Anda di halaman 1dari 15

Disentri amoeba (amoebiasis) adalah infeksi usus (usus) yang disebabkan oleh

amoeba Entamoeba histolytica yang dapat menyebabkan diare bercampur dengan


darah. Ada beberapa spesies yang berbeda amoeba, tapi yang paling berbahaya salah
satunya seperti Entamoeba histolytica (penyebab penyakit disentri amoeba) yang hidup
terutama di daerah tropis. Spesies ini mampu melalui dinding usus dan menyebar
melalui aliran darah untuk menginfeksi organ lain, seperti hati, paru-paru dan otak.
Walaupun penyebab penyakit disentri amoeba (Entamoeba histolytica) tergolong
jenis spesies amoeba berbahaya, namun mikroorganisme ini menyebabkan gejala
kronis yang ringan seperti tinja longgar atau berair, sakit perut, kram, kelelahan,
sembelit (intermitten), diare dengan pembengkakan perut dan perut kembung.
Yang Khas dari Disentri Amoeba
Amoeba adalah parasit yang ditemukan dalam makanan atau minuman yang tercemar.
Mereka memasuki tubuh melalui mulut ketika makanan atau minuman yang tercemar
ditelan, masuk kedalam system pencernaan tinggal di usus dan menyebabkan infeksi.

Entamoeba histolytica sebagai penyebab disentri amoeba bisa eksis dalam dua
bentuk dalam makanan yang terkontaminasi dan minuman, yaitu sebagai amoeba
bebas (dikenal sebagai ‘trophozoites’) dan sebagai infektif kista, yang merupakan
sekelompok amoeba dikelilingi oleh dinding pelindung yang telah berlalu (dikeluarkan)
dalam tinja (manusia atau hewan).
Jika seseorang menelan makanan yang terkontaminasi yang berisi amoeba bebas
(trofozoit), hampir tak ada sesuatu yang mungkin terjadi karena mereka biasanya
meninggal di dalam perut kerana tingkat keasaman sistem pencernaan (misalnya di
lambung). Di sisi lain, kista sangat tahan terhadap isi asam lambung, dan makanan
yang terkontaminasi dengan kista merupakan risiko infeksi asli sehingga dapat
mengiritasi system pencernaan atau membuat seseorang terserang disentri amoeba.
Disentri amoeba diteruskan oleh kebersihan atau sanitasi yang buruk, di mana
makanan yang terkontaminasi dan minuman yang dikonsumsi tanpa pemanasan yang
memadai (tidak masak).
Disentri amoeba mungkin tidak menunjukkan gejala apapun selama jangka waktu yang
lama (berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun). Tapi orang yang terinfeksi masih
mengekskresikan kista dan, akibatnya, menginfeksi lingkungan mereka. Ketika
serangan disentri amoeba, mereka merusak dinding usus besar sehingga
menyebabkan ulserasi dan perdarahan.

Pendahuluan
Disentri secara klinis mempunyai tanda khas sebagai brikut : Diare, Adanya lender dan darah
dalam feses, Perut sakit dan tenesmus. Keluhan-keluhan ini sebagai akibat peradangan ulseratif
pada daerah kolon.
Berdasarkan penyebabnya, disentri dibedakan menjadi 2 tipe utama, yaitu : disentri basiler
(Shigella dysentriae); disentri amoeba (Entamoeba histolytica).

Disentri basiler
Cara infeksi
Ditularkan secara oral melalui air, makanan, lalat yang tercemar oleh eksreta penderita. Secara
endemik pada daerah tropis penyebarannya melalui air yang tercemar oleh kotoran penderita,
makanan yang tercemar oleh lalat, dan pembawa hama (carrier). Untuk menemukan carrier
diperlukan pemeriksaan pembiakan tinja yang seksama dan teliti karena basil sigella mudah
mati, untuk itu diperlukan tinja yang baru.

Kelainan anatomik
Basil disentri tidak ditemukan di luar rongga usus dan tidak merusak selaput lendir. Kelainan
pada selaput lendir disebabkan oleh toksin kuman. Lokalisasi usus yang terkena adalah usus
besar dan dapat mengenai seluruh usus besar, dengan kelainan terberat di daerah sigmoid
sedangkan pada ileum hanya ditemukan hiperemik saja.
Pada keadaan akut dan fatal ditemukan mukosa usus hiporemik, lebam dan tebal, nekrosis
superficial, tapi biasanya tanpa ulkus. sedangkan pada keadaan sub akut terbentuk ulkus pada
daerah folikel limfoid, dan pada selaput lendir lipatan transversum didapatkan ulkus yang
dangkal dan kecil, tepi ulkus menebal dan infiltrative, tetapi tidak pernah berbentuk ulkus
bergaung (seperti pada disentri amoeba). Selaput lendir yang rusak ini mempunyai warna hijau
yang khas. Pada infeksi yang menahun akan terbentuk selaput yang tebalnya sampai 1,5 cm
sehingga dinding usus mengecil. Perlekatan dengan peritoneum dapat terjadi.

Keluhan dan gejala klinis


Masa tunas dari penyakit ini berlangsung dari beberapa jam sampai 3 hari, jarang lebih dari 3
hari. Mulai terjangkit sampai timbulnya gejala khas biasanya berlangsung cepat, mendadak, tapi
dapat juga timbul perlahan-lahan. Gejala yang timbul bervariasi; deveksi sedikit-sedikit dan
dapat terus-menerus, sakit perut dengan rasa kolik, muntah-muntah, sakit kepala.
Sifat kotoran mulanya sedikit sampai isi usus terkuras habis, selanjutnya pada keadaan ringan
masih dapat mengeluarkan cairan, sedangkan keadaan berat tinja berlendir dan berwarna
kemerahan, atau lendir yang bening dan berdarah, bersifat basa. Secara mikroskopik didapatkan
sel-sel nanah, sel-sel darah putih/merah, sel makrofag yang besar, kadang-kadang dijumpai
Entamoebae coli.
Bentuk klinis
Bentuk yang klinis dapat beragam dari yang berat, sedang dan ringan. Bentuk yang berat
(fulminating caces) biasanya disebabkan oleh S. dysentriae. Berjangkitnya cepat, buang air besar
seperti air, muntah-muntah, suhu badan subnormal, cepat terjadi dehidrasi, kolaps toksemia, dan
dapat meninggal bila tidak cepat ditolong.
Pada kasus fulminating ini gejala-gejalanya timbul secara mendadak dan berat, dengan
pengeluaran tinja yang banyak berlendir dan berdarah serta ingin BAB yang terus menerus.
Akibatnya timbul rasa haus, kulit kering dan dingin, turgor kulit berkurang karena dehidrasi.
Muka menjadi berwarna kebiruan, ekstremitas dingin, dan viskositas darah meningkat
(hemokonsentrasi).
Sakit perut dibagian sebelah kiri, terasa melilit diikuti pengeluaran tinja sehingga perut menjadi
cekung. Didaerah anus terjadi luka dan nyeri, kadang-kadang timbul prolaps, bila ada hemoroid
yang biasanya tidak timbul akan menjadi mudah muncul keluar. Suhu badan tidak khas biasanya
lebih tinggi dari 39°C tapi bisa juga subnormal, nadi cepat dan halus, muntah-muntah dan
cegukan jarang. Perkembangn selanjutnya berupa keluhan yang bertambah berat. Kematian
biasanya terjadi karena gangguan sirkulasi perifer, anuria dan koma uremik.

Komplikasi dan gejala sisa


Komplikasi dan gejala sisa disentri basiler yang ditemukan adalah : arthritis yang biasanya
timbul pada masa penyembuhan dan mengenai sendi-sendi besar terutama sendi lutut. Kelainan
ini dapat terjadi pada kasus yang ringan; cairan synovial sendi mengandung leukosit
polimorfonuklear. Penyembuhan dapat sempurna dan bentuk pernanahan tidak pernah terjadi,
sedang keluhan arthritis ini dapat berlangsung berbulan-bulan.

Diagnosis banding
Diagnosis banding disentri basiler adalah disentri ameba yang dapat dibedakan melalui keluhan,
serangan penyakit, perkembangan penyakit, tinja, komplikasi dan kelainan anatomi.

Diagnosis dengan cara khusus


Pemeriksaan lain yang dapat membantu untuk menegakkan diagnosis disentri adalah;
pemeriksaan tinja secara langsung terhadap kuman penyebab juga terhadap amoeba dan kista
amoeba sera biakan hapusan (rectal swab). Pada stadium lanjut dilakukan pengerokan daerah
sigmoid untuk pemeriksaan situlogi (sigmoidoskopi). Aglutinasi karena agglutinin terbentuk
pada hari kedua dengan maksimum pada hari keenam. Pada S dysentriae aglutinase dikatakan
positif pada pengenceran 1/50, dan pada S. flexneri aglutinasi antibody sangat kompleks, dan
oleh karenanya ada banyak strain maka jarang dipakai.

Perbedaan disentri basiler dan disentri ameba


Disentri basiler Disentri ameba
Timbulnya Akut Lebih sering perlahan-
lahan, diare awal tidak
ada atau jarang
Keluhan Toksemia, tenesmus, Toksemia ringan,
sakit sifatnya umum tenemus jarang, sakit
terbatas.
Perkembangan Pada permulaan penyakit Tidak tentu, cenderung
penyakitnya berat menahun
Tinja Kecil-kecil, banyak, tak Besar, terus - menerus,
berbau, alkalis, berlendir, asam, berdarah, bila
nanah dan berdarah, bila bentuk biasanya
tinja berbentuk dilapisi tercampur lendir
lender
Komplikasi Artritis Abses hati ameba
Kelainan Daerah sigmoid, ileum, Daerah sekum dan kolon
anatomik mengalami hiperemi asendens, jarang
superficial ulseratif dan mengenai ileum;ulkus
selaput lendir menebal bergaung.

Prognosis
Pada bentuk yang berat angka kematian tinggi kecuali mendapat pengobatan dini. Tetapi pada
bentuk yang sedang, biasanya angka kematian rendah; bentuk shigella biasanya berat dan masa
penyembuhan lama meskipun dalam bentuk yang ringan. Bentuk Flexneri mempunyai angka
kematian yang rendah.

Pengobatan
Prinsip dalam melakukan tindakan pengobatan adalah istirahat, mencegah atau memperbaiki
dehidrasi, dan pada kasus yang berat diberikan antibiotic atau sulfonamide.

Cairan dan elektrolit


Penyebab utama kematian adalah dehidrasi. Pemberian cairan dan elektrolit secara intravena
sangatlah penting sesuai seperti tatalaksana terhadap gastroenteritis dengan dehidrasi disebabkan
kolera. Untuk menentukan derajat dehidrasi dipergunakan patokan : Memperhatikan keadaan
umum penderita, Sistem angka daldiyono (scoring system), Menetukan berat jenis plasma.

Diet
Diberikan makanan lunak sampai BAB kurang dari 5 kali/hari, kemudian diberikan makanan
ringan biasa bila ada kemajuan.

Pengobatan spesifik
Obat-obat antibakteri tidak diberikan pada pendeerita disentri basiler yang ringan. Pemakaian
sulfonamid sebaiknya ditujukan kepada penderita yang berat. Sulfaguanidin mempunyai sifat
lambat diserap, dampak keracunan rendah dan tidak menimbulkan komplikasi pada ginjal. Dosis
inisial dipergunakan sebesar 0,1 g/kg BB kemudian disusul 0,05 g/kg BB setiap 4 jam hingga
BAB kurang dari 5 kali sehari, dan dilakukan setiap 8 jam sehingga BAB normal selama 2 hari.
Suksinilsulfatiazol (sulfaksuksidin) dan ftalilsulfatiazol (sulfatalidin) dapat digunakan dengan
dosis seperti diatas. Pemakaian sulfonamide yang mudah larut seprti sulfadiazine dengan dosis
100 mg /kg BB tiap hari hingga BAB kurang dari 5 kali sehari. Bahaya kristalisasi terutama pada
penderita yang mengalami dehidrasi.
Pemakain antibiotik diberikan pada penderita yang gawat sampai BAB kurang dari 5 kali sehari
kemudian diteruskan selama 2 hari.
Antibiotik yang diberikan :
Ampisilin dosis 20 mg/ kg bb, 4x sehari
Streptomisin sulfat: dosis 8 mg/ kg BB , 4x sehari
Kanamisin; dosis 5-7 mg/kg BB, 4x sehari.

Kolera adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan karena mengonsumsi makanan atau minuman
yang sudah terkontaminasi dengan bakteri vibrio cholerae (v. cholerae). Kolera menjadi masalah
kesehatan bagi penduduk di negara-negara berkembang di dunia, terutama di Afrika, Asia Selatan
dan Amerika Latin.

Sebagian orang yang terkena kolera akan mengalami diare dalam jumlah berlebih dan mengalami
dehidrasi hebat hingga menyebabkan kematian. Umumnya orang akan terkena kolera setelah
menelan bakteri vibrio cholerae yang sudah mengontaminasi sumber makanan atau air. Sekitar 5%-
10% dari orang yang sebelumnya sehat akan mengalami diare hebat dalam waktu sekitar satu
sampai lima jam setelah menelan bakteri vibrio cholerae.

Gejala dan tanda kolera

Gejala dan tanda kolera adalah diare yang biasanya disertai dengan bintik-bintik putih (lendir dan
sel epitel) yang seukuran beras. Volume diare bisa sangat tinggi yaitu bisa 10 sampai 18 liter selama
24 jam pada orang dewasa dengan 70 kg berat badan. Selain itu, biasanya disertai salah satu atau
beberapa gejala berikut:

 Muntah
 Denyut nadi cepat
 Hilangnya elastisitas kulit
 Membran mukosa kering
 Tekanan darah turun
 Haus
 Kram otot
 Gelisah atau lekas marah (terutama pada anak-anak).

Mereka yang terinfeksi memerlukan terapi rehidrasi segera untuk mencegah penyakit ini
berkembang menjadi keadaan serius. Jika tidak diobati, dehidrasi berat akibat kolera akan
menyebabkan shock hingga kematian. Dehidrasi berat seringkali terjadi pada 4-8 jam setelah diare
pertama, dan pada orang yang tidak diobati akan berakhir dengan kematian dalam waktu sekitar 18
jam.

Penyebab kolera

Bakteri vibrio cholerae biasanya ditemukan pada air kotor atau pasokan air minum yang
terkontaminasi dengan pembuangan kotoran. Kolera jarang sekali ditularkan dari orang ke orang.
Bakteri ini ini akan masuk ke tubuh melalui makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi
olehnya. Bakteri vibrio cholerae sering mengontaminasi:

 Pasokan air massal


 Es yang terbuat dari sumber air massal
 Makanan dan minuman yang diproduksi dengan higiene yang buruk
 Sayuran yang tumbuh dengan diairi limbah
 Kerang dan ikan mentah dan makanan laut lainnya yang diperoleh dari perairan yang
tercemar limbah.

Bagaimana bakteri vibrio cholerae mempengaruhi tubuh?

Bakteri vibrio cholerae umumnya sangat sensitif terhadap keberadaan asam di lambung dan saluran
pencernaan. Asam lambung akan membunuh sejumlah kecil bakteri sebelum akhirnya mereka
berkembang biak di dalam tubuh. Tapi, ketika bakteri dalam jumlah besar mengeroyok sistem
pertahanan alami tubuh, mereka akan tumbuh di usus kecil dan turut keluar melalui kotoran (feces)
orang yang terinfeksi. Orang yang terinfeksi kolera ringan atau tidak menunjukkan gejalanya -
terutama bagi mereka yang personal higiene-nya buruk- akan menyebarkan infeksi dengan
mengontaminasi makanan langung dengan kotoran yang terinfeksi.
Mencegah kolera

Langkah terbaik untuk mencegah kolera adalah:


1. Hanya menggunakan air yang telah dimasak atau bahan kimia yang didesinfeksi untuk:

 Minum, atau menyiapkan minuman seperti teh atau kopi


 Menyikat gigi
 Mencuci wajah dan tangan
 Mencuci buah-buahan dan sayuran
 Mencuci peralatan makan
 Mencuci wadah, kaleng, dan botol-botol yang akan diisi makanan atau minuman.

2. Menghindari makan atau minum dari sumber yang tidak diketahui. Setiap makan mentah bisa
terkontaminasi, termasuk:

 Buah-buahan dan sayuran


 Susu dan produk olahan susu yang tidak dipasteurisasi
 Daging mentah
 Kerang-kerangan
 Ikan yang ditangkap dari daerah karang tropis (bukan laut terbuka).

Vaksin kolera tersedia untuk usia minimal dua tahun, dan telah terbukti aman dan efektif. Menurut
WHO, enam bulan setelah vaksin kolera diberikan, tingkat keberhasilan di semua kelompok usia
adalah 85%-90%, dan menurun menjadi 62% pada orang dewasa dalam waktu satu tahun.

Pengobatan kolera

Untuk keadaan diare yang lebih buruk dari biasanya, lebih baik segera minta pertolongan medis
daripada mencoba menanganinya sendiri. Segeralah minta pertolongan medis apabila terjadi diare
yang terus menerus atau jika terjadi muntah.

Pengobatan untuk kolera akan ditentukan berdasarkan:

 Kesehatan dan sejarah medis pasien


 Tingkat keparahan
 Toleransi terhadap obat-obatan, prosedur atau terapi tertentu
 Keluhan
 Kemungkinan penyebarannya.

Pengobatan untuk kolera biasanya melibatkan proses rehidrasi, yaitu dengan:


 Solusi rehidrasi melalui oral (oralit).
 Solusi rehidrasi dengan intravena (infus) untuk kasus kolera berat.

Rehidrasi yang direkomendasikan WHO

Kondisi
Pengobatan Pedoman; usia dan berat badan
Pasien
Anak-anak < 2 tahun: 50 mL-100 mL, hingga 500
mL/hari
Non Anak-anak 2-9 tahun: 100 mL-200 mL, hingga
Oralit
dehidrasi 1.000 mL/hari
Anak-anak > 9 tahun: sebanyak mungkin, hingga
2.000 mL/hari
Bayi < 4 bulan (< 5 kg): 200-400 mL
Bayi 4 bulan-11 bulan (5 kg-7,9 kg): 400-600 mL
Anak-anak 1-2 tahun (8 kg-10,9 kg): 600-800 mL
Anak-anak 2-4 tahun (11 kg-15,9 kg): 800-1.200
Dehidrasi
Oralit (dalam 4 jam pertama) mL
sedang
Anak-anak 5-14 tahun (16 kg-29,9 kg): 1.200-
2.200 mL
Pasien > 14 tahun (30 kg atau lebih): 2.200-4.000
mL
Usia < 12 bulan: 30 mL/kg dalam satu jam*,
IV drip Ringer Lactate, atau
Dehidrasi kemudian 70 mL/kg selama 5 jam
jika tidak tersedia,
berat Usia > 1 tahun: 30 mL/kg dalam 30 menit*,
oralit seperti uraian diatas
kemudian 70 mL/kg selama dua setengah jam
* Ulangi sekali lagi jika nadi masih sangat lemah atau tidak terdeteksi

 Pantau terus keadaan pasien selama satu sampai dua jam dan terus lakukan rehidrasi. Jika
dengan rehidrasi kondisi tidak membaik, berikan infus. 200 ml/kg atau lebih mungkin akan
dibutuhkan dalam 24 jam pertam.
 Setelah enam jam (bayi) atau tiga jam (pasien yang lebih tua), lakukan observasi penuh.
Beralih ke oralit jika rehidrasi berhasil dan pasien dapat minum.

Pengobatan dengan antiobiotik terkadang juga diterapkan untuk mempercepat durasi penyakit,
meskipun bukan dianggap hal utama untuk keberhasilan pengobatan kolera.
Kanker Usus Besar (Ca Colon)
PENDAHULUAN

DEFINISI:

Kanker usus besar berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang di usus besar) atau jaringan
rektum (beberapa inci terakhir di usus besar sebelum anus). Sebagian besar kanker usus besar
adalah adenocarcinoma (kanker yang dimulai di sel-sel yang membuat serta melepaskan lendir
dan cairan lainnya).

Kanker usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus
besar atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak
ganas atau adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat
cepat). Kanker kolon dan rektum umumnya mulai tumbuh pada permukaan bagian dalam
(mukosa) yang mengarah ke dalam rongga. Pada stadium awal dimana kanker masih ukuran
kecil, maka tidak akan pernah ada gejala yang dirasakan oleh penderita, dan juga tidak akan
teraba adanya benjolan karena letaknya yang di dalam usus. Penderita juga tidak akan pernah
mengeluh adanya rasa sakit. Hal inilah yang sering menyebabkan penderita datang ke dokter
sudah dalam keadaan terlambat yaitu stadium lanjut.

ANATOMI DAN FISIOLOGI

Usus besar atau kolon berbentuk tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 1,5 m
yang terbentang dari sekum hingga kanalis ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih besar
dari dari pada usus kecil, yaitu sekitar 6,5 cm, tetapi makin dekat anus diameternya semakin
kecil.

Kolon memiliki berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan dengan proses akhir
isi usus. Fungsi kolon yang penting adalah absorbsi air dan elektrolit , yang sudah hampir
selesai dalam kolon dextra . kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung masa
feses yang sudah terdehidrasi hingga berlangsungnya defekasi.

Usus besar terdiri dari caecum, appendix, kolon ascendens, kolon transversum, kolon
descendens, kolon sigmoideum dan rektum serta anus

Colon transversum panjangnya sekitar 38 cm, berjalan dari flexura coli dextra sampai
flexura coli sinistra. Bagian kanan mempunyai hubungan dengan duodenum dan pankreas di
sebelah dorsal, sedangkan bagian kiri lebih bebas. Flexura coli sinistra letaknya lebih tinggi
daripada yang kanan yaitu pada polus cranialis ren sinistra, juga lebih tajam sudutnya dan
kurang mobile. Flexura coli dextra erat hubunganya dengan facies visceralis hepar (lobus
dextra bagian caudal) yang terletak di sebelah ventralnya. Arterialisasi didapat dari cabang
cabang arteri colica media. Arterialisasi colon transversum didapat dari arteri colica media
yang berasal dari arteri mesenterica superior pada 2/3 proksimal ,sedangkan 1/3 distal dari
colon transversum mendapat arterialisasi dari arteri colica sinistra yang berasal dari arteri
mesenterica inferior

Mesokolon transversum adalah duplikatur peritoneum yang memfiksasi colon


transversum sehingga letak alat ini intraperitoneal. Pangkal mesokolon transversa disebut
radix mesokolon transversa, yang berjalan dari flexura coli sinistra sampai flexura coli dextra.
Lapisan cranial mesokolon transversa ini melekat pada omentum majus dan disebut
ligamentum gastro (meso) colica, sedangkan lapisan caudal melekat pada pankreas dan
duodenum, didalamnya berisi pembuluh darah, limfa dan syaraf. Karena panjang dari
mesokolon transversum inilah yang menyebabkan letak dari colon transversum sangat
bervariasi, dan kadangkala mencapai pelvis.

Colon descendens panjangnya sekitar 25 cm, dimulai dari flexura coli sinistra sampai
fossa iliaca sinistra dimana dimulai colon sigmoideum. Terletak retroperitoneal karena hanya
dinding ventral saja yang diliputi peritoneum, terletak pada muskulus quadratus lumborum
dan erat hubungannya dengan ren sinistra. Arterialisasi didapat dari cabang-cabang arteri
colica sinistra dan cabang arteri sigmoid yang merupakan cabang dari arteri mesenterica
inferior.

Colon sigmoideum mempunyai mesosigmoideum sehingga letaknya intraperitoneal,


dan terletak didalam fossa iliaca sinistra. Radix mesosigmoid mempunyai perlekatan yang
variabel pada fossa iliaca sinistra. Colon sigmoid membentuk lipatan-lipatan yang tergantung
isinya didalam lumen, bila terisi penuh dapat memanjang dan masuk ke dalam cavum pelvis
melalui aditus pelvis, bila kosong lebih pendek dan lipatannya ke arah ventral dan ke kanan
dan akhirnya ke dorsal lagi. Colon sigmoid melanjutkan diri kedalam rectum pada dinding
mediodorsal pada aditus pelvis di sebelah depan os sacrum. Arterialisasi didapat dari cabang-
cabang arteri sigmoidae dan arteri haemorrhoidalis superior cabang arteri mesenterica
inferior. Aliran vena yang terpenting adalah adanya anastomosis antara vena haemorrhoidalis
superior dengan vena haemorrhoidalis medius dan inferior, dari ketiga vena ini yang bermuara
kedalam vena porta melalui vena mesenterica inferior hanya vena haemorrhoidalis superior,
sedangkan yang lain menuju vena iliaca interna. Jadi terdapat hubungan antara vena parietal
(vena iliaca interna) dan vena visceral (vena porta) yang penting bila terjadi pembendungan
pada aliran vena porta misalnya pada penyakit hepar sehingga mengganggu aliran darah
portal. Mesosigmoideum mempunyai radix yang berbentuk huruf V dan ujungnya letaknya
terbalik pada ureter kiri dan percabangan arteri iliaca communis sinistra menjadi cabang-
cabangnya, dan diantara kaki-kaki huruf V ini terdapat reccessus intersigmoideus.

Vaskularisasi kolon dipelihara oleh cabang-cabang arteri mesenterica superior dan


arteri mesenterica inferior, membentuk marginal arteri seperti periarcaden, yang memberi
cabang-cabang vasa recta pada dinding usus. Yang membentuk marginal arteri adalah arteri
ileocolica, arteri colica dextra, arteri colica media, arteri colica sinistra dan arteri sigmoidae.
Hanya arteri ciloca sinistra dan arteri sigmoideum yang merupakan cabang dari arteri
mesenterica inferior, sedangkan yang lain dari arteri mesenterica superior. Pada umumnya
pembuluh darah berjalan retroperitoneal kecuali arteri colica media dan arteri sigmoidae
yang terdapat didalam mesocolon transversum dan mesosigmoid. Seringkali arteri colica
dextra membentuk pangkal yang sama dengan arteri colica media atau dengan arteri
ileocolica. Pembuluh darah vena mengikuti pembuluh darah arteri untuk menuju ke vena
mesenterica superior dan arteri mesenterica inferior yang bermuara ke dalam vena porta.
Aliran limfe mengalir menuju ke Lnn. ileocolica, Lnn. colica dextra, Lnn. colica media, Lnn.
colica sinistra dan Lnn. mesenterica inferior. Kemudian mengikuti pembuluh darah menuju
truncus intestinalis.

ETIOLOGI

Tidak ada yang tahu dengan pasti apa sebenarnya penyebab kanker usus besar ini. Namun,
kita tahu bahwa orang dengan kebiasaan tertentu lebih besar kemungkinannya terkena kanker
usus besar.

Penelitian menemukan faktor-faktor risiko berikut ini untuk kanker usus besar:

 Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon
atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip
bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.

 Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn: Orang dengan kondisi yang menyebabkan
peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-
tahun memiliki risiko yang lebih besar

 Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker usus besar dapat
terkena kanker usus besar untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat kanker
di indung telur, uterus (endometrium) atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih
tinggi untuk terkena kanker usus besar

 Riwayat kanker usus besar pada keluarga: Jika Anda mempunyai riwayat kanker usus
besarl pada keluarga, maka kemungkinan Anda terkena penyakit ini lebih besar, khususnya
jika saudara anda terkena kanker pada usia muda.

 Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak
dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena
kanker usus besar
 Usia di atas 50: Kanker usus besar biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua. Lebih
dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke
atas.

EPIDEMOLOGI
Di dunia kanker usus besar menduduki peringkat ketiga di Amerika pada tingkat insiden dan
mortalitas. Pada tahun 2002 terdapat lebih dari 1 juta insiden kanker usus besar dengan
tingkat mortalitas lebih dari 50%. 9,5 persen pria penderita kanker terkena kanker usus besar.
Departemen Kesehatan Indonesia melaporkan angka 1,8 per 100 ribu penduduk. Sejak tahun
1994-2003, terdapat 372 keganasan usus besar yang datang berobat ke RS Kanker Dharmais
(RSKD). Berdasarkan data rekam medik hanya didapatkan 247 penderita dengan catatan
lengkap, terdiri dari 203 (54,57%) pria dan 169 (43,45%) wanita berusia antara 20-71 tahun.
MANIFESTASI KLINIK

Histologi

Dari 201 kasus kanker usus besar periode 1994-2003 di RS Kanker Dharmais (RSKD) didapatkan
bahwa tipe histopatologis yang paling sering dijumpai adalah adenocarcinoma

Lokasi Kanker

Dua pertiga dari kanker usus besar muncul pada kolon kiri dan sepertiga muncul pada kolon
kanan. (Sebagian besar terdapat di rektum (51,6%), diikuti oleh kolon sigmoid (18,8%), kolon
descendens (8,6%), kolon transversum (8,06%), kolon ascendens (7,8%), dan multifokal
(0,28%).

GEJALA

Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan sejalan dengan suplai darah
yang diterima. Arteri mesenterika superior memperdarahi belahan bagian kanan (caecum,
kolon ascendens dan duapertiga proksimal kolon transversum), dan arteri mesenterika inferior
yang memperdarahi belahan kiri (sepertiga distal kolon transversum, kolon descendens dan
sigmoid, dan bagian proksimal rektum).

Gambaran klinis sangat bervariasi dan tidak spesifik. Bisa dijumpai tanpa

keluhan sampai adanya keluhan yang berat dan sangat tergantung pada lokasi dan besarnya
tumor .

Tumor yang berada pada kolon kanan, dimana isi kolon berupa cairan, cenderung tetap
tersamar hingga lanjut sekali. Sedikit kecenderungan menyebabkan obstruksi karena lumen
usus lebih besar dan feses masih encer.

Gejala klinis

Sering berupa rasa penuh,

Nyeri abdomen, nyeri alih ke umbilikus atau punggung

Perdarahan dan symptomatic anemia (menyebabkan kelemahan, pusing dan penurunan


berat badan).

Tumor yang memproduksi mukus dapat menyebabkan diare. warna feses menjadi gelap,

Tumor seringkali menyebabkan perdarahan samar yang tidak disadari oleh pasien.

Kehilangan darah dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan anemia defisiensi
besi.
Masa abdomen yang dapat diraba di kuadran kanan bawah.

Tumor yang berada pada kolon kiri

Gejala klinis

Perubahan pola defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks, perdarahan.

Perubahan yang nyata pada kebiasaaan usus (konstipasi atau diare, tinja berbentuk pensil/
pita tenesmus)

Darah makroskopis pada tinja

Nyeri rektal , punggung, kuadran kiri bawah

Anemia ,penurunan berat badan

Massa yang dapat diraba dan terdeteksi dengan pemeriksaan digital / endoskopik

 Adanya masa pada fosa iliaca kiri

mengecilnya ukuran feses,

METASTASE

Metastase ke kelenjar limfa regional ditemukan pada 40-70% kasus pada saat direseksi. Invasi
ke pembuluh darah vena ditemukan pada lebih 60% kasus. Metastase sering ke hepar, cavum
peritoneum, paru-paru, diikuti kelenjar adrenal, ovarium dan tulang.

Dukes TNM Derajat Deskripsi histopatologi Bertahan 5 th (%)

A T1N0M0 I Kanker terbatas pada mukosa > 90 %


submukosa

B1 T2 N0M0 I Kanker mencapai muskularis 85

B2 T3 N0M0 II Kanker cenderung masuk / 70-80


melewati lapisan serosa

C TXN1M0 III Tumor melibatkan KGB regional 36-65

D TXNXM1 IV Metastasis 5
SCREENING & PENCEGAHAN

Screening

National Cancer Institute (NCI), American College of Surgeons, American College of


Physicians, dan American Cancer Society merekomendasikan pada pasien asymptomatic yang
berumur 50 tahun atau lebih untuk dilakukan pemeriksaan sigmoidoskopi setiap 3 sampai 5
tahun. Screening dengan menggunakan kolonoskopi juga direkomendasikan untuk seseorang
dengan risiko sedang setiap 10 tahun. laki2 dan perempuan >40 th harus menjalani
pemeriksaan rektal digital (rectal toucher) setiap tahun , dan orang >50 th harus menjalani
pemeriksaan darah samar feses setiap tahun dan pemeriksaan sigmoidoskopi setiap 3 hingga 5
tahun setelah 2 kali pemeriksan awal yang berjeda setahun.

v Pencegahan Digital Rectal Examination

Pada pemeriksaan ini dapat dipalpasi dinding lateral, posterior, dan anterior; serta spina
iskiadika, sakrum dan coccygeus dapat diraba dengan mudah.Metastasis intraperitoneal dapat
teraba pada bagian anterior rektum dimana sesuai dengan posisi anatomis kantong douglas
sebagai akibat infiltrasi sel neoplastik. Meskipun 10 cm merupakan batas eksplorasi jari yang
mungkin dilakukan, namun telah lama diketahui bahwa 50% dari kanker kolon dapat dijangkau
oleh jari, sehingga Rectal examination merupakan cara yang baik untuk mendiagnosa kanker
kolon yang tidak dapat begitu saja diabaikan.

v Enema barium. Pada pemeriksaan ini dimasukkan barium ke dalam usus besar melalui
anus kemudian dilakukan foto rontgen. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi kanker dan polip
yang besarnya melebihi satu cm. Kelemahan pemeriksaan ini adalah pada pemeriksaan ini tak
dapat dilakukan biopsi

v Carcinoembrionik Antigen (CEA) Screening

v Tes Occult Blood

v Barium Enema

v Endoskopi

Sigmoidoskopi atau kolonoskopi dapat mengidentifikasi dan mengangkat polip dan


menurunkan insiden dari pada kanker usus besar pada pasien yang menjalani kolonoskopi
polipektomi. Bagaimanapun juga belum ada penelitian prospektif randomized clinical trial
yang menunjukan bahwa sigmoidoskopi efektif untuk mencegah kematian akibat kanker usus
besar, meskipun penelitian trial untuk tes ini sedang dalam proses. Adanya polip pada
rektosigmoid dihubungkan dengan polip yang berada diluar jangkauan sigmoidoskopi, sehingga
pemeriksaan kolonoskopi harus dilakukan.

v Diet
(a) menurunkan lemak total dari 40 ke 30% dari total kalori, (b) meningkatkan konsumsi
makanan yang mengandung serat, (c) membatasi makanan yang diasinkan, diawetkan dan
diasapkan, (d) membatasi makanan yang mengandung bahan pengawet, (e) mengurangi
konsumsi alkohol

Anda mungkin juga menyukai