Anda di halaman 1dari 8

2.

1 Sejarah Sains Teknologi dan Masyarakat

Definisi STM (Sains Teknologi dan Masyarakat) menurut The National


Science Teachers Association (NSTA) adalah belajar dan mengajar sains dalam
konteks pengalaman manusia. Sedangkan Poedjiadi (2005:47) mengatakan bahwa
pembelajaran STM berarti menggunakan teknologi sebagai penghubung antara sains
dan masyarakat. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Pendekatan
STM merupakan suatu strategi pembelajaran yang memadukan pemahaman dan
pemanfaatan sains, teknologi dan masyarakat dengan tujuan agar konsep sains dapat
diaplikasikan melalui keterampilan yang bermanfaat bagi peserta didik dan
masyarakat.

Sains Teknologi Masyarakat (S-T-M) merupakan alihan dari Science


Technology Society (S-T-S). Ide dibalik program STS adalah untuk menyediakan
siswa koneksi yang nyata dengan kelas dan masyarakat (King, -). S-T-S telah menjadi
gerakan pendidikan sains di Amerika Serikat sebagai respon terhadap kondisi dan
situasi pendidikan sains pada saat itu yang kurang optimal dalam mempersiapkan
peserta didik untuk berhadapan dengan berbagai perkembangan sains dan teknologi
di lingkungannya.

Istilah S-T-S untuk pertama kali diciptakan oleh John Ziman dalam bukunya
“Teaching and Learning About Science and Society”. Ziman mencoba
mengungkapkan bahwa konsep-konsep dan proses-proses sains yang diajarkan
seharusnya relevan dengan kehidupan siswa sehari-hari (Galib, 2001).

The National Science Teachers Association (NSTA), mendefinisikan S-T-M


sebagai belajar dan mengajar sains dalam konteks pengalaman manusia. Yager et.al
(Sukri, 2000), mendefinisikan S-T-M mencakup tujuan, kurikulum, asessmen dan
khususnya mengenai pengajaran. Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para
tokoh, pada prinsipnya yang menjadi dasar apa yang dilakukan oleh program S-T-M
adalah menghasilkan warga negara yang memiliki pengetahuan yang cakap sehingga
mampu membuat keputusan-keputusan yang krusial (kreatif dan strategis) tentang
masalah dan isu-isu mutakhir dan mengambil tindakan sesuai dengan keputusan yang
dibuatnya tersebut .

Yager dan Roy (Galib, 2001) menyatakan sejarah singkat S-T-S sebagai
berikut. Mulai tahun 1970, beberapa universitas di AS, — Cornell, Penn State,
Stanford, dan SUNY-Stock Brook — secara resmi memulai program yang
menawarkan pelajaran pada bidang studi yang sekarang disebut STS/S-T-M. Hal
yang sama juga dilakukan konsorsium universitas di Inggris. Kemudian secara
berangsur beberapa negara dan lembaga lain bekerja sama, menjadi penelitian utama
universitas, dan sekitar 100 lembaga menjadikan S-T-M sebagai bidang akademik.
Sebagai suatu momentum perkembangan S-T-M, pada tahun 1977 muncul sebuah
proyek yang disebut Norris Harms’ Project Synthesis dengan empat tujuan utama,
yaitu: (1) mempersiapkan siswa untuk menggunakan sains bagi pengembangan hidup
dan mengikuti perkembangan dunia teknologi; (2) mengajar para siswa untuk
mengambil tanggung jawab dengan isu-isu teknologi/masyarakat; (3)
mengidentifikasi tubuh pengetahuan fundamental sehingga siswa secara tuntas
memperoleh kepandaian dengan isu-isu S-T-M; dan (4) memberikan suatu gambaran
yang akurat kepada siswa tentang peersyaratan dan kesempatan dalam karir yang
tersedia dalam bidang S-T-M.

Setelah proyek tersebut dilaporkan pada tahun 1981 (Harms dan Yager dalam
Galib, 2001), NSTA berinisiatif melakukan suatu penelitian untuk meningkatkan
mutu program pendidikan sains. Dalam hal itu, S-T-M merupakan salah satu bidang
penelitian awal pada tahun 1982-1983 dan juga tahun 1986. Sejak itu, secara nasional
merupakan upaya awal, S-T-M menjadi fokus bagi sekolah sains— adalah suatu
bidang untuk mengidentifikasi tujuan-tujuan baru, kurikulum baru, modul-modul,
strategi pembelajaran yang baru, dan bentuk-bentuk baru untuk evaluasi. Hal itu telah
digunakan dalam pembaruan pendidikan sains di Iowa sejak dimulai suatu program
Chautauqua NSTA-NSF pada tahun 1983 (Yager dalam King, -). Dan sekarang,
sudah lebih dari 1.700 guru, khususnya pada kelas 4-9 telah mengembangkan dan
memperkenalkan modul-modul S-T-M dalam ruang kelas sains mereka. Dalam tahun
1990 di AS, S-T-M telah diperkenalkan pada 2000 fakultas dan 1000 SLTA dalam
bentuk pelajaran (Harms dan Yager dalam Galib, 2001).

2.2 Karakteristik Pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat


Menurut Yager (Asyari, 2006: 67) merumuskan karakteristik pendekatan
STM adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi masalah-masalah setempat yang memiliki kepentingan dan


dampak.
2. Penggunaan sumber daya setempat (manusia, benda, lingkungan) untuk
mencari informasi yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah.
3. Keikutsertaan yang aktif dari siswa dalam mencari informasi yang dapat
diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pengidentifikasian cara-cara yang memungkinkan sains dan teknologi untuk
memecahkan masalah hari depan.
5. Dilaksanakan menurut strategi pembuatan keputusan. Setiap siswa harus
menggunakan informasi sebagai bukti baik untuk membuat keputusan tentang
kehidupan sehari hari maupun keputusan tentang masa depan masyarakat.
6. Belajar tidak hanya berlangsung dalam kelas atau sekolah tetapi juga diluar
sekolah atau dilapangan nyata.
7. Penekanan pada keterampilan proses yang dapat digunakan siswa dalam
memecahkan masalah mereka sendiri.
8. Membuka wawasan siswa tentang pentingnya kesadaran karir/profesi,
terutama karir yang berkaitan dengan sains dan teknologi.
9. Adanya kesempatan bagi siswa untuk memperoleh pengalaman dalam
berperan sebagai warga negara untuk mencoba memecahkan masalah yang
telah mereka identifikasi

Yager (1992) juga mendefinisikan STM yaitu mencakup tujuan kurikulum,


assesmen dan kususnya mengenai pengajaran. Tujuan-tujuan tersebut
dikarakteristikan sebagai domain yang meliputi domain konsep, proses, aplikasi,
kreativitas dan sikap. Penjelasan dari berapa karakteristik tersebut adalah sebagai
berikut.

a. Domain konsep
Dalam paham Domain konsep ini lebih memefokuskan pada muatan sains,
tujuan-tujuan sains untu mengelompokan alam yang teramati ke dalam unit-unit yang
teratur untuk studi dan penjelasan hubungan-hubungan fisika dan biologi dari
pengajaran sains yang melibatkan siswa belajar konsep-konsep utama dari sains.

b. Domain proses
Dalam Domain proses ini proses-proses sains berhubungan dengan
bagaimana sains berfikir dan bekerja, yaitu mengambarkan dimensi sains. Dalam
pengembangan proses ini ada 15 keterampilan proses yaitu:

1) mengobservasi,
2) menggunakan ruang/waktu
3) mengklasifikasi,
4) mengelompokkan dan mengorganisasi,
5) menggunakan bilangan
6) mengkuantifikasi,
7) mengukur,
8) mengkomunikasikan,
9) menginferensi,
10) memprediksikan,
11) mengendalikan dan mengidentifikasi variabel,
12) menginterpretasikan data,
13) merumuskan hipotesis,
14) memberikan definisi secara operasional,
15) melaksanakan eksperimen.
c. Domain aplikasi
Domain ini meliputi mengaplikasian konsep-konsep dan keterampilan dalam
memecahkan masalah sehari-hari, memahami prinsip-prinsip ilmiah dan prinsip-
prinsip teknologi yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari atau sains.
d. Domain Kreativitas
Dalam domain kreativitas meliputi visualisasi, menghasilkan gambaran
mental, menggabungkan objek-objek dan ide dalam cara-cara baru, memecahkan
masalah dan teka-teki, memprediksi konsekwensi-konsekwensi yang mungkin,
menyarankan alasan-alasan yang mungin, mendesain alat atau mesin dan
menghasilkan ide-ide yang tak biasa.
e. Domain Sikap
Dalam domain sikap meliputi sikap-sikap terhadap sains pada umumnya,
seperti kelas sains, kegunaan belajar sains, dan untuk guru terbentuknya
pengembangan sikap-sikap positif terhadap diri sendiri yaitu sikap yang dapat
mengerjakan sesuatu, ekplorasi emosi manusia, dan lain sebagainya yang
berhubungan dengan sikap.
f. Domain koneksi

Dengan mencermati karakteristik program STM seperti tersebut di atas


nampak bahwa program STM dimaksudkan untuk menyiapkan/menghasilkan warga
negara yang mampu melaksanakan atau mengambil keputusan tentang masalah-
masalah aktual. Disamping itu STM dapat juga digunakan sebagai sarana untuk
pembentukan literasi/tidak buta tentang sains dan teknologi karena selain siswa
memperoleh pengetahuan juga diharapkan dapat timbul kesadaran tentang pelestarian
lingkungan dan dampak negatif teknologi serta tanggung jawab untuk mencari
penyelesaiannya.

Mengingat karakteristik seperti tersebut di atas maka proses pembelajaran


STM beserta penilaiannya difokuskan pada enam ranah/domain yaitu sebagai
pusatnya adalah konsep sains dan proses sains sedangkan empat domain yang lain
mencerminkan dunia nyata. Dua domain diantaranya merupakan aspek yang
memotivasi siswa untuk memasuki dunia ilmuwan yaitu aspek kreativitas dan sikap.
Dua domain yang lain merupakan penerapan dan hubungan antar domain, dalam hal
ini meliputi teknologi yang merupakan hasil karya manusia.

Hubungan keenam domain tersebut oleh Yager (Asyari 2006: 65)


digambarkan sebagai berikut :

Gambar. Domain yang perlu dievaluasi dalam pendekatan STM

Mengingat bervariasinya aspek yang perlu diukur keberhasilannya maka


bentuk dan cara evaluasinya juga bervariasi. Seyogyanya evaluasi dilakukan secara
berkelanjutan sehingga penggunaan portofolio atau data perkembangan pencapaian
hasil setiap siswa sangat dianjurkan. Menurut Yager dan Tamir (Asyari 2006: 66)
yang menyatakan bahwa” untuk ranah konsep pencapaian hasil belajarnya dapat
digunakan tes tertulis. Bahkan untuk konsep-konsep sederhana dapat digunakan
bentuk pilihan ganda”.

Oleh karena sains meliputi juga aspek proses maka untuk mengetahui
pencapaian kemampuannya harus dilakukan dengan mengamati apa yang dilakukan
siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Sebagai contoh untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam mengobservasi dapat dilakukan dengan melihat bagaimana
siswa mengamati obyek dan bagaimana hasil/data yang diperolehnya sedangkan
untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengklasifikasi dapat dilakukan dengan
melihat bagaimana siswa menyusun informasi yang digali atau data yang diperoleh
menjadi suatu matriks yang mudah dipahami. Untuk ranah kretivitas dapat dievaluasi
dari aspek :

Kelancaran : yaitu kemampuan untuk menghasilkan berbagai ide secara cepat


dalam dalam menyelesaikan masalah.

Keluwesan : kemampuan untuk menghasilkan berbagai ide dalam menyelesaikan


masalah yang baru.

Keaslian : kemampuan untuk menghasilkan respon/jawaban yang unik atau lain


daripada yang lain

Elaborasi : kemampuan untuk menghasilkan banyak alternatif/kemungkinan


untuk menerjemahkan ide kedalam tindakan

Kepekaan : peka terhadap munculnya masalah atau situsi tertentu.


Daftar Pustaka

Asyari, 2006. Penerapan Pendekatan STM Dalam Pembelajaran Sains di SD.


Depdiknas. Direktorat Dikti.

Galib, La Maronta . 2001. Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat dalam


Pembelajaran Sains di Sekolah. [Online]. Tersedia :
http ://depdiknas.go.id/editorial jurnal pendidikan dan kebudayaan edisi 34.
html

Poedjiadi,Anna.(2005). Sains Teknologi Masyarakat. Model Pembelajaran


Kontekstual Bermuatan Nilai. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Yager, Robert E. (1990). The Science/Technology/Society Movement in the United


States, Its Orogin, Evolution, and Rationale, Social Education.

Anda mungkin juga menyukai