Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Allah SWT, yang mana telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Yang mana makalah ini
merupakan salah satu tugas mata kuliah Biokimia.

Pada kesempatan ini juga, kami sebagai pembuat makalah yang membahas
mengenai Makalah dan mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata Biokimia
Gizi, yang telah membantu dan memberi arahan kepada kami untuk dapat menyelesaikan
makalah ini.

Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah yang telah kami buat belum dapat
dikatakan sempurna. Agar makalah ini berhasil dengan sempurna maka kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikkan yang akan datang.

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat
menambah khasanah ilmu pengetahuan. Mohon maaf apabila ada kesalahan yang terdapat
pada isi makalah ini.

Palembang, Januari 2013

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kreatinin (dari bahasa Yunani''''daging kreas,) adalah produk break-down dari creatine
phosphate dalam otot, dan biasanya diproduksi pada tingkat yang cukup konstan oleh
tubuh (tergantung pada massa otot).Kimia, kreatinin merupakan turunan siklik terbentuk
secara spontan dari creatine.Kreatinin ini terutama disaring dari darah oleh ginjal,
meskipun sejumlah kecil secara aktif disekresi oleh ginjal menjadi urin. Ada sedikit-
untuk-tidak reabsorpsi tubular kreatinin. Jika penyaringan ginjal kekurangan, kadar
meningkat. Oleh karena itu, kadar kreatinin dalam darah dan urin dapat digunakan untuk
menghitung bersihan kreatinin (CrCl), yang mencerminkan laju filtrasi glomerulus
(GFR). GFR secara klinis penting karena merupakan pengukuran fungsi ginjal. Namun,
dalam kasus disfungsi ginjal yang parah, tingkat bersihan kreatinin akan "berlebihan"
karena sekresi aktif dari kreatinin akan account untuk sebagian kecil lebih besar dari
jumlah kreatinin dibersihkan. Ketoacids, simetidin dan trimethoprim mengurangi sekresi
tubular kreatinin dan karenanya meningkatkan akurasi estimasi GFR, khususnya dalam
disfungsi ginjal berat. (Dengan tidak adanya sekresi, kreatinin berperilaku seperti
inulin.)Sebuah estimasi yang lebih lengkap dari fungsi ginjal dapat dilakukan bila
menafsirkan darah (plasma) konsentrasi kreatinin bersama dengan urea. BUN-ke-
kreatinin rasio (rasio urea untuk kreatinin) dapat menunjukkan masalah lain selain yang
intrinsik pada ginjal, misalnya, tingkat urea dibangkitkan keluar dari proporsi kreatinin
mungkin mengindikasikan masalah pra-ginjal seperti deplesi volume.Pria cenderung
memiliki tingkat yang lebih tinggi dari kreatinin karena mereka umumnya memiliki lebih
banyak massa otot rangka dibanding wanita. Vegetarian telah terbukti memiliki tingkat
kreatinin yang lebih rendah.

Hampir seluruh ureum dibentuk di dalam hati, dari metabolisme protein (asam
amino). Urea berdifusi bebas masuk ke dalam cairan intra sel dan ekstrasel. Zat ini
dipekatkan dalam urin untuk diekskresikan. Pada keseimbangan nitrogen yang stabil,
sekitar 25 gram urea diekskresikan setiap hari. Kadar dalam darah mencerminkan
keseimbangan antara produksi dan ekskresi urea.
Ureum berasal dari penguraian protein, terutama yang berasal dari makanan. Pada
orang sehat yang makanannya banyak mengandung protein, ureum biasanya berada di
atas rentang normal. Kadar rendah biasanya tidak dianggap abnormal karena
mencerminkan rendahnya protein dalam makanan atau ekspansi volume plasma. Namun,
bila kadarnya sangat rendah bisa mengindikasikan penyakit hati berat. Kadar urea
bertambah dengan bertambahnya usia, juga walaupun tanpa penyakit ginjal. Peningkatan
kadar urea disebut uremia. Azotemia mengacu pada peningkatan semua senyawa nitrogen
berberat molekul rendah (urea, kreatinin, asam urat) pada gagal ginjal.

Penyebab uremia dibagi menjadi tiga, yaitu penyebab prarenal, renal, dan pascarenal.
Uremia prarenalterjadi karena gagalnya mekanisme yang bekerja sebelum filtrasi oleh
glomerulus. Mekanisme tersebut meliputi : 1) penurunan aliran darah ke ginjal seperti
pada syok, kehilangan darah, dan dehidrasi; 2) peningkatan katabolisme protein seperti
pada perdarahan gastrointestinal disertai pencernaan hemoglobin dan penyerapannya
sebagai protein dalam makanan, perdarahan ke dalam jaringan lunak atau rongga tubuh,
hemolisis, leukemia (pelepasan protein leukosit), cedera fisik berat, luka bakar, demam.
Uremia renal terjadi akibat gagal ginjal (penyebab tersering) yang menyebabkan
gangguan ekskresi urea. Gagal ginjal akut dapat disebabkan oleh glomerulonefritis,
hipertensi maligna, obat atau logam nefrotoksik, nekrosis korteks ginjal. Gagal ginjal
kronis disebabkan oleh glomerulonefritis, pielonefritis, diabetes mellitus, arteriosklerosis,
amiloidosis, penyakit tubulus ginjal, penyakit kolagen-vaskular.

Uremia pascarenal terjadi akibat obstruksi saluran kemih di bagian bawah ureter,
kandung kemih, atau urethra yang menghambat ekskresi urin. Obstruksi ureter bisa oleh
batu, tumor, peradangan, atau kesalahan pembedahan. Obstruksi leher kandung kemih
atau uretra bisa oleh prostat, batu, tumor, atau peradangan. Urea yang tertahan di urin
dapat berdifusi masuk kembali ke dalam darah.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang dan penegasan istilah diatas, maka permasalahan pokok dalam
makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan kreatinin serum dalam darah dan urine ?
2. Apa yang dimaksud dengan ureum serum dalam darah dan urine ?
3. Bagaimana kadar normal kreatinin dan ureum dalam darah dan urine ?
4. Apa sajakah metode yang digunakan dalam pemeriksaan kreatinin dan ureum
dalam darah dan urine ?
5. Bagaima interprestasi pemeriksaan kreatinin dan ureum dalam darah dan urine
?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kreatinin dan ureum dalam darah dan urine .
2. Untuk mengetahui kadar normal kreatinin dan ureum dalam darah dan urine .
3. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam pemeriksaan kreatinin dan ureum
dalam darah dan urine .
4. Untuk mengetahui bagaimana interprestasi penyakit dari kandungan kreatinin dan
ureum dalam darah dan urine .

1.4 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa

Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti di bidang biokimia seklaligus


sebagai media untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan dari proses
pembelajaran.

2. Bagi Akademi

Sebagai pengembangan mahasiswa dalam kegiatan penelitian serta menambah


wawasan pengetahuan peneliti dan keterampilan guna peningkatan mutu mahasiswa.

1.5 Metode

Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah metode studi pustaka dan sumber-
sumber lain yang telah terpercaya. Yaitu penulis mengumpulkan ber bagai informasi-
informasi dari berbagai buku serta pencarian di internet.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kreatinin

Ureum adalah hasil akhir metabolisme protein. Berasal dari asam amino yang telah
dipindah amonianya di dalam hati dan mencapai ginjal, dan diekskresikan rata-rata 30 gram
sehari.
Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan terdapat
dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat (creatin
phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi. Dalam sintesis ATP (adenosine
triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin fosfat diubah menjadi kreatin
dengan katalisasi enzim kreatin kinase (creatin kinase, CK). Seiring dengan pemakaian
energi, sejumlah kecil diubah secara ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi
oleh glomerulus dan diekskresikan dalam urin.

Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada massa otot
total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein, walaupun keduanya juga
menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera
fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada otot.

Kreatinin adalah produk katabolisme dari keratin fosfat yang ada di dalam otot. Hasil
katabolisme tersebut memiliki nilai yang konstan dalam tiap individu setiap harinya. Secara
kimiawi, kreatinin merupakan derivat dari kreatin. Biosintesis kreatin sendiri juga berasal
dari glisin, arginin, dan metionin. Pemindahan gugus guanidino dari arginin kepada glisin,
yang membentuk senyawa guanidoasetat (glikosiamina), berlangsung di dalam ginjal dan
tidak terjadi di hati atau otot jantung. Sintesis kreatin diselesaikan lewat reaksi metilasi
guanidoasetat oleh senyawa S-adenosilmetionin di hati.
Kreatinin diangkut melalui aliran darah ke ginjal. Ginjal menyaring sebagian besar
kreatinin dan membuangnya dalam urin. Bila ginjal terganggu, kreatinin akan meningkat.
Tingkat kreatinin abnormal tinggi memperingatkan kemungkinan kerusakan atau kegagalan
ginjal, kadang-kadang bahkan sebelum pasien melaporkan gejala apapun. Itulah mengapa
kreatinin dihitung dalam standar pemeriksaan darah dan urin rutin.
Pria cenderung memiliki tingkat yang lebih tinggi dari kreatinin karena mereka umumnya
memiliki lebih banyak massa otot rangka dibanding wanita. Vegetarian telah terbukti
memiliki tingkat kreatinin yang lebih rendah.

Kreatinin serum dinilai lebih sensitif dan merupakan indiktor penyakit ginjal yang
spesifik dibanding urea karena kreatinin tidak dipengaruhi oleh makanan atau masukan
cairan. Rasio Kreatinin dan BUN adalah 1:10. Bila nilai rasio lebih tinggi dari normal
menunjukan adanya gangguan prerenal.

Normal pada darah untuk dewasa berkisar 0.5-1.5 mg/dl. Untuk wanita kadarnya dapat
sedikit lebih rendah akibat massa otot yang lebih sedikit dibanding priaPeningkatan kadar
kreatinin bisa disebabkan oleh penyakit yaitu kegagallan ginjal akut atau kronik, syak yang
lama, kanker, lupus eritromatosus, gagal jantung kongestif. Sedangkan peningkatan oleh
obat-obatan disebabkan oleh antibiotik, asam askorbat, metildopa dan litium karbonat

2.3 Kadar Nilai Normal Kreatinin dan Ureum Dalam Darah Dan Urine

Kreatin
DEWASA : Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dl. Perempuan : 0,5-1,0 mg/dl. (Wanita sedikit lebih
rendah karena massa otot yang lebih rendah daripada pria).

ANAK : Bayi baru lahir : 0,8-1,4 mg/dl. Bayi : 0,7-1,4 mg/dl. Anak (2-6 tahun): 0,3-0,6
mg/dl. Anak yang lebih tua : 0,4-1,2 mg/dl. Kadar agak meningkat seiring dengan
bertambahnya usia, akibat pertambahan massa otot.

LANSIA : Kadarnya mungkin berkurang akibat penurunan massa otot dan penurunan
produksi kreatinin

Ureum
Kadar ureum darah yang normal adalah 20 mg – 40 mg setiap 100 ccm darah, tetapi hal ini
tergantung dari jumlah normal protein yang di makan dan fungsi hati dalam pembentukan
ureum
B. Nilai Rujukan
Dewasa : 5 – 25 mg/dl
Anak-anak : 5 – 20 mg/dl
Bayi : 5 – 15 mg/dl
Lanjut usia : kadar sedikit lebih tinggi daripada dewasa.

2.4 Metode Pemeriksaan Kreatinin dan Ureum Dalam Darah Dan Urine

Penentuan kreatinin serum bisanya menggunakan metode Jaffe. Metode Jaffe dapat
dilakukan dengan deproteinisasi maupun tanpa deproteinisasi. Maksud dari deproteinisasi
adalah sebelum melakukan pemeriksaan, protein dalam sampel dipisahkan dahulu.
Beberapa perbedaan antara pemeriksaan protein deproteinisasi dengan tanpa
denproteinisasi,
Deproteinisasi
1. Penggunaan asam pikrat dan NaOH secara terpisah
2. Pembacaan secara fotometris menggunakan cara end point
3. Mudah dipengaruhi oleh warna serum
4. Urutan pengerjaan menjadi lebih panjang karena melakukan centrifuge untuk memisahkan
endapan protein
Tanpa deproteinisasi
1. Asam pikrat dan NaOH dicampur sebelum ditambah sampel
2. Pembacaan secara fotometris menggunakan cara Fixed time
3. Hasil serum /plasma harus dikoreksi dengan 0.3 mg/dl

Sementara itu, untuk peneentuan Kadar ureum (BUN) diukur dengan metode kolorimetri
menggunakan fotometer atau analyzer kimiawi. Pengukuran berdasarkan atas reaksi enzimatik dengan
diasetil monoksim yang memanfaatkan enzim urease yang sangat spesifik terhadap urea. Konsentrasi
urea umumnya dinyatakan sebagai kandungan nitrogen molekul, yaitu nitrogen urea darah (blood urea
nitrogen, BUN). Namun di beberapa negara, konsentrasi ureum dinyatakan sebagai berat urea total.
Nitrogen menyumbang 28/60 dari berat total urea, sehingga konsentrasi urea dapat dihitung dengan
mengalikan konsentrasi BUN dengan 60/28 atau 2,14.
2.5 Interprestasi Hasil Pemeriksaan Kreatinin dan Ureum

Kreatinin : produk akhir dari metabolisme kreatin otot dan kreatin fosfat (protein),
disentesis dalam hati, ditemukan dalam otot rangka dan darah dan eksresikan dalam urine.
Selama fase akut terdapat vasokonstriksi arteriola glomerulus yang mengakibatkan
tekanan filtrasi menjadi kurang dan karena hal ini kecepatan filtrasi glomerulus juga
berkurang. Filtrasi air, garam, ureum dan zat-zat lainnya berkurang dan sebagai akibatnya
kadar ureum dan kreatinin dalam darah meningkat
Peningkatan kreatinin dalam darah menunjukkan adanya penurunan fungsi ginjal dan
penyusutan massa otot rangka.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ureum adalah hasil akhir metabolisme protein. Berasal dari asam amino yang telah
dipindah amonianya di dalam hati dan mencapai ginjal, dan diekskresikan rata-rata 30 gram
sehari. Kadar ureum darah yang normal adalah 20 mg – 40 mg setiap 100 ccm darah, tetapi
hal ini tergantung dari jumlah normal protein yang di makan dan fungsi hati dalam
pembentukan ureum
Batas normal ureum:
Dewasa : 5 – 25 mg/dl
Anak-anak : 5 – 20 mg/dl
Bayi : 5 – 15 mg/dl
Lanjut usia : kadar sedikit lebih tinggi daripada dewasa.
Kreatinin adalah produk sampingan dari hasil pemecahan fosfokreatin (kreatin) rentang
itu salah satunya mengindikasikan adanya gangguan fungsi ginjal. Tetapi kami rasa angka 1,3
mg/dl masih tergolong normal, walaupun Anda sebaiknya mulai waspada
Batas normal kreatinin
Laki-laki dewasa: 0,6-1,3 mg/dl.
Perempuan dewasa : 0,5-1,0 mg/dl. (Wanita sedikit lebih rendah karena massa otot yang lebih
rendah daripada pria).
Bayi baru lahir : 0,8-1,4 mg/dl.
Bayi : 0,7-1,4 mg/dl. Anak (2-6 tahun): 0,3-0,6 mg/dl.
Anak yang lebih tua : 0,4-1,2 mg/dl.(Kadar agak meningkat seiring dengan bertambahnya
usia, akibat pertambahan massa otot).
Lansia : Kadarnya mungkin berkurang akibat penurunan massa otot dan penurunan produksi
kreatinin.
3.2 Saran
Dalam pemeriksaan kreatinin dan ureum dalam darah mahasiswa harus lebih
mendalami materi yang telah dibahas yaitu mengenai penentuan jadar kreatinin dan
ureum dalam darah dan urine, serta dapat menginterprestasikan hasil pemeriksaan
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Read more: http://sectoranalyst.blogspot.com/2012/07/prosedur-pemeriksaan-ureum-
kreatinin.html#ixzz2HvQ3Ogbq

Anda mungkin juga menyukai