Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENGANTAR KESEHATAN REPRODUKSI

PERKEMBANGAN PROGRAM
KESEHATAN REPRODUKSI
DI INDONESIA

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Anggota Kelompok

ADE SOMANTRI
MELLIA FRANSISKA
RESMIATI
REGI MAILONA
SEPTIA PRISTI RAHMAH
SUCI MUCHTARIZA
WIDYA AMATA
YEFFI MASNARIVAN

Dosen Pembimbing

dr. Dien GAN, MKM.

Program Studi Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas
2009/2010
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt., karena atas rahmat dan hidayah
yang diberikan-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Mata
Kuliah Kesehatan Reproduksi dengan judul “Perkembangan Program Kesehatan
Reproduksi di Indonesia”. Salawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
Nabi Muhammad saw. yang senantiasa menjadi suri tauladan yang baik bagi penulis dan
umat Islam sedunia.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan arahannya kepada penulis sehingga penulis dapat mengambil pembahasan
ini dalam rangka pengembangan wawasan terhadap ilmu yang diberikan. Kemudian
ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman yang telah memberi
dukungan dan bantuannya kepada penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar Kesehatan Reproduksi yang telah diberikan dosen pembimbing kepada
penulis. Selain itu, makalah ini ditulis untuk meningkatkan wawasan dan memberikan
gambaran mengenai perkembangan program reproduksi yang ada di Indonesia.
Dalam makalah ini, penulis menyadari masih terdapat kekurangan-kekurangan
yang disebabkan karena keterbatasan ilmu yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis
menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar dapat memberikan
kontribusi bagi penulis, sehingga makalah ini dapat diperbaiki menjadi makalah yang
bermanfaat dan layak untuk di jadikan sumber acuan dalam menyelesaikan permasalahan
yang ada. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.

Padang, 20 September 2009


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................ ii


Daftar Isi ................................................................................................................. iii

BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................
1
1.2 Batasan Masalah .........................................................................................
1
1.3 Tujuan .........................................................................................................
1
1.4 Manfaat .......................................................................................................
2

BAB II : ISI
2.1 Yang Melatar Belakangi Perlunya Dikembangkan Program Kesehatan
Reproduksi di Indonesia .............................................................................. 3
2.2 Keadaan Kesehatan Reproduksi di Indonesia .............................................
5
2.3 Kebijakan Dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi di
Indonesia ..................................................................................................... 7

BAB III : PENUTUP


Simpulan ..................................................................................................... 12

Daftar Pustaka ........................................................................................................ xiii


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembahasan masalah kesehatan reproduksi sebenarnya sudah berlangsung sejak


manusia itu ada. Namun, dari beberapa catatan-catatan sejarah, pergerakan yang menjadi
titik awal berkembangnya berbagai program kesehatan reproduksi di dunia yaitu sejak
dilakukannya pertemuan ICPD di Cairo pada tahun 1994.
Pertemuan itu, menggerakkan negara-negara yang ada di dunia untuk melaksanakan
segala sesuatu yang sudah disepakati saat itu. Dan begitu pula dengan Indonesia,
pemerintah senantiasa berupaya merancang berbagai program yang mendukung
kesepakatan internasional itu, khususnya tentang permasalahan kesehatan reproduksi.

1.2 Batasan Masalah

Makalah ini membahas mengenai perkembangan program kesehatan reproduksi di


Indonesia. Penjabaran dalam makalah ini dibatasi dengan hanya membahas segala
sesuatu yang melatarbelakangi berkembangnya program kesehatan reproduksi di
Indonesia, tentang beberapa masalah kesehatan reproduksi yang ada di Indonesia, dan
beberapa program dan kebijakan strategis yang dilakukan di Indonesia dalam upaya
menangani masalah kesehatan reproduksi.

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui yang
melatarbelakangi berkembangnya program kesehatan reproduksi di Indonesia, tentang
beberapa masalah kesehatan reproduksi yang ada di Indonesia, dan beberapa program dan
kebijakan strategis yang dilakukan di Indonesia dalam upaya menangani masalah
kesehatan reproduksi.

1.4 Manfaat

Manfaat yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan tentang berbagai program yang dilakukan guna
mengatasi masalah kesehatan reproduksi. Selain itu, makalah ini dapat dijadikan tinjauan
dalam melihat berbagai perkembangan program kesehatan reproduksi di Indonesia.
BAB II
PERKEMBANGAN PROGRAM
KESEHATAN REPRODUKSI DI INDONESIA

2.1. Yang Melatar Belakangi Perlunya Dikembangkan Program Kesehatan


Reproduksi di Indonesia

Kesehatan reproduksi menyangkut perkembangan berbagai organ reproduksi


mulai dari sejak dalam kandungan hingga mati. Kesehatan seorang ibu saat hamil
berpengaruh pada keadaan bayi yang dilahirkannya, termasuk kesehatan organ-organ
reproduksi bayinya. Persoalan kesehatan reproduksi ibu dimulai semenjak saat pertama ia
mengalami menstruasi. Perilaku seksual yang bila tidak disertai pemahaman yang benar
akan berujung dengan adanya berbagai gangguan menyangkut fungsi dan proses pada
alat reproduksi, seperti tertularnya penyakit menular seksual, HIV/AIDS, atau kelainan-
kelainan lainnya yang mengganggu sistem reproduksi manusia.
Semua keadaan kesehatan penduduk dunia pada saat ini melatarbelakangi
perlunya pelayanan kesehatan reproduksi yang terpadu (integrated reproduktive health
service). Pelayanan kesehatan reproduksi terpadu ini meliputi kesehatan ibu dan anak,
keluarga berencana, pencegahan dan pengobatan penyakit menular seksual. Pelayanan
kesehatan reproduksi terpadu ini ditujukan khusus bagi ibi-ibu dan remaja.
Kebijakan memberi pelayanan kesehatan reproduksi terpadu dalam satu pusat
pelayanan medis diharapkan dapat memberi jalan keluar atas tingginya angka kematian
ibu melahirkan dan kematian bayi, meningkatnya kasus PMS, dan meningkatnya jumlah
peserta keluarga berencana. Para ibu dan peserta KB yang memerlukan pelayanan
kesehatan ibu dan anak (KIA) dan pelayanan KB perlu mendapat perlindungan yang pasti
agar terhindar dari PMS dan HIV/AIDS. Para remaja, mengingat posisinya yang rentan,
juga perlu mendapat pelayanan informasi dan medis kesehatan reproduksi.
Gagasan memberi pelayanan kesehatan reproduksi terpadu dalam satu pusat pelayanan
medis bagi ibu dan remaja adalah untuk memastikan bahwa dalam satu kali kunjungan
seorang ibu atau remaja akan sekaligus bisa memperoleh pemeriksaan dan pelayanan .
Pemerintah Indonesia telah menerima dan menerapkan hasil kesepakatan ICPD
1994 Cairo ini. Dalam pemenuhan pelayanan kesehatan reproduksi dan hak-hak
reproduksi bagi laki-laki dan perempuan, Departemen Kesehatan RI menerapkan
kebijakan yang mengacu pada paradigma baru, yaitu: Mengutamakan kepentingan klien
dengan memperhatikan hak reproduksi, kesetaraan dan keadilan gender, memperhatikan
siklus kehidupan dalam menangani masalah kesehatan reproduksi, memperluas
jangkauan pelayanan kesehatan reproduksi secara proaktif serta meningkatkan kualitas
hidup masyarakat melalui pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas.
Sejak tahun 1998, Departemen Kesehatan juga telah mengadopsi Paket Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE). Paket ini mencakup 4 pelayanan terpadu yang
meliputi kesehatan ibu dan bayi baru lahir (pelayanan asuhan paska aborsi atau post
abortion care termasuk dalam pelayanan ini), keluarga berencana, kesehatan reproduksi
remaja, pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi atau PMS (Penyakit
Seksual Menular) dan HIV/AIDS. Sedangkan pelayanan kesehatan reproduksi remaja dan
upaya penanggulangan PMS dan HIV/AIDS relatif baru dikembangkan. Nuansa
pengutamaan kepentingan klien, perhatian terhadap hak reproduksi serta kesetaraan dan
keadilan jender perlu dinyatakan pada pelaksanaan PKRE.
Meskipun gagasan kesehatan reproduksi terpadu telah didengungkan hampir satu
dekade setelah ICPD Cairo tahun 1994, di Indonesia dalam pelaksanaannya masih
terdapat berbagai tantangan. Oleh karena itu diperlukan perencanaan yang matang dan
menyeluruh disertai dengan pentahapan dalam pelaksanaannya serta dievaluasi terus
menerus untuk mendapat pola yang cocok untuk Indonesia.
Mengingat bahwa ada sekitar 7 ribu Puskesmas dan ratusan rumah sakit umum di
Indonesia maka menuntut semua pusat pelayanan medis itu bisa memberi pelayanan
kesehatan reproduksi terpadu akan memerlukan dana, waktu dan tenaga medis yang
besar. Dalam hal biaya, tidak semua Puskesmas dan rumah sakit mempunyai sumber
biaya yang cukup karena sebagian besar masih mendapat subsidi dari pemerintah pusat
atau daerah. Bila Puskesmas atau rumah sakit harus meluaskan pelayanannya sehingga
mencakup 4 pelayanan. PKRE maka akan diperlukan biaya yang besar. Khusus untuk
PMS dan HIV/AIDS saja diperlukan pelayanan yang lebih kompleks dalam mendiagnosa
dan mengobati PMS dan HIV/AIDS dibanding dengan penyakit atau pelayanan medis
lainnya.
Dalam hal tenaga kesehatan, banyak Puskesmas dan rumah sakit yang tidak mempunyai
tenaga kesehatan yang cukup jumlahnya dan terlatih untuk memberikan PKRE. Pada saat
ini di Indonesia terdapat lebih dari 70.ribu bidan. Hampir semua Puskesmas mempunyai
bidan. Mereka memang dilatih dan ahli dalam melayani kesehatan reproduksi ibu, bayi
serta pelayanan KB. Secara khusus, bidan dilatih untuk memeriksa kandungan, memberi
pertolongan pesalinan dan pasca pesalinan. Tapi tidak semua bidan dibekali dengan
keahlian untuk mendeteksi dan mengobati PMS. Apalagi untuk mendetekasi dan
mengobati HIV/AIDS. Para dokter demikian pula, secara umum dokter memang bisa
mendeteksi PMS dan juga mengobatinya. Namun karena Puskesmas tidak dilengkapi
dengan laboratorium pemeriksaan PMS maka sebagian diagnosa dan pengobatan PMS
dilakukan secara umum saja, yaitu PMS yang banyak tersebar di Indonesia seperti
Syphilis, Gonorrhoea,atau Chlamydia.
Belum lagi adanya anggapan bahwa pelayanan medis PMS dan HIV/AIDS
merupakan tanggung jawab dokter ahli penyakit kulit dan kelamin. Sementara itu,
HIV/AIDS merupakan wewenang dokter ahli penyakit dalam. Oleh karena itu dokter atau
bidan di Puskesmas mengatakan bahwa PMS dan HIV/AIDS bukan wewenangnya.
Khusus HIV/AIDS, untuk memeriksakan apakah seseorang telah tertular HIV/AIDS atau
tidak, diperlukan metode dan peralatan khusus. Kenyataannya, hanya sedikit rumah sakit
di kota-kota besar yang mempunyai bagian untuk memeriksa HIV/AIDS. Ditambah lagi
dengan adanya paradigma yang kurang tepat yang dimiliki sebagian tenaga medis,
banyak dari rumah sakit enggan untuk memeriksa apalagi merawat penderita HIV/AIDS.

2.2. Keadaan Kesehatan Reproduksi di Indonesia


Keadaan kesehatan reproduksi di Indonesia dewasa ini masih belum seperti yang
diharapkan bila dibandingkan dengan Negara-negara sedang berkembang ASEAN
lainnya. Indonesia masih tertinggal dalam banyak hal. Gambaran umum situasi kespro
yaitu :
1. Kesehatan ibu dan BBL
Angka kematian ibu di Indonesia masih cukup tinggi bila di bandingkan dengan
Negara sedang berkembang ASEAN lainnya. Pada tahun 1994 (SDKI) di
Indonesia adalah 390 per seratus ribu kelahiran hidup. Penurunan AKI tersebut
sangat lambat yaitu menjadio 373 per seratus ribu pada tahun 1995 (SDRT), dan
menurun dengan lambat menjadi 343 per seratus ribu pada tahun 1997. sementara
pada tahun 2000 ditargetkan menjadi 225 per seratus ribu kelahiran hidup.
2. Keluarga berencana
Program KB di Indonesia termasuk yang dianggap berhasil di tingkat
international. Hal ini terlihat dari kontribusinya terhadap penurunan pertumbuhan
penduduk sebagai akibat dari penurunan angka kesuburan total ( total fertility
rate). Menurut SDKI, TFR pada kurun waktu 1997-1970n menurun dari 5,6
menjadi hamper setengahnya dalam 25 tahun. Cakupan pelayanan KB pada 1987
adalah 48% yang meningkat menjadi 57% pada tahun 1997.
Walaupun data SDKI 1997 menunjukkan keberhasilan program KB, dari
data yang sama terungkap bahwa perempuan berstatus kawin yang tidak ingin
punya anak lagi atau ingin menjarangkan kelahiran berikut tetapi tidak
menggunakan cara kontrasepsi “Unmet need” masih cukup tinggi sekitar 9%.
Proporsi drop Out Kb adalah 24% alas an penghentian karena efek samping /
alasan kesehatan, 6% karena ingin hamil dan 3% karena kegagalan. Masih
tingginya angka “4 terlalu” dan “3 terlambat”.
3. Pencegahan infeksi saluran reproduksi, termasuk HIV/ AIDS.
Banyaknya jenis penyakit infeksi ISR, seperti Clamidia, gonore, dan lain-lain.
Sedangkan jumlah kumulatif HIV/ AIDS mencapai 2313 kasus dan jumlah kasus
AIDS 0,16 per seratus ribu penduduk.
4. Kespro remaja
 masalah PMS termasuk infeksi HIV /AIDS
 kekerasan seksual, pemerkosaan, pelecehan dan transaksi seks
komersial
 kehamilan dan kelahiran usia muda yang berisiko pada kematian ibu
dan bayi
 kehamilan yang tidak di kehendaki
 tingginya tingkt aborsi
 rendahnya family live education

Berikut terdapat beberapa fakta menyangkut kesehatan reproduksi Indonesia yaitu :


 Badan Pusat Statistik Provinsi DKI mencatat 153 kasus perkosaan per tahun
(1995).
 Sedikitnya ada tiga juta janin di aborsi setia tahun (Media Indonesia, 2 Oktober
2002).
 Ratusan ribu wanita terjerat dalam jaringan perdagangan manusia internasional,
Indonesia mendapat peringkat ke 2 untuk kejahatan ini (Republika, 10 februari
2007). Sebagian dipaksa menjadi pekerja seks (Republika, 8 November 2006).
Dan 880 bayi yanf dilahirkan dari wanita-wanita itu diperjualbelikan (Koran
Tempo, 16 Agustus 2006)
 Fakta mencatat dari Hasil Survey Surveilans Prilaku (SSP) menyatakan 10 %
remaja di Jakarta dan 6 % di Surabaya melakukan hubungan seks sebelum
menikah (Republika 29 Desember 2006)
 Ledakan HIV/AIDS mencapai angka 200 ribu penderita (UNAIDS), meliputi bayi
hingga usia produktif dan lebih dari 20 juta rawan tertular virus ini. (ForMI-t
dalam Sehat Seutuhnya Untuk Semua, 2009)

3. 3 Kebijakan Dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia

Kesehatan reproduksi mendapat perhatian khusus secara global sejak di


angkatnya materi tersebut dalam ICPD di kairo pada tahun 1994. hal penting dari
konferensi tersebut disepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah
kependudukan. Hal ini melahirkan beberapa kebijakan yang mempunyai strategi dalam
pengembangannya :
1. Kebijakan umum :
 menempatkan upaya kespro menjadi salah satu prioritas pembangunan
nasional
 melaksanakan percepatan upaya kespro dan memenuhi hak reproduksi
di Indonesia
 melaksanakan upaya kespro secara holistic dan terpadu melalui
pendekatan siklus hidup
 menggunakan pendekatan kesetaraan gender dan keadilan di semua
upaya kespro
 menyediakan pelayanan kespro yang berkualitas bagi gakin
2. Strategi umum :
 menempatkan dan memfungsikan KRR
 mengupayakan terbitnya peraturan perundangan di bidang kespro
 meningkatkan advokasi, sosialisasi, komitmen dan politisi di semua
tingkat
 mengupayakan kecukupan anggaran kespro
 membuat rencana mengacu pada kebijakan yang telah di tetapkan
 mengembangkan kespro sesuai dengan ruang lingkupnya dengan
menjalin kemitraan
 dan lain-lain

Dengan adanya kebijakan dan stategi, maka dibentuk dan dilakukanlah beberapa
program dalam upaya mengendalikan kesehatan reproduksi di Indonesia, yaitu :
1. Lokakarya Nasional Kesehatan Reproduksi pada bulan Mei 1998 di Jakarta sebagai
wujud partisipasi dalam kesepakatan global.
2. Dibentuk Komisi Kesehatan Reproduksi dan 4 Pokja melalui Surat Keputusan Mentri
Kesehatan No. 433/MENKES/SK/V/1998.
3. Inpres No.9 th. 2000 yang memperluas ruang lingkup kesehatan reproduksi di
Indonesia dengan adanya penyetaraan gender.
4. Berbagai upaya dan program yang dilaksanakan oleh Depkes
5. Berusaha mengintegrasikan pelayanan kesehatan reproduksi melalui visi Depkes yaitu
dengan program Indonesia Sehat 2010

1. Lokakarya Nasional Kesehatan Reproduksi

Lokakarya ini dilakukan pada bulan Mei 1998 di Jakarta sebagai wujud partisipasi
dalam kesepakatan global. Lokakarya melibatkan seluruh sektor terkait, LSM, organisasi
wanita, organisasi profesi, universitas dan NGO, serta lembaga donor. Dengan harapan
akan adanya pergerakan terpadu menyangkut masalah kesehatan reproduksi.
Kesepakatan Lokakarya :
1. Defenisi kesehatan reproduksi mengacu pada kesepakatan ICPD.
2. Ruang lingkup kesehatan reproduksi.
3.Dalam pelaksanaannya, pelayanan kesprodilaksanakan secara integrative.
Prioritas diberikan pada 4 komponen kespro yang menjadi masalah pokok
di Indonesia disebut Paket PKRE, juga disepakati paket pelayanan kespro sesuai
dengan mandat institut disebut PKRK, yang terdiri dari PKRE dan Reproduksi pada
usia lanjut.
4. Identifikasi peran setiap sektor dan pihak terkait dalam upaya kespro sesuai dengan
mandat institusi masing-masing perlu dilaksanakan secara Integratif dan
Sinergis.
5. Beberapa rekomendasi lokakarya :
# Perlu dibentuk Komisi Kes-Pro sebagai wadah falam upaya kespro yang
terintegrasi antar instasi pemerintah, non-pemerintah dan swasta.
# Penerapan PKRE dan PKRK dilaksanakan melalui pendekatan integrasi
fungsional.
# Keterlibatan dan tanggungjawab pria dan anggota keluarga lainnya untuk
mencapai kemitraan kesejajaran pria dan wanita.
# Data kespro berwawasan jender, pada umumnya dikumpulkan secara rutin
dengan keterlibatan berbagai pihak.

2. Komisi Dan Pokja

Pada tahun 1998, melalui surat keputusan menteri kesehatan


no.433/Menkes/SK/V/1998 tentang komisi kesehatan reproduksi dibentuklah komisi
kesehatan reproduksi dan komisi penanggulangan AIDS. Dengan landasan ini pula
dibentuk 4 kelompok kerja, yaitu :
1. Pokja kesehatan ibu dan bayi baru lahir
2. Pokja keluarga berencana
3. Pokja kesehatan reproduksi remaja
4. Pokja kesehatan reproduksi usia lanjut

3. Melalui Inpres No. 9 Th. 2000

Melalui INPRES No. 9 Thn 2000, dibidang kesehatan pengutamaan gender sudah
mulai di implementasikan. Ruang lingkup kesehatan reproduksi di Indonesia yaitu:
1. kesehatan ibu dan anak
2. kesehatan reproduksi remaja
3. keluarga berencana
4. infeksi menular seksual dan HIV/ AIDS
5. kekerasan pada perempuan
6. pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi
7. pencegahan penanganan fertilatas
8. kanker pada usia lanjut dan osteoporosis

4. Usaha Depkes RI

Departemen Kesehatan RI menerapkan kebijakan yang mengacu pada paradigma


baru, yaitu:
@ Mengutamakan kepentingan klien dengan memperhatikan hak-hak reproduksi
@ Kesetaraan dan keadilan gender
@ Memperhatikan siklus kehidupan dalam menangani masalah kesehatan reproduksi
@ Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan reproduksi secara proaktif
@ Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pelayanan kesehatan reproduksi
berkualitas.

5. Indonesia Sehat 2010

Misi Indonesia Sehat 2010 :


# Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
# Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
# Memelihara dan meningkatkan yankes yang bermutu, merata dan terjangkau.
# Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan
lingkungan.

Upaya Kespro dalam mendukung pencapaian Indonesia Sehat 2010 yaitu dengan
menekankan pentingnya aspek Promotif dan Preventif. Dan usaha ini dilakukan oleh
semua pihak yang peduli terhadap kesehatan reproduksi di Indonesia.
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN DAN SARAN

Perkembangan Program Kesehatan Reproduksi pada dasarnya sangat dibutuhkan


untuk dapat dijadikan tolak ukur sejauh mana perhatian yang diberikan pemerintah dalam
upaya dan kebijakan menyangkut kesehatan reproduksi.
Jika kita lihat berbagai program yang ada di Indonesia, kedudukan program
tersebut belum mampu untuk menyelesaikan permasalahan yang ada, khususnya
menyangkut masalah kesehatan reproduksi. Oleh karena itu, diperlukan pengkajian yang
lebih sistemik dan teratur untuk membicarakan berbagai program, sehingga mampu
menyelesaikan permasalahan sampai ke akar-akarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI dengan WHO. 2001. Program Kesehatan Reproduksi dan Pelayanan


Integratif ditingkat Pelayanan Dasar. Depkes RI : Jakarta.

Rini, dkk. 2009. Sehat Seutuhnya Untuk Semua. ForMI-t : Jakarta.

www.libuso.ac.id/Juliandi Harahap/ikk.htm

http.//diglib.litbang.depkes.go.id/go.php

www.dinkes.dkt.go.id/slk.htm

http.//www.kbi.gemari.oi.id/berita detail/.php?id:1713

Anda mungkin juga menyukai