Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

“PENGARUH KONSENTRASI CO2 DALAM PROSES FOTOSINTESIS”

Oleh

NAMA : ICANANDA FRANSISKA

NIM : 150210103064

KELOMPOK : 6B

PROGAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS JEMBER

2017
I. Judul
Pengaruh konsentrasi CO2 dalam proses fotosintesis
II. Tujuan
1. Membuktikan bahwa pada proses fotosintesis memerlukan CO2
2. Mengetahui pengaruh konsentrasi CO2 yang diberikan dalam
proses fotosintesis.
III. Tinjauan Pustaka

Fotosintesis adalah proses dimana karbondioksida dan air dengan


pengaruh cahaya matahari serta adanya klorofil atau hijau daun dirubah
kedalam persenyawaan organik yang kaya energi (Gunawan, 2017).

Fotosintesis terdiri atas 2 fase, yaitu fase I yang berlangsung pada grana
dan menghasilkan ATP dan NADPH2 serta fase II yang berlangsung pada
stroma dan menghasilkan karbohidrat. Molekul air tidak dipecah dalam
fotosintesis primitif dan setelah evolusi molekul air dipecahkan melalui 2
fotosistem sehingga O2 dilepaskan ke atmosfir. Fotosintesis berkembang
menjadi lebih kompleks secara biokimia sampai terjadinya pemisahan antara
respirasi dan fotosintesis beserta regulasinya. Evolusi tipe-tipe fotosintesis
seperti C4 dan CAM merupakan akibat menurunnya rasio CO2/O2 dan radiasi
yang intensif pada atmosfir (Ai, 2012).

Persamaan reaksi yang terjadi dalam proses fotosintesis adalah sebagai


berikut: 6H2O + 6CO2 + cahaya C6H12O6 (glukosa) + 6O2 (Suryati,
2016).

Proses fotosintesis hanya membutuhkan cahaya matahari dengan panjang


gelombang tertentu, antara 0,4–0,7 mikron atau 4000–7000 mikro ampere yang
disebut dengan istilah cahaya (visible light) atau PAR (photosintetic action
radiation) (Jayanti, 2016). Diduga intensitas cahaya mempengaruhi gen
pemanen cahaya, sehingga menyebabkan tiap spesies memiliki respon berbeda
dalam mengaktifkan gen tersebut sesuai kuantitas cahaya yang diterima
(Haryanti, 2015).
Peran cahaya dalam proses fotosintesis ialah untuk menggerakkan
sitesis molekul makanan dalam kloroplas. Cahaya putih mengandung semua
warna spektrum kasat mata dari merah-violet, tetapi seluruh panjang
gelombang unsurnya tidak diserap dengan baik secara merata oleh klorofil.
Dari semua radiasi matahari yang dipancarkan, hanya panjang gelombang
tertentu yang dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis, yaitu
panjang gelombang yang berada pada kisaran cahaya tampak (380-700 nm).
Cahaya tampak terbagi atas cahaya merah (610 - 700 nm), hijau kuning (510
- 600 nm), biru (410 - 500 nm) dan violet (< 400 nm). Masing-masing jenis
cahaya berbeda pengaruhnya terhadap fotosintesis. Hal ini terkait pada sifat
pigmen penangkap cahaya yang bekerja dalam fotosintesis. Pigmen yang
terdapat pada membran grana menyerap cahaya yang memiliki panjang
gelombang tertentu. Pigmen yang berbeda menyerap cahaya pada panjang
gelombang yang berbeda. Tumbuhan paling sensitif terhadap cahaya merah
dan tidak begitu sensitif terhadap cahaya hijau (Campbell, 2008: 93).
Proses fotosintesis umumnya terjadi pada tengah hari yakni dari pukul
11 siang hingga pukul 2 siang dan akan menurun tajam ketika tertutup
awan. Pada pukul 6 sore hingga pukul 6 pagi tidak berlangsung proses
fotosintesis karena tidak ada cahaya matahari yang diserap oleh tumbuhan.
Perendaman daun menggunakan natrium bikarbonat atau NaHCO3 atau soda
kue menyebabkan terjadinya perubahan pada air rendaman, suasana yang
semula asam berubah menjadi alkalis atau basa. Perubahan menjadi basa ini
disebabkan oleh ion Na pada NaHCO3 yang bereaksi dengan dinding sel
daun sehingga menyebabkan perubahan permeabilitas pada dinding sel
daun. Permeabilitas dinding sel daun yang berubah ini menyebabkan
pelunakan dan pengupasan jaringan epidermis daun (Irzam, 2014 : 192).
IV. Metode Penelitian
4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
- Gelas capcin
- Plong
- Timbangan
- Pengaduk
- Syringe
4.1.2 Bahan
- Daun Bougenville
- Soda kue
- Air
- Cairan pencuci piring
4.2 Langkah Kerja

Mengisi satu gelas air pada gelas capcin.

Membuat 10 piringan daun dengan cara memplong daun,


dan tidak boleh memplong bagian tulang daunnya.

Menimbang soda kue, sebanyak 1gr, 2gr, 3gr, dan 4gr.

Menetesi gelas capcin yang sudah berisi air dengan satu


tetes cairan pencuci piring, dan mengaduknya secara
perlahan agar tidak ada gelembung.

Menambahkan soda kue pada air tersebut dan


melarutkannya.

Memasukan 10 piringan daun ke dalam syringe.


Menyedot air yang sudah dicampur tadi ke dalam syringe
sampai angka 2, kemudian menariknya sampai angka 4.

Memompa syringe sampai kondisi daun menyentuh


permukaan syringe (yang warna hitam)

Menuangkan piringan daun yang sudah tidak mengapung


ke dalam gelas capcin yang sudah ditetesi cairan pencuci
piring dan soda kue. Dan membawa ketempat terik.

Mengamati dan menghitung waktu yang dibutuhkan


semua piringan daun naik ke permukaan.
V. Hasil Pengamatan

Perlakuan Kelompok Jumlah piringan Waktu


yang naik ke
permukaan

1gr 1 9 30 menit

5 0 30 menit

2gr 2 10 6 menit 26 detik

6 9 30 menit

3gr 3 8 30 menit

7 9 30 menit

4gr 4 10 7 menit 46 detik


VI. Pembahasan

Praktikum ini mengenai pembuktian bahwa proses fotosintesis menggunakan


CO2. Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa proses fotosintesis
memerlukan CO2 dan mengetahui pengaruhnya apabila konsentrasi CO2 yang
diberikan dalam proses fotosintesis tersebut berbeda-beda.

Langkah kerja yang dilakukan yaitu memasukan air ke dalam gelas capcin
sebanyak 300ml. Gelas capcin tersebut sebagai pengganti dari gelas ukur karena
gelas ukur yang dimiliki lab sangat terbatas. Langkah berikutnya adalah
memberikan satu tetes cairan pencuci piring ke dalam air tersebut dan
mengaduknya tanpa boleh berbusa (bergelembung). Mengaduknya menggunakan
batang pengaduk. Dihindari jangan sampai berbusa karena apabila berbusa maka
hal tersebut dapat menghalangi cahaya matahari yang masuk ke permukaan air.
Sedangkan, fungsi dari cairan pencuci piring tersebut adalah untuk merusak
kutikula yang ada pada daun sehingga dapat mempercepat proses fotosintesis.

Langkah berikutnya adalah menimbang soda kue sesuai dengan perlakuan


yang akan digunakan, yaitu 1gr, 2gr, 3gr, dan 4gr. Soda kue sebagai pengganti
dari CO2 sebagai proses fotosintesis. Kemudian soda kue tersebut dicampurkan
ke dalam air yang ada pada gelas capcin. Mengaduknya hingga homogen.

Soda kue adalah soda bikarbonat yang mempunya sifat basa yang nantinya
dapat menghasilkan gelembung udara jika dicampur dengan cairan yang punya
sifat asam. Soda kue dapat mempercepat fotosintesis pada tumbuhan. Reaksi dari
soda kue, CO32- + H2O  OH- + CO2 + H2O.
Reaksi itu adalah reaksi penguraian dari soda kue dengan air. Hasil dari reaksi
tersebut adalah CO2. Dalam hal ini, CO2 merupakan bahan utama dalam
pembentukan fotosintesis, maka semakin banyak konsentrasi soda kue yang
ditambahkan maka akan semakin banyak pula CO2 yang dihasilkan. Sehingga
proses fotosintesis akan semakin cepat, oksigen yang dihasilkan dari proses
fotosintesis juga semakin banyak, dan piringan daun yang naik ke permukaan
semakin cepat.
Langkah selanjutnya lagi, membuat piringan daun sebanyak 10 piringan daun,
dan mengusahakan jangan sampai terkena bagian tulang daunnya. Fungsinya agar
nanti jika diberi perlakuan cahaya, daun-daun tersebut akan mudah terangkat
kepermukaan. Piringan daun yang telah dibuat, dimasukan ke dalam tabung
syringe. Dan mendorong piston sehingga menyisakan sedikit ruang, kemudian
meletakan ujung piston ke dalam air dan menarik air higga skala 4. Lalu menutup
ujung syringe dengan jari kemudian memompa piston hingga menciptakan ruang
vacum. Tujuan menciptakan ruang vacum, yaitu untuk menghilangkan kandungan
oksigen yang terdapat di dalam daun. Hal ini disebabkan karena jika di dalam
daun masih terdapat oksigen, oksigen tersebut akan menghambat kerja dari
karbondioksida dalam mengikat cahaya matahari dan menghambat proses
fotosintesis. Untuk menghasilkan fotosintat yang banyak dibutuhkan
karbondioksida dalam jumlah yang banyak.

Langkah terakhir, menuangkan piringan daun yang ada dalam syringe ke


dalam gelas capcin kemudian diberi perlakuan pada tempat terik. Hingga bisa
mengamati kejadian fotosintesis pada daun tersebut. Ditandai dengan adanya
piringan yang naik kepermukaan air.

Fotosintesis adalah proses dimana karbondioksida dan air dengan pengaruh


cahaya matahari serta adanya klorofil atau hijau daun dirubah kedalam
persenyawaan organik yang kaya energi (Gunawan, 2017).

Tanaman yang tumbuh cepat memiliki laju fotosintesis yang tinggi, tetapi
tidak berarti bahwa tumbuhan dengan laju fotosintesis tinggi selalu tumbuh cepat.
Tumbuhan dengan laju fotosintesis tinggi mampu menyerap CO2 dalam jumlah
lebih banyak dibanding tumbuhan dengan laju fotosintesis rendah. Tumbuhan
pohon memiliki kapasitas fotosintesis yang tergolong rendah yakni sekitar <2
μmol m-2 s-1 - >25 μmol m-2 s-1 (jenis-jenis pohon di negara empat musim).
Variasi dari kapasitas fotosintesis ini selain dipengaruhi oleh faktor internal juga
eksternal. Faktor eksternal yang mempengaruhi fotosintesis termasuk cahaya,
konsentrasi CO2 di udara, suhu, ketersediaan air dan hara. Laju fotosintesis
menurun apabila intensitas cahaya matahari berkurang, suhu menurun,
ketersediaan air dan hara rendah. Kekurangan fosfor (P) dan nitrogen (N)
berpengaruh terhadap fotosintesis. Faktor eksternal pengaruhnya lebih besar pada
fotosintesis dibandingkan faktor internal tanaman (Hidayati, 2011).

Hasil pengamatan dengan kadar soda kue 1 gr, pada kelompok satu piringan
daun yang naik ke permukaan adalah 9 piringan dengan jumlah waktu 30 menit.
Sedangkan pada kelompok 5 justru tidak ada satupun piringan yang naik.

Hasil pengamatan dengan kadar soda kue 2gr, pada kelompok 2, piringan
yang naik adalah 10 piringan dengan waktu 6 menit 26 detik. Sedangkan pada
kelompok 6, piringan daun yang naik adalah 9 dengan waktu 30 menit.

Hasil pengamatan dengan kadar soda kue 3gr, pada kelompok 3, piringan
daun yang naik adalah 8 dalam waktu 30 menit. Sedangkan pada kelompok 7,
piringan daun yang naik kepermukaan adalah 9 dalam waktu 30 menit.

Hasil pengamatan kadar soda kue 4gr, pada kelompok 4, piringan daun yang
naik adalah 10 dalam waktu 7 menit 46 detik. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
semakin banyak kadar soda kue yang diberikan maka akan semakin cepat
melakukan proses fotosintesis.

Hasil data yang menunjukan tidak ada sama sekali piringan yang naik,
dikarenakan mungkin sewaktu proses pembentukan ruang vacum, masih ada
oksigen yang masuk. Walaupun memang, semakin sedikit kadar soda kue yang
diberikan akan semakin lambat proses fotosintesisnya. Akan tetapi, pada
kelompok satu justru ada yang berhasil naik yang kepermukaan, yang tandanya
ada proses fotosintesis.

Hasil yang terlihat nampak kurang signifikan karena pengamat hanya


mencamtumkan waktu total pada piringan terakhir yang naik, sebetulnya apabila
dikupas keseluruhan, seperti contohnya pada kelompok 6, dengan kadar soda kue
2gr, sebenarnya piringan pertama sampai ke 4 sudah naik kepermukaan dimenit
sekitar ke tujuh. Hanya saja, ada satu piringan, yaitu piringan kesepuluh yang
harus ditunggu proses naiknya kepermukaan yang sangat lama akhirnya waktu
pengamatan bisa mencapai 30 menit. Padahal piringan yang lain sudah berhasil
naik pada saat kurang dari 10 menit.

VII. Penutup
7.1 Kesimpulan
1. Terbukti bahwa proses fotosintesis membutuhkan CO2, hal
tersebut dibuktikan dengan adanya piringan daun yang naik ke
permukaan pada saat dituang ke dalam air yang berisi soda kue.
2. Kadar soda kue menentukan kecepatan dari proses fotosintesis.
Hal tersebut dibuktikan dengan adanya kadar soda kue yang
semakin banyak maka naiknya piringan daun ke permukaan
semakin cepat.
7.2 Saran

Disarankan agar penulisan data hasil pengamatan disesuaikan dengan kondisi


pada saat pengamatan. Apabila piringan yang naik pertama memang pada menit
ke tujuh maka seharusnya ditulis ke tujuh, bukan tentang naiknya keseluruhan.
Karena pada tujuan jelas tetulis pengaruh kadar soda kue, otomatis untuk melihat
pengaruh proses laju fotosintesis maka harusnya waktu yang dicatat lebih baik
waktu dari setiap piringan yang naik. Agar signifikan perbedaannya yang terlihat.
Daftar Pustaka

Ai, Nio Song. 2012. Evolusi Fotosintesis Pada Tumbuhan. Jurnal Ilmiah Sains,
Vol. 12 No. 1.
Campbell. 2008. Biologi Edisi Kedelapan-Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Gunawan, Bambang. Pratiwi, Yeni Eka. Saadah, Totuk Tojibaduk. 2017. Study
Of Liquid Organic Fertilizer Tech Nano In The Rate Of Increase In
Growth Beginning Cuttings Bagal Plant Cane Ps-881. Jurnal Penelitian
LPPM Untag Surabaya, Vol. 02, No. 01.
Haryanti, Sri. Budihastuti, Rini. 2015. Morfoanatomi, Berat Basah Kotiledon dan
Ketebalan Daun Kecambah Kacang Hijau (Phaseolus vulgaris L.) pada
Naungan yang Berbeda. Buletin anatomi dan fisiologi, Vol. XXIII, No.1.
Hidayati, N. Reza, M. Juhaetin, T. Mansur, M. 2011. Serapan Karbondioksida
(CO2) Jenis-Jenis Pohon di Taman Buah "Mekar Sari" Bogor, Kaitannya
dengan Potensi Mitigasi Gas Rumah Kaca. Jurnal Biologi Indonesia,
Vol.7, No.1.
Irzam, Firmannanda Nur dan Harijono. 2014. Pengaruh Penggantian Air dan
Penggunaan NaHCO3 dalam Perendaman Ubi Kayu Iris (Manihot esculenta
Crantz) terhadap Kadar Sianida pada Pengolahan Tepung Ubi Kayu. Jurnal
Pangan dan Agroindustri 2(4) : 188-199.
Suryati, Emma. Triana, Hidayah. Widyastuti, Utut. Tenriulo, Andi. 2016.
Regenerasi Dan Perbanyakan Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Hasil
Transformasi Gen Superoksida Di Smutase (MaSOD). Jurnal Riset
Akuakultur, Vol.11, No.4.
Lampiran:

Anda mungkin juga menyukai