Rp 8 Miliar
Menjelang akhir tahun 2013, Rido Nurul Adityawan terpaksa
menjual barang-barang pribadinya, antara lain komputer jinjing
dan kamera, untuk menambah biaya operasional bisnis Ayam
Gepuk Pak Gembus yang didirikannya pada 2 Oktober 2013. Saat
itu, modalnya semakin menipis karena hanya sedikit konsumen
yang mengunjungi warungnya. “Sehari hanya 3-4 ekor ayam,
namun saya tidak pantang menyerah,” ujar Rido mengenang.
Warung Ayam Gepuk Pak Gembus yang pertama dibuka di Rido
berlokasi di Jalan Pesanggrahan, Jakarta Barat. Warung kaki lima
itu seluas 3 X 4 m2.
Bisnis Rido bangkit dari keterpurukan saat memasuki bulan
keenam. Konsumen memadati warungnya. Rido bisa menjual 12
ekor ayam setiap hari. Kini, ia berhasil menjual 4,6 ton ayam/hari
dari hasil mewaralabakan Ayam Gepuk Pak Gembus. Omsetnya
pun meroket, “Dalam sebulan hampir Rp 8 miliar. Untuk fee
royalty-nya kami kenakan tarif Rp 500 setiap satu porsi,”
ungkapnya. Harga seporsi ayam plus nasi dibanderol Rp 18 ribu.
Dengan cara getok tular (word of mouth), Rido mempromosikan
berbagai masakan khas Ayam Gepuk Pak Gembus. Ia juga
bekerja sama dengan Grab Food dan Go Food untuk
mempermudah pelanggan membeli ayam gepuknya.
Saat ini, jumlah cabang Ayam Gepuk Pak Gembus mencapai 281
gerai yang tersebar di Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi
(Jadetabek), Lampung, Medan, Makassar, Manado, Surabaya
Jambi dan Palembang. “Juga, di Malaysia, Singapura, Hong Kong
dan Filipina,” Rido menambahkan. Jumlah cabang di Jadetabek
adalah yang terbanyak, yaitu 214 unit. Citarasa ayam gepuk
dibuat seragam karena Rido memiliki tim pengontrol kualitas
yang beranggotakan delapan orang. Ia juga menyediakan pelatih
untuk meningkatkan keterampilan SDM di cabang.