membangun ke arah perbaikan dan penyempurnaan
laporan ini. Cukup banyak kesulitan yang penulis temui dalam penulisan laporan ini, tetapi
penulis menyeselesaikannya dengan cukup baik. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. dr. Nita Parisa, M.Bmd sebagai dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
dan sebagai tutor pada kelompok A5;
2. Seluruh mahasiswa kelas Alpha 2017 Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijiaya.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Tim penyusun
DAFTAR ISI

KEGIATAN TUTORIAL.......................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iv
SKENARIO A BLOK XXV....................................................................................................1
I. KLARIFIKASI ISTILAH....................................................................................2
II. IDENTIFIKASI MASALAH..............................................................................3
III. ANALISIS MASALAH......................................................................................4
IV. KETERBATASAN ILMU PENGETAHUAN DAN LEARNING ISSUES......14
V. SINTESIS MASALAH.....................................................................................15
VI. KERANGKA KONSEP....................................................................................35
VII. KESIMPULAN..................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................36
SKENARIO A BLOK XXV
Tn. L berusia 36 tahun, alamat Palembang, dibawa ke rumah sakit karena demam
hilang timbul sejak 8 hari ini. Demam berulang setelah 2 hari bebas demam. Sebelum demam
didahului menggigil, dan setelah demam diikuti dengan berkeringat banyak. Saat bebas
demam, Tn. L dapat beraktifitas seperti biasa. Keluhan lainnya berupa mual, lesu, sakit
kepala, Tn. L adalah seorang tentara yang baru pindah tugas ke Palembang 10 hari yang lalu,
sebelumnya bertugas di Bengkulu selama 1 tahun. 6 bulan yang lalu Tn. L pernah mengalami
sakit yang sama dan dirawat di RS di Bengkulu.

Pemeriksaan fisik
Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, tekanan darah 110/70
mmHg, nadi 112 x/menit (isi dan tegangan cukup), pernafasan 22 x/menit, temperatur axilla
39℃.

Tidak ada ruam kulit. Konjungtiva palpebra tampak pucat, sklera tidak ikterik. Tidak ada
pembesaran KGB. Pemeriksaan jantung dan paru dalam batas normal. Pada abdomen
didapatkan hepatosplenomegali ringan. Pemeriksaan lain dalam batas normal.

Pemeriksaan laboratorium
Hb 9 gr%, lekosit 8.700/mm3 , trombosit 200.000/mm3 , dan didapatkan gambaran hemolitik
dengan morfologi lekosit dan trombosit normal. Urinalisis dan feses rutin normal. Pada
apusan darah tipis didapatkan gambaran seperti dibawah ini:

Hasil Pemeriksaan rapid diagnostic test didapatkan


KLARIFIKASI ISTILAH

No. Istilah Pengertian


1. Demam hilang Peningkatan suhu tubuh lebih dari 37,8℃ dengan episode
timbul hilang timbul (Dorland)
2. Menggigil Bergemetar tubuh atau suara karena kedinginan, demam,
takut (KBBI)
3. Mual Sensasi yang tidak menyenangkan yang merujuk pada
epigastrium atau perut berupa kecenderungan untuk terjadi
muntah (farlex)
4. Sakit Kepala Nyeri di berbagai bagian kepala, tidak terbatas pada area
sebaran saraf mana pun (farlex)
5. Berkeringat banyak/ Hiperhidrosis dapat terjadi karena kerja kelenjar ekrin yang
Hiperhidrosis terlalu aktif sehingga kelenjar ekrin yang berada di seluruh
tubuh mengeluarkan keringat yang berlebih. Biasanya,
hiperhidrosis terjadi di telapak tangan,telapak kaki, dan
ketiak (Jurnal UNPAD)
6. Lesu berasa lemah dan lelah; letih (KBBI)
7. Ruam kulit Lesi yang terlihat atau sekelompok lesi pada kulit yang
disebabkan oleh berbagai faktor termasuk agen infeksi,
alergi, dan reaksi obat (the American heritage medical dict)
8. Ikterik Warna kekuningan pada kulit, sklera, membran mukosa, dan
ekskresi akibat hyperbilirubinemia dan pengendapan pigmen
empedu (Dorland).
9. Hepatosplenomegali Pembesaran hati dan limpa (Dorland)
10. Rapid Diagnostic Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi antigen
Test malaria pada seseorang dengan gejala malaria (WHO)
11. Gambaran hemolitik gambar sel darah pecah secara prematur (NCBI)
12. Apusan darah Tepi Apusan darah tipis/apusan darah tepi/peripheral blood smear:
apusan darah yang dibuat pada slide mikroskop yang
kemudian difiksasi dan diwarnai untuk pemeriksaan sel-sel
darah untuk melihat morfologi,spesies, stadium, parasit, dan
perubahan eritrosit denga jelas (Collins Dict of Biology)

IDENTIFIKASI MASALAH

No. Masalah Konsen


1. Tn. L, seorang tentara berusia 36 tahun, dibawa ke rumah VVV
sakit karena demam hilang timbul sejak 8 hari ini. Demam
berulang setelah 2 hari bebas demam. Sebelum demam
didahului menggigil, dan setelah demam diikuti dengan
berkeringat banyak. Saat bebas demam, Tn. L dapat
beraktifitas seperti biasa.
2. Keluhan lainnya berupa mual, lesu, sakit kepala. Tn. L VV
memiliki riwayat tinggal di Bengkulu selama 1 tahun dan
baru pindah tugas ke Palembang 10 hari yang lalu. 6 bulan
yang lalu Tn. L pernah mengalami sakit yang sama dan
dirawat di RS di Bengkulu.
3. Pemeriksaan fisik V
Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos
mentis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 112 x/menit (isi
dan tegangan cukup), pernafasan 22 x/menit, temperatur
axilla 39℃. Tidak ada ruam kulit. Konjungtiva palpebra
tampak pucat, sklera tidak ikterik. Tidak ada pembesaran
KGB. Pemeriksaan jantung dan paru dalam batas normal.
Pada abdomen didapatkan hepatosplenomegali ringan.
Pemeriksaan lain dalam batas normal.
4. Pemeriksaan laboratorium V
Hb 9 gr%, lekosit 8.700/mm3 , trombosit 200.000/mm3 , dan
didapatkan gambaran hemolitik dengan morfologi lekosit
dan trombosit normal. Urinalisis dan feses rutin normal.
Pada apusan darah tipis didapatkan gambaran seperti
dibawah ini:

Hasil Pemeriksaan rapid diagnostic test didapatkan


ANALISIS MASALAH

1) Tn. L, seorang tentara berusia 36 tahun, dibawa ke rumah sakit karena demam hilang
timbul sejak 8 hari ini. Demam berulang setelah 2 hari bebas demam. Sebelum
demam didahului menggigil, dan setelah demam diikuti dengan berkeringat banyak.
Saat bebas demam, Tn. L dapat beraktifitas seperti biasa.
a. Bagaimana hubungan usia, jenis kelamin, dan perkerjaan terhadap keluhan Tn.
L?
 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, usia Tn. L berada
pada prevalensi tertinggi kedua kelompok usia produktif sehingga memiliki
peluang yang lebih tinggi untuk tertular malaria melalui gigitan nyamuk di
luar rumah.
 Pekerjaan Tn.L sebagai tentara memiliki prevalensi yang lebih tinggi
dibandingkan kelompok orang yang tidak bekerja, wiraswasta, pegawai, dan
profesi lainnya. Hal ini akibat besarnya peluang kelompok ini untuk terpapar
dengan vector malaria diluar rumah terutama pada wilayah endemis,
Bengkulu.
 Berdasarkan Info Datin tahun 2016, penyakit malaria menyerang laki-laki dan
perempuan
Gambar 1. Prevalensi Malaria Menurut Karakteristik Pekerjaan, Tempat Tinggal, dan
Kelompok Umur; Berdasarkan Riskesdas Tahun 2013

b. Apa saja yang menyebabkan demam hilang timbul? (DD demam hilang
timbul)
Dinda?
Pada kasus, tipe demamnya yaitu demam intermiten. Dengan kemungkinan
penyakit yang dapat menyebabkan demam hilang timbul yaitu:
 Malaria
 Pyrogenic Infection
 Schistosomiasis
 Borellia
 Leptospirosis

Pada kasus ini, demam yang dialami pasien yaitu demam pada malaria tertiana
yang disebabkan oleh infeksi plasmodium vivax.

c. Bagaimana mekanisme demam hilang timbul?


Pada pasien malaria, demam hilang timbul disebabkan oleh pecahnya eritrosit
dengan skizon yang matang sehingga merozoit masuk ke dalam darah. Pada
malaria vivax dan malaria ovale, skizon dari tiap generasi menjadi matang 48
jam sekali sehingga timbul demam tiap hari ketiga atau disebut malaria
tertiana. Pada malaria malariae demam dapat terjadi setiap 72 jam atau hari
keempat sehingga disebut malaria kuartana. Pada malaria falsiparum setiap
24–48 jam

d. Apa makna klinis demam hilang timbul sejak 8 hari dan berulang 2 hari
setelah bebas demam?
Pada malaria yang terinfeksi pada plasmodium vivax/ovale demam dapat
terjadi selang waktu satu hari (setiap 3 hari/tertiana). Sedangkan pada
P.falciparum dapat terjadi setiap hari, dan pada P. malariae demam timbul
selang waktu dua hari (setiap 4 hari/kuartana).

e. Apa makna klinis demam didahului menggigil, dan setelah demam diikuti
dengan berkeringat banyak?
Demam didahului menggigil, dan setelah demam diikuti dengan berkeringat
banyak merupakan manifestasi klinis yang ditemukan khas pada malaria.
Keluhan utama yang khas pada malaria disebut “trias malaria” yang terdiri
dari 3 stadium yaitu:
1. Stadium menggigil; Pasien merasa kedinginan yang dingin sekali,
sehingga menggigil. Nadi cepat tapi lemah, bibir dan jari-jari tangan
biru, kulit kering dan pucat. Biasanya pada anak didapatkan kejang.
Stadium ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam.
2. Stadium puncak demam; Pasien yang semula merasakan kedinginan
berubah menjadi panas sekali. Suhu tubuh naik hingga 41o C sehingga
menyebabkan pasien kehausan. Muka kemerahan, kulit kering dan
panas seperti terbakar, sakit kepala makin hebat, mual dan muntah,
nadi berdenyut keras. Stadium ini berlangsung 2 sampai 6 jam.
3. Stadium berkeringat; Pasien berkeringat banyak sampai basah, suhu
turun drastis bahkan mencapai dibawah ambang normal. Penderita
biasanya dapat tidur nyenyak dan saat bangun merasa lemah tapi sehat.
Stadium ini berlangsung 2 sampai 4 jam. Pemeriksaan fisik yang
ditemukan lainnya yang merupakan gejala khas malaria adalah adanya
splenomegali, hepatomegali dan anemia.

f. Apa saja klasifikasi demam? (Zaki)


Berdasarkan Penurunan Suhu
- Suhu mencapai normal
Demam hektik  range ≥ 2 ºC
Demam intermiten  range < 2 ºC
Demam siklik  siklus demam mingguan
- Suhu tidak mencapai normal
Demam septik  range ≥ 2 ºC
Demam remiten  range 1-2 ºC
Demam kontinyu  range ≤ 1 ºC

Berdasarkan Interval
1. Demam septik atau demam hektik : suhu tubuh berangsur naik ke tingkat
yang tinggi sekali pada malam hari dan turun ke tingkat di atas normal
pada pagi hari. Bila demam turun ke tingkat normal dinamakan demam

hektik.
2. Demam intermiten : suhu tubuh turun ke tingkat yang normal selama
beberapa jam dalam satu hari.
3. Demam remiten : suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah
mencapai suhu normal.

4. Demam kontinyu : demam dengan variasi suhu sepanjang hari tidak lebih
dari satu derajat.
5. Demam siklik : terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang

diikuti periode bebas demam beberapa hari yang kemudia diikuti oleh
kenaikan suhu tubuh seperti semula.

2) Keluhan lainnya berupa mual, lesu, sakit kepala. Tn. L memiliki riwayat tinggal di
Bengkulu selama 1 tahun dan baru pindah tugas ke Palembang 10 hari yang lalu.
Enam bulan yang lalu Tn. L pernah mengalami sakit yang sama dan dirawat di RS di
Bengkulu.
a. Bagaimana mekanisme mual, lesu, sakit kepala pada kasus?
b. Apa hubungan riwayat tinggal selama 1 tahun di Bengkulu dengan keluhan
Tn.L?
Berdasarkan Annual Paracite Incidence (API) 2015 secara berurutan Papua,
Papua Barat, NTT, Maluku, Maluku Utara, Bengkulu, dan Kepulauan Bangka
Belitung adalah 7 provinsi dengan kasus malaria tertinggi di Indonesia
sehingga di sebut sebagai wilayah endemis malaria. Maka terdapat riwayat
berpergian dari wilayah endemis pada kasus yang mengarahkan kita kepada
diagnosis malaria.
Gambar 2. Annual Parasite Incidence (API) Tahun 2015 Menurut Provinsi

c. Apa makna klinis Tn.L pernah mengalami sakit yang sama dan dirawat di RS
di Bengkulu?
Hal ini menunjukkan bahwa Tn. L mengalami gejala infeksi setelah serangan
pertama, bersifat jangka pendek (rekrudesensi/ berulangnya gejala klinik dan
parasitemia dalam masa 8 minggu sesudah berakhirnya serangan primer) dan
jangka panjang (rekurens/ berulangnya gejala klinis atau parasitemia setelah
>24 minggu berakhirnya serangan primer).
3) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, tekanan darah 110/70
mmHg, nadi 112 x/menit (isi dan tegangan cukup), pernafasan 22 x/menit, temperatur
axilla 390C. Tidak ada ruam kulit. Konjungtiva palpebra tampak pucat, sklera tidak
ikterik. Tidak ada pembesaran KGB. Pemeriksaan jantung dan paru dalam batas
normal. Pada abdomen didapatkan hepatosplenomegali ringan. Pemeriksaan lain
dalam batas normal.
a. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik?
No Pemeriksaan Hasil Nilai normal Interpretasi
1. Keadaan umum Tampak sakit sedang Tampak baik Abnormal
2. Kesadaran Compos mentis Compos mentis Normal
3. Tekanan Darah 110/70 mmHg 120/80 mmHg Normal
4. Nadi 112 x/menit (isi dan 60-100x/menit Takikardi
tegangan cukup)
5. Pernapasan 22x/menit 12-20 x/menit Takipneu
6. Temperature 39⁰C 36,5 – 37,5⁰C Febris
7. Ruam kulit (-) (-) Normal
Sklera ikterik (-) (-)
Pembesaran KGB (-) (-)
8. Konjungtiva Tampak pucat Anemis Abnormal
palpebral
9. Pemeriksaan jantung Dalam batas normal Dalam batas normal Normal
dan paru
10. Hepatosplenomegali Terdapat perbesaran Tidak ada perbesaran Abnormal
ringan

b. Bagaimana mekanisme dari pemeriksaan fisik yang abnormal?


1. Demam  malaise  lemas  keadaan umum tampak sakit sedang
2. Demam  kebutuhan oksigen meningkat (setiap kenaikan 1°C dari 37°C,
kebutuhan oksigen meningkat 13%)  kompensasi tubuh untuk
memenuhi kebutuhan oksigen  takikardi & takipneu.
3. Timbulnya demam bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang
mengandung berbagai macam antigen  Antigen akan merangsang
makrofag, monosit atau limfosit untuk mengeluarkan berbagai macam
sitokin seperti TNF (Tumor Necrosing Factor), IL-1, IL-6, dan IFN) 
Sitokin akan merangsang hipotalamus untuk membentuk prostaglandin,
prostaglandin inilah yang akan meningkatkan set point di hipotalamus 
demam
4. Pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi 
kerusakan RBC oleh parasite  hambatan eritropoiesis  anemia 
perfusi ke jaringan perifer berkurang  konjungtiva palpebral pucat.
5. Injeksi sporozoit Plasmodium spp. ke dalam sirkulasi darah  Sporozoit
bersirkulasi mencapai sinusoid-sinusoid hati dan menembus sel Kupffer 
respons inflamasi tubuh terhadap sporozoit  dilatasi sinusoid 
pembesaran jaringan hati  hepatomegali
6. Sporozoit berkembang di hepatosit  menjadi schizon  schizon pecah
 keluar merozoit  merozoit mencari eritrosit  eritrosit terinfeksi oleh
parasit  eritrosit cacat dan rusak  difagosit oleh makrofag 
akumulasi eritrosit eritrosit yang terinfeksi dan proliferasi makrofag di
limpa  splenomegali.

4) Pemeriksaan laboratorium
Hb 9 gr%, lekosit 8.700/mm3 , trombosit 200.000/mm3 , dan didapatkan gambaran
hemolitik dengan morfologi lekosit dan trombosit normal. Urinalisis dan feses rutin
normal. Pada apusan darah tipis didapatkan gambaran seperti dibawah ini:

Hasil Pemeriksaan rapid diagnostic test didapatkan

a. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium?


Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi

Lk : 13 - 18 gr/dL
Hb 9,8 g%
Pr : 12 - 16 gr/dL Menurun
Lk : 40%-48% (Anemia)
Ht 27%
Pr : 37-43%

Leukosit Normal 5000–10.000/mm3 Normal

Trombosit Normal 150.000–350.000/mm3 Normal

Apusan darah Gambaran Tidak ada gambaran


Abnormal
tepi hemolitik hemolitik

Apusan darah Ring form dan


Tidak ada gambaran parasite Abnormal
tipis schuffner dots

b. Bagaimana mekanisme dari hasil pemeriksaan laboratorium yang abnormal?


Hb turun (anemia) : Akibat destruksi eritrosit baik yang trinfeksi maupun tidak
terinfeksi, pada P.vivax menginfeksi eritrosit muda menyebabkan pembesaran
eritrosit yang terinfeksi. Deformasi dan pembesaran eritrosit meningkatkan
resiko rupturnya eritrosit saat melalui pembuluh kapiler karena tidak fleksibel
untuk menahan tekanan dari dinding kapiler. Anemia juga disebabkan oleh
hemolisis autoimun, sekuentrasi oleh limpa pada eritrosit yang terinfeksi
maupun yang normal dan gangguan eritropoesis.
Ht turun : karena sifat plasmodium yang akan melisiskan darah, menyebabkan
pecahnya eritrosit.
Gambar Apusan Darah Tipis Plasmodium vivax :

o Terdapat ring form  invasi Plasmodium vivax kedalam erytrocyt


muda (retikulosit) langsung membentuk cincin. (1)
o Terdapat Schuffner dots  saat trophozoit berkembang erytrocyt
membesar, pigmennya berkurang dan berkembang menjadi peculiar
stipling disebut “Schuffners dot”. Dot (titik) tersebut akan terlihat
bila diwarnai dan akan terlihat parasit di dalamnya. (2)
o Stadium tropozoit: amuboid (3)
o Eritrosit yang terinfeksi berukuran lebih besar.

c. Apa saja pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada kasus ini?


- PCR
Asam nukleat parasit dideteksi menggunakan polymerase chain reaction
(PCR). Meskipun teknik ini mungkin sedikit lebih sensitif daripada
mikroskop smear, namun kegunaannya terbatas untuk diagnosis pasien
yang sakit akut dalam pengaturan perawatan kesehatan standar. Hasil PCR
seringkali tidak tersedia cukup cepat untuk menjadi nilai dalam
menegakkan diagnosis infeksi malaria.
PCR paling berguna untuk memastikan spesies parasit malaria setelah
diagnosis ditegakkan baik dengan mikroskop smear atau RDT.
▪ Jika jumlah parasit sangat sedikit.
▪ Dapat membedakan reinfeksi dan rekrudensi pada infeksi P. falciparum.

- Serologi mendeteksi antibodi terhadap parasit malaria, menggunakan


Indirect Fluorescent Antibody Test (IFA) atau enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA). Serologi tidak mendeteksi infeksi saat ini,
tetapi mengukur paparan sebelumnya. Prosedur IFA dapat digunakan
untuk menentukan apakah seorang pasien telah terinfeksi Plasmodium.
Karena waktu yang dibutuhkan untuk pengembangan antibodi dan juga
persistensi antibodi, pengujian serologis tidak praktis untuk diagnosis rutin
malaria akut. Namun, deteksi antibodi mungkin berguna untuk:
1. Skrining donor darah yang terlibat dalam kasus malaria yang diinduksi
transfusi ketika parasitemia donor mungkin di bawah tingkat pemeriksaan
film darah yang dapat dideteksi
2.Menguji pasien, biasanya dari daerah endemik, yang telah berulang kali
mengalami infeksi malaria kronis untuk kondisi yang dikenal sebagai
sindrom splenomegali tropis
3. Menguji pasien yang baru saja dirawat karena malaria tetapi dengan
siapa diagnosisnya dipertanyakan.

- Periksa darah rutin, gula darah sewaktu.


Jika malaria berat: Periksa bilirubin, SGOT, SGPT, alkali fosfatase,
albumin, ureumkreatinin, Na, K, Analisa Gas Darah, hemoglobin urin.
KETERBATASAN ILMU PENGETAHUAN DAN LEARNING ISSUES
Learning What I Don’t What I Have to How I
No. What I Know Good to Know
Issue Know Prove Learn
1. Malaria - Definisi - Epidemiologi - Algoritma - Komplikasi
- Faktor - Daur hidup Penegakan - Prognosis
Risiko - Manifestasi Diagnosis
- Etiologi Klinis - Tatalaksana
- Klasifikasi - Patogenesis - Edukasi
- Patofisiologi - Pencegahan
- - TEXT
2. Demam - Gejala - Klasifikasi - Gambaran - Tatalaksana BOOK,
Pola Demam JURNAL,

3. Pemeriksaan - Interpretasi - Mekanisme - Langkah - Jenis ARTIKEL,

Fisik abnormal Pemeriksaan Pemeriksaan KBBI

4. Pemeriksaan - Interpretasi - Mekanisme - Langkah - Jenis


Laboratorium abnormal Pemeriksaan Pemeriksaan
SINTESIS MASALAH
1. MALARIA
1.1 Definisi
Malaria adalah infeksi parasit Plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk
betina Anopheles sp. yang menyebabkan penyakit akut yang mengancam jiwa dan
menimbulkan ancaman kesehatan global yang signifikan. Setiap tahun, dua miliar
orang berisiko tertular malaria, termasuk di 90 negara endemik dan 125 juta
pelancong. memiliki siklus hidup multistage, yang menyebabkan demam siklis yang
khas. Hingga saat ini, malaria masih merupakan ancaman terhadap status kesehatan
masyarakat terutama pada masyarakat yang hidup di daerah terpencil. Bahkan,
mampu menimbulkan emerging disease. Penyakit ini dimasukkan sebagai penyakit
utama sesuai dengan PP No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional tahun 2015 - 2019 dan RPJMN IV tahun 2020-2024.

1.2 Etiologi
Penyebab dari malaria adalah Plasmodium sp. Plasmodium sp. merupakan
protozoa bersifat parasitik yang menyerang eritrosit. Vektor disebarkan melalui
nyamuk betina Anopheles sp. dan penyakit ini dapat menyerang baik mamalia,
hewan, dan reptil. Plasmodium sp. termasuk dalam filum Apicomplexa, dimana
protozoa ini memiliki 3 komponen: (1) Genom nukleus (seperti sel eukariotik); (2)
Genom mitokondria (seperti sel eukariotik); dan (3) DNA ekstrakromosomal sirkuler
dengan berat 35 kb (kilobase).
Indonesia memiliki 25 jenis vektor Anopheles sp. Nyamuk ini bisa ditemukan
pada daerah perkebunan, kolam pembiakan dan di desa-desa. Jenis-jenis dari nyamuk
Anopheles sp. yaitu Anopheles aconitus, An. balabacensis, An. bancroftii, An.
barbirostris, An. farauti, An. flavirostris, An. karwari, An. kochi, An. koliensis, An.
leucosphyrus, An. maculatus, An. nigerrimus, An. parangensis, An. punctulatus, An.
sinensis, An. subpictus, An. sundaicus, An. tessellatus, An. vagus, An. lebifer, An.
ludlowi, An. minimus, An. umbrosus, An. peditaeniatus, dan An. Annullaris.
Berdasarkan jenis dari malaria yang dihasilkan, terdapat 4 jenis Plasmodium
utama yang menyerang manusia, yaitu: (1) Plasmodium falciparum; (2) Plasmodium
vivax; (3) Plasmodium ovale; dan (4) Plasmodium malariae. Sekarang ini, telah
diketahui bahwa terdapat jenis Plasmodium terbaru yang ditemukan di Asia tenggara.
Nama spesies tersebut adalah Plasmodium knowlesi. Penyebab kematian tinggi
disebabkan oleh P. falciparum. Sementara, P. vivax, P. ovale, dan P.malariae
merupakan penyebab malaria jinak. Jenis terbaru dari P.ovale saat ini ditemukan
memiliki 2 spesies non-rekombinan, yaitu P. ovale wallikeri dan P. ovale curtisi.
Masing-masing jenis Plasmodium mempunyai masa inkubasi tersendiri. Berikut
adalah penjelasannya.
 P. falciparum memiliki masa inkubasi biasanya 7-14 hari, tetapi bisa lebih lama
(hingga 6 minggu) pada mereka yang memiliki kekebalan parsial atau mereka
yang menggunakan profilaksis yang tidak memadai;
 P. vivax memiliki masa inkubasi selama 12–17 hari , tetapi dapat kambuh
beberapa bulan atau tahun kemudian sebagai akibat dari pengaktifan kembali
hipnozoit - bentuk dorman P.vivax di hati;

1.3 Epidemiologi
 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan mempunyai respon imum
yang lebih kuat dibandingkan laki-laki sehingga laki-laki lebih sering terinfeksi.
Namun kehamilan dapat meningkatka risiko infeksi malaria.
 Berdasarkan Info Datin, penyakit ini dapat menyerang semua kelompok umur
baik laki-laki maupun perempuan.
 Di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Canada, negara di Eropa (kecuali
Rusia), Israel, Singapura, Hongkong, Jepang, Taiwan, Korea, Brunei, dan
Australia sudah terhindar dari malaria akibat vector kontrolnya yang baik.
 P Falciparum dan P Malariae banyak terjadi di Afrika, Hiati, dan Papua Nugini.
 P falciparum dan P vivax banyak terdapat di Amerika Latin, AS, Asia Tenggara,
negara Oceania, dan India.
 Untuk P ovale hanya terdapat di Afrika
 Di Indonesia sendiri beberapa wilayah Timur adalah wilayah endemis malaria
falciparum dan vivax, seperti Kalimantan, Sulawesi Tengah sampai Utara,
Maluku, Irian Jaya, dan Lombok sampai Nusa Tenggara Timur. Beberapa daerah
di Sumatera mulai dari Lampung, Riau, Jambi, dan Batam juga terdapat jumlah
kasus malaria yang cenderung meningkat.
Gambar 1. Annual Parasite Incidence (API) Tahun 2015 menurut Provinsi

 Berdasarkan Annual Paracite Incidence (API) 2015 secara berurutan Papua,


Papua Barat, NTT, Maluku, Maluku Utara, Bengkulu, dan Kepulauan Bangka
Belitung adalah 7 provinsi dengan kasus malaria tertinggi di Indonesia sehingga
di sebut sebagai wilayah endemis malaria.
 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi
kasus malaria berdasarkan pekerjaan, tempat tinggal, dan kelompok umur.

Gambar 2. Prevalensi Malaria Menurut Karakteristik Pekerjaan, Tempat Tinggal,


dan Kelompok Umur, Berdasarkan Riskesdas Tahun 2013

 Pekerjaan petani/nelayan/buruh memiliki prevalensi yang lebih tinggi


dibandingkan kelompok orang yang tidak bekerja, wiraswasta, pegawai, dan
profesi lainnya. Hal ini akibat besarnya peluang kelompok ini untuk terpapar
dengan vector malaria.
 Penduduk yang tinggal di pedesaan memiliki prevalensi 7,1% untuk kasus
malaria dibandingkan penduduk di perkotaan. Hal ini juga disebabkan oleh fakta
bahwa habitat vector malaria adalah wilayah pedesaan.
 Berdasarkan kelompok umur dapat diketahui bahwa kelompok usia 25-34 tahun
memiliki prevalensi tertinggi. Hal ini diasumsikan sebagai kelompok usia
produktif sehingga memiliki peluang yang lebih tinggi untuk tertular malaria
melalui gigitan nyamuk di luar rumah.

 Tentara juga kemungkinan berpeluang untuk terkena malaria karena pekerjaannya


yang lebih banyak diluar rumah, terlebih berada di wilayah endemis

1.4 Jenis Malaria


 Malaria Falsiparum (malaria tropika)
Disebabkan oleh infeksi Plasmodium falciparum. Gejala demam timbul
intermiten dan dapat kontinyu. Jenis malaria ini paling sering menjadi malaria
berat yang menyebabkan kematian.
 Malaria Vivaks (malaria tersiana)
Disebabkan oleh infeksi Plasmodium vivax. Gejala demam berulang
dengan interval bebas demam 2 hari. Telah ditemukan juga kasus malaria berat
yang disebabkan oleh Plasmodium vivax. Menyebabkan malaria tertiana. Tanpa
pengobatan: berakhir dalam 2 – 3 bulan. Relaps 50% dalam beberapa minggu – 5
tahun setelah penyakit awal.
 Malaria Ovale
Disebabkan oleh infeksi Plasmodium ovale. Manifestasi klinis biasanya
bersifat ringan. Pola demam seperti pada malaria vivaks.
 Malaria Malariae (malaria kuartana)
Disebabkan oleh infeksi Plasmodium malariae. Gejala demam berulang
dengan interval bebas demam 3 hari.
 Malaria Knowlesi
Disebabkan oleh infeksi Plasmodium knowlesi. Gejala demam menyerupai
malaria falsiparum.
1.5 Faktor Risiko
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan mempunyai respon
imun yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki, namun kehamilan dapat
maningkatkan resiko malaria. Ada beberapa faktor yang turut mempengaruhi
seseorang terinfeksi malaria adalah :
1. Tinggal di daerah endemis malaria.
2. Berpergian menuju daerah endemi malaria.
a. Tanpa profilaksis
b. Tanpa perlindungan diri
1) Obat obatan (profilaksis)
2) Berada di luar ruangan (terpapar nyamuk)
3) Tidak menggunakan obat nyamuk
4) Tidak menakan kelambu, kawat nyamuk
5) Keluar rumah pada senja, atau saat fajar (waktu aktif nyamuk)
3. Wanita hamil (penekanan sistim imun selama kehamilan).
4. Anak kecil (sistem imun belum sebaik orang dewasa).
5. Orang tua
6. Imunosupressed, orang dengan splenektomi

Faktor yang mempengaruhi :


1. Perilaku
Perilaku yang dimaksud dapat mempengaruhi terjadinya penyakit malaria adalah
perilaku hidup seseorang dalam usaha melindungi dirinya dari gigitan nyamuk dan
menjaga kebersihan sanitasi lingkungan dimana ia tinggal sehingga tidak ada
kemungkinan vektor penyebab penyakit malaria untuk berkembang.  
2. Pencahayaan
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup. Cahaya matahari sangat
penting karena dapat mencegah nyamuk bersarang didalam rumah.Oleh karena itu
rumah harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup seperti jendela dan
ventilasi.Jendela dan ventilasi mempunyai banyak fungsi diantaranya untuk
menjaga aliran udara di dalam rumah agar tetap sehat, menjaga keseimbangan
oksigen dan menjaga kelembaban udara di dalan rumah.
3. Suhu udara
Suhu udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus sporogoni atau masa
inkubasi ekstrinsik.Makin tinggi suhu makin pendek masa inkubasi ekstrinsik dan
sebaliknya makin rendah suhu siklus ekstrinsik makin tinggi.
4. Musim
Terdapat hubungan langsung antara musim dan perkembangan larva nyamuk
anopheles menjadi bentuk dewasa. Nyamuk anopheles akan lebih cepat
berkembang pada musim hujan apalagi pada hujan yang deras dengan jumlah hari
hujan yang cukup lama sebab hal itu akan mempengaruhi tempat nyamuk
anopheles atau tempat perindukannya berkembang.
5. Angin
Kecepatan angin pada saat matahari terbit dan terbenam yang merupakan saat
terbangnya kedalam atau keluar rumah adalah salah satu faktor yang ikut
menentukan jumlah kontak antara manusia dengan nyamuk.
6. Saluran pembuangan air limbah
Saluran pembuagan air limbah juga dapat mempengaruhi terjadinya penyakit
malaria, apabila saluran air limbah tersebut tidak diperhatikan dengan baik
keadaan sanitasinya serta aliran limbahnya apakah tergenang atau tidak sebab
nyamuk anopheles menyukai tempat yang airnya statis atau mengalir sedikit. Air
limbah yang tidak diolah dengan baik akan menyebabkan berbagai gangguan
kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup diantaranya menjadi transmisi atau
media berkembang biak nyamuk.
7. Berpergian ke daerah dimana ada penyakit malaria malaria dan:
o Tidak minum obat untuk mencegah malaria sebelum, selama, dan setelah
perjalanan, atau tidak minum obat dengan benar.
o Berada di luar, terutama di daerah pedesaan, pada waktu senja dan fajar
(malam hari), yaitu waktu aktif dari nyamuk yang menularkan malaria.
o Tidak mengambil langkah pencegahan untuk melindungi diri dari gigitan
nyamuk.
8. Kebanyakan orang dewasa yang tinggal di daerah yang ada penyakit malaria, telah
mengembangkan kekebalan parsial terhadap penyakit ini karena pernah terinfeksi,
sehingga hampir tidak pernah berkembang menjadi penyakit parah. Namun anak-
anak yang tinggal di daerah ini dan wisatawan yang datang ke daerah ini berisiko
terkena malaria karena mereka belum mempunyai kekebalan terhadap malaria.
9. Wanita hamil lebih mungkin terkena malaria berat dibandingkan wanita yang
tidak hamil, karena sistem kekebalan tubuhnya ditekan selama kehamilan. Wanita
hamil, anak-anak, orang dewasa, dan orang-orang yang memiliki masalah
kesehatan lain, lebih mungkin mengalami komplikasi serius ketika mereka terkena
malaria.
10. Orang yang limpanya diangkat (splenektomi) dapat terkena malaria yang lebih
parah.

1.6 Siklus Hidup Plasmodium


Transmisi plasmodium dapat melalui berbagai cara yaitu: melalui vector
(nyamuk anopheles betina), transfuse darah, transplantasi organ, dan kongenital.
Siklus hidup parasite malaria memerlukan 2 hospes:
1) Nyamuk anopheles betina (fase seksual eksogen/siklus sporogoni)
2) Manusia
- Dalma sel hepar (siklus ekso-eritrositer)
- Dalam sel darah merah (siklus eritrositer): siklus aseksual (skizogoni) dan
siklus seksual

Gambar 3. Siklus Hidup Plasmodium


Pada manusia, nyamuk yang dapat menularkan malaria hanya nyamuk
anopheles betina. Pada saat mebggigit host terinfeksi (manusia yang terinfeksi
malaria), nyamuk anopheles akan menghisap parasut malaria (plasmodium)
bersamaan dengan darah yang terdapat banyak parasite plasmodium.
Parasite malaria tersebut kemudian bereproduksi di tubuh nyamuk Anopheles
(nyamuk yang infektif), dan saat nyamuk tersebut menggigit manusia lain, maka
parasite malaria masuk ke aliran darah korban bersamaan air liur nyamuk.
1. Siklus pada Manusia
Ketika nyamuk anopheles betina yang mengandung parasite malaria (infective
vector) menggigit manusia yang tidak terinfeksi  sporozoit dikeluarkan dari
kelenjar air liur nyamuk dan masuk kedalam sirkulasi darah  masuk ke jaringan
hati (stadium ekso-eritrositer)  sel hati pecah, keliar merozoit atau kriptozoit
yang masuk ke eritrosit membentuk stadium skizon dalam eritrosit (stadium
eritrositer). Namun pada P vivax dan ovale sebagian akan tetap di jaringan hati
dan tertanam menjadi hipnosit (bentuk untuk menjadi malaria relapse apabila
suatu saat penderita dalam keadaan daya tahan tubuh menurun, hipnosit akan
terangsang dan melanjutkan siklus parasite ke eritrosit dalam 1-2 tahun ;
relapse) terbentuk trofozoit muda sampai skizon tua atau matang  eritrosit
pecah dan keluar merozoit  sebagian merozoit masuk lagi ke sel darah merah,
sebagian lagi membentuk gametosit jantan (seksual)

2. Siklus pada nyamuk


Nyamuk anopheles betina menghisap darah manusia yang terinfeksi dan gametosit
melanjutkan siklus hidupnya ditubuh nyamuk (stadium sporogoni). Didalam
lambung nyamuk, terjadi perkawinan antara sel macrogamet (gamet betina) dan
sel microgamete (gamet jantan) yang disebut zigot. Zigot  ookinet  ookista 
ookista pecah  sporozoit keluar ke kelnjar air liur nyamuk  siap menginfeksi
manusia lain

1.7 Patofisiologi
Malaria disebabkan karena adanya infeksi Plasmodium sp. Sporozoit yang
terdapat di kelenjar ludah nyamuk Anopheles yang terinfeksi plasmodium akan
masuk ke tubuh manusia ketika nyamuk tersebut menghisap darah. Dalam waktu 30
menit, sporozoit akan menuju ke sel parenkim hepar/ sel hepatosit. Di dalam sel
hepatosit, terjadi exo-erythrocytic cycle, yaitu perkembangan sporozoit menjadi
skizon. Kemudian skizon akan berkembang menjadi merozoit. Selanjutnya, merozoit
akan menuju ke sel darah merah atau eritrosit. Pada tahap ini, akan terjadi
erythrocytic cycle. Di dalam sel darah merah, merozoit akan mengalami maturasi
dan lama-kelamaan sel darah merah tersebut akan mengalami lisis. Sel darah merah
yang mengalami lisis akan melepaskan merozoit dan beberapa zat metabolik dari
parasit Plasmodium sp. Seperti pigmen hemozoin, plasmodial DNA,
Glycosylphosphatidylinositol (GPI), dan produk dari membrane sel darah merah
lainnya. Sebagian merozoit akan difagosit oleh makrofag dan sebagian lagi akan
menyerang sel darah merah lainnya. Merozoit yang menyerang sel darah merah
kemudian akan membentuk gametosit atau skizon. Ketika nyamuk anopheles lainnya
menghisap darah yang mengandung gametosit, maka gametosit akan berkembang di
dalam usus nyamuk dan menjadi gamet jantan atau gamet betina. Sel gamet akan
mengalami maturasi dalam dua sampai tiga minggu dan berkembang menjadi
sporozoit.
Plasmodial DNA akan dikenali oleh TLR9. TLR9 akan mengaktivasi respon
imun host dengan cara mengirimkan sinyal ke NF-Kappa B di nukleus. NF-Kappa B
akan mengaktivasi sitokin-sitokin pro-inflamasi. Selain itu, GPI dan hemozoin juga
akan mengaktivasi sel makrofag/monosit dan sel endotel untuk memproduksi sitokin-
sitokin dan mediator pro-inflamasi seperti IL-6, IL-1, TNF-α, IFN-γ. Sitokin-sitokin
tersebut akan menginduksi COX-2. COX-2 akan melakukan upregulasi ke
prostaglandin dan terjadi perubahan set point suhu pada hipothalamus. Perubahan set
point suhu menyebabkan timbulnya demam. selain itu pelepasan sitokin juga dapat
menyebabkan keluhan lain seperti sakit kepala, menggigil, berkeringat, lemah, dan
keluhan-keluhan lainnya. Plasmodium yang menyerang sel darah merah akan
menyebabkan sel darah mengalami lisis. Lisis sel darah merah dapat menyebabkan
terjadinya anemia. Selain itu sel darah merah yang terinfeksi plasmodium akan
dihancurkan oleh sel makrofag dan limfosit di dalam limpa dan hepar. Banyaknya
infiltrasi makrofag dan limfosit menyebabkan hyperplasia sel-sel retikuloendotelial.
Selain itu juga peningkatan kerja limpa dan hepar dalam memfagosit makrofag juga
dapat menyebabkan terjadinya hepatospleenomegali.

1.8 Manifestasi Klinis


Gejala demam tergantung jenis malaria. Sifat demam akut (paroksismal)
yang didahului oleh stadium dingin (menggigil) diikuti demam tinggi kemudian
berkeringat banyak. Gejala klasik ini biasanya ditemukan pada penderita non imun
(berasal dari daerah non endemis). Selain gejala klasik diatas, dapat ditemukan
gejala lain seperti nyeri kepala, mual, muntah, diare, pegal-pegal, dan nyeri otot.
Gejala tersebut biasanya terdapat pada orang-orang yang tinggal di daerah endemis
(imun).
Gambaran klinis lainnya termasuk splenomegali, anemia, trombositopenia,
hipoglikemia, disfungsi paru atau ginjal, dan perubahan neurologis. Gambaran
klinis dapat sangat bervariasi tergantung pada spesies yang menginfeksi, tingkat
parasitemia, dan status kekebalan pasien. Pada malaria yang terinfeksi pada
plasmodium vivax/ovale demam dapat terjadi selang waktu satu hari(setiap 3
hari/tertian). Sedangkan pada P.falciparum dapat terjadi setiap hari, dan pada P.
malariae demam timbul selang waktu dua hari (setiap 4 hari/kuartana). Inkubasi
penyakit malaria 12-17 hari. Pada hari-hari pertama panas irregular, kadangkadang
remiten atau intermiten. Pada akhir minggu, tipe panas menjadi intermiten dan
periodik setiap 48 jam dengan gejala klasik trias malaria secara berurutan yaitu:
 Periode dingin (15-60 menit) mulai menggigil, penderita sering membungkus
diri dengan selimut atau sarng dan pada saat menggigil seluruh badan bergetar;
 Periode panas: penderita muka merah, nadi cepat, dan panas badan tetap tinggi
beberapa jam, diikuti;
 Periode berkeringat: penderita berkeringat banyak dan temperature turun, dan
penderita merasa sehat

Pada infeksi P. vivax dan P. ovale, pasien yang sembuh dari episode pertama
penyakit dapat mengalami beberapa serangan tambahan ("kambuh") setelah
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun tanpa gejala. Relaps terjadi karena P.
vivax dan P. ovale memiliki parasit stadium hati yang tidak aktif ("hipnozoit") yang
dapat aktif kembali. Pengobatan untuk mengurangi kemungkinan kambuh tersebut
tersedia dan harus mengikuti pengobatan serangan pertama.
1.9 Algoritma Diagnosis

Gambar 4. Algoritma Diagnosis

1.10 Diagnosis
Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang laboratorium. Untuk malaria berat diagnosis ditegakkan
berdasarkan kriteria WHO. Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan dengan
pemeriksaan SD secara mikroskopis atau RDT.
a. Anamnesis
Pada anamnesis sangat penting diperhatikan:
- Keluhan : demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala,
mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal
- Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria
- Riwayat berkunjung ke daerah endemis malaria.
- Riwayat tinggal di daerah endemis malaria
Setiap kasus dengan keluhan demam atau riwayat demam harus selalu
ditanyakan riwayat kunjungan ke daerah endemis malaria.
b. Pemeriksaan fisik
- Suhu tubuh aksiler >= 37,5 °C
- Konjungtiva atau telapak tangan pucat
- Sklera (mata) ikterik
- Pembesaran Limpa (splenomegali)
- Pembesaran hati (hepatomegali)

c. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan mikroskopis Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis
untuk menentukan:
 Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).
 Spesies dan stadium plasmodium
 Kepadatan parasit
2) Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test/ RDT)
Pemeriksaan dengan RDT tidak untuk evaluasi pengobatan.

1.11 Tatalaksana
Pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini dengan pemberian ACT.
Pemberian kombinasi ini untuk meningkatkan efektifitas dan mencegah resistensi.
Malaria tanpa komplikasi diobati dengan pemberian ACT secara oral. Malaria berat
diobati dengan injeksi Artesunat dilanjutkan dengan ACT oral. Disamping itu
diberikan primakuin sebagai gametosidal dan hipnozoidal. ACT yang dipakai adalah
Dihidroartemisinin - Piperakuin (DHP).

1) Malaria falsiparum, malaria knowlesi dan malaria vivaks


Pengobatan malaria falsiparum, knowlesi dan vivaks saat ini menggunakan
DHP di tambah primakuin. Dosis DHP untuk malaria falsiparum, malaria
knowlesi sama dengan malaria vivaks, Primakuin untuk malaria falsiparum dan
malaria knowlesi hanya diberikan pada hari pertama saja dengan dosis 0,25
mg/kgBB, dan untuk malaria vivaks selama 14 hari dengan dosis 0,25 mg /kgBB.
Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi usia < 6 bulan dan ibu hamil.
Pengobatan malaria falsiparum, malaria knowlesi dan malaria vivaks adalah
seperti yang tertera di bawah ini:

Dihidroartemisinin-Piperakuin(DHP) + Primakuin
Tabel 1. Pengobatan Malaria falsiparum dan malaria knowlesi menurut berat
badan dengan DHP dan Primakuin

Tabel 2. Pengobatan Malaria vivaks menurut berat badan dengan DHP


dan Primakuin

Catatan :
a) Sebaiknya dosis pemberian DHP berdasarkan berat badan, apabila
penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian obat
dapat berdasarkan kelompok umur.
b) Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada tabel
pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat badan.
c) Untuk anak dengan obesitas gunakan dosis berdasarkan berat badan ideal.
d) Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil.
e) Khusus untuk penderita defisiensi enzim G6PD yang dicurigai melalui
anamnesis ada keluhan atau riwayat warna urin coklat kehitaman
setelah minum obat primakuin, maka pengobatan diberikan secara
mingguan selama 8-12 minggu dengan dosis mingguan 0,75mg/kgBB.
Pengobatan malaria pada penderita dengan Defisiensi G6PD segera
dirujuk ke rumah sakit

2) Pengobatan malaria vivaks yang relaps


Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) diberikan dengan
regimen DHP yang sama tapi dosis Primakuin ditingkatkan menjadi 0,5
mg/kgBB/hari (harus disertai dengan pemeriksaan laboratorium enzim
G6PD).

3) Pengobatan malaria ovale


Pengobatan malaria ovale saat ini menggunakan DHP yaitu DHP
ditambah dengan Primakuin selama 14 hari. Dosispemberian obatnya sama
dengan untuk malaria vivaks.

4) Pengobatan malaria malariae


Pengobatan P. malariae cukup diberikan DHP 1 kali perhari selama 3
hari, dengan dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya dan tidak
diberikan primakuin.

5) Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivax / P. Ovale


Pada penderita dengan infeksi campur diberikan DHP selama 3 hari
serta primakuin dengan dosis 0,25 mg/kgBB/hari selama 14 hari.

1.12 Pemantauan pengobatan


A. Rawat Jalan
Pada penderita rawat jalan evaluasi pengobatan dilakukan pada hari
ke 3, 7, 14, 21 dan 28 dengan pemeriksaan klinis dan sediaan darah
secara mikroskopis. Apabila terdapat perburukan gejala klinis selama
masa pengobatan dan evaluasi, penderita segera dianjurkan datang
kembali tanpa menunggu jadwal tersebut di atas.
B. Rawat Inap
Pada penderita rawat inap evaluasi pengobatan dilakukan setiap hari
dengan pemeriksaan klinis dan darah malaria hingga klinis membaik dan
hasil mikroskopis negatif. Evaluasi pengobatan dilanjutkan pada hari ke
7, 14, 21 dan 28 dengan pemeriksaan klinis dan sediaan darah secara
mikroskopis.

1.13 Pencegahan
Upaya pencegahan malaria adalah dengan meningkatkan kewaspadaan
terhadap risiko malaria, mencegah gigitan nyamuk, pengendalian vektor dan
kemoprofilaksis. Pencegahan gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan menggunakan
kelambu berinsektisida, repelen, kawat kasa nyamuk dan lainlain. Obat yang
digunakan untuk kemoprofilaksis adalah doksisiklin dengan dosis 100mg/hari. Obat
ini diberikan 1-2 hari sebelum bepergian, selama berada di daerah tersebut sampai 4
minggu setelah kembali. Tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak dibawah
umur 8 tahun dan tidak boleh diberikan lebih dari 6 bulan.

1.14 Edukasi
1. Pola perilaku bidup berisp dan schat masyarakat harus selalu ditingkatkan
melalui penyuluhan kesehatan, pendidikan kesehatan, diskusi kelompok
maupun melalui kampanye masal nutuk mengurangi tempat sarang nyamuk
(pemberantasan sarang nyamuk, PSN ). Dengan cara menghilangkan genangan
air kotor, di antaranya dengan mengalirkan, menimbun atau mengeringkan
barang atau wadah yang memungkinkan sebagai tempat air tergenang.
2. Menemukan dan mengobati penderita sedini mungkin akan sangat membantu
mencegah penularan.
3. Melakukan penyemprotan melalui kajian mendalam tentang bionomic
anopheles seperti waktu kebiasaan menggigit, jarak terbang, dan resistens
terhadap insektisida.
4. Informasi tentang donor darah. Calon donor yang datang ke daerah endemik dan
berasal dari daerah non endemik sert tidak menunjukkan keluhan dan gejala
klinis malaria, boleh mendonorkan darahnya selama 6 bulan sejak ia datang.
Calon donor tersebut, apabila telah diberi pengobatan profilaksis malaria dan
telah mengtap di daerah itu 6 bulan atau lebih serva tidak menujukkan gejala
klinis, maka diperbolehkan menjadi donor selama 3 tahun. Banyak penelitian
melaporkan bahwa donor dari daerah endemik malaria merupakan sumber
infeksi.
1.15 Komplikasi
Infeksi yang disebabkan oleh P. falciparum paling mungkin berkembang
menjadi bentuk yang parah dan berpotensi fatal dengan keterlibatan sistem saraf
pusat (malaria serebral), gagal ginjal akut, anemia berat, atau sindrom gangguan
pernapasan akut. Spesies lain juga bisa memiliki manifestasi yang parah. Komplikasi
malaria P. vivax termasuk splenomegali (dengan, jarang, ruptur limpa), dan P.
malariae termasuk sindrom nefrotik. Penyakit malaria dapat mengakibatkan
beberapa komplikasi, diantaranya adalah :
 Rupture lienalis
 Malaria cerebral
 Anemia hemolitik
 Black water fever
 Algid malaria

1.16 Prognosis
Pada serangan primer dengan Plasmodium vivax, Plasmodium ovale dan
Plasmodium malariae akan terjadi penyembuhan sempurna pada pemberian terapi
yang adekuat dan prognosisnya baik.
Pada Plasmodium falciparum prognosis berhubungan dengan tingginya
parasitemia, jika parasit dalam darah >100.000/mm3 dan jika hematocrit < 30%
maka prognosisnya buruk. Apabila cepat diobati maka prognosis bisa lebih baik,
namun apabila lambat pengobatan akan menyebabkan angka kematian meningkat.

1.17 SKDI
Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara
mandiri dan tuntas.
4A: Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan
penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.

2. DEMAM
2.1 Definisi
Demam merupakan gejala penyakit yang sering dijumpai dan menimbulkan
rasa tidak enak atau tidak nyaman bagi penderita.
Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5ºC - 37,2ºC
o Demam : suhu tubuh > 37,2ºC
o Subnormal : suhu tubuh < 36ºC
o Hipotermia : suhu tubuh < 35ºC
o Hiperpireksia : suhu tubuh sampai setinggi > 41,2ºC
Setiap kenaikan suhu 1oC akan terjadi:
- Peningkatan 13% konsumsi O2
- Peningkatan kebutuhan kalori
- Katabolisme otot lebih cepat
- Induksi temperatur → infertilitas pada laki-laki
Pada suhu 39oC terjadi peningkatan produksi antibodi dan proliferasi limfosit T.

2.2 Klasifikasi Demam


Penilaian pola demam meliputi tipe awitan (perlahan-lahan atau tibatiba),
variasi derajat suhu selama periode 24 jam dan selama episode kesakitan, siklus
demam, dan respons terapi. Gambaran pola demam klasik meliputi:

 Demam kontinyu atau sustained fever: ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang
menetap dengan fluktuasi maksimal 0,4oC selama periode 24 jam. Fluktuasi diurnal
suhu normal biasanya tidak terjadi atau tidak signifikan.
 Demam remiten: ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak mencapai
normal dengan fluktuasi melebihi 0,5oC per 24 jam. Pola ini merupakan tipe demam
yang paling sering ditemukan dalam praktek pediatri dan tidak spesifik untuk penyakit
tertentu. Variasi diurnal biasanya terjadi, khususnya bila demam disebabkan oleh
proses infeksi.

 Demam intermiten: suhu kembali normal setiap hari, umumnya pada pagi hari, dan
puncaknya pada siang hari . Pola ini merupakan jenis demam terbanyak kedua yang
ditemukan di praktek klinis.

 Demam septik atau hektik: terjadi saat demam remiten atau intermiten menunjukkan
perbedaan antara puncak dan titik terendah suhu yang sangat besar.

 Demam quotidian: disebabkan oleh P. Vivax, ditandai dengan paroksisme demam


yang terjadi setiap hari.

 Demam quotidian ganda: memiliki dua puncak dalam 12 jam (siklus 12 jam)

 Undulant fever: menggambarkan peningkatan suhu secara perlahan dan menetap


tinggi selama beberapa hari, kemudian secara perlahan turun menjadi normal.

 Demam lama (prolonged fever): menggambarkan satu penyakit dengan lama demam
melebihi yang diharapkan untuk penyakitnya, contohnya > 10 hari untuk infeksi
saluran nafas atas.
 Demam rekuren: adalah demam yang timbul kembali dengan interval irregular pada
satu penyakit yang melibatkan organ yang sama (contohnya traktus urinarius) atau
sistem organ multipel.

 Demam bifasik: menunjukkan satu penyakit dengan 2 episode demam yang berbeda
(camelback fever pattern, atau saddleback fever). Poliomielitis merupakan contoh
klasik dari pola demam ini. Gambaran bifasik juga khas untuk leptospirosis, demam
dengue, demam kuning, Colorado tick fever, spirillary rat-bite fever (Spirillum
minus), dan African hemorrhagic fever (Marburg, Ebola, dan demam Lassa).

Gambaran pola demam relapsing fever dan demam periodik, yaitu:


 Demam periodik: ditandai oleh episode demam berulang dengan interval regular
atau irregular. Tiap episode diikuti satu sampai beberapa hari, beberapa minggu atau
beberapa bulan suhu normal. Contoh yang dapat dilihat adalah malaria (istilah tertiana
digunakan bila demam terjadi setiap hari ke-3, kuartana bila demam terjadi setiap hari
ke-4) dan brucellosis.

 Relapsing fever: adalah istilah yang biasa dipakai untuk demam rekuren yang
disebabkan oleh sejumlah spesies Borrelia dan ditularkan oleh kutu (louseborne RF)
atau tick (tick-borne RF).

2.3 Gejala demam


Penyetelan ulang titik keseimbangan termal ke tingkat yang lebih tinggi
dengan sinyal demam humoral dan saraf yang dijelaskan di atas memulai putaran
umpan balik yang mengarah ke urutan manifestasi klinis dan perilaku yang
mencirikan respons demam. Untuk mencapai titik keseimbangan baru, kehilangan
panas dihambat oleh vasokonstriksi kulit (menyebabkan menggigil dan berjerawat),
serta oleh mekanisme perilaku seperti mengambil posisi janin untuk mengurangi luas
permukaan tubuh atau mengenakan pakaian tebal dan mencari lingkungan yang lebih
hangat. Berbagai perolehan panas mekanisme kemudian diaktifkan termasuk
peningkatan kontraksi otot (menyebabkan kekakuan). Ketika sinyal demam tidak lagi
ada di SSP, titik keseimbangan turun menjadi normal dengan aktivasi mekanisme
kehilangan panas seperti berkeringat. Oleh karena itu, demam sering kali ditandai
dengan menggigil, keras, suhu tubuh meningkat, kemudian berkeringat dan suhu
tubuh turun.
Gejala sistemik seperti sakit kepala, malaise, anoreksia, dan perilaku sakit
lainnya juga dapat menyertai demam. Gejala-gejala ini disebabkan oleh efek sistemik
produk mikroba dan sitokin pirogenik yang menyebabkan berbagai respons fase akut
yang dimediasi melalui neuroendokrin sistem.
KERANGKA KONSEP
Tn. L, 36 Th
Tentara - Riwayat tinggal di Bengkulu
- Riwayat malaria sebelumnya

Terinfeksi P.Vivax

Menginvasi retikulosit

Ruptur eritrosit tiap 48 jam

Destruksi eritrosit di
Merozoit keluar
RES meningkat

Mengubah set point


di hipotalamus Destruksi eritrosit di Anemia Hemolitik Hb 9 gr%
RES meningkat

Takikardi Demam intermitten Penumpukan plasmodium Gambaran Transfer O2


Relatif dengan siklus 48 dan sel inflamasi di hepar Hemolitik pada berkurang ke
jam dan limpa Pem.Lab perifer

Hepatosplenomegali Konjungtiva
palpebra pucat

KESIMPULAN
Tn.L, tentara berusia 36 tahun, didiagnosis malaria
Malaria Tersiana Relaps
tersiana relaps karena mengalami demam
intermitten dengan siklus 48 jam et causa
terinfeksi plasmodium vivax.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Inilah Fakta Keberhasilan Pengendalian Malaria.


(http://www.depkes.go.id/article/ view/16050200003/inilah-faktakeberhasilan-
pengendalian-malaria.html, diakses pada 25 Agustus 2020).
Dijk, D. P. V. et al. 2009. Evaluation of the Palutop+4 malaria rapid diagnostic test in a non-
endemic setting. Malaria Journal. 8: 3-4.
Fitriany, J. & Sabiq, A. 2018. Malaria. Jurnal Averrous. 4(2) : 3-9.
Harijanto, Paul N. 2014. Ilmu Penyakit Dalam: Penyakit Tropis dan Infeksi. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Buku Saku Tatalaksana Kasus Malaria.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK
01.07/Menkes/556/2019 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata
Laksana Malaria
Kemenkes RI. 2017. Pedoman Teknis Pemeriksaan Parasit Malaria.
(https://patologiklinik.com/2019/02/24/download-pedoman-teknis-pemeriksaan-parasit-
malaria/, diakses 25 Agustus 2020)

Nelwan, R. H., 2009. Demam: Tipe dan Pendekatan. Dalam: Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B.,
Alwi, I., Simadibrata, M., dan Setiati, S., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III,
Edisi 5, Interna Publishing, Jakarta, hal. 2767-8.
RI, K. (2019). Tatalaksana Kasus Malaria Terkini. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Subdit Malaria Direktorat P2PTVZ Kementrian Kesehatan RI, 2019. Buku Saku Tatalaksana
Kasus Malaria. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. (2017). Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Jakarta: Pusat penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Sulistyaningsih E, Fitri LE, Löscher T, Berens-Riha N. 2010. Diagnostic difficulties with


Plasmodium knowlesi infection in humans. Emerg Infect Dis. 16(6):1033-4. doi:
10.3201/eid1606.100022.

Setiadi W, Sudoyo H, Trimarsanto H, Sihite BA, Saragih RJ, Juliawaty R, Wangsamuda S,


Asih PB, Syafruddin D. 2016. A zoonotic human infection with simian malaria,
Plasmodium knowlesi, in Central Kalimantan, Indonesia. Malar J. 15:218. doi:
10.1186/s12936-016-1272-z.

Setiyabudi, R. 2016. Systematic review faktor risiko malaria sebagai salah satu penyakit
menular di indonesia. Medisains: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan. 14(1): 56.
Sumarno S., dan Garna H., 2015. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis Edisi Kedua. Jakarta:
Badan Penerbit Ikatan Dokter anak Indonesia.
Sutanto I., Ismid I. S., Sjarifudin P. K., Sungkar S., 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedoktera
Edisi keempat. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
WHO, 2015. World Malaria Report 2015. Geneva: World Health Organization.
(http://www.who.int/malaria/ publications/world-malaria, diakses pada 25 Agustus
2020).

Anda mungkin juga menyukai