Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

Penyakit Menular Seksual ( Infeksi TORCH, Human Paviloma Virus (Hpv),


Infeksi Traktus Genetalis, Infeksi Pascapartum)

OLEH :
1. Endro Nopfantiyanto Akas (01.2.16.00537)
2. Ivana Cindy Iranda (01.2.16.00543)
3. Meilinda Krisna Puspasari (01.2.16.00547)
4. Ony Nindya Naluri (01.2.16.00554)
5. Riyan Yurdan Salim (01.2.16.00557)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS BAPTIS KEDIRI


PRODI KEPERAWATAN SRATA 1
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah “Penyakit Menular Seksual ( Infeksi TORCH, Human Paviloma Virus (Hpv),
Infeksi Traktus Genetalis, Infeksi Pascapartum)” ini dapat tersusun hingga selesai.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih atas masukan dan sumber dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan materi dengan baik.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca, karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami,
kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.Kami mengucapkan terima kasih pada dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingannya selama kami mengikuti mata kuliah tersebut.
Sekian dan terima kasih.

Kediri,10 maret 2018

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... I

DAFTAR ISI .................................................................................................................... II

BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
1.3. Tujuan ................................................................................................................ 2

BAB II
PEMBAHASAN............................................................................................................... 3
2.1. Infeksi TORCH .................................................................................................. 3
2.1.1. Pengertian ................................................................................................... 3
2.1.2. Penyebab ..................................................................................................... 5
2.1.3. Pencegahan ................................................................................................. 6
2.1.4. Tanda dan gejala ......................................................................................... 7
2.2. Human Papiloma Virus ...................................................................................... 8
2.2.1. Pengertian ................................................................................................... 8
2.2.2. Gejala Penyakit ........................................................................................... 9
2.2.3. Penyakit yang di timbulkan ...................................................................... 10
2.2.4. Pencegahan penyakit ................................................................................ 12
2.3. Infeksi Traktus Genetalis ................................................................................. 12
2.3.1. Pengertian ................................................................................................. 12
2.3.2. Penyebab ................................................................................................... 13
2.3.3. Jenis – jenis penyakit ................................................................................ 14
2.4. Infeksi Pasca Partum ........................................................................................ 17
2.4.1. Pengertian ................................................................................................. 17
2.4.2. Penyebab Infeksi ...................................................................................... 18
2.4.3. Patofisiologi .............................................................................................. 18

II
2.4.4. Klasifikasi masa nifas ............................................................................... 19
2.4.5. Pencegahan infeksi nifas .......................................................................... 21
2.4.6. Pengobatan infeksi nifas ........................................................................... 22

BAB III
PENUTUP ...................................................................................................................... 24
3.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 24
3.2. Saran ................................................................................................................ 24

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 25

III
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Istilah penyakit menular seksual (PMS) mencerminkan definisi setiap
mikroba yang ditularkan seseorang kepada orang lain melalui kontak yang dekat dan
intim Penyakit kelamin adalah penyakit yang penularannya terutama melalui
hubungan seksual. Cara hubungan kelamin tidak hanya terbatas secara genito-
genital saja, tetapi dapat juga secara ora-genital, atau ano-genital, sehingga kelainan
yang timbul akibat penyakit kelamin ini tidak terbatas hanya pada daerah genital
saja, tetapi apat juga pada daerah – daerah ekstra genital.
Meskipun demikian tidak berarti bahwa semuanya harus melalui hubungan
kelamin, tetapi ada beberapa yang dapat juga ditularkan melalui kontak langsung
dengan alat – alat, handuk, termometer, dan sebagainya. Selain itu penyakit kelamin
ini juga dapat menularkan penyakitnya ini kepada bayi dalam kandungan.
Pada waktu dulu penyakit kelamin di kenal sebagai Veneral Diseases yang
berasal dari kata venus (dewi cinta), dan yang termasuk dalam venereal diseases ini
yaitu sifilis, gonore, ulkus mole, limfogranuloma venereum, dan granuloma
inguinale. Ternyata pada akhir – akhir ini ditemukan berbagai penyakit lain yang
juga dapat timbul akibat hubungan seksual dan penemuan ini antara lain disebakan
oleh perbaikan sarana dan teknik laboratorium dan penemuan beberapa jenis
penyaki secara epidemi seperti herpes genetalis dan hepatitis B.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari infeksi TORCH?
2. Apa penyebab infeksi TORCH?
3. Apa pencegahan infeksi TORCH?
4. Apa tanda dan gejala infeksi TORCH?
5. Apa pengertian Human Papiloma Virus?
6. Apa saja gejala penyakit Human Papiloma Virus?
7. Apa saja penyakit yang timbul pada Human Papiloma Virus?
8. Apa pencegahan Human Papiloma Virus?
9. Apa pengertian infeksi Taktus Genetalis?
10. Apa penyebab infeksi Taktus Genetalis?

1
11. Apa jenis – jenis penyakit infeksi Taktus Genetalis?
12. Apa pengertian infeksi Pasca Partum?
13. Apa penyebab infeksi Pasca Partum?
14. Apa patofisiologi infeksi pasca Partum?
15. Apa klasifikasi masa infeksi pasca Partum?
16. Apa saja pencegahan terjadinya infeksi Pasca Partum?
17. Apa pengobatn infeksi Pasca partum?
1.3. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian infeksi TORCH
2. Menjelaskan Penyebab infeksi TORCH
3. Menjelaskan Pencegahan infeksi TORCH
4. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi TORCH
5. Menjeaskan pengertian Human Papiloma Virus
6. Menjelaskan gejala penyakit Human Papiloma Virus
7. Menjelaskan penyakit yang timbul pada Human Papiloma Virus
8. Menjelaskan pencegahan penyakit Human Papiloma Virus
9. Menjelaskan pengertian infeksi Taktus Genetalis
10. Menjelaksan penyebab infeksi Taktus Genetalis
11. Menjelaskan jenis – jenis penyakit infeksi Taktus Genetalis
12. Menjelaskan pengertian infeksi Pasca Partum
13. Menjelaskan penyebab infeksi Pasca Partum
14. Menjelaskan patofisiologi infeksi pasca Partum
15. menjelaskan klasifikasi masa infeksi pasca Partum
16. menjelaskan pencegahan terjadinya infeksi Pasca Partum
17. menjelakan pengobatan infeksi Pasca partum

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Infeksi TORCH
2.1.1. Pengertian
Infeksi TORCH ialah penyakit infeksi intrauterin atau yang didapat pada
masa perinatal; merupakan singkatan dari T = Toksoplasmosis O = other yaitu
penyakit lain misalnya sifilis, HIV-1dan 2, dan Sindrom Imunodefisiensi
Didapat ( Acquired Immune Deficiency Syndrome/AIDS),dan sebagainya ; R =
Rubela (campak Jerman); C = Cytomegalovirus; H = Herpes simpleks.
Penyakit TORCH ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan berbagai
keluhan yang bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa,
baik pria maupun wanita. Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat
menyebabkan kelainan pertumbuhan pada bayinya, yaitu cacat fisik dan mental
yang beraneka ragam.
A. Toksoplasmosis
Toksoplasmosis adalah suatu infeksi protozoa yang timbul akibat
mengonsumsi daging mentah atau tidak mencuci tangan sewaktu
menyiapkan daging mentah atau infeksi kotoran kucing. Ibu hamil dengan
atibodi HIV berisiko karena toksoplasmosis adalah salah satu infeksi
oportunistik yang sering menyertai infeksi HIV. Keberadaan toksoplasmosis
dapat ditentukan melalui pemeriksaan darah dan titer toksoplasmosis wanita
kelompok risiko harus diperiksa. Infeksi akut pada masa hamil menimbulkan
gejala yang menyerupai influensa dan limfadenopati. Pengobatan alternatif
untuk toksoplasmosis adalah spiramisin; sulfa (dan klindamisin untuk wanita
yang alergi terhadap sulfa) juga dipakai (ACOG, 1993).
B. Rubela
Rubela, yang juga dikenal dengan sebutan campak Jerman, adalah suatu
infeksi virus yang ditransmisi melalui droplet. Demam, ruam, dan limfedema
ringan biasanya terlihat pada ibu terinfeksi. Akibat pada janin lebih serius
dan meliputi abortus spontan, anomali kongennital (disebut juga sindrom
rubela kongenital), dan kematian. Pencegahan infeksi rubela maternal dan
efek pada janin adalah fokus utama program imunisasi rubela (ACOG<
1992c). Vaksinasi ibu hamil dikontraindikasikan karena infeksi rubela bisa

3
terjadi setelah vaksin diberikan. Sebagai bagian dari konseling prakonsepsi
atau masa nifas, vaksin rubela diberikan kepada ibu yang tidak imun
terhadap rubela dan mereka dianjurkan memakai kontrasepsi selama minimal
tiga bulan setelah vaksinasi.
C. Sitomegalovirus
Sitomegalovirus (CMV) ialah penyebab utama infeksi virus kongenital pada
janin dan neonatus dan merupakan infeksi yang paling sering menyebabkan
retardasi mental. Sumber-sumber infeksi virus meliputi saliva, urine, semen,
air susu ibu, darah, dan sekresi serviks/vagina. CMV juga telah diisolasi dari
jaringan plasenta. Kebanyakan infeksi CMV primer asimptomatik dan
kebanyakan ibu yang menunjukan infrksi CMV pada kehamilan (melalui
titer positif) mengalami infeksi kronis atau rekuren (Brunham, Holmes, dan
Embree, 1990). Tidak ada terapi farmakologi yang efektif untuk CMV.
Terapi berfokus pada upaya mengobati gejala.
D. Virus Herpes Simpleks
Virus herpes simpleks tipe 1 (HSA-1) merupakan infeksi yang paling
banyak ditemukan pada masa kanak-kanak. Virus ini terutama ditransmisi
melalui kontak dengan sekresi oral dan menyebabkan cold sores dan fever
blisters. Infeksi HSV-2 biasanya terjadi setelah puber seiring aktivitas
seksual meningkat. HSV-2 ditransmisikan terutama melalui kontak dengan
sekresi genitalia. Ahli kesehatan masyarakat percaya bahwa di Amerika
Serikat 10 sampai 40 juta orang mengidap HSV-2. Banyak infeksi genital
menunjukkan suatu campuran HSV-1 dengan HSV-2.
HSV berinteraksi dengan sel dan neuron neuron epitel atau epitel. Masa
inkubasi antara dua dan empat minggu. Selama infeksi awal, HSV
bermigrasi ke satu atau lebih gangila saraf sensoris. Di sini virus tersebut
laten dan doeman sampai waktu yang tidak dapat ditentukan. Sistem imun
yang utuh akan memulihkan infeksi pada tempat virus masuk. Infeksi primer
meliputi sel-sel mukokutaneus, infeksi rekuren meliputi sel-sel epitel
bertingkat. Stimulus stresor memicu infeksi rekuren. Demam, infeksi lain,
emosi, menstruasi, hubungsan seksual, dan cahaya ultraviolet merupakan
beberapa stresor umum. Infeksi lebih berat pada ibu yang sedang hamil.

4
Infeksi HSV bisa melibatkan genitalia eksterna, vagina, dan serviks.
Gejala lebih nyata pada infeksi HSV pertama. Luka lepuh yang nyeri
muncul,kemudian mengeluarkan cairan, meninggalkan ulkus dangkal yang
menjadi krusta dan menghilang setelah dua sampai enam minggu. Sekret
vagina terlihat bila serviks atau mukosa vagina terkena. Ibu dapat menderita
demam, malaise, anoreksia, limfadenopati inguinalis yang nyeri, disuria, dan
dispareunia. Kekambuhan biasanya diawali oleh rasa gatal, rasa terbakar di
daerah genitalia, kesemutan pada tungkai, atau sekret vagina sedikit
bertambah.
Efek infeksi herpes genitalia primer pada kehamilan meliputi abortus
spontan, persalinan prematur, dan IUGR. Kemungkinan hasil akhir yang
buruk meningkat seiring peningkatan usia gestasi. Frekuensi dan keparahan
infeksi rekuren juga meningkat, jika ibu hami (Brown, 1989).
Rute transmisi HSV dari ibu ke bayi baru lahir ialah melalui jalan lahir
yang terinfeksi sewaktu hamil. Risiko transmisi ibu-janin lebih besar selama
infeksi primer HSV-2 daripada episode kekambuhan. Kelahiran sesaria tidak
lagi direkomendasikan untuk semua ibu dengan HSV karena infeksi
transplasenta dapat timbul. Hanya ibu yang memperlihatkan bukti klinis lesi
aktif, yang harus melahirkan per abdomen (Corey, 1990). Aslikovir
digunakan sejak tahun 1977 untuk mengobati infeksi HSV yang
membahayakan bagi bagi orang dewasa dan bayi baru lahir.

2.1.2. Penyebab
Penyebab utama dari virus dan parasit TORCH (Toxoplasma, Rubella, CMV,
dan Herpes) adalah hewan yang ada di sekitar kita, seperti ayam, kucing,

5
burung, tikus, merpati, kambing, sapi, anjing, babi dan lainnya. Meskipun tidak
secara langsung sebagai penyebab terjangkitnya penyakit yang berasal dari virus
ini adalah hewan, namun juga bisa disebabkan oleh karena perantara (tidak
langsung) seperti memakan sayuran, daging setengah matang dan lainnya.
A. Toxoplasma Gondii
Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi.
Pada umumnya infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang
spesifik. Kira-kira hanya 10-20% kasus infeksi Toxoplasma yang disertai
gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam,
dan umumnya tidak menimbulkan masalah.
B. Rubella
Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan
pembesaran kelenjar getah bening. Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella,
dapat menyerang anak-anak dan dewasa muda.
C. Cyto Megalo Virus (CMV)
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini temasuk
golongan virus keluarga Herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya,
virus CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan
salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi yang
berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil.
D. Herpes Simplek
Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh Virus Herpes
Simpleks tipe II (HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten,
menjalar melalui serabut syaraf sensorik dan berdiam diganglion sistem
syaraf otonom.
2.1.3. Pencegahan
Pencegahan toxoplasma gondii itu sendiri dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti :
1. Hindari mengkonsumsi daging mentah atau setengah matang, serta buah dan
sayuran yang belum dicuci.
2. Hindari mengosok mata atau menyentuh muka ketika sedang menyiapkan
makanan.

6
3. Cuci alas memotong, piring, serta alat memasak lainnya dengan air panas
dan berbusa setelah kontak dengan daging mentah.
4. Masak air sampai mendidih serta hindari meminum susu yang belum di
pasteurisasi.
5. Sedapat mungkin kendalikan serangga-serangga yang dapat menyebarkan
kotoran kucing seperti, lalat dan kecoak
6. Jika Anda memiliki hewan peliharaan kucing, jangan biarkan Anda
berkeliaran di luar rumah yang memperbesar kemungkinan kontak dengan
toxoplasma.
7. Mintalah anggota keluarga lain untuk membantu Anda membersihkan
kucing Anda termasuk memandikannya, mencuci kandang, tempat
makannya.
8. Beri makan kucing Anda dengan makananan yang sudah dimasak dengan
baik.
9. Lakukan pemeriksaan berkala terhadap kesehatan kucing Anda.
10. Gunakan sarung tangan plastik ketika Anda harus membersihkan kotoran
kucing, sebaiknya dihindari.
11. Cuci tangan sebelum makan dan setelah berkontak dengan daging mentah,
tanah atau kucing.
12. Gunakan sarung tangan plastik jika Anda berkebun terutama jika terdapat
luka pada tangan Anda (Pandu, 2010).
2.1.4. Tanda dan gejala
A. Toxoplasma
Gejala yang diderita biasanya dengan mirip gejala influenza, bisa timbul rasa
lelah, malaise, demam disertai hepatomegali, dan umumnya tidak
menimbulkan masalah,
B. Herpes Simpleks
Penderita biasanya mengalami demam, salivasi, mudah terangsang dan
menolak untuk makan,. Dengan dilakukan pemeriksaan menunjukan adanya
ulkus dangkal multiple yang nyeri pada mukusa lidah, gusi, dan bukal
denganvesikel pada bibir dan sekitarnya.
C. Cyto Megalo Virus (CMV)
1) Demam,

7
2) Penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia)
3) Letih
4) Lesu
5) Kulit berwarna kuning,
6) Pembesaran hati dan limpa,
7) Kerusakan atau hambatan pembentukan organ tubuh seperti mata, otak,
gangguan mental, dan lain-lain tergantung organ janin mana yang
diserang
8) Umumnya janin yang terinfeksi cmv lahir prematur dan berat badan lahir
rendah
D. Rubella
Tanda dan gejala yang muncul biasanya bertahan dalam dua hingga tiga hari
dan mungkin melibatkan:
1) Demam ringan 38,9 derajat Celcius atau lebih rendah,
2) Sakit kepala
3) Hidung tersumbat atau pilek
4) Peradangan, mata merah
5) Pembesaran, pelunakan kelenjar getah bening di dasar tengkorak, leher
bagian belakang dan di belakang telinga
6) Muncul ruam warna merah muda/pink di wajah dan dengan cepat
menyebar ke pundak, lengan, kaki sebelum menghilang di sekuens
yang sama.
7) Nyeri pada persendian, khususnya pada perempuan muda.
2.2. Human Papiloma Virus
2.2.1. Pengertian
HPV merupakan virus yang menginfeksi kulit (epidermis) dan membran
mukosa manusia, seperti mukosa oral, esofagus, laring, trakea, konjungtiva,
genital, dan anus. Human papillomavirus (HPV) adalah virus yang paling sering
dijumpai pada penyakit menular seksual dan diduga berperan dalam proses
terjadinya kanker. Kondiloma (kutil kelamin) merupakan lesi kulit yang
ditularkan melalui hubungan seksual yang disebabkan oleh human
papilomavirus (HPV).

8
Infeksi kandiloma akuminata, lesi yang ditularkan melalui hubungan
seksual dan disebabkan oleh human papilomavuris (HPV), adalaah infeksi yang
paling sering ditularkan melalui hubugan seksual tiga kali lebuh sering daripada
herpes genital (oriel, 1990). Lebih dari 50 HPV menginfreksi traktus genetalis
(oriel,1990;shah,1990).
Penyakit timbul pada tempat masuk virus seltelah masa inkubasi dua
sampai tiga bulan. HPV didesiminasi meloalui kontak kulit ke kulit, tidak
melalui pertukaran cairan tubuh. Pernafasan pada virus terjadi melalui kontak
seksual dengan pasangan terinfeksi. Berganti ganti pasangan meningkatkan
kemungkinan infeksi HPV. Kelompok lain yang beresiko adalah perokok dan
penmgguna pil K. B. HPV dikaitkan dengan papilomatosis pernafasan pada anak
dan karsinoma seviks.Infeksi kandiloma ini menyebabkan pertumbuhan masa
seperti kulit kering di vulva, vagina, serviks atau rectum. Masa ini bisa kecil
atau besar, tunggal atau banyak, atau memiliki penampilan seperti kembang kol.
Diagnose dilakukan dengan menggunakan kolposkopis dan vusialisasi langsung
masa tersebut melalui biopsy atau dengan pap smear.
2.2.2. Gejala Penyakit
Gejala lesi berupa benjolan yang dapat berukuran besar, berkelompok
seperti kembang kol atau berupa benjolan kecil, tunggal, berkelompok dekat
atau tersebar luas. Kondiloma biasanya multipel, meskipun dapat terjadi lesi
tunggal dan biasanya ditemukan pada vulva, vagina, serviks, dan rektum. Setiap
saat HPV dapat menginfeksi tanpa menunjukkan gejala. HPV tidak seperti virus
lainnya yang menunjukkan gejala fisik menurun apabila terjangkit virus ini
tetapi seseorang baik pria maupun wanita dapat terkena HPV bertahun-tahun
sebelum ia menyadarinya. Tanda-tanda terserang HPV sering hanya ditunjukkan
oleh tumbuhnya kutil. Kutil yang tumbuh mungkin berwarna merah muda, putih,
abu-abu ataupun coklat. Awalnya hanya berupa bintil-bintil kecil yang
kemudian bersatu membentuk kutil yang lebih besar. Semakin lama kutil dapat
menjadi semakin besar. Pertumbuhan kutil akan semakin besar dan banyak jika
tumbuh di kulit lembab akibat kebersihan kulit kurang dijaga.
A. Gejala fisik yang terlihat pada wanita :
1) Kutil pada organ kelamin, dubur/anus atau pada permukaan vagina
2) Pendarahan yang tidak normal

9
3) Vagina menjadi gatal, panas atau sakit
B. Gejala fisik yang terlihat pada pria :
1) Kutil pada penis, anus atau skrotum
2) Kutil pada uretra (mungkin terjadi penurunan jumlah urin)
2.2.3. Penyakit yang di timbulkan
Berbagai jenis HPV menyebabkan kutil umum pada tangan atau kaki. HPV juga
dapat mengakibatkan masalah pada mulut atau pada lidah dan bibir. Beberapa
jenis HPV dapat menyebabkan kutil kelamin pada penis, vagina dan dubur. Jenis
HPV lain dapat menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak normal yang disebut
displasia. Displasia dapat berkembang menjadi kanker dubur pada laki-laki dan
perempuan, dan kanker leher rahim (cervical cancer), atau kanker penis.
Displasia di sekitar dubur disebut neoplasia intraepitelial anal (anal
intraepithelial neoplasia/AIN). Epitel adalah lapisan sel yang meliputi organ atau
menutupi permukaan tubuh yang terbuka. Neoplasia berarti perkembangan baru
sel yang tidak normal. AIN adalah perkembangan sel baru yang tidak normal
pada lapisan dubur. Displasia pada daerah leher rahim disebut neoplasia
intraepitelial serviks (cervical intraepithelial neoplasia/CIN).
A. Kandiloma Genital
Kondiloma genital dapat ditularkan melalui sentuhan dan hubungan
seksual. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, namun ada sebagian orang
yang berisiko untuk terjangkit penyakit ini antara lain: orang yang sering
kontak dengan air/bekerja di tempat basah (seperti tukang ikan, tukang
daging, pemotong hewan), orang yang hiperhidrosis/ telapak tangan atau
kakinya selalu basah, anak-anak. Penyakit ini menular baik dengan kontak
langsung maupun tidak langsung seperti pemakaian handuk dan baju yang
bersamaan. Pada orang-orang yang berisiko terjangkit penyakit ini dapat
terjadi kekambuhan karena virus ini mudah hidup dan berkembang pada
kulit yang sering terkena trauma dan selalu basah. Pada orang yang
imunnocompromise atau daya tahan tubuh kurang baik atau buruk virus ini
dapat berkembang cepat pada seluruh badan atau bekembang menjadi
keganasan kulit seperi kanker skuamosa.
Semua kondiloma akuminata disebabkan oleh infeksi HPV, dan 90%
dihubungkan dengan infeksi HPV tipe 6 dan tipe 11. Kondiloma biasanya

10
terjadi setelah 2 – 3 bulan terjadinya infeksi HPV pada daerah anogenital,
tetapi tidak semua wanita yang terinfeksi HPV menimbulkan kondiloma
pada daerah anogenital. Kondiloma bisa diobati meskipun pada beberapa
kasus bisa hilang dengan sendirinya. Angka kekambuhan pada kondiloma
cukup tinggi yaitu 30%

B. Kangker serviks
Kanker serviks merupakan penyebab kematian akibat kanker yang
terbesar setelah kanker payudara pada wanita di negara-negara berkembang,
bahkan tiap tahunnya sekitar seperempat juta wanita meninggal karena
penyakit ini. Tidak hanya itu, kanker serviks juga berdampak pada sekitar
setengah juta wanita tiap tahunnya dan 80% penderita kanker serviks hidup
di negara-negara dengan pendapatan penduduk yang rendah atau sedang.
Menurut penelitian yang dikemukakan oleh yayasan kanker Indonesia
menyatakan bahwa tiap 1 jam, seorang wanita di Indonesia meninggal akibat
kanker serviks.
Beberapa faktor yang dapat mempermudah terinveksi virus HPV yaitu
menikah atau memulai aktivitas seksual pada usia muda (kurang dari 18
tahun), berganti-ganti pasangan seks (pasangan wanita tersebut maupun
pasangan suaminya), wanita melahirkan banyak anak (sering melahirkan),
sering menderita infeksi di daerah rahim, dan wanita perokok yang
mempunyai resiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan
dengan wanita yang tidak merokok.

11
2.2.4. Pencegahan penyakit
Tidak ada cara yang mudah untuk mengetahui apakah seseorang
terinfeksi
HPV. Orang yang tidak menunjukkan tanda atau gejala infeksi HPV pun tetap
dapat menularkan infeksinya (sebagai karier).
Langkah-langkah pencegahan:
a. Gunakan kondom
b. Jangan merokok
c. Jangan berganti-ganti pasangan seks, satu lebih baik
d. Lakukan tes pap minimal setahun sekali
Namun demikian, kondom tidak dapat mencegah penularan HPV secara
keseluruhan karena virus ini dapat menular melalui hubungan langsung dengan
daerah kulit yang terinfeksi yang tidak diliputi oleh kondom. Laki-laki dan
perempuan yang aktif secara seksual mungkin sebaiknya melakukan tes Pap
secara berkala pada Vagina dan/ atau dubur untuk mencari sel yang abnormal
atau tanda awal kutil. Hasil positif dapat ditindaklanjuti untuk mengetahui
apakah pengobatan dibutuhkan.

2.3. Infeksi Traktus Genetalis


2.3.1. Pengertian
Tiga infeksi vagina yang paling sering ialah bacterial vaginosis,
kandidiasis, dan trikomoniasis. Infeksi vagina bisa menular melalui hubungan
seksual. Infeksi harus dibedakan dari secret vagina, leukorea, rabas berwarna
keputihan. Rabas ini terdiri dari lender dan sel epitel vagina yang timbul akibat
hyperplasia mukosa vagina, dan sebelum menstruasi. Jika warnanya kecoklatan,
rabas ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan. Perubahan fisiologis vagina
selama masa hamil bisa memudahkan timbulnya vaginitis. Rabas vagina
bertambah dan vagina menjadi kurang asam selama masas hamil. Keadaan ini
menciptakan lingkungan yang mempermudah peertumbuhan mikroba.
Penyebab sering keluahan di vagina salama masa hamil ialah bakteri
vaginosis. Yang disebut juga vaginosis tidak spesifik. Produk samping
metabolism bakteri mmepengaruhi ph vagina, sehingga mengubah flora vagina.
Mikroorganisme yang utama ialah gardnerella vaginalis. Rabas vagina yang

12
homogeny berbau amis bila bercampur dengan kalium hidroksida 10% terlihat
pada pemeriksaaan mikroskopis rabas vagina.,
Efek samoing bakteri pada ibu baiasanya ialah timbunya penyakirt rigan.
Tanda dan gejala bisa meliputi pengeluaran rabas seperti susu dan timbulnya
rasa gatal. Terbakar, nyeri di gavina dan sekitar introitus. Komplikasi obstetric
meliputi infeksi cairan ketuban, ketuban pecah dini, kelahiran dan persalinan
premature, dan endometritis nifas. Bacterial vaginosis bisa juga merupakan
factor resiko PID.
Pengobatan bacterial vaginosis paing efektif dilakukan dengan
metronidazole oral. Akan tepati, karena potensi teratogeniknyha, metronidazol
hanya diberikan pada trisemester kedua dan ketiga. Preparat metronidasol dan
klindamisin topical juga telah berhasil digunakan untuk mengobati keadaan ini.
Walaupun padangan seksual biasanya juga diobati, terapi ada perdebatan tentang
efektivitas yang sesungguhnya.
2.3.2. Penyebab
Berdasarkan penyebabnya, infeksi genital dibagi menjadi :
1. Infeksi endogen oleh flora normal komensal yang berlebihan termasuk
didalamnya kandidiasis dan vaginosis bakterialis.
2. Penyakit menular seksual yaitu infeksi genital yang ditularkan melalui
hubungan seks dengan pasangan yang telah terinfeksi termasuk diantaranya
trikomoniasis ,gonore, chlamidia , condiloma akuminata , herpes genital dan
lain-lain.
3. Infeksi iatrogenik yaitu disebabkan melalui prosedur medis yang kurang
atau tidak steril.

Penyebab sering keluahan di vagina salaam masa hamil ialah bakteri vaginosis.
Yang disebut juga vaginosis tidak spesifik. Produk samping metabolism bakteri
mmepengaruhi ph vagina, sehingga mengubah flora vagina. Mikroorganisme
yang utama ialah gardnerella vaginalis. Rabas vagina yang homogeny berbau
amis bila bercampur dengan kalium hidroksida 10% terlihat pada pemeriksaaan
mikroskopis rabas vagina.,
Efek samoing bakteri padad ibu baiasanya ialah timbunya penyakirt rigan. Tanda
dan gejala bisa meliputi pengeluaran rabas seperti susu dan timbulnya rasa gatal.

13
Terbakar, nyeri di gavina dan sekitar introitus. Komplikasi obstetric meliputi
infeksi cairan ketuban, ketuban pecah dini, kelahiran dan persalinan premature,
dan endometritis nifas. Bacterial vaginosis bisa juga merupakan factor resiko
PID.
2.3.3. Jenis – jenis penyakit
A. Kandidiasis vulvovaginalis
Kandidiasi terjadi di seluruh dunia. Kebanyakan orang beranggapan
bahwa penyakit ini meningkat, antara lain disebakan oleh penggunaan agens
antimikroba secara luas. Jumlah wanita sehat tanpa gejala yang mengidap
kandidiasis juga meningkat.
Kebanyakan mikroorganisme seperti jamur yang id ispolasi dari vagina ialah
candida albican suatu jamur yang biasanya ditemukan di usus. Disuria dan
dispereunia adalah keluhan yang sering muncul. Pada pemeriksaaan dengan
speculum bioasanaya ditemukan bercak tebal dan putih, sperti keju, yang
melekat pada mukosa vagina yang pucat, kering , dan kadang kadang
sianosis.
Efek vagial kandidiasis pada ibu bias any tidak mengancam kesehatan,
tertapi ibu yang terkena bisa merasa sangat tidak nyaman akibat nyeri, rasa
gatal, dan rabas vagina. Kehamilan merupakan predisposisi wanita, buukan
saja untuk mengalami penignkatan angka infeksi, tetapi juga peningkatan
kekambuhan dan kegagalan pengobatan. Kekambuhan vaginitis kandida
pada mas antepartum memicu perlunya skrining terhadap diabetes
gestasional dan infeksi HIV jika dianggap perlu. Tujuan pengobatan ialaah
menghilangkan gejala dan oabt antijamur topical, miosalnya klotrimazol.
B. Trikomoniasis
Trikomoniasis vaginalis adalah protozoa yang tumbuh subuh di
lingkungan yang bersifat basa. Kontak seksual berperan dalam transmisi T.
Vaginalis, trikomoniasis terjadi pada sekitar 30% wanita yang aktif secara
seksual.
Pada individu yang tidak mengalami gejala infeksi bisa diidentifikasi
saat pemeriksaan rutin dilakukan atau dengan Papanicolaou.T.vaginalis
memiliki afinitas terhadap membran mukosa dan 75% wanita terinfeksi
melaporkan rabas vagina yang banyak, berbusa, dan berbau, biasanya

14
berwarna abu – abu dan kuning kehijauan dan mengalir dsri vagina ketika
spekulum dipasang
Faktor risiko untuk trikomoniasis termasuk penggunaan IUD, merokok
dan pasangan seksual lebih dari satu. Sekitar 20%-50% dari perempuan
dengan trichomoniasis tidak mengalami gejala apapaun. Trikomoniasis
mungkin berhubungan dengan ketuban pecah dini dan kelahiran prematur.
Pasangan seksual harus diobati dan diberi instruksi untuk tidak melakukan
hubungan seksual sampai ke dua pihak sembuh.
C. Servisitis
Servisitis ialah radang dari selaput lendir canalis cervicalis. Karena
epitel selaput lendir canalis cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan sel
silindris maka lebih mudah terkena infeksi dibandingkan dengan selaput
lendir vagina. Terjadinya cervisitis dipermudah oleh adanya robekan
serviks.merupakan radang pada serviks uteri.
Pada beberapa penyakit kelamin seperti gonorea, sifilis,ulkus molle
dan granuloma inguinale dan pada tuberkulosis dapat ditemukan radang pada
serviks. Servisitis non infeksi disebabkan oleh trauma lokal, radiasi atau
keganasan. Penyebab infeksi lebih sering ditemukan daripada non infeksi,
dan biasanya penyebab infeksi ditularkan melalui hubungan seksual.
Servisitis dapat dibedakan menjadi servisitis akuta dan servisitis kronika.
1) Servisitis akut infeksi diawali di endoserviks dan biasanya ditemukan
padagonorea dan pada infeksi post abortum atau postpartum yang
disebabkan oleh streptokokus, stafilokokus dan lain-lain. Serviks merah
dan membengkak dengan mengeluarkan cairan yang mukopurulen.
Pengobatan dilakukan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut .
Penyakitnya dapat sembuh tanpa bekas atau menjadi servisitis kronik.
2) Servisitis kronika ditemukan pada sebagian besar wanita yang pernah
melahirkan. Luka-luka kecil atau besar memudahkan kuman masuk ke
dalam endoserviks dan kelenjar-kelanjarnya dan infeksi menahun.
Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan:

15
1) Serviks kelihatan normal; hanya pada mikroskopik ditemukan infiltrasi
leukosit dalam stroma endoserviks. Servisitis ini tidak menimbulkan gejala,
kecuali pengeluaran sekret yang agak putih-kuning.
2) Pada porsio uteri disekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-
merahan yang tidak dipisahkan secara jelas dari epitel porsio disekitarnya.
Sekret yang dikeluarkan terdiri atas mukus bercampur nanah.
3) Sobekan pada serviks uteri lebih luas dan mukosa endoserviks lebih
kelihatan dari luar (ekstropion). Mukosa mudah terkena infeksi dari vagina.
Karena radang menahun, serviks bisa menjadi hipertrofi dan mengeras.
Sekret mukopurulen bertambah banyak.
Terapi yang dapat diberikan :
1) Antibiotika terutama kalau ditemukan gonococcus dalam sekret.
2) Jika servisitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam AgNO3
10% dan irigasi
3) Cervisitis yang tak mau sembuh ditolong operatif dengan melakukan
konisasi.
4) Erosio dapat disembuhkan dengan obat keras seperti AgNO3 10% atau
albothyl yang menyebabkan nekrose epitel silindris dengan harapan
kemudian diganti dengan epitel gepeng berlapis banyak.
D. Salphingitis
Salphingitis merupakan infeksi pada tuba fallopii. Salpingitis dapat
menjalar ke ovarium sehingga juga terjadi oophoritis. Paling sering
disebabkan oleh infeksi gonococcus, disamping itu oleh staphilococcus,
streptococcus dan bakteri tbc.Salpingitis merupakan salah satu penyebab dari
infertilitas .
Infeksi dapat terjadi sebagai berikut :
a) Naik dari cavum uteri
b) Menjalar dari alat yang berdekatan seperti dari apendiks yang meradang
c) Hematogenterutama salpingitis Tb.
Dalam kasus yang ringan salpingitis asimptomatik. Gejala dari salphingitis
antara lain :
1) Demam tinggi denagn menggigil, pasien sakit keras.

16
2) Nyeri kiri dan kanan diperut bagian bawah terutama kalau ditekan.
3) Defense kiri dan kanan diatas ligamentum poupart
4) Mual dan muntah : ada gejala abdomen akut karena terjadi perangsangan
peritoneum.
5) Kadang ada tenesmus ani karena proses dekat pada rectum atau sigmoid.
6) Toucher :
1. nyeri bila porsio digoyangkan
2. nyeri kiri dan kanan uterus
3. kadang ada penebalan tuba
4. tuba yang sehat tak dapat diraba.
7) menoragi dan dismenore.

Sekunder dari salpingitis dapat terjadi oophoritis. Salpingoophoritis lebih sering


disebut adnexitis. Karena adnexitis, terjadi perlkatan dengan usus yang dapat diraba
sebagai tumor, disebut tumor adnex. Kadang dapat pula terjadi pyosalping dan
pyovarium dan setelah pus diabsorbsi terjadi hidrosalping. Kalau tekanan hidrosalping
cukup besar maka cairan dapat menjalar ke dalam cavum uteri, sehingga dapat keluar
cairan dari genitalia penderita. Peritonitis dapat terjadi karena pyosalping yang pecah.
Terapi tergantung dari beratnya gejala. Selain istirahat, terapi yang digunakan adalah
pemberian antibiotik dan corticosteroid.

2.4. Infeksi Pasca Partum


2.4.1. Pengertian
Infeksi nifas adalah saemua peradangan yang disebabkan oleh kuman
yang masuk ke dalam organ genetal pada saat persalinan dan masa nifas. Infeksi
nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang terjadi setelah
melahirkan, ditandai bakteri pada traktus genetalia yang terjadi setelah
melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu sampai 380C atau lebih selama 2
hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam
pertama (joint committee on maternal welfare, AS). Infeksi nifas terjadi 1-3%.
Infeksi jalan lahir 25-55% dari semua kasus infeksi.

17
2.4.2. Penyebab Infeksi
Infeksi nifas dapat disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam organ
kandungan maupun kuman dari luar yang sering menyebabkan infeksi.
Berdasarkan masuknya kuman ke dalam organ kandungan terbagi menjadi
eksogen ( kuman dating dari luar). Autogen (kuman dari tempat lain). Dan
endogen (kuman dari jalan lahir sendiri).
Selain itu, infeksi nifias dapat disebabkan oleh streptococcus haemolyticus
aerobic, staphylococcus aerus, E.colli, dan clostridium welchi.
A. Streptococcus haemolyticus aerobic
Merupakan penyebab infeksi yang paling berat. Infeksi ini bersifat eksogen
(missal dari penderita lain, alat yang tidak steril, tangan penolong, infeksi
tenggorokan orang lain).
B. Staphylococcus naerus
Cara masuk secara eksogen, merupakan penyebab infeksi sedang\. Sering
ditemukan di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang Nampak
sehat.
C. E. Colli
Berasalh dari kandung kemih atau rectum. Dapt menyebabkan indfeksi
terbatas pada perineum, vulva dan endometrium. Kuman ini merupakan
penyebab dari infeksi traktus urinarius.
D. Clostridium welchii
Bersifat anaerob dan jarng ditemukan akan tetapi snagan berbahaya. Infeksi
ini lebih sering terjadi pada abortus kirminalis dan persalinan ditolong
dukun.
2.4.3. Patofisiologi
Tempat yang baik sebagai tempat tumbuhnya kuman adaaln di daerah bekas
insersio (pelekatan) plasenta. Insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan
diameter 4 cm, permukaan tidak rata, berbenjol benjol karena banyaknya vena
yang ditutupi oleh thrombus. Selain itu, kuman dapat masuk melalui serviks,
vulva, vagina dan perineum. Infeksi nifas dapat terjadi karrena manipulasi
penolong yang tidak steril atau pemeriksaan dlam berulang-ulang, alat-alat tidal
steril/ suci hama, infeksi droplet, dan alat yang terkontamisai, infeksi

18
nasokomial, infeksi intrapartum dan hubungan seksual akhir kehamilan yang
menyebabkan ketuban pecfah dini. Factor predisposisi infeksi nifas antara lain:
1) Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti
pendarahan banyak, pre eklamsia, malnutrisi, anemia, infeksi lain
(pneumonia, penyakit jantung, dsb).
2) persalinan dengan masalah seperti partus lama dengan ketuban pecah dini,
karioamnionitis, persalinan traumatic, proses pencegahan infeksi yang
kurang baik dan manipulasi yang berlebihan.
3) Tindakan obstetric operatif baik per vaginam maupun perabdominalis.
4) Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah dalam rongga
rahim.
5) Episiotomy atau laserisasi jalan lahir.
2.4.4. Klasifikasi masa nifas
A. Infeksi pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium
Penyebaran infeksi nifas pada perineum, vulva, vagna serviks dan
endometrium meliputi:
A. Vulvalitis
Adalah inferksi pada vulva. Vulvavitis pada ibu pasca melahirkan terjadi
di bekas sayatan episiotomy atau luka perineum. Tepi luka berwarana
merah dan bengkak, jahitan mudah lepas, luka terbuka menjadai ulkus
dan mengeluarkan nanah.
B. Vaginitis
Vaginitis merupakan infreksi pada daerah vagina. Vaginits pdaa ibu paca
melahirkan terjadi secara langsung pada luka perineum. Permukaan
mukosa bengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung
nanah dari daerah ulkus.
C. Servisitis
Infeksi yang srring terjadi pada daerah serviks tapi tidak menimbulkan
banyak gejala. Leka serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke
dasar ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang mernjalar ke
parametrium.
D. Endometritis

19
Endometritis paling sering terjadi. Biaanya demam mulai 48 jam
postpartum dan bersifat naik turun. Kuman memasuki endometrium
(biasanya pada luka insersio plasenta) dalam waktu singkat dan
menyebar ke seluruh endometrium. Jaringan desidua bersama bekuan
darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau yang terdiri atas
keeping nekrosis dan cairan. Pada infeksi yang leibh berat batas
endometrium dapat dilampaui dan terdailah penjalaran.
B. Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh darah
Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh darah adalah septicemia,
piemia dan tromboflebitis pelvic. Infeksi ini merupakan infeksi umum yang
disebabkan oleh kuman palogen streptococcus hemolitikus golongan A.
infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari semua kematian keran
inferksi nifas.
1) Septicemia
Adalah keadaan dimana keman keman atau toskinya langsung masuk ke
dalam peredalran darah dan menyebabkan infeksi. Gejala klinis
septicemia lebih akut atnara lain : kelihatan sudah sakit dan lemah sejak
awal : keadaannya umum jelek, menggigil, nadi cepat 140-160x/mnt
suhu8 meningkat antara 39-40 derajat celcius : tekanan darah turun,
keadaan umum memburuk, sesak nafas, kesadaran turun, gelisah.
2) Piemia
Piemia dimulai dengan tromflebitis vena pada daerah perukaan lalu lepas
menjadi embolus kecil yang dibawa ke peredaran darah, kemudian
terjadi infeksi dan abses pad organ yang diserangnya. Gejala klinis
piemia antara lain : rasa sakit pad daerah tromboflebitis, setelah ada
penyebaran thrombus terjadi gejala umum di atas : hasil laboratorium
menunjukkna leukositosis : lokia berbau, bernanah, in volusi jelek.
3) Tromboflebitis
Radang pada vena terdiri dari tromboflebitis pelvis dan tromboflebitris
femoralis. Tromboflebitis pelvis yanbg sreing terjadi / meradang adalah
pdada vena ovarika, terjadi karena mengalirkan darah dan luka bekas
plasenta di daerah fundus uteri. Sedangkan tromboflebitis femoralis

20
dapat menjadi tromboflebitisvena safena magna atau peradangan vena
femoralis sendiri, penjalaran tromboflebitis vena uterin, dan akibat
parametrits. Tromboflebitis vena femoralis disebabkan aliran daarah
lambat pada lipat paha karean tertekan ligamentum inguinale dan kadar
fibrinogen menginkat pada masa nifas.
C. Infeksi niofas yang penyebarannya melalui jalan limfe.
Infeksi nifas yang penyebarannya melalui jalan limfe antara lain peritonitis
dan parametritis (sellulitis peluika).
1) Peritonitis
Peritonitis menyerang pada daerah pelvis (pelvio peritonitis). Gejala
klinis antar lain : demam, nyeri perut bawah, keadaan umum baik.
Sedangkan peritonitis umum gejalanya: suhu menignkat, nadi cepat dan
kecil, perut kembunmg dan nyeri, terdapat abses pada pada cavum
douglas, defense musculair, fasies hypocratica. Peritonitis umum dapat
menyebabkan kematian 33% dari seluruh kematian kaeran infeksi.
2) Parametritis (sellulitis pelvika).
Gejala klinik parametritis adalah : nyeri saat dilakukan periksa dalam,
demam tinggi menetap, nadi cepat, perut nyeri, sebelah/kedua belah
bagian bawah terjadi pembentukan inflitrat yang dapat teraba selama
periksa dalam. Infiltrate terkadang menjadi abses.
D. Infeksi nifas yangh penyebaran melalui permukaan endometrium
Infeksi nifas yang penyebaraannya melalui permukaan endometrium adalah
salfingitis dan oofaritis. Gejala salfingitis dan oofaritisw hamper sama dengan
pelvio peritonitis.
2.4.5. Pencegahan infeksi nifas
A. Masa kehamilan
Mengurangi atau mencegah factor predisposisi seperti anemia, malnutrisi
dan kelemahan serta mengobati penyakit yang diderits ibu. Pemeriksaaan
dalam jangka dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu. Begitu pula pada
koitus ibu hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hari
hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban, kalau ini terjadi inffeksi
akan mudah masuk jalan lahir.
B. Masa persalinan

21
Ada beberapa hal yang dapat dicegah salaam proses persalinan
berlangsung, antara lain ; menghindari pemeriksaan dalam berulangulang,
lakukan bila ada indikasi dengan sterilisai yang baik, apalagi bila ketuban
telah pecah, menghindari partus terlalu lama dan ketuban pedah lama,
menjaga sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat harus suci
hama, perlukaan jalan lahir karena tidnakan baik pervaginum maupun
perabdominam dibersihkan, di jahit sebaik baikmya dan menjaga sterilitas,
dan pendrahan yang banyak harus dicegah, \bila tejadi darah yang hilang
harus segera diganti dengan tranfusi darah.
C. Selama nifas
Pencegahan infeksi selama proses nifa antara lain, adalah perawatan luka
post partum dengan teknik aseptic, pastikan semua alat dan kain yang
berhubugan dengan darah genetal harus suci hama, penderita dengan infeksi
nfias sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusu, tidak bercampur dengan ibu
nifas yang sehat, membatasi tamu yang berkunjung, dan sering melakukan
mobilisasi dini.
2.4.6. Pengobatan infeksi nifas
Ada beberapa hal yang dapta dilakukan dalam pengobatqan infeksi pada
masa nifas antara lain sebaiknya segera dilakukan kultur dari secret vagina dan
servik, luka operasi dan darah, serta uji kepeaan untuk mendapatkan antibiotic
yang tepat. Pemberian dosis yang cukup dan adekuat, member antibiotikla
spectrum luas sambil menunggu hasil laborqatorium, dan pengobatan
mempertinggi daya tahan tubuh seperti infuse, tranfusi darah, makanan yang
mengandung zat yang diperlukan tubuh serta perawatan lain sesuai dengan
komplikasi yang dijumpai. Prinsip pengobatan kemoterapi dan antibiotika infeksi
nifas dengan cara sebagai berikut ;
a. Pemberian sulfonamide-trisulfa merupakan kombiansi dari sulfadizin 185 gr,
sulfamerazin 130 gr, dan sulfatiozol 185 gr. Dosis 2 gr diikuti 1gr 4-6 jam
kemudian per oral.
b. Pemberian penisilin-penisilin-prokain 1,2 sampai 2,4 juta satuan IM, penisilin
G 500.000 satuan setiap 6 jam atau metsilin 1 gr setiap 6 jam IM ditambah
ampisilin kampsul 4 x 250 gr peroral
c. Tetrasiklin, eritromisin dan kloramfenikol

22
d. Hindari pemberian politerapi antibiotika berlebihan
e. Lakukan evaluasi penyakit dan pemeriksaan laboratorium.

23
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto
Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) yang terdiri dari HSV1 dan
HSV2 serta kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas
(Misalnya Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, virus Vaccinia, virus Polio, dan
virus Coxsackie-B). Penyakit ini sangat berbahaya bagi ibu hamil karena dapat
mengakibatkan keguguran, cacat pada bayi, juga pada wanita belum hamil bisa
akan sulit mendapatkan kehamilan.
HPV merupakan virus yang menginfeksi kulit (epidermis) dan membran mukosa
manusia, seperti mukosa oral, esofagus, laring, trakea, konjungtiva, genital, dan
anus. Human papillomavirus (HPV) adalah virus yang paling sering dijumpai pada
penyakit menular seksual dan diduga berperan dalam proses terjadinya kanker.
Kondiloma (kutil kelamin) merupakan lesi kulit yang ditularkan melalui hubungan
seksual yang disebabkan oleh human papilomavirus (HPV).
Organ yang paling sering terkena infeksi adalah vulva, vagina, leher rahim, dan
rongga rahim. Infeksi nifas adalah saemua peradangan yang disebabkan oleh
kuman yang masuk ke dalam organ genetal pada saat persalinan dan masa nifas.
Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang terjadi setelah
melahirkan.
3.2. Saran
Sebaiknya kita sebagai mahasiswa keperawatan mengatahui tetang apa saja
penyakit menular seksual dan untuk selalu waspada terhadap infeksi TORCH,
infeksi human papiloma virus, infeksi taktus genetalis, infeksi pasca partum dengan
cara mengetahui media dan cara penyebaran penyakit ini kita dapat menghindari
kemungkinan tertular. Hidup bersih dan cara menjaga kesehatan kelamin dengan
baik. Dan pada saat kita terjun dalam masyarakat kita dapat memberikan penjelasan
kepada masyarakat bagaimana bahayanya penyakit menular seksual.

24
DAFTAR PUSTAKA
Bobak,lowdermik,Jensen.2004.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta.EGC
Reeder,Martin,Koniak-Griffin.2011.Keperawatan Maternitas kesehatan wanita, bayi,
dan keluarga. Jakarta EGC
Lowdermilk,Perry,Cashion.2013.Keperawatan Maternitas.Jakarta.Salemba Medika
Eka Puspita Sari, Am. Keb.2014.Asuhan Kebidanan Masa Nifas.Jakarta.Cv trans info
media
file:///C:/Users/My%20Computer/Downloads/Documents/RISTI_YURISMA-kti.pdf
file:///D:/semester%204/keperawatan%20Maternitas%202/60017388-HPV.pdf

25
LAMPIRAN

26

Anda mungkin juga menyukai