Fisiologi Dan Jaras Nyeri
Fisiologi Dan Jaras Nyeri
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ
tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon
hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga
nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga
yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini
biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi
dalam dua komponen yaitu :
a. Serabut A delta
Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan transmisi 6-30 m/det) yang memungkinkan
timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan
b. Serabut C
Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det) yang terdapat pada
daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi.
Struktur reseptor nyeri somatik (deep somatic) dalam meliputi reseptor nyeri yang
terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena
struktur reseptornya komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit
dilokalisasi.
Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ
viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini
biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan,
iskemia dan inflamasi.
Seperti halnya berbagai stimulus yang disadari lainnya, persepsi nyeri dihantarkan oleh
neuron khusus yang bertindak sebagai reseptor, pendeteksi stimulus, penguat dan penghantar
menuju sistem saraf pusat. Sensasi tersebut sering didekripsikan sebagai protopatik (noxious) dan
epikritik (non-noxious). Sensasi epiritik (sentuhan ringan, tekanan, propriosepsi, dan perbedaan
temperatur) ditandai dengan reseptor ambang rendah yang secara umum dihantarkan oleh serabut
saraf besar bermielin. Sebaliknya, sensasi protopatik (nyeri) ditandai dengan reseptor ambang
tinggi yang dihantarkan oleh serabut saraf bermielin yang lebih kecil (A delta) serta serabut
saraf tak bermielin (serabut C).
1. Transduksi
2. Transmisi
Proses penerusan impuls nyeri dari tempat transduksi melalui nosiseptor saraf perifer.
Impuls ini akan disalurkan oleh serabut saraf A delta dan serabut C sebagai neuron pertama,
dari perifer ke medulla spinalis dimana impuls tersebut mengalami modulasi sebelum
diteruskan ke thalamus oleh traktus sphinotalamikus sebagai neuron kedua. Dari thalamus
selanjutnya impuls disalurkan ke daerah somato sensoris di korteks serebri melalui neuron
ketiga, dimana impuls tersebut diterjemahkan dan dirasakan sebagai persepsi nyeri.
3. Modulasi
Melibatkan aktivitas saraf melalui jalur-jalur saraf desenden dari otak yang dapat
mempengaruhi transmisi nyeri setinggi medula spinalis. Modulasi ini juga melibatkan
faktor-faktor kimiawi yang menimbulkan atau meningkatkan aktifitas di reseptor nyeri.
4. Persepsi
Hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik yang dimulai dari proses
transduksi, transmisi, dan modulasi yang pada gilirannya menghasilkan suatu perasaan yang
subyektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri.
Serat saraf C dan A-δ aferen yang menyalurkan impuls nyeri masuk ke dalam medula
spinalis di akar saraf dorsal. Serat-serat memisah sewaktu masuk ke korda dan kemudian
kembali menyatu di kornu dorsalis (posterior) medula spinalis. Daerah ini menerima,
menyalurkan, dan memproses impuls sensorik. Kornu dorsalis medula spinalis dibagi
menjadi lapisan-lapisan sel yang disebut lamina. Dua dari lapisan ini (lapisan 2 dan 3), yang
disebut substansia gelatinosa, yang sangat penting dalam transmisi dan modulasi nyeri.
Jalur-jalur desenden serat eferen yang berjalan dari korteks serebrum ke bawah ke
medula spinalis dapat menghambat atau memodifikasi rangsangan nyeri yang datang melalui
suatu mekanisme umpan balik yang melibatkan substansia gelatinosa dan lapisan lain kornu
dorsalis. Salah jalur desenden yang telah diidentifikasi sebagai jalur penting dalam sistem
modulasi-nyeri atau analgesik adalah jalur yang mencakup tiga komponen berikut :
1. Bagian pertama adalah substansia grisea periakuaduktus (PAG) dan substansia grisea
periventrikel (PVG) mesensefalon dan pons bagian atas yang mengelilingi akuaduktus
Sylvius.
2. Neuron-neuron dari daerah daerah satu mengirim impuls ke nukleus rafe magnus (NRM)
yang terletak di pons bagian bawah dan medula bagian atas dan nukleus retikularis
paragigantoselularis (PGL) di medula lateralis.
Zat-zat kimia yang disebut neuroregulator, juga mungkin mempengaruhi masukan sensorik ke
medula spinalis. Neuroregulator ini dikenal sebagai neurotransmiter atau neuromodulator.
Neurotransmiter adalah neurokimia yang menghambat atau merangsang aktifitas di membran
pascasinaps. Zat P (suatu neuropeptida) adalah neurotransmiter spesifik-nyeri yang terdapat di
kornu dorsalis medula spinalis. Neurotransmiter SSP lain yang terlibat dalam transmisi nyeri
adalah asetilkolin, norepinefrin, epinefrin, dopamin dan serotonin.