SKENARIO A
BLOK 25
Disusun oleh:
KELOMPOK 5
Tutor : dr. Nita Parisa, M.Bmd
FAKULTAS KEDOKTERAN
PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
KEGIATAN TUTORIAL
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tutorial Skenario A
Blok XXV Tahun 2020 dengan baik. Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial
yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya.
Atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan laporan ini, penulis sangat mengharapkan
masukan, kritik, dan saran yang bersifat membangun ke arah perbaikan dan penyempurnaan
laporan ini. Cukup banyak kesulitan yang penulis temui dalam penulisan laporan ini, tetapi
penulis menyeselesaikannya dengan cukup baik. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. dr. Nita Parisa, M.Bmd sebagai dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
dan sebagai tutor pada kelompok A5;
2. Seluruh mahasiswa kelas Alpha 2017 Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijiaya.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Tim penyusun
DAFTAR ISI
KEGIATAN TUTORIAL.......................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iv
SKENARIO A BLOK XXV....................................................................................................1
I. KLARIFIKASI ISTILAH....................................................................................2
II. IDENTIFIKASI MASALAH..............................................................................3
III. ANALISIS MASALAH......................................................................................4
IV. KETERBATASAN ILMU PENGETAHUAN DAN LEARNING ISSUES......14
V. SINTESIS MASALAH.....................................................................................15
VI. KERANGKA KONSEP....................................................................................35
VII. KESIMPULAN..................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................36
SKENARIO A BLOK XXV
Tn. L berusia 36 tahun, alamat Palembang, dibawa ke rumah sakit karena demam
hilang timbul sejak 8 hari ini. Demam berulang setelah 2 hari bebas demam. Sebelum demam
didahului menggigil, dan setelah demam diikuti dengan berkeringat banyak. Saat bebas
demam, Tn. L dapat beraktifitas seperti biasa. Keluhan lainnya berupa mual, lesu, sakit
kepala, Tn. L adalah seorang tentara yang baru pindah tugas ke Palembang 10 hari yang lalu,
sebelumnya bertugas di Bengkulu selama 1 tahun. 6 bulan yang lalu Tn. L pernah mengalami
sakit yang sama dan dirawat di RS di Bengkulu.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, tekanan darah 110/70
mmHg, nadi 112 x/menit (isi dan tegangan cukup), pernafasan 22 x/menit, temperatur axilla
39℃.
Tidak ada ruam kulit. Konjungtiva palpebra tampak pucat, sklera tidak ikterik. Tidak ada
pembesaran KGB. Pemeriksaan jantung dan paru dalam batas normal. Pada abdomen
didapatkan hepatosplenomegali ringan. Pemeriksaan lain dalam batas normal.
Pemeriksaan laboratorium
Hb 9 gr%, lekosit 8.700/mm3 , trombosit 200.000/mm3 , dan didapatkan gambaran hemolitik
dengan morfologi lekosit dan trombosit normal. Urinalisis dan feses rutin normal. Pada
apusan darah tipis didapatkan gambaran seperti dibawah ini:
IDENTIFIKASI MASALAH
1) Tn. L, seorang tentara berusia 36 tahun, dibawa ke rumah sakit karena demam hilang
timbul sejak 8 hari ini. Demam berulang setelah 2 hari bebas demam. Sebelum
demam didahului menggigil, dan setelah demam diikuti dengan berkeringat banyak.
Saat bebas demam, Tn. L dapat beraktifitas seperti biasa.
a. Bagaimana hubungan usia, jenis kelamin, dan perkerjaan terhadap keluhan Tn.
L?
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, usia Tn. L berada
pada prevalensi tertinggi kedua kelompok usia produktif sehingga memiliki
peluang yang lebih tinggi untuk tertular malaria melalui gigitan nyamuk di
luar rumah.
Pekerjaan Tn.L sebagai tentara memiliki prevalensi yang lebih tinggi
dibandingkan kelompok orang yang tidak bekerja, wiraswasta, pegawai, dan
profesi lainnya. Hal ini akibat besarnya peluang kelompok ini untuk terpapar
dengan vector malaria diluar rumah terutama pada wilayah endemis,
Bengkulu.
Berdasarkan Info Datin tahun 2016, penyakit malaria menyerang laki-laki dan
perempuan
Gambar 1. Prevalensi Malaria Menurut Karakteristik Pekerjaan, Tempat Tinggal, dan
Kelompok Umur; Berdasarkan Riskesdas Tahun 2013
b. Apa saja yang menyebabkan demam hilang timbul? (DD demam hilang
timbul)
Dinda?
Pada kasus, tipe demamnya yaitu demam intermiten. Dengan kemungkinan
penyakit yang dapat menyebabkan demam hilang timbul yaitu:
Malaria
Pyrogenic Infection
Schistosomiasis
Borellia
Leptospirosis
Pada kasus ini, demam yang dialami pasien yaitu demam pada malaria tertiana
yang disebabkan oleh infeksi plasmodium vivax.
d. Apa makna klinis demam hilang timbul sejak 8 hari dan berulang 2 hari
setelah bebas demam?
Pada malaria yang terinfeksi pada plasmodium vivax/ovale demam dapat
terjadi selang waktu satu hari (setiap 3 hari/tertiana). Sedangkan pada
P.falciparum dapat terjadi setiap hari, dan pada P. malariae demam timbul
selang waktu dua hari (setiap 4 hari/kuartana).
e. Apa makna klinis demam didahului menggigil, dan setelah demam diikuti
dengan berkeringat banyak?
Demam didahului menggigil, dan setelah demam diikuti dengan berkeringat
banyak merupakan manifestasi klinis yang ditemukan khas pada malaria.
Keluhan utama yang khas pada malaria disebut “trias malaria” yang terdiri
dari 3 stadium yaitu:
1. Stadium menggigil; Pasien merasa kedinginan yang dingin sekali,
sehingga menggigil. Nadi cepat tapi lemah, bibir dan jari-jari tangan
biru, kulit kering dan pucat. Biasanya pada anak didapatkan kejang.
Stadium ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam.
2. Stadium puncak demam; Pasien yang semula merasakan kedinginan
berubah menjadi panas sekali. Suhu tubuh naik hingga 41o C sehingga
menyebabkan pasien kehausan. Muka kemerahan, kulit kering dan
panas seperti terbakar, sakit kepala makin hebat, mual dan muntah,
nadi berdenyut keras. Stadium ini berlangsung 2 sampai 6 jam.
3. Stadium berkeringat; Pasien berkeringat banyak sampai basah, suhu
turun drastis bahkan mencapai dibawah ambang normal. Penderita
biasanya dapat tidur nyenyak dan saat bangun merasa lemah tapi sehat.
Stadium ini berlangsung 2 sampai 4 jam. Pemeriksaan fisik yang
ditemukan lainnya yang merupakan gejala khas malaria adalah adanya
splenomegali, hepatomegali dan anemia.
Berdasarkan Interval
1. Demam septik atau demam hektik : suhu tubuh berangsur naik ke tingkat
yang tinggi sekali pada malam hari dan turun ke tingkat di atas normal
pada pagi hari. Bila demam turun ke tingkat normal dinamakan demam
hektik.
2. Demam intermiten : suhu tubuh turun ke tingkat yang normal selama
beberapa jam dalam satu hari.
3. Demam remiten : suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah
mencapai suhu normal.
4. Demam kontinyu : demam dengan variasi suhu sepanjang hari tidak lebih
dari satu derajat.
5. Demam siklik : terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang
diikuti periode bebas demam beberapa hari yang kemudia diikuti oleh
kenaikan suhu tubuh seperti semula.
2) Keluhan lainnya berupa mual, lesu, sakit kepala. Tn. L memiliki riwayat tinggal di
Bengkulu selama 1 tahun dan baru pindah tugas ke Palembang 10 hari yang lalu.
Enam bulan yang lalu Tn. L pernah mengalami sakit yang sama dan dirawat di RS di
Bengkulu.
a. Bagaimana mekanisme mual, lesu, sakit kepala pada kasus?
b. Apa hubungan riwayat tinggal selama 1 tahun di Bengkulu dengan keluhan
Tn.L?
Berdasarkan Annual Paracite Incidence (API) 2015 secara berurutan Papua,
Papua Barat, NTT, Maluku, Maluku Utara, Bengkulu, dan Kepulauan Bangka
Belitung adalah 7 provinsi dengan kasus malaria tertinggi di Indonesia
sehingga di sebut sebagai wilayah endemis malaria. Maka terdapat riwayat
berpergian dari wilayah endemis pada kasus yang mengarahkan kita kepada
diagnosis malaria.
Gambar 2. Annual Parasite Incidence (API) Tahun 2015 Menurut Provinsi
c. Apa makna klinis Tn.L pernah mengalami sakit yang sama dan dirawat di RS
di Bengkulu?
Hal ini menunjukkan bahwa Tn. L mengalami gejala infeksi setelah serangan
pertama, bersifat jangka pendek (rekrudesensi/ berulangnya gejala klinik dan
parasitemia dalam masa 8 minggu sesudah berakhirnya serangan primer) dan
jangka panjang (rekurens/ berulangnya gejala klinis atau parasitemia setelah
>24 minggu berakhirnya serangan primer).
3) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, tekanan darah 110/70
mmHg, nadi 112 x/menit (isi dan tegangan cukup), pernafasan 22 x/menit, temperatur
axilla 390C. Tidak ada ruam kulit. Konjungtiva palpebra tampak pucat, sklera tidak
ikterik. Tidak ada pembesaran KGB. Pemeriksaan jantung dan paru dalam batas
normal. Pada abdomen didapatkan hepatosplenomegali ringan. Pemeriksaan lain
dalam batas normal.
a. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik?
No Pemeriksaan Hasil Nilai normal Interpretasi
1. Keadaan umum Tampak sakit sedang Tampak baik Abnormal
2. Kesadaran Compos mentis Compos mentis Normal
3. Tekanan Darah 110/70 mmHg 120/80 mmHg Normal
4. Nadi 112 x/menit (isi dan 60-100x/menit Takikardi
tegangan cukup)
5. Pernapasan 22x/menit 12-20 x/menit Takipneu
6. Temperature 39⁰C 36,5 – 37,5⁰C Febris
7. Ruam kulit (-) (-) Normal
Sklera ikterik (-) (-)
Pembesaran KGB (-) (-)
8. Konjungtiva Tampak pucat Anemis Abnormal
palpebral
9. Pemeriksaan jantung Dalam batas normal Dalam batas normal Normal
dan paru
10. Hepatosplenomegali Terdapat perbesaran Tidak ada perbesaran Abnormal
ringan
4) Pemeriksaan laboratorium
Hb 9 gr%, lekosit 8.700/mm3 , trombosit 200.000/mm3 , dan didapatkan gambaran
hemolitik dengan morfologi lekosit dan trombosit normal. Urinalisis dan feses rutin
normal. Pada apusan darah tipis didapatkan gambaran seperti dibawah ini:
Lk : 13 - 18 gr/dL
Hb 9,8 g%
Pr : 12 - 16 gr/dL Menurun
Lk : 40%-48% (Anemia)
Ht 27%
Pr : 37-43%
1.2 Etiologi
Penyebab dari malaria adalah Plasmodium sp. Plasmodium sp. merupakan
protozoa bersifat parasitik yang menyerang eritrosit. Vektor disebarkan melalui
nyamuk betina Anopheles sp. dan penyakit ini dapat menyerang baik mamalia,
hewan, dan reptil. Plasmodium sp. termasuk dalam filum Apicomplexa, dimana
protozoa ini memiliki 3 komponen: (1) Genom nukleus (seperti sel eukariotik); (2)
Genom mitokondria (seperti sel eukariotik); dan (3) DNA ekstrakromosomal sirkuler
dengan berat 35 kb (kilobase).
Indonesia memiliki 25 jenis vektor Anopheles sp. Nyamuk ini bisa ditemukan
pada daerah perkebunan, kolam pembiakan dan di desa-desa. Jenis-jenis dari nyamuk
Anopheles sp. yaitu Anopheles aconitus, An. balabacensis, An. bancroftii, An.
barbirostris, An. farauti, An. flavirostris, An. karwari, An. kochi, An. koliensis, An.
leucosphyrus, An. maculatus, An. nigerrimus, An. parangensis, An. punctulatus, An.
sinensis, An. subpictus, An. sundaicus, An. tessellatus, An. vagus, An. lebifer, An.
ludlowi, An. minimus, An. umbrosus, An. peditaeniatus, dan An. Annullaris.
Berdasarkan jenis dari malaria yang dihasilkan, terdapat 4 jenis Plasmodium
utama yang menyerang manusia, yaitu: (1) Plasmodium falciparum; (2) Plasmodium
vivax; (3) Plasmodium ovale; dan (4) Plasmodium malariae. Sekarang ini, telah
diketahui bahwa terdapat jenis Plasmodium terbaru yang ditemukan di Asia tenggara.
Nama spesies tersebut adalah Plasmodium knowlesi. Penyebab kematian tinggi
disebabkan oleh P. falciparum. Sementara, P. vivax, P. ovale, dan P.malariae
merupakan penyebab malaria jinak. Jenis terbaru dari P.ovale saat ini ditemukan
memiliki 2 spesies non-rekombinan, yaitu P. ovale wallikeri dan P. ovale curtisi.
Masing-masing jenis Plasmodium mempunyai masa inkubasi tersendiri. Berikut
adalah penjelasannya.
P. falciparum memiliki masa inkubasi biasanya 7-14 hari, tetapi bisa lebih lama
(hingga 6 minggu) pada mereka yang memiliki kekebalan parsial atau mereka
yang menggunakan profilaksis yang tidak memadai;
P. vivax memiliki masa inkubasi selama 12–17 hari , tetapi dapat kambuh
beberapa bulan atau tahun kemudian sebagai akibat dari pengaktifan kembali
hipnozoit - bentuk dorman P.vivax di hati;
1.3 Epidemiologi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan mempunyai respon imum
yang lebih kuat dibandingkan laki-laki sehingga laki-laki lebih sering terinfeksi.
Namun kehamilan dapat meningkatka risiko infeksi malaria.
Berdasarkan Info Datin, penyakit ini dapat menyerang semua kelompok umur
baik laki-laki maupun perempuan.
Di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Canada, negara di Eropa (kecuali
Rusia), Israel, Singapura, Hongkong, Jepang, Taiwan, Korea, Brunei, dan
Australia sudah terhindar dari malaria akibat vector kontrolnya yang baik.
P Falciparum dan P Malariae banyak terjadi di Afrika, Hiati, dan Papua Nugini.
P falciparum dan P vivax banyak terdapat di Amerika Latin, AS, Asia Tenggara,
negara Oceania, dan India.
Untuk P ovale hanya terdapat di Afrika
Di Indonesia sendiri beberapa wilayah Timur adalah wilayah endemis malaria
falciparum dan vivax, seperti Kalimantan, Sulawesi Tengah sampai Utara,
Maluku, Irian Jaya, dan Lombok sampai Nusa Tenggara Timur. Beberapa daerah
di Sumatera mulai dari Lampung, Riau, Jambi, dan Batam juga terdapat jumlah
kasus malaria yang cenderung meningkat.
Gambar 1. Annual Parasite Incidence (API) Tahun 2015 menurut Provinsi
1.7 Patofisiologi
Malaria disebabkan karena adanya infeksi Plasmodium sp. Sporozoit yang
terdapat di kelenjar ludah nyamuk Anopheles yang terinfeksi plasmodium akan
masuk ke tubuh manusia ketika nyamuk tersebut menghisap darah. Dalam waktu 30
menit, sporozoit akan menuju ke sel parenkim hepar/ sel hepatosit. Di dalam sel
hepatosit, terjadi exo-erythrocytic cycle, yaitu perkembangan sporozoit menjadi
skizon. Kemudian skizon akan berkembang menjadi merozoit. Selanjutnya, merozoit
akan menuju ke sel darah merah atau eritrosit. Pada tahap ini, akan terjadi
erythrocytic cycle. Di dalam sel darah merah, merozoit akan mengalami maturasi
dan lama-kelamaan sel darah merah tersebut akan mengalami lisis. Sel darah merah
yang mengalami lisis akan melepaskan merozoit dan beberapa zat metabolik dari
parasit Plasmodium sp. Seperti pigmen hemozoin, plasmodial DNA,
Glycosylphosphatidylinositol (GPI), dan produk dari membrane sel darah merah
lainnya. Sebagian merozoit akan difagosit oleh makrofag dan sebagian lagi akan
menyerang sel darah merah lainnya. Merozoit yang menyerang sel darah merah
kemudian akan membentuk gametosit atau skizon. Ketika nyamuk anopheles lainnya
menghisap darah yang mengandung gametosit, maka gametosit akan berkembang di
dalam usus nyamuk dan menjadi gamet jantan atau gamet betina. Sel gamet akan
mengalami maturasi dalam dua sampai tiga minggu dan berkembang menjadi
sporozoit.
Plasmodial DNA akan dikenali oleh TLR9. TLR9 akan mengaktivasi respon
imun host dengan cara mengirimkan sinyal ke NF-Kappa B di nukleus. NF-Kappa B
akan mengaktivasi sitokin-sitokin pro-inflamasi. Selain itu, GPI dan hemozoin juga
akan mengaktivasi sel makrofag/monosit dan sel endotel untuk memproduksi sitokin-
sitokin dan mediator pro-inflamasi seperti IL-6, IL-1, TNF-α, IFN-γ. Sitokin-sitokin
tersebut akan menginduksi COX-2. COX-2 akan melakukan upregulasi ke
prostaglandin dan terjadi perubahan set point suhu pada hipothalamus. Perubahan set
point suhu menyebabkan timbulnya demam. selain itu pelepasan sitokin juga dapat
menyebabkan keluhan lain seperti sakit kepala, menggigil, berkeringat, lemah, dan
keluhan-keluhan lainnya. Plasmodium yang menyerang sel darah merah akan
menyebabkan sel darah mengalami lisis. Lisis sel darah merah dapat menyebabkan
terjadinya anemia. Selain itu sel darah merah yang terinfeksi plasmodium akan
dihancurkan oleh sel makrofag dan limfosit di dalam limpa dan hepar. Banyaknya
infiltrasi makrofag dan limfosit menyebabkan hyperplasia sel-sel retikuloendotelial.
Selain itu juga peningkatan kerja limpa dan hepar dalam memfagosit makrofag juga
dapat menyebabkan terjadinya hepatospleenomegali.
Pada infeksi P. vivax dan P. ovale, pasien yang sembuh dari episode pertama
penyakit dapat mengalami beberapa serangan tambahan ("kambuh") setelah
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun tanpa gejala. Relaps terjadi karena P.
vivax dan P. ovale memiliki parasit stadium hati yang tidak aktif ("hipnozoit") yang
dapat aktif kembali. Pengobatan untuk mengurangi kemungkinan kambuh tersebut
tersedia dan harus mengikuti pengobatan serangan pertama.
1.9 Algoritma Diagnosis
1.10 Diagnosis
Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang laboratorium. Untuk malaria berat diagnosis ditegakkan
berdasarkan kriteria WHO. Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan dengan
pemeriksaan SD secara mikroskopis atau RDT.
a. Anamnesis
Pada anamnesis sangat penting diperhatikan:
- Keluhan : demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala,
mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal
- Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria
- Riwayat berkunjung ke daerah endemis malaria.
- Riwayat tinggal di daerah endemis malaria
Setiap kasus dengan keluhan demam atau riwayat demam harus selalu
ditanyakan riwayat kunjungan ke daerah endemis malaria.
b. Pemeriksaan fisik
- Suhu tubuh aksiler >= 37,5 °C
- Konjungtiva atau telapak tangan pucat
- Sklera (mata) ikterik
- Pembesaran Limpa (splenomegali)
- Pembesaran hati (hepatomegali)
c. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan mikroskopis Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis
untuk menentukan:
Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).
Spesies dan stadium plasmodium
Kepadatan parasit
2) Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test/ RDT)
Pemeriksaan dengan RDT tidak untuk evaluasi pengobatan.
1.11 Tatalaksana
Pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini dengan pemberian ACT.
Pemberian kombinasi ini untuk meningkatkan efektifitas dan mencegah resistensi.
Malaria tanpa komplikasi diobati dengan pemberian ACT secara oral. Malaria berat
diobati dengan injeksi Artesunat dilanjutkan dengan ACT oral. Disamping itu
diberikan primakuin sebagai gametosidal dan hipnozoidal. ACT yang dipakai adalah
Dihidroartemisinin - Piperakuin (DHP).
Dihidroartemisinin-Piperakuin(DHP) + Primakuin
Tabel 1. Pengobatan Malaria falsiparum dan malaria knowlesi menurut berat
badan dengan DHP dan Primakuin
Catatan :
a) Sebaiknya dosis pemberian DHP berdasarkan berat badan, apabila
penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian obat
dapat berdasarkan kelompok umur.
b) Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada tabel
pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat badan.
c) Untuk anak dengan obesitas gunakan dosis berdasarkan berat badan ideal.
d) Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil.
e) Khusus untuk penderita defisiensi enzim G6PD yang dicurigai melalui
anamnesis ada keluhan atau riwayat warna urin coklat kehitaman
setelah minum obat primakuin, maka pengobatan diberikan secara
mingguan selama 8-12 minggu dengan dosis mingguan 0,75mg/kgBB.
Pengobatan malaria pada penderita dengan Defisiensi G6PD segera
dirujuk ke rumah sakit
1.13 Pencegahan
Upaya pencegahan malaria adalah dengan meningkatkan kewaspadaan
terhadap risiko malaria, mencegah gigitan nyamuk, pengendalian vektor dan
kemoprofilaksis. Pencegahan gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan menggunakan
kelambu berinsektisida, repelen, kawat kasa nyamuk dan lainlain. Obat yang
digunakan untuk kemoprofilaksis adalah doksisiklin dengan dosis 100mg/hari. Obat
ini diberikan 1-2 hari sebelum bepergian, selama berada di daerah tersebut sampai 4
minggu setelah kembali. Tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak dibawah
umur 8 tahun dan tidak boleh diberikan lebih dari 6 bulan.
1.14 Edukasi
1. Pola perilaku bidup berisp dan schat masyarakat harus selalu ditingkatkan
melalui penyuluhan kesehatan, pendidikan kesehatan, diskusi kelompok
maupun melalui kampanye masal nutuk mengurangi tempat sarang nyamuk
(pemberantasan sarang nyamuk, PSN ). Dengan cara menghilangkan genangan
air kotor, di antaranya dengan mengalirkan, menimbun atau mengeringkan
barang atau wadah yang memungkinkan sebagai tempat air tergenang.
2. Menemukan dan mengobati penderita sedini mungkin akan sangat membantu
mencegah penularan.
3. Melakukan penyemprotan melalui kajian mendalam tentang bionomic
anopheles seperti waktu kebiasaan menggigit, jarak terbang, dan resistens
terhadap insektisida.
4. Informasi tentang donor darah. Calon donor yang datang ke daerah endemik dan
berasal dari daerah non endemik sert tidak menunjukkan keluhan dan gejala
klinis malaria, boleh mendonorkan darahnya selama 6 bulan sejak ia datang.
Calon donor tersebut, apabila telah diberi pengobatan profilaksis malaria dan
telah mengtap di daerah itu 6 bulan atau lebih serva tidak menujukkan gejala
klinis, maka diperbolehkan menjadi donor selama 3 tahun. Banyak penelitian
melaporkan bahwa donor dari daerah endemik malaria merupakan sumber
infeksi.
1.15 Komplikasi
Infeksi yang disebabkan oleh P. falciparum paling mungkin berkembang
menjadi bentuk yang parah dan berpotensi fatal dengan keterlibatan sistem saraf
pusat (malaria serebral), gagal ginjal akut, anemia berat, atau sindrom gangguan
pernapasan akut. Spesies lain juga bisa memiliki manifestasi yang parah. Komplikasi
malaria P. vivax termasuk splenomegali (dengan, jarang, ruptur limpa), dan P.
malariae termasuk sindrom nefrotik. Penyakit malaria dapat mengakibatkan
beberapa komplikasi, diantaranya adalah :
Rupture lienalis
Malaria cerebral
Anemia hemolitik
Black water fever
Algid malaria
1.16 Prognosis
Pada serangan primer dengan Plasmodium vivax, Plasmodium ovale dan
Plasmodium malariae akan terjadi penyembuhan sempurna pada pemberian terapi
yang adekuat dan prognosisnya baik.
Pada Plasmodium falciparum prognosis berhubungan dengan tingginya
parasitemia, jika parasit dalam darah >100.000/mm3 dan jika hematocrit < 30%
maka prognosisnya buruk. Apabila cepat diobati maka prognosis bisa lebih baik,
namun apabila lambat pengobatan akan menyebabkan angka kematian meningkat.
1.17 SKDI
Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara
mandiri dan tuntas.
4A: Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan
penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.
2. DEMAM
2.1 Definisi
Demam merupakan gejala penyakit yang sering dijumpai dan menimbulkan
rasa tidak enak atau tidak nyaman bagi penderita.
Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5ºC - 37,2ºC
o Demam : suhu tubuh > 37,2ºC
o Subnormal : suhu tubuh < 36ºC
o Hipotermia : suhu tubuh < 35ºC
o Hiperpireksia : suhu tubuh sampai setinggi > 41,2ºC
Setiap kenaikan suhu 1oC akan terjadi:
- Peningkatan 13% konsumsi O2
- Peningkatan kebutuhan kalori
- Katabolisme otot lebih cepat
- Induksi temperatur → infertilitas pada laki-laki
Pada suhu 39oC terjadi peningkatan produksi antibodi dan proliferasi limfosit T.
Demam kontinyu atau sustained fever: ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang
menetap dengan fluktuasi maksimal 0,4oC selama periode 24 jam. Fluktuasi diurnal
suhu normal biasanya tidak terjadi atau tidak signifikan.
Demam remiten: ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak mencapai
normal dengan fluktuasi melebihi 0,5oC per 24 jam. Pola ini merupakan tipe demam
yang paling sering ditemukan dalam praktek pediatri dan tidak spesifik untuk penyakit
tertentu. Variasi diurnal biasanya terjadi, khususnya bila demam disebabkan oleh
proses infeksi.
Demam intermiten: suhu kembali normal setiap hari, umumnya pada pagi hari, dan
puncaknya pada siang hari . Pola ini merupakan jenis demam terbanyak kedua yang
ditemukan di praktek klinis.
Demam septik atau hektik: terjadi saat demam remiten atau intermiten menunjukkan
perbedaan antara puncak dan titik terendah suhu yang sangat besar.
Demam quotidian ganda: memiliki dua puncak dalam 12 jam (siklus 12 jam)
Demam lama (prolonged fever): menggambarkan satu penyakit dengan lama demam
melebihi yang diharapkan untuk penyakitnya, contohnya > 10 hari untuk infeksi
saluran nafas atas.
Demam rekuren: adalah demam yang timbul kembali dengan interval irregular pada
satu penyakit yang melibatkan organ yang sama (contohnya traktus urinarius) atau
sistem organ multipel.
Demam bifasik: menunjukkan satu penyakit dengan 2 episode demam yang berbeda
(camelback fever pattern, atau saddleback fever). Poliomielitis merupakan contoh
klasik dari pola demam ini. Gambaran bifasik juga khas untuk leptospirosis, demam
dengue, demam kuning, Colorado tick fever, spirillary rat-bite fever (Spirillum
minus), dan African hemorrhagic fever (Marburg, Ebola, dan demam Lassa).
Relapsing fever: adalah istilah yang biasa dipakai untuk demam rekuren yang
disebabkan oleh sejumlah spesies Borrelia dan ditularkan oleh kutu (louseborne RF)
atau tick (tick-borne RF).
Terinfeksi P.Vivax
Menginvasi retikulosit
Destruksi eritrosit di
Merozoit keluar
RES meningkat
Hepatosplenomegali Konjungtiva
palpebra pucat
KESIMPULAN
Tn.L, tentara berusia 36 tahun, didiagnosis malaria
Malaria Tersiana Relaps
tersiana relaps karena mengalami demam
intermitten dengan siklus 48 jam et causa
terinfeksi plasmodium vivax.
DAFTAR PUSTAKA
Nelwan, R. H., 2009. Demam: Tipe dan Pendekatan. Dalam: Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B.,
Alwi, I., Simadibrata, M., dan Setiati, S., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III,
Edisi 5, Interna Publishing, Jakarta, hal. 2767-8.
RI, K. (2019). Tatalaksana Kasus Malaria Terkini. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Subdit Malaria Direktorat P2PTVZ Kementrian Kesehatan RI, 2019. Buku Saku Tatalaksana
Kasus Malaria. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. (2017). Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Jakarta: Pusat penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Setiyabudi, R. 2016. Systematic review faktor risiko malaria sebagai salah satu penyakit
menular di indonesia. Medisains: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan. 14(1): 56.
Sumarno S., dan Garna H., 2015. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis Edisi Kedua. Jakarta:
Badan Penerbit Ikatan Dokter anak Indonesia.
Sutanto I., Ismid I. S., Sjarifudin P. K., Sungkar S., 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedoktera
Edisi keempat. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
WHO, 2015. World Malaria Report 2015. Geneva: World Health Organization.
(http://www.who.int/malaria/ publications/world-malaria, diakses pada 25 Agustus
2020).