Politik Dinasti
Politik Dinasti
KATA PENGANTAR
Puji syukur panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa Karena atas
rahmat serta karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah
ini dengan baik serta tepat waktu.Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, pada
semester ganjil,di tahun ajaran 2013/2014, dengan judul “POLITIK
DINASTI”
Makalah ini membahas mengenai
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik
dari segi isi, covert atau tata letak atau desain, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan dan ikut membantu dalam penyusunan makalah ini dari
awal hingga akhir. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.
DAFTAR ISI
Halaman judul.......................................................................................................1
Kata pengantar......................................................................................................2
Daftar isi...............................................................................................................3
Bab 1 Pendahuluan...............................................................................................4
Bab II Pembahasan...............................................................................................6
3.1 Kesimpulan........................................................................................17
3.2 Saran.................................................................................................17
Daftar Pustaka..........................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
dinasti, serta asas apa saja yang digunakan koperasi di Indonesia untuk
1. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk meneliti lebih lanjut tentang dinasti
.
Bab II METODE PENELITIAN
PEMBAHASAN
Politik Dinasti yang dalam bahasa sederhana dapat diartikan sebagai sebuah rezim
kekuasaan politik atau aktor politik yang dijalankan secara turn-temurun atau
dilakukan oleh salah keluarga ataupun kerabat dekat. Rezim politik ini terbentuk
dikarenakan concern yang sangat tinggi antara anggota keluarga terhadap
perpolitikan dan biasanya orientasi Politik Dinasti ini adalah kekuasaan.
Politik dinasti (dynasty politics) secara sederhana dapat diartikan sebagai praktik
kekuasaan dimana anggota keluarga (sanak famili) diberi dan/atau mendapat posisi
dalam struktur kekuasaan, jadi kekuasaan hanya terbagi kepada dan terdistribusi
dikalangan kerabat, keluarga sedarah. Secara umum, Politik Dinasti adalah proses
mengarahkan regenerasi kekuasaan bagikepentingan golongan tertentu (contohnya
keluarga elite) untuk bertujuan mendapatkan atau mempertahankan kekuasaan di
suatu Negara.
Politik Dinasti merupakan sebuah serangkaian strategi politik manusia yang ber
tujuan untuk memperoleh kekuasaan, agar kekuasaan tersebut tetap berada di
pihaknya dengan cara mewariskan kekuasaan yang sudah dimiliki kepada orang lain
yang mempunyai hubungan keluarga dengan pemegang kekuasaan sebelumnya.
Terdapat pula pengertian positif dan negatif tentang Politik Dinasti. Negatif dan
positif tersebut bergantung pada proses dan hasil (outcomes) dari jabatan kekuasaan
yang dipegang oleh jaringan Politik Dinasti bersangkutan.
Kalau proses pemilihannya fair dan demokratis serta kepemimpinan yang
dijalankannya mendatangkan kebaikan dalam pembangunan dan kesejahteraan
masyarakat maka Politik Dinasti dapat berarti positif.
Akan tetapi, bisa berarti negatif jika yang terjadi sebaliknya. Selain itu, positif
dan negatif arti Politik Dinasti juga ditentukan oleh realitas kondisi sosial
masyarakat, sistem hukum dan penegakan hukum, dan pelembagaan politik
bersangkutan. Politik Dinasti yang terdapat pada masyarakat dengan tingkat
pendidikan politik yang rendah, sistem hukum dan penegakan hukum yang
lemah serta pelembagaan politik yang belum mantap, maka Politik Dinasti
dapat berarti negatif
Politik dinasti terjadi karena terhambatnya fungsi parpol oleh sifat kebanyakan
masyarakat Indonesia yang masih menganut sistem parokial yang mementingkan
trah dan primodialisme. Sebagai contoh, pada masyarakat jawa yang masih
kental terhadap tradisi kerajaan, pemindahan kekuasaan terjadi pada lingkup
keluarga yang dipercaya memiliki kemampuan memimpin yang sama dengan
pendahulunya. Hal ini kurang baik, karena secara tidak langsung akan menutup
kesempatan terhadap calon pemimpin di luar lingkungan keluarga tersebut.
Sirkulasi kekuasaan hanya berputar di lingkungan keluarga tertentu, sehingga
kemungkinan terjadinya penyalahgunaan kekuasaan semakin besar.
Gejala Politik Dinasti juga marak terjadi di dalam partai-partai politik di Indonesia.
Seperti Politik Dinasti di Partai Demokrat misalnya figur utamanya adalah Susilo
Bambang Yudhoyono yang kemudian menempelkan kerabatnya termasuk istri dan
anaknya, dalam struktur Partai seperti Edie Baskoro sekjen partai demokrat sebagai
partai pemenang pemilu 2009 di Indonesia, tidak hanya sampai disitu SBY juga
menempatkan dan mengangkat Letjen Erwin Sudjono (ipar) sebagai kepala Staf Umum
TNI, kemudian menempatkan Mayjen Pramono Edhie Wibowo (Ipar) sebagai
pangkostrad pada waktu itu, dan pada awal 2011 Pramono dipromosikan sebagai
Kepala Staf Angkatan Darat.
Tradisi politik dinasti di tubuh partai politik sampai saat ini semakin menggurita.
Sebagian besar parpol termasuk partai politik besar memang tak mengharamkan
berlakunya politik dinasti. Di internal kepengurusan partai politik, juga mendiskripsikan
kentalnya politik dinasti, Itu karena penguasa di partai politik memang mengkondisikan
seperti itu. Maka tak heran ketika parpol menelurkan calon legislatif maupun calon
kepala daerah yang punya hubungan kekerabatan dengan kekuasaan di parpol.
(6) Di Tabanan-Bali, Eka Wiryastuti, anak Bupati Tabanan, Adi Wiryatama, bersikeras
maju menggantikan kursi bapaknya. Di Lombok Tengah, NTB, pada Pemilukada Juni
2005, melahirkan pasangan mertua-menantu pertama sebagai bupati (Lalu Wiratmaja)
dan wakil bupati (Lalu Suprayatno). (7) Di Kalimantan Tengah, muncul dinasti keluarga
Narang. Pada saat Teras Narang dilantik menjadi Gubernur Kalteng pada Agustus 2005,
ketua DPRD kalteng dijabat oleh kakaknya, Atu Narang. Pasca-Pemilu 2009, pamor
dinasti politik Narang makin benderang. Atu Narang terpilih kembali sebagai Ketua
DPRD Kalteng. Putra sulung Atu, Aris Narang, menjadi anggota DPRD Kalteng dengan
suara terbayak. Adik Aris, Asdy Narang, terpilih jadi anggota DPR-RI.
(8) Di Sulawesi Selatan, terdapat dinasti keluarga Yasin Limpo. Pensiunan Angkatan
Darat ini pernah menjadi Bupati Luwuk, Majene, dan Gowa. Yasin telah pensiun. Tapi
istri dan anak-anaknya tetap berkiprah di ranah politik. Pada periode 2004-2009, istri
Yasin, Nurhayati, menjadi anggota DPR-RI. Putra pertamanya, Tenri Olle, jadi anggota
DPRD Gowa. Tenri bertugas mengawasi adiknya, Ichsan Yasin (putra kelima), selaku
Bupati Gowa. Putra kedua, Syahrul Yasin, menjadi Wakil Gubernur Sulsel dan sejak April
2008 naik jadi gubernur setempat.
(9) Di Jawa Tengah, terdapat salah satu keluarga legendaris sebagai pemasok pejabat
publik setempat yaitu keluarga pasangan R. Sugito Wiryo Hamidjoyo dan R. Rustiawati.
Lima dari 11 putra Sugito meramaikan bursa jabatan publik di Jawa Tengah dan Jawa
Barat pada periode 2004-2009. Putra kedua, Don Murdono, jadi Bupati Sumedang sejak
2003 dan terpilih untuk kedua kalinya pada 2008. Adiknya, Hendy Boedoro, menjadi
Bupati Kendal sejak tahun 2000 dan terpilih untuk kedua kalinya pada 2005. Karier
Hendy tersandung. Sejak Desember 2006, ia ditetapkan sebagai tersangka korupsi oleh
KPK. Si bungsu, Murdoko, juga tak mau kalah. Ia melesat jadi Ketua DPRD Jawa Tengah
2004-2009 dan terpilih untuk kedua kalinya pada 2009. Sang ayah, Sugito, dulu adalah
Sekretaris PNI Kendal.
(10) Di Kabupaten Indramayu-Jawa Barat, Bantul-D.I. Yogyakarta dan Kediri-Jawa
Timur, di mana bupati sekarang di 3 kabupaten tersebut adalah istri dari bupati
sebelumnya; dan masih banyak contoh lainnya di berbagai daerah di Indonesia.Pemilu
2004 dan 2009 serta sejumlah Pemilukada semenjak 2005 telah menghasilkan peta
pemimpin daerah yang kental pertalian kerabat