Anda di halaman 1dari 61

B.

Unsur proses
1. Proses Manajemen Asuhan Keperawatan
a. Kajian Teori
Proses asuhan keperawaatn adalah ilmiah dalam pemberian asuhan keperawatan.
Proses asuhan keperawatan juga merupakan proses terapeutik yang melibatkan
hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga atau masyarakat
untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. (Carpenito, 1989 cit Keliat
1999).
Proses asuhan keperawatan terdiri dari :
1) Pengkajian
Asuhan keperawatan memerlukan data yang lengkap dan dikumpulkan
secara terus menerus tentang keadaan pasien untuk menentukan kebutuhan
asuhan keperawatan. Data harus bermanfaat bagi semua anggota tim
kesehatan. Komponen pengkajian meliputi: pengumpulan data,
pengelompokan data, dan perumusan masalah.
2) Diagnosa
Diagnosa keperawatan menggambarkan masalah pasien baik actual,
risiko maupun potensial berdasarkan hasil pengkajian data. Diagnosa
dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisa,
dibandingkan dengan fungsi normal kehidupan pasien. Kriteria diagnosa
dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan
pasien, dibuat sesuai dengan wewenang perawat, dengan komponen terdiri
atas masalah, penyebab dan tanda gejala (PES) atau terdiri dari masalah dan
penyebab (PE) yang bersifat actual apabila masalah kesehatan sudah nyata
terjadi, bersifat risiko jika masalah kesehatan belum terjadi, dan bersifat
potensial apabila masalah kesehatan kemungkinan besar akan terjadi, dapat
ditanggulangi oleh perawat.
3) Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan.
Komponen perencanaan keperawatan meliputi prioritas masalah, tujuan,
rencana tindakan dan implementasi. Prioritas masalah ditentukan dengan
memberi prioritas utama yang mengancam kehidupan pasien dan prioritas
selanjutnya masalah yang mengganggu kenyamanan pasien. Prioritas ketiga
masalah yang mempengaruhi perilaku.
1
4) Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan
dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi yang mencangkup aspek
peningkatan, pencegahan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan
mengikutsertakan pasien dan keluarga.
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus sesuai dengan rencana yang
ada, menyangkut keadaan bio-psiko-sosio-spiritual pasien, menjelaskan
setiap tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan kepada klien, sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan dengan menggunakan sumber-sumber
yang ada, menerapkan prinsip aseptic dan antiseptic, menerapkan prinsip
aman, nyaman, ekonomis, menjaga privasi, dan mengutamakan keselamatan
pasien, melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien,
merujuk segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan pasien,
mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan, merapikan pasien dan alat
setiap selesai tindakan, melaksanakan tindakan keperawatan pada prosedur
teknik yang telah ditentukan.
5) Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilaksanakan secara periodik
sistemik, dan berencana untuk menilai perkembangan pasien. Evaluasi
dilaksanakan dengan memeriksa kembali hasil pengkajian awal dan intervensi
awal untuk mengidentifikasi masalah dan rencana keperawatan pasien
termasuk strategi keperawatan yang telah diberikan untuk memecahkan
masalah pasien. Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan lain
serta dilakukan sesuai dengan standar.
6) Pencatatan Asuhan keperawatan
Catatan asuhan keperawatan merupakan data tertulis tentang kesehatan
pasien dan perkembangan pasien selama dalam pemberian asuhan
keperawatan. Pencatatan dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat
jalan. Catatan dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan
laporan yang dilakukan setelah selesai melakukan tindakan asuhan
keperawatan. Penulisan harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah
yang baku sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan. Setiap pencatatan
harus mencantumkan paraf dan nama terang atau nama jelas perawat yang
2
melaksanakan tindakan dan waktu pelaksanaan serta menggunakan formulir
yang telah ada dan disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada klien digunakan standar
praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Standar keperawatan telah dijabarkan
oleh PPNI (2000) yang mengacu dalam tahap proses keperawatan yang
meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi. Instrumen penilaian standar tersebut telah disusun oleh DepKes
(instrument A).
Pelaksanaan dokumentasi keperawatan dengan menggunakan metode
pencatatan FOCUS (Process Oriented and client focus system) digunakan
untuk mengorganisir dokumentasi asuhan keperawatan. Penulisan catatan
perkembangan dengan menggunakan format DAR (Data-Action-Response),
dengan data berisi mengenai data subyektif dan obyektif yang mendukung
dokumentasi focus, action berupa dokumentasi tindakan keperawatan yang
segera atau yang akan dilakukan berdasarkan pengkajian atau evaluasi
keadaan klien dan respon berupa dokumentasi terhadap respon klien terhadap
tindakan yang telah dilakukan (Jumadi, 2000).
Ciri-ciri mutu keperawatan yang baik antara lain:
a) Memenuhi standar profesi yang ditetapkan
b) Sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan
secara wajar dan efisien
c) Aman bagi pasien dan perawat sebagai pemberi jasa pelayanan,
d) Memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta
e) Aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat
diperhatikan dan dihormati.
Disamping itu prasyarat untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan
antara lain:
a) Pimpinan yang peduli dan mendukung,
b) Adanya kesadaran bahwa mutu harus ditingkatkan,
c) Tenaga keperawatan disiapkan melalui upaya peningkatan
pengetahuan, sikap dan ketrampilan dengan cara diadakan program
diklat

3
d) Sarana dan perlengkapan dan lingkungan yang mendukung, serta, (5)
tersedia dan diterapkannya standar asuhan keperawatan.
b. Kajian Data
Data yang diperoleh dalam kegiatan penerapan Standar Asuhan keperawatan di
Ruang Rawat Inap Bakung dalam upaya peningkatan pendokumentasian asuhan
keperawatan maka di dapatkan hasil :

1) Instrumen A

Tabel 2.xx
Hasil Dokumentasi Keperawatan dengan Instrumen A di Ruang Bakung RSUD
Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta tanggal 5-7 Mei 2015 (n=10)

A. PENGKAJIAN
NO ASPEK YANG KODE BERKAS REKAM MEDIK PASIEN
DINILAI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Mencatat data yang - - - - - - - - - -
dikaji sesuai pedoman
pengkajian
2 Data dikelompokkan - - - - - - - - - -
Bia, Psiko, Sosio,
Spiritual
3 Data dikaji sejak pasien - - - - - - - - - -
masuk sampai pulang
4 Maslah dirumuskan - - - - - - - - - -
berdasarkan
kesenjangan antara
status kesehatan dengan
norma dan fungsi
kehidupan
SUBTOTAL - - - - - - - - - -
Total 0
Prosentase 0/40x100% = 0%
B. DIAGNOSA
1 Diagnosis keperawatan - - - - - - - - - -
berdasarkan masalah
yang telah dirumuskan
2 Diagnosis keperawatan - - - - - - - - - -
mencerminkan PE / PES
3 Merumuskan diagnosa - - - - - - - - - -
keperawatan aktual dan
potensial
SUBTOTAL - - - - - - - - - -
Total 0

4
Prosentase 0/30x100%= 0%
C. PRENCANAAN
1 Berdasarkan diagnosa - - - - - - - - - -
keperawatan
2 Disusun menurut urutan - - - - - - - - - -
prioritas
3 Rumusan tujuan - - - - - - - - - -
mengandung komponen
pasien/subjek,
perubahan perilaku,
kondisi pasien dan atau
kriteria
4 Rencana tindakan - - - - - - - - - -
mengacu pada tujuan
dengan kalimat perintah,
terinci dan jelas atau
melibatkan
pasien/keluarga
5 Rencana tindakan - - - - - - - - - -
menggambarkan
keterlibatan
pasien/keluarga
6 Rencana √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
menggambarkan kerja
sama dengan tim
kesehatan lain
SUBTOTAL 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Total 10
Prosentase 10/60x100% = 16.66%
D. IMPLEMENTASI
1 Tindakan dilaksanakan - - - - - - - - - -
mengacu pada rencana
keperawatan
2 Perawat mengobservasi - - - - - - - - - -
respon pasien terhadap
tindakan keperawatan
3 Revisi tindakan - - - - - - - - - -
berdasarkan hasil
evaluasi semua tindakan
yang telah dilaksanakan
4 Dicatat ringkas dan jelas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
SUBTOTAL 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Total 10
Persentase 10/40x100% = 25%
E. EVALUASI
1 Diagnosis keperawatan - - - - - - - - - -
dievaluasi setiap hari
sesuai dengan SOAP

5
2 Diagnosis keperawatan - - - - - - - - - -
yang sudah teratasi
terlihat dalam
dokumentasi
SUBTOTAL - - - - - - - - - -
Total 0
Persentase 0/20x100 = 0%
F. CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN
1 Menuliskan pada format - - - - - - - - - -
yang baku
2 Pencatatan dilakukan - - - - - - - - - -
sesuai dengan tindakan
yang dilaksanakan
3 Pencatatan ditulis √ - √ √ - √ √ - √ -
dengan jelas, ringkas,
istilah yang baku dan
benar
4 Setiap melakukan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
tindakan/kegiatan
perawat mencantumkan
paraf/nama yang jelas
dan tanggal, jam
dilakukannya tindakan
5 Berkas catatan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
keperawatan disimpan
sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
SUBTOTAL 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2
Total 26
Prosentase 26/50x100% = 52%
Sumber : Data yang diperoleh dari kegiatan pengkajian di Ruang Bakung RSUD
Wonosari pada tanggal 5-7 Mei 2015, maka didapatkan hasil pada tabel 2.xx

6
Tabel 2.23
Nilai rata-rata Instrumen A di Ruang Bakung RSUD Wonosari (n=6)
No. Aspek yang Dinilai Hasil (%) Keterangan
1. Pengkajian 0% 0% mencatat data yang dikaji sesuai
dengan pedoman pengkajian, data
psikososio-spiritual dan pola
kebutuhan dasar klien belum ada dan
tidak diisi. Data pengkajian yang ada
dibangsal/ ruangan ada secara baku
akan tetapi tidak dilengkapi dan tidak
ada pengkajian pasien baru masuk dan
pasien yang baru pindah dari bangsal
lain.
2. Diagnosa 0% 0% diagnosa keperawatan tidak
diisi.diagnosakeperawatan sebagai
dasar untuk melakukan tindakan
keperawatan. Di bangsal bakung
terdapat format diagnosa keperawatan
yang di jadikan satu dengan intervensi
keperawatan. Akan tetapi hal ini di isi
apabila pasien sudah pulang dan di
jadikan resume keperawatan
3. Perencanaan 16.66% 83.34% perencaan belum disusun
Berdasarkan diagnosa keperawatan,
menurut urutan prioritas, rumusan
tujuan belum tercantum sesuai dengan
kondisi pasien/subyek, perubahan
perilaku, belum mencakup pendidikan
kesehatan dan rencana tindakan belum
menggambarkan keterlibatan pasien
dan keluarga. Pada buku laporan
hanya menggambarkan kerja sama
dengan tim kesehatan lain seperti
dokter.
4. Implementasi 25% 25% implementasi di tulis secara jelas
dan singkat pada buku laporan seperti
melakukan injeksi sesuai progran
seadangkan pada rekam medis hanya
mencantumkan keadaan umum pasien.
5. Evaluasi 0% Diagnosis keperawatan dievaluasi
setiap ship pada catatan perkembangan
akan tetapi tidak berdasarkan SOAP
hanya berdasarkan kegiatan yang biasa
dilakukan di ruangan dan diagnosis
keperawatan yang sudah teratasi tidak
terlihat dalam dokumentasi
keperawatan.
6. Catatan asuhan 52% 52% dari dokumentasi perawatan
keperawatan sudah dilakukan sesuai dengan

7
tindakan yang dilaksanakan,
pencatatan belum ditulis dengan
ringkas dan jelas sesuai dengan istilah
baku pada lembar rekam medis.
Catatan asuhan keperawatan ditulis di
buku laporan ship. Dan tidak ada
dokumentasi SOAP pada RM pasien.
Rata-rata 15.61%
Sumber: Hasil studi dokumentasi Ruang Bakung RSUD Wonosari

Analisa Data : Berdasarkan tabel tentang evaluasi asuhan keperawatan dengan


instrumen A diketahui bahwa pelaksanaan asuhan keperawatan di ruang rawat Bakung
RSUD Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta belum diisi pada format yang baku
(meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, evaluasi, dan catatan asuhan
keperawatan). Nilai rata-rata untuk penilaian instrumen A (15.61%). Hasil yang
didapatkan ini masuk dalam kategori kurang (<55%) menurut Arikanto (2006). Dalam
pengkajian keperawatan perlu lebih ditingkatkan lagi pengisian kelengkapan format
pengkajian untuk setiap pasien, pengkajian terkait pemeriksaan fisik, dan tujuh pola
gordon ( ADL, oksigenasi, kenyamanan, nutrisi, cairan dan eletrolit, pola tidur,
eliminasi bowel dan pola berkemih dan psikososial) pola kehidupan perlu dilakukan,
serta aplikasi untuk mengkaji secara benar data dari semua pasien baik pasien baru
maupun pasien pindahan dari bangsal lainnya perlu dilakukan dalam 24 jam setelah
pasien masuk bangsal.
Penegakan diagnosa hendaknya ditegakkan diagnosa terkait masalah
keperawatan yang muncul saat pasien datang baik dari IGD maupun dari bangsal lain.
Penegakan diagnosa keperwatan didasarkan pengkajian fisik dan kebutuhan dasar dari
pasien dengan refrensi dari NANDA. Penegakkan diagnosa di ruang rawat inap bangsal
Bakung tidak di cantumkan, dari 10 rekam medis yang di observasi, semuanya tidak
mencantumkan doagnosa keperawatan dan diagnosa yang di prioritaskan.

Perencanaan keperawatan tidak hanya semata menuliskan rencana kolaborasi,


akan tetapi perencanaan keperawatan juga mencantumkan tindakan mandiri dari
keperawatan dan tindakan bersama keluarga tetapi benar dilakukan. meningkatkan
komunikasi pada keluarga untuk melibatkan peran serta keluara dalam perencanaan
yang membutuhkan peran serta keluarga seperi tindakan edukasi. Perencanaan
keperawatan di ruang rawat inap bangsal Bakung tidak di cantumkan sehingga tidak
ada kriteria hasil yang dicapai dalam melakukan asuhan keperawatan.

8
Untuk implementasi, pendokumentasian perlu dilakuan pencatatan sebagai
dukumentasi dari tindakan yag dilakukan oleh perawat. Selain itu implementasi
bertujuan untuk mengetahui perkembangan klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan.

Pada evaluasi, evaluasi respon yang dilakukan masih banyak yang tidak sesuai
dengan permasalahan keperawatan, evaluasi objektif kebanyakan hanya memantau
keadaan umum klien TTV, sedangkan, assesment apakah masalah teratasi atau tidak.
Tidak dicantumkan tidak menjadikan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan
sebelumnya sebagai indikator untuk menentukan. Planing bukan hanya tindakan
kolaboratif akan tetapi menjelaskan tindakan keperawatan yang belum dilakukan sesuai
rencana keperawatan

2) Instrumen B
Instrumen B mengevaluasi tentang persepsi pasien terhadap mutu asuhan
keperawatan dengan cara wawancara pada pasien yang dirawat di ruang Dahlia
menggunakan angket sampelnya 10 pasien.

Tabel 2.xx
Instrumen Evaluasi Hasil Mutu Asuhan Keperawatan : Berdasarkan Persepsi Pasien
Terhadap Mutu Pelayanan Ruang Bakung

No Krieria (n)=10
Ya % Tidak %
(1) (0)
1. Apakah perawat selalu memperkenalkan 0 0 10 100
diri
2. Apakah perawat melarang anda / 6 60 4 40
pengunjung merokok di ruangan
3 Apakah perawat selalu menanyakan 4 40 6 60
bagaimana nafsu makan anda / keluarga
anda
4 Apakah perawat pernah menanyakan 3 30 7 70
pantangan dalam hal makanan
anda/keluarga anda
5. Apakah perawat menanyakan / 2 20 8 80
memperhatikan berapa jumlah makanan
dan minuman yang biasa anda /keluarga
anda habiskan

9
6. Apabila anda / keluarga anda tidak 1 10 9 90
mampu makan sendiri apakah perawat
membantu menyuapinya
7. Pada saat anda/keluarga anda dipasang 10 100 0 0
infus, apakah perawat selalu memeriksa
cairan/tetesanya dan area sekitar
pemasangan jarum infus
8. Apabila anda / keluarga anda mengalami 1 10 9 90
kesulitan buang air besar apakah
perawat menganjurkan makan buah-
buahan, sayuran, minum yang cukup,
banyak bergerak.
9. Pada saat perawat membantu 2 20 8 80
anda/keluarga anda waktu buang air
besar-buang air kecil, apakah perawat
memasang sampiran/selimut. Menutup
jendela/pintu, mempersilahkan
pengunjung keluar ruangan.
10. Apakah ruangan tidur anda / keluarga 10 100 0 0
anda selalu dijaga kebersihannya dengan
disapu dan diapel setiap hari
11. Apakah lantai kamar mandi/ WC selalu 9 90 1 10
bersih, tidak licin, tidak berbau dan
cukup terang.
12. Selama anak anda belum mandi (dalam 0 0 10 100
keadaan istirahat total) apakah
dimandikan oleh perawat.
13. Apakah pasien dibantu jika tidak 0 0 10 100
mampu: menggosok gigi, membersihkan
mulut atau mengganti pakaian atau
menyisir rambut.
14. Apakah alat-alat tenun seperti sprei,s 6 60 4 40
elimut dll diganti setiap kotor.
15. Apakah perawat pernah memberikan 4 40 6 60
penjelasan akibat dari : kurang bergerak,
berbring terlalu lama.
16. Pada saat anda / keluarga anda masuk 3 30 7 70
rumah sakit apakah perawat
memberikan penjelasan tentang fasilitas
yang tersedia dan cara penggunaannya.
Peraturan, tata tertib yang berlaku di
rumah sakit.
17. Selama anda / keluarga anda dalam 10 100 0 0
perawatan apakah perawat : memanggil
nama dengan benar.
18. Selama anda /keluarga anda dalam 10 100 0 0
perawatan apakah perawat mengawasi
keadaan anda secara teratur pada pagi,
sore maupun malam hari.

10
19. selama anda kelurga anda dalam 8 80 2 20
perawatan apaka perawat segera
memberi bantuan bila diperlukan
20. Apaah perawat bersikap sopan, ramah 10 100 0 0
21. Apakah anda / keluarga anda 4 40 6 60
mengetahui perawat yang bertanggung
jawab setiap kali pergantian dinas
22. Apakah perawat selalu memberi 3 30 7 70
penjelasan sebelum memberikan
tindakan perawatan atau pengobatan.
23 Apakah perawat selalu bersedia 10 100 0 0
mendengarkan dan memperhatikan
setiap keluhan anda /keluarga anda
24. Dalam hal memberikan obat apakah 10 100 0 0
perawat membantu
menyiapkan/meminum obat
25. Selama anda /keluarga anda dirawat 7 70 3 30
apakah diberikan penjelasan tentang
perawatan / pemeriksaan lanjutan
setelah anda /keluarga anda
diperbolehkan pulang.
Jumlah 133 53,.2 117 48.8
Sumber: Hasil pengkajian Terhadap Pasien dan Keluarga 5-7 Mei 2015 di Ruang Bakung

Analisa Data : Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai dari data primer angket
persepsi klien terhadap mutu pelayanan di ruang Bakung RSUD Wonosari didapatkan
nilai 53.2% yang berarti masuk dalam kategori kurang. Nilai kurang (<55%) seperti
yang dikemukakan oleh Arikunto (2006). Namun masih terdapat mutu pelayanan yang
perlu diperhatikan dan ditingkatkan seperti memperkenalkan diri, memperhatikan
kebutuhan dasr klien, serta memperhatikan kemampuan klien melakukan ADL seperti
makan, mandi serta membantu ADL.

11
Tabel 2.xx
Hasil Evaluasi Kepuasan Kerja Perawat Diruang Bakung RSUD Wonosari
Gunung Kidul Yogyakarta tanggal 5-9 Mei 2015 (n : 8)
N Pertanyaan STP % TP % CP % P % SP %
o
1 Jumlah gaji yang 0% 1 12.5% 5 62,5% 2 0%
diterima 25%
dibandingkan
pekerjaan yang
saudara lakukan
2 Sistem penggajian 2 25% 4 50% 0% 2 25% 0%
yang dilakukan
institusi tempat
saudara bekerja
3 Jumlah gaji yang 0% 3 37,5% 4 50% 1 12,5 0%
diterima %
dibandingkan
dengan pendidikan
saudara
4 Pembagian 6 75% 0% 0% 0% 2 25%
insentif tambahan
atau sesuai
prestasi atau
pekerjaan ekstra
5 Tersedianya 2 25% 4 50% 0% 0% 2 25%
peralatan dan
perlengkapan yang
mendukung
pekerjaan
6 Tersedianya 1 12,5% 2 25% 3 37,5% 1 12,5 1 12,5
fasilitas penunjang % %
seperti kamar
mandi, tempat
parkir dan kantin
7 Kondisi ruangan 2 25% 2 25% 3 37,5% 0% 1 12,5
kerja terutama %
yang berkaitan
dengan ventilasi
udara, kebisingan
dan kebersihan
8 Adanya jaminan 3 37,5% 1 12,5% 2 25% 0% 2 25%
kesehatan
keselamatan kerja
9 Perhatian institusi 1 12,5% 4 50% 3 37,5% 0% 0%
rumah sakit
terhadap saudara

12
10 Hubungan antar 0% 0% 1 12,5% 4 50% 3 37,5
karyawan dalam %
kelompok kerja
11 Kemampuan 0% 0% 3 37,5% 5 62,5 0%
dalam %
bekerjasama antar
karyawan
12 Sikap teman- 0% 0% 1 12,5% 7 87,5 0%
teman sekerja %
terhadap saudara
13 Kesesuaian antara 0% 0% 2 25% 6 75% 0%
pekerjaan dan latar
belakang
pendidikan
saudara
14 Kemampuan 0% 1 12,5% 3 37,5% 4 50% 0%
dalam
menggunakan
waktu bekerja
dengan penugasan
yang diberikan
15 Kemampuan 0% 1 12,5% 4 50% 3 37,5 0%
supervisi/pengawa %
san dalam
membuat
keputusan
16 Perlakuan atasan 0% 0% 2 25% 5 62,5 1 12,5
selama saya % %
bekerja di sini
17 Kebebasan 0% 0% 3 37.5% 5 62,5 0%
melakukan metode %
sendiri dalam
menyelesaikan
pekerjaan
18 Kesempatan untuk 0% 4 50% 0% 2 25% 2 25%
meningkatkan
kemampuan kerja
melalui pelatihan
atau pendidikan
tambahan
19 Kesempatan untuk 1 12,5% 1 12,5% 4 50% 2 25% 0%
mendapatkan
posisi yang lebih
tinggi
20 Kesempatan untuk 0% 1 12,5% 3 37,5% 3 37,5 1 12,5
membuat suatu % %
prestasi dan
mendapatkan
kenaikan pangkat

13
Jumlah 18 11,25 29 18,13 46 28,75 52 32,4 15 9,38
% % % 9% %
Sumber: Hasil pengkajian Terhadap Pasien dan Keluarga 5-9 Mei 2015 di Ruang Bakung

Analisa Data : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa untuk item sangat tidak puas
berjumlah 18 (11,25%), yang merasa tidak puas 29 item (18,13%), yang merasa cukup
puas 46 item (28,75%), yang merasa puas 52 item (32,49%), yang sangat puas 15 item
(9,38%). Dari hasil penilaian di atas didapatkan bahwa dari 20 pertanyaan yang
diajukan pada 8 orang karyawan di ruang bakung didapatkan bahwa sebagian besar
perawat puas dengan kinerja kerja mereka ditandai dengan presentasi terbesar yang
didapatkan yaitu 52 item (32,4%).

2. Kepatuhan Tenaga Keperawatan Terhadap SPO Keperawatan (Instrumen C)


a. Kajian teori
Standar praktek keperawatan adalah ekspetasi minimal dalam memberikan
asuhan keperawatan yang aman, efektif, dan etis. (PPNI, 2009). Standar praktik
keperawatan merupakan komitmen profesi keperawatan dalam melindungi
masyarakat terhadap praktik yang dilakukan oleh anggota profesi. Standar
praktik keperawatan harus dinamik sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
ujuan standar praktik keperawatan menurut Gillies (1989) cit Nursalam
(2008) adalah untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, mengurangi
biaya asuhan keperawatan, dan melindungi perawat dari kelalaian dalam
melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutik.
Ruang lingkup standar praktik keperawatan menurut PPNI (2009):
1) Standar I : Ilmu pengetahuan
2) Standar II : Akuntabilitas profesional
3) Standar III : Pengkajian
4) Standar IV : Perencanaan
5) Standar V : Pelaksanaan
6) Standar VI : Evaluasi

Standar intervensi keperawatan di Rumah Sakit mengacu pada teori


kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan oleh Handerson, yaitu terdiri dari
14 kebutuhan dasar manusia (Nursalam, 2008). Demikian pula dengan prosedur

14
tetap keperawatan di RSUD Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta disusun
berdasarkan standar V asuhan keperawatan, yaitu pelaksanaan yang terdiri dari
14 komponen umum. Dari masing-masing tindakan keperawatan diuraikan
tentang pengertian, tujuan, persiapan pasien, persiapan alat, Urutan prosedur
tindakan serta hal–hal yang harus diperhatikan selama melakukan tindakan
keperawatan.

1) Universal precaution
Berdasarkan instrumen pelaksanaan Model Praktik Keperawatan
Profesional (MPKP) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, salah sa
Tangtunya adalah dalam pelaksanaan Universal Precaution (Sumarsi,
2008). Universal Precaution adalah langkah sederhana pencegahan infeksi
yang resiko penularan dari pathogen yang ditularkan melalui darah atau
cairan tubuh di antara pasien dan pekerja kesehatan.
Pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit dimaksudkan untuk
menghindari terjadinya infeksi selama pasien di rumah sakit..Universal
Precaution adalah suatu pedoman yang ditetapkan oleh Counters for
Disease Control (CDC) (1985) untuk mencegah penyebaran dari berbagai
penyakit yang ditularkan melalui darah di lingkungan rumah sakit maupun
sarana pelayanan kesehatan lainnya.
Universal precaution merujuk pada praktik, dalam kedokteran, menghindari
kontak dengan cairan tubuh pasien, dengan cara pemakaian barang seperti
sarung tangan medis, kacamata, dan perisai wajah. Praktik ini diperkenalkan
pada tahun 1985-1988. Pada tahun 1987, praktik universal precaution telah
disesuaikan dengan seperangkat aturan yang dikenal sebagai isolasi zat
tubuh. Pada tahun 1996, kedua praktik tersebut diganti dengan pendekatan
terbaru yang dikenal dengan kewaspadaan standar (perawatan kesehatan).
Universal precaution dirancang untuk dokter, perawat, pasien, dan pekerja
perawatan kesehatan dukungan yang diperlukan untuk datang ke dalam
kontak dengan pasien atau cairan tubuh. Ini termasuk staff dan orang lain
yang mungkin tidak datang ke dalam kontak langsung dengan pasien.
Di dalam universal precaution, semua pasien dianggap pembawa
kemungkinan pathogen melalui darah. Pedoman yang direkomendasikan
memakai sarung tangan ketika mengambil atau penanganan darah dan cairan

15
tubuh yang terkontaminasi dengan darah, memakai perisai ketika ada bahaya
percikan darah pada selaput lendir dan membuang semua jarum dan benda
tajam dalam wadah tahan tusukan.
2) Pelaksanaan 6 Solusi Patient Safety
Solusi keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman, yang meliputi : assesment risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,
pelaporan dan analisa insiden, kemampuan belajar dari insiden, dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan (Depkes, 2006).

Menurut UU No. 44 tahun 2009 pasal 43 tentang keselamatan pasien


menjelaskan :
Ayat 1 Rumah sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien.
Ayat 2 Standar keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa dan menetapkan
pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak
diharapkan.
Ayat 3 Rumah sakit melaporkan sebagaimana maksud pada ayat (2) kepada
komite yang membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan oleh Menteri.
Ayat 4 Pelaporan insiden keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dibuat secara anonym dan ditujukan untuk mengoreksi sistem dalam
rangka meningkatkan keselamatan pasien.
Ayat 5 Ketentuan lebih lanjut mengenai standar keselamatan pasien
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan
Menteri.
Dalam rangka asuhan pasien lebih lama, perlu menetapkan program
keselamatan pasien yang telah ditetapkan pada Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1961/Menkes/Per/VIII/2011 tentang
keselamatan pasien rumah sakit. Sasaran keselamatan pasien merupakan
syarat untuk diterapkan disemua rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi
Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life
16
Saving Patient safety Solution dari WHO Patient safety (2007) yang
digunakan oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KKPRS
PERSI), dan dari Joint Commision International (JCI).
Sasaran keselamatan pasien dimaksud untuk mendorong perbaikan
spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang
bermasalah dalam pelayanan kesehatan menjelaskan bukti serta solusi dari
konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa
desain sistem yang baik secara instrinsik adalah untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin
sasaran secara umum difokuskan pada solusi-solusi yang menyeluruh. Enam
sasaran keselamatan pasien adalah tercapainya hal-hal sebagai berikut :
a) Sasaran I : Ketepatan Identifikasi Pasien
(1) Standar SKP I
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki atau
meningkatkan ketelitian identifikasi pasien.
(2) Maksud dan Tujuan Sasaran I
Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi
dihampir semua aspek atau tahapan diagnosis dan pengobatan.
Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam
keadaan terbius atau tersedasi, mengalami disorientasi, tidak sadar,
bertukar tempat tidur atau kamar atau lokasi dirumah sakit, adanya
kelainan sensori atau akibat situasi lain. Maksud sasaran ini adalah
untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu : Pertama, untuk
mengidentifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima
pelayanan atau pengobatan, dan kedua untuk kesesuaian pelayanan
atau pengobatan, dan kedua untuk kesesuaian pelayanan atau
pengobatan terhadap individu tersebut. Kebijakan dan prosedur yang
secara kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses
identifikasi khususnya pada proses untuk mengidentifikasi pasien
ketika memberikan obat, darah, atau produk darah : pengambilan
darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis, atau pemberian
pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan dan prosedur memerlukan
sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti
nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas
17
pasien dengan barcode dan lain-lain. Nomor kamar pasien atau lokasi
bisa digunakan untuk identifikasi. Kebijakan dan atau prosedur juga
menjelaskan penggunaan identitas berbeda di lokasi berbeda di rumah
sakit, seperti pelayanan rawat jalan, unit gawat darurat, dan ruang
operasi,termasuk identifikasi pada pasien koma tanpa identitas. Suatu
proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan dan
atau prosedur agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi
untuk dapat diidentifikasi.
Suatu sistem dimana petugas kesehatan/ perawat/ bidan
melaksanakan asuhan pasien lebih aman dengan memasang gelang
identitas. Kegiatan ini meliputi :
(a) Pemasangan gelang identitas pasien untuk rawat inap dipasang di
IGD
(b) Memberikan gelang (warna biru untuk laki-laki dan merah muda
untuk pasien perempuan)
(c) Gelang diberi label nama lengkap
(d) Gelang diberi label nomor rekam medic
(e) Gelang diberi label usia pasien
(f) Gelang diberi label alamat pasien
(g) Pemasangan gelang identitas pasien yang belum terpasang di IGD
dipasang di ruangan dimana pasien dirawat.
(h) Gelang identitas pasien tertulis di resep pasien
b) Sasaran II : Peningkatan Komunikasi Yang Terapeutik
(1) Standar SKP
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan
efektifitas komunikasi antara pemberi layanan.
(2) Maksud dan Tujuan Sasaran II
Komunikasi efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan
dipahami oleh pasien akan mengurangi kesalahan dan menghasilkan
peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat berbentuk
elektronik, lisan, dan tertulis. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan
adalah pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon.
Komunikasi lain yang mudah terjadi kesalahan adalah pelaporan
kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium
18
cito melalui telepon keunit pelayanan. Rumah sakit cara kolaboratif
mengembangkan suatu kebijakan atau prosedur untuk perintah lisan dan
telepon masuk : mencatat atau memasukan ke computer perintah yang
lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima pesan, kemudian
penerima perintah membacakan kembali (read back) perintah atau hasil
pemeriksaan, dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah tuliskan dan
dibaca ulang adalah akurat. Kebijakan atau prosedur pengindentifikasian
menjelaskan bahwa diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali
bila tidak memungkinkan seperti situasi gawat darurat di IGD atau ICU.
c) Sasaran III : Peningkatan Keamanan obat yang perlu diwaspadai
(high-alert)
(1) Standar SKP III
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki
keamaan obat-obatan yang perlu di waspadai (high-alert)
(2) Maksud dan Tujuan Sasaran III
Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien,
manajemen harus berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan
pasien. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medication)
adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan serius (sentinel
event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak
diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obatan yang terlihat mirip
dan kedengarannya mirip (nama obat serupa dan ucapan mirip/
NORUM, Look Alike Sound Alike/ LASA). Obat –obatan yang sering
disebutkan dalam isu keselamatan pasien adalah elektrolit konsentrat
secara tidak sengaja (misalnya : kalium klorida 2 meq/ml atau yang
lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9% dan
magnesium sulfat 50% atau lebih pekat) kesalahan ini bisa terjadi bila
perawat tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit pelayanan
pasien, atau bila perawat kontrak tidak diorientasikan terlebih dahulu
sebelum ditugaskan, atau pada keadaan gawat darurat. Cara yang paling
efektif untuk mengurangi atau mengeleminasi kejadian tersebut adalah
dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-obatan yang perlu
diwaspadai, termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit
pelayanan pasien ke farmasi.
19
(3) Mengurangi kesalahan dalam pemberian obat
Sistem petugas kesehatan melaksanakan asuhan pasien lebih aman
dalam memberikan obat untuk menghindari kesalahan, kegiatan
meliputi :
(a) Petugas kesehatan melakukan cross cek dan double cek untuk
pemberian obat dengan program inovasi lima jari dan berisikan lima
program tepat sesama perawat
(b) Petugas kesehatan melakukan cross cek dan double cek tepat nama
pemberian obat
(c) Petugas kesehatan melakukan cross cek dan double cek untuk tepat
waktu dalam pemberian obat.
(d) Petugas kesehatan melakukan cross cek dan double cek untuk tepat
obat dalam pemberian obat.
(e) Petugas kesehatan melakukan cross cek dan double cek untuk tepat
cara dalam pemberian obat.
(f) Petugas kesehatan melakukan cross cek dan double cek untuk tepat
dosis obat dalam pemberian obat.
(g) Obat ditempatkan di tempat obat atau troli dengan identitas pasien
dibaca jelas
(h) Petugas kesehatan memberikan edukasi atau penjelasan kepada
pasien atau keluarga sebelum obat diberikan.
(i) Pemberian obat terdokumentasi dengan jelas di rekam medik
d) Sasaran IV : kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien
operasi
(1) Standar SKP IV
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan
tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien.
(2) Maksud dan tujuan SKP IV
Salah lokasi, salah prosedur, pasien, salah pada operasi adalah suatu
yang menghawatirkan dan tidak jarang terjadi di Rumah Sakit.
Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau
yang tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurang atau tidak
melibatkan pasien didalam pendanaan lokasi (site marking) dan tidak
ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi. Disamping itu asesment
20
yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat,
budaya yang tidak mendukung, komunikasi yang terbuka antar
anggota tim bedah, permasalahan yang berhubungan dengan tulisan
tangan yang tidak terbaca (illegible handwritting) dan pemakaian
singkatan adalah faktor-faktor konstribusi yang sering terjadi.
Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu
kebijakan dan atau prosedur yang efektif dalam mengeliminasi
masalah yang menghawatirkan digunakan juga praktik berbasis
bukti, seperti yang digambarkan di surgical safety chek list dari
WHO patient safety (2009), juga di The Join commision’suniversal
protocol for preventing wrong site, wrong prosedur, wrong penson
surgery. Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien dan
dilakukan atas satu pada tanda yang dapat dikenali. Tanda itu harus
digunakan secara konsisten di Rumah Sakit dan harus dibuat oleh
operator atau orang yang melakukan tindakan, dilaksanakan saat
pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan dan harus terlihat
sampai saat akan di sayat. Penandaan lokasi operasi dilakukan semua
kasus termasuk (laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki.
lesi) atau multipel level (tulang belakang).
Maksud proses verifikasi pra operatif adalah untuk:
(a) Memverifikasi lokasi, prosedur dan pasien yang besar
(b) Memastikan bahwa semua dokumen, foto, (imaging), hasil
pemeriksaan yang relevan tersedia, diberi label dengan baik, dan
dipampang.
(c) Melakukan verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan atau
implant-implant yang dibutuhkan.
e) Sasaran V: pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
(1) Standar SKP V
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi
resiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
(2) Maksud dan tujuan saran V
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar
dalam tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk
mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan
21
merupakan keperihatinan besar bagi pasien maupun para profesional
pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk
pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada
aliran darah (blood stream infection) dan pneumonia (sering kali
dihubungkan dengan ventilasi mekanis). Pusat dari eliminasi infeksi
ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene)
yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca kepustakaan WHO,
dan berbagai organisasi nasional dan internasional. Rumah sakit
mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan
atau prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand
hygiene yang diterima secara umum dan untuk inplementasi petunjuk
itu di Rumah Sakit.
f) Sasaran VI: pengurangan resiko pasien jatuh
(1) Standar SKP VI
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi
resiko dari cidera karena jatuh.
(2) Maksud dan tujuan sasaran VI
Jumlah kasus jatuh bermakna sebagai penyebab cidera bagi pasien
rawat inap. Dalam konteks populasi atau masyarakat yang dijalani,
pelayanan yang disediakan, dan fasilitasnya di Rumah Sakit perlu
mengevaluasi resiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk
mengurani resiko cidera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk
riwayat jatuh, obat dan telaah terdapat konsumsi alkohol, gaya jalan
dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh
pasien. Program tersebut harus diterapkan Rumah Sakit.
Suatu sistem petugas kesehatan/ perawat/ bidan melaksanakan
asuhan pasien lebih aman dengan menerapkan standar keamanan
untuk menghindari pasien jatuh. Kegiatan meliputi :
(a) Di ruang rawat inap terpasang sisi kanan dan sisi kiri tempat
tidur
(b) Perawat/ bidan memasang tanda segitiga merah jika pasien
rawan jatuh
(c) Perawat/ bidan memasang tanda segitiga kuning jika pasien
potensial jatuh
22
(d) Perawat/ bidan memasang tanda segitiga hijau jika pasien
kooperatif dan bisa menjaga dirinya terhindar jatuh.
b. Kajian data
Tenaga perawat terhadap standar dinilai berdasarkan instrument observasi
pelaksanaan tindakan keperawatan (Instrument C)
Tabel 2.xx
Hasil Observasi Tindakan Keperawatan di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung
Kidul Yogyakarta tanggal 5-7 Mei 2015
(n=4) Memasang Oksigen
No Jenis Aspek Observasi
Kegiatan 1 2 3 4
1. Memberikan a. Kriteria persiapan
Oksigen 1) Tabung O2 dan flow meter √ √ √ √
2) Botol pelembab √ √ √ √
3) Selang nasal/canul √ √ √ √
4) Memberikan penjelasan - √ √ -
kepada pasien
b. Kriteria pelaksanaan
1) Mengatur posisi pasien √ √ √ √
2) Membuka flow meter dan √ √ √ √
mengukur dosis secara
bertahap
3) Memasang selang kanul/ √ √ √ √
masker pada pasien
4) Memperhatikan reaksi - - √ √
pasien
5) Mencatat dalam lembar √ √ √ √
catatan perawat
Jumlah 7 7 9 8
Total 32
Persentase 32/36 x 100%= 88,9%
Sumber: hasil data primer di di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta
tanggal 5-7 Mei 2015

Analisa Data : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai dari data primer
observasi prosedur memasang oksigen didapatkan 88,9% yang artinya termasuk dalam
kategori baik (76 - 100%) (Arikunto, 2006). Umumnya perawat di bangsal Dahlia
kurang memberikan penjelasan mengenai pentingnya pemberian oksigen.

23
Tabel 2.xx
Hasil Observasi Tindakan Keperawatan di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung
Kidul Yogyakarta tanggal 5-7 Mei 2015
Memasang Infus (n : 6)
No Jenis Aspek Observasi
Kegiatan 1 2 3 4 5 6
2. Memasang a. Kriteria persiapan
infus 1) Standar infuse √ √ √ √ √ √
2) Cairan yang diberikan √ √ √ √ √ √
3) Infus set √ √ √ √ √ √
4) Kapas √ √ √ √ √ √
5) Alkohol 70% √ √ √ √ √ √
6) Kapas steril - - - - - -
7) Gunting √ √ √ √ √ √
8) Plester √ √ √ √ √ √
9) Pengalas - - - - - -
10) Bengkok - - - - - -
b. Kriteria pelaksanaan
1) Pasien diberi penjelasan - - - √ √ -
2) Siapkan area yang akan
dipasang infuse √ √ √ √ √ √
3) Memeriksa ulang cairan √ √ √ √ √ √
yang akan diberikan
4) Keluarkan udara dari √ √ √ √ √ √
selang infuse
5) Menentukan vena yang √ √ √ √ √ √
akan ditusuk
6) Pasang pengalas - - - - - -
7) Disinfeksi area yang akan √ √ √ √ √ √
ditusuk
8) Menusuk jarum infuse √ √ √ √ √ √
pada vena yang sudah
ditentukan
9) Melakukan fiksasi √ √ √ √ √ √
10) Menutup bagian yang - - - - - -
ditusuk dengan kassa steril
11) Menghitung jumlah
tetesan infus √ √ √ √ √ √
12) Menentukan reaksi pasien
13) Catat waktu pemasangan , - - √ - √ √
jenis cairan, & jumlah
tetesan √ √ √ √ √ √
14) Pasien dirapihkan
15) Alat-alat dibereskan
16) Perawat cuci tangan √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
Jumlah 19 19 20 20 21 20
Total 119
Persentase 119/156 x 100%= 80,12%
Sumber: hasil data primer di di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul
Yogyakarta tanggal 5-7 Mei 2015

24
Analisa Data : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai dari data primer
observasi prosedur memasang infus didapatkan 80,12% yang artinya termasuk kategori
baik (76 - 100%) (Arikunto,2006). Umumnya perawat di ruang bakung kurang
memperhatikan persiapan alat seperti perlak, kapas steril, bengkok dan pada kriteria
pelaksanaan tidak menutup daerah yang diinfus dengan kasa steril serta kurang
memperhatikan reaksi pasien.

Tabel xxx
Hasil Observasi Tindakan Keperawatan di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung
Kidul Yogyakarta tanggal 5-9 Mei 2015
Memberikan Obat Melalui Suntikan (n :6)
Jenis Aspek Observasi
Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7
3. Memberi obat a. Kriteria persiapan
melalui suntikan 1) Spuit disposable sesuai √ √ √ √ √ √ √
kebutuhan
2) Kapas alkohol 70% √ √ √ √ √ √ √
3) Kikir ampul obat yang √ √ √ √ √ √ √
akan diberikan
4) Pasien diberi penjelasan - - - - - - -
b. Kriteria pelaksanaan
1) Cuci tangan - - - - - - -
2) Memperhatikan prinsip √ √ √ √ √ √ √
aseptik
3) Membaca etiket obat - - - - - - -
4) Membaca dosis obat √ √ √ √ √ √ √
5) Memasukkan obat ke √ √ √ √ √ √ √
dalam spuit kemudian
udara dikeluarkan
6) Mengatur posisi pasien √ √ √ √ √ √ √
7) Menentukan daerah √ √ √ √ √ √ √
yang akan disuntik
8) Mendesinfeksi kulit
yang akan disuntik
sesuai dengan suntikan √ √ √ √ √ √ √
9) Memasukkan jarum
sesuai dengan teknik
penyuntikan √ √ √ √ √ √ √
10) Melakukan aspirasi
11) Memasukkan obat
dengan perlahan-lahan √ √ √ √ √ √ √
12) Memperhatikan respon √ √ √ √ √ √ √
pasien
13) Mencabut jarum √ √ √ √ √ √ √
perlahan-lahan

25
14) Mendesinfeksi kulit √ √ √ √ √ √ √
dengan kapas alkohol
70% √ √ √ √ √ √ √
15) Mencatat respon pasien
dan pemberian obat
16) Cuci tangan. - - - - - - -

√ √ √ √ √ √ √

Jumlah 16 16 16 16 16 16 16
Total 112
Persentase 112/140x100%= 80%
Sumber: hasil data primer di di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul
Yogyakarta tanggal 5-9 Mei 2015

Analisa Data : Berdasarkan tabel SOP pemberian injeksi IV didapatkan skor 80% yang
mana menurut Arikunto (2006) ini masuk dalam kategori baik namun perlu
ditingkatkan mencuci tangan, membaca etiket obat, komunikasi dalam bentuk
penjelasan saat memberi obat terkait manfaat, efek samping, dan mencatat respon
pasien setelah pemberian suntikan.

Tabel 2.xx
Hasil Observasi Tindakan Keperawatan di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung
Kidul Yogyakarta tanggal 5-9 Mei 2015
Memberikan Nutrisi per NGT (n : 5)
No Jenis Aspek Observasi
Kegiatan
1 2 3 4 5
4 Pemberian a. Kriteria persiapan
Nutrisi Enteral 1) Memberikan salam, √ √ √ √ √
memanggil pasien dengan
namanya
2) Menjelaskan tujuan, prosedur, √ √ √ √ √
dan lamanya tindakan pada
pasien/keluarga
b. Kriteria pelaksanaan
1) Jaga privasi klien - - - - -
2) Atur posisi klien √ √ √ √ √
3) Mendekatkan alat √ √ - - -
4) Tanyakan pasien apakah ingin √ √ √ √ √
berkemih atau tidak.
5) Memakai handskun bersih
6) Lakukan personal hygine
7) Mengganti handskun steril

26
8) Memasang duk di area V/P
9) Oleskan jeli di selang kateter
10) Instruksikan pasien nafas √ √ √ √ √
dalam
11) Masukan selang kateter secara
perlahan
12) Kunci dengan akuadest 30cc √ √ √ √ √
13) Lakukan fiksasi dengan plaster
14) Lepaskan duk steril √ √ √ √ √
15) Rapikan alat
16) Evaluasi kegiatan
Jumlah 8 8 7 7 7
Total (%) 37/45 x 100 = 82,2%
Sumber: hasil data primer di di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul
Yogyakarta tanggal 5-9 Mei 2015

Analisa Data : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai dari data primer angket
prosedur pemberian nutrisi enteral didapatkan 82,2% yang artinya masuk kategori baik.
Namun dalam pelaksanaannya perawat masih kurang dalam menjaga privasi dan
memakai sarung tangan.

Tabel 2.xx
Hasil Observasi Tindakan Keperawatan di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung
Kidul Yogyakarta tanggal 5-9 Mei 2015
Memberikan pemasangan kateter (n : 5)
No Jenis Aspek Observasi
Kegiatan
1
5 Pemasangan Tahap PraInteraksi
Kateter 1. Melakukan pengecekan program √
terapi
2. Mencuci tangan √
3. Menyiapkan alat √
Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan menyapa
nama pasien √
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur
pelaksanaan -
3. Menanyakan persetujuan dan
kesiapan pasien √
Tahap Kerja
1. Menjaga privacy
2. Mengatur posisi pasien dalam √
posisi dorcal recumbanent dan √
melepaskan pakaian bawah
3. Memasang perlak dan pengalas

27
4. Memasang bengkok dibawah -
bokong pasien -
5. Memakai sarung tangan
6. Mencuci area perineal air hangat √
atau Nacl dengan kapas -
7. Mengganti sarung tangan steril,
memasang duk steril √
8. Memberi pelumas atau jeli 2,5 –
5 cm √
9. Memasukkan kateter perlahan-
lahan sampai semua selang √
kateter masuk atau hingga urine
keluar
10. Menyambungkan kateter dengan
urine bag √
11. Mengisis balon dengan Aquadest
sesuai ukuran √
12. Memfiksasi kateter kearah paha
13. Melepas duk, pengalas dan √
sarung tangan √

Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
yang baru dilakukan √
2. Merapikan pasien dan lingkungan

3. Membereskan alat-alat dan √


kembalikan alat ketempat semula
4. Mencuci tangan √
5. Mencatat kegiatan dalam lembar √
catatan perawatan

Jumlah 20
Total (%) 20/24 x 100 =
83,33%
Sumber: hasil data primer di di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul
Yogyakarta tanggal 5-9 Mei 2015

Analisa Data : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai dari data primer angket
prosedur pemasangan kateter didapatkan 83,33% yang artinya masuk kategori baik.
Namun dalam pelaksanaannya perawat masih kurang dalam menjaga privasi dan
memakai sarung tangan.

28
Tabel 2.xx
Hasil Observasi Tindakan Keperawatan di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung
Kidul Yogyakarta tanggal 5-9 Mei 2015
Memberikan Transfusi (n : 5)
No Jenis Kegiatan Aspek Observasi
1 2
6 Pemasangan a. Tahap preinteraksi
transfusi 1. Membaca program tindakan √ √
2. Menyiapkan alat √ √
3. Standar infus √ √
4. Cairan steril sesuai instruksi √ √
5. Tranfusi set steril √ √
6. Perlak dan pengalas - -
7. Mencuci tangan - -
8. Mendekatkan alat kepasien √ √

B. Tahap orientasi
1. Memberi salam - -
2. Menanyakan adanaya keluhan - -
3. Menjelaskan prosedur tindakan √ √
kepasien atau keluarga

Tahap kerja
1. Menggunakan sarung tangan - -
2. Menyiapkan larutan NaCl 0,9 % √ √
3. Mengatasi tetesan tetap lancar √ √
4. Memastikan tidak ada udara √ √
didalam selang infus
5. Mengidentifikasi kembali darah √ √
yang akan diberikan kembali
kepada pasien
6. Mengganti cairan NaCl 0,9 % √ √
dengan darah setelah 15 menit
7. Mengatur tetesan darah √ √

Tahap terminasi
1. Mengganti adanya reaksi - -
transfusi dan komplikasi
2. Menyimpulkan hasil kegiatan - -
3. Melakukan kontrak waktu untuk - -
kegiatan selanjutnya
4. Merapikan alat √ √
5. Melepas sarung tangan √ √
6. Mencuci tangan √ √

Jumlah 1 1
5 5
Total (%) 15/24 x 100 = 62,5%

29
Sumber: hasil data primer di di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul
Yogyakarta tanggal 5-9 Mei 2015

Analisa Data : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai dari data primer angket
prosedur pemasangan tranfusi didapatkan 62,5% yang artinya masuk kategori baik.
Namun dalam pelaksanaannya perawat masih kurang dalam menjaga privasi dan
memakai sarung tangan.

Tabel 2. 21
Observasi pelaksanaan pemasangan NGT di ruang rawat inap Bakung
RSUD Wonosari Gunung Kidul (n=2)
Aspek yang Dinilai Penilaian (n= 2)

a. TAHAP PRA INTERAKSI


1. Melakukan verifikasi program terapi √ √

2. Mencuci tangan √ √

3. Menyiapkan obat sesuai prinsip √ √


4. Membawa alat di dekat pasien dengan benar √ √
b. TAHAP ORIENTASI
1. Memberikan salam sebagai pendekatan √ √
terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan √ √
pada keluarga atau pasien
3. Menanyakan persiapan pasien sebelum √ √
kegiatan dilakukan
c. TAHAP KERJA
1. Menjaga privasi pasien √ √
2. Mengatur posisi pasien dalam posisi semi - √
fowler
3. Memakai sarung tangan √ √
4. Membersihkan lubang hidung pasien - -
5. Memasang pengalas di atas dada pasien - -
6. Mengukur panjang NGT dan memberi tanda √ √
(dari prosesus xipoideus ke hidung dan
belok ke daun telinga)
7. Mengolesi ujung NGT dengan jelly sesuai √ √
ukuran panjang NGT yang akan dipasang
8. Perlahan ujung NGT dimasukkan melalui √ √
hidung (bila pasien sadar, menganjurkan
pasien untuk menelan ludah berulang-ulang)
9. Memastikan NGT masuk kedalam lambung √ √
dengan cara: mengaspirasi NGT dengan

30
spuit atau memasukkan udara 10cc sambil
diauskultasi di region lambung atau
memasukkannya ke daalam gelas berisi air
10. Menutup ujung NGT dengan spuit / klem √ √
atau disesuaikan dengan tujuan pemasangan
11. Melakukan fiksasi NGT didepan hidung dan √ √
pipi
12. Merapikan tindakan √ √

D,TAHAP TERMINASI
1. Evaluasi tindakan √ √
2. Berpamitan dengan pasien - -
3. Membereskan alat-alat √ √
4. Mencuci tangan √ √
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan √ √
keperawatan.
Jumlah 20 21
Hasil 41/48x100%=85,4
Sumber: hasil data primer di di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul
Yogyakarta tanggal 5-9 Mei 2015

Analisa Data : Berdasarkan tabel SOP pemberian pemasangan NGTdidapatkan skor


85.4% yang mana menurut Arikunto (2006) ini masuk dalam kategori baik namun perlu
ditingkatkan mencuci tangan, jaga privasi, memasang pengalas diatas dada klien, dan
mencatat respon pasien setelah pemasangan.

Tabel 2.xx
Observasi Tindakan Keperawatan di Ruang Bakung
RSUD Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta tanggal 5-9 Mei 2015
Memberikan Discharge planning Obat Melalui Suntikan (n :7)

NO Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7
A Pre Interaksi
1 Mengumpulkan data tentang klien √ √ √ √ √ √ √

2 Membuat rencana pertemuan dengan klien - - - - - - -

B Orientasi
1 Memberi salam dan senyum ke klien √ √ √ √ √ √ √

2 Memperkenalkan diri - - - - - - -

31
3 Menanyakan nama panggilan kesukaan - - - - - - -
klien
4 Menanyakan perasaan klien - - - - - - -
5 Menjelaskan peran perawat - √ √ √ √ √ -
6 Menjelaskan tugas perawat - - - - - - -
7 Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan √ √ √ √ √ √ √

8 Menjelaskan tujuan kegiatan - - - - - - -

9 Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk - - - - - - -


orientasi
10 Menjelaskan kerahasiaan - - - - - - -
C Tahap Kerja
1 Menanyakan keluhan utama klien √ √ - - √ √ √

2 Memberi kesempatan bertanya - - - - - - -


3 Memulai ajakan untuk berkonsentrasi - - - - - - -
4 Melakukan orientasi - - - - - - -
D Materi
1 Menjelaskan informasi mengenai penyakit - - - √ - √ -

2 Menjelaskan informasi mengenai penyebab √ - √ √ - √ √


penyakit
3 Menjelaskan mengenai tanda dan gejala √ √ - - √ √ √
penyakit
4 Menjelaskan mengenai cara perawatan di - - - - - - -
rumah
5 Menjelaskan informasi mengenai cara √ √ √ √ √ √ -
pemberian obat
6 Menjelaskan informasi mengenai cara - - - √ - - -
pencegahan penyakit dan infeksi
7 Menjelaskan informasi mengenai program - √ √ √ - - -
pengobatan lanjuta
8 Menjelaskan informasi mengenai nutrisi - - - - - - -
yang sesuai dengan program diet
9 Menjelaskan informasi mengenai aktifitas √ √ √ - √ - √
dan istirahat
10 Menjelaskan informasi mengenai kontrol √ √ √ √ √ √ -
waktu, tempat, cara kontrol dan persiapan
control.
E Terminasi
1 Menyimpulkan hasil kegiatan - - - - - - -
2 Memberian pujian positif - √ √ - - - -

3 Merencanakan tindak lanjut kepada klien √ √ √ √ √ √ √

4 Melakukan kontrak selanjutnya √ √ √ √ √ √ √

32
5 Mengakhiri pertemuan dengan cara yang √ √ √ √ √ √ √
baik dan tersenyum
Jumlah 12 14 13 13 12 13 10
Persentase 87/217 =40%
Sumber: hasil data primer di di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul
Yogyakarta tanggal 5-9 Mei 2015

Analisi Data:

Tabel 2.18 menunjukkan hasil pengkajian terhadap pelaksanaan discharge


planning di ruang rawat Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul. Berdasarkan
hasil pengkajian didapatkan 40% perawat melakukan discharge planninng dan
60% perawat tidak melakukan discharge planninng. Hal ini dapat dilihat pada
beberapa item di tahap pre interaksi, orientasi, tahap kerja, materi dan tahap
terminasi dimana perawat belum optimal dalam melakukan tindakan sesuai SPO,
hal ini dikarenakan sudah menjadi kebiasaan dari perawat di ruang Bakung. Oleh
karena itu perlu adanya intervensi untuk meningkatkan pelaksanaan discharge
planninng di ruang rawat Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul.

Tabel 2.37
Data Observasi Tindakan Keperawatan di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung
Kidul Yogyakarta tanggal 5-9 Mei 2015
No Jenis Kegiatan Rata-rata Keterangan
(%)
1. Memberikan Oksigen 88,9% Dalam SOP pemberian oksigen di ruang
Dahlia sudah dalam kategori baik, perawat
perlu lebih memperhatikan penjelasan pada
klien dan keluarga tentang tujuan
pemasangan oksigen secara jelas, serta
perlu memperhatikan respon pasien.
2. Memasang infus 80,12% Prosedur pemasangan infus di ruang
Bakung termasuk dalam kategori Baik.
Perawat perlu memperhatikan persiapan
alat seperti perlak, kapas steril, bengkok
dan pada kriteria pelaksanaan tidak
menutup daerah yang diinfus dengan kasa
steril serta kurang memperhatikan reaksi
pasien perlu ditingkatkan
3. Memberi obat melalui 80% Pada prosedur pemberian obat melalui
suntikan suntikan termasuk dalam kategori baik.
Kekurangan yang masih banyak muncul
mencuci tangan, membaca etiket obat,

33
komunikasi dalam bentuk penjelasan saat
memberi obat terkait manfaat, efek
samping, dan mencatat respon pasien
setelah pemberian suntikan
4. Pemberian Nutrisi Enteral 82,2% Untuk prosedur pemberian nutrisi per NGT
sudah dilakukan dengan baik oleh perawat.
Hal ini perlu untuk dipertahankan dan lebih
baik lagi untuk ditingkatkan dalam hal
menjaga privasi klien dan memakai sarung
tangan.
5. Pemasangan Kateter 83,33% Untuk pemasangan kateter sudah
memenuhi kategori baik tetapi dalam
pelaksanaannya perawat masih kurang
dalam menjaga privasi dan memakai sarung
tangan. Sehingga hal ini perlu ditingkatkan
lagi.
6. Pemasangan transfusi 62,5% Untuk pemasangan tranfusi sudah masuk
dalam kategori baik tetapi dalam
pelaksanaannya perawat masih kurang
dalam menjaga privasi dan memakai sarung
tangan sehingga perlu ditingkatkan lagi.
7. Pemasangan NGT 80% Untuk pemasangan NGT sudah masuk
dalam kategori baik namun perlu
ditingkatkan mencuci tangan, jaga privasi,
memasang pengalas diatas dada klien, dan
mencatat respon pasien setelah
pemasangan.
8. Dischar planing 40% Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan
40% perawat melakukan discharge
planninng dan 60% perawat tidak
melakukan discharge planninng. Hal ini
dapat dilihat pada beberapa item di tahap
pre interaksi, orientasi, tahap kerja, materi
dan tahap terminasi dimana perawat belum
optimal dalam melakukan tindakan sesuai
SPO.
Rata-rata 74,63 %

Analisa data
Hasil tabel diatas menunjukan rara-rata hasil observasi, pelaksanaan SPO di ruang
bakung sebanyak 74,63% , menurut Arikunto 2006 sudah termasuk dalam kategori
baik, dari tabel diatas discard planini menduduki urutan terendah dan belum optimal
sebanyak 40% dilaksanakan dengan baik .

34
3. Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan

Model praktek keperawatan menempatkan pendekatan manajemen


(Manajemen Approach) sebagai pilar praktek profesional yang pertama. Oleh
sebab itu, proses manajemen harus dilaksanakan dengan disiplin demi menjamin
pelayanan yang diberikan kepada pasien dan atau keluarga.
Di ruang MPKP pendekatan manajemen diterapkan dalam bentuk fungsi
manajemen yang terdiri dari hal-hal berikut:
1) Perencanaan (Planning)
2) Pengorganisasian (Organizing)
3) Pengarahan (Directing)
4) Penegndalian (Controling)

Mekanisme kerja fungsi manajemen menurut Handoko (2000) dapat digambarkan


dalam skema dibawah ini

a. Perencanaan
Bagan 2.6 Skema Mekanisme Kerja Fungsi Manajemen menurut Handoko
(1995)

Keinginan kebutuhan Perencanaan

Pengorganisasian

Tujuan
Pengarahan

Pengkoordinasian

Informasi Pengawasan

1) Kajian teori
Perencanaan adalah sebuah keputusan untuk suatu kemajuan yang
berisikan apa yang akan dilakukannya serta bagaimana, kapan dan dimana
akan dilaksanakannya (Marquis, 2000). Perencanaan dimaksudkan untuk
menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan

35
organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan dibuat untuk menentukan
kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan
tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe
tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi
yang dapat mengoptimalkan efektifitas staff serta menegakkan
kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi
institusi yang telah ditetapkan.
Unit perawatan merupakan unit terkecil dalam kegiatan pelayanan
rumah sakit. Perencanaan yang disusun mengacu kepada kerangka utama
rencana strategi rumah sakit dengan mempertimbangkan kekuatan,
kelemahan, peluang yang nyata dan ancaman eksternal yang harus
diantisipasi. Kerangka perencanaan yang matang sangat membantu dalam
upaya melakukan perbaikan atau improvisasi apabila dalam perjalanan
kegiatan usaha pengeluaran yang tidak diharapkan. Dengan demikian
perencanaan dapat dikoreksi tanpa kehilangan waktu dan efisiensi.
Kerangka perencanaan terdiri dari :
a) Misi, berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana langkah
mencapai visi.
b) Filosofi, sesuatu yang bisa menguatkan motivasi
c) Tujuan, berisikan tujuan yang ingin dicapai
d) Obyektif, berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai tujuan.
e) Prosedur, berisi pelaksanaan perencanaan
f) Aturan, berisi langkah-langkah antisipasi untuk hal-hal yang
menyimpang
Model perencanaan meliputi :

a) Reactive planning, yaitu tak ada perencanaan, manajer langsung


melakukan tindakan begitu menemukan masalah. Perubahan yang
terjadi tidak pasti karena dipengaruhi oleh masalah dan kondisi yang
ada.
b) Inactive planning, yatu perencanaan sudah dibuat sejalan dengan
masalah yang muncul (telah ada bayangan atau perencanaan tetapi
dalam pelaksanaannya dilakukan sejalan dengan perkembangan
masalah.

36
c) Preactive planning, yaitu penyusunan perencanaan dengan
mengetahui rencana ke depan pencapaian target yang sudah pasti
(sudah jelas dan tidak berubah). Ciri dari perencanaan ini adalah
tujuan yang akan dicapai jelas, terdapat pembatasan waktu
perencanaan berlangsung, terdapat indikator pencapaian target, risiko
dan ketidakpastian jelas.
d) Proactive planning, yaitu pembuatan perencanaan dengan
memperhatikan masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Masa lalu
digunakan sebagai pengalaman untuk menyusun perencanaan
sekarang dan masa depan, masa sekarang sebagai pelaksanaan
perencanaan, dan masa depan merupakan perencanaan yang disusun
berdasarkan evaluasi pelaksanaan perencanaan masa lalu dan
sekarang.
Perencanaan berdasarkan periode meliputi :

a) Perencanaan jangka pendek (target waktu dalam minggu atau bulan)


b) Perencanaan jangka menengah (periode dalam satu tahun)
c) Perencanaan jangka panjang (periode tahun mendatang)
Tugas kepala ruang dalam perencanaan meliputi (struktur organisasi dan
uraian jabatan keperawatan RSUD Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta):
a) Menyusun rencana kerja kepala unit
b) Membuat jadwal dinas dan berkoordinasi dengan kepala tim dan
anggota tim
c) Membuat usulan pengembangan tenaga
d) Berperanserta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan keperawatan
di ruang yang bersangkutan.
e) Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi jumlah
maupun kualifikasi di ruang rawat, koordinasi dengan instalasi.
2) Kajian data
b. Pengorganisasian
1) Kajian teori
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas untuk
mencapai tujuan objektif, penugasan suatu kelompok manager dengan
autoritas pengawasan setiap kelompok dan menentukan cara dari

37
pengkoordinasian aktivitas yang tepat dengan unit lainnya, baik secara
vertikal maupun horisontal, yang bertanggung jawab untuk mencapai
objektif organisasi (Swansburg, 2000).
Organisasi kepemimpinan murni merupakan jenis struktur formal paling
sederhana dan tertua. Dalam organisasi dengan ukuran tertentu, struktur
kepemimpinan merupakan jenis yang besar kemungkinan untuk
berkembang melalui proses evolusioner karena dengan peningkatan jumlah
pekerjaan yang harus diselesaikan dan jumlah pekerja yang mengerjakannya
ada kecenderungan untuk membagi pekerjaan ke dalam tugas khusus dan
untuk mengatur pekerja yang terikat dalam tugas yang sama ke dalam
kelompok yang jelas menurut definisi pekerja yang logis.
Pengorganisasian menentukan mengenai tenaga yang akan
melaksanakan perencanaan, pembagian tugas, wewenang, tanggung jawab
dan mekanisme pertanggungjawaban masing-masing kegiatan. Berdasarkan
hal tersebut maka fungsi pengorganisasian dari kepala ruang adalah
(Nursalam, 2002):
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
b) Merumuskan tujuan metode penugasan
c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota secara jelas
d) Membuat rentang kendali kepala unit membawahi 2 ketua tim dan ketua
tim membawahi 8-9 perawat
e) Mengatur dan mengendalikan logistik unit
f) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
g) Mendelegasikan tugas saat kepala unit tidak berada di tempat kepada
ketua tim
h) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi
klien
i) Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya
j) Identifikasi masalah dan cara penanganan
Hoffart dan Woods (1996) mendefinisikan Model Praktik Keperawatan
Profesional (MPKP) sebagai suatu sistem (struktur, proses, nilai-nilai
profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian
asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk mendukung pemberian
asuhan keperawatan. MPKP terdiri dari elemen sub sistem antara lain :
38
a) Nilai-nilai profesional (inti MPKP)
b) Pendekatan manajemen
c) Metode pemberian asuhan keperawatan
d) Hubungan profesional
e) Sistem kompensasi dan penghargaan
Dalam sistem pemberian asuhan keperawatan ada beberapa teori
mengenai metode asuhan keperawatan. Ada beberapa metode pemberian
asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus
dikembangkan.
(a) Metode fungsional
Metode ini dilakukan pada kelompok besar pasien,pelayanan
keperawatan dibagi menurut tugas yang berbeda dan dilaksanakan
oleh perawat yang berbeda-beda tergantung pada kompleksitas dari
setiap tugas, contoh : fungsi menyuntik, membagi obat, membalut luka
(b) Metode kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk
setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh
orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat/pribadi dalam memberkan asuhan
keperawatan khusus seperti kasus isolasi dan intensive care
Kelebihannya :
1. Perawat lebih memahami kasus per kasus
2. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kekurangannya :
1. Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab
2. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan
dasar yang sama
(c) Metode Tim
Metode ini dikembangkan berdasarkan falsafah, mengupayakan
pencapaian tujuan dengan menggunakan kecakapan dan kemampuan
anggota kelompok, ketua tim (perawat profesional)
mengkoordinasikan sekelompok anggota (perawat profesional, non
39
profesional, pembantu perawat). Metode ini menggunakan tim yany
terdiri dari anggota-anggota yang berbeda-beda dalam memberikan
asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Kepala tim
bertanggung jawab membuat perencanaan dan evaluasi asuhan
keperawatan untuk semua pasien yang ada dibawah tanggung jawab
timnya. Tujuan perawat tim adalh memberikan asuhan keperawatan
yang lebih baik dengan menggunakan staf yang tersedia.
Konsep metode Tim :
1. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan.
2. Pentinggnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin.
3. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
4. Peran kepala ruangan penting dalam model tim, model tim akan
berhasil bila didukung oleh kepala ruang.
(d) Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari
pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik
kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan
dan pelaksana.Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan
kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan
selama pasien dirawat.
Konsep dasar metode primer :
(1) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
(2) Ada otonomi
(3) Ketertiban pasien dan keluarga
Metode primer modifikasi (MPM) merupakan metode yang
saat ini diadopsi oleh banyak rumah sakit di Indonesia karena sesuai
dengan kondisi keperawatan yang ada saat ini (Sumarsi,2008). MPM
adalah metode pemberian asuhan keperawatan yang dimodifikasi
dengan menggabungkan metode primer dan metode tim yang sesuai

40
dengan manajemen asuhan keperawatan yang dapat dilaksanakan di
RSUD Wonosari Gunungkidul Yogyakarta (Sumarsi, 2008).
Pada prinsipnya metode ini sama dengan metode primer tetapi di
modifikasi dalam hal :
(1) Pada saat PP tidak ada sebagai ganti yang bertugas dilaksanakan oleh
PA terutama pada saat sore, malam, dan hari libur.
(2) Karena pendidikan perawat yang tersedia di rumah sakit sangat
terbatas, maka pendidikan PP dapat memanfaatkan perawat dengan
pendidikan minimal D3 keperawatan sebagai perawat primer pemula
yang mempunyai kinerja baik serta kemampuan klinis yang
memadai sesuai dengan bidang tugasnya.
Kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat primer antara lain :
(1) Memiliki kemampuan professional (pengetahuan, sikap, dan
keterampilan) yang memadai
(2) Mampu menjalin komunikasi yang efektif/ kolaborasi dengan tim
kesehatan lain serta menjalin hubungan baik secara horizontal
maupun vertikal.
(3) Mampu mengkoordinasi semua kegiatan anggota/PA
(4) Mampu bertindak sebagai konsultan dalam asuhan keperawatan
(5) Mampu bertindak sebagai role model
(6) Mampu melakukan pengkajian dan menentukan kebutuhan pasien
dalam asuhan keperawatan
(7) Mampu membuat rencana keperawatan untuk semua pasien yang ada
di dalam tanggung jawabnya. Rencana ini meliputi kegiatan yang
akan dilaksanakan, cara untuk mengerjakannya, perawat yang akan
diserahi tugas, tempat dan waktu untuk melakukan kegiatan
(8) Mampu memperbaiki dan menyesuaikan rencana keperawatan
sesuai dengan kebutuhan pasien.
(9) Mampu mengobservasi baik terhadap kondisi pasien maupun
terhadap situasi kerja anggota/ PA
(10) Mampu berperan sebagai pendidik/ guru/ pengajar, antara lain
mampu menentukan materi pengajaran, waktu dan tempat
pengajaran serta orang yang perlu diberi pengajaran.

41
(11) Mampu melakukan evaluasi secara baik dan objektif. Evaluasi
yang dilakukan harus menyeluruh baik terhadap diri sendiri,
anggota/PA, penampilan kerja tim serta asuhan keperawatan.
Evaluasi yang dilakukan harus didasarkan pada kriteria yang telah
ditentukan.

2) Kajian data
Dalam pengorganisasian di ruangan bakung menggunakan metode tim,
dalam hal ini terdapat 2 kepala tim dan 9 anggota dim dimana tim pertama
dengan 5 anggota dan tim kedua 4 anggota. Pelaksanaan metode tim di
ruangan bakung belum mengacu pada metode tim karna di ruangan tidak
ada pembagian dalam memberikan asuhan keperawatan hal ini dikarenakan
keterbatasan SDM dan ruangan masih dalam proses penataan.

Tabel 2.xx
Evaluasi Tugas Kepala Ruang Keperawatan di Ruang Bakung RSUD Wonosari
Gunung Kidul Yogyakarta tanggal 5-7 Mei 2015
(Skala Likert : 1 : Tidak Pernah, 2 : Sering. 3 : Selalu)
Tugas Kepala Ruang Keperawatan Yang Penilaian
No Mendukung Pelaksanaan Sistem Pemberian TP SR SL
Asuhan Keperawatan Dengan TIM (1) (2) (3)
1. Membagi staff ke dalam TIM sesuai dengan √
kemampuan dan beban kerja
2. Membuat jadwal dinas koordinasi dengan Ka.Tim √
3. Kepala Ruang melakukan meeting morning √
4. Membagi pasien ke dalam TIM sesuai dengan √
kemampuan dan beban kerja
5. Menfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas √
Ka.Tim dan perawat pelaksana
6. Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh √
staf keperawatan untuk mencapai kinerja yang
optimal
7. Melakukan upaya peningkatan mutu asuhan √
keperawatan dengan melakukan evaluasi melalui
angket setiap pasien akan pulang
8. Mendelegasikan tugas kepada perawat pelaksana √
pada jaga sore, malam, libur
9. Melakukan pengawasan kedisiplinan tugas staff √
melalui daftar hadir yang ada diruang

42
10. Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien √
dan keluarga
Jumlah 4 10 3
Total (%) = 17/30x100 = 56,66 %
Sumber: hasil data primer di di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul
Yogyakarta tanggal 5-7 Mei 2015

Analisa Data : Hasil observasi dan wawancara tugas kepala ruangan Bakung
menunjukkan hasil 56.66%. Hal ini menunjukkan bahwa tugas kepala ruangan dalam
kategori cukup. Meeting morning belum optimal dilakukan, tidak dilakukan pembagian
Staff dan pembagian pasien ke dalam TIM, serta belum optimalnya evaluasi pada
pasien pulang dengan pengadaan angket.

Tabel 2.xx
Evaluasi Pelaksanaan Tugas Ka.Tim di dalam Sistem A
suhan Keperawatan dengan TIM di Ruang Bakung
RSUD Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta tanggal 5-7 Mei 2015
(Skala Likert : Selalu 3, Sering 2, Kadang 1, Tidak Pernah 0)
Observasi
Tugas PN yang mendukung pelaksanaan sistem
No
pemberian asuhan keperawatan dengan metode Ka Tim 1 Ka Tim 2
primer modifikasi
1 Bertugas pada pagi hari 2 2

2 Bersama perawat pelaksana melakukan konfirmasi 2 2


tentang keadaan pasien setelah selesai operan
3 Bersama perawat pelaksana melakukan do’a bersama 0 0
sebelum memulai operan
4 Melakukan pre conference dengan semua perawat 0 0
pelaksana yang ada dalam grupnya setiap awal dinas
pagi
5 Membagi tugas atau pasien kepada perawat pelaksana 1 1
sesuai kemampuan dan beban kerja
6 Melakukan pengkajian hingga evaluasi 0 0

7 Memonitor dan membimbing tugas perawat pelaksana 1 1

8 Membantu tugas perawata pelaksana untuk kelancaran 1 1


pelaksanaan asuhan pasien
9 Mengoreksi, merevisi, dan melengkapi catatan asuhan 1 1
keperawatan yang dilakukan oleh perawat pelaksana
yang ada di bawah tanggung jawabnya

43
10 Melakukan evaluasi hasil kepada setiap pasien sesuai 1 1
tujuan yang ada dalam perencanaan asuhan
keperawatan
11 Melaksanakan operan jaga pada setiap akhir dinas dan 3 3
menerima laporan akhir tugas jaga dari perawat
pelaksana untuk persiapan operan tugas jaga
berikutnya
12 Mendampingi perawat pelaksana dalam operan tugas 2 2
jaga kepada perawat pelaksana yang tugas jaga
berikutnya
13 Terdapat pendelegasian tugas kepada perawat 1 1
pelaksana pada sore, malam, libur
14 Terdapat diskusi kasus dengan dokter jaga tentang 2 2
kasus pasien
15 Ada Pertemuan rutin dengan perawat pelaksana 2 2
sebulan sekali
Jumlah 19 19
Total (%) = 19/45 19/45
42.22% 42.22%
Sumber: hasil data primer di di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul
Yogyakarta tanggal 5-7 Mei 2015

Analisa Data : Berdasarkan hasil observasi Ka Tim ruangan Bakung menunjukkan


hasil 42.22% yang artinya masuk dalam kategori cukup menurut teori Arikunto (2006).
Hal ini menunjukkan bahwa Ka Tim belum menjalankan tugas dengan baik
(berdasarkan prosentase) dan belum mengacu pada standar yang ada, perlu ditingkatkan
dalam melakukan pengkajian hingga evaluasi, Mengoreksi, merevisi, dan melengkapi
catatan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat pelaksana serta memulai
kegiatan dengan pre confrence dengan perawat pelaksana. Dalam pembagian tugas
kepada perawat pelaksana perlu ditingkatkan sesuai beban kerja dan kemampuan,
memonitor serta membimbing PP untuk meningkatkan mutu pelayanan.

44
Tabel 2.xx
Evaluasi Pelaksanaan Tugas PP dalam Sistem Asuhan Keperawatan dengan Metode
TIM di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta
Tanggal 5-9 Mei 2015
(Skala Likert : Selalu 3, Sering 2, Kadang 1, Tidak Pernah 0)
Tugas AN yang mendukung Observasi
pelaksanaan sistem pemberian 1 2 3 4 5 6 7 8
No asuhan keperawatan dengan
metode TIM
1 Melaksanakan operan tugas setiap 3 3 3 3 3 3 3 3
awal dan akhir jaga dari dan kepada
PP yang ada dalam satu grup
2 Melakukan konfirmasi atau 2 2 1 0 2 1 1 2
supervisi tentang kondisi pasien
segera setelah selesai operan setiap
pasien
3 Melakukan do’a bersama setiap 0 0 0 0 0 0 0 0
awal dan akhir tugas yang
dilakukan setelah selesai serah
terima operan tugas jaga
4 Mengikuti pre conference yang 0 0 0 0 0 0 0 0
dilakukan Ka.tim setiap awal tugas
5 Melaksanakan asuhan keperawatan 2 2 1 2 1 2 2 1
kepada pasien yang menjadi
tanggung jawabnya dan ada bukti di
rekam keperawatan
6 Melakukan monitoring respon 1 1 1 2 2 2 1 2
pasien dan ada bukti di rekam
keperawatan
7 Melakukan konsultasi tentang 2 2 1 2 2 2 2 1
masalah pasien/keluarga kepada
KaTIM
8 Membimbing dan melakukan 1 1 1 2 2 1 1 2
pendidikan kesehatan kepada pasien
yang menjadi tanggung jawabnya
dan ada bukti di rekam keperawatan
9 Menerima keluhan pasien/keluarga 3 3 2 2 3 1 3 2
dan berusaha untuk mengatasinya
10 Melengkapi catatan asuhan 1 1 2 2 1 1 1 1
keperawatan pada semua pasien
yang menjadi tanggung jawabnya
11 Melakukan evaluasi asuhan 1 1 1 2 2 1 2 1
keperawatan pada semua pasien
yang menjadi tanggung jawabnya

45
12 Mengikuti post conference yang 0 0 0 0 0 0 0 0
diadakan oleh Ka TIM pada setiap
akhir tugas dan melaporkan kondisi
dan perkembangan semua pasien
yang menjadi tanggung jawabnya
kepada Ka.tim
13 Bila tak ada Ka TIM wajib 0 0 0 0 0 0 0 0
mengenalkan PP yang ada dalam
grup yang akan memberikan asuhan
keperawatan pada jaga berikutnya
kepada pasien/keluarga baru
14 Melaksanakan pendelegasian tugas 1 1 1 1 2 2 1 1
Ka.tim pada sore, malam libur
15 Berkoordinasi dengan 2 2 2 2 2 2 2 2
PPJR/dokter/tim kesehatan lain bila
ada masalah pasien pada sore
malam libur
16 Mengikuti diskusi kasus dengan 1 1 1 1 1 1 1 1
dokter/tim kesehatan lain setiap
seminggu sekali
17 Mengikuti diskusi kasus dalam 1 1 2 2 2 2 1 1
pertemuan rutin keperawatan di
ruangan
18 Melaksanakan tugas lain sesuai 1 1 1 2 2 1 2 1
uraian tugas PP
19 Melaksanakan tugas lain sesuai 2 2 2 2 2 2 2 2
uraian tugas membantu melakukan
bimbingan PKK kepada peserta
dikeperawatan
Jumlah 24 24 2 2 29 24 21 2
2 7 2
Total (%) = 193/456X100 = 42%
Sumber: hasil data primer di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul
Yogyakarta tanggal 5-9 Mei 2015

Analisa Data : Berdasarkan hasil observasi PP ruangan bakung rata-rata menunjukkan


hasil 42%. Hal ini menunjukkan bahwa PP bisa menjalankan tugas dengan cukup, untuk
peningkatan terhadap PP Perlu ditingkatkan dalam monitoring respon pasien,
pencatatan hasil pendidikan kesehatan pada pasien, serta kurang melakukan diskusi
kasus terencana bersama dokter.

46
Tabel 2.xx
Hubungan Profesional Antar Staf Keperawatan dengan Pasien Dalam Sistem Asuhan
Keperawatan di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta
Tanggal 5-7 Mei 2015 (Skala Guttman : 1 Ya, 2 Tidak)
Hubungan Profesional Antar staf Keperawatan dengan Observasi
No Pasien atau Keluarga dapat Terjalin Terus Menerus Selama Penilaian
Pasien Dirawat 1 2
1 Kepala ruang melakukan supervisi seluruh pasien yang ada di

ruangan setiap awal tugas
2 Ka.tim dan PP mensupervisi seluruh pasien yang menjadi
tanggungjawabnya segera setelah menerima operan tugas setiap √
pasien.
3 Ka.tim menginformasikan peraturan dan tata tertib RS yang
berlaku kepada setiap pasien atau keluarga baru √

4 Ka.tim memperkenalkan perawat dalam satu grup yang akan



merawat selama pasien dirawat di RS
5 Ka.Tim atau PP melakukan visit atau monitoring pasien untuk

mengetahui perkembangan atau kondisi pasien
6 Ka. Tim memberikan penjelasan setiap rencana tindakan atau

program pengobatan sesuai wewenang dan tanggung jawabnya.
7 Setiap akan melakukan tindakan keperawatan Ka. Tim atau PP
memberikan penjelasan atas tindakan yang akan dilakukan √
kepada pasien atau keluarga
8 Kesediaan Ka.Tim atau PP untuk menerima konsultasi/keluhan √
pasien/keluarga dan berupaya mengatasinya

9 Pasien atau keluarga mengetahui siapa Ka.Tim atau perawat yang √


bertanggung jawab selama ia dirawat dan ditulis pada papan
nama pasien.
10 Ka.Tim atau PP memberitahu dan mempersiapkan pasien yang √
akan pulang.

Jumlah 5 5
Total (%) = 5/10x100 = 50 %
Sumber: Hasil data primer di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul
Yogyakarta tanggal 5-7 Mei 2015

Analisa Data : Berdasarkan hasil pengkajian hubungan profesional antara staf


keperawatan dengan pasien di ruang Bakung menunjukkan hasil 50%. Hal ini
menunjukkan bahwa hubungan profesional antar staf keperawatan di ruang Bakung
cukup namun masih kurang dalam Ka.tim menginformasikan peraturan dan tata tertib
RS yang berlaku pada pasien baru dan memperkenalkan perawat dalam grup pada
pasien. Dalam pemberian penjelasan rencana tindakan atau pengobatan pada pasien
masih kurang dalam penyampaian juga dalam melakukan tindakan keperawatan
Ka.Tim atau PP tidak selalu memberikan penjelasan atas tindakan yang akan dilakukan
47
kepada pasien atau keluarga. Pasien atau keluarga juga tidak mengetahui siapa Ka.Tim
atau perawat yang bertanggung jawab selama ia dirawat dan ditulis pada papan nama
pasien.

Tabel 2.xx
Hubungan Profesional Antar Staf Keperawatan yang dapat menjamin Asuhan
Keperawatan di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta
Tanggal 5-7 Mei 2015 (Skala Guttman : 1 Ya, 2 Tidak)
Hubungan Profesional Antar staf Keperawatan yang Observasi
No Dapat Menjamin Asuhan Keperawatan yang
1 2
Berkesinambungan Secara Terus Menerus
Penyelia mengadakan pertemuan rutin Karu minimal
1 √
1x/minggu

2
PJ Ru Kep mengadakan petemuan rutin dengan seluruh √
staf kep minimal sebulan sekali
3
Karu mengadakan pertemuan rutin dengan Ka.Tim √
minimal 1x/minggu
Ka.Tim mengadakan pre dan post konference pada setiap
4 √
awal dan akhir jaga pagi
Ka.Tim menerima serah terima dari PP yang tugas
5 √
jagasebelumnya
Ka.tim mendampingi serah terima tugas jaga antara PP
6 √
pada tugas jaga berikutnya.
PP melaksanakan serah terima tugas jaga dari jaga
7 √
sebelum dan kepada tugas jaga berikutnya.
Ka.Tim melakukan dokumentasi askep terutama dalam
8 pengkajian, menetapkan diagnosa dan penyusunan √
rencana keperawatan.
PP melakukan dokumentasi askep terutama dalam hal
9 √
pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
Ka.Tim membuat laporan tugas pada PJ Ru Kep setiap
10 akhir tugas terutama keadaan umum pasien dan √
permasalahan yang ada.
Ka.Tim melakukan motivasi / bimbingan / reinforcement
11 √
dengan PP setiap hari
12 PP menggantikan tugas Ka.tim bila Ka.tim tidak ada √

13 PPJr menggantikan tugas PJRu pada tugas S/M/HL

Jumlah 9 4
Total (%) = 9/13x100 = 69.23 = 70 %
Sumber: hasil data primer di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta
tanggal 5-7 Mei 2015

48
Analisa Data : Berdasarkan hasil pengkajian disimpulkan bahwa hubungan profesional
antar staf di ruang Bakung sudah baik, hal ini ditunjukkan dengan hasil 70% namun
kurang dalam hal pre dan post confrence, Ka.Tim tidak melakukan dokumentasi askep
terutama dalam pengkajian, menetapkan diagnosa dan penyusunan rencana
keperawatan. Ka.Tim Masih kurang optimal dalam melakukan motivasi / bimbingan /
reinforcement dengan PP setiap hari.

Tabel 2.xx
Hubungan Profesional/Kemitraan Antar Staf Keperawatan dengan Dokter/Tim
Kesehatan lain di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta
(4 hari observasi,5-8 Mei 2014)
(Skala Likert : tidak 2, iya 1,)
Hubungan Profesional/Kemitraan Antar Staf Observasi
No Keperawatan dengan Dokter/Tim Kesehatan iya tidak
Lain Terjalin dengan Baik (1) (2)
Ka,tim atau PP melakukan visite bersama dengan √
1
dokter/tim kesehatan lain yang merawat
Ka.tim melakukan diskusi kasus dengan dokter/tim √
2
kesehatan minimal 1x/minggu
Hubungan profesional/kemitraan dengan tim √
3 dokter/tim kesehatan lain tercermin dalam dokumen
rekam medis
Ka.tim atau PP dapat segera memberikan data pasien

4 yang akurat dengan cepat dan tepat kepada
dokter/tim kesehatan lain bila dibutuhkan
Ka.tim/PP menggunakan rekam medik sebagai √
5 sarana hubungan profesional dalam rangka
pelaksanaan program kolaborasi
Dokter/tim kesehatan lain menggunakan rekam

6 keperawatan sebagai sarana hubungan profesional
dalam rangka program kolaborasi
Dokter/tim kesehatan yang lain mengetahui setiap √
7
pasien siapa Pnnya
Ka.tim memfasilitasi pelaksanaan konsultasi √
8
pasien/keluarga dengan dokter/tim kesehatan lain
Jumlah 7 1
Total (%) 87.5 12.5
Sumber: hasil data primer di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul
Yogyakarta tanggal 5-7 Mei 2015

49
Analisa Data :

Berdasarkan hasil pengkajian disimpulkan bahwa hubungan profesional/kemitraan


antar staf keperawatan dengan dokter/tim kesehatan lain terjalin baik, hal ini
ditunjukkan dengan hasil 87.5% namun masih belum ada program perencanaan untuk
diskusi kasus pasien dengan dokter.

Tabel 2.xx
Evaluasi pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga ( Operan ) di Ruang Bakung RSUD
Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta
Tanggal 5-7 Mei 2015

Penilaian
No Variabel yang dinilai
Ya Tidak
1. Didahului dengan doa bersama √
Komunikasi antar pemberi tanggung jawab dan penerima √
2.
tanggung jawab dilakukan di depan pasien
Menyebutkan identitas pasien, dx medis, dx keperawatan, √
3. tindakan keperawatan yang telah dilakukan beserta waktu
pelaksanaannya
4. Menginformasikan keadaan pasien selama shift √
Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan √
5.
keperawatan yang belum dilakukan
6. Menyebutkan perkembangan pasien yang ada selama shift √
Menginformasikan pendidikan kesehatan yang telah √
7.
dilakukan (bila ada)
8. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan √
9. Menyebutkan terapi dan tindakan medis selanjutnya √
Menginformasikan kepada pasien / keluarga nama perawat √
10
pada keluarga
Memberikan salam kepada pasien, menanyakan keluhan, √
11.
mengobservasi
Jumlah 7 4
Total (%) = 7/11 x 100= 63,6%

Sumber: hasil data primer di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta
tanggal 5-7 Mei 2015
.
Analisa Data : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pelaksanaan serah terima
tugas jaga (operan) di ruang Bakung dalam kategori cukup dengan persentase 63,6%
menurut Arikunto (2006). Dalam operan di ruang Bakung masih kurang
menginformasikan tentang nama perawat pada keluarga, memberi salam kepada pasien,
menyakan keluhan serta mengobservasi pasien selama operan. Selain itu, setiap operan

50
tidak selalu didahului dengan berdoa bersama, selama operan berlangsung perawat
tidak menyebutkan diagnosa keperawatan dan tindakan keperawatan beserta waktu
pelaksanaannya.

Tabel 2.xx
Evaluasi pelaksanaan Meeting Morning di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung
Kidul Yogyakarta Tanggal 5-7 Mei 2015
Sebelum
No Variabel yang dinilai
Ya Tidak
1. Karu menyiapkan tempat untuk melakukan meeting morning √
2. Karu memberikan arahan kepada staf dengan materi yang √
telah disiapkan sebelumnya
3. Karu melakukan klarifikasi apa yang telah disampaikan √
kepada staff
4. Memberikan kesempatan staf untuk mengungkapkan √
permasalahan yang muncul di ruangan
5. Bersama-sama staf mendiskusikan pemecahan masalah yang √
dapat ditempuh
6. Karu memberi motivasi dan reinforcement kepada staff √
Jumlah 6
Total (%) 0/6x100 = 0%

Sumber: hasil data primer di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta
tanggal 5-7 Mei 2015

Analisa Data : Berdasarkan tabel di atas diketahui pelaksanaan meeting morning di


ruang Bakung dalam kategori kurang yaitu 0%. Hal ini didasarkan dari observasi
selama 3 hari dari tanggal 5-7 Mei 2014, pada pelaksanaan meeting morning tidak
pernah dijalankan, masih kurangnya motivasi dan reinforcement karu terhadap Ka.tim
dan PP, tidak menyiapkan tempat meeting morning, tidak memberikan arahan kepada
staf. serta kurangnya perencanaan materi dan tidak pernah mendiskusikan pemecahan
masalah pada meeting morning.

51
Tabel 2.xx
Evaluasi pelaksanaan Pre Conference di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung
Kidul Yogyakarta Tanggal 5-7 Mei 2015

Penilaian
No Variabel yang dinilai
Ya Tidak
1. Menyiapkan Ruangan √
Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi √
2.
tanggung jawab
3. Menjelaskan tujuan pre confrence √
4. Memandu pelaksanaan pre confrence √
Menjelaskan masalah keperawatan dan rencana
5. √
tindakan
6. Membagi tugas kepada PP √
Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan
7. asuhan keperawatan √

8. Memberi tanggapan pada kasus yang didiskusikan √


9. Mengklarifikasi kesiapan PP √
Memberikan reinforcement positif
10 √
11. Menyimpulkan hasil pre conference √
Jumlah 2 9
Total (%) 2/11x100 =18,2%
Sumber: hasil data primer di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul
Yogyakarta tanggal 5-7 Mei 2015

Analisa Data : Berdasarkan tabel di atas diketahui pelaksanaan pre conference di ruang
Bakung dalam kategori kurang yaitu 18.2%. Dalam pelaksanaan pre conference tidak
pernah dilaksanakan. Karu dan perawat hanya menyiapkan rungan dan mengumpulkan
Rekam Medis. Beberapa item yang jarang dilakukan ataupun tidak dilakukan. Seperti
mendiskusikan masalah dan rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan,
megklarifikasi kesiapan PP dan memberi motivasi serta reinforment pada PP.

Tabel 2.xx
Evaluasi pelaksanaan Post Conference di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung
Kidul Yogyakarta Tanggal 5-7 Mei 2015
Sebelum
No Variabel yang dinilai
Ya Tidak
1. Menyiapkan ruang √
2. Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung

jawab
3. Menjelaskan tujuan dilakukannya post conferance √

52
4. Memandu pelaksanaan pos confrence √
5. Menerima penjelasan hasil tindakan/ hasil asuhan

keperawatan yang telah dilakukan
6. Mendiskusikan masalah yang ditemukan dalam
memberikan ASKEP pasien dan mencari upaya √
penyelesaian masalahnya
7. Memberi reinforcement positif √
8. Menyimpulkan hasil post conference √
Jumlah 0
Total (%) 0/8x100 = 0%

Sumber: hasil data primer di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta
tanggal 5-7 Mei 2015

Analisa Data : Berdasarkan tabel di atas diketahui pelaksanaan post conference di


ruang Bakung dalam kategori kurang yaitu 0%. Dalam pelaksanaan pre conference
tidak pernah dilaksanakan.

Tabel 2.xx
Hasil Evaluasi Total Penerapan MPKP di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung
Kidul Yogyakarta Tanggal 5-9 Mei 2015

No Jenis Rata- Kategori Interpretasi


Penilaian rata (%)
1 Evaluasi Tugas 56.66% Cukup Kepala Ruang tidak melakukan Meeting
Karu morning setiap sift, tidak dilakukan
pembagian Staff dan pembagian pasien ke
dalam TIM, serta belum adanya evaluasi
pada pasien pulang dengan pengadaan
angket.
2 Evaluasi Tugas 42.22% Cukup Kurangnya Pengkajian hingga evaluasi,
Ka Tim mengoreksi, merevisi, dan melengkapi
catatan asuhan keperawatan yang dilakukan
oleh perawat pelaksana serta memulai
kegiatan dengan pre confrence dengan
perawat pelaksakannya. Dalam pembagian
tugas kepada perawat pelaksana perlu
ditingkatkan sesuai beban kerja dan
kemampuan, memonitor serta membimbing
perawar pelaksana untuk meningkatkan
mutu pelayanan.
3 Evaluasi Tugas 42% Cukup Perawat pelaksana kurang dalam memonitor
perawat pelaksana respon pasien, pencatatan hasil penkes pada
pasien, serta kurang melakukan diskusi
kasus terencana bersama dokter.
4 Hubungan 50% Cukup Perawat belum maksimal dalam
Perawat-Pasien menginformasikan peraturan dan tata tertib

53
RS yang berlaku pada pasien baru dan
memperkenalkan perawat dalam kelompok
Tim pada pasien. Dalam pemberian
penjelasan rencana tindakan atau
pengobatan pada pasien, masih kurang
dalam penyampaian juga dalam melakukan
tindakan keperawatan Ka Tim atau perawat
pelaksana tidak selalu memberikan
penjelasan atas tindakan yang akan
dilakukan kepada pasien atau keluarga.
Pasien atau keluarga juga tidak mengetahui
siapa Ka Tim atau perawat yang
bertanggung jawab selama ia dirawat dan
ditulis pada papan nama pasien.

5 Hubungan 70% Baik Hubungan sejawat masih kurang dalam hal


sejawat pre dan post confrence, Ka.tim tidak
melakukan dokumentasi askep terutama
dalam pengkajian, menetapkan diagnosa dan
penyusunan rencana keperawatan. Ka Tim
Masih kurang dalam melakukan motivasi /
bimbingan / reinforcement dengan PP setiap
hari.
6 Hubungan 87.5% Baik Belum adanya program perencanaan untuk
perawat-dokter diskusi kasus pasien dengan dokter.
7 Evaluasi serah 63,6% Baik Dalam operan di ruang Bakung masih
terima jaga kurang menginformasikan tentang nama
perawat pada keluarga, memberi salam
kepada pasien, menyakan keluhan serta
mengobservasi pasien selama operan. Selain
itu, setiap operan tidak selalu didahului
dengan berdoa bersama, selama operan
berlangsung perawat tidak menyebutkan
diagnosa keperawatan dan tindakan
keperawatan beserta waktu pelaksanaannya.
8 Evaluasi 0% Kurang Pada pelaksanaan meeting morning tidak
pelaksanaan pernah diprogramkan, masih kurangnya
meeting morning motivasi dan reinforcement karu terhadap
Ka Tim dan perawat pelaksana, tidak
menyiapkan tempat meeting morning, tidak
memberikan arahan kepada staf. serta
kurangnya perencanaan materi dan tidak
pernah mendiskusikan pemecahan masalah
pada meeting morning.
9 Evaluasi 18.2% Kurang Dalam pelaksanaan pre conference tidak
pelaksanaan pre pernah dilaksanakan. Karu dan perawat
conference hanya menyiapkan rungan dan
mengumpulkan Rekam Medis

54
10 Evaluasi 0% Kurang Dalam pelaksanaan pre conference tidak
pelaksanaan post pernah dilaksanakan.
conference
Rata-rata 43%
Sumber: hasil data primer di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul
Yogyakarta Tanggal 5-9 Mei 2014.

Analisa Data

Hasil tabel di atas menunjukan rata-ta hasil dari hasil evaluasi total penerapan MPKP
di ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta baru mencapai 43%, hal
ini menunjukan pelaksanaan MPKP di ruang Bakung Bakung belum optimal seperti
pelaksanaan metting morning, pre dan post conferenc.

c. Actuating
1) Kajian Teori
Pengarahan adalah tindakan manajemen keperawatan yang bertujuan
menyelesaikan sassaran keperawatan atau proses penerapan rencana
manajemen untuk menyelesaikan sasaran keperawatan. pengarahan
meliputi, proses pendelegasian, pengawasan, koordinasi dan pengendalian,
implementasi, rencana organisasi (Swanburg, 2000).
Actuating tidak lepas dari kemampuan manajer/pimpinan unuk bisa
mengarahkan stafnya atau bawahannya untuk menjalankan fungsi masing-
masing dengan baik. Tiga elemen utama dalam pengarahan adalah
mewujudkan pengawasan dalam personel perawatan: motivasi,
kepemimpinan dan komunikas (Swanburg, 2000).

2) Kajian Data
Tabel 2.xx
Sll Kdng TP
No Standart Data Ket
(2) (1) (0)
1 Pengarahan √ Observasi Melalui observasi yang
telah dilakukan pengarahan
dilakukan karu pada saat
diperlukan
2 Supervisi staf √ Observasi
wawancara

55
3 Koordinasi orientasi √ observasi
staf

4 Orientasi √ Hasil observasi yang


mahasiswa praktek Onservasi dilakukan di ruang bakung
Orientasi mahasiswa
praktik selalu dilakukan
5 Orientasi √ Orientasi Melalui observasi
pasien/keluarga wawancara danwawancara mengenai
orientasi pasien belum
optimal seperti orientasi
jam kunjung dan jumlag
penunggu pasien.
6 Memobilisasi √ Observasi Melalui observasi selama
sumber daya yang pengkajian,
ada untuk mencapai mengoptimalkan karyawan
tujuan di sesuaikan sengan
keadaan ruangan
7 Memberi motivasi √ Observasi Melalui hasil observasi,
pada anggota kurang optimalnya
memerikan motivasi pada
anggota
8 Membuat keputusan √ Observasi Melalui observasi kepala
ruang selalu optimal dalam
membuat keputusan
9 Manajemen konflik √ Obrervasi
wawancara
10 Menelaah √ Observasi
kemampuan wawancara
individu
11 Membimbing √ Observasi Hasi onservasi bahwa
tenaga keperawatan angota perawat selalu
memberikan membibingan
terhadap masiswa praktikan
12 Mengadakan √ Wawancara
pertemuan berkala
atau sewaktu-waktu
dengan staf
keperawatan dan
petugas lain yang
bertugas di ruang
rawatnya
13 Memberi √ Wawancara
kesempatan/ ijin
kepada staf
keperawatan
14 Mengupayakan √ Observasi Hasil observasi dan
pengadaan wawancara wawancara karu selalu
mengoptimalkan

56
peralatan dan obat- pengadaan peralatan
obatan maupun obat-obatan di
ruangan secara optimal
walaupun fasilitas ruangan
masih belum optimal
15 Mendampingi visite √ Observasi Hasil observasi selam
dokter dan mencatat apengkajian tampak
instruksi dokter perawat selalu
mendampingi dokter saat
visik dan mencatat instruksi
dari dokter
16 Mengelompokkan √ Observasi Hasil observasi selama
pasien dan pengkajian dari tanggal 5- 8
mengatur Mei 2015 masih tampak
penempatannya di adanya pasien minimalcar
ruang rawat di gabung dengan maksimal
menurut tingkat car
kegawatan,
infeksi/non infeksi
untuk kelancaran
pemberian asuhan
keperawatan
17 Mengendalikan √ Observasi Hasil observasi mengenai
kwalitas system kulitas sistem pencatatan
pencatatan dan pelaporan asuhan
pelaporan asuhan keperawatan belum optimal
keperawatan karna masih terdapat format
baku yang masih kosong
dalam rekam medis
18 Meneliti pengisisan √ Observasi Hasil observasi pengisian
formulir sensus hari formulir sensus harian
pasien di ruang pasien di ruang rawat
rawat inapsudah optimal dengan
adanya buku plaporan
pasien masuk,keluar,
kematian dan jumlah pasien
APS
19 Meniliti/ memeriksa √ Observasi Hasil observasi tentang
pengisian daftar daftar permintaan makanan
permintaan pasien sudah optimal
makanan pasien
berdasarkan macam
dan jenis makanan
pasien
20 Menyiapkan berkas √ Observasi Melalui observasi yang
catatan medic dilakukan selama masa
pasien pengkajian penyiapan
berkas catatan mesik sudah
optimal, akan tetapi belum

57
optimalnya pencatatan
asuhan keperawatan
21 Memberi √ Observasi Hasil observasi dan
penyuluhan wawancara wawancara kurang
kesehatan mengoptimalkan
pelaksaana penyuluhan
terutama tentang penyakit
yang paling banyak atau
tentang peningkatan status
kesehatan
Jumlah 13 5 3
Total 21
Prosentase 13/21x100=61.9%
Sumber: hasil data primer di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul
Yogyakarta Tanggal 5-8 Mei 2014.

Analisa Data
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat kajian actuating berdasarkan observasi dan
wawancara , kemampuan manajer/pimpinan untuk bisa mengarahkan stafnya atau
bawahannya untuk tetap menjalankan fungsi dengan baik dengan nilai rata-rata 61.9%.

Tabel 2.xx
Pelkasanaan Pemberian Informasi Pasien Baru (IPS)
Di Bangsal Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta (n=6)
Pelaksanaan
No Kegiatan
Ya Tidak
1 Persiapan
a. Menyiapkan ruangan khusus yang rapidan tenang
untuk memberika informasi bagi pasien baru/ 0 4
keluarga
b. Menyiapkan pedoman informasi pasien baru 0 4
c. Mengajak pasien/keluarga ke ruangan yang telah 0 4
dipersiapkan untuk mendapatkan informasi
d. Mempersilakan pasien duduk berhadapan dengan 0 4
perawat
2 Pelaksanaan
a. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan 0 4
pemberian informasi pasien baru
b. menyerahan satu berkas permohonan informasi 0 4
pasien baru kepada pasien/keluarga untuk dibaca
bersama
c. menjelakan informasi secara urut sesuaii pedoman 0 4
1) petugas yang merawat |(dokter, perawat,
bidan)
2) jadwal konsultasi 4
3) hak dan kewajiban pasien 0 4

58
4) peraturan rumah sakit 0 4
5) perkembangan pasien setiap hari 0 4
6) rencana pasien pulang 0 4
7) fasilitas ruangan 0 4
b. mempersilakan pasien/keluarga untuk mngisi 0 4
formulir, terutama yang dalam bentuk narasi 0 4
panjang (hak dan kewajian pasien, tariff
pelayanan, tata tertip pengunjung dan penunggu,
prosedur administrasi pasien, dan fasilitas ruang)
dan menanyakan apakah pasien/keluarga
mengerti atas penjelasan yang diberikan
Ka’Ru/PP.
3 Pendokumentasian
a. meminta pasien/keluarga untuk mengisi 0 4
formulir menandatanginya
b. ka.Ru/PP yang memberikan informasi
mendatangani peernyataan yang sudah dibuat 4
pasien/keluarga
c. menyimpan bukti pemberian informasi pada 0 4
tempat yang sudah ditentukan
4 pemberian informasi berkelanjutan
a. memberi penjelasan kepada pasien atau 0 4
keluarga mengenai perkembangan pasien setiap
hari
b. mencatat informasi yang diberikan direkam 0 4
perawat pasien
TOTAL 0 76
JUMLAH 76
PERSENTASE 0/76x100= 0%
Sumber: hasil data primer di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul
Yogyakarta Tanggal 5-8 Mei 2014
Analisa Data
Berdasarkan pengkajian diperoleh hasil 0%, pemberian informasi pasien baru di
ruang Bakung tidak terdapat penjelasan secara khusus seperti penjelasan hak pasien
dan menjelaskan isi informen consent.

d. Controling
1) Kajian Teori
pengawasan melalui komunikasi, mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim maupun pelkasana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan
pada pasien, melalui superveser (Nursalam,2002) untuk keperluan megevaluasi
hasil kinerja diperlukan terlebih dahulu persiapan:
a) Standar oprasional prosedur

59
b) Standar atau pedoman diagnose terapi
c) Indicator penilaian penampilans

Tabel 2.xx
Kajian Controlling Selama 3 Hari 5-7 Mei 2015
No. Standart Selalu Kadang Tidak Data Ket.
pernah
(2) (1) (0)
1. Pengawasan langsung √ Observasi
melalui inspeksi
2. Pengawasan langsung √ Observasi
melalui laporan
langsung secara lisan
3. Pengawasan langsung √ Observasi
melalui laporan tertulis
4. Pengawasan pada √ Observasi
kelemahan yang ada
5. Pengawasan tidak √ Observasi
langsung dengan
mengecek daftar hadir
perawat yang ada.
6. Pengawasan tidak √ Observasi
langsung dengan
membaca dan
memeriksa rencana
keperawatan
7. Pengawasan dengan √ Observasi
mendengar laporan dari wawancara
Ka.Tim mengenai
pelaksanaan tugas
8. Evaluasi upaya √ Observasi
pelaksanaan
9. Membandingkan √ Observasi
dengan rencana
keperawatan yang telah
disusun bersama
10. Sosialisasi kebijakan √ wawancars
11. Mengecek Observasi
kelengkapan inventaris
perawatan
12. Mengecek obat-obatan √ Observasi
yang tersedia
13. Melakukan supervisi Observasi
14. Menilai pelaksanaan √ Observasi
asuhan keperawatan
yang telah ditentukan

60
15. Melakukan penilaian √ Observasi
kinerja tenaga
keperawatan
16. Menilai mutu askep √ Observasi
sesuai standar yang
berlaku secara mandiri
/ koordinasi dengan
pengendalian mutu
asuhan keperawatan.
Jumlah
Total
Persentase
Sumber: hasil data primer di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta
Tanggal 5-8 Mei 2014

61

Anda mungkin juga menyukai