*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
Pengukuran gas darah arteri sangat penting dalam menilai pertukaran gas di dalam paru.
Pengukuran ini untuk mengukur keasaman darah dan kadar bikarbonat. Analisa gas
darah (AGD) dilakukan untuk mengevaluasi status oksigen dan karbondioksida di dalam
darah arteri dan mengukur pH-nya.
Proses perubahan pH darah ada dua macam, yaitu proses perubahan yang bersifat
metabolik (adanya perubahan konsentrasi bikarbnat yang disebabkan gangguan
metabolisme) dan yang bersifat respiratorik (adanya perubahn tekanan parsial CO2 yang
disebabkan gangguan respirasi). Perubahan PaCO2 akan menyebabkan perubahan pH
darah. pH darah akan turun /asidosis jika PaCO2 meningkat (asidosis respiratorik primer)
atau jika HCO3- /asidosis metabolik primer, pH darah akan naik /alkalosis jika PaCO2
/alkalosis respiratorik primer atau jika HCO3- /alkalosis metabolik primer.
Asidosis ada dua macam, yaitu asidosis akut dan asidosis kronik, juga alkalosis ada dua
macam yaitu alkalosis akut dan alkalosis kronik. Penggolongan asidosis/alkalosis akut
berdasarkan kejadiannya belum lama dan belum ada upaya tubuh untuk mengkompensasi
perubahan pH darah, sedangkan jika kronik jika kejadiannya telah melampaui 48 jam
dan telah terdapat hasil upaya tubuh untuk mengkompensasi perubahan pH
Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairn tubuh
lainnya Satuan derajat keasaman adalah pH, pH 7,0 adalah netral, pH> 7,0 adalah
basa/alkali dan pH dibawah 7,0adalah asam. Suatu asam kuat memmiliki pH yang sangat
rendah(hampir 1,0), sedangkan suatu basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi (diatas
14,0). Darah memiliki pH antara 7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan
secara seksama krena perubahan pH yang sangat kecilpun dapat memberikan efek yang
serius terhadap beberapa organ.
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tsb, bisa
menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa,
yaitu asidosis dan alkalosis
Asidosis adalah suatu keadaan dimana darh terlalu banyak mengandung asam atau
terlalu sedikit mengandung basa dan sering menyebabkan menurunnya pH darah
Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa
(atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya
pH darah.
Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan
suatu akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan
petunjuk dari adanya masalah metabolisme yang serius.
Asidosis akan meningkatkan konsentrasi K dalam darah, sehingga fungsi sel dan
enzim tubuh memburuk, kemudian mengakibatkan aritmia ventrikuler.Alkalosis
akan menurunkan konsentrasi K dalam darah, sehingga afinitas HB-O2
meningkat. Akibatnya pelepasan O2 ke jaringan sulit sehingga terjadi hipoksemia
Kenaikan pCO2 akan mengakibatkan koma dan aritmia serta vasodilatasi
pembuluh darah. Bila hal ini terjadi di otak maka aliran darah ke otak akan
meningkat dan mengakibatkan kenaikan tekanan intra cranial. Penurunan pCO2
(<25 mmHg) akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah, sehingga
aliran darah ke jaringan turun. Bila hal ini terjadi di otak maka akan terjadi
hipoksemia otak
Pemeriksaan ASTRUP/Analisa Gas Darah
Pengertian:
Astrup adalah suatu pemeriksaan analisa gas darah melalui darah arteri
Tujuan:
- untuk mengetahui keseimbangan asam dan basa dalam tubuh
- untuk mengetahui kadar oksigen dalam tubuh
- untuk mengetahui kadar CO2 dalam tubuh
Lokasi pengambilan:
- arteri radialis
- arteri brakhialis
- arteri femoralis
Alat-alat:
- Disposibel 2,5 cc
- Perlak/alas
- Heparin
- Kapas alcohol
- Bak spuit
- Bengkok
- Penutup udara dari karet
- Wadah berisi es (baskom atau kantong plastik)
- Beri label untuk menulis status klinis pasien yang meliputi: nama, tanggal dan
waktu, apakah menerima O2, bila ya berapa liter dan dengan rute apa
Cara kerja:
- beritahu pasien tujuan dari pengambilan darah
- pasang alas/perlak pada lokasi yang akan diambil darah
- usahakan agar lengan dalam posisi abduksi dengan tapak tangan menghadap ke
atas dan pergelangan tangan ekstensi 30 agar jaringan lunak terfiksasi oleh
ligament dan tulang. Bila perlu bagian bawah pergelangan dapat diganjal dengan
bantal kecil
- jari pemeriksa diletakkan di atas arteri radialis (proksimal dari lipatan kulit
pergelangan tangan) untuk meraba denyut nadi agar dapat memperkirakan letak
dan kedalaman pembuluh darah
- 1 ml heparin diaspirasi ke dalam spuit, sehingga dasar spuit basah dengan heparin
dan kemudian kelebihan heparin dibuang melalui jarum, dilakukan perlahan
sehingga pangkal jarum penuh dengan heparin dn tidak ada gelembung udara
- pastikan denyutan /pulsasi dari arteri terbesar kemudian dengan memakai tangan
kiri antara telunjuk dan jari tengah beri batas daerah yang akan ditusuk, dan titik
maksimum denyut ditemukan
- lakukan tindakan asepsis/antisepsis, bersihkan tempat tersebut dengan kapas
alcohol
- setelah melakukan tindakan asepsis/antisepsis, jarum 5-10 mm ditusukkan pada
daerah distal dari jari pemeriksa yang menekan arteri. Jarum ditusukkan
membentuk sudut 30 dengan permukaan lengan dengan posisi lubang
jarum/bevel menghadap ke atas
- jarum yang masuk ke dalam arteri akan menyebabkan torak semprit terdorong
oleh tekanan darah.
- Pada pasien hipotensi, torak semprit dapat ditarik perlahan (jangan terlalu cepat
karena akan menghisap udara), indikasi satu-satunya bahwa darah tersebut darah
arteri adalah adanya pemompaan darah ke dalam spuit dengan kekuatan sendiri
Ciri-ciri darah arteri: teraba denyutan, lokasi tusukan lebih dalam, warna darah
lebih terang dan darah akan mengalir sendiri ke dalam semprit
- Setelah jumlah darah yang diperlukan terpenuhi (minimal 1 ml), cabut jarum
dengan cepat dan di tempat tusukan jarum lakukan penekanan dengan jari selama
5 menit untuk mencegah keluarnya darah dari pembuluh arteri (10 menit untuk
pasien yang mendapat antikoagulan)
- Gelembung udara harus dibuang keluar spuit, lepaskan jarum dan tempatkan
penutup udara pada spuit, putar spuit diantara telapak tangan untuk
mencampurkan heparin
- Spuit diberi label dan segera tempatkan dalam es atau air es/termos berisi air es
dan es batu (semprit dibungkus plastic agar air tidak masuk ke dalam semprit,
keadaan dingin (4 C) bertujuan memperkecil terjadinya perubahan
biokimiawi/proses metabolisme yang akan meningkatkan CO 2 kemudian
langsung dibawa ke laboratorium
Range Interpretasi
pH 7,35-7,45 pH/ H mrnunjukkan jika pasien academic (pH< 7,35; H >45 atau
alkalemic (pH>7,45: H <35)
H 35-45
nmol/l See above
(nM)
PO2 9,3- 13,3 O2 yang rendah menunjukkan pasien tidak bernapas secara tepat
kPa (hipoksemia), PO2 < 60 mmHg suplemen oksigen harus
(80-100) diberikan, PO2 <26 mmHg pasien berisiko akan kematian dan
mmHg harus diberikan oksigen dengan segera
Langkah-langkah yang dianjurkan untuk mengevalusai nilai gas darah arteri sbb:
Contoh:
- Pasien dengan asidosis metabolic primer dimulai dengan kadar bikarbonat /HCO3 yang
rendah tapi dengan kadar CO2 yang normal .
Segera sesudah itu paru-paru mencoba mengkompensasi ketidakseimbangan dengan
mengeluarkan sejumlah besar CO2 /hiperventilasi
- Pasien dengan Asidosis respiratorik primer mulai dengan kadar CO2 yang tinggi
, segera sesudah itu ginjal mencoba mengkompensasi dengan mempertahankan
bikarbonat . Jika maneuver kompensasi mampu mengembalikan rasio bikarbonat
terhadap asam karbonat kembali menjadi 20:1kompensasi sempurna dan karenanya
pH normal akan tercapai
pH>7,4 alkalosis
a. jika PaCO2<40 mmHg gangguan primer adalah alkalosis respiratorik (situasi ini
timbul jika pasien mengalami hiperventilasidan lebih banyak CO2 yang dikeluarkan)
ingat kembali bahwa CO2 terlarut dalam air menjadi asam karbonik, bagian asam dari
sistem buffer asam karbonik-bikarbonat)
b. jika HCO3 >24 mEq/L gangguan primer adalah alkalosis metabolic (situasi ini
timbul jika tubuh memperoleh terlalu banyak bikarbonat, suatu substansi alkali,
bikarbonat adalah basa, atau bagian alkali dari system buffer asam karbonik bikarbonat)
Contoh lain:
1.pH =7,28
PaCO2= 28,8
HCO3= 11 mEq/L
BE=-3
Analisa: pH= 7,28turun /asidosis PaCO2= 28,8turun/alkalosis respiratorik
HCO3=11 turun/asidosis metabolic BE=-3/asidosis metabolic
(karena nilai HCO3 mengindikasikan adanya asidosis/mengikuti penyimpangan yang
terbesar dari nilai normal, maka proses gangguan primernya adalah asidosis metabolic
dan proses kompensasinya alkalosis respiratorik.
Evaluasi oksigenasi
- status oksigenasi pasien dikaji dengan melihat nilai PaO2 dan SaO2
- normal PaO2=80-100 mmHg
- normal SaO2= >95%(menunjukkan O2 jaringan adekuat
- jika PaO2 turun <60 mmHg dan SaO2 turun hipoksia
Kepustakaan:
Analisis gas darah dan manajemen asam basa, diakses dari http://
hanif.web.ugm.ac.id/analisa-gas-darah-dan –manajemen-asam-basa.html
Brunner & Suddarth (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah( terjemahan) .
Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC