Anda di halaman 1dari 28

Teknik Perencanaan dan Pemasangan Instalasi Listrik

BAB II
RANGKAIAN LISTRIK

A. Konsep Dasar Elektrostatika dan Penerapannya


Sebagaimana diketahui sehari-hari, tenaga listrik adalah sesuatu hal yang tidak
dapat dilihat, listrik juga bukan benda padat, bukan benda cair dan bukan
benda gas. Yang terlihat adalah lampu listrik yang menyala, radio berbunyi,
kereta listrik berjalan dan sebagainya. Semua benda tersebut dapat bekerja
karena adanya tenaga listrik.
Untuk mengetahui tenaga listrik, terlebih dahulu harus dipelajari sifat-sifat dan
gejala-gejala dari listrik. Adapun yang dinamakan teknik listrik, adalah ilmu
yang mempelajari pemakaian tenaga listrik dalam praktik.
Untuk lebih memudahkan memahami pengertian tentang listrik, dapat
dianalogikan sifat-sifat listrik dengan sifat-sifat air. Air dapat mengalir dalam
saluran air dan air tersebut dapat mengalir karena ada tekanan atau tenaga
yang menggerakkan air itu. Tenaga itu diperoleh dari perbedaan tinggi
permukaan air atau dari pergerakan suatu pompa.
Sebagai contoh dua buah bejana A dan B yang dihubungkan satu sama lain
dengan menggunakan sebuah pipa (Gambar 2.1). Pada pipa tersebut terdapat
keran air (k), yang pada waktu itu masih tertutup, sehingga air di dalam bejana
A tidak dapat mengalir ke bejana B yang permukaan airnya lebih rendah
daripada bejana A.
A

A A
A B
B

k B

dk dd

Gambar 2.1
Perbedaan Tinggi Permukaan Air Pada Bejana A dan B Serta Ilustrasi
Aliran Listrik dari Kutub Positip ke Kutub Negatip

Contoh dua buah bejana A dan B yang dihubungkan satu sama lain dengan
sebuah pipa (Gambar 2.1). Pada pipa tersebut terdapat keran air, yang pada
waktu itu masih tertutup. Dengan demikian air di dalam bejana A tidak dapat
mengalir ke bejana B yang permukaan aimya lebih rendah dari pada dalam
bejana A.
Apabila keran k di buka, air mengalir melalui pipa d (lihat arah panah),
sampai permukaan air pada kedua buah bejana tingginya menjadi sama.
Karena adanya perbedaan permukaan air dalam bejana A dan B,
perbedaan itu menyebabkan perbedaan tekanan, yang mengakibatkan
adanya arus air pada pipa d.
Direktorat Pembinaan PSMK 21
Teknik Perencanaan dan
Pemasangan Instalasi Listrik

Arus air tersebut akan hilang, jika permukaan air di dalam kedua buah
bejana menjadi sama tinggi. Agar arus air dalam pipa d tetap ada, maka
diusahakan agar perbedaan tinggi permukaan air di dalam kedua buah
bejana tinggal konstan, dengan kata lain perbedaan tekanan yang konstan
harus diusahakan. Dengan mudah hal ini dapat dikerjakan, yaitu dengan
cara memasang sebuah pompa P yang dihubungkan dengan dua buah pipa
bejana A dan B (seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2).
+

Accu
A B A B
k
Motor Motor
d listrik listrik

P
A B
Gambar 2.2
Pemasangan Pompa P Agar Perbedaan Tinggi
Permukaan Air Antara bejana A dan B Tetap Konstan

Sekarang air dipompa dari bejana B dan air itu dimasukkan ke dalam bejana
A. Oleh karena itu air di dalam bejana A akan selalu lebih banyak dari pada
dalam bejana B dan dengan demikian arus air yang konstan akan mengalir
dalam pipa d.
Demikian pula halnya dengan arus listrik, diumpamakan bahwa suatu benda
A mempunyai sejumlah listrik dan benda B juga mempunyai listrik yang
jumlahnya lebih sedikit dari A. Dalam istilah teknik listrik dikatakan benda A
memiliki potensial (tegangan) atau tekanan lebih tinggi dari pada B, sehingga
antara A dan B terdapat beda potensial atau disebut juga beda tegangan.
Jika kedua benda A dan B tersebut dihubungkan dengan seutas kawat sebagai
penghantar, maka dalam kawat akan mengalir sejumlah listrik dari A ke B. Dalam
teknik listrik benda A yang mempunyai jumlah listrik lebih banyak disebut kutub
positip dan diberi tanda (+) dan benda yang memiliki muatan listrik lebih sedikit
disebut kutub negatip dan diberi tanda (-).
Apabila ada kutub positip dan kutub negatip, maka antara kedua kutub
itu akan terdapat beda tegangan dan dengan demikian akan timbul
arus listrik yang mengalir dari kutub positip ke kutub negatip.
1. Medan Listrik
a. Muatan listrik
Jika sebuah gelas digosok dengan sutera dan digantung dengan
sebuah benang panjang seperti pada Gambar 2.3, batang kedua
digosok dengan sutera dan dipegang di dekat ujung yang telah
digosok dari batang pertama, maka batang-batang tersebut akan

22
Direktorat Pembinaan PSMK
Teknik Perencanaan dan Pemasangan Instalasi Listrik

saling tolak-menolak. Sebaliknya, sebuah batang plastik yang


digosok dengan bulu akan menarik batang gelas tersebut. Dua
batang plastik yang digosok dengan bulu akan saling tolak-menolak.
Kenyataan-kenyataan tersebut menyatakan bahwa penggosokan
sebuah batang (tongkat) memberikan sebuah muatan listrik terhadap
tongkat plastik dan muatan-muatan pada kedua tongkat tersebut
menghasilkan gaya-gaya satu sama lain dengan catatat muatan-
muatan pada gelas dan pada plastik harus berbeda jenisnya.
Benjamin Franklin (1706-1790), menamakan jenis listrik yang muncul
pada gelas positip dan jenis yang muncul pada plastik negatip.
Kesimpulan dari eksperimen ini adalah muatan sejenis akan tolak
menolak dan muatan tak sejenis tarik menarik.

Gambar 2.3
Dua Batang Gelas Bermuatan Sama Positip
Saling Tolak Menolak
Benda dikatakan:
(a) Netral: Jika jumlah muatan positipnya (proton) sama dengan
jumlah muatan negatipnya (elektron).
(b) Bermuatan negatip: jika kelebihan elektron atau kekurangan
proton.
(c) Bermuatan positip: jika kekurangan elektron atau kelebihan
proton
Satuan muatan: Coulomb (C)
Besar muatan :
1 netron =0
1 elektron = (e atau q) = -1,6 X 10-19 C
1 proton = + 1,6 X 10-19 C

b. Hukum Coulomb dan Medan Listrik (E)


Perhatikan Gambar 2.4, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Muatan q1 di dalam Gambar 2.2 menimbulkan sebuah medan
listrik di dalam ruang di sekitarnya. Medan ini dinyatakan
dengan bayangan di dalam gambar tersebut.
2) Medan tersebut bekerja pada muatan q2; hal ini terlihat di dalam
gaya F yang dialami oleh q2.
Direktorat Pembinaan PSMK 23
Teknik Perencanaan dan
Pemasangan Instalasi Listrik

Gaya yang diakibatkan muatan q2 akibat muatan q1 atau


sebaliknya digambarkan oleh hukum Coulomb:

N (Newton) (2.1)

Besarnya kuat (intensitas) medan listrik E di sekeliling q 1


adalah:

N/C (2.2)

Keterangan
k= konstanta yang besarnya tergantung pada sistem yang dipakai
dan medium yang digunakan.= 9 x 10 9 Nm 2/C2.
r = jarak antara kedua muatan, dalam satuan meter (m).

Gambar 2.4
Muatan q1 Menimbulkan Sebuah Medan yang
Mengerahkan Sebuah Gaya F pada Muatan q2

Medan listrik dapat dilukiskan dengan menggambarkan garis


medan (garis gaya), dengan pengertian: di tempat-tempat di mana
garis gaya berdekatan, di situ garis gaya sangat kuat. Garis gaya
timbul dari muatan positip ke muatan negatip, dapat dilihat pada
Gambar 2.5, 2.6, 2.7, 2.8, dan 2.9.

24
Direktorat Pembinaan PSMK
Teknik Perencanaan dan Pemasangan Instalasi Listrik

Gambar 2.5
Garis Gaya pada Batang Bermuatan Positip
Tidak Terhingga

Gambar 2.6
Garis-Garis Gaya Untuk Sebuah Bola Bermuatan
Negatip, Positip dan Netral

Gambar 2.7
Garis Gaya Pada Dua Muatan Positip yang Sama

Direktorat Pembinaan PSMK 25


Teknik Perencanaan dan
Pemasangan Instalasi Listrik

Gambar 2.8
Garis Gaya Pada Gua Muatan Positip
dan Negatip yang Sama

(a) sebuah plat bermuatan (b) dua tongkat yang muatannya


sama dan berlawanan

Gambar 2.9
Potret Pola-Pola Garis-Garis Gaya Listrik
di Sekitar Logam

Pola-pola dibuat dengan cara menggantungkan benih rumput di dalam


sebuah cairan isolasi (Hadiah dari Educational Services Incorporated,
Watertown, Mass).

2. Medan Magnit
a. Intensitas medan magnit
Suatu medan magnet dikatakan ada dalam suatu ruang jika muatan
listrik yang bergerak dalam ruang tersebut mengalami gaya tertentu
(bukan gesekan) selama muatan itu bergerak. Artinya, ada tidaknya
medan magnet ditentukan oleh efeknya pada jarum kompas, jarum
kompas selalu mengambil posisi sejajar dengan medan magnet.

26
Direktorat Pembinaan PSMK
Teknik Perencanaan dan Pemasangan Instalasi Listrik

q v +q

v
Kompas F=0

F keluar kertas

v
v

+q -q

F masuk kertas F keluar kertas

Gambar 2.10
Medan Magnit Serba Sama Memiliki Arah Ke Kanan
Gambar 2.10 menunjukkan medan magnet serba sama (homogen)
berarah ke kanan. Pada gambar juga tampak jarum kompas yang telah
menjajarkan diri dengan medan magnet. Gaya F yang diakibatkan
muatan yang bergerak dengan kecepatan v dalam medan magnet.
Arah gaya pada muatan +q yang bergerak dalam medan magnet
dapat ditentukan dengan kaidah atau aturan tangan kanan seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.11.

F Keluar kertas
Medan Magnet

Gambar 2.11
Arah Gaya Ditentukan Dengan Kaidah Tangan Kanan

Rentangkan tangan kanan, dengan jari jemari menunjuk ke arah


medan. Atur hingga ibu jari menunjukkan arah gerak (arah kece-
patan) muatan positip, maka tapal tangan menekan ke arah gaya
pada muatan itu. Arah gaya pada muatan negatip tentu berlawanan
dengan arah gaya pada muatan positip.
Perhatikan bahwa garis medan yang melalui partikel dan garis kerja
vektor kecepatan partikel membentuk bidang datar (dalam Gambar
2.11) dan vektor gaya selalu tegak lurus bidang ini.
Besar gaya (F) pada muatan yang bergerak dalam medan magnet
bergantung pada hasil kali keempat faktor di bawah ini:
(1) q, besar muatan (Coulomb)
Direktorat Pembinaan PSMK 27
Teknik Perencanaan dan
Pemasangan Instalasi Listrik

(2) v, besar kecepatan muatan (meter/detik).


(3) B, besar (atau kuat) medan magnet (Weber/meter2).
(4) sin θ, dengan θ adalah sudut antara garis-garis medan dan
kecepatan v, maka:
F =q.v.B. Sin θ (Newton) (2.3)
1) Intensitas medan magnet
Intensitas medan magnet pada sesuatu titik dinyatakan oleh vektor
B. Arahnya adalah arah medan magnet. B disebut dengan
beberapa nama, yaitu induksi magnetik, rapat fluks magnetik, dan
secara populer intensitas medan magnet dengan simbol B.
Weber/meter2 (Wb/m2) = Tesla (T) (2.4)
Kadang masih menjumpai dengan satuan sistem CGS untuk B,
yaitu Gauss (G), dengan besaran:
1 G = 10-4 T (2.5)
2) Gaya pada arus dalam medan magnet
Pada dasarnya arus adalah muatan positip yang mengalir sehingga
jelas bahwa dalam medan magnet arus akan mengalami gaya.
Arah gaya yag ditimbulkan oleh medan magnet dapat ditentukan
dengan aturan tangan kanan seperti ditunjukkan pada Gambar
2.12, dengan vektor kecepatan diganti dengan arah arus.
Besar gaya F pada sepotong kawat pendek (L) dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus:
F = I.L.B. Sin θ (Newton) (2.6)
Keterangan
I = arus listrik (ampere)
L = panjang kawat (m)
B = medan magnit (T)
θ = sudut antara arah arus dan arah medan B
Gaya tidak ada (nol) jika kawat sejajar dengan medan. Gaya
maksimum terjadi jika garis medan magnet tegak lurus dengan
kawat. Sama seperti muatan yang bergerak, gaya adalah tegak
lurus bidang yang melalui kawat dan garis medan.
3) Torsi
Pada kumparan datar dalam medan magnet homogen.Torsi 
pada kumparan terdiri dari N lilitan, masing-masing berarus atau
dalam medan magnet B, adalah:
τ  N.I.A.B.Si nθ (2.7)
A adalah luas kumparan dan θ adalah sudut antara garis medan
magnet dan garis normal pada bidang kumparan.

28
Direktorat Pembinaan PSMK
Teknik Perencanaan dan Pemasangan Instalasi Listrik

4) Sumber medan magnet


Penyebab terjadinya medan magnet adalah muatan yang
bergerak. Bahkan medan magnet permanen disebabkan gerak
muatan, yaitu muatan listrik di dalam atom-atom bahan magnet
itu.
Medan magnet yang dihasilkan beberapa arus ditunjukkan pada
Gambar 2.12, pada setiap gambar tertulis nilai B pada titik P. Besaran
μo  4ππ.17 Tm/A disebut permeabilitas ruang hampa. Kumparan yang
ditunjukkan berada dalam ruang hampa atau udara.

Arus I

(a) Kawat lurus panjang


o.I
B (2.8)
2. .r
r adalah jarak antara titik P dan kawat
I

(b) P adalah titik pusat kumparan, N lilitan, a jari-jari:


μo.NI
B (2.9)
2.a

(c) Titik di dalam solenoida panjang, dengan n lilitan per meter


Direktorat Pembinaan PSMK 29
Teknik Perencanaan dan
Pemasangan Instalasi Listrik

B  μo.NI (2.10)
Medan ini adalah homogen

r adalah jari-jari lingkaran yang melalui P


Gambar 2.12.
Medan Magnit dari Berbagai Macam
Bentuk Kumparan
(d) P adalah titik di dalam toroida dengan N lilitan,
μo.NI
B (2.11)
2. .r
b. Konsep dasar kemagnitan dan penerapannya
1) Generator listrik
Generator listrik adalah mesin yang dapat mengubah energi
mekanis menjadi energi listrik. Proses ini dikenal sebagai
pembangkit listrik.
Pada dasarnya generator terdiri dari medan magnet yang
dihasilkan elektromagnet atau magnet permanen dan suatu rotor
(armatur) yang terbuat dari besi dengan beberapa konduktor di
permukaannya.
Jika rotor diputar, konduktor memotong garis-garis fluks
magnetik sampai terinduksi gaya gerak listrik (ggl) arus bolak-
balik pada masing-masing konduktor. Jika arus searah yang
dikehendaki harus dipasang komutator.
Dalam banyak tipe generator arus searah, medan magnet pada
posisi diam sedangkan rotornya berputar. Pada generator arus
bolak-balik kebanyakan medan magnet yang berputar dan
armatur atau jangkar diam.
Dalam kedua hal ini suatu ggl induksi dihasilkan karena adanya
gerak relatif antara medan dan konduktor-konduktor pada
armatur (rotor). Pada Gambar 2.13 ditunjukkan generator abad
20 awal.

30
Direktorat Pembinaan PSMK
Teknik Perencanaan dan Pemasangan Instalasi Listrik

Generator abad 20 awal Generator portabel


Gambar 2.13
Generator Abad 20 Awal

Gambar 2.14
Konstruksi Dasar Generator DC
2) Motor listrik
Motor listrik adalah mesin yang mengubah energi listrik menjadi
energi mekanis. Armatur atau jangkar (rotor) motor listrik DC mirip
dengan armatur generator DC.
Jika motor litrik bekerja, konduktor-konduktor pada armatur
memotong garis-garis fluks, sehingga terjadi ggl induksi atau ggl-
balik (back emf) atau ggl-lawan (counter emf), yang melawan beda
potensial luar.
Armatur mesin shunt dihubungkan secara paralel pada jaringan
luar. Karena ggl-balik armatur atau jangkar melawan tegangan
jaring, maka beda tegangan yang menghasilkan arus dalam
armatur adalah:
Beda tegangan pada armatur = (tegangan jaring)- (ggl-balik)
tegangan jaringan - ggl balik
Arus jangkar  (2.12)
tahanan jangkar

Direktorat Pembinaan PSMK 31


Teknik Perencanaan dan
Pemasangan Instalasi Listrik

Daya mekanis P yang timbul dalam armatur mesin adalah:


P = (arus dalam armatur) x (ggl-balik) (2.13)
Pada motor listrik terjadi kerugian gesekan, kerugian pada belitan
tembaga dan rugi besi (eddy current).

Gambar 2.15
Contoh Motor Induksi atau Motor AC
Sebelum hubungan antara magnet dan listrik ditemukan,
generator menggunakan prinsip elektrostatik. Mesin Wimshurst
menggunakan induksi elektrostatik atau influence, sedangkan
Generator Van de Graaff menggunakan satu dari dua
mekanisme:
 Penyaluran muatan dari elektroda voltase-tinggi
 Muatan yang dibuat oleh efek triboelectric menggunakan
pemisahan dua isolator.
Generator elektrostatik tidak efisien dan berguna hanya untuk
eksperimen saintifik yang membutuhkan tegangan tinggi.
3) Perkembangan generator atau dinamo listrik
Pada 1831-1832 Michael Faraday menemukan bahwa perbedaan
tegangan dihasilkan antara ujung-ujung konduktor listrik yang
bergerak tegak lurus terhadap medan magnet. Michael Faraday
membuat generator elektromagnetik pertama berdasarkan efek
tersebut, yaitu menggunakan cakram tembaga yang berputar
diantara kutub magnet berbentuk tapal kuda, tetapi masih
menghasilkan arus searah kecil.

32
Direktorat Pembinaan PSMK
Teknik Perencanaan dan Pemasangan Instalasi Listrik

Dinamo adalah generator listrik pertama yang mampu


menghasilkan tenaga listrik untuk industri dan merupakan
generator yang digunakan pada abad 21. Dinamo menggunakan
prinsip elektro magnetisme untuk mengubah tenaga mekanik
dalam bentuk putaran menjadi tenaga listrik arus bolak-balik.
Dinamo pertama berdasarkan prinsip Faraday dibuat pada 1832
oleh Hippolyte Pixii seorang pembuat alat dari Prancis. Alat ini
menggunakan magnet permanen yang diputar oleh sebuah
crank.
Magnet yang berputar diletakkan sehingga kutub utara dan
selatan melewati sebongkah besi yang dibungkus dengan kawat.
Pixii menemukan bahwa magnet yang berputar menghasilkan
sebuah gelombang arus pada kawat setiap kali sebuah kutub
melewati coil. Lebih jauh lagi, kutub utara dan selatan magnet
menginduksi arus di arah yang berlawanan, dengan menambah
sebuah komutator, Pixii dapat mengubah arus bolak-balik
menjadi arus searah.
Namun, kedua desain di atas masih memiliki masalah yang
sama, yaitu menginduksi spike tanpa diikuti arus. Selanjutnya,
Antonio Pacinotti ilmuwan Italia memperbaikinya dengan
mengganti coil berputar dengan toroida yang diciptakan dengan
cara membungkus cincin besi, sehingga sebagian dari coil terus
menerus melewati magnet dan arus yang dibangkitkan kontinyu.
Zénobe Gramme menciptakan kembali desain beberapa tahun
kemudian, dengan desain pembangkit listrik komersial untuk
pertama kalinya, di Paris pada 1870-an. Desainnya sekarang
dikenal dengan nama dinamo Gramme. Beberapa versi dan
pengembangan lain telah dibuat, tetapi konsep dasarnya
memutar loop (rangkaian tertutup) kawat tidak pernah
ditinggalkan dan tetap dipakai sebagai prinsip kerja dinamo
modern.

3. Elektrokimia
a. Elektrokimia
Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara
perubahan (reaksi) kimia dengan kerja listrik, yang melibatkan sel
elektrokimia dengan menerapkan prinsip reaksi reduksi dalam
aplikasinya.
Dalam kehidupan sehari-hari penggunaannya sangat banyak, mulai
dari pemanfaatan baterei untuk menghidupkan hampir semua
peralatan elektronik sampai dengan pelapisan logam pada
permukaan logam lain.
Ada 2 jenis sel elektro kimia, yaitu:
1) Sel yang melakukan kerja dengan melepaskan energi dari reaksi
spontan,
Direktorat Pembinaan PSMK 33
Teknik Perencanaan dan
Pemasangan Instalasi Listrik

2) Sel yang melakukan kerja dengan menyerap energi dari sumber


listrik untuk menggerakkan reaksi non spontan.
Sel elektrokimia, baik yang melepas atau menyerap energi listrik
selalu melalui proses perpindahan elektron-elektron dari satu
senyawa ke senyawa yang lain dalam suatu reaksi oksidasi reduksi.
Oksidasi adalah proses hilangnya elektron, sedangkan reduksi
proses diperolehnya elektron. Zat pengoksidasi adalah kelompok zat
yang melakukan oksidasi, mengambil elektron dari zat yang
teroksidasi. Zat pereduksi adalah kelompok yang melakukan reduksi
memberikan elektron kepada zat yang tereduksi.
Setelah reaksi zat teroksidasi memiliki bilangan oksidasi yang lebih
tinggi dan zat tereduksi memiliki bilangan oksidasi yang lebih rendah.
Sel volta memanfaatkan reaksi spontan (∆G<0) untuk
membangkitkan energi listrik. Selisih energi reaktan (tinggi) dengan
produk (rendah) diubah menjadi energi listrik. Sel Elektrolisa
memanfaatkan energi listrik untuk melakukan reaksi non spontan
(∆G > 0) lingkungan melakukan kerja terhadap sistem.
Kedua tipe sel tersebut menggunakan elektroda, yaitu zat yang dapat
menghantarkan listrik antara sel dan lingkungan serta dicelupkan
dalam elektrolit (campuran ion) yang terlibat dalam reaksi atau yang
membawa muatan.
b. Elektroda
Elektroda dibagi menjadi dua jenis, yaitu anoda dan katoda.
Setengah dari reaksi oksidasi terjadi pada anoda. Elektron diberikan
oleh senyawa teroksidasi (zat pereduksi) dan meninggalkan sel
melalui anoda.
Setengah reaksi reduksi terjadi di katoda, elektron diambil oleh
senyawa tereduksi (zat pengoksidasi) dan masuk sel melalui katoda.

34
Direktorat Pembinaan PSMK
Teknik Perencanaan dan Pemasangan Instalasi Listrik

Gambar 2.16
Reaksi Sel Volta dan Sel Elektrolisa
1) Sel volta dan sel elektrolisa
Reaksi sel volta dan sel elektrolisa ditunjukkan pada Gambar
2.16 dan Gambar 2.17.
Pada prinsipnya, semua jenis sel elektrolisa termasuk elektro
sintesa selalu berlaku hukum Faraday, yaitu:
 Jumlah perubahan kimia yang terjadi dalam sel elektrolisis,
sebanding dengan muatan listrik yang dilewatkan dalam sel
tersebut.
 Jumlah muatan listrik sebanyak 96.500 coulomb akan
menyebabkan perubahan suatu sejumlah sebanyak 1,0 gram
ekivalen (grek).
Konstruksi dan prinsip kerja Sel Volta
 Setengah sel oksidasi, anoda berupa batang logam Zn
dicelupkan dalam ZnSO4.
 Setengah sel reduksi, katoda berupa batang logam Cu
dicelupkan dalam CuSO4.
 Terbentuk muatan relatif pada kedua elektroda, anoda
bermuatan negatip dan katoda bermuatan positip,
 Kedua sel juga dihubungkan oleh jembatan garam, yaitu tabung
berbentuk U terbalik berisi pasta elektrolit yang tidak bereaksi
dengan sel redoksi yang digunakan untuk menyeimbangkan
muatan ion (kation dan anion),

Direktorat Pembinaan PSMK 35


Teknik Perencanaan dan
Pemasangan Instalasi Listrik

 Dimungkinkan menggunakan elektroda inaktif yang tidak ikut


bereaksi dalam sel volta, misalnya grafit dan platinum.

Gambar 2.17
Reaksi Sel Volta

Notasi Sel Volta


 Sel Volta dinotasikan dengan cara yang telah disepakati (untuk
sel Zn/Cu2+) Zn(s)| Zn2+(aq)║Cu2+(aq)|Cu(s),
 Bagian anoda (setengah sel oksidasi), dituliskan disebelah kiri
bagian katoda.
• Garis lurus menunjukkan batas phasa, yaitu adanya phasa
yang berbeda (aqueous vs solid) jika phasanya sama maka
digunakan tanda koma.
• Untuk elektroda yang tidak bereaksi ditulis dalam notasi diujung
kiri dan ujung kanan.

2) Sel volta dengan elektroda inaktif


Reaksi sel volta dengan elektroda inaktif ditunjukkan pada
Gambar II-18.

36
Direktorat Pembinaan PSMK
Teknik Perencanaan dan Pemasangan Instalasi Listrik

Gambar 2.18
Reaksi Sel Volta dengan Elektroda Inaktif
4. Konsep akumulator dan penerapannya
a. Perubahan kimia pada saat pelepasan muatan listrik
Aki atau Accu menghasilkan aliran listrik jika dihubungkan dengan
rangkaian luar, misalnya, lampu, radio dan lain-lain. Aliran listrik
terjadi karena terjadinya reaksi kimia pada asam sulfat dengan kedua
material (bahan) aktif plat positip dan plat negatip.
Pada waktu terjadi pelepasan muatan listrik terus menerus, elektrolit
akan bertambah encer dan reaksi kimia terus berlangsung sampai
seluruh bahan aktif pada permukaan plat positip dan negatip berubah
menjadi timbal sulfat. Jika aki tidak dapat menghasilkan aliran listrik
pada tegangan tertentu, maka aki tersebut dalam keadaan lemah
arus atau rusak.
b. Perubahan kimia pada saat pengisian muatan listrik
Pada proses pengisian muatan listrik kembali, terjadi proses reaksi
kimia yang berlawanan dengan reaksi kimia pada saat pelepasan
muatan. Timbal peroksida terbentuk pada plat positip dan timbal
berpori terbentuk pada plat negatip, sedangkan berat jenis elektrolit
akan naik, karena air digunakan untuk membentuk asam sulfat dan
aki kembali dalam kondisi bermuatan penuh.
Pada waktu terjadi pelepasan muatan listrik pada aki maka terjadi
penurunan berat jenis accu zuur. Berat jenis accu zuur akan turun
sebanding dengan suhu sehingga jumlah energi listrik yang ada
dapat ditentukan dengan cara mengukur berat jenis accu zuur.
Misalnya aki mempunyai berat jenis accu zuur 1.260 pada 20°C
bermuatan listrik penuh, setelah melepaskan muatan listrik berat
Direktorat Pembinaan PSMK 37
Teknik Perencanaan dan
Pemasangan Instalasi Listrik

jenisnya 1.200 pada 20°C, maka accu masih mempunyai energi


listrik sebesar 70%.
Berat jenis accu zuur juga dapat berubah karena temperaturnya, jadi
pembacaan berat jenis pada skala hidrometer kurang tepat sebelum
dilakukan koreksi suhu.
Volume aki zuur bertambah jika dipanaskan dan turun jika
didinginkan atau dingin tetapi beratnya tetap. Jika volume bertambah
dan beratnya tetap maka berat jenis akan turun. Berat jenis turun
sebesar 0.0007 untuk kenaikan tiap derajat celcius dalam suhu batas
normal accu.
Standar berat jenis untuk suhu 20°C menurut perjanjian adalah:
Perubahan temperatur:
S20 = St + 0.0007 (t - 20) (2.14)
S = Berat Jenis pada temp. 20°C
St = Berat jenis terukur
T = Temperatur accu zuur
Contoh:
Misalnya accu zuur dengan kondisi sebagai berikut:
Berat jenis (terukur ) = 1.250
Temperatur= 33°C
Maka berat jenis pada 20°C adalah:
S20 = 1.250 + 0.0007 (33 - 20)
= 1.250 + 0.0091
= 1.2591

B. Rangkaian Arus Searah


Pada rangkaian arus searah (DC: Direct Current) terdiri dari arus dan
tegangan searah, yaitu arus dan tegangan yang tidak berubah terhadap
waktu.
Elemen pada rangkaian DC terdiri dari:
a) Baterai
b) Bambatan dan
c) Kawat penghantar
Baterai dan accu menghasilkan e.m.f untuk menggerakkan elektron dan
selanjutnya menghasilkan aliran listrik. Istilah rangkaian listrik digunakan
pada pembahasan karena rangkaian pada rangkaian tersebut terjadi suatu
lintasan elektron.
Notasi yang digunakan untuk menandai arah aliran listrik (elektron) adalah
(tanda -) jika arahnya meninggalkan kutub negatip dan menuju ke kutub
(tanda +). Hambatan kawat penghantar kecil, sehingga dalam praktik
harganya dapat diabaikan.

38
Direktorat Pembinaan PSMK
Teknik Perencanaan dan Pemasangan Instalasi Listrik

Bentuk hambatan (resistor) dan nilai tahanan serta kemampuan dayanya


yang ada di pasaran sangat bervariasi. Untuk besar nilai daya dari 0,1 Watt
sampai 10 MW dan bahkan dalam perkembangannya lebih besar. Resistor
standar untuk toleransi ± 10 %, nilai resistansinya merupakan kelipatan 10
atau 0,1 dari: 10 12 15 18 22 27 33 39 47 56 68 82.
Contoh rangkaian sederhana yang terdiri dari sebuah baterai dan sebuah
resistor seperti ditunjukkan Gambar 2.19a. Pada gambar tampak kedua
elemen dan arah arus yang terjadi dari kutub positip melewati resistor
menuju kutub negatip.
Pada Gambar 2.19b, rangkaian ditambah dua komponen, yaitu sebuah
saklar untuk memutus dan menyambung rangkaian dan sebuah resistor (r)
dengan tujuan untuk membuktikan bahwa tegangan baterai turun pada saat
arus yang diambil dari baterai atau arus pada rangkaian naik.
Off
I

Saklar On

A r A
+ +
V
Resistor
Baterai

E V
E R
- V
-
B B

Arus I
(a) pemasangan resistor (b) penambahan saklar dan
arah arus dan hambatan dalam
Gambar 2.19
Rangkaian Arus Searah

Pada posisi saklar on atau hubung singkat (shot circuit) atau rangkaian
tertutup (loop), pada kondisi ideal V = 0 untuk semua harga arus (I), yaitu
pada saat R = 0 dan pada saat saklar posisi off, arus tidak mengalir atau
rangkaian terbuka (open circuit), secara ideal I = 0 untuk semua harga V
pada kondisi nilai tahanan resistansi (resistor) R =∞.
1. Hukum Kirchoff
Untuk dapat melakukan perhitungan dan menganalisis lebih lanjut
rangkaian yang ada di atas perlu memahami hukum dasar rangkaian
listrik tentang hukum Kirchoff, yaitu:
a. Arus total yang masuk pada suatu titik sambungan atau cabang
adalah nol (Hukum I, disebut KCL–Kirchhoff Curent Law ).
 in  0 (2.15)

Direktorat Pembinaan PSMK 39


Teknik Perencanaan dan
Pemasangan Instalasi Listrik

Arah setiap arus ditunjukkan dengan anak panah, dan jika arus
bernilai positip maka arus mengalir searah dengan anak panah,
demikian juga sebaliknya.
R3=12kΩ R2=6 kΩ

I3 -I1 I2

+ +
E1=12 V E2=10 V
R1=10kΩ
- -

Gambar 2.20
Rangkaian Sederhana Tiga Loop
Sehingga untuk rangkaian pada Gambar 2.20 dapat dituliskan:
 in  0
 I1  I2  I3  0 (2.16)
Tanda negatip pada I1 menunjukkan bahwa arus keluar dari titik
cabang dan jika arus masuk titik cabang diberi tanda positip.
b. Pada setiap rangkaian tertutup (loop), jumlah penurunan tegangan
adalah nol (Hukum II, sering disebut sebagai KVL – Kirchoff Voltage
Law):
 Vn  0 (2.17)
Pada Gambar 2.20, dengan menggunakan KVL, dapat dituliskan tiga
persamaan, yaitu:
Untuk loop sebelah kiri :  E1  R3.R3  R1.I1  0
Untuk loop sebelah kanan:  E2  R2.R2  R1.I1  0
Untuk loop luar :  E1  R3.R3  R2.I2  E2  0
Kembali ke rangkaian pada Gambar 2.19b, bahwa semua komponen
dilewati arus I.
Menurut hukum II, berlaku rumus:
 Vn  0
 E  I.r  I.R  0 (2.18)
Jadi besarnya arus yang mengalir tersebut adalah:
E
I (2.19)
Rr

40
Direktorat Pembinaan PSMK
Teknik Perencanaan dan Pemasangan Instalasi Listrik

R
VE (2.20)
(R  r)
Atau dari persamaan II.17 diperoleh:
V  E - I.r (II.21)
Berdasarkan persamaan 2.19, besar tegangan V adalah hasil
pengurangan tegangan karena ada beban yang dialiri arus listrik (I.r).
Simbul r merupakan simbol dari tahanan dalam dari baterai. Tampak
bahwa V merupakan bagian dari E. Rangkaian tegangan tersebut
dapat disebut sebagai rangkaian pembagi tegangan.
2. Resistor dalam rangkaian seri dan paralel
Rangkaian seri dan paralel merupakan konsep dasar yang
memungkinkan secara cepat dapat menyederhanakan rangkaian yang
relatif kompleks.
Jika dicermati Gambar 2.21a, tampak bahwa pada rangkaian seri semua
resistor teraliri arus yang sama besarnya.
Jika arus yang mengalir sebesar I, maka:
V  I (R1  R2  R3)
V/I  R  R1  R2  R3 (2.22)
R1 R2 R3 I3 R3

I2 R2
V V V
I
R1 R2 R3
I1 R1
V I
V

(a) Rangkaian seri resistor (b) Rangkaian paralel resistor


Gambar 2.21
Rangkaian Seri dan Paralel Resistor

Pada rangkaian seri, jumlah tahanan total sebesar R=R1+R2+…+Rn.


Besar tegangan pada masing-masing tahanan bergantung besar
kecilnya nilai resistor. Misalnya pada R1, pada R2 dan pada R3 besarnya
tegangannya adalah:
VR1 = I.R1 Volt,
VR2 = I.R2 Volt,
VR3 = I.R3 Volt
Dan besarnya tegangan total adalah:
V = VR1 + VR2 + VR3
Jadi besar arus yang mengalir pada masing-masing tahanan yang
dihubungkan seri besarnya sama.
Direktorat Pembinaan PSMK 41
Teknik Perencanaan dan
Pemasangan Instalasi Listrik

Besar tegangan pada masing-masing tahanan tidak sama, bergantung


pada besarnya nilai tahanan masing-masing.
Pada rangkaian paralel Gambar 2.21, setiap resistor tegangannya sama
besar. Besar tegangan pada R1, R2, dan R3 masing-masing adalah:
VR1 = I1.R1,
VR2 = I2.R2,
VR3 = I3.R3.
VR1 = VR2 = VR3 = V
Besar arus pada masing-masing tahanan atau resistor bergantung pada
besarnya nilai tahanannya.
V
I1 
R1
V
I2 
R2
V
I3 
R3
I  I1  I2  I3
V 1 1 1
 V.(   )
R R1 R2 R 3
1 1 1 1
(   ) (2.23)
RTotal R1 R2 R3
atau
G  G1  G 2  G 3 (2.24)
G adalah konduktansi, besar nilai G = 1/R, dalam satuan siemen dan
diberi simbul S atau mho atau Ω-1).

3. Rangkaian pembagi tegangan


Rangkaian pembagi tegangan (potential devider) banyak digunakan
untuk memperoleh tegangan yang diinginkan dari sebuah sumber
tegangan.
Gambar 2.22 menunjukkan contoh rangkaian pembagi tegangan dengan
tujuan mendapatkan tegangan keluaran VO yang merupakan bagian dari
tegangan sumber V1 dengan memasang dua resistor R1 dan R2.

42
Direktorat Pembinaan PSMK
Teknik Perencanaan dan Pemasangan Instalasi Listrik

+
I
R1 Vs
+
-
V1 +

- R2 VO

-
Gambar 2.22
Rangkaian Pembagi Tegangan

Arus (I) mengalir melalui R1 dan R2, sehingga:


V1  VO  Vs (2.25)
VS  I.R1 (2.26)
VO  I.R2 (2.27)
V1  I.R 1.I.R 2 (2.28)
Dari persamaan 2.26 dan 2.27 diperoleh:
VO/VS  R2/R1 (2.29)
Tegangan masukan V1 terbagi menjadi dua bagian, yaitu VS dan Vo, dan
besar tegangan masing-masing resistor sebanding dengan nilai resistor
yang dikenai tegangan.
Dari persamaan 2.27 dan 2.28 dapat diperoleh:
R2
VO  V 1 (2.30)
R1  R 2
Rangkaian pembagi tegangan penting dipahami sebagai dasar untuk
memahami rangkaian DC atau rangkaian elektronika yang rangkaiannya
terdiri dari komponen yang lebih banyak.

4. Rangkaian pembagi tegangan berbeban


Gambar 2.23 menunjukkan salah satu contoh rangkaian pembagi
tegangan dengan beban pada terminal keluarannya, mengambil arus IO
dan rugi tegangan atau penurunan tegangan sebesar VO.
Jika arus yang mengalir melalui R1 sebesar I, maka besar arus yang
mengalir melalui R2 adalah sebesar I - IO.
V1 - VO  I.R1 (2.31)

Direktorat Pembinaan PSMK 43


Teknik Perencanaan dan
Pemasangan Instalasi Listrik

R1
+
I
V1 + IO
-
R2 VO Beban

-
Gambar 2.23
Rangkaian Pembagi Tegangan Berbeban

Tegangan pada ujung-ujung beban adalah:


VO  (I  IO).R2
VO  ( I.R2  IO.R2) (2.32)
Sehingga persamaan 2.30 dan 2.31 dapat dituliskan kembali menjadi:
V1.R2  VO.R2  I.R 1.R2
dan
VO.R1  IO.R1.R2  I.R 1.R2
dari kedua persamaan tersebut diperoleh:
V1.R2 - VO.R2  VO.R1  IO.R1.R2
atau
VO.(R1  R2)  V1.R2  IO.R1.R2
atau
R2 R1.R2
VO  V1 x - IO.
R1  R2 R1  R2
VO  VO/C - IO.Rp (2.33)
VO/C adalah besar tegangan VO tanpa beban atau pada saat IO = 0,
besar nilai ini disebut tegangan keluaran (output) pada saat rangkaian
terbuka atau tanpa beban yang besarnya adalah:
R2
VO/C  V1 x (2.34)
R1  R2
dengan
R1.R2
Rp  (2.35)
R1  R2
Rp dapat disebut resistansi sumber tegangan, nilainya resistornya sama
dengan resistansi R1 dan R2 yang dihubungkan secara paralel.
Nilai VO/C atau RP bergantung pada sifat dari beban, sehingga pengaruh
VO akibat besarnya beban dengan mudah dihitung dengan

44
Direktorat Pembinaan PSMK
Teknik Perencanaan dan Pemasangan Instalasi Listrik

menggunakan penyederhanaan seperti rangkaian yang ditunjukkan


Gambar 2.24.
RL
VO  VO/C x (2.36)
RL  Rp

Rp

+
IO
VO/C +
-
VO Beban RL

Gambar 2.24
Penyederhanaan Rangkaian

5. Rangkaian pembagi arus


Rangkaian pembagi arus (current eevider) perlu dipahami khususnya
pada saat akan menghubungkan alat ukur arus secara paralel.
I1

IS IO

R1 R2 V

Gambar 2.25
Rangkaian Pembagi Arus

Dari Gambar 2.25, V diperoleh melalui perkalian Io R2 atau Is.R1,


sehingga:
I1  IO  IS (2.37)
V
IS  (2.38)
R1
V
IO  (2.39)
R2
V V
I1   (2.40)
R1 R2

Direktorat Pembinaan PSMK 45


Teknik Perencanaan dan
Pemasangan Instalasi Listrik

Dari persamaan 2.37 dan 2.38 diperoleh:


IO R1
 (2.41)
IS R1
atau
IO G2
 (2.42)
IS G1
G adalah konduktansi yang nilainya adalah 1/R dengan satuan mho.
Persamaan 2.41 menunjukkan bahwa arus masukan terbagi menjadi dua
bagian, IO dan IS yang besarnya sebanding dengan nilai masing-masing
konduktansi.
Dari persamaan 2.38 dan 2.39 diperoleh besarnya:
V
Io 
R2

 I1  1 
Io    
 R2  G1  G2 

 G2 
Io  I1  (2.43)
 G1  G2 
 

Jadi arus output IO merupakan sebagian dari arus masukan.

6. Teorema Thevenin
Pada rangkaian pembagi tegangan berbeban, hasil diperoleh dari
penyederhanaan rangkaian merupakan salah satu permasalahan dari
Teorema Thevenin.
Secara singkat teorema Thevenin dapat dinyatakan:
Jika suatu kumpulan rangkaian sumber tegangan dan resistor
dihubungkan dengan dua terminal keluaran, maka rangkaian tersebut
dapat digantikan dengan sebuah rangkaian seri dari sebuah sumber
tegangan rangkaian terbuka V0/C dan sebuah resistor RP.
Gambar 2.26 menunjukkan suatu rangkaian yang akan dihubungkan
dengan beban RL. Kombinasi secara seri VO/C dan RP pada Gambar
2.26d merupakan rangkaian ekivalen atau setara Thevenin.
Ada beberapa kondisi ekstrim dari rangkaian tersebut, misalnya pada
saat RL= ∞ yang terjadi pada saat kondisi rangkaian terbuka, seolah-olah
RL dilepas dari terminal output sehingga diperoleh tegangan rangkaian
terbuka sebesar VO/C seperti ditunjukkan pada Gambar 2.26b.

46
Direktorat Pembinaan PSMK
Teknik Perencanaan dan Pemasangan Instalasi Listrik

Resistance Resistance
dan Sumber dan Sumber
Tegangan RL Tegangan VO/C

a. Rangkaian berbeban b. Menentukajn VO/C

Resistance RP
dan Sumber
Tegangan IS/C
VO/C RL

c. Menentukan IS/C d. Rangkaian Equivalen Thevenin


Gambar 2.26
Skema Terbentuknya Rangkaian Thevenin

Pada saat RL = 0 seperti ditunjukkan pada Gambar 2.26c, rangkaian


pada kondisi hubung singkat (kedua ujung terminal terhubung langsung),
dengan arus hubung singkat IS/C sebesar:
VO/C
IS/C  (2.44)
RP
Pada beberapa rangkaian, perhitungan VO/C atau IS/C ada kemungkinan
sulit dilakukan. Langkah yang paling mudah dilakukan adalah dengan
cara menghitung nilai RP (harga resistansi yang dilihat dari kedua ujung
terminal output). RP dihitung dengan melihat seolah-olah tidak ada
sumber tegangan.

7. Teorema Norton
Teorema Norton adalah suatu pendekatan untuk menganalisis
rangkaian. Jika suatu kumpulan rangkaian sumber tegangan dan resistor
dihubungkan dengan dua terminal keluaran, maka rangkaian tersebut
dapat digantikan dengan sebuah rangkaian paralel dari sebuah sumber
arus rangkaian hubung singkat IN dan sebuah konduktansi GN.
Dari rangkaian equivalent (setara) Norton digambarkan dengan
kombinasi paralel antara sebuah sumber arus IN dan sebuah
konduktansi GN seperti Gambar 2.27d.

Direktorat Pembinaan PSMK 47


Teknik Perencanaan dan
Pemasangan Instalasi Listrik

Resistance
dan Sumber IS/C
Tegangan GL GN
IN

a. Rangkaian berbeban b. Inteprestasi IS/C

GN VO/C GN VO/C GL
IN IN

c. Inteprestasi VO/C d. Rangkaian equivalen Norton


Menentukan IS/C
Gambar 2.27
Skema Terbentuknya Rangkaian Norton

Jika rangkaian dibebani dengan sebuah beban konduktansi GL, maka


ada dua harga ekstrim, yaitu GL= ∞ dan GL=0. Harga GL = ∞ (atau
RL=0) terjadi pada saat hubung singkat dan besar arus hubung singkat
IS/C sama dengan IN. Harga GL=0 (atau RL = ∞) terjadi pada saat kondisi
rangkaian terbuka VO/C yang merupakan tegangan rangkaian terbuka,
sehingga untuk rangkaian equivalent Norton berlaku:
IN
IN  IS/C dan GN  (2.45)
VO/C

48
Direktorat Pembinaan PSMK

Anda mungkin juga menyukai