Proposal Penyuluhan Retardasi Mental
Proposal Penyuluhan Retardasi Mental
RETARDASI MENTAL
Disusun oleh :
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan
Rahmat-Nya sehingga tim penulis dapat menyelesaikan Proposal Penyuluhan yang berjudul
“Retardasi Mental” yang merupakan salah satu pemenuhan syarat kelulusan di Kepaniteraan
Klinik di bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Jiwa Islam Klender.
Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan
proposal dan pengadaan penyuluhan ini, khususnya kepada dr. Hevy sebagai pembimbing
yang telah memberikan saran, bimbingan, serta pengarahan dalam penulisan karya ilmiah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dokter muda sejawat yang ikut
mendukung dalam penulisan karya ilmiah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal penyuluhan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak guna
menyempurnakan proposal penyuluhan ini. Semoga karya ini bisa bermanfaat bagi
mahasiswa kedokteran dan khususnya masyarakat umum.
Sekian dan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
SATUAN ACARA PENYULUHAN
BAB I : PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang........................................................................................................1
I.2. Tujuan Penulisan.....................................................................................................2
I.3. Manfaat Penulisan..................................................................................................2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi Retardasi Mental......................................................................................3
II.2. Klasifikasi Retardasi Mental.................................................................................3
II.3. Etiologi Retardasi Mental......................................................................................9
II.4. Diagnosis Retardasi Mental..................................................................................12
II.5. Penatalaksanaan Retardasi Mental........................................................................14
II.6. Prognosis Retardasi Mental...................................................................................17
II.7. Pencegahan Retardasi Mental ...………………………………………………… 17
3
REFERENSI
SATUAN ACARA PENYULUHAN
I; IDENTITAS
Topik : Retardasi Mental
Sub Topik : Mengenal lebih dalam tentang Retardasi Mental
Hari/Tanggal : 5 Mei 2017
Waktu : 10.00 s/d selesai
Sasaran : Pasien dan Keluarga pasien rawat jalan
Tempat : RS Jiwa Islam Klender
V; MEDIA
1; Laptop
2; LCD
3; Microphone
4; Leaflet
4
VI. METODE
Melakukan komunikasi dua arah, penulis mempresentasikan topik yang dibawakannya dan kemud
dari para pendengar presentasi (pasien ataupun keluarga pasien).
5
BAB I
PENDAHULUAN
Retardasi mental adalah suatu kelainan mental seumur hidup dan diperkirakan lebih dari
120 juta orang di seluruh dunia menderita kelainan ini. Oleh karena itu retardasi mental adalah
masalah di bidang kesehatan masyarakat, kesejahteraan sosial dan pendidikan baik pada mereka
yang mengalami retardasi mental tersebut maupun keluarga dan masyarakat.
Retardasi mental adalah keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap,
yang terutama ditandai oleh adanya hendaya keterampilan dalam selama masa perkembangan
sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia yaitu kemampuan kognitif , bahasa,
motorik dan sosial. Retardasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau
gangguan fisik lainnya. Tetapi pada umumnya, penyandang retardasi mental dapat mengalami
semua gangguan jiwa yang ada. Prevalensi populasi untuk terjadinya gangguan jiwa sekitar tiga
sampai empat kali lipat dari pada populasi umum atau sehat. Disamping itu juga penderita
retardasi mental mempunyai resiko yang lebih besar untuk dieksploitasikan dan diperlakukan
salah secara fisik atau seksual. Selalu adanya hendaya dalam perilaku adaptif, tetapi dalam
lingkungan sosial terlindung di mana sarana pendukung cukup tersedia, hendaya ini mungkin
tidak tampak sama sekali pada penyandang retardasi mental ringan.
Terjadinya retardasi mental dapat disebabkan adanya gangguan pada masa
prenatal,perinatal atau postnatal. Mengingat beratnya beban keluarga maupun masyarakat yang
harus ditanggung dalam penatalaksanaan retardasi mental maka pencegahan dini yang efektif
merupakan pilihan terbaik.
Pada zaman dahulu orang tidak begitu menbeda-bedakan antara deformitas fisik bawaan
seperti kerdil atau yang lain-lain dengan retardasi mental. Penderita epilepsi, psikosis, tuna rungu
dan tuna wicara sering dicampuradukkan dengan mereka yang terganggu intelektualnya. Pada
kenyataannya memang keadaan tersebut sering menyertai penderita retardasi mental sehingga
menyulitkan untuk membuat diagnosis klinis.
Prevalensi penderita retardasi mental 2,5% - 3% dari populasi. Banyak penelitian yang
melaporkan angka kejadian lebih banyak pada anak lelaki dibandingkan dengan anak perempuan
6
(3:2) dan insiden tertinggi pada usia 10-14 tahun. Retardasi mental tidak berhubungan dengan ras
seseorang.
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui dan memahami retardasi mental tentang
definisi, etiologi klasifikasi, diagnosis serta terapi pada retardasi mental.
7
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Definisi
Menurut DSM IV retardasi mental merupakan gangguan yang ditandai oleh fungsi
intelektual yang berfungsi secara bermakna dibawah rata-rata (IQ kira-kira 70 atau lebih rendah)
yang bermula sebelum usia 18 tahun disertai adanya defisit atau hendaya fungsi adaptif. Adapun
yang dimaksud dengan fungsi adaptif adalah bagaimana seseorang dapat menjalani kehidupan
sehari-hari. Tugas ini termasuk kemampuan untuk berkomunikasi dan memahami, kemampuan
menjalani kehidupan rumah tangga, berinteraksi dengan lingkungan, menggunakan waktu luang,
kemampuan merawat diri sendiri dan kemampuan akademik dasar ( membaca, menulis,
berhitung ).
Definisi retardasi mental menurut PPDGJ III adalah suatu keadaan perkembangan yang
terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh adanya hendaya keterampilan selama
masa perkembangan sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia yaitu kemampuan
kognitif, bahasa, motorik dan sosial.
American Association on Mental Deficiency (AAMD) membuat definisi yang kemudian
direvisi oleh Rick Heber (1961), retardasi mental adalah suatu penurunan fungsi intelektual seara
menyeluruh yang terjadi pada masa perkembangan dan dihubungkan dengan gangguan adaptasi
social. Ada tiga hal penting yang merupakan kata kunci dalam definisi ini yaitu penurunan fungsi
intelektual, adaptasi sosial dan masa perkembangan. Penurunan fungsi intelektual diukur
berdasarkan tes intelegensia standar paling sedikit satu deviasi standar (1SD) di bawah rata-rata.
Adaptasi sosial dihubungkan dengan adanya penurunan fungsi intelektual. Masa perkembangan
menurut definisi ini adalah mulai dari lahir sampai umur 16 tahun.
II.2 Klasifkasi
Klasifikasi menurut Undang-Undang mengenai defisiensi mental di Inggris tahun 1931
dan diamandemenkan tahun 1927, dibagi dalam empat defek mental, yaitu :
A; Idiot, ialah mereka dengan defek mental yang sedemikian beratnya sehingga tidak
mampu menjaga dirinya terhadap bahaya fisik yang dijumpai sehari-hari.
8
B; Imbesil, ialah mereka yang dengan defek mental yang walaupun tidak separah idiot
namun tidak mampu mengurus dirinya sendiri dan jika ia masih anak, ia tidak dapat
belajar mengurus urusannya sendiri.
C; Pikiran lemah ( feeble mind ) ialah mereka yang defek mentalnya tidak seberat
imbesil namun membutuhkan perawatan, supervsi dan kelola untuk melindungi
dirinya dan orang lain; dan jika mereka masih anak, mereka tidak memperoleh
manfaat semestinya jika belajar di sekolah biasa.
D; Defek moral ialah mereka dengan defek mental yang disertai kecenderungan
bertindak kriminaldan kejahatan dan membutuhkan perawatan, supervise dan kelola
untuk melindungi orang lain.
Menurut PPDGJ III, didapatkan 4 tingkat retardasi mental yaitu ringan, sedang, berat dan sangat
berat.
Kode Tingkat Retardasi Tingkat IQ
9
F70 RM ringan 50-69
F71 RM sedang 35-49
F72 RM berat 20-34
F73 RM sangat berat <20
10
Bila menggunakan tes IQ baku yang tepat, maka IQ 50 sampai 69 menunjukkan
retardasi mental ringan. Pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung terlambat pada berbagai
tingkat, dan masalah kemampuan berbicara resmi akan mengganggu perkembangan
kemampuannya yang mungkin menetap sampai usia dewasa. Etiologi organik hanya dapat
diidentifikasi pada sebagian kecil pasien. Keadaan lain yang menyertainya seperti autisme,
gangguan perkembangan lain, epilepsi, gangguan tingkah laku atau disabilitas fisik dapat
ditemukan dalam berbagai proporsi. Bila terdapat gangguan demikian, maka harus diberi kode
tersendiri.
Termasuk : lemah pikiran (feeble mindedness)
subnormalitas mental ringan
oligofrenia ringan
moron
11
mengadakan kontak, berkomunikasi dengan orang lain dan terlibat dalam aktivitas sosial yang
sederhana.
12
keluarganya, jika tidak didapatkan hambatan yang menyertai yang memerlukan perawatan
khusus.
13
II.3 Etiologi
Adalah penting untuk mencari faktor penyebab terjadinya retardasi mental agar dapat
dilakukan pencegahan secara dini. Untuk mencari faktor penyebeb retardasi mental perlu riwayat
penderita yang lengkap dan riwayat kelarga untuk kemungkinan faktor genetik serta faktor
lingkungan. Riwayat penderita meliputi riwayat prenatal, kelahiran dan masa post natal. Yang
dimaksud dengan lingkungan pada anak dalam konteks tumbuh kembang adalah suasana dimana
anak itu berada, dalam hal ini lingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak
untuk tumbuh kembang, yang meliputi kebutuhan fisis-biomedis (asuh), kebutuhan emosi / kasih
sayang (asih) dan kebutuhan akan stimulasi (asah).
14
B. Perinatal
1; Rudapaksa : asfiksia neonatorum : hemoragic intrakranial
2; Prematuritas
C. Postnatal
1; Akibat penyakit otak yang nyata : neoplasma
2; Deprivasi lingkungan : kurangnya stimulus dari lingkungan karena lingkungan
psikososial ikut serta dalam pembentukan tingkah laku anak. Kemiskinan,
malnutrisi, kondisi tempat tinggal yang tidak baik dan inadekuatnya pelayanan
kesehatan dapat meningkatkan resiko terjadinya retardasi mental pada anak. Anak
yang ditelantarkan dan di siksa sering terjadi perkembangan yang tidak sempurna.
3; Ensefalopati karena infeksi post natal.
Pada anak sering terjadi infeksi serius yang dapat menyebar ke otak dan
menyebabkan terjadinya kerusakan sel-sel otak dan mengakibatkan retardasi
mental. Trauma pada masa anak juga dapat menyebabkan retardasi mental.
4; Defisiensi yodium
Defisiensi yodium menyebabkan terjadinya retardasi mental hampir 2
milyar orang di seluruh dunia terutama pada daerah yang endemik. Defisiensi
juga menyebabkan goiter, pembesaran dari kelenjar tiroid. Retardasi mental yang
disebabkan oleh defisiensi yodium biasanya adalah retardasi mental ringan.
Etiologi Contoh %
PRENATAL 4-28%
15
Kelainan Genetik
Kelainan kromosom Docon Syndrome
Toxemia,insuficiensi
placenta
PERINATAL 2-10%
Infeksi Meningitis
16
Faktor yang dapat mempengaruhi Retardasi Mental
1; Derajat kecacatan
2; Kepribadian orang tua masing-masing
3; kemepuan penyesuaian orang tua terhadap kehadiran anaknya
4; Hubungan suami istri dalam keluarga
5; Hubungan anak-anak lain dalam keluarga
6; Kehadiran anggota serumah yang lain dalam keluarga
7; Perkembangan intelektual anak itu sendiri
8; Faktor sosiokultural
17
dianggap sebagai pemeriksaan yang rutin. Tes skrining dengan ferriklorida pada urin dan
skrining asam amino dapat dilakukan. Pemeriksaan kromosom dilakukan pada kelainan yang
dipengaruhi oleh faktor genetik. Dengan pemeriksaan CT Scan, MRI dapat diketahui adanya
hematoma, hematoma subdural, porensefali, klasifikasi intrakranial. Adanya deposit kalsium
mungkin merupakan petunjuk adanya penyakit toksoplasmosis, sitomegalvirus, perdarahan
intrakranial lama atau penyakit lain. Pemeriksaan MRI juga dapat mengungkapkan defek migrasi
neurologik fokal perlu dipertimbangkan pemeriksaan pencitraan saraf.
Selain hal dari hal-hal di atas, diagnosa dini retardasi mental dapat juga dicurigai pada
bayi yang usianya masih muda. Hal lain yang perlu diperhatikan pada bayi adalah fakta bahwa
bayi yan retardasi mental dari sejak lahir perkembangan mentalnya akan terbelakang dalam
semua bidang, misalnya waktu dapat berdiri dan berjalan. Anak atau bayi yang retardasi mental
secara relatif lebih terbelakang perkembangannya dalam berbicara, dalam jumlah perhatian
terhadap sekitar, dalam konsentrasi, kesiagaan dan kecepatan berespons.
Psikoterapi
18
Jangan pernah mengira bahwa seseorang dengan retardasi mental tidak dapat mendapat
keuntungan dari psikoterapi hanya karena terganggunya fungsi intelektual mereka.
Dalam pendekatan psikoanalitik atau perkembangan yang berdasarkan pendekatan,
terlihat bahwa terapi kognitif dapat memberi keuntungan dalam terapi depresi dan terapi
relaksasi dapat berguna dalam mengurangi ansietas, bahkan pada retardasi mental sedang sampai
berat.
Terapi perilaku juga efektif dalam mengatasi banyak perilaku maladaptif, terutama agresi
pada pasien dengan retardasi mental.
Terapi grup dapat menjadi bagian yang penting dalam program terapi untuk seseorang
dengan retardasi mental, terutama pada area pembentukan keahlian. Grup suportif seperti orang
tua dan saudara juga dapat membawa keuntungan. Terapi keluarga dapat membantu dan
memberikan suasana untuk edukasi, suport, dan konsolidasi atas terapi perilaku dan intervensi
lain. Adapun tujuan lain dari terapi keluarga adalah untuk untuk membantu anggota keluarga
untuk memahami perilaku anak dengan retardasi mental. Orang tua juga dapat melakukan
konsultasi untuk membantu mereka menghadapi perasaan marah atau bersalah.
Farmakoterapi
Terdapat kekurangan yang relatif pada percobaan kontrol obat yang menyangkut
seseorang dengan retardasi mental, terutama seseorang dengan dengan kelainan kognitif berat.
Sebagai hasil, seorang clinican harus memperhitungkan secara umum dari populasi umum
dengan farmakoterapi pada seseorang dengan retardasi mental.
Anti depresan. Penggunaan anti depresan pada seseorang dengan retardasi mental terlihat
berkurang. Pemikiran khusus penggunaan anti depresan termasuk pengobatan komorbiditas
yang telah dicatat sebelumnya. Anti depresan trisiklik, harus digunakan dengan pengetahuan
akan resiko menurunkan ambang kejang. Dengan resiko pada populasi umum pada 1 dari 1000
dengan seseorang yang mempunyai retardasi mental, resiko meningkat menjadi 1 dari 5.
Seseorang dengn retardasi mental dapat menurunkan level anti depresan daripada seseorang
dengan perkembangan yang normal.
19
Anti konvulsan. Data penggunaan anti konvulsan atau indikasi lain selain epilepsi adalah
terbatas. Bagaimanapun, pengalaman mengatakan bahwa pada populasi umum, beberapa anti
konvulsan dapat memperbaiki kelainan alam perasaan dan agresive impulsive. Valproat adalah
anti konvulsan yang paling banyak diteliti. Survei prevalensi terbaru memberikan arahan bahwa,
diantara semua indikasi, carbamazepine adalah anti konvulsan yang paling banyak diresepkan
untuk seseorang dengan retardasi mental. Baru-baru ini dilakukan studi perbandingan antara
gabapentin ( Neurontin ) dengan lamotrigine ( Lamictal ) pada 109 pasien dengan resistensi
terapi, epilepsi fokal dan mental retardasi. Subtek pada gabapentin dan lamotrigine
memperlihatkan reduksi pada frekuensi kejang pada hampir satu- setengah. Kedua obat sama-
sama ditoleransi dengan baik. Kedua obat tersebut dapat memberikan harapan untuk seseorang
dengan retardasi mental dan terapi epilepsi resisten.
Anxiolitik. Meskipun benzodiazepin adalah obat yang palinh banyak diresepkan untuk terapi
ansietas pada populasi umym, terdapat perhatian saat digunakan pada konteks kelainan
perkembangan, terutama pada kemungkinan meningkatkan kebingungan, kelainan kognitif,
ketidakwaspadaan dan kesenangan paradoxical. Buspiron adalah agen serotoninergik yang telah
dilaporkan memberikan keuntungan pada seseorang dengan kelainan perkembangan. Sebuah
studi lain mengatakan bahwa buspiron juga dapat mengobati ansietas pada seseorang dengan
retardasi mental, menngarahkan bahwa agen ini seharusnya dapat mengobati populasi ini.
Neoroleptik. Anti psikotik telah lama digunakan pada seseorang dengan retardasi mental.
Neuroleptik adalah obat yang paling banyak diberikan secara bebas pada kelas psikotropik.
Seseorang dengan retardasi mental terlihat memberikan respon besar dalam perkembangan
diskinesia tardive daripada populasi umum, dengan rasio antara 18-30%. Penggunaan obat
neuroleptik atipikal pada retardasi mental memberikan pertolongan yaitu mengurangi resiko
untuk diskinesia tardive dan extra piramidal sindrome.
Psikoedukasi.
Beberapa hukum menyatakan bahwa sekolah umum harus menyediakan semua anak
dengan kekurangan. Hal ini memperlihatkan bahwa anak tersebut harus diberikan pelayanan
20
spesial, formal, terjadwal, dimana orang tua dan pihak sekolah berdiskusi tentang sekolah apa
dan jenis kegiatan apa yang paling pantas untuk anak tersebut. Program sekolah mengajarkan
kemampuan dasar seperti mandi dan makan. Sekolah juga dapat memberikan kegiatan
ekstrakurikuler dan even-even sosial lainnya yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
anak dengan retardasi mental.
Bila dididik dengan tempo yang lambat, penderita retardasi mental yang edukabel sering
menjadi mampu untuk berdikari, seperti bekerja sebagai pekerja kasar, pekerja tangan, pembantu
rumah tangga, pekerjaan rutin sederhana di kantor atau di pabrik, seperti bagian perakitan pada
ban berjalan. Hasil lebih baik apabila suasananya di atur dengan ketat dari pada suasana yang
bebas fleksibel.
Penderita retardasi mental ringan dapat diajarkan kecakapan sehingga ia dapat bergabung
dengan kelompok normal.
Bagi penderita retardasi mental berat dibutuhkan latihan dalam higieni/kebersihan dasar
dan mengurus diri dan dalam mengontrol tingkah laku mutilasi diri yaitu mencederai diri sendiri.
Saat ini terdapat program stimulasi dini untuk bayi dan balita. Manfaat dari program ini
tidak dapat dibuktikan secara ilmiah, namun banyak yang mendapat kesan bahwa mungkin ada
manfaatnya, anak menjadi lebih bedikari dan mantap. Modifikasi perilaku, latihan-latihan dapat
diberikan untuk toilet ( buang air kecil dan besar ), makan dan berpakaian sendiri, menghindari
tindakan mencederai diri sendiri dan sifat mengamuk (temper tantrum)
Anak perlu bergaul dan kontak pada anak lain serta belajar bergaul, menunggu giliran,
melihat kepada orang yang berbicara padanya dan memahamibahwa orang tua dapat marah dan
mengambil tindakan tegas bila ia tetap membandel.
Bagi anak usia remaja atau menginjak dewasa, konseling juga diperlukan untuk
memberitahukan mengenai keadaannya, implikasinya bagi kehidupannya, kemungkinan
berumah tangga serta masa depannya.
21
4; Latihan sosial lebih baik daripada latihan edukasi agar oasien dapat diterima di
masyarakat dan merasa berguna.
Primer
1; Pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
2; Konseling genetik
3; Perawatan prenatal yang baik
4; Pertolongan persalinan yang baik
Sekunder
1; Begitu ditegakkan diagnosis, harus segera diobati untuk mempersingkat masa sakit dan
mencegah sequele
2; Terapi bermain dan kesempatan untuk membuat kelompok interaksi sosial yang dapat
membantu mereka mengekspresikan konflik internal
3; Terapi tingkah laku “reinforcement dan efektif” untuk tingkah laku hal adaptif
BAB III
KESIMPULAN
22
Retardasi mental menurut DSM IV adalah merupakan gangguan yang ditandai oleh
fungsi intelektual yang berfungsi secara bermakna di bawah rata-rata ( IQ kira-kira 70 atau lebih
rendah ) yang bermula sebelum 18 yahun disertai defisit atau hendaya fungsi adaptif ( fungsi
adaptif adalah kemampuan individu tersebut secara efektif menghadapi kebutuhan untuk
berdikari yang dapat diterima oleh lingkungan sosialnya ).
Anak dengan retardasi mental mengalami keterlambatan dalam semua area
perkembangan, motorik, bahasa, dan kelakuan adaptif. Gangguan sensorik, kesulitan bicara,
disabilitas motorik, dan kejang pada umunya diasosiasikan dengan retardasi mental.
Retardasi mental bisa didapatkan dari faktor genetik, familial dan faktor yang
berhubungan dengan kelahiran janin dan dari faktor yang di dapat / lingkungan. Faktor genetik
termasuk inborn errors of metabolism dan sindrom Down. Contoh faktor yang berhubungan
dengan janin dan kelahiran adalah sindrom fetal alkohol, infeksi maternal, retardasi pertumbuhan
intrauterin, asfiksia, prematuritas, hiperbilirubinemia dan perdarahanintra ventricular. Faktor
familial termasuk intelegensi keluarga yang rendah / akibat lingkungan. Kondisi yang didapat
seperti pada meningitis, keracunan timbal dan cedera otak akibat trauma.
Sekitar 10% dari anak dengan retardasi mental ( biasanya yang menderita retardasi
mental sedang dan berat ) dapat di identifikasikan pada masa bayi karena adanya keterlambatan
perkembangan yang signifikan. Sedangkan sisa nya dapat teridentifikasikan setelah anak masuk
sekolah. Sebagian besar anak dengan retardasi mental mempunyai riwayat perkembangan yang
normal pada 2 tahun pertama kemudian disertai dengan penurunan kemampuan di kemudian
hari. Tes secara individu dengan hati-hati dibutuhkan untuk membedakan anak retardasi mental
yang autistik atau hanya mempunyai gangguan sensorik.
Tujuan utama penanganan medis adalah untuk mengenal lebih dini anak yang
berpotensial retardasi mental, contohnya : selama anak di rumah sakit karena premature /
meningitis / gangguan metabolik. Anak yang didiagnosa retardasi mental harus diikutsrtakan
dalam edukasi dan program rehabilitasi untuk memaksimalkan fungsi mereka. Penanganan
secara serentak terhadap masalah fisik, emosional dan tingkah laku harus dilakukan. Tergantung
dari keparahan kondisi anak, program edukasi yang spesial dan program terapi fisik yang
mungkin dibutuhkan. Anak dengan retardasi mental berat biasanya memerlukan perawatan
secara kontinu.
23
24