Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

Idea tentang nation adalah sebuah realitas yang dibayangkan. Demikian


seorang ahli sejarah dan ilmuwan politik menyatakan. Dengan demikian, batas-
batas nominal dan kultural sebuah bangsa memang telah diciptakan, sejalan
dengan cita-cita, imajinasi, dan discourse yang hidup di antara para tokoh
pergerakan nasional yang mengusungnya. Dalam konteks sejarah Indonesia,
tokoh-tokoh pergerakan nasional adalah para pendiri bangsa (the founding
fathers) yang berjasa karena visi, artikulasi, dan aksi-aksi kemanusiaannya yang
secara strategis telah meletakkan dasar-dasar, tidak hanya apa makna dan
substansi dari nasionalisme itu sendiri, tetapi juga bagaimana sebuah negara
bangsa (nation state) yang berdasarkan nasionalisme itu dibangun, ditegakkan,
dan diisi dengan kreasi-kreasi inovatif tanpa harus kehilangan identitas dan jati
dirinya sebagai bangsa.
Percakapan mengenai jati diri bangsa menyembunyikan asumsi mengenai
kesejatian yang bercokol pada fundamen sebuah bangsa. Bangsa dipersepsi
sebagai entitas yang memiliki hakekat yang dengannya dia dibedakan dengan
bangsa lain. Jati diri bangsa adalah sesuatu yang membuat kita lekas mengenali
kebangsaan seseorang dari tutur kata, perilaku dan pandangannya. Jati diri,
singkatnya, adalah semacam moralitas publik yang menjadi pegangan kehidupan
orang per orang dalam sebuah bangsa. Bangsa Indonesia, misalnya, terdiri dari
berbagai suku bangsa dengan kesejarahannya masing-masing. Kesejarahan
tersebut membentuk jati diri primordial yang berbeda satu dengan lainnya.
Persoalan mengenai jati diri bangsa menyentuh sebuah perkara yang sangat
fundamental: bagaimana keragaman sejarah dan tradisi dan konsekuensinya yaitu
jati diri dapat membentuk kebangsaan yang utuh dan mengecualikan.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Identitas Nasional Indonesia


Identitas nasional Indonesia merupakan ciri-ciri yang dapat
membedakan negara Indonesia dengan negara lain. Identitas nasional
Indonesia dibuat dan disepakati oleh para pendiri negara Indonesia. Identitas
nasional Indonesia tercantum dalam konstitusi Indonesia yaitu Undang-
Undang Dasar 1945 dalam pasal 35-36C. Identitas nasional yang
menunjukkan jati diri Indonesia diantaranya adalah sebagai berikut: Bahasa
Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia Bendera negara yaitu
Sang Merah Putih Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya Lambang Negara
yaitu Pancasila Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika Dasar
Falsafah negara yaitu Pancasila Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD
1945 Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
Konsepsi Wawasan Nusantara Kebudayaan daerah yang telah diterima
sebagai Kebudayaan Nasional Penjelasan dari identitas nasional Indonesia
akan dijabarkan dalam paragraf dibawah ini.
1. Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia.
2. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih Bendera adalah sebagai salah satu
identitas nasional, UUD 1945 pasal 35 yang menyebutkan bahwa “
Bendera Negara Indonesia adalah Sang Merah Putih”. Warna merah dan
putih juga memiliki arti sebagai berikut, merah yang artinya berani dan
putih artinya suci.
3. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya Lagu Indonesia Raya (diciptakan
tahun 1924) pertama kali dimainkan pada kongres pemuda (Sumpah
pemuda) tanggal 28 Oktober 1928.

2
4. Lambang Negara yaitu Pancasila Seperti yang dijelaskan pada Undang-
Undang Dasar 1945 dalam pasal 36A bahwa lambang negara Indonesia
adalah Garuda Pancasila.
5. Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika Bhineka Tnggal Ika berisi
konsep pluralistik dan multikulturalistik dalam kehidupan yang terikat
dalam suatu kesatuan.
6. Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila
Pancasila adalah kumpulan nilai atau norma yang meliputi sila-sila
Pancasila sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945,
alenia IV yang telah ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945.
Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia, dalam hal ini
Pancasila mempunyai kedudukan istimewa dalam hidup kenegaraan dan
hukum bangsa Indonesia. fungsi pokok Pancasila adalah sebagai dasar
negara, sesuai dengan pembukaan UUD 1945,, sebagai sumber dari segala
sumber hukum atau sumber dari tertib hukum, sebagaimana tertuang
dalam Ketetapan MPRS No.XX/-MPRS/1966 (Darji, 1991)
Dengan adanaya nilai-nilai dalam Pancasila tersebut menunjukkan
bahwa nilai-nilai yang ada di Indonesia berbeda dengan nilai-nilai yang
ada di negara lain. Dengan kata lain, Pancasila menunjukkan identitas
nasional Indonesia.
7. Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945 Undang-Undang Dasar
adalah peraturan perundang-undangan yang tetinggi dalam negara dan
merupakan hukum dasar tertulis yang mengikat berisi aturan yang harus
ditaati.
8. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
9. Konsepsi Wawasan Nusantara Wawasan artinya pandanagan, tinjauan,
penglihatan atau tanggap indrawi.
10. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai Kebudayaan Nasional
Kebudayaan

3
B. Sejarah Pancasila sebagai Jati Diri Bangsa Indonesia
Pidato Soekarno, 1 Juni 1945 di depan sidang BPUPK menjadi dasar
dan alasan pentingnya mengkaji Pancasila berangkat dari pidato Soekarno
tersebut. Tentu saja, para pendidik, dan para pengkaji Pancasila mencari sebab
mengapa 1 Juni 1945 dijadikan dasar sebagai hari lahirnya Pancasila. Kata
Pancasila pertama kali diucapkan oleh Soekarno dalam pidato 1 Juni tersebut.
Sehingga, hari lahirnya Pancasila ditetapkan pada tanggal tersebut.
Di bawah kepemimpinan Soekarno dan Hatta, Indonesia menjadi suatu
negara yang memiliki jargonjargon politik yang dapat mempengaruhi kondisi
masyarakat internasional. Setelah kepemimpinan Soekarno tumbang dan
digantikan oleh Soeharto, Pancasila digunakan sebagai jargon politik untuk
indoktrinasi bagi masyarakat Indonesia yang begi
tu majemuk, seperti menegakkan Pancasila secara murni dan
konsekuen, demokrasi Pancasila, program P4, dan Pendidikan Moral
Pancasila. Pancasila menjadi paradigma untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya. Manusia yang memiliki kepribadian berdasarkan nilai-nilai
Pancasila. Namun, setelah 32 tahun, Presiden Soeharto berkuasa melalui
gerakan reformasi 1998/999, Pancasila di era reformasi mengalami fase krisis.
Persoalan Pancasila selalu dibenturkan dengan persoalan sosial, ekonomi,
politik, budaya, dan hukum. Dimana keadaan masyarakat sedang kacau,
muncul berbagai konflik sosial, intoleransi agama, 3 kemiskinan, korupsi
sebagai persoalan kontemporer.
Maka Pancasila mulai dibahas dan dibicarakan,dimanakah Pancasila?
Kongres Pancasila yang telah diinisasi oleh Universitas Gadjah Mada sejak
2009 (UGM), 2010 (Udayana), 2011 (UNAIR), 2012 (UGM), 2013 (rencana
di Unsri,namun oleh karena kondisi yang tidak memungkinkan dipindah di
UGM), dan Kongres Pancasila VI di Unpatti (Ambon) 2014. Kongres
Pancasila menjadi salah satu upaya untuk menyelamatkan Pancasila dari
keterasingan dan menara gading. Kongres Pancasila menjadi oase di padang

4
gurun untuk membangun kembali jati bangsa dan membentuk manusia
Pancasila. Mengapa Pancasila menjadi ikon bangsa kita karena Pancasila
adalah the Indonesian dream yang masih dalam proses menjadi untuk
direalisasikan paska reformasi ini. Tentu saja Pancasila menjadi pedoman,
tuntutan, dan arahan kita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bukan
untuk mengurusi wilayah private setiap individu. Menjadi Manusia Pancasila
merupakan keniscayaan untuk membangun bangsa yang bermartabat,
berdikari, dan berdaulat di tengah-tengah tantangan global. Menjadi Manusia
Pancasila yang diharapkan dalam hal ini adalah kembali menyadari rasa
kebangsaan kita dan memiliki bangsa ini untuk masa depan generasi bangsa
Indonesia.

C. Jati Diri dan Persatuan Bangsa


Modal dasar bangsa Indonesia untuk menghadapi semua masalah
adalah nilai-nilai dasar yang telah menjadi konsensus final, yaitu Pancasila,
UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI di tambah Wawasan Nusantara
sebagai geopolitik dan ketahanan nasional sebagai geostrategi.
Berbagai konsensus nasional di atas (Pancasila, UUD 1945, Bhinneka
Tunggal Ika dan NKRI, Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional) harus
dilihat sebagai “jati diri bangsa” dan ditempatkan sebagai margin of
apprecfiation. Selain itu semangat reformasi mengharuskan kita untuk
menghormati pelbagai persyaratan untuk hidup bermartabat (living in dignity)
yang merupakan segitiga yang bersifat universal yaitu demokrasi, rule of law
dan promosi serta perlindungan HAM.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kehadiran pancasila sendiri masih belum mampu untuk membangun
karakter dan jati diri bangsa Indonesia. Namun sebenarnya permasalahannya
bukan terletak pada pancasilanya, namun pada kinerja pemerintah yang tidak
mampu untuk melaksanakan fungsi pancasila secara sempurna. Hal tersebut
tentu akan semakin mempersulit upaya untuk membangun karakter dan jati
diri bangsa Indonesia ini.
B. Saran
Sebaiknya pemerintah mulai menata diri untuk melakukan kinerjanya
agar lebih baik lagi. Mereka harus berusaha agar mampu melaksanakan fungsi
dari pancasila, karena pancasila sebagai dasar negara terutama sebagai
membangun karakter dan jati diri bangsa Indonesia. Maka mereka harus
bekerja keras demi kemajuan bangsa Indonesia karena bila negara Indonesia
menjadi negara yang maju tentu secara otomatis maka Negara Indonesia akan
memiliki karakteristik dan jati diri yang kuat.

6
DAFTAR PUSTAKA

1. Datta, Anup, 2004. “Globalization in International Relations,” dalam


Majumdar, Anindyo J. dan Shibashis Chatterjee, 2004. Understanding Global
Politics, Issues & Trends. New Delkhi: Lancer’s Books.
2. McGrew, Anthony, 2001. “Globalization and Global Politics,” dalam Baylis,
John, dan Steve Smith (eds.), 2001. The Globalization of World Politics.
Second Edition. Oxford: Oxford University Press.
3. Saidi, Ridwan, 1998. “Kebudayaan di Zaman Krisis Moneter”, dalam
Indonesia di Simpang Jalan. Bandung : Mizan.
4. Saptadi, Krisnadi Yuliawan, 2008. “Membaca Globalisasi dalam Kaca Mata
Perang Budaya”. Makalah Seminar Globalisasi, Seni, dan Moral Bangsa di
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jakarta, 25 Maret.
5. Soz Gumilar Rusliwa Somantri. Jati Diri Bangsa. Disampaikan pada Seminar
Etnopedagogik dan Pengembangan Budaya Sunda yang diselenggarakan oleh
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Budaya Sunda Sekolah Pascasarjana
UPI tanggal 23 September 2010

Anda mungkin juga menyukai