Anda di halaman 1dari 25

DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN

Maulyda Awwaliyah.P, Herawati, Nining Sidriani dan Lia Aprilia .

Kelas B Biologi FMIPA UNM Tahun 2014

Abstrak

Telah dilakukan praktikum fisika dasar I dengan judul percobaan “Dasar


Pengukuran Dan Ketidakpastian ”. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium
Fisika Dasar Jurusan Pendidikan Fisika Fakutatas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Univeristas Negeri Makassar. Praktikum ini bertujuan agar
para praktikan mampu menggunakan alat-alat ukur dasar , mampu menentukan
ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang, mampu memahami
penggunaan angka penting. Selain tujuan tersebut praktikum ini juga dilakukan
untuk menuntukan NST alat ukur yang digunakan, deviasi dan kesalahan mutlak.
Dalam praktikum ini dilakukan tiga kegiatan pengukuran. Pada pengukuran
pertama mengukur balok yang berbentuk kubus yang dilakukan masing-masing
sebanyak tiga kali untuk panjang, lebar, dan tinggi kemudian mengukur diameter
bola masing-masing sebanyak tiga kali dengan menggunakan mistar,jangka
sorong, dan mikrometer sekrup. Selanjutnya mengukur massa kedua alat tadi
dengan menggunakan neraca ohauss 2610 gram, 311 gram dan 310 gram. Setelah
itu mengukur waktu dan suhu menggunakan stopwatch dan termometer.

Pengukuran panjang,massa,waktu dan suhu membutuhkan ketelitian dan


kerjasama yang baik antarpraktikan agar tercapai tujuan bersama. Praktikan
melakukan pengukuran ganda kemudian menganalisis hasil pengukuran sesuai
tahap yang di tetapkan.Data hasil pengukuran yang di laporkan akan semakin
tepat apabila nilai kesalahan relatifnya kecil dan tingkat ketelitian di tentukan oleh
∆X (kesalahan mutlak) alat ukur.

Kata kunci:NST, Ketidakpastian, Deviasi, Kesalahan Mutlak, Ketelitian.

RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan pengukuran?


2. Bagaimana cara menggunakan alat-alat ukur ?
3. Bagaimana cara menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal
dan berulang ?
4. Bagaimana cara memahami penggunaan angka penting?
TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengukuran.
2. Mahasiswa dapat menggunakan alat-alat ukur dasar dengan benar.
3. Mahasiswa mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran
tunggal dan berulang.
4. Mahasiswa dapat memahami penggunaan angka berarti.

METODOLOGI EKSPERIMEN
TeoriSingkat

Pengukuran adalah kegiatan membandingkan sesuatu yang diukur menggunakan


alat ukur dengan satuan yang telah di jadikan acuan.Pengukuran besaran relatif
terhadap suatu standar atau satuan tertentu. Dikatakan relatif di sini, maksudnya
adalah setiap alat ukur memiliki tingkat ketelitian yang berbeda-beda, sehingga
hasil pengukuran yang diperoleh berbeda pula. Ketelitian dapat didefinisikan
sebagai ukuran ketepatan yang dapat dihasilkan dalam suatu pengukuran, dan ini
sangat berkaitan dengan skala terkecil dari alat ukur yang dipergunakan untuk
melakukan pengukuran. Sebagai contoh, pengukuran besaran panjang dengan
menggunakan penggaris (mistar), jangka sorong dan mikrometer sekrup. Ketiga
alat ukur ini memiliki tingkat ketelitian yang berbeda-beda.Ketidakpastian
pengukuran dapat di hitung dengan cara:

∆x=1/n NST alat …(untuk alat ukur yang jarak antarskalanya


masih dapat di bagi oleh mata)

∆x= n NST alat …(untuk alat ukur yang jarak antarskalanya


sulit di bagi lagi oleh mata)

Nilai ∆x hasil pengukuran dapat dilaporkan dengan cara :

X=(x ± ∆x)

Ketepatan dan Ketelitian Pengukuran


Ketepatan (keakrutan). Jika suatu besaran diukur beberapa kali (pengukuran
berganda) dan menghasilkan harga-harga yang menyebar disekitar harga yang
sebenarnya maka pengukuran dikatakan “akurat”.
Ketelitian (Kepresisian). Jika hasil-hasil pengukuran terpusat disuatu daerah
tertentu maka pengukuran disebut presisi ( harga tiap pengukuran tidak jauh
berbeda )
Angka Penting atau Angka Berarti
1. Semua angka yang bukan nol adalah angka penting.
2. Angka nol yang terletak diantara angka bukan nol termasuk angka penting.
Contoh : 25,04 A mengandung 4 angka penting
3. Angka nol disebelah kanan angka bukan nol termasuk angka penting,
kecuali kalau ada penjelasan lain, misalnya berupa garis dibawah angka
terakhir yang masih dianggap penting.
Contoh : 22,30 mm mengandung 4 angka penting
22,30mm mengandung 3 angka penting
4. Angka nol yang yang terletak disebelah kiri angka bukan nol, balik
disebelah kanan maupun disebelah kiri koma desimal tidak termasuk
angka penting.
Contoh : 0,47 cm mengandung 2 angka penting.
Ketidakpastian Pengukuran
Ketidakpastian Bersistem
Ketidakpastian (Kesalahan) bersistem akan menyebabkan hasil yang diperoleh
menyimpang dari hasil sebenarnya.
Ketidakpastian Rambang (Acak)
Kesalahan ini bersumber dari gejala yang tidak mungkin dikendalikan atau diatasi
berupa perubahan yang berlangsung sangat cepat sehingga pengontrolan dan
pengaturan diluar kemampuan.
Analisa ketidakpastian pengukuran
Suatu pengukuran selalu disertai dengan ketidakpastian. Beberapa penyebab
ketidakpastian tersebut antara lain adalah NST.,kesalahan kalibrasi,keslahan titik
nol,kesalahan pralaks,adanya gesekan,fluktasi parameter pengukuran dan
lingkungan yang saling mempengaruhi serta keterampilan pengamat.
1. Ketidakpastian pengukuran tunggal
Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan satu kali saja.
Keterbatasan skala alat ukur dan keterbatasan kemampuan mengamati serta
banyak sumber kesalahan lain, mengakibatkan hasil pengukuran selalu dihinggapi
ketidakpastian. Ketidakpastian yang dimaksud dan diberi lambang ∆𝑥. Lambang
∆𝑥 merupakan ketidakpastian mutlak. Untuk pengukuran tunggal diambil
kebijaksanaan : ∆𝑥 = ½ NST alat
Dimana ∆𝑥 adalah ketidakpastian pengukuran tunggal. Angka 2 pada persamaan
tersebut mempunyai arti satu skala ( kemampuan mata untuk membagi 2 skala)
2. Ketidakpastian pengukuran berulang
Dengan mengadakan pengulangan, pengetahuan kita tentang nilai sebenarnya (Xo)
menjadi semakin baik. Jika pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali dengan hasil
X1,X2 dan X3 atau 2 kali saja misalnya pada awal percobaan atau akhir percobaan,
maka {x} dan ∆𝑥 dapat ditentukan. Nilai rata-rata pengukuran dilaporkan sebagai
{𝑥̅ } sedangkan deviasi (penyimpangan) terbesar atau deviasi rata-rata dilaporkan
sebagai ∆𝑥. Deviasi adalah selisih-selisih antara tiap hasil pengukuran dari nilai
rata-ratanya. Jadi :
x1+x2+x3
𝑥̅ = dan ,
3

𝛿1 = |𝑥̅ ± x1 |, 𝛿2 = |𝑥̅ ± x2 | dan 𝛿3 = |𝑥̅ ± x3 |. ∆𝑥 adalah yang terbesar


diantara 𝛿1,𝛿2, 𝛿3.

AlatdanBahan

1. Alat :
- Mistar
- Jangka sorong
- Mikrometer sekrup
- Stopwatch
- Termometer
- Balok besi
- Bola-bola kecil
- Neraca Ohauss
- Gelas ukur
- Kaki tiga dan kasa
- Pembakar bunsen
2. Bahan :
- Air secukupnya

IdentifikasiVariabel
Kegiatan 1
1. Panjang
2. Lebar
3. Tinggi
4. Diameter
Kegiatan 2
1. Massa
Kegiatan 3
1. Waktu
2. Suhu

Definisi Operasional Variabel


Kegiatan 1(Pengukuran Panjang)
1. Panjang adalah dimensi suatu benda yang menyatakan jarak antara ujung
dengan ujung.
2. Lebar adalah suatu jarak yang terhubung dengan tinggi dan panjang
3. Tinggi adalah jarak tegak lurus dari sisi atas ke sisi bawah pada bagian
samping.
Kegiatan 2 (Massa)
1. Massa adalah suatu sifat fisika dari suatu benda yang digunakan untuk
menjelaskan berbagai perilaku objek yang terpantau.
Kegiatan 3(Suhu dan Waktu)
1. Suhu adalah ukuran panas ataudinginnya suatu benda.
2. Waktu adalah nterval antara dua buah keadaan atau kejadian atau bisa juga
lama berlangsugnyaa suatu kejadian.

ProsedurKerja
Kegiatan 1
1. Mengambil mistar, jangka sorong dan mikrometer dan menentukan
NSTnya.
2. Mengukur masing-masing sebanyak 3 kali untuk panjang, lebar dan
tinggi balok berbentuk kubus yang disediakan dengan menggunakan
ketiga alat ukur tersebut. Mencatat hasil pengukuran pada tabel hasil
pengamatan dengan disertai ketidakpastian.
3. Mengukur masing-masing sebanyak 3 kali untuk diameter bola (ukur
ditempat berbeda ) yang disediakan dengan menggunakan ketiga alat
ukur tersebut. Mencatat hasil pengukuran pada tabel hasil pengamatan
dengan disertai ketidakpastiannya.

Kegiatan 2
1. Menggunakan neraca ohauss 2610 gram, 310 gram, 311 gram. Terlebih
dahulu menentukan NSTnya.
2. Mengukur massa balok kubus dan bola (Seperti yang digunakan
dipengukuran panjang) sebanyak 3 kali secara berulang.
3. Mencatat hasil pengukuran yang dilengkapi dengan ketidakpastian
pengukuran.
Kegiatan 3
1. Menyiapkan gelas ukur, bunsen pembakar lengkap dengan kaki tiga dan
lapisan asbesnya dengan sebuah termometer.
2. Mengisi gelas ukur dengan air hingga ½ bagian dan letakkan diatas kaki
tiga tanpa ada pembakaran.
3. Mengukur temperaturnya sebagai temperatur mula-mula (To)
4. Menyalakan bunsen pembakar dan tunggu beberapa saat hingga nyalanya
terlihat normal.
5. Meletakkan bunsen pembakar tadi tepat dibawah gelas kimia bersamaan
dengan menjalankan alat pengukur waktu.
6. Mencatat perubahan temperatur yang terbaca pada termometer tiap selang
waktu 1 menit sampai diperoleh 6.

HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA


Hasil Pengamatan
1. Pengukuran Panjang
𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟 1 𝑐𝑚
NST mistar : 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 = 10 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 = 0,1 cm
NST jangka sorong : 20 SN = 39 SU = 3,9 cm
3,9
1 SN = = 0,195 𝑐𝑚 = 1,95𝑚𝑚 ≅ 2𝑚𝑚
20

NST = 2 − 1,95 = 0,05 𝑚𝑚

NST Mikrometer sekrup : 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑡𝑎𝑟 0.5


NST = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟
= 50

= 0,01 mm

Tabel Hasil Pengukuran


Benda Besaran Hasil pengukuran (mm)
NO yang yang
diukur diukur Mistar Jangka sorong Mikrometer sekrup
𝑥1 =|19.50 ± 0.05| 𝑥1 =|20.05±0.05| 𝑥1 =|20.435±0.005|
Panjang 𝑥2 =|19.00 ± 0.05| 𝑥2 =|20.05±0.05| 𝑥2 =|20.430±0.005|
𝑥3 =|19.00±0.05| 𝑥3 =|20.01±0.05| 𝑥3 =|20.435±0.005|
𝑥1 =|20.00±0.05| 𝑥1 =|20.05±0.05| 𝑥1 =|20.485±0.005|
1 Balok Lebar 𝑥2 =|19.00±0.05| 𝑥2 =|20.05±0.05| 𝑥2 =|20.475±0.005|
𝑥3 =|20.00±0.05| 𝑥3 =|20.05±0.05| 𝑥3 =|21.475±0.005|
𝑥1 =|19.50±0.05| 𝑥1 =|20.05±0.05| 𝑥1 =|20.480±0.005|
Tinggi 𝑥2 =|19.00±0.05| 𝑥2 =|20.05±0.05| 𝑥2 =|19.480±0.005|
𝑥3 =|19.00±0.05| 𝑥3 =|20.05±0.05| 𝑥3 =|20.485±0.005|
2 Bola Diameter 𝑥1 =|25.00±0.05| 𝑥1 =|25.20±0.05| 𝑥1 =|25.375±0.005|
𝑥2 =|24.50±0.05| 𝑥2 =|25.15±0.05| 𝑥2 =|25.375±0.005|
𝑥3 =|25.00±0.05| 𝑥3 =|25.15±0.05| 𝑥3 =|25.385±0.005|

2. Pengukuran Massa
1.Neraca Ohauss 2610 gram
500
Nilai Skala lengan 1 : = 100 𝑔𝑟𝑎𝑚
5
100
Nilai Skala lengan 2 : = 10 𝑔𝑟𝑎𝑚
10
10
Nilai Skala lengan 3 : 100 = 0,1 𝑔𝑟𝑎𝑚

Massa beban gantung :


10 𝑔𝑟𝑎𝑚
NST = = 0,1 𝑔𝑟𝑎𝑚
100

∆m : ½ NST = 0,05

Tabel pengukuran massa dengan Neraca Ohauss 2610 gram

Penun. Penun. Penun. Beban


Benda Massa benda (g)
Lengan 1 lengan 2 Lengan 3 gantung

0 𝑔𝑟𝑎𝑚 20 𝑔𝑟𝑎𝑚 2,15𝑔𝑟𝑎𝑚 0 | 27,10 ± 0,05|

Balok
0 𝑔𝑟𝑎𝑚 20 𝑔𝑟𝑎𝑚 2,20𝑔𝑟𝑎𝑚 0 | 25,90 ± 0,05|
kubus

0 𝑔𝑟𝑎𝑚 20 𝑔𝑟𝑎𝑚 2,25𝑔𝑟𝑎𝑚 0 | 27,00 ± 0,05|

0 𝑔𝑟𝑎𝑚 20 𝑔𝑟𝑎𝑚 1,15𝑔𝑟𝑎𝑚


0 | 21,15 ± 0,05|
0 𝑔𝑟𝑎𝑚 20 𝑔𝑟𝑎𝑚 1,35𝑔𝑟𝑎𝑚
Bola 0 | 21,35 ± 0,05|
0 𝑔𝑟𝑎𝑚 20 𝑔𝑟𝑎𝑚 1,35𝑔𝑟𝑎𝑚
0 | 21,35 ± 0,05|
2.Neraca Ohauss 311 gram

200
Nilai Skala lengan 1 : = 100 𝑔𝑟𝑎𝑚
2

100
Nilai Skala lengan 2 : = 10 𝑔𝑟𝑎𝑚
10
10
Nilai Skala lengan 3 :10 = 1 𝑔𝑟𝑎𝑚
1
Nilai Skala lengan 4 : 100 = 0,01 𝑔𝑟𝑎𝑚
1
𝑁𝑆𝑇 = 100 = 0,01 𝑔𝑟𝑎𝑚

∆m : ½ NST = 0,005

Tabel Hasil Pengukuran massa dengan Neraca Ohauss 311 gram

Penun. Penun. Penun. Penun.


Benda Massa benda (g)
Lengan 1 Lengan 2 Lengan 3 Lengan 4
0 𝑔𝑟𝑎𝑚 20 𝑔𝑟𝑎𝑚 4 𝑔𝑟𝑎𝑚 0,475 gram | 24,475 ± 0,005|

Balok
0 𝑔𝑟𝑎𝑚 20 𝑔𝑟𝑎𝑚 4 𝑔𝑟𝑎𝑚 0,470 gram | 24,470 ± 0,005|
kubus

0 𝑔𝑟𝑎𝑚 20 𝑔𝑟𝑎𝑚 4 𝑔𝑟𝑎𝑚 0,465 gram | 24,465 ± 0,005|

0 𝑔𝑟𝑎𝑚 20 𝑔𝑟𝑎𝑚 1 𝑔𝑟𝑎𝑚 0,600 gram | 21,600 ± 0,005|

Bola 0 𝑔𝑟𝑎𝑚 20 𝑔𝑟𝑎𝑚 1 𝑔𝑟𝑎𝑚 0,560 gram | 21,560 ± 0,005|

0 𝑔𝑟𝑎𝑚 20 𝑔𝑟𝑎𝑚 1 𝑔𝑟𝑎𝑚 0,620 gram | 21,620 ± 0,005|

3.Neraca Ohauss 310 gram

200
Nilai Skala lengan 1 : = 100𝑔𝑟𝑎𝑚
2
100
Nilai Skala lengan 2 : = 10𝑔𝑟𝑎𝑚
10
1
Nilai Skala putar :10 = 0,1𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎
Jumlah skala nonius : 10𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎
10 SN = 19 SU = 1,9 gram

10 SN = 1,9gram
1,9
1 SN = 10 = 0,19 ≅ 0,20

NST = 0,20 − 0,19 = 0,01 𝑔𝑟𝑎𝑚

Tabel Hasil Pengukuran Massa Dengan Neraca Ohauss 310 Gram

Penun. Penun. Penunjukan Penunjukan


Benda Massa benda (g)
Lengan 1 Lengan 2 skala putar skala nonius

0 𝑔𝑟𝑎𝑚 20 𝑔𝑟𝑎𝑚 2,15𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 0,07 | 22,22 ± 0,01|

Balok
0 𝑔𝑟𝑎𝑚 20 𝑔𝑟𝑎𝑚 2,05𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 0,01 | 22,06 ± 0,01|
kubus

0 𝑔𝑟𝑎𝑚 20 𝑔𝑟𝑎𝑚 2,15𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 0,09 | 22,24 ± 0,01|

0 𝑔𝑟𝑎𝑚 20 𝑔𝑟𝑎𝑚 1,45𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 0,08 | 21,53 ± 0,01|

Bola 0 𝑔𝑟𝑎𝑚 20 𝑔𝑟𝑎𝑚 1,45𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 0,09 | 21,54 ± 0,01|

0 𝑔𝑟𝑎𝑚 20 𝑔𝑟𝑎𝑚 1,40𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 0,03 | 21,43 ± 0,01|

3. Pengukuran Waktu dan Suhu


NST termometer : 1°
Temperatur mula-mula : 27°C
NST Stopwatch : 0,1 s
Tabel Hasil Pengukuran Waktu dan Suhu

Perubahan temperatur
No Waktu (s) Temperatur (oC)
(Co)
1. | 60,0 ± 0,1 | | 28,05 ± 0,5 | | 1,50 ± 1 |
2. | 120,0 ± 0,1 | | 30,00 ± 0,5 | | 3,00 ± 1 |
3. | 180,0 ± 0,1 | | 34,00 ± 0,5 | | 7,00 ± 1 |
4. | 240,0 ± 0,1 | | 35,00 ± 0,5 | | 8,00 ± 1 |
5. | 300,0 ± 0,1 | | 38,00 ± 0,5 | | 11,00 ± 1 |
6. | 360,0 ± 0,1 | | 40,05 ± 0,5 | | 13,50 ± 1 |

Dalam pengukuran waktu dan suhu perubahan temperatur tidak stabil. Hal ini atau
ketidakstabilan ini disebabkan karena pada saat pengambilan data kondisi atau
keadaan tempat praktikum ( Laboratorium ) kurang baik. Kemudian dipengaruhi
pula oleh angin sehingga membuat api pada bunsen tidak menyala dengan baik.

ANALISIS DATA
1. Menentukan rata-rata dan ketidakpastian relatifnya.
Balok
Mistar
Panjang
x1+x2+x3
𝑥̅ = 3
19,50+19,00+19,00
= 3

= 19,166 mm
𝛿1 = |𝑥̅ ± x1 | = | 19,166 – 19,50 | = 0,334 mm
𝛿2 = |𝑥̅ ± x2 | = | 19,166 – 19,00 | = 0,166 mm
𝛿3 = |𝑥̅ ± x3 | = | 19,166 – 19,00 | = 0,166 mm
𝛿𝑚𝑎𝑥 =0,334 mm Sehingga ∆𝑥 = 0,334mm
Jadi x = |𝑥̅ ± ∆𝑥| = | 19,166 ± 0,334 | mm
∆𝑥 0,334
Maka KR = x 100% = 19,166 x 100 % = 1,74 % (3AB)
𝑥

Lebar
x1+x2+x3
𝑥̅ = 3
20,00+19,00+20,00
= 3

= 19,666 mm
𝛿1 = |𝑥̅ ± x1 | = | 19,666 – 20,00 | = 0,334 mm
𝛿2 = |𝑥̅ ± x2 | = | 19,666 – 19,00 | = 0,666 mm
𝛿3 = |𝑥̅ ± x3 | = | 19,666 – 20,00 | = 0,334 mm
𝛿𝑚𝑎𝑥 =0,666 mm Sehingga ∆𝑥 = 0,666mm
Jadi x = |𝑥̅ ± ∆𝑥| = | 19,666 ± 0,666 | mm
∆𝑥 0,666
Maka KR = x 100% = 19,666 x 100 % = 3,38 % (3AB)
𝑥

Tinggi
x1+x2+x3
𝑥̅ = 3
19,50+19,00+19,00
= 3

= 19,166 mm
𝛿1 = |𝑥̅ ± x1 | = | 19,166 – 19,50 | = 0,334 mm
𝛿2 = |𝑥̅ ± x2 | = | 19,166 – 19,00 | = 0,166 mm
𝛿3 = |𝑥̅ ± x3 | = | 19,166 – 19,00 | = 0,166 mm
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,334mm Sehingga ∆𝑥 = 0,344 mm
Jadi x = |𝑥̅ ± ∆𝑥| = | 19,166 ± 0,334 | mm
∆𝑥 0,334
Maka KR = x 100% = 19,166x 100 % = 1,74 % (3AB)
𝑥

Jangka Sorong
Panjang
x1+x2+x3
𝑥̅ = 3
20,05+20,05+20,10
= 3

= 20,0667 mm
𝛿1 = |𝑥̅ ± x1 | = | 20,0667 – 20,05 | = 0,0167 mm
𝛿2 = |𝑥̅ ± x2 | = | 20,0667 – 20,05 | = 0,0167 mm
𝛿3 = |𝑥̅ ± x3 | = | 20,0667 – 20,10 | = 0,0333 mm
𝛿𝑚𝑎𝑥 =0,0333mm Sehingga ∆𝑥 = 0,0333
Jadi x = |𝑥̅ ± ∆𝑥| = | 20,0667 ± 0,0333 | mm
∆𝑥 0,0333
Maka KR = x 100% = 20,0667 x 100 % = 0,165 % (4AB)
𝑥

Lebar
x1+x2+x3
𝑥̅ =
3
20,05+20,05+20,05
= 3

= 20,05 mm
𝛿1 = |𝑥̅ ± x1 | = | 20,05 – 20,05 | = 0 mm
𝛿2 = |𝑥̅ ± x2 | = | 20,05 – 20,50 | = 0 mm
𝛿3 = |𝑥̅ ± x3 | = | 20,05 – 20,05 | = 0 mm
𝛿𝑚𝑎𝑥 =0 mm Sehingga ∆𝑥 = 0,05
Jadi x = |𝑥̅ ± ∆𝑥| = | 20,05 ± 0,05 | mm
∆𝑥 0,05
Maka KR = x 100% = 20,05 x 100 % = 0,249 % (4AB)
𝑥

Tinggi
x1+x2+x3
𝑥̅ = 3
20,05+20,05+20,05
= 3

= 20,05 mm
𝛿1 = |𝑥̅ ± x1 | = | 20,05 – 20,05 | = 0 mm
𝛿2 = |𝑥̅ ± x2 | = | 20,05 – 20,05 | = 0 mm
𝛿3 = |𝑥̅ ± x3 | = | 20,05 – 20,05 | = 0 mm
𝛿𝑚𝑎𝑥 =0 mm Sehingga ∆𝑥 = 0,05
Jadi x = |𝑥̅ ± ∆𝑥| = | 20,05 ± 0,05 | mm
∆𝑥 0,05
Maka KR = x 100% = 20,05 x 100 % = 0,249 % (4AB)
𝑥

Mikrometer sekrup
Panjang
x1+x2+x3
𝑥̅ = 3
20,435+20,430+20,435
= 3

= 20,433 mm
𝛿1 = |𝑥̅ ± x1 | = | 20,433 – 20,435 | = 0,002mm
𝛿2 = |𝑥̅ ± x2 | = | 20,433 – 20,430 | = 0,003 mm
𝛿3 = |𝑥̅ ± x3 | = | 20,433 – 20,435 | = 0,002 mm
𝛿𝑚𝑎𝑥 =0,003 mm Sehingga ∆𝑥 = 0,003
Jadi x = |𝑥̅ ± ∆𝑥| = | 20,048 ± 0,887 | mm
∆𝑥 0,003
Maka KR = x 100% = 20,433 x 100 % = 0,015 % (4AB)
𝑥

Lebar
x1+x2+x3
𝑥̅ = 3
20,485+20,475+21,475
= 3

= 20,478 mm
𝛿1 = |𝑥̅ ± x1 | = | 20,478 –20,485 | = 0,007mm
𝛿2 = |𝑥̅ ± x2 | = | 20,478 –20,475 | = 0,003 mm
𝛿3 = |𝑥̅ ± x3 | = | 20,478 –20,475 | = 0,003 mm
𝛿𝑚𝑎𝑥 =0,007 mm Sehingga ∆𝑥 = 0,007
Jadi x = |𝑥̅ ± ∆𝑥| = | 20,478 ± 0,007 | mm
∆𝑥 0,007
Maka KR = x 100% = 20,478 x 100 % = 0,034% (4AB)
𝑥

Tinggi
x1+x2+x3
𝑥̅ = 3
20,480+20,480+20,485
= 3

= 20,481 mm
𝛿1 = |𝑥̅ ± x1 | = | 20,481 – 20,480 | = 0,001 mm
𝛿2 = |𝑥̅ ± x2 | = | 20,481 – 20,480 | = 0,001 mm
𝛿3 = |𝑥̅ ± x3 | = | 20,481 – 20,485 | = 0,004 mm
𝛿𝑚𝑎𝑥 =0,004 mm Sehingga ∆𝑥 = 0,004
Jadi x = |𝑥̅ ± ∆𝑥| = | 20,481 ± 0,004| mm
∆𝑥 0,004
Maka KR = x 100% = 20,481 x 100 % = 0,022 % (4AB)
𝑥
Bola
Mistar
Diameter
d1+d2+d3
𝑑̅ = 3
25,00+24,50+25,00
= 3

= 24,8333 mm
𝛿1 = |𝑑̅ ± d1 | = | 24,8333– 25,00 | = 0,1667 mm
𝛿2 = |𝑑̅ ± d2 | = | 24,8333– 24,50 | = 0,3333 mm
𝛿3 = |𝑑̅ ± d3 | = | 24,8333 – 25,00 | = 0,1667 mm
𝛿𝑚𝑎𝑥 =0,3333 mm Sehingga ∆𝑑 = 0,3333
Jadi x = |𝑑̅ ± ∆𝑑| = | 24,8333 ± 0,3333 | mm
∆𝑑 0,3333
Maka KR = x 100% = 24,8333 x 100 % = 1,34 % (3AB)
𝑑

Jangka sorong
Diameter
d1+d2+d3
𝑑̅ = 3
25,20+25,15+25,15
= 3

= 25,1667 mm
𝛿1 = |𝑑̅ ± d1 | = | 25,1667 – 25,20 | = 0,3333 mm
𝛿2 = |𝑑̅ ± d2 | = | 25,1667 – 25,15 | = 0,1667 mm
𝛿3 = |𝑑̅ ± d3 | = | 25,1667 – 25,15 | = 0,1667 mm
𝛿𝑚𝑎𝑥 =0,3333 mm Sehingga ∆𝑑 = 0,3333
Jadi x = |𝑑̅ ± ∆𝑑| = | 25,1667 ± 0,3333 | mm
∆𝑑 0,3333
Maka KR = x 100% = x 100 % = 0,132 % (3AB)
𝑑 25,1667

Mikrometer sekrup
Diameter
d1+d2+d3
𝑑̅ = 3
25,375+25,375+25,385
= 3

= 25,378 mm
𝛿1 = |𝑑̅ ± d1 | = | 25,378 – 25,375 | = 0,003 mm
𝛿2 = |𝑑̅ ± d2 | = | 25,378 – 25,375 | = 0,003 mm
𝛿3 = |𝑑̅ ± d3 | = | 25,378 – 25,385 | = 0,007 mm
𝛿𝑚𝑎𝑥 =0,007 mm Sehingga ∆𝑑 = 0,007
Jadi x = |𝑑̅ ± ∆𝑑| = | 25,378 ± 0,007 | mm
∆𝑑 0,007
Maka KR = x 100% = x 100 % = 0,028 % (4AB)
𝑑 25,385

Rambat ralat
o Rumus volume balok kubus,
Ketidakpastian dengan rumus rambat ralat volume,
𝜕𝑉 𝜕𝑉 𝜕𝑉
𝑑𝑉 = | | 𝑑𝑃 + | | 𝑑𝐿 + | | 𝑑𝑇
𝜕𝑃 𝜕𝐿 𝜕𝑇
𝜕(𝑝𝑙𝑡) 𝜕(𝑝𝑙𝑡) 𝜕(𝑝𝑙𝑡)
= | | 𝑑𝑃 + | | 𝑑𝐿 + | | 𝑑𝑇
𝜕𝑃 𝜕𝐿 𝜕𝑇

= lt dp + pt dl + pl dt
Sehingga,
∆𝑣 = |lt ∆p |+ |pt ∆l| + |pl ∆t|
∆𝑣 |lt ∆𝑝|+ |𝑝𝑡 ∆𝑙|+ |𝑝𝑙 ∆𝑡|
=
𝑣 plt
∆𝑝 ∆𝑙 ∆𝑡
=|𝑝|+|𝑙|+|𝑡|
∆𝑃 ∆𝐿 ∆𝑇
∆𝑉 = | 𝑃 + + |𝑉
𝐿 𝑇

Angkaberartididapatkan dari rumus


∆𝑉
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝑉
Hasilpengukurandilaporkan
𝑉 = |𝑉 ± ∆𝑉|

Mistar
P = 19,166 mm
L = 19,666 mm
T = 19,166 mm
𝛥P= 0,334 mm
𝛥L= 0,666 mm
𝛥T= 0,344 mm
1) Hasilpengukuran
V = (19,166 x 19,666 x 19,166) mm
V = 7.224,021 mm3
2) Ketidakpastian
0,334 𝑚𝑚3 0,666 𝑚𝑚3 0,334 𝑚𝑚3
∆𝑉 = | 3
+ 3
+ 3
| × 7.224,021 𝑚𝑚3
19,166 𝑚𝑚 19,666 𝑚𝑚 19,166 𝑚𝑚
∆𝑉 = |0,017 + 0,033 + 0,017|7.224,021 𝑚𝑚3
∆𝑉 = |0,067| 7.224,021 𝑚𝑚3
∆𝑉 = 484,009 𝑚𝑚3
3) Angkaberarti
484,009 𝑚𝑚3
𝐾𝑅 = × 100% = 6,6 % = 2 𝐴𝐵
7.224,021𝑚𝑚3
4) Hasilpengukurandilaporkan
V= |7,2 ± 4,8 |103 𝑚𝑚3
Jangka sorong
P = 20,06 mm
L = 20,05 mm
T = 20,05 mm
𝛥P= 0,03 mm
𝛥L= 0,05 mm
𝛥T= 0,05 mm
1) Hasilpengukuran
V = (20,06 x 20,05 x 20,05) mm
V = 8.064,17 mm3
2) Ketidakpastian
0,03 𝑚𝑚3 0,05 𝑚𝑚3 0,05 𝑚𝑚3
∆𝑉 = | + + | × 8.064,17𝑚𝑚3
20,06 𝑚𝑚3 20,05 𝑚𝑚3 20,05 𝑚𝑚3
∆𝑉 = |0,0015 + 0,0024 + 0,0024| 8.064,17 𝑚𝑚3
∆𝑉 = |0,0063| 8.064,17 𝑚𝑚3
∆𝑉 = 50,80 𝑚𝑚3
3) Angkaberarti
50,80 𝑚𝑚3
𝐾𝑅 = × 100% = 0,655 % = 4 𝐴𝐵
8.064,17 𝑚𝑚3
4) Hasilpengukurandilaporkan
V= |8,0 ± 5,0 |102 𝑚𝑚3
Mikrometer sekrup
P = 20,433 mm
L = 20,478 mm
T = 20,481 mm
𝛥P= 0,003 mm
𝛥L= 0,007 mm
𝛥T= 0,004 mm
1) Hasilpengukuran
V = (20,433 x 20,478 x 20,481) mm
V = 8.569,80mm3
2) Ketidakpastian
0,003 𝑚𝑚3 0,006 𝑚𝑚3 0,004 𝑚𝑚3
∆𝑉 = | 3
+ 3
+ 3
| × 8.569,80𝑚𝑚3
20,433𝑚𝑚 20,478 𝑚𝑚 20,481 𝑚𝑚
∆𝑉 = |0,00015 + 0,00029 + 0,00020 |8.569,80 𝑚𝑚3
∆𝑉 = |0,00064| 8.569,80 𝑚𝑚3
∆𝑉 = 5,484 𝑚𝑚3
3) Angkaberarti
5,484 𝑚𝑚3
𝐾𝑅 = × 100% = 0,063 % = 4 𝐴𝐵
8569,80𝑚𝑚3
4) Hasilpengukurandilaporkan
V= |8,5 𝑥 103 ± 5,4 𝑥 102 |𝑚𝑚3

o Rumus volume bola


Ketidakpastian dengan rumus rambat ralat volume,
V = 4⁄3 𝜋r3 →r=½d

Atau V = 1⁄6 𝜋d3


𝜕𝑣
dv = 𝜕𝑟 dr
1
𝜕(6𝜋 𝑑3 )
= dr
𝜕𝑟

=6𝜋 𝑑3dr
∆𝑣 = | 6𝜋 𝑑 3 ∆r |
Sehingga,
∆𝑣 6𝜋 𝑑3 ∆r
= |6⁄ |
𝑣 3 𝜋r3
∆𝑑
∆𝑉 = |3 |𝑉
𝑑

Angkaberartididapatkan dari rumus


∆𝑉
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝑉
Hasilpengukurandilaporkan
𝑉 = |𝑉 ± ∆𝑉|
o Bola
Mistar
1
V = 6 𝜋 𝑑3
1
= 6 (3,14) (25,83)3

= (0,52) (15.308,41)
= 7960,37g/mm3
𝛿𝑉
𝑑𝑉 = 𝛿𝑟 dr
1
𝛿 𝜋 𝑑3
6
= dr
𝛿𝑟
1
= 𝜋 𝑑3 dr
6
∆𝑑
∆𝑉 = | 3 |v
𝑑
0,3333
∆𝑉 = | 3 | 7960,37 g/mm3
24,83
∆𝑉 = |0,040| 7960,37 g/mm3 = 318,41 g/mm3

∆𝑉 318,41
KR = . 100% = 7960,37 .100%
𝑉

= 0,04. 100% = 4,00 % 3AB

V = |𝑉̅ ± ∆𝑉 |
= | 7,9 ± 4,0 | 102 g/mm3
Jangkasorong

1
V = 6 𝜋 𝑑3

1
= 6 (3,14) (25,16)3

= (0,52) (15.926,92)
= 8281,99/mm3
𝛿𝑉
𝑑𝑉 = 𝛿𝑟 dr
1
𝛿 𝜋 𝑑3
6
= dr
𝛿𝑟
1
= 𝜋 𝑑3 dr
6
∆𝑑
∆𝑉 = | 3 |v
𝑑
0,3333
∆𝑉 = | 3 | 8281,99 g/mm3
25,16

∆𝑉 = |0,00397| 8281,99/g/mm3 = 32,87 g/mm3

∆𝑉 32,87
KR = . 100% = 8281,99 .100%
𝑉

= 0,00398. 100% = 0,398 % 4AB

V = |𝑉̅ ± ∆𝑉 |
= | 8,2 ± 3,2 | 102 g/mm3
Micrometer sekrup
1
V = 6 𝜋 𝑑3
1
= 6 (3,14) (25,83)3

= (0,52) (15.308,41)
= 7960,37g/mm3
𝛿𝑉
𝑑𝑉 = 𝛿𝑟 dr
1
𝛿 𝜋 𝑑3
6
= dr
𝛿𝑟
1
= 𝜋 𝑑3 dr
6
∆𝑑
∆𝑉 = | 3 |v
𝑑
0,3333
∆𝑉 = | 3 | 7960,37 g/mm3
25,83

∆𝑉 = |0,0387| 7960,37 g/mm3 = 308,06 g/mm3

∆𝑉 308,06
KR = . 100% = 7960,37 .100%
𝑉

= 0,0387 . 100% = 3,87 % 3AB

V = |𝑉̅ ± ∆𝑉 |

= | 7,9 ± 1,2 | 102 g/mm3

2. Massa jenis balok dan bola dengan menggunakan Neraca Ohauss 310
gram
1. Balok
a. Mistar

m balok = |22.17±0.31| gram

v balok = |7.2±4.8|103 gram/𝑚𝑚3

Jadi massa jenis balok :


𝑚
𝜌= 𝑉 gram/𝑚𝑚3

|22.17±0.31|
𝜌= gram/𝑚𝑚3
|7.2±4.8|103

= |3.07±0.06| gram/𝑚𝑚3

b. Jangka sorong
m balok = |22,17± 0,31| g
V balok = |8,0 ± 5,0| 102 gram/mm3
𝑚
𝜌= 𝑉 gram/𝑚𝑚3

|22.17±0.31|
𝜌= gram/𝑚𝑚3
|8,0±5,0|103

= |2,77±0,006| gram/𝑚𝑚3

c. Micrometer sekrup
m balok = |22,17± 0,31| g
V balok = | 8,5 ± 5,4| 103 gram/mm3
𝑚
𝜌= 𝑉 gram/𝑚𝑚3

|27.31±0.03|
𝜌= gram/𝑚𝑚3
|8.5±5.4|103

=|3.21±0,005| gram/𝑚𝑚3
2. Bola
a. Mistar
Massa =|22,17±0,31|gram
𝑣 = |7,9 ± 4,0| gram/𝑚𝑚3
𝑚
𝜌= 𝑉 gram/𝑚𝑚3

|22,17±0,31|
𝜌= gram/𝑚𝑚3
|7,9±4,0|103

=|2,80±0,007| gram/𝑚𝑚3

b. Jangka sorong
Massa =|22,17±0,31|gram
𝑣 = |8,2 ± 3,2| gram/𝑚𝑚3
𝑚
𝜌= 𝑉 gram/𝑚𝑚3
|22,17±0,31|
𝜌= gram/𝑚𝑚3
|8,2±3,2|103
=|2,70±0,009| gram/𝑚𝑚3

c. Micrometer sekrup
Massa =|22,17± 0,31|gram
𝑣 = |7,9 ± 1,2| gram/𝑚𝑚3
𝑚
𝜌= 𝑉 gram/𝑚𝑚3
|22,17± 0,31|
𝜌= gram/𝑚𝑚3
|7,9±1,2|103
=|2,80 ±0,25| gram/𝑚𝑚3

3. Teliti = semakin kecil ∆𝜌 maka makin tinggi ketelitian yang dicapai pada
pengukuran. Dari analisis ini alat ukur massa jenis balok yang paling teliti
adalah mistar . sedangkan massa jenis bola yang paling teliti adalah
jangka sorong

PEMBAHASAN
Setiap pengukuran dapat memiliki kesalahan yang berbeda-beda, tergantung
kepada keadaan alat ukur, perbedaan tingkat ketelitian alat ukur, metode yang
digunakan dalam mengukur, dan kemampuan orang yang mengukurnya. Pada saat
melakukan pengukuran menggunakan jangka sorong, baik pengukuran diameter
luar maupun diameter dalam, terdapat kesalahan-kesalahan tertentu yang
dilakukan oleh praktikum. Misalnya, kesalahan dalam melihat angka yang
berimpit pada skala nonius. Ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca skala
yang dimiliki oleh praktikan masih kurang. Ini mungkin disebabkan kesalahan
pralaks oleh praktikan sehingga tidak dapat melihat skala yang benar-benar
berimpit. Kesalahan lainnya juga masih ada, seperti kesalahan praktikan yang
tidak mengkonversikan satuan skala nonius dari millimeter ke centimeter.
Kesalahan dalam menggunakan mistar adalah keterbatasan keterampilan
pengamatan serta ditidak menggunkan titik ukur dari nol. Terdapat beberapa
millimeter perbedaan hasil pengukuran menggunakan mistar dan jangka sorong,
disebabkan tingkat ketelitian atau ketidak pastiannya berbeda-beda. Jangka sorong
memiliki tingkat ketelitian 0,005 cm, sedangkan mistar memilikitingkat ketelitian
0,05 cm. jadi, jangka sorong memiliki tingkat ketepatan lebih tinggi dibandingkan
mistar.
Dalam kehidupan sehari-hari, massa sering diartikan sebagai berat, tetapi
dalam tinjauan fisika kedua besaran tersebut berbeda. Massa tidak di pengaruhi
gravitasi, sedangkan berat dipengaruhi oleh gravitasi. Fungsi dari neraca elektrik
maupun bukan elektrik secara umum adalah sebagai alat pengukur massa.
Kegunaan neraca ini tergantung dari neraca tersebut missal neraca /timbangan
elektrik yang ada di pasar swalayan dengan yang dilaboratorium tentu sensitivitas
dan skala neracanya jauh berbeda. NST dari neraca adalah 0,01 gram.
Alat ukur waktu yang sering digunakan dalam percobaan fisika adalah
stopwatch. Dengan stopwatch digital, praktikum langsung dapat membaca selang
waktu yang diukur pada layar stopwatch. Pada saat membandingkan hasil
pengukuran dari stopwatch dengan jam tangan, terdapat beberapa sekon
perbedaan keduaanya. Tingkat ketidakpastiaan stopwatch lebih rendah
dibandingkan jam tangan, dimana stopwatch memiliki skala ketidakpastiaan 0,05
sekon. Jadi, pengukuran dengan menggunkan stopwatch dapat memperkecil
tingkat kesalahan dalam pengukuran waktu.

SIMPULAN DAN DISKUSI


Simpulan :
Pada praktikum dasar pengukuran dan ketidakpastian ini dapat disimpul bahwa
setiap pengukuran dapat memiliki kesalahan yang berbeda-beda, tergantung
kepada keadaan alat ukur, perbedaan tingkat ketelitian alat ukur, metode yang
digunakan dalam mengukur, dan kemampuan orang yang mengukurnya. Dalam
praktikum ini dapat dibedakan antara mana alat ukur yang lebih teliti dan tepat
dalam memperkecil kesalahan saat pengukuran.
Diskusi :
Fisika merupakan satu mata kuliah yang tergolong rumit, yang pada dasarnya
teori-teori yang di pelajari tidak akan berkembang tanpa adanya praktikum. Dalam
ilmu pendidikan teori atau studi dengan praktek adalah dua hal yang tidak bisa
dipisahkan, dengan praktek teori-teori yang dipelajari akan terasa lebih
terealisasikan.
Namun yang lebih menunjang untuk melakukan praktek adalah sarana dan
psarana, alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum, semua hal itu
merupakan infrastruktur untuk menuju kesuksesan dalam studi maupun praktikum
mata kuliah fisika.
Untuk itu, dimohon untuk perbaikan dalam sarana dan psarana dalam
penyediaan alat praktikum, dan segala hal yang berhubungan dengan praktikum.

DAFTAR RUJUKAN
Buku Penuntun Praktikum Fisika Dasar 1 Unit Laboratorium Fisika Dasar
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Makassar

http://mahasiswa-sibuk.blogspot.com/2012/01/makalah-praktikum-fisika-
dasar-i.html

http://nanoyuliadii.blogspot.com/2012/11/laporan-pengukuran-dasar.html

Anda mungkin juga menyukai