Dibuat oleh:
NIM 13614048
JAKARTA SELATAN
2017
i
Abstraksi
Paper ini meninjau dan menentukan proposal desain rute taksi udara (air taxi)
helikopter di DKI Jakarta dan kota sekitarnya. Helikopter dipakai dengan berbagai
misi di DKI Jakarta: dari kebutuhan bepergian sehari-hari, politik, atau perusahaan .
Oleh karena itu, penting sifatnya bagi pemangku jabatan untuk membuat rute-rute
beregulasi yang wajib diikuti oleh operator-operator helikopter untuk menjamin level
keselamatan dan keteraturan tertinggi di langit Jakarta. Untuk mendesain rute-rute
tersebut, paper ini mengulas regulasi yang diedarkan oleh pemerintah dan ICAO,
inventarisasi sistem helikopter di DKI Jakarta, persyaratan ruang udara, dan mendesain
rute-rute helikopter. Helikopter (atau pesawat secara umum) bisa menjadi cara yang
baik untuk memindahkan orang dan/atau kargo dari titik A ke B. Namun, untuk
menjamin pengalaman yang selamat, cepat, efisien, dan teratur industry ini harus
diatur secara ketat (termasuk rute-rutenya).
Abstract
This paper examines and determines the route design proposal for helicopter air taxi
in DKI Jakarta and its surrounding cities. Helicopters are used for various missions
in DKI Jakarta: from commuting to newscasting. Thus, it is important for policy maker
to create a regulated route for helicopter providers to follow and ensuring the
uttermost level of safety and order in the skies of Jakarta. To achieve this, the paper
reviewed existing regulations that the government and ICAO issued, helicopter system
inventory in DKI Jakarta, airspace requirements, and designing helicopter routes.
Helicopters (or aviation in general) can be a great way to move people and/or cargo
from A to B. However, to assure a safe, expeditious, efficient, and orderly experience
such industry needs to be heavily regulated (including its routes).
i
DAFTAR ISI
Abstraksi ....................................................................................................................... i
ii
4.5. Landmarking ............................................................................................... 34
iii
Daftar Gambar
iv
Daftar Tabel
tabel 1 kondisi cuaca minimum pada terbang VFR ..................................................... 4
tabel 2 VFR cruising altitude ....................................................................................... 6
tabel 3 Baku tingkat kebisingan yang diperbolehkan pada berbagai lokasi .............. 11
tabel 4 lokasi helipad di DKI Jakarta ......................................................................... 15
tabel 5 Peta lokasi helipad di Jakarta ........................................................................ 18
tabel 6 Operator penyedia jasa helikopter .................................................................. 22
tabel 7 Perkiraan jam terbang dan kedatangan helikopter di Amerika Serikat ......... 26
tabel 8 Tingkat kebisingan helikopter EC155 B1 dan Super Puma AS332 L2 saat
kondisi idling ............................................................................................................. 32
Tabel 9 Tingkat kebisingan helikopter EC155 B1 dan Super Puma AS332 L2 saat
kondisi hovering dan lift off ...................................................................................... 32
tabel 10 Jarak lokasi potensial terbadap SHIA dan pusat kota. ................................. 47
tabel 11 Jarak dan waktu tempuh masing-masing rute .............................................. 55
Daftar Grafik
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
DKI Jakarta, sebagai metropolis terbesar di Indonesia dan kota dengan penduduk
paling banyak ke-14 di Dunia, menghadapi rintangan besar di bidang
transportasi. Dengan bertambahnya penduduk dan mismanajemen di bidang
transportasi yang menjalar selama bertahun-tahun, Jakarta menjadi kota car-
based dengan kemacetan yang seolah tak kunjung usai di seantero DKI.
Oleh karena itu, kaum beruang DKI Jakarta memilih menggunakan moda
transportasi yang relatif tidak terjamah: helikopter. Imbasnya, penting bagi
pemangku kekuasaan—dalam hal ini Pemprov dan DJPU (Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara)—memastikan operasi helikopter yang selamat, teratur,
efisien, dan cepat. Salah satu faktornya adalah pengaturan rute helikopter. Paper
ini akan menganalisis persyaratan dan desain rute helikopter pada ruang udara di
atas DKI Jakarta.
1.2. Tujuan
Tujuan penulisan paper ini adalah sebagai berikut:
1
1.3. Asumsi yang Digunakan
1. Area yang dipelajari terbatasa hanya wilayah Provinsi Jakarta dan kota-kota
sekitarnya seperti Tangerang, Serpong, Depok, dan Bekasi
2. Semua helikoper yang beroperasi di DKI Jakarta terbang secara visual atau
VFR (Visual Flight Rule)
3. Helikoter dapat menghandel banyak misi penerbangan (seperti halnya
politik, media, dan sebagainya) , namun kami membatasi untuk ruang luang
lingkup taksi udara (air-taxi).
1.4. Metodologi
Pada bagian ini dibahas mengenai metodologi dalam penyusunan paper ini. Di
dalamnya termasuk tempat dilaksanakan, desain studi, dan data yang
digunakan.
1. Pendekatan Penelitian
Dalam melengakapi penelitian ini, digunakan analisis penelitian secara
kualitatif. Pope dan Mays (1995:311) mendefenisikan bahwa penelitian
kualitatif adalah suatu pengembangan konsep yang membantu kita dalam
memahami fenomena sosial secara spontan dan alami. Pada penelitian ini
digunakan data sekunder dalam menganalisis.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Peneletian dan penulisan paper dilaksanakan di Kantro PT CSE Aviation
yang terletak di Jalan Radio Dalam, Jakarta Selatan. Durasi pengerjaan
selama satu bulan, terhitung semenjak 22 Mei sampai dengan 19 Juni
2017.
2
3. Alur Berpikir
Untuk mengerjakan paper ini, kami menggunakan alur berpikir seperti pada
Gambar 1 kami awali studi dengan mengulas dan memahami regulasi yang
ada, lalu menginventarisasi sistem penerbangan helikopter di DKI Jakarta.
Setelah itu, kami membahas pengaturan ruang udara di DKI Jakarta. Terakhir,
kami mengkombinasikan temuan kami pada inventarisasi sistem penerbangan
helikopter, pengaturan ruang udara, serta konsiderasi bisnis untuk
menghasilkan proposal desain rute helikopter di DKI Jakarta.
3
BAB II
STUDI REGULASI
2.1. CASR Part 91
CASR (Civil Aviation Safety Regulation) Part 91 mengatur tentang Operasi dan
Aturan Penerbangan untuk segala jenis pesawat yang beroperasi di wilawah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Konten CASR kebanyakan diadaptasi dari
FAA (Federal Aviation Administration) dan FAR (Federal Aviation
Regulation). Berikut adalah beberapa aturan operasi penerbangan yang
bersangkutan dengan operasi helikopter.
4
allows the pilot adequate opportunity to see any air traffic or
obstruction in time to avoid a collision.
5
tabel 2 VFR cruising altitude
a. Class A. IFR flights only are permitted, all flights are provided with air
traffic control service and are separated from each other.
b. Class B. IFR and VFR flights are permitted, all flights are provided with
air traffic control service and are separated from each other.
6
c. Class C. IFR and VFR flights are permitted, all flights are provided with
air traffic control service and IFR flights are separated from other IFR
flights and from VFR flights. VFR flights are separated from IFR flights
and receive traffic information in respect of other VFR flights.
d. Class D. IFR and VFR flights are permitted and all flights are provided
with air traffic control service, IFR flights are separated from other IFR
flights and receive traffic information in respect of VFR flights, VFR
flights receive traffic information in respect of all other flights.
e. Class E. IFR and VFR flights are permitted, IFR flights are provided
with air traffic control service and are separated from other IFR flights.
All flights receive traffic information as far as is practical. Class E shall
not be used for control zones.
f. Class F. IFR and VFR flights are permitted, all participating IFR flights
receive an air traffic advisory service and all flights receive flight
information service if requested.
g. Class G. IFR and VFR flights are permitted and receive flight
information service if requested.
7
concerning flight plans, two-way communications and position reporting apply
to all flights to ensure that all pertinent data is available in appropriate air
traffic services units specifically for the purpose of facilitating identification of
civil aircraft”
DGCA determine and promulgate Minimum flight altitudes for each ATS route
and control area over its territory. The minimum flight altitudes determined is
provide a minimum clearance above the controlling obstacle located within the
areas concerned.
8
Gambar 2 position report pada berdasarkan pada lokasi referensi
Gambar 3 Separasi 15 menit antarpesawat pada rute dan ketinggian yang sama
9
• 10 minutes, if navigation aids permit frequent determination of position
and speed
Gambar 4 Separasi 10 menit antarpesawat pada rute dan ketinggian yang sama
• 5 minutes in the following cases, provided that in each case the preceding
aircraft is maintaining a true airspeed of 37 km/h (20 kt) or more faster
than the succeeding aircraft
Gambar 5 Separasi 5 menit antarpesawat pada rute dan ketinggian yang sama
Gambar xx Separasi 5 menit antarpesawat pada rute dan ketinggian yang sama
10
• 3 minutes in the cases listed under c) provided that in each case the
preceding aircraft is maintaining a true airspeed of 74 km/h (40 kt) or
more faster than the succeeding aircraft
Gambar 6 Separasi 3 menit antarpesawat pada rute dan ketinggian yang sama
a. Peruntukan kawasan
1. Perumahan dan 55
pemukiman
2. Perdagangan dan Jasa 70
3. Perkantoran dan
Perdagangan 65
4. Ruang Terbuka Hijau 50
11
5. Industri 70
6. Pemerintahan dan
Fasilitas Umum 60
7. Rekreasi 70
8. Khusus:
*)
- Bandar udara
*)
- Stasiun Kereta Api
- Pelabuhan Laut
70
- Cagar Budaya
60
b. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit atau
sejenisnya 55
2. Sekolah atau 55
sejenisnya
3. tempat ibadah atau 55
sejenisnya
Keterangan :
*)
disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan
12
BAB III
1. Penerbangan Carter
Hampir semua maskapai penyedia jasa operator helikopter tidak berjadwal,
artinya mereka hanya melakukan penerbangan sesuai dengan permintaan saja
dari konsumen atau carter. Biaya carter relatif cukup tinggi karena pihak
penyewa harus membayar biaya operasi dari base helikopter menuju titik
penjemputan, kemudian membayar dari titik penjemputan menuju tujuan, dan
juga harus membayar biaya operasi dari tempat tujuan menuju base helikopter
berada. Maka dari itu biaya penerbangan carter biasanya ditentukan
berdasarkan lamanya perjalanan dan jenis helikopter yang digunakan.
Keperluan penerbangan carter di Provinsi DKI Jakarta dapat diasumsikan
pada berbagai keperluan berikut:
a. Carter keperluan pribadi (privat charter)
Beberapa masyarakat kelas atas dapat menyewa helikopter untuk keperluan
pribadinya. Keperluan itu dapat berupa wisata, kunjungan ke sanak
saudara, juga keperluan keluarga.
b. Carter keperluan korporasi/Perusahaan
Perusahaan seperti perminyakan lepas pantai, perrtambangan, dan
perkebunan, dan stasiun televisi memerlukan transportasi khusus berupa
helikpoter bagi pimpinan perusahaan dalam meninjau kondisi lapangan.
c. Carter keperluan bisnis
d. Carter keperluan kelompok
13
e. Carter keperluan politik
Operator penerbangan carter biasanya akan mengalami peningkatan
permintaan penyewaan helikopter jika pada musim pemilihak kepala
daerah (Pilkada). Dengan jadwal yang padat, biasanya para calon
pemimpin daerah menggunakan helikopter supaya waktu perjalanan ke
suatu tempat untuk kampanye dapat diminimalisir.
f. Carter keperluan wisata
2. Air Ambulance
Air ambulance yang dimaksud adalah ambulans yang menggunakan mode
transportasi udara, salah satunya helikopter. Air ambulans diperlukan dalam
keadaan darurat dalam mengantarkan pasien yang cukup kritis dan
memerlukan pertolongan cepat sementara jalur di darat tidak memungkinkan.
Air ambulans biasanya digunakan untuk mengantarkan pasien atau jenazah
dari rumah sakit menuju bandara, dari bandara menuju rumah sakit, atau dari
lokasi kecelakaan menuju rumah sakit.
3. Evakuasi Bencana
Dalam melakukan evakuasi bencana dalam keadaan darurat, moda transportasi
yang paling memungkinkan adalah helikopter. Biasanya bencana yang sering
terjadi di Provinsi DKI Jakarta adalah banjir dan kebakaran yang bahkan tidak
sedikit menimbulkan korban.
4. Monitor Lalu Lintas
Dalam memonitor keperluan lalu lintas kepolisian lalu lintas biasanya
menggunakan helikopter untuk mengetahui lokasi kemacetan dan penyebab
kemacetan. Sekarang penggunaan helikopter dalam pengawasan lalu lintas ini
sudah mulai tergantikan oleh pesawat nirawak (drone).
5. Air-Taxi
Air taxi berbeda dengan penerbangan carter. Pada air taxi ini rute penerbangan
sudah jelas, misalkan Bekasi-Jakarta dengan melewati poin poin yang telah
ditentukan. Di Provinsi DKI Jakarta sendiri sebenarnya belum ada taxi udara
yang beroperasi. Namun kedepannya hal ini sangat mungkin adanya, karena
14
perusahaan maskapai penerbagan Whitesky Aviation telah melakukan
perencanaan adanya taksi udara ini.
6. Operasi Militer
Pada keadaan tertentu ruang udara digunakan operasi militer, baik untuk
latihan militer, atau operasi lain. Namun segala jenis kegiatan militer harus
ada NOTAM (Notice To Air Men) sehingga tidak ada pesawat sipil yang
melintas di daerah operasi militer.
15
Menara BDN - Kantor Pusat
12 Bank Mandiri Shariah Menteng
13 Hotel Borobudur Sawah besar
14 Hotel Shangri-La Tanah Abang
MNC Tower d/h Bimantara
15 Tower Menteng
Grand Indonesia Shopping
16 Center Tanah Abang
Gedung Kementerian
17 Perhubungan Gambir
Gedung Kementerian
18 Pariwisata, Seni & Budaya Gambir
Gedung Kementerian
19 Perdagangan Gambir
Gedung Menara Bank
20 Indonesia Gambir
Gedung Kementerian Luar
21 Negeri Senen
Gedung Kementerian
22 Pemuda dan Olahraga Tanah Abang
23 Kantor Pusat Pertamina Gambir
24 Markas Besar Kostrad Gambir
25 RSPAD Gatot Soebroto Senen
RSUPN Cipto
26 Mangunkusumo Senen
27 RS Pertamina Pusat Kebayoran Baru
28 Gedung BPPT Thamrin Menteng
29 Hotel Grand Hyatt Menteng
30 Hotel Mandarin Oriental Menteng
31 BII Tower Menteng
16
32 Menara BNI 46 Tanah Abang
33 Hotel Le Meridien Tanah Abang
34 Hotel Sultan Tanah Abang
35 Hotel Mulia Tanah Abang
36 Sentral Senayan Tanah Abang
37 Hotel Aryaduta Setiabudi
Landmark Arco &
38 Landmark Citibank Setia Budi
39 Wisma Indocement Setia Budi
40 Gedung Bumiputra Setia Budi
41 Sona Topas Tower Setia Budi
42 Wisma Tamara Setia Budi Jakarta
43 Wisma Standard Chartered Setia Budi Selatan
44 Plasa Mandiri Kebayoran Baru
Grha Citra Caraka - PT
45 Telkom Mampang Prpt
46 Menara Bank Mega Mampang Prpt
47 Pejaten Village Pasar Minggu
48 Kemang Village Kebayoran Baru
49 Lippo Plaza Kramat Jati
Markas Besar TNI Jakarta
50 Cilangkap Cipayung Timur
51 Halim Pedana Kusuma Halim Perdana Kusuma
2. Peta Helipad
Berikut adalah helipad lokasi beberapa helipad di DKI Jakarta, versi interaktif
dapat dilihat pada tautan http://bit.ly/helipadjakarta
17
tabel 5 Peta lokasi helipad di Jakarta
DKI
Jakarta
18
Jakarta
Barat
Jakarta
Utara
19
Jakarta
Pusat
20
Jakarta
Selatan
21
Jakarta
Timur
Nama Jumlah
No Logo Base Operasi Lokasi Kantor
Maskapai Fleet
Terminal Bldg.
Gatari Air Halim 2nd Floor
1 3
Service Perdanakusuma Halim
Perdanakusuma
22
Terminal
Halim
2 Premiair 1 BLDG Ground
Perdanakusuma
Floor Halim
Transwisata
Halim
4 Prima 2
Perdanakusuma
Aviation
Telavera Office
PT Amur Park 28 th floor
Halim
5 Aviation 5 Letjend
Perdanakusuma
Indonesia Simatupang
South Jakarta
Secure
PT White Building
Halim
6 Sky 6 Tower A1 1st
Perdanakusuma
Aviation floor, Jakarta
13610
PT CEO Gedung
Halim
7 Jetset 13 Terminal Lt. 2
Perdanakusuma
Indonesia Suite 2.237
PT National
Halim
8 Utility 4
Perdanakusuma
Helicopters
23
Hangar Travira
Halim
9 Travira Air 3 Timur Laut
Perdanakusuma
Skatek
Graha Intirub,
Pegasus Air Halim 2nd floor Jl.
10 4
Service Perdanakusuma Cililitan Besar
454
PT West
Star Halim
11 4
Aviation Perdanakusuma
Indonesia
Kami membatasi misi operasi helikopter di DKI Jakarta, yaitu air-taxi. Karena
DKI Jakarta tidak memiliki servis regular dari kedua misi tersebut, kami hanya
bisa menganalisis kemungkinan rute-rute masa depan. Rute-rute air-taxi
mencakup servis berjadwal antara Soekarno-Hatta International Airport dan
daerah perumahan yang kaya dan antara kota sekitar Jakarta (BSD, Jababeka,
dll.) ke pusat kota.
Adapun hal yang menjadi pertimbangan lokasi potensial adalah sebagai berikut:
24
3.5. Annual Utilization Rate
Pada penelitian kali ini tidak ditemukan data eksak berapa jumlah penerbagan
helikopter di DKI Jakarta. Untuk menentukan jumlah jam penerbangan
helikopter pertahun dan jumlah jam terbang helikopter pertahun di Provinsi DKI
Jakarta, maka digunakan beberapa asusmsi perhitungan dengan merujuk data
operator penyadia jasa.
• Rata rata helikopter melakukan penerbangan tidak lebih dari dua jam
• Maka degan operasi 7 jam setiap minggu tiap helikopter melakukan 3.5
kali penerbangan
• Jumlah penerbangan helikopter pertahun dapat ditentukan dengan
perhitungan sebagai berikut:
25
𝑎𝑛𝑛𝑢𝑎𝑙 𝑓𝑙𝑖𝑔ℎ𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝑦𝑒𝑎𝑟
𝑤𝑒𝑒𝑘
= 𝑛𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝑓𝑙𝑖𝑔ℎ𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝑤𝑒𝑒𝑘 ∗ 50
𝑦𝑒𝑎𝑟
∗ 𝑛𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 ℎ𝑒𝑙𝑖𝑐𝑜𝑝𝑡𝑒𝑟𝑠
𝑓𝑙𝑖𝑔ℎ𝑡 𝑤𝑒𝑒𝑘
𝑎𝑛𝑛𝑢𝑎𝑙 𝑓𝑙𝑖𝑔ℎ𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝑦𝑒𝑎𝑟 = 3.5 ∗ 50 ∗ 11 ∗ 7
𝑤𝑒𝑒𝑘 𝑦𝑒𝑎𝑟
𝒇𝒍𝒊𝒈𝒉𝒕
= 𝟏𝟑𝟒𝟕𝟓
𝒚𝒆𝒂𝒓
Atau jika dihitung harian diperoleh angka 37.43 penerbangan perhari
Jika jumlah penerbangan helikopter di Amerika pada tahun 2008 lebih banyak 5 kali
lipat dibanding dengan di Indonesia sekarang ini dan jika diasumsikan penerbangan
Jakarta adalah sekitar tiga puluh persen dari seluruh penerbangan di Indoensia, maka
diperoleh angka 22878 jam penerbangan pertahun. Angka yang diperoleh tidak
terlalu jauh dengan asumsi sebelumnya yakni 26.950 jam pertahun. Maka asumsi dapat
digunakan.
Angka tersebut sebenarnya belum terlalu tinggi untuk penerbangan helikopter, namun
diprediksi kedepannya penggunaan helikopter ini akan terus meningkat karena
kemacetan, dan wacana diadakannya taksi udara. Maka dari itu diperlukan pengaturan
26
ruang udara (airspace) khusus untuk helikopter untuk keperluan masa yang akan
datang.
27
BAB IV
PENGATURAN AIRSPACE
4.1. Ketinggian Operasi Minimum
Ketinggian minimum terbang jelajah helikopter dapat ditentukan oleh:
28
1. New York
Dapat dilihat pada gambar 7, pada peta Helicopter Route Chart New York
terlihat jelas jalur-jalur yang harus dilalui helikopter (jalur biru) yang
mengikuti garis pantai dan jalan raya, helipad (baik publik maupun privat), area
controlled airspace milik bandar udara, bandar udara, obstacle yang ada,
landmark sebagai pembantu navigasi VFR, dan batas altitude yang
direkomendasikan.
29
2. London
Pada peta Helcopter Routes in the LONDON CTR and LONDON/CITY CTR,
terlihat rute-rute helikopter (garis biru putus-putus) yang mengikuti kontur
sungai Thames, heliport, reporting point (baik wajib, on request, maupun
30
Dari kedua kota di atas, ada perbedaan pada chart yang dipublikasikan, namun
pada esensinya sama:
• Gangguan pendengaran.
• Mengganggu percakapan.
• Efek kebisingan terhadap performa.
• Gangguan tidur.
• Gangguan kardiovaskular dan psikologis.
• Efek terhadap kesehatan mental.
• Gangguan terhadap lingkungan dan warga sekitar.
31
helikopter yang sama juga bisa memiliki tingkat kebisingan yang berbeda
akibat pemilihan mesin customer. Berikut contoh dua jenis helikopter, EC155
B1 dan Super Puma AS332 L2.
tabel 8 Tingkat kebisingan helikopter EC155 B1 dan Super Puma AS332 L2 saat kondisi idling
Tabel 9 Tingkat kebisingan helikopter EC155 B1 dan Super Puma AS332 L2 saat kondisi hovering dan lift off
Dapat dilihat pada Tabel 8 dan tabel 9 helikopter membuat kebisingan paling
besar ketika fase hover maupun lift-off. Ada beberapa langkah untuk
mengurangi kebisingan helikopter:
32
• Noise masking: mendesain rute di atas jalur kereta api dan/atau jalan
tol (yang memang sudah berisik) sehingga pengaruh suara helikopter
tidak separah daerah yang relatif hening.
• Pelarangan terbang malam: terbang malam dapat mengamplifikasi
tingkat kebisingan yang diderita masyarakat sekitar mengingat secara
umum pada malam hari suasana lebih hening. Peraturan DGCA Part
91.152 melarang operasi VFR pada malam hari.
• Memberi minimum altitude: menambah ketinggian terbang helikopter
akan mengurangi kebisingan yang didera pada ground level.
Grafik 1 Hubungan antara pengurangan kebisingan terhadap tinggi terbang helikopter Sikorsky S-76
33
rendah dibanding helikopter yang lebih tua. Hal tersebut diakibatkan
oleh mesin yang lebih efisien, blade yang mempunyai Blue Edge (fitur
yang dapat mengurangi interaksi blade-vortex), dan lain-lain. Dengan
memaksa operator helikopter untuk memensiunkan dan melarang
penggunaan helikopter tua, dipastikan tingkat kebisingan akan
menurun.
• Mengubah perilaku terbang pilot: pada umumnya, fase terbang yang
paling bising pada operasi helikopter adalah ketika hover dan take-
off/landing. Dengan mengubah perilaku pilot pada fase terbang tersebut
(misal: membatasi durasi terbang hover), tingkat kebisingan dapat
ditekan.
• Separasi Vertikal
Separasi adalah 300 m untuk pesawat yang terbang dengan Flight Level
dibawah 290
• Separasi Horizontal
Setiap pesawat mengirimkan laporan posisi secara visual atau referensi
berberdasarkan ketentuan navigasi udara.
• Untuk pesawat yang berada pada level ketinggian yang sama:
o Separasi antarpesawat adalah 15 menit jika tanpa diatur oleh ATC
o 10 menit jika diatur oleh peralatan navigasi yang memadai atau ATC
o 5 menit jika pesawat di depan lebih cepat 34 km/jam dari pesawat di
belakang
4.5. Landmarking
Landmarking adalah menjadikan sesuatu yang permanen pada suatu daerah
untuk membantu navigasi. Landmarking menjadi krusial karena terbang VFR
tidak mewajibkan operator untuk memasang instrumen-instrumen navigasi.
Walau pada kenyataanya helikopter modern pada umumnya sudah memiliki
34
instrumen-instrumen tersebut sehingga sudah IFR ready, misi-misi helikopter
mayoritas memerlukan terbang VFR.
Pada contoh chart rute helikopter di New York dan London, landmark
tergambar secara baik. Bahkan, pada chart New York diberikan ilustrasi
landmark-nya. Untuk kasus DKI Jakarta, hal yang sama akan diterapkan.
Landmark akan berupa gedung dan/atau struktur yang familiar (contoh:
Simpang Susun Semanggi, Mal Taman Anggrek) dan jalan tol. Tentu, landmark
akan disesuaikan pada rute yang yang akan dilalui.
Keterangan Gambar
35
4.6. Cuaca
Menurut FAA, tiga faktor yang mempengaruhi performa sebuah helikopter
adalah berat, density altitude, dan angin. Mengingat density altitude dan angin
dipengaruhi oleh kondisi cuaca, penting sifatnya untuk memasukan
pertimbangan cuaca terhadap desain rute helikopter di DKI Jakarta. Selain itu,
jarak penglihatan juga bisa menghalangi helikopter untuk beroperasi VFR
(tertera pada CASR Part 91.155) dan berefek pada performa take-off dan
landing.
Curah hujan dapat menurunkan jarak pandang. Bahkan, pada hujan lebat di
daerah tropis jarak pandang bisa berkurang hingga 50-500 meter.
36
Grafik 3 Jumlah presipitasi.
Dari grafik 2 dan grafik 3 dry days di DKI Jakarta adalah 200,2 hari per tahun.
Pada dry days, secara teoretis helikopter bisa berpoerasi tanpa ada gangguan
hujan. Lebih lanjut, rainy days di DKI Jakarta adalah 164,8 hari per tahun. Hari-
hari sunny, dimana operasi helikopter secara teoretis tidak terobstruksi awan,
adalah 132,9 hari per tahun. Sementara itu, kondisi partly cloudy days di DKI
Jakarta adalah 156,9 hari per tahun. Kondisi mendung di DKI Jakarta
berlangsung selama 75,2 hari.
Karena dari data pada grafik 2 dan 2 tidak dispesifikasikan jarak antar awan
dan kami tidak bias menemukan irisan dari kedua grafik sehingga kami tidak
tahu seberapa deras hujan yang terjadi, kami mengasumsikan kondisi partly
cloudy masih diperbolehkan terbang VFR. Sehingga, dalam setahun helikopter
dapat beroperasi selama 289,8 hari dimana kondisi optimum terjadi pada bulan
Agustus.
37
Grafik 4 Jarak Pandang di DKI Jakarta.
Pada grafik 4 dapat disimpulkan jarak pandang di DKI Jakarta selalu di atas 9
km. Akibatnya, jarak pandang di DKI Jakarta secara teoretis akan selalu comply
terhadap CASR Part 91.155.
Density Altitude
Density altitude adalah pressure altitude yang dikoreksi oleh suhu non-standar.
Jika suhu dan tinggi terbang bertambah, massa jenis udara berkurang. Pesawat
akan beroperasi optimal ketika udara memiliki massa jenis yang relatif tinggi.
Karena daerah operasi helikopter relatif rendah (1000-4000 ft), faktor yang
mempengaruhi density altitude hanya suhu udara.
38
Grafik 5 Presipitasi dan suhu rata-rata
Dimana
Dapat dilihat pada grafik 5 suhu rata-rata maksimum per hari adalah 33° C.
Akibat dari suhu yang tinggi, udara akan menjadi lebih tipis sehingga
mempengaruhi performa aerodinamis blade dan menurunkan engine rating.
Untuk mengakali hal ini, direkomendasikan untuk mengoperasikan helikopter
pada pagi atau sore hari ketika suhu udara sudah turun.
Angin
Arah dan kecepatan angin dapat mengganggu operasi helikopter. Headwind dan
crosswind yang bertiup tegak lurus arah terbang helikopter dapat memperlambat
laju helikopter. Leboh lanjut, tailwind yang bertiup searah arah terbang
helikopter dapat mempercepat laju helikopter dan dapat membuat helikopter
susah dikontrol
39
Grafik 6 wind rose di Jakarta
Dari grafik 6 dapat disimpulkan mayoritas angin bertiup dari arah NE-ENE dan
kecepatan angin relatif rendah. Sehingga, angin di DKI Jakarta tidak banyak
mengganggu operasi helikopter. Ketika ada anomali (misal: terjadi badai
sehingga angin bertiup kencang) lebih baik untuk menunda operasi helikopter
hingga angin berlalu.
40
4.7. Aturan Penerbangan (Flight Rules)
1. Peralatan Standar Instrumen Helikopter
• Clock
• Indikator Airspeed
• Sensitive altimeter. adjustable for barometric pressure
• Magnetic direction indicator
• Free-air temperature indicator
• Rate-of-climb (vertical speed) indicator
• Magnetic gyroscopic direction indicator
• Stand-by bank and pitch (attitude) indicator
• on-tumbling gyroscopic bank and pitch (attitude)
indicator
• Speed warning device
41
e. Rute yang diminta, tinggi terbang jelajah, dan true airpseed pada
ketinggian tersebut
f. Titik pendaratan pertama yang dituju dan perkiraan waktu yang
telah dihabiskan untuk sampai pada titik tersebut
g. Banyaknya bahan bakar (dalam jam)
h. Jumlah orang dalam pesawat
i. Informasi lainnya yang diperlukan ATC
2) Pembatalan, setelah rencana penerbangan diaktivasi, namun
penerbangan dibatalkan, pilot yang bertugas harus melakukan
pemmberitahuan ke pihak ATC
42
3. Instrument Flight Rules (IFR)
IFR adalah peraturan terbang untuk segala jenis pesawat yang menginginkan
terbang dengan bantuan instrumen. IFR berarti terbang dengan kontrol dari
ground control.
Sebelum terbang, IFR mengharuskan adanya flight plan dan menerima
clearance dari ATC (CASR Part 91.173). Isi dari flight plan tersebut adalah
(CASR Part 91.171):
• Setidaknya 2 jam sebelum dan 2 jam sesudah dari estimated time of arrival:
ramalan cuaca atau laporan cuaca yang mengindikasikan ceiling setidaknya
400 ft di atas lowest applicable approach minima dan jarak pandang paling
kurang 1,5 km.
• Pembatalan. Jika flight plan sudah di aktivasi, pilot yang akan
membatalkan penerbangannya harus memberi tahu ATC.
Terbang IFR harus mengikuti garis tengah airway (CASR Part 91.181) dan
harus melaporkan: waktu dan altitude of passing ke ATC ketika melewati
designated reporting point (CASR Part 91.183), anomali cuaca, dan segala info
yang berhubungan dengan keselamatan penerbangan.
43
BAB V
Mari memulai dari butir pertama. Berikut data Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) yang telah diubah tampilannya sehingga menjadi lebih user friendly:
44
Dari data tersebut, kami bisa mengambil daerah-daerah yang memiliki PBB
tinggi, baik secara kolektif sekelurahan maupun per properti di kelurahan
tersebut.
45
Gambar 13 Daerah potensial untuk air-taxi.
Dari daerah-daerah tersebut, kami masuk ke butir dua, yaitu jarak daerah terhadap
Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta dan pusat kota. Pusat kota kami
definisikan sebagai “Segi Tiga Emas DKI Jakarta.”
46
tabel 10 Jarak lokasi potensial terbadap SHIA dan pusat kota.
47
Selanjutnya, lokasi potensial di luar DKI Jakarta. Sesuai dengan butir tiga, kami
mencarinya dengan menilai secara kualitatif perumahan mewah di luar DKI Jakarta
dengan jarak yang jauh. Berikut daftarnya:
1. Grand Wisata
2. Orange County
3. Jababeka
4. Alam Sutera
5. Lippo Karawaci
6. BSD Serpong
Sehingga, jika dipetakan, seluruh daerah potensial untuk rute penerbangan helikopter
air-taxi adalah:
Dari lokasi potensial yang ada dapat ditentukan rute potensial sebagai berikut:
48
Gambar 16 Rute helikopter potensial.
Legenda:
Garis merah: rute dengan hub Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusuma.
49
Dari kedua hub tersebut, DKI Jakarta memiliki 4 mustering point (titik berkumpul),
yaitu:
1. Kelapa Gading, untuk daerah: Kelapa Gading, Sungai Bambu, Tanjung Priok,
dan Ancol.
2. Pusat Kota, untuk daerah: Senayan, Kuningan, Menteng, dll.
3. Pondok Pinang, untuk daerah: Pondok Pinang dan Cilandak Barat.
4. Orange County, untuk daerah: Orange County dan Jababeka.
4. Kondisi Existing
50
Oleh karena itu, rute air-taxi mengalami perubahan menjadi:
51
Hub Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusuma
1. Halim – Koja.
2. Halim – RSPAD Gatot Subroto
3. Halim – Cipto.
4. Halim – Siloam TB Simatupang.
5. Halim – RSUD Cengkareng.
6. Halim – Siloam Lippo.
7. Halim – Siloam Semanggi.
8. Halim – Pertamina.
52
5.3. Peta Rute
Peta rute air taxi ini adalah sebuah pengaturan airspace untuk helicopter. Operator
helikopter dapat menggunakan rute mana pun yang sesuai dengan kebutuhannya.
Dari hasil analisis rute potensial, berikut chart rute helikopter di DKI Jakarta:
1. Cikampek: Gerbang Tol Cibatu - Interchange Cawang via Tol Cikampek. (34,7
km)
53
2. Soekarno-Hatta: Penjaringan Interchange - SHIA via Jalan Tol Prof.
Sedyatmo. (13,6 km)
3. Halim: Cawang Interchange - Halim Perdanakusuma Intl Airport via Jl. Halim
Perdanakusuma. (2,24 km)
4. Sudirman/MRT: Simpang Kebon Sirih - Fatmawati via Jalan Jend. Sudirman,
Jalan Panglima Polim Raya, and Jalan RS Fatmawati. (13,3 km)
5. JORR: Fatmawati - PIK Interchange via Jakarta Outer Ring Road. (22,6 km)
6. Tangerang: Gerbang Tol Karawaci Barat - Interchange Mall Taman Anggrek
via Jl. Tol Jakarta-Tangerang. (21,2 km)
7. Semanggi: Cawang Interchange - Penjaringan Interchange via Jalan Tol S.
Parman and Semanggi. (19,2 km)
8. Kelapa Gading: Penjaringan Interchange - Cawang Interchange via Jl. Tol Ir.
Wiyoto Wiyono and Jl. Tol Pelabuhan. (25,6 km)
Lambang menunjukan titik dimana pilot wajib lapor ketinggian dan waktu kepada
ATC dan melakukan holding hingga ATC memperbolehkan melanjutkan perjalanan.
Pada penggunaan rute diperlukan helikopter yang sesuai dengan keamanan dan
keselamatan penerbangan. Maka dari itu teknis helikopter yang dapat digunkan untuk
rute heikopter di DKI Jakarta adalah sebagai berikut:
Berikut adalah Jarak lama tempuh yang dapat dicapai helikopter berdasarkan rute
54
tabel 11 Jarak dan waktu tempuh masing-masing rute
Lama
Jarak
Rute Tempuh
(km)
(menit)
Bandara - Grand Wisata - Orange County 60.9 16.4
SHIA-Jakarta Pusat 21.4 5.8
SHIA-Pondok Pinang 21 5.7
SHIA- Kelapa Gading 28.1 7.6
Jakarta Pusat - Grand Wisata - Orange County 39.7 10.7
RSUD Koja - Halim 17.7 4.8
RSPAD Gatot Subroto - Halim 11.8 3.2
Cipto - Halim 9.29 2.5
Siloam TB Simatupang - Halim 12.1 3.3
Siloam TB Simatupang - Halim 22.2 6.0
Siloam Lippo - Halim 32.8 8.8
Siloam Semanggi - Halim 9.82 2.6
Pertamina - Halim 11.3 3.0
Lippo Karawaci-Alam Sutera-Pusat 27.2 7.3
BSD Serpong- Pusat 21.6 5.8
BSD-Alam Sutera-Lippo-SHIA 32 8.6
asumsi kecepatan helikopter konstan 120 knot = 222.24 km/jam
55
Gambar 22 Chart rute Helikopter di DKI Jakarta dan sekitarnya.
6.2. Saran
Regulasi tentang airspace di Indonesia masih belum lengkap dibandingkan
dengan negara lain terutama tentang pengaturan airspace helikopter, maka dari itu
perlu airspace yang lebih detail dan juga regulasi yang lebih jelas supaya penerbangan
di Indonesia lebih aman, nyaman, efisien dan teratur.
Setelah melakukan kerja praktek di PT CSE Aviation selama satu bulan lebih,
banyak pengalaman dan ilmu yang telah kami dapatkan, baik itu dari segi ilmu duniawi
maupun ilmu agama. Namun ada beberapa masukan yang sekiranya kami rasakan
selama melakukan kerja praktek ini. Pada minggu pertama kami mendapatkan briefing
tentang bagaimana pelaksanaan kerja praktek ini, namun penjelasan tentang teknis
detail mengenai output final dari KP ini masih terlalu umum. Sehingga pencarian data
terlalu melebar yang pada akhirnya banyak data yang sebenarnya tidak perlu. Karena
pencarian data terlalu lama, dengan waktu yang relatif singkat konsekuensinya adalah
analisis rute yang tidak terlalu mendalam. Saran dari kami untuk program magang atau
kerja praktek selanjutnya adalah lebih detail tentang output yang harus dicapai
sehingga pencarian data tidak terlalu melebar dan juga analisis dan desain rute dapat
optimal.
56