Anda di halaman 1dari 9

Lembar Tugas Mandiri

Modul Ginjal dan Cairan Tubuh


Tingkat 2 / Semester 4 / DK 7 / FKUI 2016
Salsabila Yasmine Dyahputri
1606876916

Manifestasi Klinis dan Diagnosis Retensi Urin

I. Pendahuluan
Retensi urin adalah ketidakmampuan untuk mengeluarkan urin secara volunter.
Kondisi ini dapat menjadi akut atau kronis. Terdapat banyak kondisi yang
menyebabkan retensi urin dan dapat diklasifikasikan menjadi obstruksi, infeksi,
inflamasi, farmakologi, neurologi, dan lain-lain. Penyebab tersering retensi urin adalah
hiperplasia prostat benigna. Pada kebanyakan kasus, penelusuran riwayat, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang dapat menentukan penyebab retensi urin. Tatalaksana
awal retensi urin adalah kateterisasi kandung kemih dengan dekompresi yang segera
dan tuntas sedangkan tatalaksana definitifnya bergantung dengan etiologi dan dapat
berupa tindakan bedah dan medis.1 Adapun pada pembahasan kali ini akan difokuskan
pada manifestasi klinis dan diagnosis retensi urin.

II. Pembahasan

Manifestasi Klinis Retensi Urin


Manifestasi klinis retensi urin akut meliputi: ketidakmampuan untuk berkemih,
perasaan sakit dan sangat mendesak untuk berkemih, nyeri atau ketidaknyamanan pada
bagian bawah abdomen, dan kembung pada bagian bawah abdomen. Manifestasi-
manifestasi tersebut membutuhkan penaganan medis sesegera mungkin.2
Manifestasi klinis retensi urin kronik meliputi: frekuensi buang air kecil yang
meningkat menjadi 8 kali atau lebih per hari, kesulitan memulai aliran urin, aliran urin
yang lemah atau terganggu, keinginan mendesak untuk berkemih walaupun sulit untuk
mengeluarkan urin, perasaan kembali ingin berkemih setelah selesai berkemih, dan
ketidaknyamanan ringan dan konstan pada bagian bawah abdomen dan saluran kemih.2
Sebagian pasien retensi urin kronik tidak memiliki gejala yang membuat
mereka mencari penanganan medis. Pasien yang tidak sadar bahwa ia memiliki retensi
urin kronik memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mengalami komplikasi.2
Lembar Tugas Mandiri
Modul Ginjal dan Cairan Tubuh
Tingkat 2 / Semester 4 / DK 7 / FKUI 2016
Salsabila Yasmine Dyahputri
1606876916

Diagnosis Retensi Urin


 Pemeriksaan fisik
Tenaga medis dapat menduga adanya retensi urin karena gejala yang dialami pasien
dan dengan melakukan pemeriksaan fisik di abdomen bagian bawah. Tenaga medis
dapat merasakan kandung kemih yang terdistensi dengan melakukan palpasi dan
perkusi di abdomen bagian bawah.2
 Pengukuran volume urin residu postvoid
Pemeriksaan ini mengukur volume urin yang tersisa pada kandung kemih setelah
berkemih. Volume yang tersisa ini disebut volume urin residu postvoid. Teknisi
yang dilatih khusus melakukan USG untuk mengukur volume urin residu postvoid.
Teknisi melakukan USG kandung kemih dan dokter spesialis radiologi
menginterpretasi gambar hasil USG.2

Gambar 1. Hasil USG kandung kemih terdistensi yang berisi urin lebih dari 450
mL.1
Tenaga medis dapat menggunakan kateter untuk mengukur volume urin residu
postvoid. Setelah pasien berkemih, kateter dimasukkan melalui uretra menuju
kandung kemih untuk mengeluarkan dan mengukur jumlah urin yang tersisa.
Volume urin residu postvoid dalam jumlah 100 mL atau lebih mengindikasikan
bahwa kandung kemih tidak kosong secara tuntas.2
 Sitoskopi
Sitoskopi adalah prosedur yang membutuhkan sitoskop untuk melihat keadaan di
dalam uretra dan kandung kemih. Pasien diberi anastesi lokal dalam prosedur ini.
Lembar Tugas Mandiri
Modul Ginjal dan Cairan Tubuh
Tingkat 2 / Semester 4 / DK 7 / FKUI 2016
Salsabila Yasmine Dyahputri
1606876916

Sitoskopi digunakan untuk mendiagnosis striktur uretra atau mencari keberadaan


batu kandung kemih yang menghalangi bukaan uretra.2

Gambar 2. Sitoskopi.3
 CT Scan
Sebelum CT Scan dilakukan, pasien diberikan cairan kontras untuk diminum dan
injeksi kontras. CT Scan dapat menunjukkan batu saluran kemih, infeksi saluran
kemih, tumor, luka akibat trauma, dan kista.2
 MRI Spinal
MRI spinal digunakan untuk mengevaluasi keberadaan herniasi diskus
lumbosakral, sindrom cauda equina, tumor spinal, kompresi korda spinalis, atau
multiple sclerosis.1
 Colok Dubur
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memperkirakan ukuran prostat serta mengecek
adanya nodul prostat atau impaksi feses. Pembesaran prostat dapat menyebabkan
penyempitan uretra yang menyebabkan retensi urin.1
 Tes Urodinamik
Tes urodinamik terdiri dari beberapa prosedur yang bertujuan untuk mengetahui
seberapa baik kandung kemih dan uretra menampung dan mengeluarkan urin.
Tenaga kesehatan dapat menggunakan satu atau lebih tes urodinamik untuk
mendiagnosis retensi urin. Tes urodinamik dapat berupa uroflowmetry, pressure
flow study, dan video urodynamics.2
Lembar Tugas Mandiri
Modul Ginjal dan Cairan Tubuh
Tingkat 2 / Semester 4 / DK 7 / FKUI 2016
Salsabila Yasmine Dyahputri
1606876916

- Uroflowmetry
Uroflowmetry digunakan untuk mengukur kecepatan dan volume urin. Alat
khusus secara otomatis mengukur jumlah urin dan kecepatan alirannya.
Alat-alat yang digunakan berupa alat untuk menangkap dan mengukur urin
serta komputer untuk merekam data. Alat tersebut membuat suatu grafik
yang menunjukkan perubahan kecepatan aliran urin dari detik ke detik
sehingga tenaga kesehatan dapat mengetahui kecepatan aliran urin tertinggi
dan berapa detik yang dibutuhkan untuk mencapainya. Otot kandung kemih
yang lemah atau aliran urin yang terhambat akan memberikan hasil tes yang
abnormal.2

Gambar 3. Uroflowmeter.4 Gambar 4. Hasil Uroflowmetry.5

- Pressure flow study


Pressure flow study mengukur tekanan pada kandung kemih yang
dibutuhkan untuk berkemih dan kecepatan aliran urin yang dibentuk oleh
tekanan tersebut. Tenaga kesehatan memasangkan kateter dengan
manometer ke dalam kandung kemih. Manometer mengukur tekanan
kandung kemih dan kecepatan aliran urin seiring pengosongan kandung
kemih. Pemeriksaan ini dapat membantu mendiagnosis obstruksi saluran
kandung kemih.2
Lembar Tugas Mandiri
Modul Ginjal dan Cairan Tubuh
Tingkat 2 / Semester 4 / DK 7 / FKUI 2016
Salsabila Yasmine Dyahputri
1606876916

Gambar 5. Pressure flow study.6


- Video urodynamics
Pemeriksaan ini menggunakan sinar X atau USG untuk membuat gambaran
real-time kandung kemih dan uretra saat pengisian atau pengosongan
kandung kemih. Untuk penggunaan sinar X, tenaga kesehatan memasukkan
kateter menuju kandung kemih lalu kandung kemih diisi dengan medium
kontras. Video urodynamics dapat menunjukkan ukuran dan bentuk saluran
kemih, aliran urin, dan penyebab retensi urin seperti obstruksi saluran
kandung kemih.2

Gambar 6. Video urodynamics.7


Lembar Tugas Mandiri
Modul Ginjal dan Cairan Tubuh
Tingkat 2 / Semester 4 / DK 7 / FKUI 2016
Salsabila Yasmine Dyahputri
1606876916

 Elektromiografi (EMG)
Elektromiografi menggunakan sensor khusus untuk mengukur aktivitas listrik otot
dan saraf di kandung kemih dan sfingter uretra. Pemeriksaan ini juga dapat
dilakukan pada otot bagian tubuh lainnya. Teknisi yang dilatih khusus meletakkan
sensor pada kulit di sekitar uretra dan rektum. Pola dari impuls saraf menunjukkan
apakah stimulus yang ditujukan untuk kandung kemih dan sfingter uretra bekerja
dengan benar atau tidak.2

Gambar 6. Elektromiografi.8
 Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan pada pasien dengan retensi urin
adalah urinalisis, pengukuran kadar urea serum, kreatinin serum, elektrolit serum,
glukosa darah, dan prostat spesifik antigen. Urinalisis dilakukan untuk mengecek
adanya infeksi, hematuria, proteinuria, atau glukosuria. Kadar urea, kreatinin, dan
elektrolit serum dapat digunakan untuk mengevaluasi adanya gagal ginjal akibat
obstruksi saluran kemih bagian bawah. Kadar glukosa darah digunakan untuk
mengevaluasi diabetes yang tidak terdiagnosis atau tidak terkontrol pada kandung
kemih neurogenik. Kadar prostat spesifik antigen meningkat pada kanker prostat,
hiperplasia prostat benigna, dan prostatitis.1
Lembar Tugas Mandiri
Modul Ginjal dan Cairan Tubuh
Tingkat 2 / Semester 4 / DK 7 / FKUI 2016
Salsabila Yasmine Dyahputri
1606876916

Kemungkinan Etiologi Retensi Urin berdasarkan Penelusuran Riwayat dan


Pemeriksaan Fisik

 Kemungkinan etiologi retensi urin adalah hiperplasia prostat benigna jika pasien
memiliki riwayat retensi urin serta pada pemeriksaan colok dubur ditemukan
prostat yang membesar, keras, tidak ada nyeri tekan, dan tidak bernodul.1
 Kemungkinan etiologi retensi urin adalah prostatitis akut jika pasien memiliki
riwayat demam, disuria, nyeri punggung, perineal, dan rektum serta pada
pemeriksaan colok dubur ditemukan prostat dengan nyeri tekan, terasa hangat, dan
tidak terasa keras. Selain itu, dapat ditemukan cairan abnormal yang keluar dari
penis.1
 Kemungkinan etiologi retensi urin adalah kanker prostat jika pasien memiliki
riwayat penurunan berat badan dan gejala – gejala konstitusional (gejala penyakit
umum seperti sakit kepala, mudah lelah, mual, muntah, sesak napas, kebingungan)
serta pada pemeriksaan colok dubur ditemukan pembesaran prostat dan nodul pada
prostat.1
 Kemungkinan etiologi retensi urin adalah infeksi saluran kemih atau infeksi
menular seksual jika pasien memiliki riwayat disuria, hematuria, demam, nyeri
punggung, keluarnya cairan abnormal dari uretra, ruam pada daerah genital, dan
aktivitas seksual terkini serta pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan
suprapubik, nyeri ketok costovertebral, dan vesikel di daerah genital.1
 Kemungkinan etiologi retensi urin adalah tumor kandung kemih jika pasien
memiliki riwayat hematuria tanpa nyeri dan pada pemeriksaan fisik ditemukan
gross hematuria dengan gumpalan darah.1
Lembar Tugas Mandiri
Modul Ginjal dan Cairan Tubuh
Tingkat 2 / Semester 4 / DK 7 / FKUI 2016
Salsabila Yasmine Dyahputri
1606876916

III. Penutup
Berdasarkan seluruh penjelasan mengenai manifestasi klinis dan diagnosis
retensi urin, jika dikaitkan dengan pemicu 4, maka dapat disimpulkan bahwa Tuan C
mengalami retensi urin karena Ia memiliki keluhan sulit berkemih sejak 8 jam sebelum
masuk rumah sakit, pancaran urin yang memburuk selama 6 bulan terakhir, sering
terbangun di malam hari untuk buang air kecil, dan merasakan sakit di perut bagian
bawahnya. Adapun untuk mendiagnosis retensi urin serta penyebab retensi urin yang
dialami Tuan C, dapat dilakukan palpasi dan perkusi abdomen bagian bawah,
pengukuran volume urin residu postvoid, sitoskopi, CT scan, MRI spinal, colok dubur
tes urodinamik, elektromiografi, dan pemeriksaan laboratorium.
Lembar Tugas Mandiri
Modul Ginjal dan Cairan Tubuh
Tingkat 2 / Semester 4 / DK 7 / FKUI 2016
Salsabila Yasmine Dyahputri
1606876916

Daftar Pustaka

1. Selius BA, Subedi R. Urinary retention in adults: diagnosis and initial management
[Internet]. American Academy of Family Physicians. 2008 [cited 25 February 2018].
Available from: https://www.aafp.org/afp/2008/0301/p643.html#sec-2
2. Nickel JC, Schaeffer AJ. Urinary retention [Internet]. National Institute of Diabetes and
Digestive and Kidney Diseases. 2014 [cited 25 February 2018]. Available from:
https://www.niddk.nih.gov/health-information/urologic-diseases/urinary-retention#sec5
3. Urology Care Foundation. What is cystoscopy? [Internet]. Urology Care Foundation. [cited
25 February 2018]. Available from: https://www.urologyhealth.org/urologic-
conditions/cystoscopy
4. European Association of Urology. Assessment and diagnosis [Internet]. European
Association of Urology. 2017 [cited 25 February 2018]. Available from:
http://patients.uroweb.org/i-am-a-urology-patient/urinary-incontinence/assessment-and-
diagnosis-of-urinary-incontinence/
5. Jackson L. Uroflow test - office instructions [Internet]. Lake Jackson Urology. [cited 25
February 2018]. Available from: https://www.lakejacksonurology.com/provider-
physician/instructions-uroflow_test
6. Plastic Surgery Key. Urodynamics: cystometry and urethral function tests [Internet].
Plastic Surgery Key. 2016 [cited 25 February 2018]. Available from:
https://plasticsurgerykey.com/urodynamics-cystometry-and-urethral-function-tests-2/
7. Ramkrishna Care Hospitals. Urodynamic studies [Internet]. Ramkrishna Care Hospitals.
[cited 25 February 2018]. Available from:
http://www.ramkrishnacarehospitals.com/urodynamic-studies.php
8. Golani A, Jayan N. Electromyography (EMG) - procedure, purpose, risks [Internet].
Medindia. 2016 [cited 25 February 2018]. Available from:
http://www.medindia.net/patientinfo/electromyography.htm

Anda mungkin juga menyukai