JUDUL
TENTANG
DIREKTORAT KEPELABUHANAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
TAHUN 2018
Pedoman Teknis SID Pengerukan Alur Pelayaran dan/atau Kolam Pelabuhan
DAFTAR ISI
JUDUL ..................................................................................................................... 1
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... 4
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... 5
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................. 6
1.1. Dasar Hukum ................................................................................................. 6
1.2. Latar Belakang ............................................................................................... 7
1.3. Lingkup Penggunaan ...................................................................................... 7
1.4. Maksud Dan Tujuan ....................................................................................... 8
1.5. Referensi Teknis ............................................................................................. 8
1.6. Ketentuan Umum .......................................................................................... 8
BAB 2 LINGKUP & TAHAPAN SID PENGERUKAN ALUR PELAYARAN DAN ATAU KOLAM
PELABUHAN ................................................................................................ 12
2.1. Lingkup Pekerjaan SID Pengerukan Alur Pelayaran dan/atau Kolam
Pelabuhan .................................................................................................. 12
2.2. Tahapan Pekerjaan SID Pengerukan Alur Pelayaran dan Kolam Pelabuhan 13
BAB 3. SURVEI DAN PENGOLAHAN DATA ................................................................ 14
3.1. Survei Pendahuluan ..................................................................................... 14
3.2. Survei Hidro-Oseanografi dan Hidrografi .................................................... 28
3.3. Survei Geoteknik .......................................................................................... 38
BAB 4. PERENCANAAN ALUR PELAYARAN DAN/ATAU KOLAM PELABUHAN ............ 40
4.1. Lebar Alur Pelayaran .................................................................................... 40
4.2. Luas Kolam Putar Pelabuhan ....................................................................... 41
4.3. Luas Kolam Sandar ....................................................................................... 41
4.4. Kedalaman Alur Pelayaran & Kolam Pelabuhan .......................................... 42
4.5. Slope Alur Pelayaran dan Kolam Pelabuhan ................................................ 43
BAB 5. PEMODELAN & ANALISIS NUMERIK ............................................................. 44
5.1. Legalitas dan Validitas Software Pemodelan............................................... 44
5.2. Pemodelan Awal .......................................................................................... 44
5.3. Pemodelan Kondisi Eksisting Alur Pelayaran dan/atau Kolam Pelabuhan
Serta Kalibrasi Arus ................................................................................... 46
5.4. Pemodelan Kondisi Solusi dan Dumping Area ............................................. 48
BAB 6. PERENCANAAN PENGERUKAN ..................................................................... 51
6.1. Metode Pengerukan .................................................................................... 51
6.2. Perhitungan Volume Pengerukan ................................................................ 51
6.3. Penentuan Koordinat Dumping Area .......................................................... 52
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB 1
PENDAHULUAN
13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 133 Tahun 2016 tentang Pelimpahan
Sebagian Wewenang Menteri Perhubungan Dalam Rangka Pengelolaan Barang
Milik Negara di Lingkungan Kementerian Perhubungan;
14. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 432 Tahun 2017 tentang Penetapan
Rencana Induk Pelabuhan Nasional;
15. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor PM 5 Tahun 2012 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup.
3. Pelabuhan Laut adalah pelabuhan yang dapat digunakan untuk melayani angkutan
laut dan/atau angkutan penyeberangan yang terletak di laut atau di sungai;
4. Alur Laut Kepulauan adalah alur pelayaran Internasional yang ditetapkan
pemerintah Indonesia, disampaikan ke International Maritime Organization (IMO)
dan disyahkan oleh sidang-sidang IMO;
5. Alur adalah tempat lewatnya lalu-lintas kapal secara alamiah dan buatan sehingga
tercipta pelayaran yang aman, tertib, cepat sehingga diperlukan pemeliharaan alur
secara terus menerus;
6. Alur pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan bebas
hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari;
7. Kolam pelabuhan adalah perairan di depan dermaga yang digunakan untuk
kepentingan operasional sandar dan olah gerak kapal;
8. Keselamatan dan keamanan pelayaran adalah suatu keadaaan terpenuhinya
persyaratan keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan di perairan,
kepelabuhanan dan lingkungan maritim;
9. Pengerukan awal (capital dredging) adalah pengerukan yang pertama kali
dilaksanakan terhadap kondisi alami perairan dalam rangka pembangunan
pelabuhan, pembangunan kolam pelabuhan atau alur pelayaran baru atau
peningkatan kapasitas alur pelayaran dan atau kolam pelabuhan eksisiting;
10. Pengerukan pemeliharaan (maintenance dredging) adalah pengerukan yang
dilaksanakan secara rutin berkala dalam rangka memelihara kedalaman kolam
pelabuhan, alur masuk pelabuhan dan alur pelayaran yang sudah terbangun
sebelumnya agar kondisinya selalu terpelihara seperti pada desainnya;
11. Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) adalah wilayah perairan dan daratan pada
pelabuhan yang dipergunakan secara langsung untuk kegiatan kepelabuhanan;
12. Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) adalah wilayah perairan disekeliling daerah
lingkungan kerja perairan pelabuhan yang digunakan untuk menjamin keselamatan
pelayaran;
13. Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun yang digerakkan
dengan tenaga mekanik tenaga angin atau ditunda termasuk kendaraan bawah
permukaan air serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-
pindah;
14. Draft kapal atau dikatakan juga sebagai sarat air kapal adalah jarak vertikal antara
garis air sampai dengan lunas kapal, di mana semakin banyak muatan kapal semakin
dalam kapal masuk kedalam air. Draft digunakan untuk menetapkan kedalaman alur
pelayaran yang dilewati kapal serta kolam pelabuhan termasuk kedalaman air di
dermaga;
15. Filed Screen Survey adalah survei teknis awal yang merupakan bagian dari survei
pendahuluan bertujuan untuk mengetahui parameter hidro-oseanografi secara
umum dari lokasi pekerjaan melalu pengukuran insitu dari beberapa parameter
teknis dan juga pengambilan sample material;
16. Pemeruman (sounding) adalah kegiatan pemetaan untuk mengetahui kontur
kedalaman perairan dengan menggunakan alat perum gema (echo sounder);
17. Pemeruman awal (predredge sounding) adalah kegiatan pemeruman awal yang
dilaksanakan oleh pemberi tugas sebelum diadakan pekerjaan pengerukan atau
disebut pemeruman pra pengerukan. Data yang dihasilkan digunakan sebagai dasar
penentuan desain alur pelayaran dan atau kolam pelabuhan serta perhitungan
volume keruk untuk pelaksanaan pekerjaan pengerukan;
18. Pemeruman ulang awal (resounding) adalah pemeruman yang dilaksanakan guna
verifikasi data kedalaman perairan dari data hasil predredge sounding. Data hasil
resounding dijadikan sebagai data kondisi awal kedalaman dan selanjutnya
digunakan untuk perhitungan kemajuan / progress pelaksanaan pengerukan dari
sounding selanjutnya;
19. Pemeruman progres (progress sounding) adalah pemeruman kemajuan dari seluruh
lokasi yang telah dikeruk. Data yang dihasilkan digunakan untuk mengetahui
perkembangan hasil seluruh pekerjaan pengerukan yang telah dicapai;
20. Pemeruman final (final sounding) adalah pemeruman akhir yang dilaksanakan
setelah pekerjaan pengerukan selesai oleh konsultan pengawas dan pemberi tugas;
21. Tingkat pengendapan kembali (siltation rate) adalah pengendapan atau sedimentasi
yang materialnya datang dari luar maupun dalam lokasi keruk yang terjadi pada
saat pelaksanaan pengerukan;
22. Pasang surut adalah perubahan harmonis elevasi muka air yang disebabkan oleh
gaya tarik menarik antara bumi dan benda-benda luar angkasa lainnya;
23. Survei elevasi muka air adalah perekaman perubahan elevasi mukai air di lapangan
yang disebabkan oleh pasang surut, curah hujan, debit air dan faktor geogfrafis
lainnya;
24. Rencana Induk Pelabuhan (RIP) adalah pengaturan ruang pelabuhan berupa
peruntukan rencana tata guna tanah dan perairan di Daerah Lingkungan Kerja dan
Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan;
25. Badan Usaha Pelabuhan (BUP) adalah badan usaha yang kegiatan usahanya khusus
di bidang pengusahaan terminal dan fasilitas pelabuhan lainnya;
26. Unit Penyelenggara Pelabuhan adalah lembaga pemerintah di pelabuhan sebagai
otoritas yang melaksanakan fungsi pengaturan, pengendalian, pengawasan kegiatan
kepelabuhanan dan pemberian pelayanan jasa kepelabuhanan untuk pelabuhan
yang belum diusahakan secara komersial;
27. Otoritas Pelabuhan adalah lembaga pemerintah di pelabuhan sebagai otoritas yang
melaksanakan fungsi pengaturan, pengendalian, pengawasan kegiatan
kepelabuhanan yang diusahakan secara komersial;
28. Syahbandar adalah pejabat pemerintah di pelabuhan yang diangkat oleh Menteri
dan memiliki kewenangan tertinggi untuk menjalankan dan melakukan pengawasan
terhadap dipenuhinya ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjamin
keselamatan dan keamanan pelayaran;
29. Dirjen adalah Direktur Jenderal Perhubungan Laut;
30. Menteri adalah Menteri Perhubungan.
BAB 2
LINGKUP & TAHAPAN SID PENGERUKAN ALUR PELAYARAN DAN
ATAU KOLAM PELABUHAN
SID Pengerukan Alur Pelayaran dan Kolam Pelabuhan merupakan pekerjaan teknis yang
kegiatannya tediri dari :
1. Survei Data dan Pengolahan Data
Merupakan kegiatan peninjauan dalam rangka pengumpulan data baik primer
maupun sekunder yang terdiri dari survei pendahuluan, survei hidroo-oseanografi
dan hidrografi, serta survei geoteknik.
Survei data dilakukan untuk mengetahui parameter teknis yang akan digunakan
dalam analisis. Data yang dihasilkan dari hasil survei harus diolah dan disajikan
sesuai dengan format yang disajikan dalam pedoman teknis ini.
2. Analisis Permasalahan Alur Pelayaran & Kolam Pelabuhan Eksisting
Terdiri dari identifikasi aspek keselamatan dan keamanan pelayaran yang menjadi
permasalahan di alur pelayaran dan kolam pelabuhan.
3. Perencanaan Pengerukan
Pada alur pelayaran yang telah ditetapkan, maka perencanaan pengerukan dimulai
dari penghitungan volume pengerukan, pemilihan jenis peralatan keruk,
perencanaan jadwal dan biaya pengerukan serta penentuan lokasi buang (dumping
area).
Pada alur pelayaran yang belum ditetapkan, maka perencanaan pengerukan
dimulai dahulu dengan perencanaan dimensi alur pelayaran dan kolam pelabuhan
dan setelah itu dilanjutkan dengan proses seperti pada alur pelayaran yang telah
ditetapkan.
4. Perencanaan Solusi Permasalahan.
Merupakan kegiatan desain solusi permasalahan sedimentasi pada alur pelayaran
dan atau kolam pelabuhan eksisting dengan tujuan meminimalisasi proses
sedimentasi yang terjadi.
2.2. Tahapan Pekerjaan SID Pengerukan Alur Pelayaran dan Kolam Pelabuhan
SID Pengerukan Alur Pelayaran dan Kolam Pelabuhan dilaksanakan dengan tahapan sebagaimana tersaji pada Gambar 1.
Start
Penyusunan
Penyusunan Penyusunan Rancangan
Laporan
Laporan Antara Laporan Akhir
Pendahuluan
(Interim report) (Draft Final Report)
(Inception Report)
Laporan Akhir
Finish
(Final Report)
BAB 3.
SURVEI DAN PENGOLAHAN DATA
3.1.1. Tujuan
Survei pendahuluan merupakan survei awal yang dilakukan konsultan untuk mengetahui
dan memperoleh gambaran pelabuhan, eksistensi alur pelayaran dan kolam pelabuhan
serta data teknis yang akan diperoleh dan digunakan dalam kegiatan selanjutnya.
3. Data fasilitas pelabuhan disajikan dalam tabel dan disertai dengan layout yang jelas
skala dan keteranganya dan dilengkap dengan foto fasilitasnya. Apabila pelabuhan
telah memiliki rencana Induk yang telah ditetapkan (RIP), maka untuk point 1
diganti dengan tabel dan layout pengembangan fasilitas sesuai dengan RIP yang
bersangkutan.
4. Data arus barang, kapal dan penumpang disajikan dalam Gambar 2 yang memuat
tabel seperti di bawah.
5. Apabila pelabuhan telah memiliki rencana Induk yang telah ditetapkan (RIP), maka
untuk point 3 diganti dengan gambar di bawah yang juga sudah mencantumkan
proyeksinya.
Arus Barang
16
14
12
Jumlah (ton)
10
8
6
4
2
0
2001 2002 2003 2004 2005
General Cargo 5 6 7 8 9
Kontainer 2 3 4 5 6
Gambar 3 Format Penyajian Batas Alur Pelayaran Bila Terdapat Penetapan (Ukuran Kertas A3)
Gambar 4 Format Penyajian Batas Alur Pelayaran Bila Belum Terdapat Penetapan (Ukuran Kertas A3)
3. Fasilitas yang berada di alur pelayaran dan atau kolam pelabuhan disajikan dalam
bentuk tabel yang menyajikan sekurang-kurangnya jenis fasilitas (jenis konstruksi) ,
pemilik fasilitas, spesifikasi fasilitas yang memuat perkiraan koordinat, perkiraan
panjang dan perkiraan elevasi seperti contoh yang tersaji pada Tabel 2. Selain
disajikan dalam tabel, maka fasilitas tersebut juga disajikan dalam gambar seperti
contoh yang tersaji pada Gambar 5.
Tabel 2 Format Penyajian Fasilitas di Alur Pelayaran dan atau Kolam Pelabuhan
Spesifikasi
No Jenis Fasilitas Pemilik
Koordinat Panjang (m) Elevasi
Pipa & Kabel Bawah Laut 7°45'35.24"S / 109° 1'1.30"E
1 PT Pertamina 890 0 s/d -18 m LWS
CIB 7°45'07.45"S / 109° 1'6.05"E
Kabel Bawah Laut 7°44'42.72"S / 108°59'30.55"E
2 PT Holcim 811 -21 m LWS
Sodong 7°44'32.34"S / 108°59'55.24"E
Sediment Barrier / Pier 7°43'52.65"S / 108°59'15.56"E Top Elevasi + 2 m
3 PT Pelindo III 600 m
Dam Beton 7°43'41.82"S / 108°59'31.19"E LWS
Gambar 5 Format Penyajian Gambar Fasilitas Penting di Alur Pelayaran (Ukuran Kertas A3)
5. Sistem rute dan tata cara berlalu lintas kapal untuk alur pelayaran yang telah
ditetapkan disajikan dengan cara mengutip sistem rute dan tata cara berlalu lintas
kapal pada SK penetapan laur. Adapun untuk alur pelayaran yang belum ditetapkan
maka disajikan berdasarkan hasil konsultansi dengan syahbandar setempat atau
instansi yang berwenang yang sekurang-kurangnya berisi tentang dermaga/terminal
tujuan dan lokasi kolam putar (turning basin) untuk tiap-tiap jenis kapal terbesar
sebagaimana dimaksud pada Tabel 3.
3.1.3.3. Pengolahan dan Penyajian Data Sekunder Lainnya
1. Peta bathimetri dari Pushidros TNI AL ataupun dari sumber lain digunakan untuk
menjelaskan gambaran umum bathimetri pada alur pelayaran dan kolam
pelabuhan. Data ini digunakan untuk menyajikan resume gambaran umum
bathimetri di alur pelayaran berdasarkan peta Pushidros TNI AL atau hasil survei
bathimetri terdahulu. Resume dijelaskan dalam uraian dan juga peta seperti contoh
yang tersaji pada Gambar 6.
2. Data angin dan gelombang jam-jaman dari instansi yang berwenang diolah
statistiknya dan pada tahap Laporan Pendahuluan disajikan dalam bentuk statistik
dan wind/wave rose tahunan. Statistik angin dikelompokkan dalam rentang interval
sesuai Skala Beaufort dengan format seperti tersaji pada Tabel 4 sedangkan statistik
gelombang dikelompokkan setiap interval 0,5 m dengan format seperti tersaji pada
Tabel 5.
Tabel 4 Format Penyajian Tabel Statistik Angin
Jumlah Kejadian Angin Jam-Jaman (Knot)
Arah Total
1- 3 4- 6 7 - 10 11 - 16 17 - 21 22 - 27 28 - 33 34 - 40 41 - 47 48 - 55 56 - 63 > 64
U
TL
T
TGR
S
BD
BD
BL
Sub Total
Calm (0 - 1) knot
Tidak Terekam
Total
Persentase Kejadian Angin Jam-Jaman (Knot)
Arah Total
1- 3 4- 6 7 - 10 11 - 16 17 - 21 22 - 27 28 - 33 34 - 40 41 - 47 48 - 55 56 - 63 > 64
U % % % % % % % % % % % % %
TL % % % % % % % % % % % % %
T % % % % % % % % % % % % %
TGR % % % % % % % % % % % % %
S % % % % % % % % % % % % %
BD % % % % % % % % % % % % %
BD % % % % % % % % % % % % %
BL % % % % % % % % % % % % %
Sub Total % % % % % % % % % % % % %
Calm (0 - 1) knot %
Tidak Terekam %
Total 100%
3. Data hujan dari instansi yang berwenang disajikan dalam bentuk grafik time series
intensitas hujan sehingga dapat diindentifikasi pola dan besaran hujan bulanan di
tiap tahunnya dengan format seperti contoh yang tersaji pada Gambar 7.
4. Adapun untuk pengambilan sampel air untuk uji sedimen layang (TSS), maka harus
disajikan foto kegiatanya dan sampel hasil surveinya.
pada alur pelayaran dan atau kolam pelabuhan selama periode pengukuran elevasi
muka air (29 hari) dengan sampling interval maksimum 1 jam dan menggunakan alat
ukur arus (current meter).
Pengukuran kecepatan dan arah arus dilakukan pada kedalaman 0.2d, 0.6d, 0.8d
(d=kedalaman perairan saat pengukuran).
3.2.2.3. Survei TSS
Survei TSS dilakukan untuk mendapatkan data TSS dengan secara insitu melalui
pengukuran dengan alat TSS meter yang telah dikalibrasi dengan data hasil uji lab
sample sedimen layang yang telah diambil saat field screen survey.
Pengukuran dilakukan selama 29 hari simultan dengan sampling survei arus dengan
sampling interval maksimum 1 jam.
Jumlah titik survei TSS sekurang-kurangnya sebanyak satu (1) titik yang berada di ujung
alur bagian hulu sebagai input dalam pemodelan sedimentasi untuk pelabuhan yang
berlokasi di dalam sungai dan permasalahan sedimentasi dominan disebabkan dari input
sedimen sungai. Apabila pelabuhan berada di tepi pantai atau diidentifikasi, maka titik
survei TSS ditempatkan di area surf zone di sekitar alur pelayaran.
Titik pengamatan TSS juga dapat ditambahan dengan sifat opsional dilokasi alur
pelayaran / kolam pelabuhan yang mengalami pendangkalan ekstrem sebagai kalibrator
tambahan untuk model sedimentasi.
3.2.2.4. Survei Curah Hujan
Survei curah hujan dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui hubungan antara konsentrasi sedimen tesuspensi (TSS) dengan kondisi
hujan. Hal tersebut didasarkan fakta secara umum bahwa saat curah hujan tinggi
maka perairan akan cenderung keruh atau konsentrasi sedimen tersuspensi (TSS)
akan naik. Data hubungan TSS dan curah hujan merupakan salah satu data pokok
yang akan digunakan dalam pemodelan sedimentasi di alur pelayaran dan kolam
pelabuhan.
2. Meramalkan elevasi muka air sungai dibagian hulu atau di titik EMA, mengingat
pada area tersebut elevasi muka air lebih cenderung dipengaruhi oleh debit sungai
akibat curah hujan bila dibandingkan pasang surut sehingga dapat dikatakan analisis
harmobik pasang susut tidak valid digunakan.
Pengukuran curah hujan dilakukan dengan obro meter yang mana data intensitas hujan
harian harus dicatat dengan interval pencatatan 24 jam dan dilakukan selama 29 hari
atau simultan dengan survei TSS.
Lokasi survei curah hujan berada pada titik lokasi pengamatan TSS di ujung alur
pelayaran bagian hulu.
6. Error hasil analisis juga diplot dalam grafik seperti tersaji pada Gambar 12.
7. Berdasarkan tabel 7 maka dipilih nilai elevasi penting (NEP) dari metode analisis
pasang surut yang menghasilkan nilai error rata-rata terkecil dan selanjutnya NEP
diplot dalam grafik pasang surut untuk tiap-tiap stasiun pengamatan seperti tersaji
pada Gambar 13.
8. Selanjutnya berdasarkan metode terpilih, data pasang surut diramalkan untuk
rentang satu (1) tahun dimulai dari tanggal survei elevasi muka air di lapangan yang
man data tersebut digunakan untuk input pemodelan pada tahap selanjutnya.
9. Hasil peramalan pasang surut selama satu tahun disajikan dengan format grafik
seperti pada Gambar 11 tanpa tanda kondisi spring dan neap.
160
Spring Tide Neap Tide Spring Tide Neap Tide
150
140
130
120
Elevasi Muka Air Terhadap 0 AWLR (cm)
110
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0:00
6:00
0:00
6:00
0:00
6:00
0:00
6:00
0:00
6:00
0:00
6:00
0:00
6:00
0:00
6:00
0:00
6:00
0:00
6:00
0:00
6:00
0:00
6:00
0:00
6:00
0:00
6:00
0:00
6:00
0:00
6:00
0:00
6:00
0:00
6:00
0:00
6:00
0:00
6:00
0:00
6:00
0:00
6:00
0:00
6:00
0:00
6:00
0:00
6:00
0:00
6:00
0:00
6:00
0:00
6:00
0:00
6:00
12:00
18:00
12:00
18:00
12:00
18:00
12:00
18:00
12:00
18:00
12:00
18:00
12:00
18:00
12:00
18:00
12:00
18:00
12:00
18:00
12:00
18:00
12:00
18:00
12:00
18:00
12:00
18:00
12:00
18:00
12:00
18:00
12:00
18:00
12:00
18:00
12:00
18:00
12:00
18:00
12:00
18:00
12:00
18:00
12:00
18:00
12:00
18:00
12:00
18:00
12:00
18:00
12:00
18:00
12:00
18:00
12:00
18:00
20-Aug- 21-Aug- 22-Aug- 23-Aug- 24-Aug- 25-Aug- 26-Aug- 27-Aug- 28-Aug- 29-Aug- 30-Aug- 31-Aug- 1-Sep-17 2-Sep-17 3-Sep-17 4-Sep-17 5-Sep-17 6-Sep-17 7-Sep-17 8-Sep-17 9-Sep-17 10-Sep- 11-Sep- 12-Sep- 13-Sep- 14-Sep- 15-Sep- 16-Sep- 17-Sep-
17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17
Waktu
PS-1 PS-2
AWLR AWLR
70%
65%
60%
55%
50%
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
0:00
7:00
4:00
1:00
8:00
5:00
2:00
9:00
6:00
3:00
0:00
7:00
4:00
1:00
8:00
5:00
2:00
9:00
6:00
3:00
0:00
7:00
4:00
1:00
8:00
5:00
2:00
9:00
6:00
3:00
0:00
7:00
4:00
1:00
8:00
5:00
2:00
9:00
6:00
3:00
0:00
7:00
14:00
21:00
11:00
18:00
15:00
22:00
12:00
19:00
16:00
23:00
13:00
20:00
10:00
17:00
14:00
21:00
11:00
18:00
15:00
22:00
12:00
19:00
16:00
23:00
13:00
20:00
10:00
17:00
14:00
21:00
11:00
18:00
15:00
22:00
12:00
19:00
16:00
23:00
13:00
20:00
10:00
17:00
14:00
21:00
11:00
18:00
15:00
22:00
12:00
19:00
16:00
23:00
13:00
20:00
10:00
17:00
14:00
21:00
5/25/2017 5/26/2017 5/27/2017 5/28/2017 5/29/2017 5/30/2017 5/31/2017 6/1/2017 6/2/2017 6/3/2017 6/4/2017 6/5/2017 6/6/2017 6/7/2017 6/8/2017 6/9/2017 6/10/2017 6/11/2017 6/12/2017 6/13/2017 6/14/2017 6/15/2017 6/16/2017 6/17/2017 6/18/2017 6/19/2017 6/20/2017 6/21/2017 6/22/2017
Waktu
AWLR NAOTIDE ADMIRALTY LEAST SQUARE
140
130
MSL = + 69.62 cm
120
Elevasi Muka Air Terhadap 0 AWLR (cm)
110
100
90
80
70
60
50
40
30
20
LWS = + 12.30 cm
10
0
0:00
7:00
4:00
1:00
8:00
5:00
2:00
9:00
6:00
3:00
0:00
7:00
4:00
1:00
8:00
5:00
2:00
9:00
6:00
3:00
0:00
7:00
4:00
1:00
8:00
5:00
2:00
9:00
6:00
3:00
0:00
7:00
4:00
1:00
8:00
5:00
2:00
9:00
6:00
3:00
0:00
7:00
14:00
21:00
11:00
18:00
15:00
22:00
12:00
19:00
16:00
23:00
13:00
20:00
10:00
17:00
14:00
21:00
11:00
18:00
15:00
22:00
12:00
19:00
16:00
23:00
13:00
20:00
10:00
17:00
14:00
21:00
11:00
18:00
15:00
22:00
12:00
19:00
16:00
23:00
13:00
20:00
10:00
17:00
14:00
21:00
11:00
18:00
15:00
22:00
12:00
19:00
16:00
23:00
13:00
20:00
10:00
17:00
14:00
21:00
5/25/2017 5/26/2017 5/27/2017 5/28/2017 5/29/2017 5/30/2017 5/31/2017 6/1/2017 6/2/2017 6/3/2017 6/4/2017 6/5/2017 6/6/2017 6/7/2017 6/8/2017 6/9/2017 6/10/2017 6/11/2017 6/12/2017 6/13/2017 6/14/2017 6/15/2017 6/16/2017 6/17/2017 6/18/2017 6/19/2017 6/20/2017 6/21/2017 6/22/2017
Waktu
AWLR NAOTIDE ADMIRALTY LEAST SQUARE
2.25
2.00
1.75
1.50
1.25
1.00
0.75
0.50
0.25
0.00
12:00
16:00
20:00
12:00
16:00
20:00
12:00
16:00
20:00
12:00
16:00
20:00
12:00
16:00
20:00
12:00
16:00
20:00
12:00
16:00
20:00
12:00
16:00
20:00
12:00
16:00
20:00
12:00
16:00
20:00
12:00
16:00
20:00
12:00
16:00
20:00
12:00
16:00
20:00
12:00
16:00
20:00
0:00
4:00
8:00
0:00
4:00
8:00
0:00
4:00
8:00
0:00
4:00
8:00
0:00
4:00
8:00
0:00
4:00
8:00
0:00
4:00
8:00
0:00
4:00
8:00
0:00
4:00
8:00
0:00
4:00
8:00
0:00
4:00
8:00
0:00
4:00
8:00
0:00
4:00
8:00
0:00
4:00
8:00
5-Jun-16 6-Jun-16 7-Jun-16 8-Jun-16 9-Jun-16 10-Jun-16 11-Jun-16 12-Jun-16 13-Jun-16 14-Jun-16 15-Jun-16 16-Jun-16 17-Jun-16 18-Jun-16
Waktu
Pasut Arus 0,2 d (m/s) Arus 0,6 d (m/s) Arus 0,8 d (m/s) Arus Rata-Rata (m/s)
(m)
Kelompok Intnsitas
TSS
Hujan BMKG
(kg/m3)
No Jenis Hujan (mm)
Berdasarkan data hujan dari BMKG (lihat sub bab 3.1.3.3) dan Tabel 8 tersebut maka
dapat dibuatkan time series grafik TSS sebagai input model dengan format seperti
contoh pada Gambar 16.
Gambar 16 Format Penyajian Time Seris TSS dari Data Hujan BMKG
Penentuan jalur survei SBP sekurang-kurangnya dilakukan dengan cara sebagi berikut:
1. Pada alur pelayaran one way channel, jalur survei SBP diplot memanjang pada as
alur pelayaran;
2. Pada alur pelayaran two way channel, jalur survei SBP diplot memanjang pada
pertengahan alur pelayaran dari masing-masing arah;
3. Pada kolam pelabuhan, jalur survei SBP diplot memanjang dan melintang;
4. Pada area pendangkalan yang dinilai cukup jauh dari jalur survei SBP baik pada
point 1,2 dan 3, maka jalur survei SBP pada area pendangkalan tersebut diplot
memanjang searah dengan arah alur pelayaran;
5. Area alur pelayaran yang diidentifikasi dari tahap pendahuluan terdapat gangguan
seperti kapal karam atau perbedaan jenis lapisan tanah harus dimasukkan dalam
jalur survei Sub Bottom Profiling (SBP).
3.3.3. Pengolahan dan Penyajian Data Geoteknik
Data geoteknik yang perlu disajikan adalah sebagai berikut:
1. Data bor log di tiap titik survei geoteknik.
2. Data stratifikasi tanah sepanjang alur pelayaran berdasarkan pengolahan data SBP
yang dikorelasikan dengan bor log.
3. Data hasil uji laboratorium mekanika tanah.
BAB 4.
PERENCANAAN ALUR PELAYARAN DAN/ATAU KOLAM PELABUHAN
Desain alur pelayaran dan/atau kolam pelabuhan yang akan dikeruk harus
memperhatikan parameter sebagai berikut:
a. Rencana Induk Pelabuhan (RIP);
b. Kondisi Bathimetri;
c. Kondisi angin di perairan;
d. Arah dan tinggi gelombang pada perairan;
e. Arah dan kecepatan arus di perairan;
f. Ukuran kapal rencana dan rencana manuver yang diperbolehkan;
g. Jumlah lintasan kapal yang melalui alur pelayaran;
h. Kesejajaran alur pelayaran;
i. Kestabilan tanah;
j. Kondisi struktur disekitar alur pelayaran/kolam pelabuhan;
k. Navigasi yang mudah dan aman;
l. Koordinasi dengan instansi terkait.
Pada saat penentuan layout alur pelayaran, lengkungan pada alur pelayaran sedapat
mungkin dihindari, bila terdapat lengkungan maka alur pelayaran di kiri dan kanan as
alur diusahakan berbentuk geometris, di mana alur pelayaran yang melengkung
tersebut membentuk sudut tidak lebih dari tiga puluh derajat (30°), sedangkan jari-jari
kurva lengkungan minimal 4 (empat) kali dari panjang kapal rencana.
4.1. Lebar Alur Pelayaran
Lebar alur pelayaran dihitung berdasarkan Tabel 9.
Tabel 9 Perhitungan Lebar Alur Pelayaran
LEBAR ALUR KETERANGAN
NO JENIS ALUR
PELAYARAN (m)
1 Satu arah L = 2 X B + 30 meter
2 Dua arah
a. Kapal sering berpapasan L = 4 X B + 30 meter
L= Lebar alur
b. Kapal jarang berpapasan L = 3 X B + 30 meter
B= Lebar kapal
3 Dua arah tikungan
a. Kapal sering berpapasan L = 9 X B + 30 meter
b. Kapal jarang berpapasan L = 4 X B + 30 meter
Sumber: Pedoman Teknis Pengerukan Alur Pelayaran dan/atau Kolam Pelabuhan Tahun 2017
Apabila kolam sandar tersebut dikeruk, maka perlu ditambahkan area pengerukan
sebagai clearance area seperti ditunjukkan pada Gambar 17.
a. Kedalaman Alur Pelayaran pada area yang tidak terlindungi (tinggi gelombang
sepanjang tahun > 0 ,5 m) adalah sebagai berikut:
d = D + ∑t
= D + (t1 + t2 + t3 + t4 + t5)
dimana :
d = Kedalaman perairan
D = Draft kapal penuh muatan (full loaded)
Pada rumusan ini, kapal diklasifikasikan berdasarkan panjangnya seperti tersaji
pada Tabel 12.
Tabel 12 Klasifikasi Kapal Berdasarkan Panjang Kapal
KLASIFIKASI LOA (meter)
I > 185
II 185 - 125
III 125-86
IV <86
t1 = Angka keamanan navigasi di bawah lunas kapal yang diakibatkan oleh
keadaan tanah dasar sesuai klasifikasi kapal terhadap (lihat Tabel 13).
BAB 5.
PEMODELAN & ANALISIS NUMERIK
5.3.1. Tujuan
Pemodelan numerik kondisi eksisting alur pelayaran dan atau kolam pelabuhan
(selanjutnya disebut dengan “pemodelan eksisting”) dilakukan dalam rangka
kalibrasi model yang merupakan faktor terpenting dalam SID Pengerukan Alur
Pelayaran dan Kolam Pelabuhan guna mengetahui tingkat keakuratan model
sehingga diperoleh hasil studi secara akurat.
0.68
0.60
0.53
0.45
0.38
0.30
0.23
0.15
0.08
0.00
00:00
04:00
08:00
12:00
16:00
20:00
00:00
04:00
08:00
12:00
16:00
20:00
00:00
04:00
08;00
12:00
16:00
20:00
00:00
04:00
08;00
12:00
16:00
20:00
00:00
04:00
08;00
12:00
16:00
20:00
00:00
04:00
08;00
12:00
16:00
20:00
00:00
04:00
08:00
12:00
16:00
20:00
00:00
04:00
08:00
12:00
16:00
20:00
00:00
04:00
08;00
12:00
16:00
20:00
00:00
04:00
08;00
12:00
16:00
20:00
00:00
04:00
08;00
12:00
16:00
20:00
00:00
04:00
08;00
12:00
16:00
20:00
00:00
04:00
08:00
12:00
16:00
20:00
00:00
04:00
08:00
12:00
5-Jun-16 6-Jun-16 7-Jun-16 8-Jun-16 9-Jun-16 10-Jun-16 11-Jun-16 12-Jun-16 13-Jun-16 14-Jun-16 15-Jun-16 16-Jun-16 17-Jun-16 18-Jun-16
Waktu
Arus Rata-Rata HN 2
0,65
0,59
0,52
0,46
Pendangkalan (m)
0,39
0,33
0,26
0,20
0,13
0,07
0,00
0 Jan 180 Feb 360 Mar 540 Apr 720 Mei 900 Jun 1080 Jul 1260 Aug 1440 Sep 1620 Okt 1800 Nov 1980 Des 2160
Waktu
Eksisting Skenario 1 Skenario 2
Gambar 20 Format Contoh Penyajian Laju Sedimentasi Tiap Titik Berdasar Alternatif Solusi
BAB 6.
PERENCANAAN PENGERUKAN
BAB 7.
JADWAL PEKERJAAN, PERALATAN DAN PERSONEL
7.1. Umum
Guna mengakomodir terlaksananya spesifikasi pekerjaan sebagaimana telah
dijelaskan pada sub bab sebelumnya, maka jadwal pelaksanaan SID Pengerukan Alur
Pelayaran dan Kolam Pelabuhan Pekerjaan dapat direncanakan seperti tersaji pada
Tabel 17.
Adapun untuk jadwal personel dan peralatan yang digunakan mengikuti Tabel 18
dan19.
Tabel 17 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan SID Pengerukan Alur Pelayaran dan Kolam Pelabuhan
Tahap Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sept Okt Nov
No. Jenis Kegiatan
Kegiatan 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
2 Survei Pendahuluan
Pengolahan Data Survei
3
PENDAHULUAN Pendahuluan
4 Peny. Lap. Pendahuluan
5 Diskusi Lap. Pendahuluan
6 Survei Hidro-Oseanografi
7 Survei Bathimetri
Pengolahan Hidro-Oseanografi &
8 INTERIM Bathi
9 Peny. Lap. Antara/ Interim
10 Diskusi Lap. Antara/ Interim
11 Survei Geoteknik
Uji Lab & Pengolahan data
12 Geoteknik
13 DRAFT FINAL Permodelan Kondisi Eksisting
14 Permodelan Kondisi Solusi
15 Peny. Lap.Draft Final
16 Diskusi Lap. Draft Final
17 Perbaikan Lap. Final
FINAL
18 Penyerahan Lap. Final
Tabel 18 Jadwal Penugasan Personel Pekerjaan SID Pengerukan Alur Pelayaran & Kolam Pelabuhan
JENIS PERSONIL Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sept Okt Nov
No. PERSYARATAN
(Jlh/ Man month) 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Team Leader
1 (1 org 6 bln)
Ahli Kelautan
2 (1 org 3 bln)
Ahli Geodesi
3 (1 org 2 bln)
Ahli Pengerukan
4 (1 org 1 bln)
Bor Master
5 (1 org 1 bln)
Surveyor
7 (3 org 1 bln)
Laborant/ Technician
8 (1 org 1 bln)
CAD Operator/
9 Drafter
(1 org 3 bln)
Software
10 Implementer
(1 org 2 bln)
Admin/
11 Comp. Operator
(1 org 4 bln)
Tabel 19 Jadwal Penggunaan Alat Pekerjaan SID Pengerukan Alur Pelayaran & Kolam Pelabuhan
Tahap Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sept Okt Nov
No. Jenis Kegiatan
Kegiatan 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
BAB 8.
PENYUSUNAN HASIL PEKERJAAN
8.1. Umum
Hasil pekerjaan SID Pengerukan Alur Pelayaran dan/atau Kolam Pelabuhan terdiri
dari beberapa jenis yaitu sebagai berikut:
8.2. Laporan
8.2.1. Tahapan Laporan
Laporan hasil pekerjaan SID Pengerukan Alur Pelayaran dan/atau Kolam Pelabuhan
diserahkan kepada Pemberi Kerja dalam bentuk hardcopy (buku) dan softcopy
(external harddisk) serta disusun sesuai dengan tahapan pekerjaan yang terbagi
menjadi sebagai berikut:
1. Laporan Pendahuluan atau Inception Report, merupakan laporan awal yang
difokuskan untuk menyampaikan hasil identifikasi terhadap semua kondisi dan
permasalahan alur pelayaran dan kolam pelabuhan di lapangan. Laporan
Pendahuluan disusun dalam kertas A4 dengan susunan laporan seperti tersaji
pada Lampiran B.
2. Laporan Antara atau Interim Report, merupakan laporan yang berisi hasil survei
hidrooseanografi dan survei bathimetri, hasil pemodelan awal beserta
analisisnya untuk menentukan rencana survei geoteknik. Laporan Interim
disusun dalam kertas A4 dengan susunan laporan seperti tersaji pada Lampiran
C.
3. Rancangan Laporan Akhir atau Draft Final Report, merupakan laporan yang
seyogyanya dapat menggambarkan seluruh pekerjaan dari tahap awal sampai
akhir. Laporan ini berisi semua identifikasi yang ada di laporan pendahuluan,
data teknis yang telah dikumpulkan dan dianalisis dari tahap-tahap sebelumnya
dan juga hasil survei survei geoteknik, pemodelan kondisi eksisting, pemodelan
kondisi solusi serta perencanaan pengerukan. Laporan Draft Final disusun dalam
kertas A4 dengan susunan laporan seperti tersaji pada Lampiran D.
4. Laporan Akhir atau Final Report, merupakan penyempurnaan dari Rancangan
Laporan Akhir atau Draft Final Report yang terdiri dari beberapa jenis sebagai
berikut:
a) Laporan Final, disusun dalam kertas A4 dengan susunan laporan seperti
tersaji pada Lampiran D (karena merupakan penyempurnaan Rancangan
Laporan Akhir atau Draft Final Report);
b) Laporan Final Survei disusun dalam kertas A4 dengan susunan laporan seperti
tersaji pada Lampiran E;
c) Ringkasan Eksekutif atau Executive Summary disusun dalam kertas B5 dengan
susunan laporan seperti tersaji pada Lampiran F;
7. Gambar : size 11, tulisan dan nomor gambar tebal, uraian gambar
normal dengan huruf awal kapital kecuali kata sambung,
2. Footer : size 10, tebal & miring , single, before 0 pt, after 0 pt,
rata kiri, bergaris atas rangkap 2 1 berukuran 2 pt, margin
footer 1,5 cm.
Format footer :
Kementerian Perhubungan
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Direktorat Kepelabuhanan
e) Pada alur pelayaran yang cukup panjang dan terjadi perbedaan tunggang
pasang surut yang cukup signifikan antara titik pengukuran pasang surut,
maka pada kolom legenda diberi sketsa NEP pasang surut yang mewakili dan
benchmark (BM) yang terdekat.
2. Softcopy:
a) Softcopy dari poin 1 dalam file berekstensi “dwg” atau “dxf”.
b) Softcopy dari poin 1 dalam file berekstensi “pdf”.
LAMPIRAN A
PANDUAN PELAKSANAAN SURVEI HIDROGRAFI
20 cm
BM _
_ _0 _ _ ‘_ _,_ _ “ BT
_ _0 _ _ ‘_ _,_ _ “ L_
20 cm
X:_____________
Y:_____________
Z : + _ _,_ _ m LWS
6. Orde jaringan yang dipersyaratkan adalah orde 0 yang mana dapat diperoleh
melalui mekanisme sebagaimana disyaratkan pada Tabel A;
7. Apabila kondisi lapangan tidak memungkinkan untuk pengamatan dengan orde
jaringan 0, maka berdasarkan Tabel A dapat dilakukan pengamatan dengan orde
1,2,3 atau 4 namun nilai koordinat BM hasil pengamatan tersebut harus dikoreksi
terhadap koordinat dua (2) BM terdekat yang secara kontinyu atau terus-
menerus diamati oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) atau disebut CORS
(Continuously Operating Reference Station) yang memiliki orde 00. Hal ini sesuai
dengan aturan sesuai aturan IHO & SNI No. 7646 Tahun 2010.
Tabel A1 Mekanisme Pengamatan Koordinat BM Berdasarkan Orde Jaringan
Orde Jaringan
00 0 1 2 3 4
Metode GPS Survey Survey Survey Survey Survey
Pengamatan Kontinyu GPS GPS GPS GPS GPS
Lama
Kontinyu 24 jam 6 jam 2 jam 1 jam 0.25 jam
Pengamatan
Moda Jaring
Jaring Jaring Jaring Jaring Radial
Pengamatan Tetap
Interval
pengamatan 30 30 30 15 15 15
(detik)
Berisikan pengantar dari Penyedia Jasa pekerjaan mengenai laporan pendahuluan yang
dilengkapi dengan lokasi dan tanggal penyerahan laporan pendahuluan sesuai jadwal pekerjaan.
Pada bagian bawah juga dilengkapi dengan tandatangan dari Direktur Perusahaan Penyedia Jasa
atau Team Leader pekerjaan.
6.1. Kesimpulan
Berisikan poin – poin inti dari pembahasan sebelumnya yang memberikan gambaran pada
tiap bagian penting dari hasil pengumpulan data, kondisi eksisting fasilitas daratan dan
perairan pelabuhan, field screen survei, analisa terhadap kondisi sedimentasi pada Alur
Pelayaran/ Kolam Pelabuhan.
6.2. Tanggapan Terhadap KAK
Berisikan tanggapan dari konsultan terhadap KAK yang telah ada.
KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................1
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................................1
4.1 Review Layout Alur Pelayaran / Kolam Pelabuhan Sesuai Penetapan ........................................1
4.1 Penentuan Kapal Untuk Desain Pengerukan ................................................................................1
4.2. Dimensi Desain Pengerukan Alur Pelayaran dan Kolam Pelabuhan............................................1
4.3 Layout Pengerukan Alur Pelayaran / Kolam Pelabuhan Hasil Desain .........................................1
BAB 5 KESIMPULAN DAN TANGGAPAN TERHADAP KAK ...........................................1
5.1 Kesimpulan...................................................................................................................................1
5.2 Tanggapan Terhadap KAK...........................................................................................................1
5.1 Kesimpulan
Berisikan poin – poin pokok dari pembahasan dari BAB 1 sampai BAB 4 meliputi hasil
dari pelaksanaa survey, hubungan tiap parameter survei, serta perencanaan alur
pelayaran.
5.2 Tanggapan Terhadap KAK
Tanggapan konsultan terhadap KAK kepada pemberi kerja.
9.1 Kesimpulan
Berisikan poin kesimpulan dari hasil SID pengerukan Alur Pelayaran/Kolam Pelabuhan.
9.2 Tanggapan Terhadap KAK
Tanggapan konsultan terhadap KAK kepada pemberi kerja.
LAMPIRAN A
Berita Acara Pelaksanaan Survei Lapangan
3.2 Survei dan Hasil Analisis Pasang Surut Serta Pemasangan BM ...............................3
2.1 Umum
Berisikan penjelasan tentang gambaran umum survey yang dilakukan.
4.1 Kesimpulan
Berisikan poin – poin pokok dari pembahasan dari BAB 1 sampai BAB 4 meliputi hasil
dari pelaksanaa survey, hubungan tiap parameter survei, serta perencanaan alur
pelayaran.
4.2 Tanggapan Terhadap KAK
Tanggapan konsultan terhadap KAK kepada pemberi kerja.
Kementerian Perhubungan
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Direktorat Kepelabuhanan
DAFTAR ISI
Daftar isi disajikan dalam bentuk tabel dengan urutan seperti pada tabel di bawah dan selanjutnya maisng-masing gambar disusun sesuai
urutannya sesuai daftar isi.
Daftar Isi
Format kop gambar dan cross section dibuat dengan skala serta informasi yang cukup jelas seperti gambar contoh di bawah.
Berisikan pengantar dari Penyedia Jasa pekerjaan mengenai dokumen rencana anggaran biaya
dan jadwal pekerjaan yang dilengkapi dengan lokasi dan tanggal penyerahan dokumen
rencana anggaran biaya dan jadwal pekerjaan sesuai jadwal pekerjaan.
Pada bagian bawah juga dilengkapi dengan tandatangan dari Direktur Perusahaan Penyedia
Jasa atau Team Leader pekerjaan.
1.1 Umum
Berisikan jadwal rencana pekerjaan yang disusun berdasarkan metode dan volem
pengerukan.
2.1 Umum
Rekapitulasi rencana anggaran biaya pelaksanaan fisik pekerjaan SID Pengerukan Alur
dihitung berdasarkan jadwal pekerjaan, volume pekerjaan serta analisis harga satuan
dengan acuan Peraturan Menteri Perhubungan yang berlaku tentang Standar Biaya di
Lingkungan Kementerian Perhubungan.
Berisikan pengantar dari Penyedia Jasa pekerjaan mengenai dokumen Bill of Quantity,
Spesifikasi Teknis serta Rencana Kerja dan Syarat yang dilengkapi dengan lokasi dan tanggal
penyerahan dokumen rencana anggaran biaya dan jadwal pekerjaan sesuai jadwal pekerjaan.
Pada bagian bawah juga dilengkapi dengan tandatangan dari Direktur Perusahaan Penyedia
Jasa atau Team Leader pekerjaan.
1.16 Laporan....................................................................................................................2
1.8.2 Perlengkapan
Sudah cukup jelas.
1.8.2 Gambar
Sudah cukup jelas.
1.16 Laporan
1.16.1 Laporan Harian
Sudah cukup jelas.