Anda di halaman 1dari 32

Mata Kuliah : Keperawatan Gerontik

Dosen : Ni Made Ridla N Parwata. S.Kep. M.Biomed

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KONSEP DIRI PADA LANSIA

Di Susun Oleh
Kelompok 3
Febriyanti. Suge
Mutmainah Laisu
Nuranisa Labadjo
Rahmat Sofianto

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


PRODI KEPERAWATAN POSO
T.A 2017

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 2


KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHSAN ............................................................................................................ 6
A. Pengertian konsep diri ................................................................................................. 6
B. Dimensi Konsep Diri ................................................................................................... 7
C. Komponen Konsep Diri ............................................................................................... 8
D. Kepribadian yang Sehat ............................................................................................... 15
E. Gangguan Konsep Diri ................................................................................................ 16
F. Stresor Mempengaruhi Konsep Diri ............................................................................ 19
G. Prinsip-Prinsip Dasar Yang Mempengaruhi Konsep Diri ........................................... 20
H. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ........................................................ 21
I. Perkembangan Konsep Diri ......................................................................................... 21
J. Langkah-langkah Mempertahankan Konsep Diri........................................................ 24
K. Hambatan dalam membangun konsep diri .................................................................. 25
L. Pengaruh perawat dalam konsep diri klien .................................................................. 26
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KONSEP DIRI ............................................... 27
A. Pengkajian ................................................................................................................... 27
B. Diagnosa Keperawatan ................................................................................................ 27
C. Intervensi Keperawatan ............................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 32

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “KONSEP DIRI”.
Makalah ini disusun untuk menjelaskan tentang Konsep Diri dalam Keperawatan agar
dapat diterapkan dalam praktek keperawatan, serta diajukan demi memenuhi tugas mata
kuliah Konsep Dasar Keperawatan Semester Genap.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda dalam proses kehidupannya,
mulai dari lahir hingga mencapai titik kedewasaannya. Sehingga di dalam diri setiap individu
terdapat berbagai macam cara identifikasi serta perubahan melalui proses yang berbeda pula
dan diharapkan menuju arah yang lebih baik. Di dalamnya terdapat hubungan timbal balik
antara satu individu dengan individu lainnya dan dari identifikasi tersebut didapatkan pola
tingkah laku dari hasil pemikiran yang panjang.
Konsep diri memberikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita
terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain. Kita mulai membentuk konsep diri saat
usia muda. Masa remaja adalah waktu yang kritis ketika banyak hal secara kontinu
mempengaruhi konsep diri.
Konsep diri adalah citra subyektif dari diri dan pencampuran yang kompleks dari
perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri dikembangkan melalui
proses yang sangat kompleks yang melibatkan banyak variable. Keempat komponen konsep
diri adalah identitas, citra tubuh, harga diri dan peran.
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi
orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang
pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang
berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang
bersangkutan.
Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama lain. Klien
yang mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat meningkatka konsep diri.
Tetapi sebaliknya, klien yang memiliki persepsi diri yang negatif akan menimbulkan
keputusan.
Maka disini kami akan memaparkan tentang konsep diri dalam keperawatan yang
nantinya akan dibutuhkan oleh kita selaku askep. Didalamnya terkandung komponen-
komponen konsep diri, faktor pengaruh konsep diri, dan proses keperawatan dalam konsep
diri.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari konsep diri ?
2. Apa saja dimensi dari konsep diri ?
3. Apa saja komponen dari konsep diri ?
4. Apa saja prinsip-prinsip dari konsep diri ?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi konsep diri ?
6. Bagaimana perkembangan dari konsep diri itu ?
7. Apa saja langkah-langkah untuk mempertahankan konsep diri ?
8. Bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan dengan gangguan konsep diri?

C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dari konsep diri.
2. Menjelaskan dimensi konsep diri.
3. Menjelaskan komponen - komponen dari konsep diri.
4. Menjelaskan prinsip – prinsip konsep diri.
5. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi konsep diri.
6. Menjelaskan perkembangan konsep diri.
7. Mengidentifikasi langkah-langkah mempertahankan konsep diri.
8. Menjelaskan cara pemberian asuhan keperawatan dengan gangguan konsep diri?

D. Manfaat
1. Mengetahui pengetian konsep diri dan praktis dalam menumbuhkan konsep diri
positif bagi anak-anak.
2. Konsep Diri merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan
dalamkomunikasi antar pribadi.
3. Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan perilaku individu.
4. Sebagai literatur untuk mengetahui apa yang dimaksud konsep diri.
5. Sebagai referensi bagi pembaca agar mengetahui pengaruh konsep diri dalam
keperawatan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep Diri


Secara umum, Konsep diri berasal dari bahasa inggris yaitu “self concept”
merupakan suatu konsep mengenai diri individu itu sendiri yang meliputi bagaimana
seseorang memandang, memikirkan dan menilai dirinya sehingga tindakan-tindakannya
sesuai dengan konsep tentang dirinya tersebut.
Konsep diri mempunyai banyak pengertian dari beberapa ahli.Berikut merupakan
konsep diri menurut para ahli yang lain:
1. Seifert dan Hoffnung (1994), misalnya, mendefinisikan konsep diri sebagai “suatu
pemahaman mengenai diri atau ide tentang konsep diri.“
2. Santrock (1996) menggunakan istilah konsep diri mengacu pada evaluasi bidang
tertentu dari konsep diri.
3. Atwater (1987) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri,
yang meliputi persepsi seseorang tentang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan
nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya.
4. Menurut Burns (1982), konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan
tentang diri kita sendiri. Sedangkan Pemily (dalam Atwater, 1984), mendefisikan
konsep diri sebagai sistem yang dinamis dan kompleks diri keyakinan yang dimiliki
seseorang tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan, persepsi, nilai-nilai dan tingkah
laku yang unik dari individu tersebut.
5. Cawagas (1983) menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan
individu akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya,
kelemahannya, kelebihannya atau kecakapannya, kegagalannya, dan sebagainya.
6. Stuart dan Sudeen (1998), konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan
pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara seseorang untuk
melihat dirinya secara utuh dengan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang
diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain.

6
B. Dimensi Konsep Diri
1. Pengetahuan tentang diri anda adalah informasi yang anda miliki tentang diri
anda,misalnya jenis kelamin, penampilan.
2. Pengharapan bagi anda adalah gagasan anda tentang kemungkinan menjadi apa diri
anda kelak.
3. Penilaian terhadap diri anda,adalah pengukuran anda tentang keadaan anda
dibandingkan dengan apa yang seharusnya terjadi pada diri anda, hasil pengukuran
tersebut adalah rasa harga diri.
Konsep diri memiliki dua kecondongan, yaitu:

a. Konsep Diri Negatif

Konsep diri negatif adalah penilaian negatif terhadap diri sendiri dan merasa
tidak mampu mencapai sesuatu yang berharga, sehingga menuntun diri ke arah
kelemahan dan emosional yang dapat menimbulkan keangkuhan serta keegoisan
yang menciptakan suatu penghancuran diri.

b. Konsep Diri Positif

Merupakan penilaian positif serta mengenali diri sendiri secara baik,


mengarah ke kerendahan hati dan kedermawanan sehingga ia mampu menyimpan
informasi tentang diri sendiri, baik informasi positif maupun negatif. Konsep diri
positif menganggap hidup adalah suatu proses penemuan yang membuat diri kita
mampu menerima berbagai macam kejutan-kejutan, konsekuensi, imbalan serta
hasil. Dengan demikian diri kita mampu menerima semua keadaan orang lain.

Langkah langkah yang perlu di ambil untuk memiliki konsep diri yang positif :

1) Bersikap objektif dalam mengenai diri sendiri

Tidak mengabaikan pengalaman poisitif atau pun keberhasilan sekecil


apapun yang pernah di capai, carilah cara dan kesempatan untuk
mengembangkan talenta, jangan terlalu beraharap bahawa diri kita dapat
membahagiakan semua orang atau melakukan segala sesuatu secara sekaligus.

2) Hargailah diri sendiri

Hargailah diri sendiri dengan melihat kebaikan yang ada dalam diri,
sehingga kita mampu melihat hal baik yang ada dalam diri orang lain secara
positif.

7
3) Jangan memusuhi diri sendiri

Memerangi diri sendiri adalah sesuatu hal yang melelahkan karena


merupakan pertanda bahwa ada permusuhan dan peperangan antara harapan
ideal dengan kenyataan diri yang sejati,akibatnya akan timbul kelelahan mental
dan rasa prustasi yang dalam, yang mengakibatkan makin lemahnya konsep diri
positif.

4) Berpikir positif dan rasional

Kendalikan pikiran kita ketika mulai menyesatkan jiwa dan raga.

C. Komponen Konsep Diri


Konsep diri terdiri dari 5 komponen :

1. Identitas diri

Menurut Stuart dan Sundeen (1991), identitas adalah kesadaran akan diri yang
bersumber dari obsesi dan penilaian yang merupakan sistesa dari semua aspek
konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh.

Identitas juga bercermin pada yang lain (the other), yang tidak bisa terlepas
dari pengakuan/pengukuhan orang lain. Identitas manusia selama hidupnya di
cerminkan oleh seperangkat opini orang lain.

Keunikan setiap individu sekaligus adalah kekuatan diri dan kelemahannya,


kekuatan karena dengan memahami keunikan itu kita tidak tergoyahkan oleh
penafsiran yang lain, kelemahannya adalah ketika kita berupaya untuk mengukuhkan
identitas tersebut.

Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak, yang di pengaruhi oleh pandangan


dan perlakuan lingkungan.

Ciri-ciri individu dengan perasaan yang identitas positif dan kuat :

a. Memandang diri berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya.
b. Memiliki kemandirian, mengerti dan percaya diri, yang timbul dari perasaan
berharga, berkemampuani suatu kesela dan dapat menguasai diri.
c. Mengenal diri sebagai organisme yang utuh dan terpisah dari orang lain .
d. Mengakui jenis kelamin sendiri.

8
e. Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan.
2. Gambaran diri ( Body Image )
Pandangan atau persepsi tentang diri kita sendiri, bukan penilaian orang lain
terhadap dirinya. Sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar
(Stuart dan Sundeen, 1991)
a. Sikap tersebut mencakup: persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk,
fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu.setiap perubahan
tubuh akan berpengaruh terhadap kehidupan individu.
b. Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya,menerima reaksi diri
tubuhnya dan menerima stimulus dari orang lain, semakin sadar dirinya terpisah
dari lingkungan “usia remaja, fokus individu terhadap fisik lebih menonjol”.
c. Gambaran diri berhubungan erat dengan kepribadian,cara individu memandang
diri berdampak penting pada apek pisikologinya,individu yang berpandangan
realistic terhadap diri,menerima,menyukai bagian tubuh akan memberi rasa
aman,terhindar dari rasa cemas,dan meningkatkan harga diri individu yang
stabil,realistis dan konsisten terhadap gambaran diri akan memiliki kemampuan
yang mantap terhadap realisasi sehingga memacu sukses dalam hidup.

Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukan tanda dan gejala,
seperti :

1) Syok Psikologis.

Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak


perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama tindakan.syok psikologis
digunakan sebagai reaksi terhadap ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan
kenyataan perubahan tubuh membuat klien menggunakan mekanisme pertahanan
diri seperti mengingkari, menolak dan proyeksi untuk mempertahankan
keseimbangan diri.
2) Menarik diri.

Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan , tetapi
karena tidak mungkin maka klien lari atau menghindar secara emosional. Klien
menjadi pasif, tergantung , tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan
dalam perawatannya.

9
3) Penerimaan atau pengakuan secara bertahap.

Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau berduka
muncul. Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran diri
yang baru.
Tanda dan gejala dari gangguan gambaran diri di atas adalah proses yang
adaptif, jika tampak gejala dan tanda-tanda berikut secara menetap maka respon klien
dianggap maladaptif sehingga terjadi gangguan gambaran diri yaitu :
a. Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah.
b. Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh.
c. Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi menarik diri.
d. Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh.
e. Preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang.
f. Mengungkapkan keputusasaan.
g. Mengungkapkan ketakutan ditolak.
h. Depersonalisasi.
i. Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh.
3. Harga diri

Berupa penilaian atau evaluasi dirinya terhadap hasil yang didapat baik
internal maupun eksternal yang merupakan proses pencapaian ideal diri. Harga diri
terkait dengan berbagai hal yang berperan vital, di antaranya:

a. Kualitas emosi
b. Aktualisasi diri
c. Kepercayaan diri
d. Coopersmith (Stuart dan Sudeen, 1991)

Menurut beberapa ahli dikemukakan faktor-Fator yang mempengaruhi gangguan


harga diri, seperti :
1) Perkembangan individu.
Faktor predisposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti penolakan orang
tua menyebabkan anak merasa tidak dicintai dan mengkibatkan anak gagal
mencintai dirinya dan akan gagal untuk mencintai orang lain.

Pada saat anak berkembang lebih besar, anak mengalami kurangnya


pengakuan dan pujian dari orang tua dan orang yang dekat atau penting baginya.

10
Ia merasa tidak adekuat karena selalu tidak dipercaya untuk mandiri, memutuskan
sendiri akan bertanggung jawab terhadap prilakunya. Sikap orang tua yang terlalu
mengatur dan mengontrol, membuat anak merasa tidak berguna.
2) Ideal Diri tidak realistis.
Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa tidak punya hak
untuk gagal dan berbuat kesalahan. Ia membuat standart yang tidak dapat dicapai,
seperti cita –cita yang terlalu tinggi dan tidak realistis. Yang pada kenyataan tidak
dapat dicapai membuat individu menghukum diri sendiri dan akhirnya percaya
diri akan hilang.
3) Gangguan fisik dan mental
Gangguan ini dapat membuat individu dan keluarga merasa rendah diri.
4) Sistim keluarga yang tidak berfungsi.
Orang tua yang mempunyai harga diri yang rendah tidak mampu membangun
harga diri anak dengan baik. Orang tua memberi umpan balik yang negatif dan
berulang-ulang akan merusak harga diri anak. Harga diri anak akan terganggu
jika kemampuan menyelesaikan masalah tidak adekuat. Akhirnya anak
memandang negatif terhadap pengalaman dan kemampuan di lingkungannya
5) Pengalaman traumatik yang berulang,misalnya akibat aniaya fisik, emosi dan
seksual.
Penganiayaan yang dialami dapat berupa penganiayaan fisik, emosi, peperangan,
bencana alam, kecelakan atau perampokan. Individu merasa tidak mampu
mengontrol lingkungan. Respon atau strategi untuk menghadapi trauma umumnya
mengingkari trauma, mengubah arti trauma, respon yang biasa efektif terganggu.
Akibatnya koping yang biasa berkembang adalah depresi dan denial pada trauma.
4. Ideal diri
Suatu yang kita harapkan atau harapan individu terhadap dirinya yang akan
dinilai oleh personal lain. Persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku
sesuai dengan standart pribadi.Stuart dan Sundeen, (1991) yaitu :
a. Standart tersebut berhubungan dengan tipe orang, tentang yang di inginkan,
sejumlah aspirasi, cita-cita,nilai yang ingin di capai.
b. Ideal diri berpengaruh terhadap perwujudan dan cita-cita,harapan pribadi
berdasarkan norma sosial (keluarga, budaya) dan kepada siapa ia ingin lakukan.

11
c. Mulai berkembang pada masa kanak-kanak dan di pengaruhi oleh orang penting
pada dirinya yang memberikan tuntutan dan harapan.Pada usia remaja ideal diri
terbentuk melaui proses identifikasi/memperhatikan.
d. Kejadian yang terjadi dalam dirinya, serta dapat memilih dan menyesuaikan diri.
Faktor yang berpengaruh terhadap ideal diri :
1) Kecenderungan individu menetapkan ideal diri pada batas kemampuannya.
2) Budaya, standar ini dibandingkan dengan standar kelompok teman.
3) Ambisi dan keinginan untuk lebih dan berhasil, kebutuhan yang realistic,
keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri.
4) Ideal diri hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi tetapi masih lebih tinggi dari
kemampuan sehingga tetap menjadi pendorong dan masih dapat di capai serta
tidak frustasi.
5. Peran
Merupakan pola sikap, prilaku, posisi dimasyarakat atau fungsi dirinya baik di
lingkungan masyarakat, keluarga, atau komunitas. Peran merupakan pola sikap,
perilaku, nilai dan tujuan yang di harapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di
masyarakat.
Peran dalam kehidupan dijalani dengan kadar dan konsekuensinyan, peran
yang baik adalah peran yang tak menyalahi aturan yang benar, memenuhi kebutuhan
dan sinkron dengan ideal diri. Peran sosial, merupakan hubungan antara satu individu
dengan individu lainnya, terkait dengan etnik, budaya dan agama, karena pada
dasarnya masing-masing diri memiliki berbagai identitas diri yang berbeda (multiple
selfes).
Dalam konsep diri tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa apabila
individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat
dari penguasaan lingkungan, konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan
individu dan social yang maladaptive. Adapun rentang respon konsep diri dapat
dilihat pada gambar sebagai berikut :

12
RENTANG RESPONS KONSEP-DIRI

Respons adaptif Respons maladaptif

Aktualisasi diri konsep-diri positif harga diri rendah kerancuan identitas


depersonalisasi

Aktualisasi diri adalah kemampuan individu untuk menunjukan kepribadian yang sehat
dengan gambaran diri yang baik, ideal diri yang sesuai dengan realistic, harga diri yang tinggi,
penampilan peran yang memuaskan dan identitas diri yang jelas.
Konsep diri positif adalah kemampuan diri untuk berfungsi lebih efektif yang terlihat dari
penguasaan lingkungan yang mempengaruhinya.
Keracuan identitas adalah merupakan suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai
identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.
Depersonalisasi adalah suatu perasaan yang tidak realistis dan keasingan dari diri sendiri. Hal ini
berhubungan dengan tingkat kecemasan atau panik dan kegagalan dalam pengujian realitas. Individu
mengalami kesulitan untuk membedakan diri sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri terasa
tidak nyata dan asing bagi dirinya.
Menurut Yani (1998) bahwa konsep diri dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu:
a. Predisposisi
Berbagai factor penunjang terjadinya perubahan konsep diri seseorang . Faktor ini
dapat dibagi sebagai berikut:
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri yang meliputi: penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistis kegagalan yangnberulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal
diri yang tidak realistic.
2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah stereotipik peran seks,
tuntutan peran kerja dan harapan peran cultural.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidakpercayaan orang
tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan dari struktur social.

13
b. Faktor presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang dihadapi
individu dan individu tidak mampu menyesuaikan. Situasi ataut stressor dapat
mempengaruhi konsep diri dan komponennya.
Stressor yang mempengaruhi gambaran diri adalah:
1) hilangnya bagian tubuh
2) tindakan operasi
3) proses patologi penyakit
4) perubahan struktur dan fungsi tubuh
5) proses tumbuh kembang
6) prosedur tindakan dan pengobatan.
Stressor yan mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah :
1) penolakan dan kurang pengaharagaan diri dari orang tua dan orang yang berarti
2) pola asuh anak yang tidak tepat
3) persaingan antar saudara
4) kesalahan dan kegagalan yang terulang
5) cita-cita yang tidak tercapai
6) dan gagal bertanggung jawab terhadap dirinya.

Sepanjang kehidupan seseorang sering mengalami transisi peran. Keliat (1994)


mengidentifikasi tiga kategori transisi peran, yaitu :
a. Transisi perkembangan
Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap
perkembangan harus dilalui individu dengan meyelesaikan tugas yang berbeda-
beda. Hal ini dapat merupakan stressor bagi konsep diri.
b. Transisi situasi
Transisi situasi terjadi sepanjan daur kehidupan seperti kelahiran dan
kematian, dari sendiri kemudian menjadi berdua dengan pasangannya, atau
ditinggal mati pasangannya. Perubahan-perubahan status menyebabkan
perubahan peran yang dapat menimbulkan ketegangan peran, peran yang tidak
jelas atau yang berlebihan.

14
c. Transisi sehat-sakit
Stressor pada tubuh dapat meyebabkan gangguan gmbaran diri dan
berakibat perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua
komponen konsep diri, yaitu gambaran diri, ideal diri, identitas diri, penampilan
peran, dan harga diri.
Masalah konsep diri dapat dicetuskan oleh factor psikologis, sosiologis atau
fisiologis, namun yang lebih penting persepsi individu terhadap ancaman.

D. Kepribadian Yang Sehat


Bagaimana individu berhubungan dengan orang lain merupakan inti dari
kepribadian. Kepribadian tidak cukup di uraikan melalui teori perkembangan dan
dinamika diri sendiri. Berikut ini adalah pengalaman yang akan dialmi oleh individu
yang mempunyai kepribadian yang sehat (stuart dan Sudden, 1991 ).
1. Gambaran diri yang positif dan akurat
Kesadaran akan diri berdasarkan atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai
dengan kesehatan diri. Termasuk persepsi saat ini dan yang lalu, akan diri sendiri,
perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi.
2. Ideal diri realistis
Individu yang mempunyai ideal diri yang realitas akan mempuynai tujuan hidup
yang dapat dicapai.
3. Konsep diri positif
Konsep diri positif menunjukkan bahwa individu akan sukses dalam hidupnya.
4. Harga diri tinggi
Seorang yang mempunyai harga diri yang tinggi akan memandang dirinya sebagai
seorang yangberarti dan bermanfaat. Ia memanding dirinya sangat sama dengan apa
yang ia inginkan.
5. Kepuasan penampilan peran
Individu yang mempunyai kepribadian sehat akan mendapat berhubungan dengan
orang lain secara intim dan mendapat kepuasan. Ia dapat mempercayai dan terbuka
pada orang lain dan membina hubungan interdependen.
6. Identitas jelas
Individu merasakan keunikan dirinya, yang memberi arah kehidupan dan mencapai
keadaan.

15
E. Gangguan konsep diri
Gangguan konsep diri adalah suatu kondisi dimana individu mengalami kondisi
pembahasan perasaan, pikiran atau pandangan dirinya sendiri yang negative
1. Gangguan citra tubuh
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan ukuran bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan
objek yang sering kontak dengan tubuh. Pada klien yang dirawat di rumah sakit
umum, perubahan citra tubuh sangat mungkin terjadi.
Stresor pada tiap perubahan adalah Perubahan ukuran tubuh berat badan yang
turun akibat penyakit Perubahan bentuk tubuh, tindakan invasif, seperti operasi,
suntikan daerah pemasangan infus.Perubahan struktur, sama dengan perubahan
bentuk tubuh di sertai degnan pemasangan alat di dalam tubuh.perubahan fungsi
berbagaipenyakit yang dapat merubah sistem tubuh Keterbatasan gerak, makan,
kegiatan.
Makna dan objek yang sering kotak, penampilan dan dandan berubah, pemasangan
alat pada tubuh klien (infus, fraksi, respirator, suntik, pemeriksaan tanda vital, dan
lain-lain). Tanda dan gejala gangguan citra tubuh :
a. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
b. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi
c. Menolak penjelasan perubahan tubuh
d. Persepsi negatif pada tubuh
e. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
f. Mengungkapkan keputusasaan
g. Mengungkapkan ketakutan
2. Gangguan Ideal Diri
Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai dan
tidak realistis ideal diri yang samar dan tidak jelas dan cenderung menuntut. Pada
klien yang dirawat di rumah sakit karena sakit maka ideal dirinya dapat terganggu.
Atau ideal diri klien terhadap hasil pengobatan yang terlalu tinggi dan sukar dicapai.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
a. Mengungkapkan keputusan akibat penyakitnya, misalnya : saya tidak bisa ikut
ujian karena sakit, saya tidak bisaa lagi jadi peragawati karena bekas operasi di
muka saya, kaki saya yang dioperasi membuat saya tidak main bola.

16
b. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi, misalnya saya pasti bisa sembuh
pada hal prognosa penyakitnya buruk; setelahsehat saya akan sekolah lagi
padahal penyakitnya mengakibatkan tidak mungkin lagi sekolah.
3. Gangguan Harga Diri
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan.Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat
terjadi secara :
a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu
karena sesuatu terjadi (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba ).
1) Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya pemeriksaan fisik yang
sembarangan pemasangan alat yang tidak sopan (pengukuran pubis,
pemasangan kateter pemeriksaan perineal)
2) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/sakit/penyakit.
3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa
persetujuan.
b. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit/dirawat klien ini mempunyai cara berpikir yang negatif. Kejadian
sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakti dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah
mendapat terapi sinar pada kanker.
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya ini tidak akan terjadi jika saya
segera kerumah sakit, menyalahgunakan/mengejek dan mengkritik diri
sendiri.
3) Merendahkan martabat. Misalnya saya tidak bisa, saya tidak mampu saya
orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
4) Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu
dengan orang lain, lebih suka sendiri.

17
5) Percaya diri kurang. klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang
memilih alternatif tindakan.
6) Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
4. Gangguan Peran
Gangguan penampilan peran adalah berubah atau berhenti fungsi peran yang
disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus sekolah, putus hubungan kerja.Pada
klien yang sedang dirawat di rumah sakit otomatis peran sosial klien berubah
menjadi peran sakit. Peran klien yang berubah adalah :
a. Peran dalam keluarga
b. Peran dalam pekerjaan/sekolah
c. Peran dalam berbagai kelompok
d. Klien tidak dapat melakukan peran yang biasa dilakukan selama dirawat di
rumah sakit atau setelah kembali dari rumah sakit, klien tidak mungkin
melakukan perannya yang biasa.
Tanda dan gejala yang dapat di kaji :
1) Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran
2) Ketidakpuasan peran
3) Kegagalan menjalankan peran yang baru
4) Ketegangan menjalankan peran yang baru
5) Kurang tanggung jawab
6) Apatis/bosan/jenuh dan putus asa
5. Gangguan Identitas
Gangguan identitas adalah kekaburan/ketidakpastian memandang diri sendiri.
Penuh dengan keragu-raguan, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu
mengambil keputusan pada klien yang dirawat di rumah sakit karena penyakit fisik
maka identitas dapat terganggu, karena.
Tubuh klien di kontrol oleh orang lain. Misalnya : Pelaksanaan pemeriksaan dan
pelaksanaan tindakan tanpa penjelasan dan persetujuan klien.Ketergantungan pada
orang lain. Misalnya : untuk “self-care” perlu dibantu orang lain sehingga
otonomi/kemandirian terganggu. Perubahan peran dan fungsi. klien menjalankan
peran sakit, peran sebelumnya tidak dapat di jalankan.

18
Tanda dan gejala yang dapat di kaji :
a. Tidak ada percaya diri
b. Sukar mengambil keputusan
c. Ketergantungan
d. Masalah dalam hubungan interpersonal
e. Ragu/ tidak yakin terhadap keinginan
f. Projeksi (menyalahkan orang lain).

F. Stresor Mempengaruhi Konsep Diri.


Stresor menentang kapasitas adaptif seseorang. Selye (1956) menyatakan
bahwastres adalah kehilangan dan meneruskan norma dari kehidupan, bukan hasil
spesifik seesorang atau respons khas tehadap seseuatu. Proses normal dari kematangan
danperkembangan itu sendiri adalah stresor. Perubahan yang terjadi dalam ksehatan
fisik,spiritual, emosional, seksual, kekeluargaan dan sesiokultural dapat menyebabkan
stres.
Stresor konsep diri adalah segala perubahan nyata atau diserap yang
mengancam identitas, citra tubuh, harga diri, perialaku peran. Individu yang berada
bereaksi terhadap situasi yang sama dengan tingkat stres yang beragam. Perepsepsi
tentang stresor adalah faktor penting yang mempengaruhi respons terhadap stresor
tersebut. Semua orang mempengaruhi pola perilaku yang biasanya memberikan cara
untuk menghadapi ataumenghadapi stesor , dengan demikian memberikan metode
untuk koping terhadap stresordimasa akan datang. Dengan demikian, beberapa orang
dikerahkan oleh ancaman yangdicerap dan membutuhkan bantuan dari orang lain.
(Potter & Perry, 2005)
Stres berkepanjangan atau stres yang dicerap dengan menipiskan kemampuan
adaptif . setiap perubahan dalam kesehatan dapat menjadi stresor yang
mempengaruhikonsep diri. Perubahan fisik dalam tubuh menyebabkan perubahan citra
tubuh, dimanaidentitas dan harga diri juga dapat dipengaruhi. (Potter & Perry, 2005)

19
G. Prinsip-Prinsip Dasar Yang Mempengaruhi Konsep Diri
Prinsip dasar yang mempengaruhi konsep diri ada 8 hal yaitu :
1. Bila individu hidup dalam suasana penuh dengan kritik, dia belajar untuk
menyalahkan orang lain.
2. Bila individu hidup dalam suasana penuh kekerasan, di belajar untuk berkelahi.
3. Bila individu hidup dalam suasana penuh olok-olok, dia belajar untuk menjadi
seorang pemalu.
4. Bila individu hidup dalam suasana memalukan, dia belajar untuk selalu merasa
bersalah.
5. Bila individu hidup di dalam suasana yang penuh dengan toleransi,dia belajar untuk
menjadi seorang penyabar.
6. Bila individu hidup dalam suasana penuh dukungan, dia belajar untuk menjadi
seorang yang percaya diri.
7. Bila individu hidup dalam suasana penuh pujian dan penghargaan, dia belajar untuk
menghargai orang lain.
8. Bila individu hidup dalam suasana kejujuran, dia belajar untuk menghargai orang
lain.

H. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri adalah sebagai
berikut :

1. Tingkat perkembangan dan kematangan


Perkembangan anak seperti dukungan mental, perlakuan dan pertumbuhan anak
akan mempengaruhi konsep dirinya.
2. Budaya
Dimana pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya,
kelompoknya dan lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan membawa
anak lebih dekat pada lingkungannya.
3. Sumber eksternal dan internal
Dimana kekuatan dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh terhadap
konsep diri.

20
4. Pengalaman sukses dan gagal
Ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri demikian
pula sebaliknya.
5. Stresor
Stresor menantang kapasitas adaptif seseorang. Selye (1956) menyatakan bahwa
stres adalah kehilangan dan kerusakan normal dari kehidupan, bukan hasil spesifik
tindakan seseorang atau respon khas terhadap sesuatu. Proses normal dari
kematangan dan perkembangan itu sendiri adalah stresor.

I. Perkembangan Konsep Diri


Menurut Hurlock ( 1968 ), individu belum mampu membedakan antara diri
dengan yang bukan diri ketika masih bayi. Individu baru sampai tahap yang bisa
membedakan antara dunia luar dengan dirinya sendiri ketika berusia 6-8 bulan, dan
ketika berusia 3-5 tahun ia mulai mempu mengidentifiasikan dirinya dalam berbagai
dimensi kategori, seperti umur, ukuran tubuh, jenis kelamin, kepemilikan benda, warna
kulit, dan sebagainya.Tahap ini disebut oleh Allport ( Sarason, 1972 ) dengan
istilah early self.
Kemudian individu mulai punya kemampuan untuk memandang ke dunia di luar dirinya
dan mulai belajar merespon orangtlain. Bisa dikatakan bahwa konsep diri fisik muncul
lebih dahulu dibandingkan konsep diri psikologis.
Perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang hidup. Setiap tahap
perkembangan mempunyai aktivitas spesifik yang membantu seseorang dalam
mengembangkan konsep diri yang positif. Tahap- tahap perkembangan konsep diri :

1. Bayi
Apa yang pertama kali dibutuhkan seorang bayi adalah pemberi perawatan primer
dan hubungan dengan pemberi perawatan tersebut. Bayi menumbuhkan rasa percaya
dari konsistensi dalam interaksi pengasuhan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh
orang tua atau orang lain. Penyapihan, kontak dengan orang lain, dan penggalian
lingkungan memperkuat kewaspadaan diri. Tanpa stimulasi yang adekuat dari
kemampuan motorik dan penginderaan, perkembangan citra tubuh dan konsep diri
mengalami kerusakan. Pengalaman pertama bayi dengan tubuh mereka yang sangat

21
ditentukan oleh kasih sayang dan sikap ibu adalah dasar untuk perkembangan citra
tubuh.
2. Todler
Tugas psikososial utama mereka adalah mengembangkan otonomi. Anak-anak
beralih dari ketergantungan total kepada rasa kemandirian dan keterpisahan diri
mereka dari orang lain. Mereka mencapai keterampilan dengan makan sendiri dan
melakukan tugas higien dasar.
Anak usia bermain belajar untuk mengoordinasi gerakan dan meniru orang lain.
Mereka belajar mengontrol tubuh mereka melalui keterampilan locomotion, toilet
training, berbicara dan sosialisasi.
3. Usia pra sekolah
Pada masa ini seorang anak memiliki inisiatif, mengenali jenis
kelamin,meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan keterampilan berbahasa,
dan sensitive terhadap umpan balik keluarga.
Anak-anak belajar menghargai apa yang orang tua mereka hargai. Penghargaan dari
anggota keluarga menjadi penghargaan diri. Kaluarga sangat penting untuk
pembentukan konsep diri anak dan masukan negatif pada masa ini akan
menciptakan penurunan harga diri dimana orang tersebut sebagai orang dewasa akan
bekerja keras untuk mengatasinya.
4. Anak usia sekolah
Menurut Bee ( 1981 ) mengungkapkan bahwa pada masa ini seorang anak
menggabungkan umpan balik dari teman sebaya dan lingkungan sosial selain
keluarga mulai mempengaruhi pandangan dan juga penilaian individu terhadap
dirinya. Tahap ini oleh Allport ( Sarason, 1972 ) disebut dengan tahapperkembangan
diri sebagai pelaku. Individu mulai belajar untuk bisa mengatasi berbagai macam
masalah secara rasional.
Dengan anak memasuki usia sekolah, pertumbuhan menjadi cepat dan lebih
banyak didapatkan keterampilan motorik, sosial dan intelektual. Tubuh anak
berubah, dan identitas seksual menguat, rentan perhatian meningkat dan aktivitas
membaca memungkinkan ekspansi konsep diri melalui imajinasi ke dalam peran,
perilaku dan tempat lain. Konsep diri dan citra tubuh dapat berubah pada saat ini
karena anak terus berubah secara fisik, emosional, mental dan sosial.

22
5. Masa remaja
Menurut Hollingworth ( dalam Jersild, 1965 ) masa remaja merupakan masa
terpenting bagi seseorang untuk menemukan dirinya. Mereka harus menemukan
nilai-nilai yang berlaku dan yang akan mereka capai di dalamya. Individu harus
belajar untuk mengatasi masalah-masalah, merencanakan masa depan dan
khususnya mulai memilih pekerjaan yang akan digeluti seara rasioanal ( Allport
dalam Sarason, 1972 : 39 ).
Masa remaja membawa pergolakan fisik, emosional, dan sosial. Sepanjang maturasi
seksual, perasaan, peran, dan nilai baru harus diintegrasikan ke dalam diri.
Pertumbuhan yang cepat yang diperhatikan oleh remaja dan orang lain adalah faktor
penting dalam penerimaan dan perbaikan citra tubuh.
Perkembangan konsep diri dan citra tubuh sangat berkaitan erat dengan
pembentukan identitas. Pengamanan dini mempunyai efek penting. Pengalaman
yang positif pada masa kanan-kanak memberdayakan remaja untuk merasa
baiktentang diri mereka. Pengalaman negatif sebagai anak dapat mengakibatkan
konsep diri yang buruk. Mereka mengumpulkan berbagai peran perilaku sejalan
dengan mereka menetapkan rasa identitas.
6. Masa dewasa muda
Pada masa dewasa muda perubahan kognitif, sosial dan perilaku terus terjadi
sepanjang hidup. Dewasa muda adalah periode untuk memilih. Adalah periode
untuk menetapakan tanggung jawab, mencapai kestabilan dalam pekerjaan dan
mulai melakukan hubungan erat. Dalam masa ini konsep diri dan citra tubuh
menjadi relatif stabil.
Konsep diri dan citra tubuh adalah kreasi sosial, penghargaan dan penerimaan
diberikan untuk penampilan normal dan perilaku yang sesuai berdasarkan standar
sosial. Konsep diri secara konstan terus berkembang dan dapat diidentifikasi dalam
nilai, sikap, dan perasaan tentang diri.
7. Usia dewasa tengah
Usia dewasa tengah terjadi perubahan fisik seperti penumpukan lemak, kebotakan,
rambut memutih dan varises. Tahap perkembangan ini terjadi sebagai akibat
perubahan dalam produksi hormonal dan sering penurunan dalam aktivitas
mempengarui citra tubuh yang selanjutnya dapat mengganggu konsep diri.

23
Tahun usia tengah sering merupakan waktu untuk mengevaluasi kembali
pengalaman hidup dan mendefinisikan kembali tentang diri dalam peran dan nilai
hidup. Orang usia dewasa tengah yang manerima usia mereka dan tidak mempunyai
keinginan untuk kembali pada masa-masa muda menunjukkan konsep diri yang
sehat.
8. Lansia
Parubahan pada lansia tampak sebagai penurunan bertahap struktur dan fungsi.
Terjadi penurunan kekuatan otot dan tonus otot.
Konsep diri selama masa lansia dipengaruhi oleh pengalaman sepanjang hidup.
Masa lansia adalah waktu dimana orang bercermin pada hidup mereka, meninjau
kembali keberhasilan dan kekecewaan dan dengan demikian menciptakan rasa
kesatuan dari makna tentang diri makna tentang diri mereka dan dunia membentu
generasi yang lebih muda dalam cara yang positif sering lansia mengembangkan
perasaan telah meninggalkan warisan.
Perjalanan untuk pencarian identitas diri bukan merupakan proses langsung jadi,
melainkan sebuah proses yang berkesinambungan. Konsep diri yang berupa totalitas
persepsi, pengharapan, dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri terbentuk
berdasarkan proses belajar tentang nilai, sikap, peran, dan identitas yang
berlangsung seiring tugas perkembangan yang dikembangkan dalam konsep diri.

J. Langkah-langkah Mempertahankan Konsep Diri


1. Bersikap obyektif dalam mengenali diri sendiri
Jangan abaikan pengalaman positif atau pun keberhasilan sekecil apapun yang
pernah dicapai. Lihatlah talenta, bakat dan potensi diri dan carilah cara
dan kesempatan untuk mengembangkannya. Janganlah terlalu berharap bahwa Anda
dapat membahagiakan semua orang atau melakukan segala sesuatu sekaligus.
2. Hargailah diri sendiri
Tidak ada orang lain yang lebih menghargai diri kita selain diri sendiri.
Jikalau kita tidak bisa menghargai diri sendiri, tidak dapat melihat kebaikan yang ad
a padadiri sendiri, tidakmampu memandang hal baik dan positif terhadap diri,
bagaimana kita bisa menghargai orang lain dan melihat hal baik yang ada dalam diri
oranglain secara positif. Jikakita tidak bisa menghargai orang lain, bagaimana orang
lain bisa menghargai diri kita?

24
3. Jangan memusuhi diri sendiri
Peperangan terbesar dan paling melelahkan adalah peperangan yang terjadi dalam
diri sendiri. Sikap menyalahkan diri sendiri secara berlebihan merupakan pertanda
bahwa ada permusuhan dan peperangan antara harapan ideal dengan kenyataan diri
sejati (real self). Akibatnya, akan timbul kelelahan mental dan rasa frustrasi yang
dalam serta makin lemah dan negatif konsep dirinya.
4. Berpikir positif dan rasional
semua itu banyak tergantung pada cara kita memandang segala sesuatu, baik itu pers
oalan maupun terhadap seseorang. Jadi, kendalikan pikiran kita jika pikiran itu mulai
menyesatkan jiwa dan raga.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa langkah membangun konsep diri
adalah :
a. Belajar menyukai diri sendiri atau cinta diri sendiri
b. Kembangkan pikiran positive thinking
c. Hubungan interpersonal harus dibina dengan baik
d. Pro-aktif atau sikap yang aktif menuju yang positive
e. Menjaga keseimbangan hidup

K. Hambatan dalam membangun konsep diri


Potensi yang dimiliki seseorang bisa berkembang atau tidak, itu tergantung
pada pribadi yang bersangkutan dan lingkungan dia berada. Beberapa hambatan yang
sering terjadi dalam pengembangan potensi diri adalah sebagai berikut :
1. Hambatan yang berasal dari lingkungan;
Lingkungan merupakan salah satu faktor penghambat dalam pengembangan potensi
diri. Hambatan ini antara lain disebabkan sistem pendidikan yang dianut, lingkungan
kerja yang tidak mendukung semangat pengembangan potensi diri, dan tanggapan
atau kebiasaan dalam lingkungan kebudayaan.
2. Hambatan yang berasal dari individu sendiri;
Penghambat yang cukup besar adalah pada diri sendiri,misalnya sikap berprasangka,
tidak memiliki tujuan yang jelas, keengganan mengenal diri sendiri, ketidak
mampuan mengatur diri, pribadi yang kerdil, kemampuan yang tidak memadai untuk
memecahkan masalah, kreativitas rendah, wibawa rendah, kemampuan pemahaman

25
manajerial lemah, kemampuan latih rendah dan kemampuan membina tim yang
rendah.

L. Pengaruh perawat dalam konsep diri klien


Penerimaan perawat terhadap klien dengan perubahan konsep diri membantu
menstimulasi rehabilitasi yang positif. Klien yang penampilan fisiknya telah mengalami
perubahan dan yang harus beradaptasi terhadap citra tubuh yang baru, hampir pasti baik
klien maupun keluarganya akan melihat pada perawat dan mengamati respons dan
reaksi mereka terhadap situasi yang baru. Dalam hal ini perawat mempunyai dampak
yang signifikan. Rencana keperawatan yang dirumuskan untuk membantu klien dengan
perubahan konsep diri dapat ditingkatkan atau digagalkan oleh nilai dan perasaan bawah
sadar perawat.
Penting artinya bagi perawat untuk mengkaji dan mengklarifikasi hal-hal berikut
mengenai diri mereka :
1. Perasaan perawat sendiri mengenai kesehatan dan penyakit
2. Bagaimana perawat bereaksi terhadap stress
3. Kekuatan komunikasi nonverbal dengan klien dan keluarganya dan bagaimana hal
tersebut ditunjukkan.
4. Nilai dan harapan pribadi apa yang ditunjukkan dan mempengaruhi klien
5. Bagaimana pendekatan tidak menghakimi dapat bermanfaat bagi klien
Untuk menciptakan hubungan antara perawat dan pasien diperlukan komunikasi
yang akan mempermudah dalam mengenal kebutuhan pasien dan menentukan
rencana tindakan serta kerja sama dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Hubungan
perawat dan klien yang terapeutik akan memepermudah proses komunikasi tersebut.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk untuk kesembuhan pasien.
Tujuan komunikasi terapeutik itu sendiri adalah :
a. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan
pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila
pasien percaya pada hal yang diperlukan.
b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif
dan mempertahankan kekuatan egonya
c. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.

26
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KONSEP DIRI

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian terhadap masalah konsep diri adalah persepsi individu atau pola konsep
diri, pola berhubungan atau peran, pola reproduksi, koping terhadap stres, serta adanya
nilai keyakinan dan tanda-tanda ke arah perubahan fisik, seeprti kecemasan, ketakutan,
rasa marah, rasa bersalah dan lain-lain.

B. Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan citra tubuh b/d ancaman terhadap konsep diri.
2. Gangguan harga diri b/d perubahan interaksi sosial.

27
C. Intervensi Keperawatan
Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 Ganguan citra tubuh b/d Tujuan/kriteria hasil : 1. Kaji dan dokumentasikan respons 1. Mengumpulkan dan Menganalisa
1. Gangguan citra tubuh verbal dan nonverbal pasien Data.
ancaman terhadap
berkurang yang di terhadap tubuh pasien.
konsep diri buktikan oleh
penyesuain psikososial, 2. Indetifikasi mekanisme koping 2. Mengetahui mekanisme koping
perubahan, hidup, citra yang biasa di gunakan pasien pasien
tubuh positif,tidak
mengalami, 3. Dengarkan pasien dan keluarga 3. Menganalisis faktor pontesial ,
keterlambatan dalam secara aktif dan akui realitas menetapkan resiko kesehatan
perkembangan anak, kekhawatiran terhadap perawatan, memprioritaskan strategi
harga diri positif. kemajuaan, dan prognosis menurunkan risiko untuk individu
atau kelompok
2. Menunjukkan citra
tubuh, yang dibuktikan 4. Beri dorongan kepada paasien dan 4. Menganalisis faktor pontesial ,
oleh kesesuain antara keluarga untuk menggukapkan menetapkan resiko kesehatan
realitas tubuh, ideal perasaan untuk berduka jika perlu. memprioritaskan strategi
tubuh, dan perwujudan menurunkan risiko untuk individu
tubuh,kepuasan atau kelompok
terhadap penampilan
dan fungsi 5. Dukungan mekanisme koping yang 5. Membantu pasien untuk beradaptasi
tubuh,keinginan untuk biasa digunakan pasien, sebagai dengan persepsi stersor, perubahan,
menyentuh bagian contoh tidak meminta pasien untuk atau ancaman yang menghambat
tubuh yang mengalami mengeksplorasi perasaannya jika pemenuhan tuntutan dan peran
gangguan pasien tampak enggan hidup
melakukannya

6. Bantu pasien dan keluarga untuk 6. Menganalisis faktor pontesial ,


mengidentifikasi kekuatan dan menetapkan resiko kesehatan

28
mengenali keterbatasan mereka memprioritaskan strategi
,berikan perawatan dengan cara menurunkan risiko untuk individu
yang tidak menghakimi, juga atau kelompok
privasi dan martabat pasien

7. Peningkatan citra tubuh (NIC), 7. Meningkatkan persepsi sadar dan


identifikasi cara mengurangi tak sadar pasien serta sikap terhadap
dampak,kecacatan melalui pakaian, tubuh pasien
gunakan latihan pengukapkan diri
dengan kelompok remaja atau
pengukapan atas kareteristik fisik
normal lain

2. Gangguan harga diri b/d Tujuan/kriteria hasil: 1. Dukung eksperesi emosi 1. Dengan menunjukan minat dan
Pasien akan mencapai keyakinan, perilaku dan pikiran penerimaan terhadap perasaan dan
perubahan interaksi
tingkat aktualisasi diri pasien – secara verbal, non verbal, pikiran pasien, perawat membantu
sosial yang maksimal untuk simbolik atau langsung. pasien untuk melakukan hal yang
mengakui potensi dirinya. sama.
1. Meluaskan
kesadaran diri 2. Bangkitkan persepsi pasien tentang 2. Pengungkapan diri dan pemahaman
pasien kelebihan dan kekurangan diri terhadap persepsi diri diperlukan
2. Mendukung yang dimilikinya. untuk membawa perubahan yang
eksplorasi diri akan datan, pengungkapan diri
pasien. dapat mengurangi ansietas.
3. Membantu evaluasi
diri pasien. 3. Gunakan diri secara terapeutik 3. Kesadaran diri memungkinkan
4. Membantu pasien dengan: perawat memberikan modal
agar bertekad a. Berbagi perasaan anda perilaku auntentik dan membatasi
untuk membuat dengan pasien pengaruh negatif dalam hubungan
keputusan dan b. Mengkapkan tentang apa interaksi.

29
mencapai yang mungkin orang lain
tujuannya sendiri rasakan
c. Mencerminkan persepsi
anda terhadap pasien.

4. Gunakan respon empatik 4. Simpati dapat menimbulkan rasa


dan pantau diri anda kasihan pasien, sebaliknya perawat
terhadap perasaan simpati harus mengkumonikasikan bahwa
atau kasihan. situasi kehidupan pasien
memerlukan kendali diri

5. Gunakan sistem pendukung 5. Libatkan keluarga dan kelompok


dari keluarga dan dalam mendukung dan
kelompok untuk memfasilitasi eksplorasi diri pasien.
memfasilitasi eksplorasi
diri pasien

30
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Konsep diri adalah cara seseorang untuk melihat dirinya secara utuh dengan
semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam
berhubungan dengan orang lain. Sangatlah penting bagi seorang perawat untuk
memahami konsep diri terlebih dahulu harus menanamkan dalam dirinya sendiri
sebelum melayani klien, sebab keadaan yang dialami klien bisa saja mempengaruhi
konsep dirinya, disinilah peran penting perawat selain memenuhi kebutuhan dasar
fisiknya yaitu membantu klien untuk memulihkan kembali konsep dirinya.
Ada beberapa komponen konsep diri yaitu identitas diri yang merupakan
intenal idividual, citra diri sebagai pandangan atau presepsi, harga diri yang menjadi
suatu tujuan, ideal diri menjadi suatu harapan, dan peran atau posisi di dalam
masyarakat.Untuk membangun konsep diri kita harus belajar menyukai diri sendiri,
mengembangkan pikiran positif, memperbaiki hubungan interpersonal ke yang lebih
baik, sikap aktif yang positif, dan menjaga keseimbangan hidup.
Semua yang kita lakukan pasti ada manfaatnya begitu juga dalam memahami
konsep diri, kita menjadi bangga dengan diri sendiri, percaya diri penuh, dapat
beradaptasi dengan lingkungan, dan mencapai sebuah kebahagiaan dalam hidup.

B. SARAN
Disarankan setelah membaca makalah ini dan memahaminya agardiaplikasikan
ilmunya dalam kehidupan sehingga, sikap saling mengertidan menghargai sesama
manusia lebih baik

31
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.Surabaya: Salemba


Medika
Potter, Perry. 2005. “ Buku Ajar Fundamental Keperawatan “. EGC : Jakarta.
Wong L. Donna, Hockenberry-Eaton Marilyn, dkk. 2008. “ Buku Ajar Keperawatan
Pediartik Vol.1”. EGC : Jakarta
Sunaryo. 2004. “ Psikologi untuk Keperawatan”. EGC : Jakarta
Brooks, W.D., Emmert, P. Interpersonal Community. Iowa. Brow Company Publisher. 1976
Yani AS. 1998. Buku saku: Keperawatan jiwa. Edisi 3. EGC. Jakarta
Keliat. AB. 1994. Gangguan konsep diri. GC. Jakarta.

32

Anda mungkin juga menyukai