Sustainable Architecture
Sustainable Architecture
Dapat diartikan sebagai arsitektur yang berkelanjutan, yaitu arsitektur bukan semata -
mata membuat bangunan yang sekedar indah / sesuai keinginan pemilik / nyaman bagi
pengguna saja, tetapi seharusnya memberikan dampak yang baik bagi lingkungan sekitar
juga.
Sustainable Architecture adalah sebuah konsep terapan dalam bidang arsitektur untuk
mendukung konsep berkelanjutan, yaitu konsep mempertahankan sumber daya alam agar
bertahan lebih lama, yang dikaitkan dengan umur potensi vital sumber daya alam dan
lingkungan ekologis manusia, seperti sistem iklim planet, sistem pertanian, industri,
kehutanan, dan tentu saja arsitektur.
Berbagai konsep dalam arsitektur yang mendukung arsitektur berkelanjutan, antara lain
dalam efisiensi penggunaan energi, efisiensi penggunaan lahan, efisisensi penggunaan
material, penggunaan teknologi dan material baru, dan manajemen limbah.
Proses keberlanjutan arsitektur meliputi keseluruhan siklus masa suatu bangunan, mulai
dari proses pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan. Visi
arsitektur berkelanjutan tidak saja dipacu untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (glass
houses effect), juga mengandung maksud untuk lebih menekankan pentingnya sisi
kualitas dibanding kuantitas ditinjau dari aspek fungsional, lingkungan, kesehatan,
kenyamanan, estetika dan nilai tambah.
Intinya, sebuah bangunan yang sustainable diharapkan mampu memberikan kenyamanan
dan manfaat bagi pengguna, masyarakat sekitar, alam dan aspek - aspek lainnya secara
global.
BEBERAPA PENDAPAT TERKAIT ARSITEKTUR BERKELANJUTAN
SCAT merupakan alat bantu untuk mengukur dan memberi penilaian apakah sebuah bangunan
cukup sustainable atau tidak. Software ini dikembangkan oleh Departemen Sustainable
Construction PT Holcim Indonesia Tbk.
Ada 3 indikator utama yang diangkat menjadi isu utama alat bantu ini. Tiap indikator utama
tersebut membawahi beberapa sub-point kriteria yang harus diberi penilaian secara kuantitatif.
Sosial
o Hampir mencakup semua kriteria yang ada, kenyamanan pengguna benar – benar
diperhatikan dengan menciptakan bukaan – bukaan yang tinggi (3,75 m) sehingga
hanya 1 m area lantai kantor yang tidak terkena cahaya matahari. Pencahayaan
alami terbukti meningkatkan tingkat produktivitas kerja. Selain itu, lokasi
bangunan berada di daerah strategis sehingga memudahkan pencapaian ke gedung
ini dengan transportasi publik.
Ekonomi
o Pemilik grha ini melibatkan kontraktor dan arsitek lokal dalam pembangunannya,
serta sebagian besar komponen dan material menggunakan produk lokal.
o Efisiensi bangunan ditunjukkan melalui tingkat hunian yang tinggi yaitu
mencapai 85%, dengan jam operasional 8 jam sehari.
o Efisiensi berinteraksi juga dipertimbangkan dengan mengalokasikan satu lantai
untuk satu divisi.
o Fleksibilitas ruang ditunjukkan antara lain dengan plafon dengan tinggi lebih dari
3 m, dan tiap lantainya tidak menggunakan partisi permanen sehingga dapat
dibongkar dan dengan mudah dialihfungsikan untuk kebutuhan yang lain.
Lingkungan
o Mematikan AC secara otomatis pada jam istirahat dan pada jam 16.00
o Pemanfaatan potensi cahaya matahari sebagai penerangan alami pada jam – jam
kerja, lampu hanya dinyalakan saat kondisi cuaca ekstrem, misalnya mendung.
o Dari sisi penghematan air, dilakukan efisiensi system plumbing yang dipusatkan
dalam satu area core plumbing.
o Dampak yang signifikan dari penghematan energi ini adalah running cost bias
ditekan sampai 40% jika dibandingkan bangunan – bangunan lain yang berskala
hampir sama.
Nilai akhir SCAT yang dicapai masuk dalam kategori good, bahkan mendekati sempurna,
dengan nilai 4,0. Rata – rata untuk tiap poin juga baik, yaitu 4,7 untuk sosial, 4,4 untuk
ekonomi, dan 3,0 untuk lingkungan
Keberlanjutan jelas menjadi pemikiran yang benar – benar terealisasikan pada bangunan
ini.
Sumber : Seri Rumah Ide, ideaonline.co.id dan architecturejournals.wordpress.com