Anda di halaman 1dari 16

POLITIK DINASTI

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa


Indonesia

Disusun Oleh : Kelompok III

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN PURWAKARTA

SMA NEGERI 1 DARANGDAN


Jl. Raya Bojong Km. 1 Telp. 02647015432 Kecamatan Daragdan 41163

KATA PENGANTAR
Puji syukur panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa Karena atas
rahmat serta karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah
ini dengan baik serta tepat waktu.Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, pada
semester ganjil,di tahun ajaran 2013/2014, dengan judul “POLITIK
DINASTI”
Makalah ini membahas mengenai
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik
dari segi isi, covert atau tata letak atau desain, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan dan ikut membantu dalam penyusunan makalah ini dari
awal hingga akhir. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.

Darangdan, November 2013

DAFTAR ISI

Halaman judul.......................................................................................................1

Kata pengantar......................................................................................................2

Daftar isi...............................................................................................................3
Bab 1 Pendahuluan...............................................................................................4

1.1 Latar Belakang...............................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................4

1.3 Maksud dan Tujuan......................................................................................5

Bab II Pembahasan...............................................................................................6

2.1 Pengertian Koperasi.....................................................................................6

2.2 Landasan Koperasi .......................................................................................8

2.3 Asas Koperasi .....................................................................................11

2.4 Tujuan Koperasi..................................................................................13

2.5 Fungsi dan Peran Koperasi..................................................................15

Bab III Kesimpulan dan Saran...................................................................17

3.1 Kesimpulan........................................................................................17

3.2 Saran.................................................................................................17

Daftar Pustaka..........................................................................................18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Maraknya praktik politik dinasti menunjukan akar feodalisme dan tradisi monarki di
tanah air yang belum banyak berubah. Saat ini, politik dinasti tengah menjadi tren
diberbagai daerah di Indonesia. Praktik semacam ini harus segera dihentikan, bukan
hanya bertentangan dengan semangat hakiki demokrasi, namun praktik politik dinasti
berpotensi kuat menutup peluang masyarakat untuk menjadi pemimpin. Politik Dinasti
telah ada dan telah berlangsung di Indonesia sejak Bung Karno berkuasa. Meskipun
Politik Dinasti tidak melanggar peraturan berdemokrasi, dalam praktiknya Politik
Dinasti menahan adanya mobilisasi sosial, sebab kekuasaan hanya diasosiasikan pada
golongan masyarakat tertentu saja.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka terdapat

rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa Pengertian Politik Dinasti ?

2. Apa Landasan Koperasi ?

3. Apa Asas Koperasi ?

4. Apa Tujuan Koperasi ?

5. Apa Fungsi dan Peran Koperasi ?

1.3 Maksud dan Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan informasi

kepada masyarakat pada umumnya, apa yang dimaksud dengan politik

dinasti, serta asas apa saja yang digunakan koperasi di Indonesia untuk

mencapai tujuan dari pembentukan koperasi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka terdapat

rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian dinasti politik ?

2. Faktor apa saja yang mendorong terjadinya dinasti politik?

3. Apa Asas Koperasi ?

4. Apa Tujuan Koperasi ?

5. Apa Fungsi dan Peran Koperasi ?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk meneliti lebih lanjut tentang dinasti

politik yang terjadi di Indonesia dan dalam rangka memenuhi tugas

mata pelajaran Bahasa Indonesia


2. Manfaat Penulisan
a) Secara aplikatif penulisan karya tulis ini diharapkan dapat

bermanfaat bagi para siswa sebagai bahan kajian serta

referensi untuk penekitian selanjutnya.


b) Secara praktis penulsan karya tulis ini diharapkan dapat

memperluas pengetahuan dan cakrawala pemikiran penulis

terutama pembaca pada umumnya.

.
Bab II METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


 Tempat : Desa Sukadingin
 Waktu : 10 Novembar 2013
B. Subjek Penelitian
 Politik
C. Prosedur Penelitian
 Kami mencari sumber makalah ini dari :
1. Internet
2. Perpustakaan sekolah
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Politik Dinasti

Berikut ini beberapa pengertian politik dinasti :

 Politik Dinasti yang dalam bahasa sederhana dapat diartikan sebagai sebuah rezim
kekuasaan politik atau aktor politik yang dijalankan secara turn-temurun atau
dilakukan oleh salah keluarga ataupun kerabat dekat. Rezim politik ini terbentuk
dikarenakan concern yang sangat tinggi antara anggota keluarga terhadap
perpolitikan dan biasanya orientasi Politik Dinasti ini adalah kekuasaan.

 Politik dinasti (dynasty politics) secara sederhana dapat diartikan sebagai praktik
kekuasaan dimana anggota keluarga (sanak famili) diberi dan/atau mendapat posisi
dalam struktur kekuasaan, jadi kekuasaan hanya terbagi kepada dan terdistribusi
dikalangan kerabat, keluarga sedarah. Secara umum, Politik Dinasti adalah proses
mengarahkan regenerasi kekuasaan bagikepentingan golongan tertentu (contohnya
keluarga elite) untuk bertujuan mendapatkan atau mempertahankan kekuasaan di
suatu Negara.
 Politik Dinasti merupakan sebuah serangkaian strategi politik manusia yang ber
tujuan untuk memperoleh kekuasaan, agar kekuasaan tersebut tetap berada di
pihaknya dengan cara mewariskan kekuasaan yang sudah dimiliki kepada orang lain
yang mempunyai hubungan keluarga dengan pemegang kekuasaan sebelumnya.
 Terdapat pula pengertian positif dan negatif tentang Politik Dinasti. Negatif dan
positif tersebut bergantung pada proses dan hasil (outcomes) dari jabatan kekuasaan
yang dipegang oleh jaringan Politik Dinasti bersangkutan.
 Kalau proses pemilihannya fair dan demokratis serta kepemimpinan yang
dijalankannya mendatangkan kebaikan dalam pembangunan dan kesejahteraan
masyarakat maka Politik Dinasti dapat berarti positif.
 Akan tetapi, bisa berarti negatif jika yang terjadi sebaliknya. Selain itu, positif
dan negatif arti Politik Dinasti juga ditentukan oleh realitas kondisi sosial
masyarakat, sistem hukum dan penegakan hukum, dan pelembagaan politik
bersangkutan. Politik Dinasti yang terdapat pada masyarakat dengan tingkat
pendidikan politik yang rendah, sistem hukum dan penegakan hukum yang
lemah serta pelembagaan politik yang belum mantap, maka Politik Dinasti
dapat berarti negatif

2.2 Faktor Pendorong Politik Dinasti

a) terhambatnya fungsi parpol

Politik dinasti terjadi karena terhambatnya fungsi parpol oleh sifat kebanyakan
masyarakat Indonesia yang masih menganut sistem parokial yang mementingkan
trah dan primodialisme. Sebagai contoh, pada masyarakat jawa yang masih
kental terhadap tradisi kerajaan, pemindahan kekuasaan terjadi pada lingkup
keluarga yang dipercaya memiliki kemampuan memimpin yang sama dengan
pendahulunya. Hal ini kurang baik, karena secara tidak langsung akan menutup
kesempatan terhadap calon pemimpin di luar lingkungan keluarga tersebut.
Sirkulasi kekuasaan hanya berputar di lingkungan keluarga tertentu, sehingga
kemungkinan terjadinya penyalahgunaan kekuasaan semakin besar.

b) kebudayaan politik masyarakat di Indonesia


kebudayaan politik masyarakat di Indonesia yanga sebagian besar menganut
sistem parokial. Sistem parokial menitikberatkan pada trah dan primodialisme
(kedaerahan) yang tentunya menghambat sistem demokrasi pancasila di
Indonesia.
c) Pembiayaan operasional partai yang tinggi
Pembiayaan partai dari negara sangat minim sementara biaya operasional sangat
tinggi. Akibatnya elit partai-partai politik berupaya mencari sumber dana yang
lain
d) Pimpinan Partai yang ingin mengamankan posisinya
Pimpinan partai politik tentunya ingin mengamankan posisinya sebagai elitr
politik, sehingga menjadi wajar kalau dia kemudian merekrut keluarganya untuk
menduduki jabatan penting di partai politik maupun diusung sebagai calon
kepala daerah.
e) Seorang Pemimpin umumnya menurunkan talenta kapada turunannya
Dari sinilah publik diuntungkan, karena modal utama,berupa jiwa kepemimpinan
telah tertanam dalam diri seorang penerusnya sejak dini melalui pengamatan
dan keterlibatan secara emosional saat sang ayah masih manjadi pemimpin
2.3 Faktor Penghambat Politik Dinasti

2.4 Politik dinasti di Indonesia


a. Politik Dinati Dalam Keluarga Presiden

Di Indonesia, dinasti politik sebenarnya sudah muncul di dalam keluarga Presiden


pertama Indonesia, Soekarno. Hal tersebut terbukti dari anak-anak Soekarno yang
meneruskan pekerjaan ayahnya sebagai seorang politisi, seperti Megawati Soekarno
Putri , Guruh Soekarno Putra, dll. Dinasti politik juga terlihat pada diri keluarga mantan
Presiden Indonesia Alm K.H. Abdurrahman Wahid, dengan tampilnya saudara-sudara
dan anak kandungnya ke dalam dunia perpolitikan Indonesia. Kemudian, dalam
keluarga Presiden Indonesia saat ini, Susilo Bambang Yudhoyono, kecenderungan
dinasti politik juga mengemuka dengan kiprah anaknya Eddie Baskoro atau Ibas yang
berhasil menjadi anggota DPR periode 2009-2014.
Di zaman modern ini, Politik dinasti itu sudah dikatakan basi. Apalagi di Indonesia yang
menganut sistem demokrasi seharusnya sudah jauh-jauh ditinggalkan, karena prinsip
demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Kekuasaan ada di tangan
rakyat. Rakyat memegang kendali melalui hak pilih yang dimilikinya. UUD 1945 telah
menegaskan bahwa kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat. Jadi dinasti itu lawannya
dari demokrasi. Namun di era demokrasi sekarang ini, dinasti juga masih tetap berlaku
meskipun sudah ada partai politik ataupun pemilihan langsung. Dinasti dewasa ini
melalui partai politik, sehingga disebut sebagai politik dinasti. Politik dinasti itu bahasa
lainnya adalah nepotisme. Para pejabat politik di negeri ini sedang memperaktekkan
kebiasaan para raja terdahulu. Bisa dilihat bagaimana penguasa baik di pusat maupun
daerah berlomba-lomba untuk mengangkat sanak keluarga, saudara, kerabat dan orang-
orang dekat mereka untuk mengisi jabatan-jabatan di wilayah kekuasaannya. Kalau
seperti ini apa bedanya demokrasi dengan oligarki, sama-sama dipegang oleh elite
tertentu.
b. Politik Dinasti Dalam Partai Politik

Gejala Politik Dinasti juga marak terjadi di dalam partai-partai politik di Indonesia.
Seperti Politik Dinasti di Partai Demokrat misalnya figur utamanya adalah Susilo
Bambang Yudhoyono yang kemudian menempelkan kerabatnya termasuk istri dan
anaknya, dalam struktur Partai seperti Edie Baskoro sekjen partai demokrat sebagai
partai pemenang pemilu 2009 di Indonesia, tidak hanya sampai disitu SBY juga
menempatkan dan mengangkat Letjen Erwin Sudjono (ipar) sebagai kepala Staf Umum
TNI, kemudian menempatkan Mayjen Pramono Edhie Wibowo (Ipar) sebagai
pangkostrad pada waktu itu, dan pada awal 2011 Pramono dipromosikan sebagai
Kepala Staf Angkatan Darat.

Politik dinasti di Partai Demokrasi Indonesia (PDI), misalnya Partai Demokrasi


Indonesia Perjuangan (PDI-P), tokoh sentral partai tersebut adalah Megawati Soekarno
Putri yang aliran atau trah Bung Karno yang menunjuk kerabatnya pada waktu itu untuk
posisi penting di partai tersebut, saya melihat PDI-P trah akan berlanjut ke Puan
Maharani anak kandung dari Megawati Soekarno Putri, ketua umum PDI-P paling lama.
Klan dan trah Soeharto juga nampak mengisi panggung politik Orde Baru.
Kristianto (2011) menyebutkan bahwa Orde Baru dengan Politik Dinasti ekonomi bisnis
baru, yakni kerabat dan kroni keluarga Cendana. Politik Dinasti pada rezim Orde Baru
berkembang dalam dua arena sekaligus yakni arena bisnis dan arena politik, Politik
Dinasti Soeharto melalui sejumlah kroni Cendana juga ikut berperan besar membuka
peluang munculnya dinasti bisnis dan politik baru disekelilingnya.

Tradisi politik dinasti di tubuh partai politik sampai saat ini semakin menggurita.
Sebagian besar parpol termasuk partai politik besar memang tak mengharamkan
berlakunya politik dinasti. Di internal kepengurusan partai politik, juga mendiskripsikan
kentalnya politik dinasti, Itu karena penguasa di partai politik memang mengkondisikan
seperti itu. Maka tak heran ketika parpol menelurkan calon legislatif maupun calon
kepala daerah yang punya hubungan kekerabatan dengan kekuasaan di parpol.

c. Contoh Dinasti Politik di Daerah

Semenjak otonomi daerah diberlakukan di sejumlah daerah bermunculan dinasti-


dinasti politik. Beberapa contoh dinasti politik daerah dapat disebut, di antaranya
adalah: (1) dinasti keluarga Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah, yang menguasai
jajaran eksekutif dan legislatif di tingkat provinsi dan seluruh kabupaten di Banten; (2)
di Kabupaten Kutai Kartanegara-Kaltim dimana bupati yang sekarang, Rita Widyasari,
adalah anak dari bupati sebelumnya yang bermasalah secara hukum. Rita Widyasari
berhasil mengalahkan Awang Ferdian Hidayat yang merupakan anak dari Awang
Farouk, Gubernur Kaltim saat ini; (3) di Bontang-Kaltim, istri walikota Bontang yang
juga menjabat sebagai ketua DPRD Bontang, Neni Moernaeni, maju dalam Pemilukada
Bontang 2011; (4) di Lampung, juga disesaki persaingan putra tokoh politik. Rycko
Menoza, anak Gubernur Lampung, Sjachroedin, berhasil menjadi Bupati Lampung
Selatan. Di Way Kanan, putra bupati setempat, Agung Ilmu Mangkunegara, bersiap
meneruskan kekuasaan sang ayah. Anak Bupati Tulang Bawang, Arisandi Dharma Putra,
berlaga di Pemilukada kabupaten lain: Pesawaran. Di Kota Bandar Lampung, Heru
Sambodo, anak Ketua Golkar Lampung, Alzier Dianis Tabrani, mengincar posisi walikota.
(5) Di Jambi, terjadi persaingan untuk jabatan gubernur mendatang di antara dua orang
keluarga dekat Gubernur Zulkifli Nurdin, yang telah menjabat dua periode, yaitu Hazrin
Nurdin, adik gubernur, dan Ratu Munawwaroh, istri gubernur.

(6) Di Tabanan-Bali, Eka Wiryastuti, anak Bupati Tabanan, Adi Wiryatama, bersikeras
maju menggantikan kursi bapaknya. Di Lombok Tengah, NTB, pada Pemilukada Juni
2005, melahirkan pasangan mertua-menantu pertama sebagai bupati (Lalu Wiratmaja)
dan wakil bupati (Lalu Suprayatno). (7) Di Kalimantan Tengah, muncul dinasti keluarga
Narang. Pada saat Teras Narang dilantik menjadi Gubernur Kalteng pada Agustus 2005,
ketua DPRD kalteng dijabat oleh kakaknya, Atu Narang. Pasca-Pemilu 2009, pamor
dinasti politik Narang makin benderang. Atu Narang terpilih kembali sebagai Ketua
DPRD Kalteng. Putra sulung Atu, Aris Narang, menjadi anggota DPRD Kalteng dengan
suara terbayak. Adik Aris, Asdy Narang, terpilih jadi anggota DPR-RI.

(8) Di Sulawesi Selatan, terdapat dinasti keluarga Yasin Limpo. Pensiunan Angkatan
Darat ini pernah menjadi Bupati Luwuk, Majene, dan Gowa. Yasin telah pensiun. Tapi
istri dan anak-anaknya tetap berkiprah di ranah politik. Pada periode 2004-2009, istri
Yasin, Nurhayati, menjadi anggota DPR-RI. Putra pertamanya, Tenri Olle, jadi anggota
DPRD Gowa. Tenri bertugas mengawasi adiknya, Ichsan Yasin (putra kelima), selaku
Bupati Gowa. Putra kedua, Syahrul Yasin, menjadi Wakil Gubernur Sulsel dan sejak April
2008 naik jadi gubernur setempat.

(9) Di Jawa Tengah, terdapat salah satu keluarga legendaris sebagai pemasok pejabat
publik setempat yaitu keluarga pasangan R. Sugito Wiryo Hamidjoyo dan R. Rustiawati.
Lima dari 11 putra Sugito meramaikan bursa jabatan publik di Jawa Tengah dan Jawa
Barat pada periode 2004-2009. Putra kedua, Don Murdono, jadi Bupati Sumedang sejak
2003 dan terpilih untuk kedua kalinya pada 2008. Adiknya, Hendy Boedoro, menjadi
Bupati Kendal sejak tahun 2000 dan terpilih untuk kedua kalinya pada 2005. Karier
Hendy tersandung. Sejak Desember 2006, ia ditetapkan sebagai tersangka korupsi oleh
KPK. Si bungsu, Murdoko, juga tak mau kalah. Ia melesat jadi Ketua DPRD Jawa Tengah
2004-2009 dan terpilih untuk kedua kalinya pada 2009. Sang ayah, Sugito, dulu adalah
Sekretaris PNI Kendal.
(10) Di Kabupaten Indramayu-Jawa Barat, Bantul-D.I. Yogyakarta dan Kediri-Jawa
Timur, di mana bupati sekarang di 3 kabupaten tersebut adalah istri dari bupati
sebelumnya; dan masih banyak contoh lainnya di berbagai daerah di Indonesia.Pemilu
2004 dan 2009 serta sejumlah Pemilukada semenjak 2005 telah menghasilkan peta
pemimpin daerah yang kental pertalian kerabat

2.5 Politik Dinasti Di Berbagai Negara


Fenomena dinasti politik ini sebenarnya bukan khas Indonesia. Fenomena ini terjadi
pula di berbagai negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Di India dan
Pakistan misalnya, terdapat dinasti politik Gandhi dan Bhutto. Di Thailand dan Filipina
terdapat dinasti politik Sinawatra dan Aquino. Di Lebanon-Timur Tengah, terdapat
dinasti politik Gemayel dan Hariri. Di Amerika Serikat terdapat dinasti politik Bush,
Clinton, dan tentu saja yang paling terkenal adalah dinasti politik Kennedy.
2.5 Dampak Politik Dinasti
A. Dampak Positif

B. Dampak Negatif

Pertama, menjadikan partai sebagai mesin politik semata yang pada


gilirannya menyumbat fungsi ideal partai sehingga tak ada target lain kecuali
kekuasaan. Dalam posisi ini, rekruitmen partai lebih didasarkan pada popularitas dan
kekayaan caleg untuk meraih kemenangan. Di sini kemudian muncul calon instan dari
kalangan selebriti, pengusaha, “darah hijau” atau politik dinasti yang tidak melalui
proses kaderisasi.
C. Kedua, sebagai konsekuensi logis dari gejala pertama, tertutupnya
kesempatan masyarakat yang merupakan kader handal dan berkualitas.
Sirkulasi kekuasaan hanya berputar di lingkungan elit dan pengusaha semata
sehingga sangat potensial terjadinya negosiasi dan penyusunan konspirasi
kepentingan dalam menjalankan tugas kenegaraan.
D. Ketiga, sulitnya mewujudkan cita-cita demokrasi karena tidak terciptanya
pemerintahan yang baik dan bersih (clean and good governance). Fungsi
kontrol kekuasaan melemah dan tidak berjalan efektif sehingga
kemungkinan terjadinya penyimpangan kekuasaan seperti korupsi, kolusi
dan nepotisme sangat besar. Efek negatif dari Politik Dinasti yang paling
sering kita dengar adalah nepotisme dimana hubungan keluarga membuat
orang yang tidak kompeten memiliki kekuasaan. Tapi hal sebaliknya pun bisa
terjadi, dimana orang yang kompeten menjadi tidak dipakai karena alasan
masih keluarga. Di samping itu, cita-cita kenegaraan menjadi tidak
terealisasikan karena pemimpin atau pejabat negara tidak mempunyai
kapabilitas dalam menjalankan tugasnya.
Politik Dinasti perlu dibatasi karena pertimbangan berikut. Pertama, Politik Dinasti,
terutama di daerah, hanya akan memperkokoh politik oligarkhi yang bernuansa negatif.
Bila jabatan-jabatan penting di lembaga eksekutif dan legislatif dikuasai oleh satu
keluarga, maka mekanisme checks and balances tidak akan efektif. Akibatnya, rawan
terjadi penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan diri dan keluarga.
Kedua, Politik Dinasti mengarah pada terbentuknya kekuasaan yang absolut. Bila
jabatan kepala daerah misalnya, dipegang oleh satu keluarga dekat yang berlangsung
lama secara terus menerus, misalnya setelah 10 tahun menjabat, kemudian digantikan
oleh istrinya selama sepuluh tahun lagi, kemudian oleh anaknya dan seterusnya, maka
akan muncul fenomena kekuasaan Soeharto ala orde baru. Kekuasaan absolut yang
rawan korup akan terbentuk, sebagaimana adagium politik terkenal dari Lord Acton:
“Power tends to corrupt, and Absolute Power Tends to Corrupt Absolutely” (kekuasaan itu
cenderung korup, dan kekuasaan yang absolut akan cenderung korup secara absolut
pula).
Ketiga, Politik Dinasti pada masyarakat Indonesia yang pendidikan politiknya
relatif kurang dan sistem hukum serta penegakan hukum (law enforcement) yang lemah,
maka akan menyebabkan proses kontestasi politik menjadi tidak adil. Keluarga
incumbent yang maju dalam kontestasi politik, seperti Pemilukada, akan dengan mudah
memanfaatkan fasilitas pemerintah dan jaringan incumbent untuk memenangkan
pertarungan seraya menyingkirkan para kompetitornya. Apalagi, bila keluarga pun turut
berbisnis ikut dalam tender-tender dalam proyek pemerintah di daerah bersangkutan,
maka dapat dibayangkan dana-dana pemerintah dalam bentuk proyek mudah menjadi
bancakan dengan aneka warna KKN-nya. Dana pemerintah seolah milik uang keluarga.
Keempat, Politik Dinasti dapat menutup peluang warga negara lainnya di luar
keluarga incumbent untuk menjadi pejabat publik. Tentu hal ini, bila terjadi, akan
mendegradasi kualitas demokrasi kita. Untuk itu memang perlu diatur agar jabatan
kepala pemerintahan puncak, tidak dijabat secara terus menerus oleh satu keluarga inti
secara berurutan.
Kelima, pembatasan Politik Dinasti diarahkan untuk meningkatkan derajat kualitas
demokrasi kita dengan cara memperluas kesempatan bagi warga negara untuk
berpartisipasi dalam jabatan-jabatan publik dan mereduksi penyalahgunaan jabatan
incumbent dalam kontestasi Pemilu maupun Pemilukada

Anda mungkin juga menyukai