JUDUL
DIREKTORAT KEPELABUHANAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
2017
Direktorat Kepelabuhanan Page 1 of 50
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan 2017
Pedoman Teknis Pengerukan Alur Pelayaran Dan/Atau Kolam Pelabuhan
DAFTAR ISI
JUDUL 1
DAFTAR ISI ................................................................................................................ 2
DAFTAR TABEL........................................................................................................... 4
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................. 5
1.1 Dasar Hukum..................................................................................................... 5
1.2 Latar Belakang................................................................................................... 6
1.3 Ruang Lingkup ................................................................................................... 6
1.4 Maksud Dan Tujuan .......................................................................................... 6
1.5 Ketentuan Umum.............................................................................................. 7
BAB 2 PERENCANAAN PENGERUKAN ......................................................................10
2.1 Keselamatan Pelayaran Dalam Tahap Perencanaan Pengerukan .................. 10
2.2 Jenis Pengerukan Alur Pelayaran & Kolam Pelabuhan ................................... 10
2.3 Tahapan Perencanaan Pengerukan ................................................................ 10
2.3.1 Survei Pendahuluan ........................................................................................ 10
2.3.2 Survei Hidrooseanografi ................................................................................. 11
2.3.3 Survei Geoteknik ............................................................................................. 14
2.3.4 Desain Alur Pelayaran dan Kolam Pelabuhan ................................................. 14
2.3.5 Kajian Sedimentasi dan Kestabilan Slope Pengerukan ................................... 18
2.3.5.1 Kajian Sedimentasi .......................................................................................... 18
2.3.5.2 Kajian Kestabilan Slope Alur pelayaran dan/atau kolam pelabuhan .............. 19
2.4 Metode Pengerukan ....................................................................................... 19
2.5 Pemilihan Alat Keruk ....................................................................................... 19
2.6 Kelestarian Lingkungan ................................................................................... 22
2.7 Perhitungan Volume Pengerukan ................................................................... 22
2.8 Perhitungan Rencana Anggaran Biaya Pengerukan ....................................... 23
BAB 3 PERIZINAN ...................................................................................................24
3.1 Pemberian Surat Izin Kerja Keruk (SIKK) ......................................................... 24
3.2 Persyaratan Surat Izin Kerja Keruk (SIKK) ....................................................... 24
3.3 Flowchart Surat Izin Kerja Keruk (SIKK) .......................................................... 24
BAB 4 PELAKSANAAN PENGERUKAN.......................................................................25
4.1 Pelaksanaan Pekerjaan ................................................................................... 25
4.1. Peralatan Kerja ................................................................................................ 26
4.2 Jadwal Pengerukan ......................................................................................... 27
4.3 Pemeruman (Sounding) .................................................................................. 28
4.4 Pengukuran Volume Keruk dan Desain .......................................................... 29
4.5 Lokasi Pembuangan (Dumping Area).............................................................. 29
4.6 Kewajiban Pelaksana Pengerukan .................................................................. 30
Direktorat Kepelabuhanan Page 2 of 50
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan 2017
Pedoman Teknis Pengerukan Alur Pelayaran Dan/Atau Kolam Pelabuhan
DAFTAR TABEL
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
PERENCANAAN PENGERUKAN
2. Survei arus.
a. Survei arus dilakukan dengan cara mengukur kecepatan dan arah arus di
perairan dengan menggunakan alat ukur arus (current meter).
b. Pengukuran kecepatan dan arah arus dilakukan pada kedalaman 0.2d, 0.6d,
0.8d (d=kedalaman perairan saat pengukuran.
c. Arus rata-rata di lokasi titik survei arus dihitung dengan rumus :
V = 0.25 (V0.2d+ 2xV 0.6d+V 0.8d)
dimana :
V = kecepatan arus
d = kedalaman lokasi pengamatan arus
3. Survei salinitas.
a. Survei salinitas bertujuan mengukur besarnya salinitas di perairan pada
kedalaman 0.2d, 0.6d, 0.8d (d=kedalaman perairan saat pengukuran).
b. Pengukuran salinitas dilakukan dengan menggunakan salinity meter yang
telah dikalibrasi di lapangan dengan cairan standar.
4. Survei konsentrasi sedimen tersuspensi atau total suspended solid (TSS).
a. Survei TSS bertujuan mengukur besarnya TSS di perairan pada kedalaman
0.2d, 0.6d, 0.8d (d=kedalaman perairan saat pengukuran).
b. Pengukuran TSS dilakukan dengan menggunakan TSS meter yang telah
dikalibrasi terhadap setengah sample air yang telah diambil saat survei
pendahuluan dan diketahui kadar TSSnya dari uji laboratorium.
5. Pengambilan sample dan uji laboratorium sedimen dasar.
a. Pengambilan sample sedimen dasar dilakukan dengan bottom grabber.
b. Sample sedimen dasar diuji di laboratorium untuk mengetahui material
properties dan kurva gradasi butir sedimen.
6. Survei bathimetri.
a. Survei bathimetri dilakukan dengan cara sounding atau cara optik (laser
airborne bathymetry) dan dilakukan dalam periode survei pasang surut.
b. Saat survei bathimetri berlangsung, pembacaan elevasi pasang muka air
pada rambu ukur survei pasang surut dilakukan setiap 10 menit.
c. Hasil dari survei bathimetri berupa data kedalaman perairan yang terdiri
dari posisi horizantal (x,y) dan elevasi (z).
d. Posisi horizonal dari data kedalaman diikatkan terhadap BM dengan
menggunakan global positioning system (GPS).
dimana :
d = Kedalaman perairan
D = Draft kapal penuh muatan (full loaded)
Ak ≥ π x (Dm/4)2
3. Penentuan tipe alat keruk digunakan untuk mendapatkan kepastian bahwa alat
keruk dapat bekerja dengan maskimal saat pelaksanaan pengerukan dengan
memperhatikan parameter sebagai berikut:
a. jenis material keruk;
b. kedalaman awal lokasi pengerukan;
c. kedalaman rencana / design depth pengerukan;
d. kecepatan arus melintang maksimum di lokasi pengerukan;
e. tinggi gelombang di lokasi pengerukan;
f. kepadatan lalu-lintas kapal di lokasi pengerukan.
4. Matrik pemilihan tipe alat keruk tersaji pada Tabel 0-8.
5. Penentuan kapasitas alat keruk digunakan untuk mencapai efektifitas
pelaksanaan dan optimalisasi biaya pengerukan dengan memperhatikan
parameter sebagai berikut:
a. volume pengerukan;
b. volume tampung & produktifitas alat keruk;
c. jarak dumping area;
d. kecepatan peralatan dalam menempuh dumping area;
e. parameter opsional lainnya seperti pemilihan alat keruk berdasarkan
tingkat akurasi vertikal dan horizontal pada berbagai kondisi.
6. Hasil dari analisis pemilihan alat keruk ini sekurang-kurangnya berupa
ditentukannya tipe alat keruk dan jumlah peralatan yang akan digunakan.
Sumber : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
BAB 3
PERIZINAN
Sedangkan untuk pekerjaan pengerukan yang dilakukan oleh Pemerintah atau Pemerintah
Daerah harus memenuhi persyaratan antara lain sebagai berikut :
1. Data Teknis;
2. Lokasi Pembuangan Material (Dumping Area);
3. Hasil studi analisis mengenai dampak lingkungan hidup terkait lokasi kerja keruk dan
lokasi pembuangan material keruk (dumping area).
Checklist kelengkapan persyaratan yang harus dipenuhi (Lampiran II).
BAB 4
PELAKSANAAN PENGERUKAN
5. Kontraktor pelaksana menjamin ketersediaan alat keruk baik alat keruk cadangan atau
pengganti jika peralatan keruk yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan
mengalami kerusakan, sehingga tidak menggangu pelaksanaan pekerjaan.
6. Kontraktor pelaksana pekerjaan wajib melakukan uji coba pengerukan untuk
membuktikan kehandalan peralatan keruk sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam
kontrak.
7. Selama kapal keruk bekerja, harus diprioritaskan kapal-kapal yang akan berangkat dari
atau menuju ke pelabuhan setempat, sehingga dapat berada atau melintas di kolam
pelabuhan atau alur pelayaran dengan lancar dan aman.
8. Material hasil keruk harus dibuang pada tempat yang telah ditentukan oleh pemberi
tugas yang telah direkomendasikan oleh Syahbandar setempat.
9. Kontraktor pelaksana diberi kebebasan untuk memilih metode kerja yang diinginkan
dalam melaksanakan pekerjaan ini dan melampirkan metode kerja tersebut pada
surat penawaran.
10. Kontraktor pelaksana wajib menyediakan dan memasang sarana navigasi/rambu-
rambu yang diperlukan selama pekerjaan pengerukan berlangsung, sesuai dengan
peraturan-peraturan/ketentuan-ketentuan yang berlaku, demikian pula pada daerah
pembuangan (dumping area).
11. Kontraktor pelaksana bertanggung jawab atas kerusakan yang terjadi akibat
kelalaian/kecerobohan atau kesalahan pelaksanaan pekerjaan.
12. Melaksanaan mobilisasi dan demobilisasi peralatan utama serta personel administrasi
yang terkait dengan pekerjaan.
13. Data - data berikut ini harus disiapkan oleh pemberi tugas dan diketahui oleh
konsultan pengawas dan kontraktor pelaksana, yaitu : (tambahan)
a. Gambar/peta situasi yang merupakan rencana pengerukan, meliputi areal keruk,
jarak terhadap bangunan sekitarnya dan kedalamannya;
b. Gambar-gambar konstruksi bangunan di sekitar daerah keruk;
c. Peta Bathimetri (predredge sounding) skala 1 : 2.500 untuk area alur pelayaran dan
skala 1 : 1.000 untuk area kolam pelabuhan;
d. Posisi pembuangan hasil pengerukan (dumping area) harus diberikan tanda yang
dapat dilihat baik siang/malam hari;
e. Potongan-potongan melintang yang dapat menunjukkan dimensi profil kemiringan
tepian (slide–slope), kontur dan pengaruhnya terhadap bangunan sekitar.
2.2. Peralatan Kerja
1. Peralatan kapal keruk yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaan adalah sesuai
dengan jenis dan kapasitas yang telah ditentukan dalam perencanaan pekerjaan.
2. Kapal keruk dan alat bantunya wajib berada dan siap beroperasi di lokasi kerja paling
lambat 30 (tiga puluh) hari setelah diterbitkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
3. Dalam hal kapal keruk tidak berada di lokasi kerja paling lambat 30 (tiga puluh) hari
maka akan mengikuti ketentuan yang terdapat dalam klausul kontrak kritis.
4. Kontraktor pelaksana dapat mengganti peralatan keruk yang sudah disepakati di
dalam kontrak setelah mendapatkan persetujuan dari pemberi tugas.
5. Kontraktor pelaksana diizinkan apabila dalam melaksanakan pekerjaan bermaksud
ingin menambah jumlah peralatan untuk meningkatkan kapasitas pengerukan guna
mempercepat penyelesaian pekerjaan dari yang telah ditentukan pemberi tugas, di
mana untuk penambahan peralatan tersebut tidak diadakan penambahan biaya.
6. Kontraktor pelaksana harus menyiapkan instrumen survei minimal untuk pemeruman
selama pelaksanaan pengerukan, antara lain sebagai berikut :
a. 1 (satu) unit survey boat;
b. 1 (satu) unit Echosounder;
c. 2 (dua) unit handy talky;
d. 1 (satu) set Theodolite;
e. 1 (satu) unit DGPS;
f. 1 (satu) set peralatan gambar.
7. Kontraktor pelaksana harus menjamin kondisi peralatan yang dipergunakan selalu
berada dalam kondisi baik sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan pengerukan tidak
terjadi kerusakan-kerusakan yang dapat menghambat pelaksanaan pekerjaan.
8. Dalam hal terjadi kerusakan pada peralatan/perlengkapan, maka kontraktor
pelaksana wajib segera mengatasinya atau mengganti peralatan/perlengkapan
tersebut tanpa menimbulkan hambatan-hambatan kerja.ambahan)
6. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan adalah suatu kurun waktu tertentu yang telah
disepakati, mencakup waktu mobilisasi alat, waktu pelaksanaan pengerukan dan
waktu pelaksanaan pemeruman.
2. Lokasi pembuangan material keruk yang lokasinya di perairan, dibuang pada jarak
12 (dua belas) mil dari garis pantai dan/atau pada kedalaman lebih dari 20 (dua puluh)
meter setelah dilakukan studi lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
3. Tempat pembuangan material keruk di darat harus mendapat persetujuan dari
pemerintah daerah setempat dan instansi yang berwenang.
BAB 5
PENGAWASAN PENGERUKAN
LAMPIRAN
Lampiran 1
Tabel L1-1 Persyaratan Surat Izin Kerja Keruk (SIKK)
A. Persyaratan Administrasi
1. Akte Pendirian Perusahaan Apabila ada perubahan terhadap
(Fotokopi) Akte Pendirian Perusahaan harus
disampaikan juga Akte Perubahan
terakhir
2. Nomor Pokok Wajib Pajak Jelas
(Fotokopi)
B. Persyaratan Teknis
1. Lokasi / area yang akan dikeruk & Lokasi koordinat geografis paling
tempat pembuangan (dumping sedikit 4 (empat) titik diplot pada
area) diplot pada peta laut serta Peta Laut yang diterbitkan Dishidros
dilengkapi dengan koordinat TNI AL
geografis dan disetujui oleh Otoritas
Pelabuhan atau Unit Penyelenggara
Pelabuhan
Lampiran 2
Tabel L1-2. Checklist Persyaratan Untuk Pengajuan Permohonan Izin Kerja Keruk Yang
Dikerjakan Oleh Pemerintah Dan Pemerintah Daerah
TIDAK
NO. PERSYARATAN ADA KETERANGAN
ADA
A. Persyaratan Administrasi
1. DIPA Satker
Lampiran 3
Lampiran 4
Deskripsi Jenis alat keruk dapat dideskripsikan antara lain adalah di bawah ini.
1. Cutter Suction Dredger (CSD)
Backhoe Dredger
3. Grab Dredger
4. Backhoe Dredger
6. Dipper Dredger
10. Kemungkinan kombinasi suction dredger dan alat transport material ke area
pembuangan.
11. Kemungkinan Kombinasi Pengerukan Mekanikal dan alat transport material ke area
pembuangan.
Lampiran 5.
Berikut ini disajikan contoh analisis perhitungan siklus kerja keruk guna memperkirakan produktifitas pekerjaan pengerukan serta
memperkirakan jadwal pelaksanaan pengerukan seperti tersaji pada Tabel L5-1.
Analisis perhitungan siklus kerja keruk pada Tabel L5-1 tersebut dapat berubah nilai input dan formulasi perhitungan di dalamnya
bergantung pada metodologi pengerukan yang akan digunakan.
Tabel L5-1 Contoh Analisis Perhitungan Siklus Kerja Kerja Keruk dan Perkiraan Jadwal Pengerukan
Waktu
Kecepatan Jarak DA Jarak DA
Kapasitas Kadar Kapasitas Off Loading + Kecepatan
Saat ke Spot ke Spot
Jenis Kapal Keruk Hopper Sedimen Keruk Slurry Loading Unloading Saat Isi
Kosong Terdekat Terdekat
(m3) dalam Slurry (m3/jam) Time (jam) per Siklus (knot)
(knot) (km) (Nm)
(jam)
Kapal Keruk TSHD 2000 2000 60% 7780 0.75 1.161 6 7 10 5.400
Jarak
Jarak DA ke Waktu Waktu Rerata
Terhadap Panjang Volume Jumlah Waktu Waktu / Jumlah Produktifitas
No Spot Buang Buang Waktu
Nama Spot Spot Spot Keruk Spot Siklus Keruk Spot Siklus Siklus / / Hari
Spot Pengerukan Terpendek Terpanjang Buang
Sebelumnya (Nm) (m3) Diperlukan (jam) (jam) Hari (m3)
(Nm) (jam) (jam) (jam)
(Nm)
1 Volume 1 (CR-0+000 s/d CR-1+900) 0 5.400 1.080 221,710 111 1.67 2.01 1.84 332.97 3.00 8.00 16,001.41
2 Volume 2 (CR-2+000 s/d CR-3+900) 0 6.479 1.080 191,216 96 2.01 2.34 2.17 320.06 3.33 7.20 14,397.14
3 Volume 3 (CR-4+000 s/d CR-5+900) 0 7.559 1.080 39,333 20 2.34 2.67 2.51 73.37 3.67 6.54 13,085.25
4 Volume 4 (CR-6+000 s/d CR-6+800) 0 8.639 0.432 47,512 24 2.67 2.81 2.74 93.65 3.90 6.15 12,300.64
Total Waktu Pindah Antar Spot (jam) 0 Total Waktu Keruk Spot (jam) 820.05
Total Waktu Pengerukan (jam) 820
Waktu Kerja Harian (jam) 24
Total Waktu Efektif Pengerukan (hari) 35
Perawatan,Bunker dan Sounding (hari) 12
Total Waktu Efektif Pengerukan (hari) 47
Berdasarkan Tabel L5-1 tersebut, maka diketahui bahwa total waktu pengerukan yang diperlukan adalah 47 hari kalender. Adapun
formulasi perhitungan dari Tabel L5-1 dalam spread sheet ditunjukkan oleh Tabel L5-2.
Cell warna hijau menunjukkan nilai input perhitungan yang harus diketahui dan dimasukkan dalam tabel.
Tabel L5-2 Formulasi Perhitungan Siklus Kerja Kerja Keruk dan Perkiraan Jadwal Pengerukan
Jarak DA ke Jarak DA
Kadar Waktu Loading + Unloading per Kecepatan Saat
Kapasitas Keruk Slurry Off Loading Time Kecepatan Saat Isi Spot ke Spot
Jenis Kapal Keruk Kapasitas Hopper (m3) Sedimen Siklus Kosong
(m3/jam) (jam) (knot) Terdekat Terdekat
dalam Slurry (jam) (knot)
(km) (Nm)
Kapal Keruk TSHD 2000 2000 0.6 7780 =45/60 =F4/H4*(1+G4)+I4 6 7 10 =N4/1.852
Jarak
Jarak DA ke
Terhadap Waktu Buang Rerata Waktu Waktu / Jumlah Produktifita
No Spot Panjang Spot Volume Keruk Jumlah Siklus Waktu Buang Terpanjang Waktu Keruk Spot
Nama Spot Spot Terpendek Buang Siklus Siklus / s / Hari
Spot Pengerukan (Nm) Spot (m3) Diperlukan (jam) (jam)
Sebelumnya (jam) (jam) (jam) Hari (m3)
(Nm)
(Nm)
1 Volume 1 (CR-0+000 s/d CR-1+900) 0 =O4 =(20*100)*0.000539957 221710.471395 =ROUNDUP(G7/$F$4,0) =E7/$K$4+E7/$L$4 =(E7+F7)/$K$4+(E7+F7)/$L$4 =AVERAGE(I7:J7) =H7*($J$4+K7) =($J$4+K7) =24/N7 =$F$4*O7
2 Volume 2 (CR-2+000 s/d CR-3+900) 0 =E7+F7+D8 =(20*100)*0.000539957 191215.5 =ROUNDUP(G8/$F$4,0) =E8/$K$4+E8/$L$4 =(E8+F8)/$K$4+(E8+F8)/$L$4 =AVERAGE(I8:J8) =H8*($J$4+K8) =($J$4+K8) =24/N8 =$F$4*O8
3 Volume 3 (CR-4+000 s/d CR-5+900) 0 =E8+F8+D9 =(20*100)*0.000539957 39332.6615 =ROUNDUP(G9/$F$4,0) =E9/$K$4+E9/$L$4 =(E9+F9)/$K$4+(E9+F9)/$L$4 =AVERAGE(I9:J9) =H9*($J$4+K9) =($J$4+K9) =24/N9 =$F$4*O9
4 Volume 4 (CR-6+000 s/d CR-6+800) 0 =E9+D10+F9 =(8*100)*0.000539957 47511.6134 =ROUNDUP(G10/$F$4,0) =E10/$K$4+E10/$L$4 =(E10+F10)/$K$4+(E10+F10)/$L$4 =AVERAGE(I10:J10) =H10*($J$4+K10) =($J$4+K10) =24/N10 =$F$4*O10
Total Waktu Pindah Antar Spot (jam) 0 Total Waktu Keruk Spot (jam) =SUM(L7:L10)
Total Waktu Pengerukan (jam) =SUM(D11,L11)
Waktu Kerja Harian (jam) 24
Total Waktu Efektif Pengerukan (hari) =ROUNDUP(L12/L13,0)
Perawatan,Bunker dan Sounding (hari) 12
Total Waktu Efektif Pengerukan (hari) =L14+L15
Note: Pada panjang spot, maka formulasi (20*100)* 0.000539957 menunjukkan bahwa spot pengerukan dimaksud terdapat 20 cross
section pengerukan alur dengan jarak antar cross section adalah 100 m, sedangkan 0.000539957 adalah konversi dari meter ke
Nmile.
Cell warna hijau menunjukkan nilai input perhitungan yang harus diketahui dan dimasukkan dalam tabel.
Lampiran 6.
Berikut disajikan contoh analisis biaya pelaksanaan pengerukan yang meliputi analisis harga
satuan pekerjaan dan rencana anggaran biaya pelaksanaan pengerukan.
Tabel L6-1 Contoh Analisis Harga Satuan Pelaksanaan Pengerukan
1. Pekerjaan Persiapan (Lumpsump)
Biaya + Keuntungan
Jenis Satuan Jumlah Harga Satuan Biaya
Kontraktor 10%
Direksi Keet (beserta kelengkapan) ls 1.00 0.00
Operasional Penerangan ls 1.00 0.00
Kabel Lampu Penerangan ls 1.00 0.00
Perlengkapan Keselamatan Kerja ls 1.00 0.00
Pagar Pengaman Proyek ls 1.00 0.00
Dokumentasi/Administrasi?As Built Drawing ls 1.00 0.00
2. Mobilisasi / Demobilisasi TSHD 2000 per mil (kecepatan 8 knot atau 192 mil/hari)
Biaya + Keuntungan
Jenis Satuan Jumlah Harga Satuan Biaya
Kontraktor 10%
BBM & Pelumas Operasi hari 1.00 0.00
Air Tawar hari 1.00 0.00
Insentif Keruk hari 1.00 0.00
Permakanan hari 1.00 0.00
Asuransi (P&I Club) ls 1.00 0.00
Perawatan / Docking ls 1.00 0.00
Penyusutan ls 1.00 0.00
Gaji ABK hari 1.00 0.00
Asuransi (H&M) ls 1.00 0.00
Note: Produktifitas/hari (m3) diperoleh dari analisis perhitungan siklus kerja keruk.
TOTAL -
Note: Cell warna hijau menunjukkan nilai input perhitungan yang harus diketahui dan
dimasukkan dalam tabel.
Lampiran 7.
Contoh Overlay Hasil Pekerjaan Pengerukan Alur Pelayaran.
Keterangan:
- Warna Magenta dan Biru merupakan kedalaman alur pelayaran hasil Predredge Sounding
- Warna Hitam merupakan kedalaman alur pelayaran hasil Final Sounding