BAB II
RANGKAIAN LISTRIK
A A
A B
B
k B
dk dd
Gambar 2.1
Perbedaan Tinggi Permukaan Air Pada Bejana A dan B Serta Ilustrasi
Aliran Listrik dari Kutub Positip ke Kutub Negatip
Contoh dua buah bejana A dan B yang dihubungkan satu sama lain dengan
sebuah pipa (Gambar 2.1). Pada pipa tersebut terdapat keran air, yang pada
waktu itu masih tertutup. Dengan demikian air di dalam bejana A tidak dapat
mengalir ke bejana B yang permukaan aimya lebih rendah dari pada dalam
bejana A.
Apabila keran k di buka, air mengalir melalui pipa d (lihat arah panah),
sampai permukaan air pada kedua buah bejana tingginya menjadi sama.
Karena adanya perbedaan permukaan air dalam bejana A dan B,
perbedaan itu menyebabkan perbedaan tekanan, yang mengakibatkan
adanya arus air pada pipa d.
Direktorat Pembinaan PSMK 21
Teknik Perencanaan dan
Pemasangan Instalasi Listrik
Arus air tersebut akan hilang, jika permukaan air di dalam kedua buah
bejana menjadi sama tinggi. Agar arus air dalam pipa d tetap ada, maka
diusahakan agar perbedaan tinggi permukaan air di dalam kedua buah
bejana tinggal konstan, dengan kata lain perbedaan tekanan yang konstan
harus diusahakan. Dengan mudah hal ini dapat dikerjakan, yaitu dengan
cara memasang sebuah pompa P yang dihubungkan dengan dua buah pipa
bejana A dan B (seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2).
+
Accu
A B A B
k
Motor Motor
d listrik listrik
P
A B
Gambar 2.2
Pemasangan Pompa P Agar Perbedaan Tinggi
Permukaan Air Antara bejana A dan B Tetap Konstan
Sekarang air dipompa dari bejana B dan air itu dimasukkan ke dalam bejana
A. Oleh karena itu air di dalam bejana A akan selalu lebih banyak dari pada
dalam bejana B dan dengan demikian arus air yang konstan akan mengalir
dalam pipa d.
Demikian pula halnya dengan arus listrik, diumpamakan bahwa suatu benda
A mempunyai sejumlah listrik dan benda B juga mempunyai listrik yang
jumlahnya lebih sedikit dari A. Dalam istilah teknik listrik dikatakan benda A
memiliki potensial (tegangan) atau tekanan lebih tinggi dari pada B, sehingga
antara A dan B terdapat beda potensial atau disebut juga beda tegangan.
Jika kedua benda A dan B tersebut dihubungkan dengan seutas kawat sebagai
penghantar, maka dalam kawat akan mengalir sejumlah listrik dari A ke B. Dalam
teknik listrik benda A yang mempunyai jumlah listrik lebih banyak disebut kutub
positip dan diberi tanda (+) dan benda yang memiliki muatan listrik lebih sedikit
disebut kutub negatip dan diberi tanda (-).
Apabila ada kutub positip dan kutub negatip, maka antara kedua kutub
itu akan terdapat beda tegangan dan dengan demikian akan timbul
arus listrik yang mengalir dari kutub positip ke kutub negatip.
1. Medan Listrik
a. Muatan listrik
Jika sebuah gelas digosok dengan sutera dan digantung dengan
sebuah benang panjang seperti pada Gambar 2.3, batang kedua
digosok dengan sutera dan dipegang di dekat ujung yang telah
digosok dari batang pertama, maka batang-batang tersebut akan
22
Direktorat Pembinaan PSMK
Teknik Perencanaan dan Pemasangan Instalasi Listrik
Gambar 2.3
Dua Batang Gelas Bermuatan Sama Positip
Saling Tolak Menolak
Benda dikatakan:
(a) Netral: Jika jumlah muatan positipnya (proton) sama dengan
jumlah muatan negatipnya (elektron).
(b) Bermuatan negatip: jika kelebihan elektron atau kekurangan
proton.
(c) Bermuatan positip: jika kekurangan elektron atau kelebihan
proton
Satuan muatan: Coulomb (C)
Besar muatan :
1 netron =0
1 elektron = (e atau q) = -1,6 X 10-19 C
1 proton = + 1,6 X 10-19 C
N (Newton) (2.1)
N/C (2.2)
Keterangan
k= konstanta yang besarnya tergantung pada sistem yang dipakai
dan medium yang digunakan.= 9 x 10 9 Nm 2/C2.
r = jarak antara kedua muatan, dalam satuan meter (m).
Gambar 2.4
Muatan q1 Menimbulkan Sebuah Medan yang
Mengerahkan Sebuah Gaya F pada Muatan q2
24
Direktorat Pembinaan PSMK
Teknik Perencanaan dan Pemasangan Instalasi Listrik
Gambar 2.5
Garis Gaya pada Batang Bermuatan Positip
Tidak Terhingga
Gambar 2.6
Garis-Garis Gaya Untuk Sebuah Bola Bermuatan
Negatip, Positip dan Netral
Gambar 2.7
Garis Gaya Pada Dua Muatan Positip yang Sama
Gambar 2.8
Garis Gaya Pada Gua Muatan Positip
dan Negatip yang Sama
Gambar 2.9
Potret Pola-Pola Garis-Garis Gaya Listrik
di Sekitar Logam
2. Medan Magnit
a. Intensitas medan magnit
Suatu medan magnet dikatakan ada dalam suatu ruang jika muatan
listrik yang bergerak dalam ruang tersebut mengalami gaya tertentu
(bukan gesekan) selama muatan itu bergerak. Artinya, ada tidaknya
medan magnet ditentukan oleh efeknya pada jarum kompas, jarum
kompas selalu mengambil posisi sejajar dengan medan magnet.
26
Direktorat Pembinaan PSMK
Teknik Perencanaan dan Pemasangan Instalasi Listrik
q v +q
v
Kompas F=0
F keluar kertas
v
v
+q -q
Gambar 2.10
Medan Magnit Serba Sama Memiliki Arah Ke Kanan
Gambar 2.10 menunjukkan medan magnet serba sama (homogen)
berarah ke kanan. Pada gambar juga tampak jarum kompas yang telah
menjajarkan diri dengan medan magnet. Gaya F yang diakibatkan
muatan yang bergerak dengan kecepatan v dalam medan magnet.
Arah gaya pada muatan +q yang bergerak dalam medan magnet
dapat ditentukan dengan kaidah atau aturan tangan kanan seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.11.
F Keluar kertas
Medan Magnet
Gambar 2.11
Arah Gaya Ditentukan Dengan Kaidah Tangan Kanan
28
Direktorat Pembinaan PSMK
Teknik Perencanaan dan Pemasangan Instalasi Listrik
Arus I
B μo.NI (2.10)
Medan ini adalah homogen
30
Direktorat Pembinaan PSMK
Teknik Perencanaan dan Pemasangan Instalasi Listrik
Gambar 2.14
Konstruksi Dasar Generator DC
2) Motor listrik
Motor listrik adalah mesin yang mengubah energi listrik menjadi
energi mekanis. Armatur atau jangkar (rotor) motor listrik DC mirip
dengan armatur generator DC.
Jika motor litrik bekerja, konduktor-konduktor pada armatur
memotong garis-garis fluks, sehingga terjadi ggl induksi atau ggl-
balik (back emf) atau ggl-lawan (counter emf), yang melawan beda
potensial luar.
Armatur mesin shunt dihubungkan secara paralel pada jaringan
luar. Karena ggl-balik armatur atau jangkar melawan tegangan
jaring, maka beda tegangan yang menghasilkan arus dalam
armatur adalah:
Beda tegangan pada armatur = (tegangan jaring)- (ggl-balik)
tegangan jaringan - ggl balik
Arus jangkar (2.12)
tahanan jangkar
Gambar 2.15
Contoh Motor Induksi atau Motor AC
Sebelum hubungan antara magnet dan listrik ditemukan,
generator menggunakan prinsip elektrostatik. Mesin Wimshurst
menggunakan induksi elektrostatik atau influence, sedangkan
Generator Van de Graaff menggunakan satu dari dua
mekanisme:
Penyaluran muatan dari elektroda voltase-tinggi
Muatan yang dibuat oleh efek triboelectric menggunakan
pemisahan dua isolator.
Generator elektrostatik tidak efisien dan berguna hanya untuk
eksperimen saintifik yang membutuhkan tegangan tinggi.
3) Perkembangan generator atau dinamo listrik
Pada 1831-1832 Michael Faraday menemukan bahwa perbedaan
tegangan dihasilkan antara ujung-ujung konduktor listrik yang
bergerak tegak lurus terhadap medan magnet. Michael Faraday
membuat generator elektromagnetik pertama berdasarkan efek
tersebut, yaitu menggunakan cakram tembaga yang berputar
diantara kutub magnet berbentuk tapal kuda, tetapi masih
menghasilkan arus searah kecil.
32
Direktorat Pembinaan PSMK
Teknik Perencanaan dan Pemasangan Instalasi Listrik
3. Elektrokimia
a. Elektrokimia
Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara
perubahan (reaksi) kimia dengan kerja listrik, yang melibatkan sel
elektrokimia dengan menerapkan prinsip reaksi reduksi dalam
aplikasinya.
Dalam kehidupan sehari-hari penggunaannya sangat banyak, mulai
dari pemanfaatan baterei untuk menghidupkan hampir semua
peralatan elektronik sampai dengan pelapisan logam pada
permukaan logam lain.
Ada 2 jenis sel elektro kimia, yaitu:
1) Sel yang melakukan kerja dengan melepaskan energi dari reaksi
spontan,
Direktorat Pembinaan PSMK 33
Teknik Perencanaan dan
Pemasangan Instalasi Listrik
34
Direktorat Pembinaan PSMK
Teknik Perencanaan dan Pemasangan Instalasi Listrik
Gambar 2.16
Reaksi Sel Volta dan Sel Elektrolisa
1) Sel volta dan sel elektrolisa
Reaksi sel volta dan sel elektrolisa ditunjukkan pada Gambar
2.16 dan Gambar 2.17.
Pada prinsipnya, semua jenis sel elektrolisa termasuk elektro
sintesa selalu berlaku hukum Faraday, yaitu:
Jumlah perubahan kimia yang terjadi dalam sel elektrolisis,
sebanding dengan muatan listrik yang dilewatkan dalam sel
tersebut.
Jumlah muatan listrik sebanyak 96.500 coulomb akan
menyebabkan perubahan suatu sejumlah sebanyak 1,0 gram
ekivalen (grek).
Konstruksi dan prinsip kerja Sel Volta
Setengah sel oksidasi, anoda berupa batang logam Zn
dicelupkan dalam ZnSO4.
Setengah sel reduksi, katoda berupa batang logam Cu
dicelupkan dalam CuSO4.
Terbentuk muatan relatif pada kedua elektroda, anoda
bermuatan negatip dan katoda bermuatan positip,
Kedua sel juga dihubungkan oleh jembatan garam, yaitu tabung
berbentuk U terbalik berisi pasta elektrolit yang tidak bereaksi
dengan sel redoksi yang digunakan untuk menyeimbangkan
muatan ion (kation dan anion),
Gambar 2.17
Reaksi Sel Volta
36
Direktorat Pembinaan PSMK
Teknik Perencanaan dan Pemasangan Instalasi Listrik
Gambar 2.18
Reaksi Sel Volta dengan Elektroda Inaktif
4. Konsep akumulator dan penerapannya
a. Perubahan kimia pada saat pelepasan muatan listrik
Aki atau Accu menghasilkan aliran listrik jika dihubungkan dengan
rangkaian luar, misalnya, lampu, radio dan lain-lain. Aliran listrik
terjadi karena terjadinya reaksi kimia pada asam sulfat dengan kedua
material (bahan) aktif plat positip dan plat negatip.
Pada waktu terjadi pelepasan muatan listrik terus menerus, elektrolit
akan bertambah encer dan reaksi kimia terus berlangsung sampai
seluruh bahan aktif pada permukaan plat positip dan negatip berubah
menjadi timbal sulfat. Jika aki tidak dapat menghasilkan aliran listrik
pada tegangan tertentu, maka aki tersebut dalam keadaan lemah
arus atau rusak.
b. Perubahan kimia pada saat pengisian muatan listrik
Pada proses pengisian muatan listrik kembali, terjadi proses reaksi
kimia yang berlawanan dengan reaksi kimia pada saat pelepasan
muatan. Timbal peroksida terbentuk pada plat positip dan timbal
berpori terbentuk pada plat negatip, sedangkan berat jenis elektrolit
akan naik, karena air digunakan untuk membentuk asam sulfat dan
aki kembali dalam kondisi bermuatan penuh.
Pada waktu terjadi pelepasan muatan listrik pada aki maka terjadi
penurunan berat jenis accu zuur. Berat jenis accu zuur akan turun
sebanding dengan suhu sehingga jumlah energi listrik yang ada
dapat ditentukan dengan cara mengukur berat jenis accu zuur.
Misalnya aki mempunyai berat jenis accu zuur 1.260 pada 20°C
bermuatan listrik penuh, setelah melepaskan muatan listrik berat
Direktorat Pembinaan PSMK 37
Teknik Perencanaan dan
Pemasangan Instalasi Listrik
38
Direktorat Pembinaan PSMK
Teknik Perencanaan dan Pemasangan Instalasi Listrik
Saklar On
A r A
+ +
V
Resistor
Baterai
E V
E R
- V
-
B B
Arus I
(a) pemasangan resistor (b) penambahan saklar dan
arah arus dan hambatan dalam
Gambar 2.19
Rangkaian Arus Searah
Pada posisi saklar on atau hubung singkat (shot circuit) atau rangkaian
tertutup (loop), pada kondisi ideal V = 0 untuk semua harga arus (I), yaitu
pada saat R = 0 dan pada saat saklar posisi off, arus tidak mengalir atau
rangkaian terbuka (open circuit), secara ideal I = 0 untuk semua harga V
pada kondisi nilai tahanan resistansi (resistor) R =∞.
1. Hukum Kirchoff
Untuk dapat melakukan perhitungan dan menganalisis lebih lanjut
rangkaian yang ada di atas perlu memahami hukum dasar rangkaian
listrik tentang hukum Kirchoff, yaitu:
a. Arus total yang masuk pada suatu titik sambungan atau cabang
adalah nol (Hukum I, disebut KCL–Kirchhoff Curent Law ).
in 0 (2.15)
Arah setiap arus ditunjukkan dengan anak panah, dan jika arus
bernilai positip maka arus mengalir searah dengan anak panah,
demikian juga sebaliknya.
R3=12kΩ R2=6 kΩ
I3 -I1 I2
+ +
E1=12 V E2=10 V
R1=10kΩ
- -
Gambar 2.20
Rangkaian Sederhana Tiga Loop
Sehingga untuk rangkaian pada Gambar 2.20 dapat dituliskan:
in 0
I1 I2 I3 0 (2.16)
Tanda negatip pada I1 menunjukkan bahwa arus keluar dari titik
cabang dan jika arus masuk titik cabang diberi tanda positip.
b. Pada setiap rangkaian tertutup (loop), jumlah penurunan tegangan
adalah nol (Hukum II, sering disebut sebagai KVL – Kirchoff Voltage
Law):
Vn 0 (2.17)
Pada Gambar 2.20, dengan menggunakan KVL, dapat dituliskan tiga
persamaan, yaitu:
Untuk loop sebelah kiri : E1 R3.R3 R1.I1 0
Untuk loop sebelah kanan: E2 R2.R2 R1.I1 0
Untuk loop luar : E1 R3.R3 R2.I2 E2 0
Kembali ke rangkaian pada Gambar 2.19b, bahwa semua komponen
dilewati arus I.
Menurut hukum II, berlaku rumus:
Vn 0
E I.r I.R 0 (2.18)
Jadi besarnya arus yang mengalir tersebut adalah:
E
I (2.19)
Rr
40
Direktorat Pembinaan PSMK
Teknik Perencanaan dan Pemasangan Instalasi Listrik
R
VE (2.20)
(R r)
Atau dari persamaan II.17 diperoleh:
V E - I.r (II.21)
Berdasarkan persamaan 2.19, besar tegangan V adalah hasil
pengurangan tegangan karena ada beban yang dialiri arus listrik (I.r).
Simbul r merupakan simbol dari tahanan dalam dari baterai. Tampak
bahwa V merupakan bagian dari E. Rangkaian tegangan tersebut
dapat disebut sebagai rangkaian pembagi tegangan.
2. Resistor dalam rangkaian seri dan paralel
Rangkaian seri dan paralel merupakan konsep dasar yang
memungkinkan secara cepat dapat menyederhanakan rangkaian yang
relatif kompleks.
Jika dicermati Gambar 2.21a, tampak bahwa pada rangkaian seri semua
resistor teraliri arus yang sama besarnya.
Jika arus yang mengalir sebesar I, maka:
V I (R1 R2 R3)
V/I R R1 R2 R3 (2.22)
R1 R2 R3 I3 R3
I2 R2
V V V
I
R1 R2 R3
I1 R1
V I
V
42
Direktorat Pembinaan PSMK
Teknik Perencanaan dan Pemasangan Instalasi Listrik
+
I
R1 Vs
+
-
V1 +
- R2 VO
-
Gambar 2.22
Rangkaian Pembagi Tegangan
R1
+
I
V1 + IO
-
R2 VO Beban
-
Gambar 2.23
Rangkaian Pembagi Tegangan Berbeban
44
Direktorat Pembinaan PSMK
Teknik Perencanaan dan Pemasangan Instalasi Listrik
Rp
+
IO
VO/C +
-
VO Beban RL
Gambar 2.24
Penyederhanaan Rangkaian
IS IO
R1 R2 V
Gambar 2.25
Rangkaian Pembagi Arus
I1 1
Io
R2 G1 G2
G2
Io I1 (2.43)
G1 G2
6. Teorema Thevenin
Pada rangkaian pembagi tegangan berbeban, hasil diperoleh dari
penyederhanaan rangkaian merupakan salah satu permasalahan dari
Teorema Thevenin.
Secara singkat teorema Thevenin dapat dinyatakan:
Jika suatu kumpulan rangkaian sumber tegangan dan resistor
dihubungkan dengan dua terminal keluaran, maka rangkaian tersebut
dapat digantikan dengan sebuah rangkaian seri dari sebuah sumber
tegangan rangkaian terbuka V0/C dan sebuah resistor RP.
Gambar 2.26 menunjukkan suatu rangkaian yang akan dihubungkan
dengan beban RL. Kombinasi secara seri VO/C dan RP pada Gambar
2.26d merupakan rangkaian ekivalen atau setara Thevenin.
Ada beberapa kondisi ekstrim dari rangkaian tersebut, misalnya pada
saat RL= ∞ yang terjadi pada saat kondisi rangkaian terbuka, seolah-olah
RL dilepas dari terminal output sehingga diperoleh tegangan rangkaian
terbuka sebesar VO/C seperti ditunjukkan pada Gambar 2.26b.
46
Direktorat Pembinaan PSMK
Teknik Perencanaan dan Pemasangan Instalasi Listrik
Resistance Resistance
dan Sumber dan Sumber
Tegangan RL Tegangan VO/C
Resistance RP
dan Sumber
Tegangan IS/C
VO/C RL
7. Teorema Norton
Teorema Norton adalah suatu pendekatan untuk menganalisis
rangkaian. Jika suatu kumpulan rangkaian sumber tegangan dan resistor
dihubungkan dengan dua terminal keluaran, maka rangkaian tersebut
dapat digantikan dengan sebuah rangkaian paralel dari sebuah sumber
arus rangkaian hubung singkat IN dan sebuah konduktansi GN.
Dari rangkaian equivalent (setara) Norton digambarkan dengan
kombinasi paralel antara sebuah sumber arus IN dan sebuah
konduktansi GN seperti Gambar 2.27d.
Resistance
dan Sumber IS/C
Tegangan GL GN
IN
GN VO/C GN VO/C GL
IN IN
48
Direktorat Pembinaan PSMK